• Tidak ada hasil yang ditemukan

x 100

% X =X1 + X2 + X3 + X4 4

Untuk menghitung X1, X2, X3 dan X4 digunakan rumus:

X(1,2,3,4) = ( a - b ) x 100 Keterangan : a

X : pencegahan impor, ekspor, antar area jenis ikan yang dilarang, dilindungi dan dibatasi

X1 : pencegahan impor, ekspor, antar area jenis ikan yang dilarang, dilindungi dan dibatasi

X2 : pencegahan impor, ekspor, antar area jenis ikan yang dilarang, dilindungi dan dibatasi

X3 : pencegahan impor, ekspor, antar area jenis ikan yang dilarang, dilindungi dan dibatasi

X4 : pencegahan impor, ekspor, antar area jenis ikan yang dilarang, dilindungi dan dibatasi

a : Jumlah jenis ikan yang dilarang, dilindungi dan dibatasi

b : Jumlah jenis ikan yang dibatasi, dilindungi dan dilarang yang tidak dilengkapi dokumen persyaratan sesuai ketentuan yang *tidak dapat dicegah dipintu

Hingga Triwulan IV Tahun 2020, realisasi persentase pencegahan impor, ekspor, antar area jenis ikan yang dilarang, dilindungi dan dibatasi mencapai 99.94 % dari target sebesar 90%. Hasil ini diperoleh dari adanya tindakan pencegahan yg dilakukan UPT BKIPM terhadap lalu lintas impor, ekspor, antar area (domestik masuk dan domestik keluar) terhadap jenis ikan yang dilarang, dilindungi dan dibatasi seperti disajikan pada lampiran 5.

Tabel 2.8 Target dan Realisasi IK5 pada Triwulan IV Tahun 2020 Indikator Kinerja Target

2020

Triwulan 4 Renstra

2020-2024 Target Realisasi % Target % Persentase pencegahan

impor, ekspor, antar area jenis ikan yang dilarang, dilindungi dan dibatasi

90 90 99,94 111,04 90 111,04

IK6. Jumlah unit usaha perikanan yang memenuhi standar dan menerapkan biosecurity

Dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 33/

PERMEN-KP/2014 tentang Instalasi Karantina Ikan pasal 16 dinyatakan bahwa agar media pembawa yang dikenakan tindakan karantina di instalasi karantina tidak menyebarkan HPIK atau HPI yang dipersyaratkan dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, pengelolaan instalasi karantina dilakukan dengan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB). Dalam pelaksanaannya, sertifikasi CKIB merupakan proses yang terintegrasi dengan sertifikasi IKI. Sertifikasi CKIB merupakan proses lanjutan dari sertifikasi IKI. IKI yang sudah menerapkan prinsip-prinsip CKIB dapat dilakukan sertifikasi CKIB. Sebagaimana proses sertifikasi IKI, proses sertifikasi CKIB juga sudah berbasis online sejak tahun 2016, dan dapat diakses oleh seluruh UPT KIPM di Indonesia. SCKIB diterbitkan berdasarkan rekomendasi dari UPT KIPM dan melalui proses verifikasi serta evaluasi oleh Tim Pusat.

Gambar 2.3 Alur Sertifikasi Health Certificate (HC) berbasis Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) serta kegiatan monitoring dan evaluasi penerapannya Pada unit usaha yang menerapkan prinsip CKIB adalah unit usaha yang telah melaksanakan manajemen kesehatan ikan berdasarkan standar biosekuriti untuk menjamin kesehatan ikan. Suatu IKI telah menerapkan prinsip Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) apabila telah memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:

• IKI telah ditetapkan kelayakannya (memiliki Sertifikat IKI);

• IKI telah memenuhi prinsip-prinsip biosecurity;

• IKI telah memenuhi persyaratan administrasi dan manajemen (pakta integritas, SOP, Rekaman Data).

Apabila telah memenuhi syarat sebagai IKI yang menerapkan CKIB kemudian diterbitkan sertifikat CKIB (SCKIB) oleh Pusat Karantina Ikan setelah melalui proses verifikasi dan evaluasi terhadap rekomendasi UPT KIPM atas penerbitan SCKIB.

Indikator Jumlah unit usaha perikanan yang memenuhi standar dan menerapkan biosecurity diukur dengan menghitung jumlah IKI yang telah bersertifikasi SCKIB yang telah diterbitkan oleh Pusat Karantina Ikan - BKIPM. Realisasi indikator ini sampai dengan Triwulan IV tahun 2020 mencapai 297 UPI dari target 110 UPI atau sebesar 100,68%. UPI yang bersertifikat SCKIB sejumlah disajikan pada lampiran 6.

