A.Gambaran Umum Dataran Tinggi Dieng 1. Sejarah Dataran Tinggi Dieng
Dataran Tinggi Dieng merupakan dataran tinggi yang tertinggi kedua di dunia setelah Nepal, dan yang terluas di Pulau Jawa. Kawasan Dataran Tinggi Dieng merupakan sebuah kompleks gunung api yang terdiri dari Bisma, Seroja, Binem, Pangonan, Merdada, Panger kandang, Telogo Dringo, Pakuwaja, Kendil, dan Prambanan. Lapangan fumarola (cairan belerang) terdiri atas Kawah Sikidang, Kawah Kumbang, Kawah Sipandu, Kawah Sibanteng, Kawah Upas, Telogo Terus, Kawah Pagerkandang, Kawah sigladah dan Kawah Sileri.
Dataran Tinggi Dieng adalah sebuah dataran tinggi yang terjadi karena letusan besar sebuah gunung api. Dengan demikian kondisi geologinya sampai sekarang relatif labil, bahkan sering terjadi gerakan-gerakan tanah. Beberapa bukti yang menunjukkan hal tersebut adalah; peristiwa hilangnya Desa Lagentang, terpotongnya jalan antara Banjarnegara Karangkobar dan Suharjo-Ngadirejo, maupun retakan-retakan tanah yang mengeluarkan gas beracun.
55
Kawasan yang disebut sebagai Dataran Tinggi Dieng sendiri sesungguhnya terbagi atas beberapa dataran tinggi, yaitu :
a. Dataran pertama yang mempunyai ketinggian kurang lebih 2090 meter dpl, yang dikelilingi oleh rangkaian gunung, yaitu Gunung Prahu, Gunung Jurang Grawah yang berada di sebelah selatan, serta Gunung Pangonan dan Gunung Sipandu, yang berada dibagian barat.
b. Dataran kedua terletak di sebelah barat dataran tinggi yang pertama, dengan ketinggian kurang lebih 1950 meter dpl, yang diapit oleh Gunung Nagasari, Gunung Pangamun-amun, dan Gunung Gajah Mungkur.
c. Dataran yang ketiga dengan ketinggian kurang lebih 1630-1772 meter dpl.
Dengan posisi demikian, wajar apabila Dataran Tinggi Dieng memiliki banyak kekayaan sekaligus keunikan dan kekhasan, baik kekayaan dan keunikan alamnya yang beraneka ragam, dan kekhasan budaya lokal yang masih melekat dan selalu dijaga turun temurun agar tetap lestari. (Sumber : Buku Panduan Wisata Jawa Tengah Tahun 2000)
2. Letak Dataran Tinggi Dieng
Dataran Tinggi Dieng merupakan dataran tinggi yang tertinggi kedua di dunia setelah Tibet atau Nepal, dan yang terluas di Pulau Jawa. Dieng terletak pada posisi 7‟ 12‟ Lintang Selatan dan 109‟ 54‟ Bujur Timur, berada
56
pada ketinggian 6.802 kaki atau 2.093 m dpl. Secara administratif, Dieng mencangkup Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara dan Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Dataran Tinggi Dieng menjadi salah satu daya tarik wisata yang menawarkan berbagai macam wisata, mulai dari wisata alam yaitu : Telaga Warna, Kebun Teh Tambi, Telaga Menjer, Telaga Pengilon, Kawah Sikidang, Kawah Chandra Dimuka, Goa Semar, Goa Jaran, Puncak Sikunir, Puncak Paku Waja dan lainnya. Untuk wisata sejarah yaitu Candi Gathotkaca, Candi Arjuna, Candi Bima, Candi Semar, Candi Punthadewa, dan Candi Srikandi, candi-candi tersebut adalah peninggalan Mataram Kuno. Wisata-wisata tersebut menyebabkan Dataran Tinggi Dieng menjadi salah satu obyek wisata yang diandalkan oleh Provinsi Jawa Tengah.
Jalan menuju Dataran Tinggi Dieng berbelok-belok dan naik turun, namun keadaan ini memberikan sensasi yang menyenangkan karena kita bisa menikmati alam pegunungan yang masih indah. Jalur yang biasanya digunakan oleh wisatawan adalah melalui Kota Wonosobo. Kondisi jalan yang saat ini sudah bagus dapat ditempuh kurang lebih 1-2 jam dari pusat Kota Wonosobo.
