• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sekertariat Jenderal Dewan Energi Nasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Sekertariat Jenderal Dewan Energi Nasional"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Strategis

Tahun 2020 s.d. 2024

SEKRETARIAT JENDERAL

DEWAN ENERGI NASIONAL

Sekertariat Jenderal

Dewan Energi Nasional

(2)

DAFTAR ISI

RENCANA STRATEGIS

SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL TAHUN 2020 s.d. 2024

BAB I Pendahuluan 1

I.1 Kondisi Umum 2

I.2 Potensi dan Permasalahan 11

BAB II Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis 15 II. 1 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 17 II. 2 Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional 19 BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Regulasi, dan Kerangka Kelembagaan 21

III.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional 21

III.2 Arah Kebijakan dan Strategi Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional 24 III.3 Kerangka Regulasi Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional 25

III.4 Kerangka Kelembagaan 27

BAB IV Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan 33

IV.1 Target Kinerja 33

IV.2 Kerangka Pendanaan 63

BAB V Penutup 64

V.1 Penutup 64

(3)

1 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

BAB I PENDAHULUAN

Sesuai dengan Undang-undang (UU) Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005 s.d. 2025, terdapat 4 tahap pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 5 tahunan. Masing-masing periode RPJMN tersebut memiliki tema atau skala prioritas yang berbeda-beda. Tema RPJMN tahun 2020 s.d. 2024 atau RPJM ke-4, adalah: “Mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing”. Dalam rangka mewujudkan tema tersebut, telah ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 18 tahun 2020 tentang RPJM Nasional Tahun 2020 s.d. 2024 yang akan menjadi landasan bagi setiap Kementerian/ Lembaga untuk menyusun Rencana Strategis tahun 2020 s.d. 2024 .

(4)

2 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

Dengan berlandaskan RPJMN tahun 2020 s.d. 2024, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menetapkan Rencana Strategis tahun 2020 s.d. 2024, yang kemudian diterjemahkan ke dalam Rencana Strategis Unit Eselon I sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangan yang dimiliki.

Sebagai salah satu Unit Eselon I di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional menetapkan Rencana Strategis yang berisi tentang:

1. Kondisi umum (capaian kinerja serta potensi dan permasalahan).

2. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran (gambaran keadaan yang ingin dicapai hingga tahun 2024 dilengkapi dengan indikator kinerja kuantitatif sebagai ukuran keberhasilan).

3. Arah kebijakan, Strategi, Regulasi, dan Kerangka Kelembagan 4. Target kinerja dan kerangka pendanaan.

I.2 Kondisi Umum

Dalam Renstra Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional tahun 2015 s.d.

2019 terdapat empat sasaran strategis dan enam indikator kinerja, dengan capaian sebagai berikut.

No Indikator Kinerja Capaian Rencana Strategis

Satuan 2015 2016 2017 2018 2019

1 Evaluasi Pencapaian Bauran

Energi Nasional 100 100 95 100 100 %

2 Evaluasi Pencapaian Program

RUEN 87.5 100 100 100 100 %

3 Penyusunan Outlook Energi 90 100 100 100 100 % 4 Tingkat Penyelesaian

Rumusan Penanggulangan 100 100 100 100 100 % 5 Tingkat Pelaksanaan

Identifikasi Daerah Krisis dan Darurat Energi

100 100 100 100 100 %

6 Tingkat Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil

Pengawasan Pelaksanaan

100 77 90 100 100 %

(5)

3 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

Kebijakan Energi Yang Bersifat Lintas Sektoral

TOTAL 97.19 96 97.50 100 100 %

I.1.1 Evaluasi Pencapaian Bauran Energi Nasional

Sejak ditetapkannya PP nomor 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, Indonesia memiliki sasaran penyediaan energi primer pada tahun 2025 sekitar 400 MTOE dan pada tahun 2050 sekitar 1.000 MTOE dengan bauran energi primer yang optimal antara lain:

a) Pada tahun 2025 peran energi baru dan terbarukan paling sedikit 23% dan pada tahun 2050 paling sedikit 31% sepanjang keekonomiannya terpenuhi;

b) Pada tahun 2025 peran minyak bumi kurang dari 25% dan pada tahun 2050 menjadi kurang dari 20%;

c) Pada tahun 2025 peran batubara minimal 30% dan pada tahun 2050 minimal 25%;

d) Pada tahun 2025 peran gas bumi minimal 22% dan pada tahun 2050 minimal 24%.

Salah satu bentuk fasilitasi pengawasan pelaksanaan kebijakan energi yang bersifat lintas sektoral dari Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional adalah melakukan pengawasan pencapaian bauran energi nasional melalui pengumpulan dan pengolahan data bersama dengan stakeholders internal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yaitu Pusat Data dan Informasi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, serta Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi untuk menghitung capaian atas bauran energi nasional.

(6)

4 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f 33,58%

37,15%

20,13%

9,15%

minyak bumi batubara gas bumi EBT

Hasil atas penghitungan capaian bauran energi nasional tersebut dilaporkan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral beserta rekomendasi percepatan pencapaian target bauran energi nasional di tahun 2025. Adapun hasil penghitungan capaian bauran energi nasional tahun 2019 adalah sebagai berikut.

Energi Primer

Target RUEN Tahun 2019

Realisasi Tahun 2019

MTOE % MTOE %

Minyak bumi 81,4 30,33 33,55 33,58 Batubara 97,6 36,36 49,19 37,15 Gas bumi 56,5 21,05 23,39 20,13 EBT 32,9 12,26 10,30 9,15

Total 268,4 100,00 219,08 100,00

Pencapaian bauran energi yang optimal untuk energi baru terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025 cenderung menunjukkan tren kenaikan, diharapkan pula dengan diimplementasikannya rekomendasi yang diberikan oleh Dewan Energi Nasional terkait pemanfaatan B30 pada akhir tahun 2019 lalu dapat meningkatkan share energi baru terbarukan dalam bauran energi nasional. Jumlah persentase energi baru terbarukan sejak tahun 2015 s.d. 2019 digambarkan pada grafik dibawah ini.

4,40%

6,61% 6.10%

8,55% 9.15%

9.82% 10.42% 10,93% 11.58% 12.20

0,0%

2,0%

4,0%

6,0%

8,0%

10,0%

12,0%

14,0%

2015 2016 2017 2018 2019

Bauran Energi Primer - Energi Terbarukan

Capaian Bauran EBT Target EBT RUEN

(7)

5 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa terdapat gap sebesar 13.85% untuk mencapai share energi baru terbarukan dalam bauran energi primer optimal pada tahun 2025.

I.1.2 Evaluasi Pencapaian Program RUEN

Dalam mencapai target program RUEN memerlukan dukungan baik pada tingkat pusat dari Kementerian/ Lembaga dan juga pada tingkat daerah dari Pementerintah Daerah. Oleh karenanya dalam evaluasi pencapaian program RUEN ini terdapat dua kegiatan yang dilakukan oleh Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional yaitu:

1) Sinkronisasi Renstra Kementerian/ Lembaga yang masuk dalam keanggotaan Dewan Energi Nasional dengn RUEN

Sinkronisasi Renstra Kementerian/ Lembaga dengan RUEN dilaksanakan pada tahun 2017 dan 2018, dimana melalui kegiatan ini terlihat Kementerian/ Lembaga yang masuk dalam keanggotaan Dewan Energi Nasional telah berusaha untuk melaksanakan kegiatan yang diamanatkan dalam RUEN meskipun belum masuk pada Renstra tahun 2015 s.d. 2019.

