KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN
NOTA DINAS
Nomor : 208/BKIPM.1/RC.611/I/2021 Yth. : Sekretaris Jenderal KKP
Dari : Kepala BKIPM
Hal : Laporan Kinerja BKIPM Tw.IV Tahun 2020 Lampiran : 1 (satu) berkas
Tanggal : 25 Januari 2021
Bersama ini kami sampaikan Laporan Kinerja (LKj) Badan Karantina Ikan Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Tw.IV Tahun 2020 sebagai pertanggungjawaban akuntabilitas kinerja BKIPM.
Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami mengucapkan terimakasih.
Kepala Badan KIPM
Rina
Triwulan IV 2020
BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
KINERJA BKIPM
LAPORAN
L aporan Kinerja Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (LKj BKIPM) Triwulan IV tahun 2020 disusun sebagai wujud pertanggungjawaban BKIPM dalam penggunaan anggaran yang akuntabel untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan. Di dalam laporan ini diuraikan informasi terkait sasaran strategis organisasi dan indikator keberhasilannya dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi untuk mencapai visi dan misinya. penyusunan laporan
Landasan penyusunan laporan ini adalah Perjanjian Kinerja dan Rencana Aksi BKIPM Tahun 2020. Secara umum, pada Triwulan IV tahun 2020 sebagian besar target indikator kinerja yang ditetapkan telah berhasil dicapai.
Kami berharap laporan kinerja ini dapat bermanfaat sebagai sarana akuntabilitas dan pertanggungjawaban organisasi serta dapat dijadikan bahan masukan untuk peningkatan kinerja BKIPM di masa mendatang. Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan laporan kinerja ini.
Jakarta, 31 Desember 2020 Kepala BKIPM,
PENGANTAR KATA
ISI DAFTAR
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
v
RINGKASAN EKSEKUTIF
vi
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI 2 1.3 SASARAN, INDIKATOR DAN TARGET KINERJA 4
BAB II AKUNTABILITAS KINERJA
7
2.1 CAPAIAN KINERJA 7
2.2 ANALISIS DAN EVALUASI 11
2.3 REALISASI ANGGARAN 62
BAB III PENUTUP
65
TABEL DAFTAR
Tabel 1.1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BKIPM Tahun 2020 ... 5
Tabel 2.1 Capaian Kinerja BKIPM Triwulan IV Tahun 2020 ... 8
Tabel 2.2 Target dan Realisasi IK1 pada Triwulan IV Tahun 2020 ... 12
Tabel 2.3 Target dan Realisasi IK2 pada Triwulan IV Tahun 2020 ... 13
Tabel 2.4 Target dan Realisasi IK3 pada Triwulan IV Tahun 2020 ... 15
Tabel 2.5 Target dan Realisasi IK4 pada Triwulan IV Tahun 2020 ... 21
Tabel 2.6 Target dan Realisasi IK5 pada Triwulan IV Tahun 2020 ... 21
Tabel 2.7 Target dan Realisasi IK6 pada Triwulan IV Tahun 2020 ... 23
Tabel 2.8 Target dan Realisasi IK7 pada Triwulan IV Tahun 2020 ... 25
Tabel 2.9 Target dan Realisasi IK8 pada Triwulan IV Tahun 2020 ... 28
Tabel 2.10 Target dan Realisasi IK9 pada Triwulan IV Tahun 2020 ... 29
Tabel 2.11 Target dan Realisasi IK10 pada Triwulan IV Tahun 2020 ... 30
Tabel 2.12 Target dan Realisasi IK11 pada Triwulan IV Tahun 2020 ... 31
Tabel 2.13 Target dan Realisasi IK12 pada Triwulan IV Tahun 2020 ... 33
Tabel 2.14 Target dan Realisasi IK13 pada Triwulan IV Tahun 2020 ... 35
Tabel 2.15 Target dan Realisasi IK14 pada Triwulan IV Tahun 2020 ... 36
Tabel 2.16 Target dan Realisasi IK15 pada Triwulan IV Tahun 2020 ... 37
Tabel 2.17 Target dan Realisasi IK16 pada Triwulan IV Tahun 2020 ... 39
Tabel 2.18 Target dan Realisasi IK17 pada Triwulan IV Tahun 2020 ... 40
Tabel 2.19 Target dan Realisasi IK18 pada Triwulan IV Tahun 2020 ... 42
Tabel 2.20 Target dan Realisasi IK19 pada Triwulan IV Tahun 2020 ... 47
Tabel 2.21 Target dan Realisasi IK20 pada Triwulan IV Tahun 2020 ... 49
Tabel 2.22 Target dan Realisasi IK21 pada Triwulan IV Tahun 2020 ... 50
Tabel 2.23 Target dan Realisasi IK22 pada Triwulan IV Tahun 2020 ... 51
Tabel 2.24 Target dan Realisasi IK23 pada Triwulan IV Tahun 2020 ... 52
Tabel 2.25 Target dan Realisasi IK24 pada Triwulan IV Tahun 2020 ... 53
Tabel 2.26 Target dan Realisasi IK25 pada Triwulan IV Tahun 2020 ... 55
Tabel 2.27 Target dan Realisasi IK26 pada Triwulan IV Tahun 2020 ... 63
Tabel 2.28 Target dan Realisasi IK26 pada Triwulan IV Tahun 2020 ... 64
Tabel 2.29 Penyerapan Anggaran per Kegiatan TW IV 2020 ... 65
Tabel 2.30 Penyerapan Anggaran per Jenis Belanja TW IV 2020 ... 65
GAMBAR DAFTAR
Gambar 1.1 Struktur Organisasi BKIPM ... 3
Gambar 1.2 Peta Strategi BKIPM tahun 2020 ... 4
Gambar 2.1 Dashboard NPSS BKIPM Triwulan IV Tahun 2020 ... 8
Gambar 2.2 Pengujian Laboratorium Sampel Media Pembawa ... 18
Gambar 2.3 Peta Sebaran Penerbitan HACCP pada UPI Tw. IV Tahun .2020 27 Gambar 2.4 Pengawasan bersama di perbatasan RI-Malaysia yang dilaksanakan di Wilker nunukan ... 36
Gambar 2.5 Paparan Pengantar Top 45 Inovasi Pelayanan Publik oleh Menteri Kelautan dan Perikanan beserta Kepala BKIPM ... 51
Gambar 2.6 Screenshot website Monev Pelaksanaan Anggaran (OM-SPAN)
Triwulan IV ... 58
EKSEKUTIF RINGKASAN
N
ilai pencapaian sasaran strategis (NPSS) Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Triwulan IV Tahun 2020 adalah sebesar 102,31%. Nilai ini diperoleh dari pencapaian Sasaran Strategis (SS) dan target Indikator Kinerja Utama (IKU) BKIPM yang telah ditetapkan dengan hasil sebagai berikut:A. Dari 28 IKU yang targetnya telah ditetapkan sesuai PK perubahan tahun 2020, terdapat 23 IKU (82,14%) yang pencapaiannya memenuhi atau melebihi target, dan 5 IKU (17,85%) yang tidak mencapai target yang telah ditetapkan.
B. Uraian 23 IKU yang capaiannya memenuhi atau melebihi target yang telah ditetapkan, yaitu:
1. Persentase ikan dan hasil perikanan memenuhi syarat ekspor
2. Persentase ikan dan hasil perikanan impor memenuhi persyaratan mutu dan bebas penyakit
3. Persentase pencegahan impor, ekspor, antar area jenis ikan yang dilarang, dilindungi dan di batasi
4. Jumlah unit usaha perikanan yang memenuhi standar dan menerapkan biosecurity
5. Penjaminan mutu hasil perikanan domestik
6. Ikan dan Hasil Perikanan Ekspor dan Domestik tidak berasal dari Destruktif Fishing
7. Unit Penanganan dan/atau Pengolahan Ikan yang menerapkan sistem traceability;
8. Ruang Lingkup Produk yang dijamin melalui sertifikasi PMMT/HACCP 9. Pelaku Usaha (UPI) yang memenuhi persyaratan ekspor
10. Parameter uji laboratorium acuan dan penguji
11. Unit kerja yang menerapkan sistem manajemen mutu berstandar internasional/ ISO
12. Tingkat keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan
13. Tingkat kepatuhan pelaksanaan operasional pemasukan dan pengeluaran
14. Persentase unit kerja BKIPM yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar
15. Nilai PMPRB BKIPM
16. Nilai Penilaian Mandiri SAKIP BKIPM
17. Unit yang menerapkan inovasi pelayanan publik BKIPM 18. Batas tertinggi nilai temuan LHP BPK atas LK BKIPM 19. Nilai IKPA BKIPM
20. Nilai maturitas SPIP BKIPM
21. Indeks persepsi kualitas pelayanan 22. Nilai Kinerja Anggaran BKIPM
23. Persentase Rekomendasi Hasil Pengawasan yang Dimanfaatkan untuk Perbaikan Kinerja lingkup BKIPM
C. Uraian 5 IKU yang capaiannya tidak memenuhi target yang telah ditetapkan, yaitu:
1. Nilai ekspor hasil perikanan;
2. Keberterimaan ikan dan hasil perikanan di negara tujuan ekspor
3. Penanganan kasus pelanggaran perkarantinaan, keamanan hayati ikan dan sistem mutu yang diselesaikan.
4. Indeks profesionalitas ASN BKIPM
5. Unit Kerja yang berpredikat menuju WBK
Kinerja Keuangan BKIPM Triwulan IV Tahun 2020 mencapai 465,537,557,721 atau 95,12% dari pagu anggaran BKIPM (T.A) 2020 sebesar Rp.4489,438,789,000,- Komposisi anggaran ini mengalami beberapa kali perubahan dari yang semula Rp.601,075,586,000, kemudian mengalami pengurangan anggaran untuk mendukung kegiatan budidaya sebesar Rp. 15,000,000,000 serta untuk penanganan pandemi Covid-19 sebesar 97.972.046,000,-. Sehingga total pengurangan pagu BKIPM Tahun 2020 sejumlah RP. 112.972.046,000,- atau senilai 18,79% dari total pagu semula.