B. Daya Tarik Wisata Dataran Tinggi Dieng
Dataran Tinggi Dieng menawarkan banyak oobyek wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi. Selain sekedar jalan-jalan melihat keindahan alam Dieng, pengunjung juga dapat belajar tentang sejarah Dieng yang ditampilkan secara lengkap di Bioskop Dieng.
57
Dataran Tinggi Dieng selain menjadi obyek wisata alam dan sejarah juga mempunyai keunggulan lain. Dieng yang dikelilingi oleh banyaknya kawah, menjadikan Dieng memiliki PLTU yang dikelola oleh pemerintah. Sehingga Dieng selain menawarkan keindahan alam, namun kekayaan alam Dieng juga dapat dimanfaatkan untuk menyejahterakan masyarakat.
Sebelum memasuki kawasan Dataran Tinggi Dieng, dikenai retribusi masuk obyek wisata di pos TPR untuk mobil dikenai tarif Rp 5.000,- , bus wisata dikenai tarif Rp 10.000,- dan motor dikenai tarif Rp 3.000,- per orang.
Di area parkir, juga masih dikenai biaya Rp 2.000,- untuk motor, Rp 5.000,- untuk mobil, dan Rp 10.000,- untuk bus pariwisata. Tidak berhenti disitu untuk memasuki setiap obyek wisata kita akan dikenai tarif sebesar Rp 8.000,- untukwisatawan lokal dan Rp 25.000,- untuk wisatawan mancanegara untuk setiap obyeknya. Ketika berada pada obyek wisata kita dapat menggunakan jasa foto dengan biaya Rp 50.000,- selain itu apabila kita memasuki kawasan Kawah Sikidang atau Kawah Chandradimuka kita dapat membeli masker seharga Rp 2.000,- untuk menutupi hidung dari bau kawah yang lumayan menyengat.
58
1. Telaga Warna
Gambar IV.1
Telaga Warna Dataran Tinggi Dieng
Telaga Warna adalah obyek pertama yang biasanya dikunjungi oleh wisatawan ketika berkunjung ke Dieng. Menurut kepercayaan di tengah Telaga Warna terdapat batu permata yang membuat Telaga Warna dapat berubah-ubah warna airnya. Di kawasan Telaga Warna tersebut terdapat area Flying Fox yang menantang wisatawan untuk menguji adrenalinnya turun menyeberangi Telaga Warna. Butuh waktu yang cukup lama apabila kita mengelilingi Telaga Warna, menyusuri jalan setapak dan disuguhkan dengan keindahan Telaga serta rindangnya pepohonan di sekeliling membuat waktu tidak terasa berlalu. Namun ada bagian-bagian tertentu dari Telaga Warna yang tidak boleh untuk berfoto, karena disakralkan oleh masyarakat sekitar.
59
2. Telaga Pengilon
Gambar IV.2
Telaga Pengilon Dataran Tinggi Dieng
Telaga Pengilon berada sekitar 500 meter dari Telaga Warna, dan masih satu kawasan dengan Telaga Warna. Dinamai Telaga Pengilon karena air di Telaga Tersebut sangat jernih, sehingga dapat dijadikan untuk bercermin atau dalam Bahasa Jawa disebut ngilo.
60
3. Gua Semar
Gambar IV.3
Gua Semar Dataran Tinggi Dieng
Gua Semar berada di kawasan Telaga Warna, letaknya sekitar 600 meter dari Telaga Warna, Gua Semar dipercaya sebagai petilasan Eyang Semar. Dahulu juga Gua Semar sebagai tempat bertapa Presiden Soeharto sebelum menjadi presiden. Setelah itu banyak masyarakat dan wisatawan yang berdoa di Gua Semar untuk mencari pencerahan.
61
4. Gua Sumur
Gambar IV.4
Gua Sumur Dataran Tinggi Dieng
Gua Sumur berada bersebelahan dengan Gua Jaran, jaraknya kurang lebih hanya 5 meter. Gua Sumur memiliki keunikan tersendiri, ketika musim kemarau atau musim penghujan air yang berada pada gua tersebut tidak berkurang sedikitpun. Dalam kepercayaan agama Hindu, air dari Gua Sumur adalah air suci, yang biasanya mereka gunakan untuk upacara keagamaan. Hal ini menambah kepercayaan bahwa Dieng adalah pusat Agama Hindu.