Pada tahun 2019, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral selaku Ketua Harian Dewan Energi Nasional telah menyampaikan untuk mempedomani RUEN dalam penyusunan Renstra Kementerian/

Lembaga tahun 2020 s.d. 2024 melalui surat kepada para Menteri yang masuk dalam keanggotan Dewan Energi Nasional.

2) Pendampingan Penyusunan Rencana Umum Energi Daerah Provinsi

Dalam rangka memastikan pencapaian target RUEN melalui potensi sumber energi yang dimiliki seluruh Provinsi di Indonesia serta mengingat kemampuan daerah dalam menyusun dokumen Rencana Umum Energi Daerah (RUED) sangat beragam,

(8)

6 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional melakukan pendampingan penyusunan RUED Provinsi.

Status penyusnan Peraturan Daerah tentang RUED per 31 Desember 2019 adalah sebagai berikut:

a) Provinsi telah menetapkan Perda RUED:

1) Jawa Tengah (Perda Nomor 12 tahun 2018);

2) Jawa Barat (Perda Nomor 2 tahun 2019);

3) Nusa Tenggara Barat (Perda Nomor 8 tahun 2019);

4) Kalimantan Utara (Perda Nomor 3 tahun 2019);

5) Jawa Timur (Perda Nomor 6 tahun 2019);

6) Lampung (Perda Nomor 9 tahun 2019);

7) Bengkulu (Perda Nomor 7 tahun 2019);

8) Sulawesi Tengah (Perda Nomor 10 tahun 2019);

9) Gorontalo;

10) Nusa Tenggara Timur (Perda Nomor 10 tahun 2019);

11) Kalimantan Timur;

12) Jambi (Perda Nomor 13 tahun 2019);

13) Aceh (Qanun Nomot 4 tahun 2019);

14) Kep. Bangka Belitung (Perda Nomor 13 tahun 2019);

15) Sumatera Barat (Perda Nomor 11 tahun 2019);

b) Provinsi telah mendapat persetujuan DPRD:

1) Kalimantan Selatan;

2) D.I. Yogyakarta;

(9)

7 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

c) Provinsi dalam pembentukkan Perda dengan DPRD:

1) Sumatera Utara;

2) Banten;

3) DKI Jakarta;

4) Bali;

5) Kalimantan Barat;

6) Kalimantan Tengah;

7) Sulawesi Barat;

8) Maluku Utara;

d) Provinsi telah menganggarkan Naskah Akademis dan Ranperda:

1) Kepulauan Riau;

2) Sulawesi Selatan;

3) Sumatera Selatan;

4) Riau;

5) Papua Barat;

e) Provinsi belum menganggarkan penetapan Perda RUED:

1) Sulawesi Tenggara;

2) Maluku;

3) Papua.

I.1.3 Penyusunan Outlook Energi

Outlook Energi Indonesia (OEI) merupakan merupakan publikasi tahunan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional yang memuat perkiraan permintaan dan penyediaan energi ke depan dalam

(10)

8 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

berbagai situasi dan kondisi yang didasarka pada asumsi yang berkembang dari waktu ke waktu dengan menggunakan aplikasi pemodelan energi.

Dari tahun ke tahun penyusunan OEI terus diperbaikan baik dari sisi data dan informasi kebijakan yang terbaru maupun dari sisi metodologinya. Terdapat peningkatan akurasi proyeksi permintaan energi final tahun 2016, 2017, dan 2018 dari OEI 2016 ke OEI 2017. Dari hasil perbandingan terlihat bahwa antara proyeksi permintaan energi final dengan realisasi konsumsi energi final semakin mengecil (akurasi 0,1%).

I.1.4 Tingkat Penyelesaian Rumusan Penanggulangan

Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional memberikan fasilitasi terhadap pelaksanaan tugas anggota Dewan Energi Nasional untuk menetapkan langkah-langkah penanggulangan kondisi krisis dan darurat energi melalui:

1. Penetapan Peraturan Presiden nomor 41 tahun 2016 tentang Tata Cara Penetapan dan Penanggulangan Krisis Energi/ dan atau Darurat Energi.

2. Tersusunnya Rancangan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai turunan dari Perpres 41 tahun 2016.

3. Tersusunnya Rancangan Peraturan Presiden tentang Cadangan Penyangga Energi Nasional.

I.1.5 Tingkat Pelaksanaan Identifikasi Daerah Krisis dan Darurat Energi Upaya mitigasi kondisi krisis dan darurat energi yang dilakukan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional melalui pemetaan daerah-daerah yang rawan kekurangan pasokan energi. Ruang lingkup pemetaan potensi rawan krisis energi ini baru sebatas kelistrikan dengan mengamati 22 sistem besar yang meliputi 14 wilayah administrasi.

(11)

9 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

Identifikasi inventori sistem ketenagalistrikan regional ini bertujuan untuk memberikan informasi terkait dengan gambaran kondisi status sistem ketenagalistrikan di berbagai daerah, sebagai bahan identifikasi penyediaan dan kebutuhan ketenagalistrikan dalam penentuan potensi krisis dan/atau darurat energi berskala regional maupun nasional.

Status sistem ketenagalistrikan dapat dikategorikan atas 3 status yaitu Normal, Siaga dan Defisit, yang ditentukan berdasarkan ketersediaan cadangan operasi dalam neraca daya pada suatu sistem tersebut.

Ketersediaan cadangan operasi ditentukan dari daya mampu pasok dalam memenuhi kebutuhan beban puncak pada sistem tersebut.

Sistem berstatus Normal apabila cadangan operasi tersedia cukup dan lebih besar dari unit pembangkit terbesar pada suatu sistem.

Status sistem Siaga apabila cadangan operasi ada namun lebih kecil dari unit pembangkit terbesar pada suatu sistem. Sedangkan status sistem Defisit ditentukan apabila tidak ada cadangan operasi sehingga menyebabkan pemadaman sebagian bergilir pada daerah dalam sistem tersebut.

I.1.6 Tingkat Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Energi Yang Bersifat Lintas Sektoral

Pengawasan pelaksanaan kebijakan energi yang bersifat lintas sektoral terbagi menjadi:

1. Bidang fosil.

2. Bidang ketenagalistrikan.

3. Bidang energi baru terbarukan.

Pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui rapat koordinasi dan analisis antara target RUEN dan capaian yang dihasilkan pada masing- masing bidang pengawasan, kemudian disampaikan kepada

(12)

10 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

Anggota Dewa Energi Nasional melalui Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional sebagai sebuah usulan rekomendasi.

Setelah melalui pembahasan dengan anggota Dewan Energi Nasional, kemudian usulan rekomendasi disampaikan kepada pihak- pihak terkait sebagai sebuah rekomendasi dari Dewan Energi Nasional. Terdapat beberapa rekomendasi yang disampaikan oleh Dewan Energi Nasional kepada Pemerintah seperti, implementasi B30, PLTU mulut tambang, pemanfaatan dimethyl ether, dan lainnya.

(13)

11 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

I.2 Potensi dan Permasalahan I.2.1 Potensi

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman energi dan mineral, dimana dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 diamanatkan bahwa sumber daya energi merupakan kekayaan alam dikuasai negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Peranan energi sangat penting artinya bagi peningkatan kegiatan ekonomi dan ketahanan nasional, sehingga pengelolaan energi yang meliputi penyediaan, pemanfaatan, dan pengusahaannya harus dilaksanakan secara berkeadilan, berkelanjutan, rasional, optimal, dan terpadu. Cadangan sumber daya energi tidak terbarukan terbatas, maka perlu adanya kegiatan penganekaragaman sumber daya energi agar ketersediaan energi terjamin.

Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, melalui Undang-Undang nomor 30 tahun 2007 tentang Energi, Pemerintah diamanatkan untuk membentuk Dewan Energi Nasional yang bertugas untuk:

1. Merancang dan merumuskan Kebijakan Energi Nasional 2. Menetapkan Rencana Umum Energi Nasional

3. Menetapkan langkah-langkah penanggulangan kondisi krisis dan darurat energi

4. Mengawasi pelaksanaan kebijakan bidang energi yang bersifat lintas sektoral

Dewan Energi Nasional terdiri dari Anggota Unsur Pemerintah dan Anggota Unsur Pemangku Kepentingan, dengan rincian sebagai berikut:

a) Pimpinan Dewan Energi Nasional

 Presiden Republik Indonesia (ketua)

 Wakil Presiden Republik Indonesia (wakil ketua)

(14)

12 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

 Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ketua harian) b) Anggota Pemerintah (AP)

Menteri Keuangan, Menteri PPN/ Bappenas, Menteri Perhubungan, Menteri Perindustrian, Menteri Pertanian, Menteri Riset Teknologi/ BRIN, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

c) Anggota Pemangku Kepentingan (APK)

 Kalangan Akademisi (2 orang)

 Kalangan Teknologi (1 orang)

 Kalangan Industri (2 orang)

 Kalangan Konsumen (2orang)

 Kalangan Lingkungan Hidup (1 orang)

Dalam rangka membantu pelaksanaan tugas Dewan Energi Nasional, dibentuklah Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional yang secara fungsional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Dewan Energi Nasional dan secara administratif bertanggung jawab kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.

(15)

13 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional memiliki potensi untuk mengkoordinasikan penyelesaian isu energi lintas sektor dan memberikan usulan rekomendasi pencapaian target Kebijakan Energi Nasional dan Rencana Umum Energi Nasional. Selain itu, Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional juga memiliki potensi untuk mengkoordinasikan dan mensinkronkan pencapaian target Kebijakan Energi Nasional dan Rencana Umum Energi Nasional dengan Rencana Umum Energi Daerah bersama Pemerintah Daerah dari 34 Provinsi di Indonesia.

I.2.2 Permasalahan

1. Belum tercapainya ketahanan dan kemandirian energi nasional karena pengelolaan sumber daya energi belum sepenuhnya digunakan sebagai modal dasar pembangunan nasional tetapi masih sebagai komoditas ekspor.

2. Belum adanya indikator penilaian keberhasilan Setjen DEN dalam memberikan dukungan teknis dan administratif kepada Anggota DEN dan Pemerintah Daerah (dalam hal pendampingan penyusunan dan pengawasan implementasi RUED).

3. Target pencapaian dalam KEN, RUEN, dan RUED belum sepenuhnya menjadi prioritas dalam Rencana Strategis Kementerian/ Lembaga dan Pemerintah Daerah.

4. Kajian yang memuat perkiraan permintaan dan penyediaan energi ke depan dalam berbagai berbagai situasi dan kondisi yang didasarkan pada asumsi yang berkembang dari waktu ke waktu dengan menggunakan aplikasi pemodelan perencanaan energi

(16)

14 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

5. Pelaksanaan persidangan DEN belum sesuai dengan ketentuan Perpres nomor 26 tahun 2008 yaitu pelaksanaan Sidang Anggota minimal satu kali dalam dua bulan dan Sidang Paripurna minimal 2 kali dalam setahun.

6. Pencapaian pangsa energi baru terbarukan dalam bauran energi nasional masih belum sesuai dengan target yang ditetapkan dalam KEN dan RUEN.

7. Belum adanya pengawasan terhadap pencapaian pangsa EBT dalam bauran energi yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Umum Energi Daerah (RUED).

8. Belum adanya pengawasan pencapaian target RUEN yang terintegrasi dengan Kementerian/ Lembaga terkait sektor energi dan Pemerintah Daerah.

9. Belum optimalnya pencapaian nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional.

10. Mewujudkan birokrasi di lingkungan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional yang efektif, efisien, serta berorientasi pada layanan prima.

11. Dewan Energi Nasional memiliki peran dan kedudukan yang sangat strategis dalam merumuskan kebijakan energi nasional dalam rangka menjamin ketahanan, kedaulatan, dan kemandirian energi nasional. Oleh karena itu diperlukan kelembagaan Dewan Energi Nasional yang kuat serta didukung dengan pengaturan penguatan kelembagaan Dewan Energi Nasional dalam Peraturan Perundang-Undangan yang terkait.

12. Belum opimalnya pencapaian nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional.

(17)

15 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

BAB II

Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis

Dalam rangka mewujudkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional ke IV, Presiden Republik Indonesia mencanangkan visi – misi sebagai berikut:

1. Peningkatan kualitas manusia Indonesia.

2. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing.

3. Pembangunan yang merata dan berkeadilan.

4. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan.

5. Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa.

6. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

7. Perlingdungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga.

8. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif dan terpercaya.

9. Sinergi Pemerintah Daerah dalam rangka negara kesatuan.

Pencapaian visi – misi melalui transformasi ekonomi yang didukung oleh hilirisasi industri dengan memanfaatkan sumber daya manusia, infrastruktur, penyederhanaan regulasi dan reformasi birokrasi sesuai 5 arahan utama Presiden, yaitu:

1. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM)

Membangun SDM pekerja keras yang dinamis, produktif, terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi didukung dengan kerja sama industri dari talenta global.

(18)

16 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

2. Pembangunan Infrastruktur

Melanjutkan pembangunan infrastuktur untuk menghubungkan kawasan produksi dengan Kawasan distribusi,mempermudah akses ke kawasan wisata, mendongkrak lapangan kerja baru dan mempercepat peningkatan nilai tambah perekonomian rakyat.

3. Penyederhanaan Regulasi

Menyederhanakan segala bentuk regulasi dengan pendekatan Omnibus Law terutama menerbitkan 2 Undang-Undang yaitu Cipta Lapangan Kerja dan Pemberdayaan UMKM.

4. Penyederhanaan Birokrasi

Memprioritaskan investasi untuk penciptaan lapangan kerja, memangkas prosedur dan birokrasi yang panjang dan menyederhanakan Eselonisasi.

5. Transformasi Ekonomi

Melakukan transformasi ekonomi ketergantungan Sumber Daya Alam (SDA) menjadi daya saing manufaktur dan jasa modern yang mempunyai nilai tambah tinggi bagi kemakmuran bangsa demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Visi – misi dan arahan Presiden diterjemahkan ke dalam Tujuh Agenda Pembangunan RPJMN IV tahun 2020 s.d. 2024 sebagai berikut:

1. Memperkuat ketahaban ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan.

2. Mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesejangan dan menjamin pemerataan.

3. Meningkatkan SDM berkualitas dan berdaya saing.

4. Revolusi mental dan pembangunan kebudayaan.

5. Memperkuat infrastruktur mendukung pengembangan ekonomi dan pelayanan dasar.

(19)

17 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

6. Membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan iklim.

7. Memperkuat stabilitas Politik, Hukum, dan Keamanan serta transformasi pelayanan publik.

II.1. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pada periode 2020 s.d. 2024 terus berusaha dengan baik menjalankan amanah dalam mengoptimalkan pengelolaan energi yang telah menjadi kebutuhan dasar masyarakat dan sektor lainnya serta menjadi modal pembangunan.