Tabel 2.9 Target dan Realisasi IK6 pada Triwulan IV Tahun 2020 Indikator Kinerja Target

2020

Triwulan 4 Renstra

2020-2024 Target Realisasi % Target % Jumlah unit usaha

IK7. Penjaminan Mutu Hasil Perikanan Domestik

Indikator penjaminan mutu hasil perikanan domestic merupakan gabungan dari 2 (dua) kegiatan, yaitu monitoring Kesegaran Ikan, Residu dan Bahan Berbahaya serta Pengawasan mutu hasil perikanan Domestik.

Monitoring kesegaran ikan, residu dan bahan berbahaya dilakukan dalam rangka pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan. Kegiatan yang telah dilakukan pada triwulan II di 3 (tiga) lokasi yaitu di Perairan Lampung, Perairan Makassar dan Perairan Sorong dengan rincian kegiatan sebagai berikut:

a. Pengambilan contoh (ikan) di masing-masing lokus;

b. Pengujian contoh, dengan parameter uji :

• Organoleptik

• Mikrobiologi : Coliform & Escherichia coli dan Salmonella;

• Residu kimia : logam berat Merkuri (Hg), Cadmium (Cd) dan Plumbun (Pb), Histamin;

• Cemaran Marine biotoxin (racun hayati laut) : Ciguatoxin, ASP, PSP dan DSP.

Sedangkan pengawasan mutu hasil perikanan Domestik sebagai implementasi dari Inpres No. 01 Tahun 2017 terkait dengan penyediaan pangan sehat bagi masyarakat.

Pelaksanaan pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan di pasar domestik (moderen dan tradisional) dilakukan melalui kegiatan monitoring untuk mendapatkan gambaran jaminan mutu hasil perikanan di masing-masing kab/kota.

Lokasi yang menjadi objek pengendalian penjaminan mutu hasil perikanan domestik hingga Triwulan IV di 25 (dua puluh lima) lokasi kab/kota yaitu di Kota Yogyakarta, Kota Bandung, Kota Balikpapan, Kota Bau-Bau, Kota Banjarbaru, Kota Batam, Kota Tahuna, Kota Surabaya, Kota Palembang, Kab Mamuju dan Kab Merauke.

Kegiatan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Domestik dalam rangka penerapan Inpres 01 tahun 2017 tentang Masyarakat Hidup Sehat terdiri dari :

a. Inspeksi sarana prasarana, cara pengolahan yang baik (GMP), persyaratan prosedur operasi sanitasi standar (SSOP) dan penanganan ikan yang baik/ Good Handling Practices (GHdP) terhadap pasar tradisional dan moderen;

b. Pengambilan contoh dalam rangka pengendalian mutu hasil perikanan dilakukan setiap 3 (tiga) bulan untuk masing-masing lokus yang telah ditentukan, dengan jumlah contoh minimal 5 (lima) atau 10% dari jumlah ikan yang ada di masing-masing lokus.

c. Pengujian contoh dalam rangka pengendalian mutu hasil perikanan sesuai dengan parameter yang telah ditentukan, yaitu :

• Pengujian kesegaran ikan (organoleptik);

• Pengujian mikrobiologi (Total Plate Count, E. coli, Salmonella dan parameter lain apabila dibutuhkan);

• Pengujian kimia (bahan kimia yang kemungkinan sengaja ditambahkan dan berdampak pada kesehatan, yaitu formalin dan bahan kimia lainnya yang tidak diperbolehkan untuk pangan).

Pada tahun Triwulan IV 2020, realisasi indikator ini sebanyak 25 lokasi dari target 10 lokasi atau mencapai 120%.