Pagu anggaran BKIPM tersebut dilaksanakan melalui program karantina ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan.
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Salah satu asas penyelenggaraan good governance adalah asas akuntabilitas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelengaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan perundang- undangan yang berlaku. Akuntabilitas tersebut salah satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan laporan kinerja.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 6/PERMEN- KP/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) merupakan salah satu unit eselon I Kementerian Kelautan dan Perikanan. BKIPM mempunyai tugas menyelenggarakan perkarantinaan ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan, serta keamanan hayati ikan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, BKIPM dituntut untuk melaksanakan secara prudent, transparan, akuntabel, efektif dan efisien sesuai dengan prinsip-prinsip good governance, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelengaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Laporan kinerja disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban BKIPM dalam melaksanakan tugas dan fungsi selama Tahun 2020 untuk mencapai visi dan misi BKIPM. Di samping itu, juga sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja setiap satuan kerja di lingkungan BKIPM serta sarana untuk mendapatkan masukan bagi stakeholder demi perbaikan kinerja BKIPM. Selain untuk memenuhi
BAB 1
Pemerintah Nonor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 6 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelauatan dan Perikanan, BKIPM mempunyai tugas menyelenggarakan perkarantinaan ikan, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan, serta keamanan hayati ikan. Dalam melaksanakan tugasnya, BKIPM menyelenggarakan fungsi: a) penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program perkarantinaan ikan, sistem jaminan mutu, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan, serta keamanan hayati ikan; b) pelaksanaan perkarantinaan ikan, sistem jaminan mutu, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan, serta keamanan hayati ikan; c) pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan perkarantinaan ikan, sistem jaminan mutu, pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan, serta keamanan hayati ikan; d) pelaksanaan administrasi Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan; dan e) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi BKIPM, Kepala Badan dibantu oleh 4 (empat) Unit Eselon II, yaitu: 1) Sekretariat Badan; 2) Pusat Karantina Ikan; 3) Pusat Pengendalian Mutu; dan 4) Pusat Standardisasi Sistem dan Kepatuhan, serta 47 Unit Pelaksana Teknis (UPT KIPM), terdiri dari: 2 (dua) Balai Besar, 12 (dua belas) Balai, 32 (tiga puluh dua) Stasiun, dan 1 (satu) Balai Uji Standar. UPT KIPM tersebut memiliki 193 (seratus sembilan puluh tiga) Wilayah Kerja yang tersebar di 34 provinsi.
Jumlah SDM aparatur yang mendukung BKIPM saat ini berjumlah 1.786 orang pegawai, dengan komposisi pegawai 10% di Pusat dan 90% di UPT KIPM. Distribusi pegawai yang berimbang ini diperlukan dalam membentuk workforce yang efektif dan efisien.
Selain itu, BKIPM juga mempertimbangkan komposisi dari segi jabatan, golongan,
pendidikan dan kompetensi. Komposisi yang berimbang merupakan dukungan dalam pencapaian sasaran kinerja BKIPM dalam perspektif learning and growth.
1.3 SASARAN, INDIKATOR DAN TARGET KINERJA
Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh instansi pemerintah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan. Dalam sasaran telah ditetapkan indikator sasaran sebagai ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan pada tahun bersangkutan
Gambar 1.1 Struktur Organisasi BKIPM
KORDINATOR KORDINATOR KORDINATOR KORDINATOR
KORDINATOR
KORDINATOR
KORDINATOR KORDINATOR
KORDINATOR
KORDINATOR KORDINATOR
KORDINATOR
KORDINATOR
berdasarkan target yang ditetapkan. Sasaran diupayakan untuk dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu secara berkesinambungan sejalan dengan tujuan yang ditetapkan dalam rencana strategis. Dengan demikian, setiap tujuan yang ditetapkan memiliki indikator yang terukur.
Peta strategi, sasaran dan indikator kinerja BKIPM Tahun 2020 ditunjukkan pada Gambar 1.2 dan Tabel 1.1 di bawah ini.
Gambar 1.2 Peta Strategi BKIPM Tahun 2020
Tatakelola pemerintahan yang baik lingkup BKIPM Sumberdaya Kelautan yang
Berkelanjutan Ekonomi sektor kelautan dan perikanan meningkat PETA STRATEGI BKIPM
TAHUN 2020
Industrialisasi kelautan dan perikanan berdaya saing
Tabel 1.1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BKIPM Tahun 2020 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
2020 TW IV Ekspor produk KP
Meningkat
1 Nilai ekspor hasil perikanan 6,17 Milyar
US$
6,17 Milyar US$
Industrialisasi KP yang berdaya saing
2 Keberterimaan ikan dan hasil perikanan di negara tujuan ekspor
Negara157 157 Negara 3 Persentase ikan dan hasil
perikanan memenuhi syarat ekspor
98% 98%
Sumberdaya Kelautan yang Berkelanjutan
4 Persentase ikan dan hasil perikanan impor memenuhi persyaratan mutu dan bebas penyakit
90 % 90 %
5 Persentase pencegahan impor, ekspor, antar area jenis ikan yang dilarang, dilindungi dan di batasi
90 % 90 %
6 Jumlah unit usaha perikanan yang memenuhi standar dan menerapkan biosecurity
420 UPI 105 UPI 7 Penjaminan mutu hasil
perikanan domestik 47
Lokasi 12
Lokasi 8 Ikan dan Hasil Perikanan
Ekspor dan Domestik tidak berasal dari Destruktif Fishing
Lokasi5 5 Lokasi 9 Unit Penanganan dan/
atau Pengolahan Ikan yang menerapkan sistem traceability
UPI80 18
UPI 10 Ruang Lingkup Produk yang
dijamin melalui sertifikasi PMMT/HACCP
1.295 ruang lingkup
ruang 350 lingkup 11 Pelaku Usaha (UPI) yang
memenuhi persyaratan ekspor 416
UPI 120
UPI 12 Parameter uji laboratorium
acuan dan penguji 57
parameter 57 parameter 13 Unit kerja yang menerapkan
sistem manajemen mutu berstandar internasional/ ISO
Unit Kerja85 70 Unit Kerja
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 2020 TW IV
Sumberdaya Kelautan yang Berkelanjutan
14 Penanganan kasus pelanggaran perkarantinaan, keamanan hayati ikan dan sistem mutu yang diselesaikan
95% 95%
15 Tingkat keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan
70% 70%
16 Tingkat kepatuhan pelaksanaan operasional pemasukan dan pengeluaran
80% 80%
Tatakelola pemerintahan yang baik lingkup BKIPM
17 Indeks profesionalitas ASN
BKIPM 72 72
18 Persentase unit kerja BKIPM yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar
82% 82%
19 Nilai PMPRB BKIPM 30 30
20 Unit Kerja yang berpredikat
menuju WBK 7
UPT 7
UPT 21 Nilai Penilaian Mandiri SAKIP
BKIPM A (86) A (86)
22 Nilai maturitas SPIP BKIPM Level 3 Level 3 23 Unit yang menerapkan inovasi
pelayanan publik BKIPM 1
UPT 1
UPT 24 Batas tertinggi nilai temuan
LHP BPK atas LK BKIPM (%)
1% 1%
25
Indeks Kualitas Kebijakanlingkup BKIPM 3,54 3,54
26 Nilai kinerja pelaksanaan
anggaran BKIPM 88 (Baik) 88 (Baik)
27 Nilai kinerja anggaran BKIPM 85 (Baik) 85 (Baik)
28
Persentase Rekomendasi Hasil Pengawasan yang Dimanfaatkan untuk Perbaikan Kinerja lingkup BKIPM (%)60% 60%
2.1 CAPAIAN KINERJA
Akuntabilitas kinerja organisasi Badan karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) merupakan kinerja secara kolektif dari seluruh satuan kerja di lingkungan BKIPM. Dengan didasarkan atas perjanjian kinerja seluruh level lingkup BKIPM, telah dilakukan pengukuran dan evaluasi kinerja secara berkala setiap triwulan, dengan menggunakan Sistem Aplikasi Pengelolaan Kinerja (SAPK) berbasis web dengan alamat www.kinerjaku.kkp.go.id.
Capaian kinerja BKIPM pada Triwulan IV 2020 sudah baik, hal ini ditandai dengan capaian Nilai Pencapaian Sasaran Strategis sebesar 99,82%. Nilai Pencapaian Sasaran Strategis (NPSS) merupakan gambaran nilai kinerja suatu organisasi secara keseluruhan.
NPSS pada Triwulan IV Tahun 2020 ini capaiannya lebih rendah jika dibandingkan dengan NPSS Triwulan IV tahun 2019 yang besarnya 101,372%. Hal ini dikarenakan adanya beberapa indikator kinerja yang tidak tercapai pada Triwulan IV ini. Namun secara umum indikator kinerja lainnya menunjukkan pencapaian yang semakin baik pada masing-masing sasaran strategis.
Capaian kinerja BKIPM pada Triwulan IV Tahun 2020 seperti pada gambar Dashboard berikut ini.
