• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : KESIMPUAN DAN SARAN

ANALISA DAN EVALUASI

A. Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Utang Pajak Dengan Surat Paksa

Pajak sebagai sumber utama penerimaan negara perlu terus ditingkatkan sehingga pembangunan nasional dapat dilaksanakan dengan kemampuan sendiri berdasarkan prinsip kemandirian. Peningkatan kesadaran masyarakat di bidang perpajakan harus ditunjang dengan iklim yang mendukung peningkatan peran aktif masyarakat serta pemahaman akan hak dan kewajibannya dalam melaksanakan peraturan perundangundangan perpajakan. Peran serta masyarakat Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban pembayaran pajak berdasarkan ketentuan perpajakan sangat diharapkan.

Dengan menganut Self Assesment System, yang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung sendiri jumlah pajak terutangnya, pihak Direktorat Jenderal Pajak mengharapkan agar penerimaan negara dari sektor pajak tersebut dapat meningkat. Sehingga dalam hal ini peranan Wajib Pajak sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan sistem perpajakan.

Namun kenyataan yang terjadi di lapangan, masih banyak Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu dalam hal pelunasan utang pajaknya.

Untuk Wajib Pajak dalam cakupan wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ini sendiri, masih banyak Wajib Pajak yang tidak menghiraukan atas diterbitkannya surat ketetapan pajak dan selanjutnya pihak aparatur pajak harus menerbitkan Surat Teguran dan kemudian diikuti dengan Surat Paksa apabila Wajib Pajak tidak juga melunasi utang pajaknya.

Dalam pelaksanaan tindakan penagihan ada tahap-tahap yang harus dilakukan jurusita pajak adalah sebagai berikut :

Jadwal Waktu Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa

NO JENIS TINDAKAN ALASAN

PENERBITAN

WAKTU PELAKSANAAN 1 Penerbitan Surat Teguran,

Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis (Pasal 5

Keputusan Menteri Keuangan No.561/MK.04/2000)

Wajib

pajak/penanggung Pajak tidak melunasi utang pajaknya sampai dengan jatuh tempo pembayaran

Setelah 7 hari sejak jatuh tempo pembayaran

2 Penerbitan Surat Paksa (Pasal 7 UU No. 19/2000 dan Pasal 9 Keputusan Menteri Keuangan No.561/MK.04/2000)

Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajakanya dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain sejenisnya Setelah lewat 21 hari sejak diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain sejenisnya 3 Surat Perintah Melaksanakan

Penyitaan (SPMP) (Pasal 12 UU No.19/2000)

Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajakanya dan kepadanya telah diterbitkan Surat Paksa Setelah lewat 2x24 jam setelah Surat Paksa diberitahukan Kepada Penanggung Pajak

4 Pengumuman Lelang (Pasal 26 UU No.19/2000)

Setelah Pelaksanaan penyitaan ternyata penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya

Paling singkat 14 hari sejak

penyitaan

5 Penjualan / Pelelangan Barang Sitaan (Pasal 26 UU PPSP)

Setelah pengumuman lelang ternyata Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajaknya Paling singkat 14 hari setelah pengumuman lelang Tabel 4.1

Jumlah Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur Tahun 2011 dan 2012

Tahun Wajib Pajak Orang Pribadi (OP) Wajib Pajak Badan Wajib Pajak Bendaharawan Jumlah Wajib Pajak Keseluruhan 2011 90.673 749 11 91.433 2012 92.644 1.022 22 93.688

Sumber :KPP Pratama Medan Timur

Dari tabel 4.1 diatas, dapat kita lihat jumlah wajib pajak keseluruhan bahwa kesadaran wajib pajak akan kewajibannya dibidang perpajakan setiap tahun meningkat. Hal ini dapat kita lihat secara tidak langsung dari peningkatan jumlah wajib pajak antara tahun 20011 sampai tahun 2012 yang peningkatannya dimana wajib pajak orang pribadi mengalami penambahan sebanyak 1.971 wajib pajak wajib pajak badan sebanyak 273 wajib pajak dan wajib pajak bendaharawan sebanyak 11

wajib pajak. Dengan demikian peningkatan jumlah wajib pajak keseluruhan dari tahun 2011 sampai tahun 2012 sebanyak 2.255 wajib pajak, di lain sisi kesadaran wajib pajak akan kewajibannya diharapkan akan terus meningkat.