Dalam upaya mewujudkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menjadi penggerak utama pembangunan nasional melalui pengelolaan energi dan sumber daya mineral yang optimal demi terwujudnya kemandirian dan ketahanan energi untuk kesejahteraan rakyat yang adil dan merata, akan dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas SDM melalui penerapan nilai-nilai Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Jujur, Professional, Melayani, Inovatif, dan Berarti);

2. Mengoptimalkan pengelolaan dan meningkatkan nilai tambah energi dan mineral yang berkelanjutan;

3. Mengakselerasi pemanfaatan energi baru, energi terbarukan, dan konservasi energi;

4. Menjamin ketersediaan energi nasional;

5. Meningkatkan aksesibilitas energi dengan harga terjangkau kepada seluruh masyarakat;

6. Meningkatkan pelayanan mitigasi bencana geologi (gunung api, gerakan tanah, gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi).

(20)

18 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

Dalam mengemban amanah besar sebagai penggerak utama pengelolaan energi nasional, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral terus bertransformasi kearah yang lebih baik untuk menjadi sebuah institusi pemerintahan yang professional, berkualitas, bermartabat, terpercaa, dihormati, dan disegani dengan didukung oleh sumber daya manusia yang mampu bekerja secara Cepat, Cermat, dan Produktif.

II.1.1 Tujuan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Dalam mewujudkan visi-misi dan arahan Presiden Republik Indonesia 2020 s.d. 2024, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memiliki tujuan:

1. Peningkatan kemandirian dan ketahanan energi;

2. Optimalisasi pengelolaan energi dan mineral yang berkelanjutan dalam rangka meningkatkan nilai tambah;

3. Peningkatan pelayanan mitigasi bencana geologi (gunung api, gerakan tanah, gempa bumi, tsunami, dan likuifakasi);

4. Penguatan kapasitas organisasi dalam rangka menjadi penggerak utama sektor Energi dan Sumber Daya Mineral.

II.1.2 Sasaran Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Dalam rangka mendukung pencapaian 4 tujuan tersebut diatas, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menetapkan 13 sasaran strategis, sebagai berikut:

1. Meningkatnya kemandirian dan ketahanan energi nasional;

2. Optimalisasi ketersediaan pasokan mineral;

3. Meningkatnya kesiapsiagaan bencana geologi;

4. Meningkatnya kompetensi sumber daya manusia sektor Energi dan Sumber Daya Mineral;

(21)

19 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

5. Optimalisasi kontribusi sektor Energi dan Sumber Daya Mineral yang bertanggung jawab dan berkelanjutan;

6. Layanan sektor Energi dan Sumber Daya Mineral yang optimal;

7. Perumusan kebijakan dan regulasi sektor Energi dan Sumber Daya Mineral yang berkualitas;

8. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sektor Energi dan Sumber Daya Mineral yang efektif;

9. Penelitian dan pengembangan sektor Energi dan Sumber Daya Mineral yang produktif;

10. Terwujudnya birokrasi yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima;

11. Organisasi yang fit dan SDM yang unggul;

12. Optimalisasi teknologi informasi yang terintegrasi;

13. Pengelolaan sistem anggaran yang optimal.

II.2. SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL

Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional telah menyusun rencana strategis periode 2020 s.d. 2024 dengan mengacu kepada rencana strategis Kementerian Energi dan sumber Daya Mineral serta menyesuaikan dengan tugas yang diamanatkan untuk memberikan dukungan teknis dan administratif kepada Dewan Energi Nasional.

Dalam upaya mewujudkan tujuan dan sasaran dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta menunaikan tugas yang diamanatkan, Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional senantiasa melakukan perbaikan ke arah yang lebih baik agar dapat meningkatkan kinerja organisasi. Adapun hal-hal yang akan dilakukan meliputi:

1. Penguatan kelembagaan Dewan Energi Nasional;

(22)

20 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

2. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas Sumber Daya Manusia (SDM);

II.2.1 Tujuan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional

Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional mengutip tujuan yang ditetapkan dalam rencana strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, yaitu:

1. Peningkatan kemandirian dan ketahanan energi nasional;

2. Penguatan kapasitas organisasi dalam rangka menjadi penggerak utama sektor energi dan sumber daya mineral.

II.2.2 Sasaran Strategis Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional

Dalam rangka mendukung capaian dari tujuan tersebut diatas, Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional menetapkan 10 sasaran strategis sebagai berikut:

1. Meningkatnya kemandirian dan ketahanan energi nasional;

2. Layanan dukungan teknis dan administratif yang optimal;

3. Layanan penyusunan rancangan perencanaan energi lintas sektor yang berkelanjutan;

4. Merumuskan kebijakan energi dan menyusun perencanaan energi yang bersifat lintas sektor serta kehumasan dan persidangan DEN;

5. Melaksanakan pengawasan implementasi kebijakan yang bersifat lintas sektoral;

6. Monitoring dan evaluasi kinerja organisasi serta perumusan regulasi;

7. Terwujudnya birokrasi yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima;

8. Organisasi yang fit dan SDM yang unggul;

9. Pengelolaan sistem anggaran yang optimal.

(23)

21 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, REGULASI, DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

III.1 Arah Kebijakan dan Strategi Nasional

Arah Pembangunan Nasional yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 telah memasuki fase akhir dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Pada tahap ini visi yang akan dicapai dalam 5 tahun ke depan adalah:

“Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM berkualitas yang berdaya saing.”

Dengan melihat capaian yang telah dilaksanakan sampai dengan fase ketiga dari konsep pembangunan jangka panjang yang tertuang dalam RPJPN 2005-2025, serta melihat tantangan, peluang dan daya dukung yang dimiliki oleh bangsa ini, maka diperlukan penerapan sasaran strategis yang lebih agresif serta sinergitas yang baik antar Kementerian/Lembaga untuk mewujudkan misi RPJPN 2005-2025.

Sesuai dengan RPJPN 2005-2025, sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya sektor perekonomian yang kokoh berlandasan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.

(24)

22 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

Wujud masyarakat Indonesia yang akan dicapai adalah Mandiri diri yaitu setiap masyarakat Indonesia mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri. Yang kedua adalah Maju yaitu kualitas individu dari setiap masyarakat Indonesia mengalami peningkatan yang diukur dari kualitas SDM, tingkat kemakmuran, dan kemantapan sistem dan kelembagaan politik dan hukum. Yang ketiga adalah Adil yaitu setiap masyarakat Indonesia akan diperlakukan sama dan sederajat tanpa adanya pembatasan/diskriminasi dalam bentuk apa pun, baik antar individu, gender, maupun wilayah. Dan yang terakhir adalah Makmur yaitu setiap masyarakat Indonesia terpenuhi seluruh kebutuhan hidupnya, sehingga dapat memberikan makna dan arti penting serta warna bagi aspek kehidupan sosial.

Terdapat 4 (empat) pilar dari RPJMN ke IV tahun 2020-2024 yang merupakan amanat RPJPN 2005-2025 untuk mencapai tujuan utama dari rencana pembangunan nasional periode terakhir yaitu:

1. Kelembagaan politik dan hukum yang mantap.

2. Kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat.

3. Struktur ekonomi yang semakin maju dan kokoh.

4. Terwujudnya keanekaragaman hayati yang terjaga.

Keempat pilar tersebut diterjemahkan ke dalam 7 agenda pembangunan yang di dalamnya terdapat Program Prioritas, Kegiatan Prioritas, dan Proyek Prioritas.