AKUNTABILITAS
BAB 2
KINERJA
Secara rinci capaian Indikator Kinerja Utama di masing-masing Sasaran Strategis BKIPM pada Triwulan IV Tahun 2020 dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Gambar 2.1 Dashboard NPSS BKIPM Triwulan IV Tahun 2020
Tabel 2.1 Capaian Kinerja BKIPM Triwulan II Tahun 2020
SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR
KINERJA
TRIWULAN IV TARGET REALISASI % STAKEHOLDER PERSPECTIVE
Ekspor produk KP
Meningkat 1 Nilai ekspor hasil
perikanan 6,17
Milyar US$ 5,30
Milyar $ 85,90
Industrialisasi KP yang berdaya saing
2 Keberterimaan ikan dan hasil perikanan di negara tujuan ekspor
Negara157 153
Negara 97,45 3 Persentase ikan
dan hasil perikanan memenuhi syarat ekspor
98% 99,35% 101,37
Sumberdaya Kelautan yang Berkelanjutan
4 Persentase ikan dan hasil perikanan impor memenuhi persyaratan mutu dan bebas penyakit
90 % 100% 111,11
5 Persentase pencegahan impor, ekspor, antar area jenis ikan yang dilarang, dilindungi dan di batasi
90 % 99,94% 111,04
6 Jumlah unit usaha perikanan yang memenuhi standar dan menerapkan biosecurity
105 UPI 108
UPI 102,86
SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR
KINERJA
TRIWULAN IV TARGET REALISASI %
Sumberdaya Kelautan yang Berkelanjutan
7 Penjaminan mutu hasil
perikanan domestik 12
Lokasi 12
Lokasi 100 8 Ikan dan Hasil
Perikanan Ekspor dan Domestik tidak berasal dari Destruktif Fishing
5 UPT 5 UPT 100
9 Unit Penanganan dan/
atau Pengolahan Ikan yang menerapkan sistem traceability
UPI18 38
UPI 120
10 Ruang Lingkup Produk yang dijamin melalui sertifikasi PMMT/
HACCP
ruang 350 lingkup
2.314 Ruang lingkup
120
11 Pelaku Usaha (UPI) yang memenuhi persyaratan ekspor
120UPI 674
UPI 120
12 Parameter uji
laboratorium acuan dan penguji
parameter57 57
Parameter 100 13 Unit kerja yang
menerapkan sistem manajemen mutu berstandar internasional/ ISO
Unit Kerja70 85
Unit kerja 100
14 Penanganan kasus pelanggaran perkarantinaan, keamanan hayati ikan dan sistem mutu yang diselesaikan
95% 94,68% 99,66
15 Tingkat keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan
70% 73,38% 103,81
16 Tingkat kepatuhan pelaksanaan operasional pemasukan dan
pengeluaran
80% 91,46% 111,04
Tatakelola
pemerintahan yang baik lingkup BKIPM
17 Indeks profesionalitas
ASN BKIPM 72 62,66 87,03
18 Persentase unit kerja BKIPM yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar
82% 88,97% 108,50
19 Nilai PMPRB BKIPM 30 31,68 120
20 Unit kerja yang berpredikat menuju WBK
UPT7 6
UPT 85,71
21 Nilai Penilaian Mandiri
SAKIP BKIPM A
(86) A
(87,54) 101,79 22 Nilai maturitas SPIP
BKIPM Level 3 Level 4 120
23 Unit yang menerapkan innovasi pelayanan publik
UPT1 5
UPT 120
24 Batas tertinggi nilai temuan LHP BPK atas LK BKIPM
1% 0,8 120
25 Indeks Kualitas Kebijakan lingkup BKIPM
3,54 4,14 116,95
26 Nilai IKPA BKIPM 88 (Baik) 97,11 110,35 27 NIlai Kinerja Anggaran
BKIPM 85 (Baik) 92,45 108,76
28 Persentase Rekomendasi Hasil Pengawasan yang Dimanfaatkan untuk Perbaikan Kinerja lingkup BKIPM
60% 97,35 120
2.2 ANALISIS DAN EVALUASI
Elaborasi capaian kinerja berdasarkan sasaran strategis secara lebih detil menurut indikator kinerjanya serta dibandingkan dengan target dengan target jangka menengah yang terdapat dalam Renstra BKIPM sesuai Permen PAN 53 Tahun 2014 dijelaskan sebagai berikut
Sasaran Strategis 1.
Ekonomi Sektor Kelautan Dan Perikanan Meningkat
Nilai ekspor hasil perikanan menjadi tolok ukur dari dampak keberhasilan program dan kegiatan BKIPM. Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran ekonomi sektor kelautan dan perikanan meningkat adalah Nilai ekspor hasil perikanan . Nilai pencapaian indikator kinerja Nilai ekspor hasil perikanan seperti disajikan pada Tabel 2.4.
Capaian atas target indikator kinerja tersebut diuraikan sebagai berikut:
IK1. Nilai Ekspor Hasil Perikanan
Menurut UU No 42 Tahun 2009, definisi nilai ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir. Sedangkan definisi Hasil perikanan menurut Permen KP No. 38/PERMEN-KP/2019, adalah ikan yang ditangani, diolah dan/atau dijadikan produk akhir yang berupa ikan segar, ikan beku, dan olahan lainnya. sehingga Nilai ekspor hasil perikanan dapat didefinisikan sebagai nilai suatu produk perikanan (hidup dan non hidup) dalam satuan mata uang dari kegiatan ekspor/ pengeluaran media pembawa dan/atau hasil perikanan ke luar wilayah negara Republik Indonesia.
Nilai ekspor hasil perikanan adalah jumlah komoditas produk perikanan, baik hidup, segar, dingin, maupun olahan yang dikategorikan dalam kode HS (Harmonized System) tahun 2017 sebanyak 482 kode HS dalam 8 digit yang dijual ke luar negeri yang dikonversi dalam bentuk uang (US Dollar). Indikator kinerja ini dihitung berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Pada Triwulan IV tahun 2020, nilai ekspor hasil perikanan Indonesia mencapai USD
5,30 Miliar (angka sementara). Capaian tersebut setara dengan 85,90% terhadap target tahun 2020. tidak tercapaianya target indikator ini diakibatkan krisis yang melanda hampir diseluruh negara di dunia karena adanya pandemi global virus Covid-19. Secara umum pada periode TW IV 2020, volumen ekspor ikan hidup mengalami penurunan 30,44% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019 yaitu dari volume 707,63 juta ekor menjadi 492,26 juta ekor, sedangkan untuk ikan non hidup mengalami penurunan sebesar 12,26% yaitu dari 371.238,41 ton pada tahun 2019 menjadi 325.722,04 ton.
Meskipun masih belum dapat mencapai target yang telah ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja, namun secara kumulatif nilai ekspor Indonesia selama Tahun 2020 meningkat. Selama periode Januari-10 Desember 2020, volume ekspor perikanan mencapai 388.655 ton, tumbuh 8,74% dibanding periode yang sama 2019 (357.402 ton). Tak hanya itu, dari sisi nilai ekspor juga mengalami peningkatan sebesar 8,09%
dengan total Rp20,57 triliun.
Nilai ekspor hasil perikanan sampai dengan triwulan IV tahun 2020 yang mencapai US$ 5.30 Milyar atau meningkat 4.41 % dibanding ekspor pada triwulan IV tahun 2019. Peningkatan terbesar ekspor triwulan IV terhadap triwulan III 2020 terjadi pada ekspor ke Negara China sebesar US$ 23,71 Juta (9,74%), Sedangkan penurunan terbesar terjadi pada ekspor ke negara Amerika Serikat sebesar US$ 53,22 Juta (9,47%).
Kenaikan nilai ekspor disebabkan oleh penutupan dan pembatasan impor Cina awal tahun 2020 akibat wabah corona virus di China, menyebabkan aktifitas negara negara eksportir dalam ini Indonesia juga membelokkan arah ekspor ke pasar AS dan Eropa sebagai pasar terbesar terutama untuk komoditas udang dan TTC. Kondisi pandemi Covid-19 berpengaruh besar terhadap ekspor Cina (eksportir produk perikanan terbesar di dunia). Hal ini dimanfaatkan salah satunya oleh Indonesia untuk mengisi pangsa pasar ekspor produk Cina yg menurun. Kenaikan sebelum dan awal pandemi, kenaikan ekspor terutama untuk bahan baku olahan, pasokan retail dan ikan yang siap saji dan tahan lama seperti ikan kaleng.
Nilai ekspor hasil perikanan September 2020 mencapai USD 473,66 juta atau meningkat 7,74% dibanding ekspor Agustus 2020, sementara dibanding bulan September 2019 meningkat 13,96%. Volume ekspor hasil perikanan September 2020 mencapai 113,16 ribu ton atau meningkat 4,91% dibanding ekspor Agustus 2020,
sementara dibanding bulan September 2019 meningkat 11,95%.
Nilai ekspor periode Januari – Desember 2020 didominasi komoditas udang dengan kontribusi mencapai 39,78% atau sebesar USD 1,50 juta. Dari sisi negara utama tujuan ekspor, pasar Amerika Serikat (AS) masih menjadi pasar utama. Nilai ekspor ke AS pada periode Januari – September 2020 memberi kontribusi sebesar 39,79%.