Tabel 2.10 Target dan Realisasi IK7 pada Triwulan IV Tahun 2020 Indikator Kinerja Target

2020

Triwulan 4 Renstra

2020-2024 Target Realisasi % Target % Penjaminan mutu hasil

perikanan domestic 47

lokasi 12

lokasi 12

lokasi 100 88

lokasi 13,63

Gambar 2.3 Pengawasan Mutu Domestik Implementasi INPRES 01 Tahun 2017 dalam mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

IK8. Ikan dan Hasil Perikanan Ekspor dan Domestik tidak berasal dari Destruktif Fishing

Ikan dan hasil perikanan yang akan di ekspor maupun di lalu lintaskan antar area tidak berasal dari kegiatan penangkapan ikan secara tidak bertanggungjawab bukan hanya terbatas pada kegiatan penangkapan ikan secara ilegal (illegal fishing), tetapi juga terdapat kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara yang merusak (destructive fishing). Ikan dan hasil perikanan ekspor dan domestik yang tidak berasal dari destructive fishing dibuktikan dengan hasil pengujian laboratorium terhadap sampel uji ikan dan hasil perikanan

Indikator Ikan dan Hasil Perikanan Ekspor dan Domestik tidak berasal dari Destruktif Fishing dihitung dari jumlah lokasi (UPT KIPM) yang mampu melakukan pengujian terhadap ikan dan hasil perikanan yang berasal dari kegiatan destructive fishing.

Pada tahun Triwulan IV 2020, realisasi indikator terealisasi 3 satker, yaitu BBKI Makassar, BUSKI PM dan Balai KIPM Manado, capaian ini cukup baik, mengingat

adanya kebijakan pemerintah sesuai Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) nomor: 1 tahun 2020, tentang kebijakan keuangan negara dan stabilitas sistem keuangan yang menghentikan semua pengadaan barang dan jasa berkaitan dengan fisik untuk tahun 2020, termasuk pengadaan alat laboratorium vuntuk pengujian destruktif fishing. Hal ini dilakukan agar anggaran pemerintah bisa untuk direalokasi dan fokus pada sektor prioritas, khususnya yang terkait pada upaya penanggulangan pandemi virus corona atau COVID-19 yang sedang melanda dunia dan di Indonesia pada khususnya. Namun dengan perencanaan yang baik, target indikator ini dapat tetap tercapai.

Tabel 2.11 Target dan Realisasi IK8 pada Triwulan IV Tahun 2020 Indikator Kinerja Target

2020

Triwulan 4 Renstra

2020-2024 Target Realisasi % Target % Ikan dan Hasil Perikanan

Ekspor dan Domestik

IK9. Unit Penanganan dan/atau Pengolahan Ikan yang menerapkan sistem traceability

Pengembangan produk perikanan berbasis sistem ketelusuran (traceability) dilakukan untuk mengendalikan mutu pasokan bahan baku olahan dan diversifikasi olahan, serta sertifikasinya guna memenuhi standar mutu dan keamanan produk dari negara mitra atau tujuan ekspor. Melalui penerapan sistem ketelusuran ini, produk perikanan asal Indonesia akan memiliki nilai tambah dan daya saing di pasar global.

Penerapan metode ini diberlakukan pada Unit Pengolahan Ikan (UPI), terutama terkait aspek manajemen keamanan bahan pangan, pengkodean informasi produk, pemenuhan persyaratan mutu dan keamanan bahan baku olahan. Penerapan metode ini dilakukan melalui cara: (a) diversifikasi produksi perikanan sesuai standar dan nilai tambah pasar dalam negeri dan luar negeri;

(b) pengembangan sistem informasi terpadu hasil perikanan; (c) pengembangan kendali mutu pada pasokan bahan baku olahan (d) penguatan akses masyarakat terhadap kemudahan informasi hasil perikanan.

kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan yang sesuai standar internasional. Setiap produk hasil perikanan yang akan didistribusikan kepada konsumen, harus dapat ditelusuri proses dan alurnya mulai dari penyediaan bahan bakunya, pemprosesan, maupun rantai distribusi produknya mulai dari hulu sampai ke hilir. BKIPM melakukan mekanisme penjaminan mutu tetrhadap penerapan sistem ketelusuran ini melalui pemenuhan alur informasi dan basis data terpadu yang telah dipersiapkan. Tujuan utama penerapan sistem ketelusuran adalah untuk mengendalikan mutu dan keamanan suatu produk perikanan yang sesuai dengan standar mutu dan keamanan yang diakui secara internasional. Hal tersebut diperlukan agar bila terdapat temuan suatu produk perikanan yang bemasalah atau tidak sesuai dengan standar mutu dan kemanana produk yang ditentukan, maka akan dengan mudah dilakukan penelusuran.