Tujuh agenda pembangunan RPJMN IV 2020 s.d. 2024 adalah:

1. Memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan.

2. Mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan dan menjamin pemerataan.

(25)

23 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

3. Meningkatkan SDM berkualitas dan berdaya saing.

4. Revolusi mental dan pembangunan kebudayaan.

5. Memperkuat infrastruktur mendukung pengembangan ekonomi dan pelayanan dasar.

6. Membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan iklim.

7. Memperkuat stabilitas polhukhankam dan transformasi pelayanan publik.

Agenda yang terkait langsung dengan tugas dan fungsi Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional diantaranya adalah:

1. Agenda 1 - Memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas.

Pondasi makro ekonomi yang kokoh dengan memperkuat kualitas investasi beserta inovasi dalam negeri merupakan arah dari rencana pembangunan ekonomi Indonesia. Arah kebijakan yang terkait dengan sektor ESDM adalah pengelolaan sumber daya energi dengan peningkatan nilai tambah ekonomi. Strategi pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

 Rumusan kebijakan/ strategi peningkatan ketahanan energi nasional.

 Rumusan rekomendasi kebijakan energi lintas sektor hasil koordinasi dan sinkronisasi.

 Layanan Penyusunan Rancangan Perencanaan Energi Lintas Sektor Yang Berkelanjutan

2. Agenda 6 - Membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana, dan perubahan iklim.

Arah kebijakan untuk prioritas nasional membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana, dan perubahan iklim terdiri dari:

(26)

24 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

 Rumusan rekomendasi kebijakan energi lintas sektor hasil koordinasi dan sinkronisasi.

 Layanan Penyusunan Rancangan Perencanaan Energi Lintas Sektor Yang Berkelanjutan

III.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL

Dalam periode 2020 s.d. 2024 arah kebijakan Sekretariat Jenderal DEN dalam mendukung Agenda 1 Memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas dan Agenda 6 Membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana, dan perubahan iklim RPJMN 2020 s.d. 2024.

Dalam mendukungan arah kebijakan pembangunan ESDM yang berpedoman pada paradigma bahwa sumber daya energi tidak dijadikan sebagai komoditas ekspor semata, tetapi sebagai modal pembangunan nasional untuk mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi.

Arah kebijakan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional terkait dengan peningkatan ketahanan dan kemandirian energi nasional akan berfokus pada penerapan RUEN melalui peningkatan koordinasi lintas sektor baik pada Kementerian/Lembaga maupun pada tingkat Pemerintah Daerah.

Selain itu, tidak menutup kemungkinan untuk melakukan pengkajian kembali antara kesesuaian kebijakan dan regulasi yang dirumuskan oleh Dewan Energi Nasional dengan kondisi keenergian dan perekonomian nasional saat ini.

Adapun strategi penerapan RUEN untuk meningkatkan ketahanan dan kemandirian energi nasional meliputi:

(27)

25 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

 Sinkronisasi Rencana Strategis Kementerian/ Lembaga yang masuk dalam keanggotaan Dewan Energi Nasional dengan Rencana Umum Energi Nasional.

 Formulasi rekomendasi kebijakan/ regulasi hasil pembahasan isu-isu strategis bidang energi yang bersifat lintas sektor.

 Pengawasan pelaksanaan pencapaian target RUEN pada tingkat Pusat dan RUED pada tingkat Daerah.

III.3 KERANGKA REGULASI SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran strategis Sekretariat Jenderal Dewan Energ Nasional, akan diusulkan rancangan peraturan dan regulasi yang sesuai dengan tugas Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional berdasarkan kebutuhan dan pertimbangan akibat adanya beberapa regulasi yang masih belum ditetapkan pada periode sebelumnya, serta perubahan arah pembangunan nasional, dan juga penetapan indikator kinerja utama yang lebih bersifat outcome. Adapun rencana dan usulan peraturan perundang-undangan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional antara lain:

1. Rancangan Peraturan Presiden tentang Dewan Energi Nasional.

Dalam mendukung kebijakan Presiden terkait penyederhanaan peraturan perundang-undnagan, Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional melakukan langkah – langkah deregulasi dengan merevisi dan menyederhanakan beberapa peraturan perundang-undangan dalam rangka mengoptimalkan tugas dan Fungsi Dewan Energi Nasional dan/atau Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional.

2. Rancangan Peraturan Presiden tentang Cadangan Penyangga Energi.

Pada UU nomor 30 tahun 2007 tentang Energi (pasal 5 bagian kedua), disebutkan bahwa :

 Untuk menjamin ketahanan energi nasional, pemerintah wajib menyediakan cadangan penyangga energi (CPE).

(28)

26 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

 Ketentuan mengenai jenis, jumlah, waktu, dan lokasi CPE diatur oleh Dewan Energi Nasional.

Selanjutnya, dalam PP 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional diamanatkan bahwa DEN mengatur jenis, jumlah, waktu, dan lokasi CPE.

Dalam melaksanakan amanat Peraturan Perundang – Undangan tersebut diatas, Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional memfasilitasi Dewan Energi Nasional untuk menyusun Peraturan Presiden tentang Cadangan Penyangga Energi. Rancangan Peraturan tersebut telah rampung disusun, pada periode 2020 s.d. 2024 ini akan diupayakan Peraturan tersebut untuk dapat ditetapkan.

3. Rancangan Peraturan Menteri ESDM tentang Tata Cara Tindakan Penanggulangan Krisis Energi dan/atau Darurat Energi.

Dalam pasal 17 Peraturan Presiden nomor 41 tahun 2016 tentang Tata Cara Penetapan Dan Penanggulangan Krisis Energi Dan/ Atau Darurat Energi diamanatkan untuk membuat regulasi lebih lanjut mengenai tata cara tindakan penanggulangan Krisis Energi dan/ atau Darurat Energi diatur dalam Peraturan Menteri. Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional telah rampung menyusun Rancangan Peraturan Menteri tentang Tata Cara Tindakan Penanggulangan Krisis Energi dan/atau Darurat Energi, yang dalam periode 2020 s.d. 2024 ini diupayakan untuk dapat ditetapkan.

4. Rancangan Peraturan Presiden tentang Pedoman Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Energi yang Bersifat Lintas Sektor.

Sesuai dengan tugas keempat Dewan Energi Nasional yang tertuang dalam UU No.30/2007 Tentang Energi Pasal 12 ayat (2) huruf d, dimana Dewan energi nasional bertugas mengawasi pelaksanaan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas sektoral. Tugas DEN juga diatur dalam

(29)

27 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

Pasal 28 PP No.79/2014 tentang Kebijakan Energi Nasional yang menyebutkan bahwa Dewan Energi Nasional melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan energi nasional yang bersifat lintas sektoral. Selain itu, Pasal 5 ayat (1) Perpres RUEN No.22/2017 menyebutkan bahwa DEN melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan RUEN dan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas sektoral. Pelaksanaan tugas DEN dalam mengawasi pelaksanaan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas sektoral dilakukan secara terkoordinasi dengan instansi terkait baik Pusat maupun daerah dan pihak lain terkait dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang tertuang dalam Perpres 26/2008 tentang Pembentukan Dewan Energi Nasional dan Tata Cara Penyaringan Calon Anggota Dewan Energi Nasional. Namun dalam Perpres tersebut tidak ada penjabaran dan pembahasan lebih lanjut terkait pengawasan terkoordinir dimaksud, sehingga perlu adanya payung hukum yang mengatur pelaksanaan tugas pengawasan dewan energi nasional.

III.4 KERANGKA KELEMBAGAAN

Kerangka kelembagaan digunakan sebagai perangkat organisasi yang melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan, sasaran strategi, kebijakan, serta target indikator kinerja.