Tabel 2.2 Volume dan Nilai Ekspor Produk Perikanan Berdasarkan Komoditas Utama Triwulan IV Tahun 2020
KOMODITA UTAMA VOLUME (RIBU
TON) % THD
TOTAL NILAI (USD
JUTA) % THD TOTAL
Udang 239,23 18,96% 2.040,07 39.21%
Tunal-Cakalang 195,71 15,51% 724,10 13.92%
Rumput Laut 195,57 15,50% 279,58 5.37%
Cumi-Sotong-Gurita 140,04 11,10% 509,22 9.79%
Layur-Gulama 48,87 3,87% 86,57 1.66%
Lainnya 442.52 35.06% 3603.66 30.05%
Total 1.261.94 100% 5.203.13 100%
*Sumber Data : BPS, Desember 2020 (Angka sementara Desember 2020)
Tabel 2.3 Volume dan Nilai Ekspor Produk Perikanan Berdasarkan Negara Tujuan Ekspor Triwulan II Tahun 2020
Negara Tujuan Volume (kg) % Nilai (USD) %
Amerika Serikat 2.096,75 40,30% 238,41 18,89%
Tiongkok 817,37 15,71% 422,56 33,49%
Asean 613,93 11,80% 250,91 19,88%
Lainnya 3528.07 67.81% 911.85 72.27
Total 5.203,13 100% 1.261,94 100%
*Sumber Data : BPS, Desember 2020 (Angka sementara Desember 2020)
Kegiatan yang telah dilaksanakan guna meningkatkan capaian nilai ekspor hasil perikanan antara lain :
• Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) bekerja sama dengan eksportir/unit pengolahan ikan (UPI), para pemangku kepentingan lainnya, dan PT Pelabuhan Indonesia III (Persero), terus berupaya untuk menggeliatkan ekonomi melalui kinerja ekspor hasil perikanan melalui pintu ekspor seperti Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Pelabuhan
Tanjung Emas Semarang, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Pelabuhan Panjang Lampung, serta Pelabuhan Belawan Medan. Selama periode Januari hingga 10 Desember 2020, volume ekspor perikanan mencapai 388.655 ton dengan nilai ekspor Rp20,57 triliun. Jumlah ini mengalami pertumbuhan volume ekspor perikanan sebesar 8,74 persen bila dibandingkan volume ekspor pada tahun 2019 sebesar 357.402 ton dengan nilai ekspor Rp19,03 triliun, bahkan neraca perdagangan sektor kelautan dan perikanan juga mengalami surplus 2,2 miliar dolar atau naik 8,3 persen dibanding semester I tahun 2019.
• Berkontribusi dalam prakarsa pembukaan rute ekspor baru (Direct Call) Manado – Jepang. Direct Call Ekspor Manado-Japan terwujud berkat sinergi yang sangat baik antara BKIPM Manado, Bea Cukai Manado, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, dan Angkasa Pura. Dengan adanya direct call ekspor ini maka biaya pengiriman yang sebelumnya berkisar antara Rp50.000 sd Rp65.000 dapat ditekan menjadi Rp 22.500 sd Rp25.000. Waktu pengiriman yang sebelumnya 1sekitar 8-20 jam menurun drastis menjadi lebih cepat, yaitu 5-7 jam. Selain adanya penghematan waktu dan biaya pengiriman, produk perikanan yang diekspor pun akan dapat terjaga mutunya sampai negara tujuan ekspor. Sehingga daya saing produk perikanan Indonesia di negara tujuan ekspor akan semakin tinggi dengan harapan kinerja ekspor produk perikanan Indonesia terus meningkat dan berdaya saing tinggi di negara tujuan ekspor.
Pada ekspor perdana produk perikanan di Sulawesi Utara telah terkirim 10,39 ton ikan tuna senilai USD 66.423 yang diikuti oleh 7 Unit Pengolah Ikan
• Berkontribusi dalam prakarsa Pembukaan Rute Ekspor Papua Barat – Singapura.
Kegiatan ekspor raya di Manokwari dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2020, komoditas yang dikirim berupa kepiting hidup dengan volume 120 kg, 180 ekor yang dikemas dalam 4 koli senilai USD 2.136 oleh UMKM Koperasi Mnukwar Pratama Sejahtera dengan tujuan Singapura
• Harmonisasi persyaratan ketentuan ekspor hasil perikanan ke negara mitra dan negara tujuan ekspor dengan melakukan kerja sama harmonisasi dalam bentuk Mutual Recognition Agreement (MRA) atau Memorandum of Understanding dengan beberapa negara mitra.
.
Gambar 2.2 Menteri Kelautan dan Perikanan ad Interim, Syahrul Yasin Limpo melepas ekspor perikanan sebanyak 1.739 ton di New Priok Container Terminal
(NPCT 1), Jakarta Utara oleh
Tabel 2.4 Target dan Realisasi IKI pada Triwulan IV Tahun 2020
Indikator Kinerja Target 2020
Triwulan 4 Renstra 2020-2024
Target Realisasi % Target %
Nilai Ekspor Hasil
Perikanan 6,17
Milyar US$ 6,17
Milyar US$ 5.30
Milyar US$ 85,90
Milyar 8
US$ 66,25
Sasaran Strategis 2.
Industrialisasi Kelautan Dan Perikanan Berdaya Saing
Keberhasilan pencapaian sasaran strategis Industrialisasi KP yang berdaya saing diperoleh dari pencapaian indikator Keberterimaan ikan dan hasil perikanan di negara tujuan ekspor serta indikator Persentase ikan dan hasil perikanan memenuhi syarat ekspor.
Capaian atas target indikator kinerja tersebut diuraikan sebagai berikut:
IK2. Keberterimaan Ikan Dan Hasil Perikanan Di Negara Tujuan Ekspor
Keberterimaan ikan dan hasil perikanan di negara tujuan ekspor merupakan indikator layanan kepastian bahwa hasil perikanan yang dikeluarkan dari dalam wilayah RI bebas dari hama penyakit ikan karantina/penyakit yang dipersyaratkan, sesuai jenis dan jumlahnya dengan dokumen yang menyertai serta bebas/tidak berpotensi sebagai media pembawa penyakit zoonosis (bersifat menular ke manusia), sesuai Undang- undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan dan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan. Dengan ekspor produk hasil perikanan itu dapat diterima sampai ke luar negeri telah dipastikan bahwa ikan itu sehat, terjamin, dan aman dikonsumsi.
Indikator Keberterimaan ikan dan hasil perikanan di negara tujuan ekspor diukur dengan menghitung jumlah negara tujuan ekspor sesuai dengan Health Certificate yang telah dikeluarkan yang telah sesuai dengan persyaratan negara tujuan ekspor.
Realisasi indikator ini sampai dengan Triwulan IV 2020 mencapai 150 negara dari target 157 negara atau sebesar 95,54%. Jumlah negara tujuan ekspor per satuan
kerja lingkup BKIPM disajikan pada lampiran 2. Negara-negara tersebut di antaranya Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang dan Australia, serta sejumlah negara di Amerika Latin, Uni Eropa dan Timur Tengah.
Tabel 2.5 Target dan Realisasi IK2 pada Triwulan IV Tahun 2020 Indikator Kinerja Target
2020
Triwulan 4 Renstra 2020- 2024 Target Realisasi % Target % Keberterimaan ikan dan
hasil perikanan di negara
tujuan ekspor 157 157 153 97,45 159 96,22
Keberterimaan produk perikanan Indonesia keluar negeri, tidak lepas dari peran serta BKIPM dalam melakukan pengawasan, pengendalian sistem manajemen mutu yang ada di UPI milik eksportir serta pengujian laboratorium terhadap mutu hasil perikanan sebagai syarat terbitkannya sertifikat jaminan mutu produk perikanan berupa sertifikat kesehatan. Perubahan tren dan isu perdagangan global yang diikuti juga dengan semakin ketatnya berbagai persyaratan yang harus dipenuhi.
Perubahan tersebut di antaranya persyaratan bebas penyakit, lingkungan, traceability, biosecurity dan persyaratan teknis tertentu sebelum komoditas ikan dilalulintaskan.
Ada beberapa rekomendasi yang perlu diperhatikan agar jaminan kesehatan ikan dan mutu yang dilakukan oleh BKIPM dapat tetap dipercaya dan diterima oleh pihak otoritas kompoten dan buyer dari luar negeri terhadap produk perikanan Indonesia sehingga diharapkan ekspor produk perikanan tetap bahkan lebih meningkat lagi volume produk perikanan ekpor dikemudian hari , antara lain :
• Peningkatan pengawasan dan pengendalian system jaminan mutu dan ikan kepada UPI/UUPI agar tetap konsisten dan berkelanjutan dalam menerapkan system jaminan mutu dan ikan pada setiap tahapan proses produksinya.
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya adalah :
a. Pelaksanaan inspeksi dan surveilen oleh Inspektur Mutu dan Inspektur Karantina Ikan terhadap implementasi HACCP/ CKIB
b. Pemberian sanksi yang tegas terhadap UPI/UUPI yang tidak menjalankan system jaminan mutu dan ikan dalam proses produksi.
• Peremajaan atau pembelian peralatan laboratorium dengan teknologi mutakhir;
• Penyediaan bahan pengujian secara tepat waktu, tepat jumlah dan tepat kualitas;
• Peningkatan kompetensi petugas dan analis laboratorium
Hal ini menunjukkan bahwa komoditas ikan yang akan diperdagangkan, tidak cukup hanya bebas penyakit pada saat akan diekspor, tetapi memang dalam keadaan sehat mulai dari awal produksi hingga saat akan dikirim. Sementara kebijakan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan (SJMKHP) pada masa pandemi harus mematuhi protokol pencegahan penularan Covid-19 sesuai dengan standar yang telah ditetapkan selain dilakukan inovasi berupa inspeksi jarak jauh yang dilaksanakan secara virtual (remote inspection).
