• Tidak ada hasil yang ditemukan

TARIF INTERKONEKSI, USO, BIAYA SPEKTRUM FREKUENSI DAN PEMBAGIAN PENDAPATAN (lanjutan)

Dalam dokumen PT Indosat Tbk dan entitas anaknya (Halaman 169-172)

1. Struktur dan Besaran Tarif Interkoneksi (lanjutan)

c. Antara Sistem Telepon Bergerak Selular (“STBS”) dan PSTN dalam negeri (lanjutan)

(2) SLJJ (lanjutan)

Untuk SLJJ yang berasal dari STBS ke pelanggan PSTN, operator selular berhak memperoleh sebagian tarif SLJJ, dengan proporsi berkisar mulai 15% dari tarif dalam hal seluruh percakapan jarak jauh tidak diselenggarakan oleh operator selular tersebut, sampai dengan 60% dari tarif dalam hal seluruh bagian jarak jauh diselenggarakan oleh operator selular tersebut.

d. Antara STBS dan STBS lainnya

Berdasarkan Keputusan No. 46, tarif interkoneksi adalah sebagai berikut: (1) Percakapan Lokal

Untuk percakapan lokal yang berasal dari STBS ke STBS lainnya, operator selular “asal” membayar biaya airtime kepada operator selular “tujuan”. Jika percakapan dilakukan melalui PSTN, operator selular “asal” membayar operator PSTN 50% dari tarif percakapan lokal yang berlaku.

(2) SLJJ

Untuk SLJJ yang berasal dari STBS, operator selular berhak memperoleh sebagian tarif SLJJ, dengan proporsi berkisar mulai 15% dari tarif dalam hal seluruh percakapan jarak jauh tidak diselenggarakan oleh operator selular tersebut, sampai dengan 85% dari tarif dalam hal seluruh percakapan jarak jauh diselenggarakan oleh operator selular tersebut dan percakapan ditujukan kepada operator selular lainnya, dan sampai dengan 100% jika percakapan ditujukan kepada operator selular yang sama.

e. Antara PSTN internasional dengan STBS

Mulai tahun 1998, tarif interkoneksi untuk percakapan selular internasional ke atau dari pelanggan selular luar negeri dari atau ke pelanggan selular dalam negeri, baik yang percakapannya dilakukan melalui PSTN dalam negeri maupun tidak, menggunakan tarif yang sama dengan percakapan melalui PSTN domestik sebagaimana disebutkan dalam catatan “a” di atas. Namun, berdasarkan kesepakatan bersama dengan operator telekomunikasi selular, Perusahaan (termasuk Satelindo sampai saat penggabungan - Catatan 1e) sampai dengan 31 Desember 2006 masih menggunakan perjanjian awal pembagian kontraktual untuk tarif interkoneksi (Catatan 39).

f. Interkoneksi antar Sentral Gerbang Internasional

Biaya interkoneksi untuk percakapan telekomunikasi internasional antar sentral gerbang internasional diatur dan disepakati bersama berdasarkan perjanjian antara badan penyelenggara jasa telekomunikasi internasional dengan badan usaha patungan penyelenggara jasa telekomunikasi internasional.

38. TARIF INTERKONEKSI, USO, BIAYA SPEKTRUM FREKUENSI DAN PEMBAGIAN PENDAPATAN (lanjutan)

1. Struktur dan Besaran Tarif Interkoneksi (lanjutan)

Keputusan No. 37 dan Keputusan No. 46 selanjutnya digantikan oleh Keputusan Menhub No. 32 Tahun 2004 mengenai interkoneksi berbasis biaya menggantikan perjanjian interkoneksi yang berbasis pembagian pendapatan. Berdasarkan keputusan baru tersebut, penyelenggara tujuan panggilan menetapkan biaya interkoneksi berdasarkan formula yang diputuskan oleh Pemerintah, yang mengharuskan penyelenggara telekomunikasi membebankan interkoneksi berdasarkan biaya menyelenggarakan panggilan tersebut.