III.4.1 Kedudukan, Tugas dan Fungsi Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional Pembentukkan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional diamanatkan dalam Undang-Undang nomor 30 tahun 2007 tentang energi, secara khusus disebutkan pada Pasal 16 “Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Energi Nasional dibantu oleh Sekretariat Jenderal yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal.”

Lebih lanjut terkait dengan kedudukan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional, diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 26 tahun 2008 pasal 7

(30)

28 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

ayat 2 disebutkan bahwa Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional berada di lingkungan instansi Pemerintah yang membidangi energi.

Kemudian pada ayat 3 disebutkan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional secara fungsional berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Dewan Energi Nasional, dan secara administratif bertanggung jawab kepada Menteri yang membidangi energi.

Pada Peraturan Menteri ESDM nomor 14 tahun 2009 disebutkan kedudukan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional secara fungsional berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Dewan Energi Nasional dan secara administratif bertanggungjawab kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.

Dengan kedudukan tersebut, pada pasal 2 dijelaskan bahwa Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional mempunyai tugas memberikan dukungan teknis dan administratif kepada Dewan Energi Nasional serta fasilitasi kegiatan Kelompok Kerja. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional menyelenggarakan fungsi:

a. Koordinasi kegiatan Dewan Energi Nasional.

b. Penyelenggaraan pengelolaan administrasi umum untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas Dewan Energi Nasional, dan fasilitasi kegiatan Kelompok Kerja.

c. Penyelenggaraan fasulitasi persidangan untuk perumusan Kebijakan Energi Nasional dan penetapan Rencana Umum Energi Nasional.

d. Penyelenggaraan fasilitasi untuk penanggulangan krisis energi dan pelaksanaan pengawasan kebijakan energi.

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Ketua Harian Dewan Energi Nasional

(31)

29 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

III.4.2 Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional

SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL

Kalangan Teknologi:

(1 orang) Kalangan Industri:

(2 orang) Kalangan Akademisi:

(2 orang)

Kalangan Lingkungan Hidup:

(1 orang)

Kalangan Konsumen:

(2 orang) ANGGOTA UNSUR PEMANGKU KEPENTINGAN MENTERI KEUANGAN

MENTERI PERENCANAAN PEMBAGUNGAN NASIONAL/

KEPALA BAPPENAS MENTERI PERHUBUNGAN MENTERI PERINDUSTRIAN

MENTERI PERTANIAN MENTERI RISTEK / KEPALA BADAN RISET INOVASI NASIONAL MENTERI LINGKUNGAN HIDUP &

KEHUTANAN

1. Dirjen Minyak dan Gas Bumi 2. Dirjen Energi Baru Terbarukan dan

Konservasi Energi 3. SAM Bidang Perencanaan

Strategis

4. SAM Bidang Investasi dan Pembangunan Infrastruktur 5. SAM Bidang Ekonomi Sumber

Daya Alam

6. SAM Bidang Lingkungan Hidup &

Tata Ruang ANGGOTA UNSUR

PEMERINTAH

Wakil Tetap ESDM

Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional

Kepala Biro Umum PRESIDEN

Selaku KETUA DEN

WAKIL PRESIDEN Selaku WAKIL KETUA DEN MENTERI ESDM

Selaku KETUA HARIAN DEN

PIMPINAN

Berdasarkan KepMen ESDM No.7641 K/73/MEM/2016

*

*

Persidangan Kepala Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan

Pengawasan Energi Kepala Biro Fasilitasi Penanggulangan Krisi dan

ORGANISASI DEN

(32)

30 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional dipimpin oleh Sekretaris Jenderal yang dibantu oleh 3 (tiga) Unit Eselon II. Masing-masing Unit Eselon II memiliki tugas dan fungsi yaitu:

1. Biro Umum

Biro Umum mempunyai tugas membantu Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional dalam rangka penyelenggaraan admnistrasi umum yang meliputi perencanaan kerja, keuangan, dan perbendaharaan, hukum, kepegawaian dan organisasi, kerumahtanggaan, perlengkapan dan tata usaha di lingkungan Dewan Energi Nasional.

2. Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan

Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan mempunya tugas membantu Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional dalam penyelenggaraan persidangan, penyiapan dan pengelolaan bahan- bahan persidangan Dewan Energi Nasional dalam rangka perancangan dan perumusan Kebijakan Energi Nasional dan penetapan Rencana Umum Energi Nasional, penyelenggaraan hubungan kemasyrakatan serta fasilitasi kegiatan kelompok kerja.

3. Biro Fasilitasi Penanggulangan Krisis dan Pengawasan Energi

KELOMPOK JABFUNG

KELOMPOK JABFUNG KELOMPOK JABFUNG

Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional

Dr. Ir. Djoko Siswanto, M.B.A.

Kabag. Fasilitasi Penanggulangan Krisis Energi

Ir. Dwi Kusumantoro, M.Si.

Kepala Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan Ir. Sugeng Mujiyanto, M.Sc., M.Env.Eng.Sc.

Kabag. Fasilitasi Rencana Umum Energi

Dra. Suharyati

Kabag. Rumah Tangga Yuli Wahono, S.Sos., M.M.

Kabag. Hukum & Kepegawaian Supriadi, S.H.

Kabag. Perencanaan &

Keuangan Dra. Sri Sutjiati, M.Si.

Kabag. Fasilitasi Kebijakan Energi Lisa Ambarsari, S.T., M.S.E..

Kabag. Fasilitasi Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Energi Bambang Priyambodo, S.E.

Kepala Biro Fasilitasi Penanggulangan Krisis dan

Pengawasan Energi Dr. Ir. Ediar Usman, M.T.

Kepala Biro Umum

Mustika Pertiwi, S.T., M.M.

Kabag. Humas & Persidangan Syamsu, S.T.

T.M.T. 31 Desember 2019

STRUKTUR ORGANISASI

(33)

31 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

Biro Fasilitasi Penanggulangan Krissi dan Pengawasan Energi mempunyai tugas membantu Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional dalam memfasilitasi penetapan langkah-langkah penanggulangan kondisi krisis dan darurat energi, serta pengawasan pelaksanaan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas sektoral.

III.4.3 Arah Kebijakan Kelembagaan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional Seiring dengan visi kabinet Indonesia Maju 2019 s.d. 2024 tentang penyederhanaan birokrasi menjadi 2 level dan transformasi jabatan struktural Eselon III ke bawah ke dalam jabatan fungsional, Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional menyesuaikan kebijakan penataan organisasi untuk mempercepat pengambilan keputusan melalui disposisi atau komunikasi yang lebih fleksibel serta proses bisnis (draft, review, approval) yang lebih sederhana agar tercipta birokrasi yang lebih dinamis, agile, professional, efektif, dan efisien dalam pelayanan publik.

III.4.4 Pengelolaan Sumber Daya Aparatur Sipil Negara

1. Kondisi Sumber Daya Aparatur Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional saat ini

Jumlah keseluruhan pegawai Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional pada bulan Agustus tahun 2020 adalah sebanyak 96 orang Aparatur Sipil Negara, dengan rincian sebagai berikut:

a. Jenis Kelamin

 Laki-laki sejumlah 57 orang.

 Perempuan sejumlah 39 orang.

b. Jabatan Struktural

 Eselon I sejumlah 1 orang.

 Eselon II sejumlah 3 orang.

 Eselon III sejumlah 8 orang.

 Eselon IV sejumlah 15 orang.