Beberapa hal yang telah dilakukan dalam rangka pencapaian indikator ini antara lain :
• Harmonisasi persyaratan ketentuan ekspor hasil perikanan ke negara mitra dan negara tujuan ekspor melalui kegiatan temu koordinasi pelaku usaha dan stakeholder hasil perikanan yang dilaksanakan di Makssar, 29 September 2020 bersama Koordinator Penasihat Menteri Kelautan dan Perikanan, Prof Rokhmin Dahuri;
• Pengakuan jaminan mutu Indonesia dengan beberapa negara diproses melalui bilateral arrangement dengan saling bertukar sistem dan masing-masing mempelajari dan dilakukan inspeksi,. Kerja sama harmonisasi dalam bentuk Mutual Recognition Agreement (MRA) atau Memorandum of Understanding dengan beberapa negara mitra. selanjutnya setelah substansi sesuai maka dilakukan kesepakatan harmonisasi MoU / MRA, contohnya MRA untuk eksportasi produk perikanan ke Tiongkok, BKIPM dan General Administration of Customs of the People’s Republic of China (GACC) yang telah memiliki kerjasama
sejak 11 Nopember 2008, yang telah diperpanjang pada tanggal 27 Nopember 2019. Saat ini pelaku usaha di Indonesia diminta untuk mengikuti standar dan memastikan keamanan produk perikanan yang diekspor ke Tiongkok. Selain itu, protokol kesehatan harus dilaksanakan dari hulu ke hilir untuk memastikan rantai produksi bebas dari Covid-19
IK3. Persentase ikan dan hasil perikanan memenuhi syarat ekspor
Kontribusi BKIPM dalam meningkatkan kinerja ekspor produk hasil perikanan di pasar internasional adalah dengan memenuhi persentase ikan dan hasil perikanan memenuhi syarat ekspor. Salah satu indikasi hal tersebut dapat terlihat dari diterimanya Sertifikat kesehatan ikan (HC) serta sertifikat kesehatan ikan ekspor (Health Certificate for Fish and Fish Products/KI-D1) yang diterbitkan UPT KIPM di negara tujuan ekspor untuk menjamin produk bermutu dan aman dikonsumsi dan dibuktikan dengan ada atau tidaknya penolakan oleh negara tujuan ekspor berdasarkan notifkasi penolakan yang diterima dari otoritas kompeten negara tersebut.
Sampai dengan Triwulan IV, sertifikat kesehatan ikan ekspor (Health Certificate for Fish and Fish Products/KI-D1) yang memenuhi syarat sejumlah 28.665 dari total 29.025 sertifikat dan Sertifikat kesehatan ikan (HC) yang memenuhi syarat sejumlah 43.252 dengan 11 kasus penolakan ekspor. Rincian HC kesehatan ikan dan HC mutu dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4.
Sehingga capaian pada Triwulan IV tahun 2020 adalah sebesar 99,35% dari target.
Terhadap notifikasi penolakan ekspor hasil perikanan Indonesia yang disampaikan oleh Otoritas Kompeten negara mitra tersebut, BKIPM telah melakukan temporary suspend kepada UPI bersangkutan, menginvestigasi penyebab permasalahan serta UPI melakukan perbaikan sistem jaminan mutu terhadap proses produksi. Pencabutan suspend sudah dilakukan setelah UPI melakukan tindakan perbaikan dan BKIPM menyampaikan notifikasi kembali ke negara mitra.
Tabel 2.6 Target dan Realisasi IK3 pada Triwulan IV Tahun 2020 Indikator Kinerja Target
2020
Triwulan 4 Renstra 2020- 2024 Target Realisasi % Target % Persentase ikan dan hasil
perikanan memenuhi syarat
ekspor 98% 98% 99,29% 101,32 99% 100,29
Sasaran Strategis 3.
Sumber Daya Kelautan Yang Berkelanjutan
Keberhasilan pencapaian sasaran strategis Sumber Daya Kelautan Yang Berkelanjutan diperoleh dari pencapaian indikator Persentase ikan dan hasil perikanan impor memenuhi persyaratan mutu dan bebas penyakit, Persentase pencegahan impor, ekspor, antar area jenis ikan yang dilarang, dilindungi dan di batasi, Jumlah unit usaha perikanan yang memenuhi standar dan menerapkan biosecurity, Penjaminan mutu hasil perikanan domestik, Ikan dan Hasil Perikanan Ekspor dan Domestik tidak berasal dari Destruktif Fishing, Unit Penanganan dan/atau Pengolahan Ikan yang menerapkan sistem traceability, Ruang Lingkup Produk yang dijamin melalui sertifikasi PMMT/HACCP, Pelaku Usaha (UPI) yang memenuhi persyaratan ekspor, Parameter uji laboratorium acuan dan penguji, Unit kerja yang menerapkan sistem manajemen mutu berstandar internasional/ ISO, Penanganan kasus pelanggaran perkarantinaan, keamanan hayati ikan dan sistem mutu yang diselesaikan, Tingkat keberhasilan pengawasan di wilayah perbatasan dan Tingkat kepatuhan pelaksanaan operasional pemasukan dan pengeluaran.
Capaian atas target indikator kinerja tersebut diuraikan sebagai berikut:
IK4. Persentase ikan dan hasil perikanan impor memenuhi persyaratan mutu dan bebas penyakit
Dalam rangka menjamin keamanan hasil perikanan yang masuk ke Indonesia agar aman untuk dikonsumsi manusia serta memberikan perlindungan bagi usaha perikanan agar dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri serta memberikan perlindungan bagi usaha penangkapan ikan, usaha pembudidayaan ikan, dan usaha pengolahan ikan serta agar dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri, maka Importir perikanan harus memenuhi persyaratan legalitas dan peraturan pemasukan ikan dan hasil perikanan ke dalam wilayah RI. Penanganan importasi ini dihitung berdasarkan importasi produk perikanan yang masuk ke wilayah RI yang dilaporkan.
Indikator persentase ikan dan hasil perikanan impor memenuhi persyaratan mutu dan bebas penyakit diukur berdasarkan evaluasi tindakan karantina terhadap pemasukan media pembawa kedalam wilayah RI, dengan menghitung persentase sertifikat Pelepasan (KI-D12) yang diterbitkan UPT KIPM serta tindakan pengujian laboratorium yang dilakukan UPT yang terdapat kegiatan pemasukan impor dalam mencegah penyakit ikan karantina sesuai list hama penyakit ikan karantina (HPIK)yang terdapat di dalam Kepmen KP No.91/KEPMEN-KP/2018). Sedangkan terhadap mutu dan keamanan hasil perikanan terhadap hasil perikanan yang tidak terdapat di Indonesia seperti jenis komoditi salmon, makarel, snow crab, dsb guna memenuhi kebutuhan dalam negeri dilakukan pemeriksaan kelengkapan, keabsahan dan kebenaran dokumen. Selain itu juga dilakukan pengujian mutu dan keamanan hasil perikanan dengan parameter uji mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk memastikan setiap pemasukan hasil memenuhi persyaratan mutu dan keamanan hasil perikanan sehingga aman untuk dikonsumsi
Dari UPT KIPM yang terdapat kegiatan pemasukan impor tidak diperoleh hasil pengujian yang mengindikasikan terdapat penyakit ikan karantina sehingga terhadap pemasukan MP impor tersebut seluruhnya dapat di terbitkan Pelepasan KI-D12.
sehingga realisasi persentase ikan dan hasil perikanan impor memenuhi persyaratan mutu dan bebas penyakit pada Triwulan IV 2020 mencapai 100% dari target sebesar 100%.
Agar dapat meningkatkan keberhasilan tindakan pencegahan dan penjaminan terhadap impor ikan dan hasil perikanan terjamin mutu dan bebas penyakit ikan
1. UPT KIPM harus didukung dengan sarana prasarana serta kemampuan SDM untuk meningkatkan kapasitas laboratorium sehingga mampu melakukan pengujian terhadap seluruh target pemeriksaaan penyakit Eksotik atau HPIK sesuai kebutuhan masing-masing berdasarkan lalulintas media pembawa atau budidaya ikan di wilayah masing-masing.
2. UPT KIPM yang belum mampu melakukan pengujian tertentu maka harus melakukan sub kontrak pengujian ke laboratorium lain telah memenuhi persyaratan.
3. Meningkatkan kompetensi pegawai UPT BKIPM dalam melakukan analisis terhadap lalulintas media pembawa sehingga mempu menentukan target penyakit secara benar berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 91/KEPMEN-KP/2018 tentang Penetapan Jenis-jenis Penyakit Ikan Karantina, Golongan, dan Media Pembawa atau persyaratan Negara tujuan.
Tabel 2.7 Target dan Realisasi IK4 pada Triwulan IV Tahun 2020 Indikator Kinerja Target
2020
Triwulan 4 Renstra 2020-2024 Target Realisasi % Target % Persentase ikan dan hasil
perikanan impor yang memenuhi persyaratan mutu dan bebas penyakit
90 90 100% 111,11 100 100
Gambar 2.2 Pengujian Laboratorium Sampel Media Pembawa
IK5. Persentase pencegahan impor, ekspor, antar area jenis ikan yang dilarang, dilindungi dan di batasi
Salah satu ancaman utama terhadap keanekaragaman jenis ikan asli dan ekosistemnya di seluruh dunia adalah introduksi spesies eksotik/asing bersifat invasif yang dikenal pula sebagai spesies asing invasif (SAI). Introduksi ikan invasif menyebabkan penurunan keanekaragaman ikan di danau-danau di Indonesia. Biota invasif, termasuk ikan, dapat merusak biota di danau dan sungai.
Sampai saat ini paling tidak ada 16 jenis ikan eksotik/invasif dari luar negeri yang secara sengaja dimasukan ke danau dan sungai-sungai Indonesia. Dalam rangka hal tersebut pemerintah dalam hal ini telah menerbitkan PERMEN Nomor 41/PERMEN- KP/2014 tentang Larangan Pemasukan Jenis Ikan Berbahaya dari Luar Negeri ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia.