Tanggal berlaku efektif Keputusan baru ini yang sebelumnya mulai tanggal 1 Januari 2005 ditunda sampai dengan tanggal 1 Januari 2007 berdasarkan Peraturan Menkominfo No. 08/PER/M.KOMINFO/02/2006 tanggal 8 Februari 2006 (Catatan 39).

Penerapan tagihan interkoneksi antara penyelenggara telekomunikasi dimulai dari perjanjian yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. Semua perjanjian interkoneksi harus mengacu pada Dokumen Penawaran Interkoneksi (“DPI”) (Reference Interconnection Offer). Semua penyelenggara telekomunikasi harus menerbitkan DPI dan penyelenggara telekomunikasi dominan harus mendapat persetujuan dari Pemerintah.

Pada bulan Agustus 2006, DJPT mengeluarkan keputusan No. 278/DIRJEN/2006 yang menyetujui DPI yang berasal dari Perusahaan dan dua penyelenggara telekomunikasi dominan lainnya (Telkom dan Telkomsel). Keputusan ini diterapkan efektif sejak bulan Januari 2007 yang disepakati oleh semua penyelenggara telekomunikasi dan disetujui oleh Pemerintah. Pada tanggal 11 April 2008, DJPT menyetujui diberlakukannya DPI yang baru dari penyelenggara telekomunikasi dominan (Telkom, Telkomsel dan Perusahaan). DJPT mengharuskan agar seluruh penyelenggara telekomunikasi dalam negeri mengubah perjanjian interkoneksi agar sesuai dengan DPI baru mulai tanggal 1 April 2008. Pada tanggal 1 April 2008, Perusahaan telah menerapkan tarif interkoneksi yang baru berdasarkan DPI yang disetujui.

Namun, pada tanggal 31 Desember 2010, Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) mengeluarkan surat No. 227/BRTI/XII/2010 tentang penerapan tarif interkoneksi baru berdasarkan implementasi biaya interkoneksi berbasis biaya, yang akan digunakan oleh semua operator telekomunikasi efektif 1 Januari 2011. Perusahaan sudah menerapkan tarif baru mulai tanggal 1 Januari 2011.

Pada tanggal 27 Juni 2011, Menkominfo mengeluarkan Peraturan

No. 16/PER/M.KOMINFO/06/2011 mengenai perubahan keputusan Menteri Perhubungan No. 35 Tahun 2004 mengenai penyelenggaraan jaringan tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas, yang mendorong penerapan tarif berbasis biaya oleh semua operator telekomunikasi efektif 1 Juli 2011.

Sebelum tahun 2012, interkoneksi untuk SMS menerapkan skema “Senders Keep All”. Berdasarkan skema lama ini, operator telekomunikasi dapat menyimpan semua pendapatan yang diterima dari pelanggan untuk pengiriman SMS ke operator lain tanpa ada biaya interkoneksi yang harus dibayarkan kepada operator lain. Mulai 1 Juni 2012, BRTI mengeluarkan surat No. 262/BRTI/XII/2011 menggantikan skema “Senders Keep All” dengan skema baru berbasis biaya. Berdasarkan skema baru ini, operator telekomunikasi wajib membayar biaya interkoneksi dengan jumlah maksimum sebesar Rp23 (dalam jumlah penuh) untuk setiap SMS yang dikirim ke operator telekomunikasi lainnya.

38. TARIF INTERKONEKSI, USO, BIAYA SPEKTRUM FREKUENSI DAN PEMBAGIAN PENDAPATAN (lanjutan)

1. Struktur dan Besaran Tarif Interkoneksi (lanjutan)

Efektif tanggal 1 Juni 2012, Perusahaan telah menerapkan peraturan BRTI baru.