Tabel 2.12 Target dan Realisasi IK9 pada Triwulan IV Tahun 2020 Indikator Kinerja Target

2020

Triwulan 4 Renstra

2020-2024 Target Realisasi % Target % Unit Penanganan dan/

atau Pengolahan Ikan yang menerapkan sistem traceability

UPI80 18

UPI 38

UPI 120 150

UPI 25,33

Gambar 3.10. Sistem traceability sebagai instrumen penjamin mutu hasil perikanan

Indikator Unit Penanganan dan/atau Pengolahan Ikan yang menerapkan sistem traceability diukur dengan menghitung jumlah UPI yang telah menerapkan sistem traceability melalui verifikasi penerapan sistem ketertelusuran hasil perikanan. Pada

Tahun 2020, target indikator ini mengalami penyesuaian akibat adamya pemotongan anggaran sebagai upaya penanggulangan pandemi virus corona atau COVID-19 yang sedang melanda dunia dan di Indonesia pada khususnya, dari target semula 200 UPI, menjadi 80 UPI. Pada Triwulan IV, capaian indikator ini sebanyak 21 UPI atau sebesar 71,25% dari target tahun 2020.

IK10. Ruang Lingkup Produk yang dijamin melalui sertifikasi PMMT/HACCP Sertifikasi PMMT/HACCP merupakan suatu sistem manajemen keamanan makanan yang sudah terbukti dan didasarkan pada tindakan pencegahan terhadap bahaya keamanan hasil perikanan yang untuk dikonsumsi manusia dari bahaya yang bersifat biologi, kimia dan fisik. Dengan penerapan sistem HACCP, identifikasi suatu yang mungkin akan muncul di dalam proses, tindakan pengendalian yang dibutuhkan akan dapat ditempatkan sebagaimana mestinya sehingga pemantauan terhadap bahaya keamanan makanan akan mudah dilaksanakan. Hal ini untuk memastikan bahwa keamanan makanan memang dikelola dengan efektif dan untuk menurunkan ketergantungan pada metode tradisional seperti pengujian pada produk akhir (end product testing). Sertifikat penerapan PMMT/HACCP merupakan salah satu persyaratan mutlak dan wajib harus dimiliki oleh unit Pengolahan ikan, bila akan melakukan ekspor hasil produksi perikanannya. Sertifikasi PMT/HACCP mengacu kepada tata cara penerbitan HACCP sesuai Peraturan Kepala BKIPM Nomor PER.03/

BKIPM/2011.

Gambar 3.12. Alur Sertifikasi Penerapan HACCP di UPI

Indikator ruang lingkup produk yang dijamin melalui sertifikasi PMMT/HACCP di Unit Pengolahan Ikan diukur dengan menghitung jumlah penerbitan Sertifikat PMMT/

HACCP, baik itu permohonan baru, penambahan ruang lingkup ataupun perpanjangan yang diterbitkan sampai dengan triwulan berjalan serta verifikasi terhadap UPI yang telah memiliki Sertifikat PMMT/HACCP untuk menjamin komitmen dan efektivitas penerapan PMMT/HACCP dalam rangka memenuhi persyaratan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada kegiatan penanganan dan/atau pengolahan di UPI. Realisasi indikator ini pada Triwulan IV tahun 2020 telah tercapai 585 sertifikat.

capaian ini terdiri dari penerbitan Sertifikat PMMT/HACCP sejumlah 172 yang berasal dari 69 UPI serta inspeksi dan verifikasi penerapan 413 sertifikat PMMT/HACCP yang berasal dari 107 UPI seperti disajikan pada lampiran 7 dari target 330 sertifikat atau mencapai 120%.

Tabel 2.13 Target dan Realisasi IK10 pada Triwulan IV Tahun 2020 Indikator Kinerja Target

2020

Triwulan 4 Renstra

2020-2024 Target Realisasi % Target % Ruang Lingkup Produk

yang dijamin melalui sertifikasi PMMT/HACCP

1.295 ruang lingkup

ruang 350 lingkup

ruang 2314

lingkup 120 2800

ruang

lingkup 82,64

Gambar 2.3 Peta Penerbitan Sertifikasi Ruang lingkup PMMT/HACCP pada UPI

IK11. Pelaku Usaha (UPI) yang memenuhi persyaratan ekspor

Indikator pelaku usaha dalam hal ini Unit Usaha Perikanan yang memenuhi persyaratan ekspor merupakan unit usaha yang telah bersertifikat HACCP dan terdaftar di Otoritas Kompeten (BKIPM). Pada unit usaha yang menerapkan prinsip HACCP dilakukan verifikasi terhadap pelaksanaan SSOP/GMP dan penerapan HACCP minimal satu kali dalam setahun. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memastikan bahwa UPI tersebut secara konsisten menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan, sebagaimana diamanatkan pada Permen KP No.19/2010.