62
5. Gua Jaran
Gambar IV.5
Gua Jaran Dataran Tinggi Dieng
Gua Jaran sendiri adalah satu-satunya gua yang dapat dikunjungi atau dimasuki tanpa pengawalan juru kunci. Gua Jaran tersebut dipercayai sebagai tempat persemedian para wanita. Sejarah menceritakan bahwa ada seekor kuda atau jaran yang berteduh didalam gua tersebut saat hujan deras. Ketika keluar dari gua, kuda tersebut hamil. Berdasarkan cerita tersebut masyarakat Dieng dan sekitarnya mempercayai bahwa apabila ada wanita yang susah hamil atau yang ingin hamil dapat berkunjung ke Gua Jaran tersebut agar cepat hamil atau mendapat keturunan.
63
6. Kawah Chandradimuka
Gambar IV.6
Kawah Candradimuka Dataran Tinggi Dieng
Kawah Candradimuka adalah sebuah kawah yang dipercaya dahulunya sebagai tempat untuk memotong tali pusar Gathotkaca. Kawah tersebut berada di tengah Dieng. Letaknya kurang lebih 1km dari Telaga Warna, dan dapat ditempuh selama 10 menit dari Telaga Warna. Ketika berada di Kawah Candradimuka kita dianjurkan untuk menggunakan masker, karena bau belerang yang sangat menyengat.
64
7. Kawah Sikidang
Gambar IV.7
Kawah Sikidang Dataran Tinggi Dieng
Kawah Sikidang adalah sebuah kawah yang berada diantara Kawah Candradimuka dan Candi Arjuna. Asal usul nama kawah yang satu ini masih menjadi sebuah pertanyaan bagi masyarakat lokal Dieng sendiri karena ada beberapa versi cerita yang menyebutkan sejarah kawah sikidang dari sisi mitos atau legenda di tengah masyarakat Dieng.
Satu legenda yang populer di kalangan pengunjung atau wisatawan yang datang di area kawah terbesar yaitu munculnya kepundan kawah yang disebabkan oleh tokoh fiksi seorang raja yang gagal meminang putri cantik karena tertimbun di dalam sumur yang di lakukan oleh pasukan sang putri untuk membunuhnya.
Nama kawah terunik di Dataran Tinggi Dieng seperti Sikidang masih dihubungkan dengan karakter kepundan kawah yang sering berpindah
65
tempat. Namun ada juga yang berpendapat bahwa di area tersebut juga banyak di temukan satwa liar (kijang) karena di daerah pegunungan pangonan juga terdapat padang rumput yang diperkirakan sebagai habitat hewan kijang dimasa lalu.
Apabila kita berkunjung ke Kawah Sikidang kita juga dapat menikmati telur yang direbus langsung di panasnya Kawah Sikidang. Telur-telur tersebut dimasukkan dalam keranjang yang terbuat dari kawat, lalu keranjang tersebut diberi pegangan dan kemudian keranjang yang berisi telur tersebut dimasukkan dalam kawah. Kita dapat menunggu kurang lebih hanya 5 menit saja, dan kita dapat menikmati telur tersebut.
66
8. Dieng Theater
Gambar IV.8
Dieng Theater Dataran Tinggi Dieng
Dieng Theater berada di atas Telaga Warna, jaraknya kurang lebih hanya 50 meter.dieng Theater di resmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 9 April 2006, ketika berada di Dieng Theater kita akan diajak untuk menyaksikan film dengan durasi 30 menit yang menyajikan sejarah terbentuknya Dataran Tinggi Dieng, kebudayaan masyarakat Dieng, dan segala yang berhubungan dengan Dieng.
67
9. Candi Arjuna
Gambar IV.9
Candi Arjuna Dataran Tinggi Dieng
Candi Arjuna adalah candi peninggalan sejarah Kerajaan Mataram Kuno. Candi Arjuna berukuran 6 x 6 m dan menghadap ke arah barat. Pada pintu masuk dan relung-relungnya dihiasi kala makara. Atap candi berjenjang dengan menara-menara kecil di setiap sudut. Ditemukannya prasasti berangka tahun 731 Caka (809 M) di dekat Candi Arjuna dapat menjadi petunjuk pembangunan candi sekitar awal abad IX M. Secara administrasi Candi Arjuna masuk dalam wilayah Kabupaten Banjarnegara. Namun jaraknya hanya 2km dari Telaga Warna, dan menjadi obyek wisata terakhir di kawasan Dataran Tinggi Dieng.