Pada tanggal 30 Januari 2014, Menkominfo mengeluarkan surat No. 118/KOMINFO/DJPPI/PI.02.04/01/2014 sehubungan dengan implementasi biaya interkoneksi tahun 2014. Tarif interkoneksi baru ini harus diimplementasikan oleh penyedia jaringan telekomunikasi pada tahun 2014 dan menjadi valid mulai sebulan setelah tanggal ditandatanganinya surat tersebut sampai dengan Desember 2016 dan akan dievaluasi setiap tahun oleh BRTI.

2. USO dan Biaya Spektrum Frekuensi

Pada tanggal 16 Januari 2009, Pemerintah mengeluarkan Peraturan No. 7 Tahun 2009, yang meningkatkan kontribusi untuk pengembangan USO dari 0,75% menjadi 1,25% dan menurunkan biaya hak penyelenggaraan telekomunikasi dari 1% menjadi 0,50% dari pendapatan bruto tahunan (setelah dikurangi piutang tak tertagih dan biaya interkoneksi), efektif sejak tanggal 1 Januari 2009.

Pada tanggal 13 Desember 2010, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan PP No. 76/2010 terkait perubahan atas PP No. 7/2009 tentang jenis dan tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang dipungut oleh Menkominfo. Peraturan ini berdampak pada metode perhitungan dan pembayaran biaya spektrum yang dialokasikan ke Perusahaan (pita frekuensi 800 Mhz, 900 Mhz dan 1.800 Mhz).

Pada tanggal 26 Juli 2013, Menkominfo mengeluarkan Peraturan No. 21 Tahun 2013 mengenai Penyelenggaraan Jasa Penyediaan Konten Pada Jaringan Bergerak Selular dan Jaringan Tetap Lokal Tanpa Kabel Dengan Mobilitas Terbatas. Peraturan ini mengatur, antara lain, kerjasama antara penyelenggara jasa penyediaan konten dan penyelenggara jaringan telekomunikasi, pembagian tanggung jawab antara penyelenggara jasa penyediaan konten dan penyelenggara jaringan telekomunikasi, muatan konten, mekanisme penyelenggaraan berlangganan, penawaran konten, perlindungan pengguna, nomor akses, perizinan, Biaya Hak Penyelenggaraan (BHP) Telekomunikasi dan kontribusi kewajiban pelayanan universal, penyimpanan data, ganti rugi, penyelesaian perselisihan, pengawasan dan pengendalian dan sanksi administratif. Berdasarkan peraturan ini, penyelenggara jasa penyediaan konten wajib membayar kewajiban BHP dan USO sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pembayaran kewajiban BHP dan USO akan dilakukan oleh penyelenggara jasa penyediaan konten melalui penyelenggara jaringan.

Pada tanggal 18 Februari 2014, Menkominfo mengeluarkan surat No. 94/DJPPI.3/PI.02.02/2/2014 mengenai pemberitahuan perpanjangan masa peralihan dari Peraturan No. 21 Tahun 2013 dari tanggal 6 Februari 2014 menjadi tanggal 6 Agustus 2014.

Pada tanggal 30 Juni 2014, Peraturan No. 21 tahun 2013 tersebut belum berlaku efektif. 3. Pembagian Pendapatan

Pendapatan dari tarif akses dan biaya pemakaian yang berasal dari percakapan telekomunikasi internasional yang melibatkan interkoneksi jaringan telekomunikasi yang dimiliki oleh beberapa penyelenggara jasa telekomunikasi dalam negeri yang tidak diatur oleh Keputusan No. 08/PER/M.KOMINFO/02.2006, dibagi secara proporsional ke setiap penyelenggara jasa telekomunikasi dalam negeri, dimana bagian pendapatan interkoneksi tersebut akan diatur lebih lanjut dalam perjanjian bilateral diantara penyelenggara.

Dalam dokumen PT Indosat Tbk dan entitas anaknya (Halaman 169-172)