Indikator Pelaku Usaha (UPI) yang memenuhi persyaratan ekspor diukur dengan menghitung jumlah UPI yang telah bersertifikat HACCP dan terdaftar di Otoritas Kompeten (BKIPM) UPI dan telah memenuhi dan menerapkan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan yang meliputi persyaratan dasar, penerapan sistem mutu berdasarkan konsepsi PMMT/HACCP dan penerapan Sistem Ketertelusuran.

Realisasi indikator ini sampai dengan Triwulan IV 2020 mencapai 176 unit dari target 105 unit atau sebesar 134,46 %. Capaian ini berasal dari verifikasi UPI dari pengajuan penerbitan Sertifikat PMMT/HACCP baik itu permohonan baru, penambahan ruang lingkup ataupun perpanjangan sejumlah 69 UPI serta 107 UPI dari hasil inspeksi dan verifikasi penerapan sertifikat PMMT/HACCP seperti disajikan pada lampiran 8.

Beberapa kegiatan yang telah dilakukan dalam pencapaian indikator ini, antara lain:

a. Kegiatan verifikasi penerapan PMMT/HACCP, b. Supervisi Penerapan PMMT/HACCP,

c. Pendampingan Inspeksi Negara Mitra, dan

d. Koordinasi Lintas Instansi dan Bimbingan Teknis Penerapan PMMT/HACCP bagi UPI

Pada Tahun 2020, karena dalam masa pandemi Covid-19 BKIPM telah menerbitkan Surat Edaran (SE) kepada Kepala UPT KIPM dengan Nomor: 758/BKIPM.3/IV/2020.

SE ini berisi imbauan untuk menerapkan protokol kesehatan Covid-19 dalam pengendalian terhadap UPI melalui inspeksi, verifikasi, surveilen, pengambilan contoh, serta pengawasan stuffing. Bagi UPI yang berada di wilayah Zona Hitam dan

Merah, pengendalian dilakukan melalui “Remote Inspection”. “Sedangkan wilayah pada Zona Hijau dan Kuning dapat dilakukan Inspeksi Tatap Muka seperti keadaan normal dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Tak hanya itu, BKIPM pun menyampaikan surat pemberitahuan kepada UPI terkait “Pelaksanaan Protokol Pengendalian Covid-19 dalam Kegiatan Produksi” dengan menerapkan beberapa hal antara lain, desinfeksi sarana-prasarana ruang porses secara rutin, skrining kesehatan pada setiap personil yang bekerja di ruang proses. Selanjutnya physical distancing pada personil di ruang proses, penggunaan masker sejak dari rumah dan penggantian masker secara berkala, mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir atau desinfektan secara berkala, dan pengaturan jadwal kerja sehingga tidak terjadi penumpukan pekerja dalam saatu ruangan, serta pemberian suplemen kesehatan bagi setiap pekerja. Hal tersebut sebagai salah satu upaya agar produk ekspor hasil perikanan benar-benar aman dan terjamin mutunya

Tabel 2.14 Target dan Realisasi IK11 pada Triwulan IV Tahun 2020 Indikator Kinerja Target

2020

Triwulan 4 Renstra

2020-2024 Target Realisasi % Target % Pelaku Usaha (UPI) yang

memenuhi persyaratan

IK12. Parameter uji laboratorium acuan dan penguji

Indikator parameter uji laboratorium acuan dan penguji diukur dengan menghitung jumlah parameter uji laboratorium UPT untuk diakreditasi dan proses reakreditasi oleh KAN UPT yang telah menerapkan SNI ISO/IEC 17020:2012 dan mendaftarkan akreditasi ke KAN. Tahapan yang dilakukan untuk mendapatkan sertifikasi ISO 17020:2012, yaitu Pelatihan ISO 17020:2012, pelaksanaan supervisi, penerapan ISO 17020:2012, audit internal, kaji ulang manajemen, pendaftaran, dan monitoring dan evaluasi.