(34)

32 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

 Jabatan Fungsional tertentu dan umum sejumlah 68 orang.

c. Golongan

 Golongan IV sejumlah 13

 Golongan III sejumlah 77

 Golongan II sejumlah 6 d. Tingkat Pendidikan

 S3 sejumlah 3 orang

 S2 sejumlah 24 orang

 S1 sejumlah 58 orang

 DIII sejumlah 3 orang

 SMA sejumlah 8 orang

2. Proyeksi kebutuhan SDA tahun 2020 s.d. 2024

PROYEKSI

Pegawai Yang Akan Pensiun Pegawai Yang Dibutuhkan 2020 2021 2022 203 2024 2020 2021 2022 203 2024

2 4 1 3 1 8 9 7 9 9

(35)

BAB IV

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

IV.1 TARGET KINERJA

Rencana Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2020 s.d. 2024 disusun dengan menerapkan metode balance scorecard, dimana setiap target kinerja yang dimiliki oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral di cascading kepada seluruh Eselon I sesuai dengan tugas dan fungsi yang dimiliki.

Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional sebagai salah satu Unit Eselon I di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyusun Rencana Strategis tahun 2020 s.d. 2024 berdasarkan hasil cascading kinerja dari Kementerian serta menetapkan indicator kinerja yang terukur dengan metode penilaian yang transparan dalam rangka menilai pencapaian secara akurat serta memetakan kendala dan hambatan sedini mungkin, untuk menentukan langkah-langkah yang diperlukan sebagai upaya mengoptimalkan kinerja organisasi. Penjabaran indikator kinerja Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional sampai dengan tahun 2024 disajikan pada tabel dibawah ini.

No Sasaran Strategis dan

Indikator Kinerja Utama Satuan Target

2020 2021 2022 2023 2024 1 Meningkatnya Kemandirian dan Ketahanan Energi

- Rumusan kebijakan/ strategi peningkatan ketahanan energi nasional

Rumusan rekomendasi

1 4 4 4 4

2 Layanan Dukungan Teknis Administratif yang Optimal Setjen DEN - Indeks Kepuasan Layanan

dukungan teknis dan administratif yang optimal Setjen DEN

Indeks 3.07 3.25 3.30 3.35 3.40

(36)

No Sasaran Strategis dan

Indikator Kinerja Utama Satuan Target

2020 2021 2022 2023 2024 3 Layanan Penyusunan Rancangan Perencanaan Energi Lintas Sektor yang Berkelanjutan - Indeks kepuasan layanan

perencanaan energi Indeks 3.07 3.25 3.30 3.35 3.40

4 Merumuskan Kebijakan Energi dan Menyusun Perencanaan Energi Yang Bersifat Lintas Sektor Serta Kehumasan dan Persidangan DEN

- Rumusan rekomendasi kebijakan energi lintas sektor hasil koordinasi dan sinkronisasi

Rumusan rekomendasi

1 4 4 5 6

- Rumusan perencanaan energi

yang bersifat lintas sectoral Outlook Energi Indonesia

(OEI)

1 1 1 1 1

- Jumlah penyiapan

Persidangan DEN Bahan

Persidangan 8 8 8 8 8

- Persentase produk hukum

yang ditindaklanjuti % 100 100 100 100 100

5 Melaksanakan Pengawasan Implementasi Kebijakan Energi Yang Bersifat Lintas Sektoral - evaluasi pencapaian bauran

energi primer nasional

Rumusan hasil pengawasan

1 2 2 2 2

- Evaluasi pencapaian bauran

energi daerah Rumusan

rekomendasi 0 17 34 34 34

- terselenggaranya monitoring implementasi matriks kegiatan RUEN

Monitoring

kegiatan 150 175 200 250 383 6 Monitoring dan Evaluasi Kinerja Organisasi serta Perumusan Regulasi

- Nilai SAKIP Setjen DEN Nilai 80 85.31 85.58 85.83 86.08

- Level maturitas SPIP Setjen DEN Indeks 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 7 Terwujudnya Birokrasi Yang Efektif, Efisien, dan Berorientasi Pada Layanan Prima

- Indeks Reformasi Birokrasi Nilai 80 85 85 90 90

8 Organisasi yang Fit dan SDM yang Unggul

- Indeks profesionalitas ASN % 71 81 82 82 82

- Nilai evaluasi kelembagaan

Setjen DEN nilai 54.99 74 74 74 75

9 Pengelolaan Sistem Anggaran yang Optimal - Nilai Indikator Pelaksanaan

Anggaran (IKPA)

Nilai 93.8 94 94.3 94.5 94.98

(37)

35 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

Setiap indikator kinerja ditetapkan sesuai dengan tugas dan fungsi yang dimiliki oleh masing-masing Biro di lingkungan Sekretariat Jenderal DEN.

Penilaian atas capaian target tersebut disampaikan secara rinci dibawah ini.

Sasaran Strategis 1: Meningkatnya Kemandirian dan Ketahanan Energi Nasional.

IKU 1: rumusan kebijakan/ strategi peningkatan ketahanan energi nasional Definisi Ketahanan Energi Nasional Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 adalah suatu kondisi terjaminnya ketersediaan energi dan akses masyarakat terhadap energi pada harga yang terjangkau dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan hidup. Ketahanan energi bersifat dinamis yang dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan strategis baik internal maupun eksternal, antara lain perkembangan pasokan dan kebutuhan energi, investasi untuk mendukung pembangunan infrastruktur energi, dan dampak kebijakan dan regulasi sektor energi dan lintas sektor terkait.

Sekretariat Jenderal DEN melalui kegiatan ini melakukan penilaian ketahanan energi nasional dan regional (difokuskan di Pulau Sumatera) pada tahun berjalan. Dalam kegiatan ini memerlukan masukan dan tanggapan dari para pemangku kepentingan dan pakar energi terhadap masing-masing aspek, indikator dan parameter yang telah disusun untuk menilai tingkat ketahanan energi nasional melalui Focus Group Discussion (FGD). Berdasarkan hasil penilaian tingkat ketahanan energi nasional, akan dirumuskan rekomendasi peningkatan ketahanan energi Indonesia dan buku Ketahanan Energi Indonesia.

Penilaian ketahanan energi nasional mengunakan pendekatan 4 aspek ketahanan energi yang saling terkait dan berpengaruh, yaitu aspek ketersediaan (availability), kemampuan akses (accessibility),

(38)

36 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

keterjangkauan (affordability) dan penerimaan masyarakat (acceptability). Dalam penentuan penilaian ketahanan energi nasional diperlukan data dan informasi kondisi penyediaan dan kebutuhan energi terkini secara nasional. Metode yang digunakan adalah multi criteria analysis (MCA). Metode ini dipilih dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi penilaian ketahanan energi pada masing- masing aspek. Diperlukan narasumber sebagai expert judgement guna menilai kondisi ketahanan energi berdasarkan data capaian masing- masing parameter. Narasumber berasal dari Kementerian/Lembaga, antara lain unit-unit Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, Kementerian Perhubungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Riset, Teknologi, Bappenas, Lemhannas, serta Badan Usaha sektor energi, akademisi perguruan tinggi, asosiasi, pakar energi, dan pihak lain yang terkait. Expert judgement juga akan diminta pendapatnya terhadap bobot dari masing- masing aspek, indikator, atau parameter.

Strategi pencapaian target IKU dari rumusan/strategi peningkatan ketahanan energi nasional dilakukan dengan menganalisis indeks ketahanan energi nasional yang berasal dari Kementerian EDSM, Kementerian Perhubungan, Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Dalam Negeri, serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Dari hasil penilaian, di lakukan analisa terhadap masing-masing indikator.

Terhadap Indikator yg menunjukkan kondisi kurang tahan atau nilainya di bawah rata-rata, dilakukan pendalaman dengan mengundang stakeholder terjait untuk mengkaji cara meningkatkan indikator dimaksud.