Pencegahan jenis ikan yang dilarang, dilindungi dan dibatasi melalui pintu pemasukan dan pengeluaran (impor, ekspor, dan antar area dalam wilayah Republik Indonesia) yang telah ditetapkan, sebagai upaya dalam perlindungan dan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang partisipatif, bertanggung jawab dan berkelanjutan. Sebagai upaya dalam perlindungan dan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang partisipatif, bertanggung jawab dan berkelanjutan, maka perlu adanya pencegahan terhadap masuk dan tersebarnya jenis ikan dilarang, dilindungi dan dibatasi sesuai ketentuan peraturan.
Jenis ikan dilarang adalah Jenis Ikan yang dilarang berdasarkan peraturan perundang- undangan dan/atau karena statusnya dilindungi penuh berdasarkan ketentuan Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) dan/atau hukum internasional lain yang diratifikasi, termasuk telur, bagian tubuh, dan/atau produk turunannya (derivat).
Jenis ikan Dilindungi adalah Jenis Ikan dilindungi yang dilakukan terhadap siklus hidupnya di habitat asli dan habitat buatan dan/atau seluruh bagian tubuhnya, termasuk telur, cangkang, dan produk turunannya
Jenis ikan dibatasi adalah jenis ikan dilindungi berdasarkan ukuran tertentu,wilayah sebaran tertentu, periode waktu tertentu dan/atau sebagian tahapan siklus hidup tertentu.
Untuk menghitung persentase pencegahan impor, ekspor, antar area jenis ikan yang dilarang, dilindungi dan dibatasi dengan rumus tingkat capaian:
x 100
% X =X1 + X2 + X3 + X4 4
Untuk menghitung X1, X2, X3 dan X4 digunakan rumus:
X(1,2,3,4) = ( a - b ) x 100 Keterangan : a
X : pencegahan impor, ekspor, antar area jenis ikan yang dilarang, dilindungi dan dibatasi
X1 : pencegahan impor, ekspor, antar area jenis ikan yang dilarang, dilindungi dan dibatasi
X2 : pencegahan impor, ekspor, antar area jenis ikan yang dilarang, dilindungi dan dibatasi
X3 : pencegahan impor, ekspor, antar area jenis ikan yang dilarang, dilindungi dan dibatasi
X4 : pencegahan impor, ekspor, antar area jenis ikan yang dilarang, dilindungi dan dibatasi
a : Jumlah jenis ikan yang dilarang, dilindungi dan dibatasi
b : Jumlah jenis ikan yang dibatasi, dilindungi dan dilarang yang tidak dilengkapi dokumen persyaratan sesuai ketentuan yang *tidak dapat dicegah dipintu
Hingga Triwulan IV Tahun 2020, realisasi persentase pencegahan impor, ekspor, antar area jenis ikan yang dilarang, dilindungi dan dibatasi mencapai 99.94 % dari target sebesar 90%. Hasil ini diperoleh dari adanya tindakan pencegahan yg dilakukan UPT BKIPM terhadap lalu lintas impor, ekspor, antar area (domestik masuk dan domestik keluar) terhadap jenis ikan yang dilarang, dilindungi dan dibatasi seperti disajikan pada lampiran 5.
Tabel 2.8 Target dan Realisasi IK5 pada Triwulan IV Tahun 2020 Indikator Kinerja Target
2020
Triwulan 4 Renstra
2020-2024 Target Realisasi % Target % Persentase pencegahan
impor, ekspor, antar area jenis ikan yang dilarang, dilindungi dan dibatasi
90 90 99,94 111,04 90 111,04
IK6. Jumlah unit usaha perikanan yang memenuhi standar dan menerapkan biosecurity
Dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 33/
PERMEN-KP/2014 tentang Instalasi Karantina Ikan pasal 16 dinyatakan bahwa agar media pembawa yang dikenakan tindakan karantina di instalasi karantina tidak menyebarkan HPIK atau HPI yang dipersyaratkan dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, pengelolaan instalasi karantina dilakukan dengan Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB). Dalam pelaksanaannya, sertifikasi CKIB merupakan proses yang terintegrasi dengan sertifikasi IKI. Sertifikasi CKIB merupakan proses lanjutan dari sertifikasi IKI. IKI yang sudah menerapkan prinsip-prinsip CKIB dapat dilakukan sertifikasi CKIB. Sebagaimana proses sertifikasi IKI, proses sertifikasi CKIB juga sudah berbasis online sejak tahun 2016, dan dapat diakses oleh seluruh UPT KIPM di Indonesia. SCKIB diterbitkan berdasarkan rekomendasi dari UPT KIPM dan melalui proses verifikasi serta evaluasi oleh Tim Pusat.
Gambar 2.3 Alur Sertifikasi Health Certificate (HC) berbasis Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) serta kegiatan monitoring dan evaluasi penerapannya Pada unit usaha yang menerapkan prinsip CKIB adalah unit usaha yang telah melaksanakan manajemen kesehatan ikan berdasarkan standar biosekuriti untuk menjamin kesehatan ikan. Suatu IKI telah menerapkan prinsip Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) apabila telah memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:
• IKI telah ditetapkan kelayakannya (memiliki Sertifikat IKI);
• IKI telah memenuhi prinsip-prinsip biosecurity;
• IKI telah memenuhi persyaratan administrasi dan manajemen (pakta integritas, SOP, Rekaman Data).
Apabila telah memenuhi syarat sebagai IKI yang menerapkan CKIB kemudian diterbitkan sertifikat CKIB (SCKIB) oleh Pusat Karantina Ikan setelah melalui proses verifikasi dan evaluasi terhadap rekomendasi UPT KIPM atas penerbitan SCKIB.
Indikator Jumlah unit usaha perikanan yang memenuhi standar dan menerapkan biosecurity diukur dengan menghitung jumlah IKI yang telah bersertifikasi SCKIB yang telah diterbitkan oleh Pusat Karantina Ikan - BKIPM. Realisasi indikator ini sampai dengan Triwulan IV tahun 2020 mencapai 297 UPI dari target 110 UPI atau sebesar 100,68%. UPI yang bersertifikat SCKIB sejumlah disajikan pada lampiran 6.
Tabel 2.9 Target dan Realisasi IK6 pada Triwulan IV Tahun 2020 Indikator Kinerja Target
2020
Triwulan 4 Renstra
2020-2024 Target Realisasi % Target % Jumlah unit usaha
perikanan yang memenuhi standar dan menerapkan biosecurity
420unit 105
unit 108
unit 102,85 445
unit 23,59
IK7. Penjaminan Mutu Hasil Perikanan Domestik
Indikator penjaminan mutu hasil perikanan domestic merupakan gabungan dari 2 (dua) kegiatan, yaitu monitoring Kesegaran Ikan, Residu dan Bahan Berbahaya serta Pengawasan mutu hasil perikanan Domestik.
Monitoring kesegaran ikan, residu dan bahan berbahaya dilakukan dalam rangka pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan. Kegiatan yang telah dilakukan pada triwulan II di 3 (tiga) lokasi yaitu di Perairan Lampung, Perairan Makassar dan Perairan Sorong dengan rincian kegiatan sebagai berikut:
a. Pengambilan contoh (ikan) di masing-masing lokus;
b. Pengujian contoh, dengan parameter uji :
• Organoleptik
• Mikrobiologi : Coliform & Escherichia coli dan Salmonella;
• Residu kimia : logam berat Merkuri (Hg), Cadmium (Cd) dan Plumbun (Pb), Histamin;
• Cemaran Marine biotoxin (racun hayati laut) : Ciguatoxin, ASP, PSP dan DSP.
Sedangkan pengawasan mutu hasil perikanan Domestik sebagai implementasi dari Inpres No. 01 Tahun 2017 terkait dengan penyediaan pangan sehat bagi masyarakat.
Pelaksanaan pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan di pasar domestik (moderen dan tradisional) dilakukan melalui kegiatan monitoring untuk mendapatkan gambaran jaminan mutu hasil perikanan di masing-masing kab/kota.
Lokasi yang menjadi objek pengendalian penjaminan mutu hasil perikanan domestik hingga Triwulan IV di 25 (dua puluh lima) lokasi kab/kota yaitu di Kota Yogyakarta, Kota Bandung, Kota Balikpapan, Kota Bau-Bau, Kota Banjarbaru, Kota Batam, Kota Tahuna, Kota Surabaya, Kota Palembang, Kab Mamuju dan Kab Merauke.
Kegiatan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Domestik dalam rangka penerapan Inpres 01 tahun 2017 tentang Masyarakat Hidup Sehat terdiri dari :
a. Inspeksi sarana prasarana, cara pengolahan yang baik (GMP), persyaratan prosedur operasi sanitasi standar (SSOP) dan penanganan ikan yang baik/ Good Handling Practices (GHdP) terhadap pasar tradisional dan moderen;
b. Pengambilan contoh dalam rangka pengendalian mutu hasil perikanan dilakukan setiap 3 (tiga) bulan untuk masing-masing lokus yang telah ditentukan, dengan jumlah contoh minimal 5 (lima) atau 10% dari jumlah ikan yang ada di masing- masing lokus.
c. Pengujian contoh dalam rangka pengendalian mutu hasil perikanan sesuai dengan parameter yang telah ditentukan, yaitu :
• Pengujian kesegaran ikan (organoleptik);
• Pengujian mikrobiologi (Total Plate Count, E. coli, Salmonella dan parameter lain apabila dibutuhkan);
• Pengujian kimia (bahan kimia yang kemungkinan sengaja ditambahkan dan berdampak pada kesehatan, yaitu formalin dan bahan kimia lainnya yang tidak diperbolehkan untuk pangan).