Capaian pada indikator ini dihitung berdasarkan jumlah parameter uji laboratorium UPT untuk diakreditasi dan proses reakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) sesuai Keputusan MKP nomor 58/KEPMEN-KP/2017 dan Keputusan

Kepala BKIPM nomor 8/KEP-BKIPM/2015. Capaian indikator kinerja parameter uji laboratorium acuan dan penguji adalah sebanyak 57 parameter dari target 57 parameter atau sebesar 100% yang dicapai dari indikator parameter uji yang dihasilkan oleh laboratorium acuan sejumlah 21 parameter dan penambahan ruang lingkup parameter uji yang terakreditasi di UPT BKIPM sejumlah 36 parameter.

Rincian realisasinya sebagai berikut:

• Jumlah parameter uji yang dihasilkan oleh laboratorium acuan dicapai dari 4 indikator,

1. Penyusunan RSNI metode Uji HPI/HPIK, Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan sebanyak 2 (dua) Draft RSNI yang masuk ke Komtek 65-05 Produk Perikanan Ditjen PDSPKP, yaitu 1) Metode Pengujian DNA Kepiting pada Produk Rajungan dengan PCR dan 2) Metode Pengujian Listeria Monocytogenes pada Produk Perikanan dengan PCR. Kedua draft RSNI tersebut telah selesai dilakukan pembahasan RSNI3 (konsensus) oleh Pantek di Komtek 65-05 Produk Perikanan Ditjen PDSPKP untuk selanjutnya ke tahap jajak pendapat oleh BSN.

2. Pelaksanaan validasi Metode Uji HPI/HPIK, Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan sebanyak 5 (lima) metode uji yaitu 1) Validasi Metode Analisis Kandungan Thosianat dengan Menggunakan Metode Ion Kromatografi pada Produk Perikanan, 2) Validasi Metode Deteksi Fraud Kepiting pada Produk Rajungan dengan Metode Konvensional PCR (cPCR), 3) Validasi Metode Deteksi SHIV dengan Metoda RT-Quantitative Real Time PCR (RT-qPCR), 4) Verifikasi Metode Analisis Kandungan Nitrat dengan Metode Tes Kit dan Spektrofotometri pada Produk Perikanan dan 5) Deteksi Edwardsiella ictaluri Dengan PCR yang dikonfirmasi Dengan perubahan histopatologi.

3. Parameter uji yang diprofisiensi sebanyak 7 (tujuh) parameter uji, yaitu: 1) Skema Uji Profisiensi (SUP) Pengujian Salmonella; 2) Skema Uji Profisiensi (SUP) Pengujian ALT dan E. coli; 3) Skema Uji Profisiensi (SUP) Pengujian logam berat (Pb, Cd dan Hg), 4) Skema Uji Profisiensi (SUP) Pengujian Vibrio parahaemolyticus; 5) Skema Uji Profisiensi (SUP) Pengujian EHP; 6) Skema Uji Profisiensi (SUP) Pengujian AHPND; 7) Skema Uji Profisiensi (SUP) Pengujian WSSV dan IHHNV.

4. Pembuatan control positif / reference material sebanyak 7 (tujuh) parameter uji, yaitu: 1) Diagnostik Kit Parameter AHPND, 2) Diagnostik Kit Parameter WSSV, 3) Diagnostik Kit Parameter IHHNV, 4) Diagnostik Kit Parameter IMNV, 5) Diagnostik Kit Parameter CMNV, 6) Diagnostik Kit Parameter KHV, 7) Diagnostik Kit Parameter VNN. Keseluruhan diagnostik kit tersebut telah dilakukan pengiriman ke 4 (empat) UPT KIPM yaitu: Balai Besar KIPM Jakarta I, Balai Besar KIPM Makasar, Balai KIPM Lampung dan Balai KIPM Surabaya I

• Jumlah penambahan ruang lingkup parameter uji yang terakreditasi di UPT BKIPM sebanyak 36 (tiga puluh enam) parameter uji, yaitu:

a. Stasiun KIPM Padang sebanyak 5 parameter uji yaitu : (WSSV, organoleptik, Salmonella, ALT dan Megalocytivirus

b. Balai KIPM Denpasar sebanyak 1 parameter uji yaitu : (Organoleptik)

c. Stasiun KIPM Bengkulu sebanyak 2 parameter uji yaitu : (Edwardsiella ictaluri dan organoleptik

d. Balai KIPM Semarang sebanyak 3 parameter uji yaitu : (TiLV, AHPND,VHSV) e. Stasiun KIPM Aceh sebanyak 5 parameter uji yaitu : (Aeromonas

salmonisida,Organoleptik, AHPND, YHD, WTD)