(39)

37 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

Sasaran Strategis 2: Layanan Dukungan Teknis dan Administratif yang Optimal Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional.

IKU 2: Indeks Kepuasan Layanan Dukungan Teknis dan Administratif Yang Optimal Sekeretariat Jenderal DEN.

Dalam rangka mengukur keberhasilan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional memberikan dukungan teknis dan administrative kepada Dewan Energi Nasional, maka ditetapkan indikator kinerja yang dapat dijadikan instrument penilaian yaitu Indeks Kepuasan Layanan Dukungan Teknis dan Administratif yang Optimal Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional.

Sejalan dengan gerakan reformasi birokrasi untuk membangun kepercayaan publik, melalui indikator ini dirasa dapat mencerminkan kualitas layanan dengan penetapan standar pelayanan yang optimal guna mengukur sejauh mana kualitas pelayanan yang telah diberikan.

Adapun aspek penilaian dari tingkat kepuasan dari pelayanan antara lain:

1. Pesyaratan layanan/ Standar Operasional Prosedur (SOP)

Aspek Persyaratan layanan/Standar Operasional Prosedur (SOP) didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan mengenai kepentingan terhadap kebutuhan persyaratan layanan/ Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam sebuah layanan serta penilaian kepuasan terhadap kesesuaian pelayanan dengan persyaratan layanan/ Standar.

2. Sistem, Mekanisme, Prosedur

Aspek Kemudahan Prosedur Layanan didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan mengenai kepentingan terhadap kebutuhan prosedur pelayanan yang mudah dalam sebuah layanan serta penilaian kepuasan terhadap kemudahan prosedur pelayanan yang diberikan.

(40)

38 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

3. Waktu Penyelesaian

Aspek Kecepatan Waktu Layanan didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan mengenai kepentingan terhadap kebutuhan waktu layanan yang cepat dalam sebuah layanan serta penilaian kepuasan terhadap kecepatan waktu pelayanan yang diberikan.

4. Kewajaran terhadap Biaya/ Tarif yang dibebankan

Aspek Kewajaran terhadap Biaya/Tarif yang dibebankan didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan mengenai kepentingan terhadap kebutuhan tarif yang wajar dalam sebuah layanan serta penilaian kepuasan terhadap kewajaran tarif yang dibebankan terhadap pengguna layanan dengan jenis layanan yang diberikan. Mengingat Sekretariat Jenderal DEN memberikan pelayanan kepada DEN tanpa memungut biaya/ tariff, hal ini menjadi sebuah keunggulan tersendiri dalam penilaian indeks kepuasan layanan.

5. Kesesuaian Produk Pelayanan pada standar pelayanan dengan hasil produk pelayanan

Aspek Kesesuaian Produk Pelayanan pada standar pelayanan dengan hasil produk pelayanan didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan mengenai kepentingan terhadap kebutuhan pencantuman produk layanan yang dikeluarkan dalam standar layanan serta penilaian kepuasan terhadap hasil produk pelayanan jika dibandingkan dengan produk pelayanan yang dijanjikan dalam standar pelayanan.

6. Kompetensi dan Kemampuan petugas (Layanan Tatap Muka) atau Ketersediaan informasi sistem online (Layanan Online)

a) Kompetensi dan kemampuan petugas (layanan tatap muka) Aspek Kompetensi dan Kemampuan Petugas didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan mengenai kepentingan terhadap perlu tidaknya kompetensi dan kemampuan petugas pada sebuah

(41)

39 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

layanan serta penilaian kepuasan terhadap kompetensi dan kemampuan petugas yang diberikan.

b) Ketersediaan informasi sistem online

Aspek Ketersediaan informasi sistem online didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan mengenai kepentingan terhadap ketersediaan informasi pada sebuah layanan serta penilaian kepuasan terhadap tingkat ketersediaan informasi pada sistem online untuk layanan yang diberikan.

7. Perilaku Petugas petugas (Layanan Tatap Muka) atau Ketersediaan informasi sistem online (Layanan Online)

a) Perilaku petugas (layanan tatap muka)

Aspek Perilaku Petugas didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan mengenai kepentingan terhadap penilaian perilaku petugas pada sebuah layanan serta penilaian kepuasan terhadap perilaku petugas yang diberikan.

b) Kemudahan dan kejelasan fitur sistem online (Layanan Online) Aspek kemudahan dan kejelasan fitur sistem online didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan mengenai kepentingan terhadap kemudahan dan kejelasan fitur pada sebuah layanan serta penilaian kepuasan terhadap tingkat kemudahan dan kejelasan fitur sistem online untuk layanan.

8. Kualitas Sarana dan Prasarana

Aspek Kualitas Sarana dan Prasarana didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan mengenai kepentingan terhadap kualitas sarana dan prasarana pada sebuah layanan serta penilaian kepuasan terhadap kualitas sarana dan prasarana yang sediakan.

(42)

40 | C e p a t - C e r m a t - P r o d u k t i f

9. Penanganan Pengaduan

Aspek Penanganan Pengaduan didefinisikan sebagai persepsi pengguna layanan mengenai kepentingan terhadap keberadaan fasilitas dan penanganan pengaduan dalam sebuah layanan serta penilaian kepuasan terhadap fasilitas dan penanganan pengaduan yang diberikan.

Untuk mendapatkan nilai atas indeks kepuasan layanan teknis dan administrative yang optimal Sekretariat Jenderal DEN, dilakukan melalui pengisian kuesioner survey kepuasan layanan dengan frekuensi per triwulan oleh customer (Anggota DEN). Data hasil survey yang telah terkumpul akan diinput dalam format perhitungan yang telah disiapkan oleh Biro Perencanaan Kementerian ESDM.

Sasaran Strategis 3: Layanan Penyusunan Rancangan Perencanaan Energi Lintas Sektor Yang Berkelanjutan

IKU 3: Indeks kepuasan layanan perencanaan energi

Sesuai Pasal 4 butir b pada Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 tentang RUEN menyatakan bahwa Dewan Energi Nasional bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melakukan pembinaan penyusunan rancangan RUED Provinsi dan berdasarkan Pasal 30 ayat 2 pada Peraturan Menteri ESDM No 14 Tahun 2009 tentang Tugas dan Fungsi Dewan Energi Nasional menyatakan bahwa Subbagian Pemantauan Pelaksanaan Rencana Umum Energi Nasional mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Rencana Umum Energi Nasional, serta urusan perencanaan energi di daerah.

Dalam memberikan dukungan teknis kepada Dewan Energi Nasional sudah seharusnya mengacu pada tugas Dewan Energi Nasional dimana salah satunya adalah khususnya dalam menetapkan Rencana Umum

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sehubungan dengan Pelelangan Pemilihan Langsung dengan Pascakualifikasi yang di laksanakan oleh Panitia Pengadaan barang/Jasa Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan untuk

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil pemisahan fasa dapat diukur berdasarkan pada aliran fraksi massa yang berbeda-beda, persentase air di dalam campuran (water cut),

Bobot relatif yang dinormalkan merupakan suatu bobot nilai relatif untuk masing-masing faktor pada setiap kolom, dengan membandingkan masing-masing nilai skala dengan

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan ;(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3312) sebagaimana

Pasca perubahan arah pengaturan otonomi daerah melalui pembentukan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang menggantikan Undang-Undang

Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks dan menimbulkan trombosis. Keadaan ini

• Pilihan penghematan investasi awal dengan konsep "Plus" serta jenis "S" dan "P" • Penciptaan suasana yang dapat disesuaikan dengan menggunakan suhu warna