Pada tahun Triwulan IV 2020, realisasi indikator ini sebanyak 25 lokasi dari target 10 lokasi atau mencapai 120%.
Tabel 2.10 Target dan Realisasi IK7 pada Triwulan IV Tahun 2020 Indikator Kinerja Target
2020
Triwulan 4 Renstra
2020-2024 Target Realisasi % Target % Penjaminan mutu hasil
perikanan domestic 47
lokasi 12
lokasi 12
lokasi 100 88
lokasi 13,63
Gambar 2.3 Pengawasan Mutu Domestik Implementasi INPRES 01 Tahun 2017 dalam mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
IK8. Ikan dan Hasil Perikanan Ekspor dan Domestik tidak berasal dari Destruktif Fishing
Ikan dan hasil perikanan yang akan di ekspor maupun di lalu lintaskan antar area tidak berasal dari kegiatan penangkapan ikan secara tidak bertanggungjawab bukan hanya terbatas pada kegiatan penangkapan ikan secara ilegal (illegal fishing), tetapi juga terdapat kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara yang merusak (destructive fishing). Ikan dan hasil perikanan ekspor dan domestik yang tidak berasal dari destructive fishing dibuktikan dengan hasil pengujian laboratorium terhadap sampel uji ikan dan hasil perikanan
Indikator Ikan dan Hasil Perikanan Ekspor dan Domestik tidak berasal dari Destruktif Fishing dihitung dari jumlah lokasi (UPT KIPM) yang mampu melakukan pengujian terhadap ikan dan hasil perikanan yang berasal dari kegiatan destructive fishing.
Pada tahun Triwulan IV 2020, realisasi indikator terealisasi 3 satker, yaitu BBKI Makassar, BUSKI PM dan Balai KIPM Manado, capaian ini cukup baik, mengingat
adanya kebijakan pemerintah sesuai Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang (Perppu) nomor: 1 tahun 2020, tentang kebijakan keuangan negara dan stabilitas sistem keuangan yang menghentikan semua pengadaan barang dan jasa berkaitan dengan fisik untuk tahun 2020, termasuk pengadaan alat laboratorium vuntuk pengujian destruktif fishing. Hal ini dilakukan agar anggaran pemerintah bisa untuk direalokasi dan fokus pada sektor prioritas, khususnya yang terkait pada upaya penanggulangan pandemi virus corona atau COVID-19 yang sedang melanda dunia dan di Indonesia pada khususnya. Namun dengan perencanaan yang baik, target indikator ini dapat tetap tercapai.
Tabel 2.11 Target dan Realisasi IK8 pada Triwulan IV Tahun 2020 Indikator Kinerja Target
2020
Triwulan 4 Renstra
2020-2024 Target Realisasi % Target % Ikan dan Hasil Perikanan
Ekspor dan Domestik tidak berasal dari Destruktif Fishing
lokasi5 5
lokasi 5
lokasi 100 5
lokasi 100
IK9. Unit Penanganan dan/atau Pengolahan Ikan yang menerapkan sistem traceability
Pengembangan produk perikanan berbasis sistem ketelusuran (traceability) dilakukan untuk mengendalikan mutu pasokan bahan baku olahan dan diversifikasi olahan, serta sertifikasinya guna memenuhi standar mutu dan keamanan produk dari negara mitra atau tujuan ekspor. Melalui penerapan sistem ketelusuran ini, produk perikanan asal Indonesia akan memiliki nilai tambah dan daya saing di pasar global.
Penerapan metode ini diberlakukan pada Unit Pengolahan Ikan (UPI), terutama terkait aspek manajemen keamanan bahan pangan, pengkodean informasi produk, pemenuhan persyaratan mutu dan keamanan bahan baku olahan. Penerapan metode ini dilakukan melalui cara: (a) diversifikasi produksi perikanan sesuai standar dan nilai tambah pasar dalam negeri dan luar negeri;
(b) pengembangan sistem informasi terpadu hasil perikanan; (c) pengembangan kendali mutu pada pasokan bahan baku olahan (d) penguatan akses masyarakat terhadap kemudahan informasi hasil perikanan.
kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan yang sesuai standar internasional. Setiap produk hasil perikanan yang akan didistribusikan kepada konsumen, harus dapat ditelusuri proses dan alurnya mulai dari penyediaan bahan bakunya, pemprosesan, maupun rantai distribusi produknya mulai dari hulu sampai ke hilir. BKIPM melakukan mekanisme penjaminan mutu tetrhadap penerapan sistem ketelusuran ini melalui pemenuhan alur informasi dan basis data terpadu yang telah dipersiapkan. Tujuan utama penerapan sistem ketelusuran adalah untuk mengendalikan mutu dan keamanan suatu produk perikanan yang sesuai dengan standar mutu dan keamanan yang diakui secara internasional. Hal tersebut diperlukan agar bila terdapat temuan suatu produk perikanan yang bemasalah atau tidak sesuai dengan standar mutu dan kemanana produk yang ditentukan, maka akan dengan mudah dilakukan penelusuran.
Tabel 2.12 Target dan Realisasi IK9 pada Triwulan IV Tahun 2020 Indikator Kinerja Target
2020
Triwulan 4 Renstra
2020-2024 Target Realisasi % Target % Unit Penanganan dan/
atau Pengolahan Ikan yang menerapkan sistem traceability
UPI80 18
UPI 38
UPI 120 150
UPI 25,33
Gambar 3.10. Sistem traceability sebagai instrumen penjamin mutu hasil perikanan
Indikator Unit Penanganan dan/atau Pengolahan Ikan yang menerapkan sistem traceability diukur dengan menghitung jumlah UPI yang telah menerapkan sistem traceability melalui verifikasi penerapan sistem ketertelusuran hasil perikanan. Pada
Tahun 2020, target indikator ini mengalami penyesuaian akibat adamya pemotongan anggaran sebagai upaya penanggulangan pandemi virus corona atau COVID-19 yang sedang melanda dunia dan di Indonesia pada khususnya, dari target semula 200 UPI, menjadi 80 UPI. Pada Triwulan IV, capaian indikator ini sebanyak 21 UPI atau sebesar 71,25% dari target tahun 2020.
IK10. Ruang Lingkup Produk yang dijamin melalui sertifikasi PMMT/HACCP Sertifikasi PMMT/HACCP merupakan suatu sistem manajemen keamanan makanan yang sudah terbukti dan didasarkan pada tindakan pencegahan terhadap bahaya keamanan hasil perikanan yang untuk dikonsumsi manusia dari bahaya yang bersifat biologi, kimia dan fisik. Dengan penerapan sistem HACCP, identifikasi suatu yang mungkin akan muncul di dalam proses, tindakan pengendalian yang dibutuhkan akan dapat ditempatkan sebagaimana mestinya sehingga pemantauan terhadap bahaya keamanan makanan akan mudah dilaksanakan. Hal ini untuk memastikan bahwa keamanan makanan memang dikelola dengan efektif dan untuk menurunkan ketergantungan pada metode tradisional seperti pengujian pada produk akhir (end product testing). Sertifikat penerapan PMMT/HACCP merupakan salah satu persyaratan mutlak dan wajib harus dimiliki oleh unit Pengolahan ikan, bila akan melakukan ekspor hasil produksi perikanannya. Sertifikasi PMT/HACCP mengacu kepada tata cara penerbitan HACCP sesuai Peraturan Kepala BKIPM Nomor PER.03/
BKIPM/2011.
Gambar 3.12. Alur Sertifikasi Penerapan HACCP di UPI
Indikator ruang lingkup produk yang dijamin melalui sertifikasi PMMT/HACCP di Unit Pengolahan Ikan diukur dengan menghitung jumlah penerbitan Sertifikat PMMT/
HACCP, baik itu permohonan baru, penambahan ruang lingkup ataupun perpanjangan yang diterbitkan sampai dengan triwulan berjalan serta verifikasi terhadap UPI yang telah memiliki Sertifikat PMMT/HACCP untuk menjamin komitmen dan efektivitas penerapan PMMT/HACCP dalam rangka memenuhi persyaratan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada kegiatan penanganan dan/atau pengolahan di UPI. Realisasi indikator ini pada Triwulan IV tahun 2020 telah tercapai 585 sertifikat.
capaian ini terdiri dari penerbitan Sertifikat PMMT/HACCP sejumlah 172 yang berasal dari 69 UPI serta inspeksi dan verifikasi penerapan 413 sertifikat PMMT/HACCP yang berasal dari 107 UPI seperti disajikan pada lampiran 7 dari target 330 sertifikat atau mencapai 120%.
Tabel 2.13 Target dan Realisasi IK10 pada Triwulan IV Tahun 2020 Indikator Kinerja Target
2020
Triwulan 4 Renstra
2020-2024 Target Realisasi % Target % Ruang Lingkup Produk
yang dijamin melalui sertifikasi PMMT/HACCP
1.295 ruang lingkup
ruang 350 lingkup
ruang 2314
lingkup 120 2800
ruang
lingkup 82,64
Gambar 2.3 Peta Penerbitan Sertifikasi Ruang lingkup PMMT/HACCP pada UPI
IK11. Pelaku Usaha (UPI) yang memenuhi persyaratan ekspor
Indikator pelaku usaha dalam hal ini Unit Usaha Perikanan yang memenuhi persyaratan ekspor merupakan unit usaha yang telah bersertifikat HACCP dan terdaftar di Otoritas Kompeten (BKIPM). Pada unit usaha yang menerapkan prinsip HACCP dilakukan verifikasi terhadap pelaksanaan SSOP/GMP dan penerapan HACCP minimal satu kali dalam setahun. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memastikan bahwa UPI tersebut secara konsisten menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan, sebagaimana diamanatkan pada Permen KP No.19/2010.