f. Balai Besar KIPM Makasar sebanyak 1 parameter uji yaitu : ( SVC)

g. Stasiun KIPM Yogyakarta sebanyak 3 parameter uji yaitu : (AHPND, IHHNV, IMNV)

h. Stasiun KIPM Pangkal Pinang sebanyak 1 parameter uji yaitu : (ALT)

i. Stasiun KIPM Merak sebanyak 5 parameter uji yaitu : (IMNV, TSV, Salmonella, Organoleptik, ALT

j. Stasiun KIPM Gorontalo sebanyak 1 parameter uji yaitu : (E. ictaluri)

k. Stasiun KIPM Ternate sebanyak 4 parameter uji yaitu : (WSSV, Organoleptik, Histamin, Kualitas air yaitu E.coli – coliform)

l. Stasiun KIPM Tarakan sebanyak 4 parameter uji yaitu : (AHPND, organoleptic, ALT, E.coli-coliform)

m. Balai KIPM Entikong sebanyak 1 parameter uji yaitu : (E.coli-coliform).

Tabel 2.15 Target dan Realisasi IK12 pada Triwulan IV Tahun 2020 Indikator Kinerja Target

2020

Triwulan 4 Renstra

2020-2024 Target Realisasi % Target % Parameter uji

laboratorium acuan dan

penguji 57 57 57 100 125 45,60

Gambar 2.4 Serah Terima Kepengurusan Jejaring Laboratorium Pengujian Pangan Indonesia (JLPPI) periode 4 (2020-2023) dari

Kementerian Perdagangan ke Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) IK13. Unit kerja yang menerapkan sistem manajemen mutu berstandar internasional/ ISO

Dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi terhadap sistem pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan yang telah dilaksanakan melalui kegiatan official control mulai dari hulu sampai hilir, maka Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) selaku Otoritas Kompeten perlu melakukan verifikasi terhadap penerapan kegiatan tersebut, untuk memastikan bahwa sistem apakah sudah berjalan sesuai dengan peraturan yang diberlakukan oleh negara tujuan dan atau peraturan/prosedur yang telah ditetapkan di Indonesia.

Indikator unit kerja yang konsistem dalam menerapkan sistem manajemen mutu berstandar internasional/ ISO diukur dengan menghitung jumlah unit kerja yang menerapkan Sistem Pengendalian (Official Control) Lingkup Otoritas Kompeten, sistem manajemen anti penyuapan (SNI ISO 37001:2016) serta Sistem Manajemen

Mutu yang terintegrasi (ISO 17020, ISO 9001, ISO 17025).

Realisasi indikator ini pada Triwulan 2020 sebanyak 85 unit kerja dari target 85 unit kerja atau sebesar 100%. Capaian ini diperoleh dari 3 capaian indikator, yaitu indikator kinerja Unit kerja yang menerapkan Sistem Pengendalian (Official Control) Lingkup Otoritas Kompeten, indikator kinerja Jumlah Unit pelaksana teknis yang menerapkan sistem manajemen anti penyuapan (SNI ISO 37001:2016) dan indikator kinerja Jumlah Unit Pelaksana Teknis BKIPM yang terakreditasi menerapkan Sistem Manajemen Mutu yang terintegrasi (ISO 17020, ISO 9001, ISO 17025). Rincian capaian indikator tersebut sebagai berikut:

• Indikator kinerja Unit kerja yang menerapkan Sistem Pengendalian (Official Control) Lingkup Otoritas Kompeten sebanyak 75 satker, yaitu: PPISHP Jakarta, UPTD PPMHP Bali, PPN Pengambengan, Dinas KP Bali, Balai KIPM Manado, PT.

Sari Usaha Mandiri, LPPMHP Bitung, PPS Bitung, BBPBL Lampung, PT. Maju Tambak Sumur, Balai KIPM Lampung, PT. BMI Lampung, LPPMHP Lampung, Dinas KP Lampung, BKIPM Denpasar, BKIPM Entikong, SKIPM Aceh, SKIPM TBA, SKIPM

Sari Usaha Mandiri, LPPMHP Bitung, PPS Bitung, BBPBL Lampung, PT. Maju Tambak Sumur, Balai KIPM Lampung, PT. BMI Lampung, LPPMHP Lampung, Dinas KP Lampung, BKIPM Denpasar, BKIPM Entikong, SKIPM Aceh, SKIPM TBA, SKIPM