68
10. Kebun Teh Tambi
Gambar IV.10 Kebun Teh Tambi
Perkebunan Teh Tambi terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, berada di ketinggian 4500 kaki di atas permukaan laut tepatnya di lereng Gunung Sindoro. Keindahan alamnya sungguh menakjubkan, rimbunan hijau tanaman teh teratur nan rapi menjadi pemandangan yang menyegarkan mata. Daerah ini meskipun masuk wilayah Wonosobo tetapi berdekatan dengan wilayah Temanggungnamun apabila kita melalui Wonosobo maka akan mebutuhkan waktu kurang lebih 1jam. Akses ke tempat tujuan sudah bagus, hanya harus berhati-hati karena jalan berkelok dan naik-turun.
Di perkebunan Teh Tambi kita akan di perlihatkan betapa indahnya hamparan pohon teh yang sangat luas. Hasil dari perkebunan Teh Tambi tidak hanya dijual di dalam Negeri saja namun sudah di Ekspor ke berbagai Negara lain, seperti Amerika dan Malaysia.
69
11. Festival Kebudayaan Ruwatan
Gambar IV.11
Festival Kebudayaan Ruwatan
Rambut gembel atau gimbal yaitu rambut yang alami tumbuh dari kepala dan tidak buat-buat atau karena faktor malas merawat rambut tersebut, yang paling terkenal adalah rambut gimbal Wonosobo atau mereka sering menyebutnya rambut gembel.
Masyarakat Wonosobo percaya bahwa rambut gembel bukan karena faktor keturunan, namun bisa tumbuh pada siapa saja. Masyarakat mengatakan rambut gembel karena model rambutnya mirip gelandangan yang tidak pernah mencuci rambut, tapi di Wonosobo rambut gembel muncul secara alami. Menurut beberapa sumberketika rambut gembel akan tumbuh biasanya anak tersebut akan terserang panas yang tinggi selama beberapa hari. Setelah itu, beberapa helai rambutnya menjadi kusut dan menyatu. Dan anak yang berambut gembel harus diruwat melalui sebuah perayaan ritual; ruwatan rambut gembel.
70
Masyarakat Wonosobo percaya bahwa anak yang berambut gembel merupakan keturunan Ki Kaladete, yang diyakini merupakan salah satu dari 3 pendiri kota Wonosobo. Berbagai mitos memang melatarbelakangi rambut gembel. Ada yang menyebut rambut ini merupakan rambut Kurawa yang hidup di alam para dewa, lalu secara turun-temurun tumbuh kepada anak cucunya hingga Ki Kaladete, yang hidup di alam manusia.
Versi lain menyebutkan suatu ketika Ki Kaladete bersumpah tidak akan memotong rambutnya dan tidak akan mandi sebelum desa menjadi makmur dan sejahtera. Kelak kalau keturunannya mempunyai ciri rambut gembel, ini menjadi pertanda desanya akan mengalami kemakmuran
Sehingga ketika prosesi pemotongan rambut gembel tersebut akan dilaksanakan harus melalui beberapa ritual terlebih dahulu. Selain itu apapun permintaan dari anak yang akan dicukur rambutnya tersebut harus dituruti oleh orang tuanya. Apabila salah satu dari dua syarat tersebut tidak dilaksanakan dipercaya bahwa anak mereka akan mengalami panas yang sangat tinggi.
71
12. Tarian Jathilan
Gambar IV.12 Tarian Jathilan
Jathilan adalah sebuah tarian drama yang menceritakan tentang pertempuran dua kelompok prajurit berkuda dan bersenjatakan pedang. Tarian ini biasanya mengangkat cerita-cerita babad tanah Jawa seperti cerita Panji, Ario Penangsang dan cerita lain pada zaman KerajaanMajapahit. Dalam penampilannya sang penari menggunakan sebuah kuda tiruan yang biasanya terbuat dari anyaman bambu dan disebut Kuda Kepang. Bagaikan seorang kesatria yang gagah berani, para penari beraksi sambil menunggangi kuda tiruan tersebut dengan diiringi gamelan jawa. Dalam setiap tarian biasanya ada penari yang mengalami kerasukan, namun ini bukan menjadi suatu masalah karena biasanya sudah ada pawang yang siap siaga untuk menetralisir penari yang mengalami kerasukan tersebut.
72