Indikator Pelaku Usaha (UPI) yang memenuhi persyaratan ekspor diukur dengan menghitung jumlah UPI yang telah bersertifikat HACCP dan terdaftar di Otoritas Kompeten (BKIPM) UPI dan telah memenuhi dan menerapkan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan yang meliputi persyaratan dasar, penerapan sistem mutu berdasarkan konsepsi PMMT/HACCP dan penerapan Sistem Ketertelusuran.
Realisasi indikator ini sampai dengan Triwulan IV 2020 mencapai 176 unit dari target 105 unit atau sebesar 134,46 %. Capaian ini berasal dari verifikasi UPI dari pengajuan penerbitan Sertifikat PMMT/HACCP baik itu permohonan baru, penambahan ruang lingkup ataupun perpanjangan sejumlah 69 UPI serta 107 UPI dari hasil inspeksi dan verifikasi penerapan sertifikat PMMT/HACCP seperti disajikan pada lampiran 8.
Beberapa kegiatan yang telah dilakukan dalam pencapaian indikator ini, antara lain:
a. Kegiatan verifikasi penerapan PMMT/HACCP, b. Supervisi Penerapan PMMT/HACCP,
c. Pendampingan Inspeksi Negara Mitra, dan
d. Koordinasi Lintas Instansi dan Bimbingan Teknis Penerapan PMMT/HACCP bagi UPI
Pada Tahun 2020, karena dalam masa pandemi Covid-19 BKIPM telah menerbitkan Surat Edaran (SE) kepada Kepala UPT KIPM dengan Nomor: 758/BKIPM.3/IV/2020.
SE ini berisi imbauan untuk menerapkan protokol kesehatan Covid-19 dalam pengendalian terhadap UPI melalui inspeksi, verifikasi, surveilen, pengambilan contoh, serta pengawasan stuffing. Bagi UPI yang berada di wilayah Zona Hitam dan
Merah, pengendalian dilakukan melalui “Remote Inspection”. “Sedangkan wilayah pada Zona Hijau dan Kuning dapat dilakukan Inspeksi Tatap Muka seperti keadaan normal dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Tak hanya itu, BKIPM pun menyampaikan surat pemberitahuan kepada UPI terkait “Pelaksanaan Protokol Pengendalian Covid-19 dalam Kegiatan Produksi” dengan menerapkan beberapa hal antara lain, desinfeksi sarana-prasarana ruang porses secara rutin, skrining kesehatan pada setiap personil yang bekerja di ruang proses. Selanjutnya physical distancing pada personil di ruang proses, penggunaan masker sejak dari rumah dan penggantian masker secara berkala, mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir atau desinfektan secara berkala, dan pengaturan jadwal kerja sehingga tidak terjadi penumpukan pekerja dalam saatu ruangan, serta pemberian suplemen kesehatan bagi setiap pekerja. Hal tersebut sebagai salah satu upaya agar produk ekspor hasil perikanan benar-benar aman dan terjamin mutunya
Tabel 2.14 Target dan Realisasi IK11 pada Triwulan IV Tahun 2020 Indikator Kinerja Target
2020
Triwulan 4 Renstra
2020-2024 Target Realisasi % Target % Pelaku Usaha (UPI) yang
memenuhi persyaratan ekspor
416UPI 120
UPI 674
UPI 120 810
UPI 83,20
IK12. Parameter uji laboratorium acuan dan penguji
Indikator parameter uji laboratorium acuan dan penguji diukur dengan menghitung jumlah parameter uji laboratorium UPT untuk diakreditasi dan proses reakreditasi oleh KAN UPT yang telah menerapkan SNI ISO/IEC 17020:2012 dan mendaftarkan akreditasi ke KAN. Tahapan yang dilakukan untuk mendapatkan sertifikasi ISO 17020:2012, yaitu Pelatihan ISO 17020:2012, pelaksanaan supervisi, penerapan ISO 17020:2012, audit internal, kaji ulang manajemen, pendaftaran, dan monitoring dan evaluasi.
Capaian pada indikator ini dihitung berdasarkan jumlah parameter uji laboratorium UPT untuk diakreditasi dan proses reakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) sesuai Keputusan MKP nomor 58/KEPMEN-KP/2017 dan Keputusan
Kepala BKIPM nomor 8/KEP-BKIPM/2015. Capaian indikator kinerja parameter uji laboratorium acuan dan penguji adalah sebanyak 57 parameter dari target 57 parameter atau sebesar 100% yang dicapai dari indikator parameter uji yang dihasilkan oleh laboratorium acuan sejumlah 21 parameter dan penambahan ruang lingkup parameter uji yang terakreditasi di UPT BKIPM sejumlah 36 parameter.
Rincian realisasinya sebagai berikut:
• Jumlah parameter uji yang dihasilkan oleh laboratorium acuan dicapai dari 4 indikator,
1. Penyusunan RSNI metode Uji HPI/HPIK, Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan sebanyak 2 (dua) Draft RSNI yang masuk ke Komtek 65-05 Produk Perikanan Ditjen PDSPKP, yaitu 1) Metode Pengujian DNA Kepiting pada Produk Rajungan dengan PCR dan 2) Metode Pengujian Listeria Monocytogenes pada Produk Perikanan dengan PCR. Kedua draft RSNI tersebut telah selesai dilakukan pembahasan RSNI3 (konsensus) oleh Pantek di Komtek 65-05 Produk Perikanan Ditjen PDSPKP untuk selanjutnya ke tahap jajak pendapat oleh BSN.
2. Pelaksanaan validasi Metode Uji HPI/HPIK, Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan sebanyak 5 (lima) metode uji yaitu 1) Validasi Metode Analisis Kandungan Thosianat dengan Menggunakan Metode Ion Kromatografi pada Produk Perikanan, 2) Validasi Metode Deteksi Fraud Kepiting pada Produk Rajungan dengan Metode Konvensional PCR (cPCR), 3) Validasi Metode Deteksi SHIV dengan Metoda RT-Quantitative Real Time PCR (RT-qPCR), 4) Verifikasi Metode Analisis Kandungan Nitrat dengan Metode Tes Kit dan Spektrofotometri pada Produk Perikanan dan 5) Deteksi Edwardsiella ictaluri Dengan PCR yang dikonfirmasi Dengan perubahan histopatologi.
3. Parameter uji yang diprofisiensi sebanyak 7 (tujuh) parameter uji, yaitu: 1) Skema Uji Profisiensi (SUP) Pengujian Salmonella; 2) Skema Uji Profisiensi (SUP) Pengujian ALT dan E. coli; 3) Skema Uji Profisiensi (SUP) Pengujian logam berat (Pb, Cd dan Hg), 4) Skema Uji Profisiensi (SUP) Pengujian Vibrio parahaemolyticus; 5) Skema Uji Profisiensi (SUP) Pengujian EHP; 6) Skema Uji Profisiensi (SUP) Pengujian AHPND; 7) Skema Uji Profisiensi (SUP) Pengujian WSSV dan IHHNV.
4. Pembuatan control positif / reference material sebanyak 7 (tujuh) parameter uji, yaitu: 1) Diagnostik Kit Parameter AHPND, 2) Diagnostik Kit Parameter WSSV, 3) Diagnostik Kit Parameter IHHNV, 4) Diagnostik Kit Parameter IMNV, 5) Diagnostik Kit Parameter CMNV, 6) Diagnostik Kit Parameter KHV, 7) Diagnostik Kit Parameter VNN. Keseluruhan diagnostik kit tersebut telah dilakukan pengiriman ke 4 (empat) UPT KIPM yaitu: Balai Besar KIPM Jakarta I, Balai Besar KIPM Makasar, Balai KIPM Lampung dan Balai KIPM Surabaya I
• Jumlah penambahan ruang lingkup parameter uji yang terakreditasi di UPT BKIPM sebanyak 36 (tiga puluh enam) parameter uji, yaitu:
a. Stasiun KIPM Padang sebanyak 5 parameter uji yaitu : (WSSV, organoleptik, Salmonella, ALT dan Megalocytivirus
b. Balai KIPM Denpasar sebanyak 1 parameter uji yaitu : (Organoleptik)
c. Stasiun KIPM Bengkulu sebanyak 2 parameter uji yaitu : (Edwardsiella ictaluri dan organoleptik
d. Balai KIPM Semarang sebanyak 3 parameter uji yaitu : (TiLV, AHPND,VHSV) e. Stasiun KIPM Aceh sebanyak 5 parameter uji yaitu : (Aeromonas
salmonisida,Organoleptik, AHPND, YHD, WTD)
f. Balai Besar KIPM Makasar sebanyak 1 parameter uji yaitu : ( SVC)
g. Stasiun KIPM Yogyakarta sebanyak 3 parameter uji yaitu : (AHPND, IHHNV, IMNV)
h. Stasiun KIPM Pangkal Pinang sebanyak 1 parameter uji yaitu : (ALT)
i. Stasiun KIPM Merak sebanyak 5 parameter uji yaitu : (IMNV, TSV, Salmonella, Organoleptik, ALT
j. Stasiun KIPM Gorontalo sebanyak 1 parameter uji yaitu : (E. ictaluri)
k. Stasiun KIPM Ternate sebanyak 4 parameter uji yaitu : (WSSV, Organoleptik, Histamin, Kualitas air yaitu E.coli – coliform)
l. Stasiun KIPM Tarakan sebanyak 4 parameter uji yaitu : (AHPND, organoleptic, ALT, E.coli-coliform)
m. Balai KIPM Entikong sebanyak 1 parameter uji yaitu : (E.coli-coliform).