Jumlah wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur ini meningkat dari tahun 2011 sampai tahun 2012 , jumlah utang pajaknya pun bertambah juga. Hal ini terlihat dari masih banyaknya jumlah surat teguran dan surat paksa yang dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

Tabel 4.2

Jumlah Penerbitan Surat Teguran untuk Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur Tahun

2011 dan 2012

Tahun Jumlah SKP Rupiah Jumlah Surat Teguran

Rupiah

2011 509 745.342.417 1.125 767.604.802

2012 1.090 3.342.984.409 2.814 795.381.917

Sumber :KPP Pratama Medan Timur

Rasio Surat Teguran dengan Penerbitan SKP :

Rasio surat teguran dengan penerbitan SKP : Jumlah Surat Teguran x 100% Jumlah Penerbitan skp

Tahun 2011 : 1.125 x 100% = 221% 509 Tahun 2012 : 2.814 Tahun x 100% = 258% 1090

Dari data diatas diketahui tidak semua skp yang diterbitkan ditindaklanjuti dengan proses penerbitan surat teguran. Pada tahun 20011 sebesar 221%, tahun 2011 sebesar 258%, dari 2(dua) tahun tersebut setiap tahun mengalami kenaikan. Kondisi ini disebabkan peran aktif dari jurusita pajak KPP Pratama Medan Timur dalam memberitahukan tunggakan pajak lewat surat teguran belum di ikuti dengan kesadaran penanggung pajak dalam pembayaran tunggakan pajak lewat surat teguran.

Berikut ini adalah tabel penyampaian Surat Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur pada tahun 2011 dan 2012 :

Tabel 4.3

Jumlah Penerbitan Surat Paksa untuk Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur

Tahun 2011 dan 2012

Jumlah SKP Rupiah Jumlah Surat Paksa

Rupiah

2011 509 745.342.417 800 2.846.379.607

Sumber: KPP Pratama Medan Timur 1. Rasio Surat Paksa dengan Penerbitan SKP

Rasio surat paksa dengan penerbitan skp : jumlah surat paksa x 100%

JumlahPenerbitan skp

Tahun 2011 : 800 x 100 % =167% 509

Tahun 2012 : 1.521

2. Rasio Surat Teguran dan Surat Paksa x 100% = 139.5% 1.090

Dari data penerbitan skp yang ditindaklanjuti dengan surat paksa masih terdapat jumlah surat paksa yang belum dilunasi wajib pajak. Hal ini dilihat dari tingginya jumlah skp setelah diterbitkannya surat paksa sebesar tahun 2011 sebesar 167% dan tahun 2012 sebesar 139.5%. Dari 2(dua) tahun tersebut tahun 2012 mengalami penurunan yang tidak begitu signifikan.

Rasio ini menunjukan seberapa besar surat teguran yang ditidaklanjuti dengan penerbitan surat paksa pada tahun 2011 jumlah surat teguran 1,125 lembar sementara surat paksa yang diterbitkan hanya 800 lembar, maka rasio penerbitan surat teguran terhadap surat paksa dapat dihitung sebagai berikut :

Rasio surat paksa terhadap surat teguran : Jumlah surat paksa yang terbit x 100% Jumlah surat teguran yang terbit

Tahun 2011 : 800 x 100% =71,11% 1.125

Pada tahun 2012 : 1.521 x 100% = 54% 2.814

Dari data di atas diketahui bahwa tidak semua surat teguran yang diterbitkan ditindaklanjuti dengan proses penerbitan surat paksa. Pada tahun 2011 surat teguran yang berlanjut ke surat paksa sebesar sebesar 71,11% dan untuk tahun 2012 surat paksa terbit hanya sebesar 54% dari surat teguran. Dibandingkan dengan tahun 2011 surat paksa yang terbit mencapai 71,11% dari surat teguran berbeda dengan tahun 2012 yang mengalami penurunan. Kondisi ini disebabkan oleh kurangnya SDM (sumber daya manusia) penagihan pajak apabila semua proses penagihan ditindaklanjuti dengan surat paksa, selain itu juga karena wajib pajak membayar tunggakan pajak setelah diberi surat teguran.

3. Analisis efektivitas penagihan pajak derngan surat paksa

Dalam hal efektivitas penerbitan surat paksa, maka rumusnya adalah perbandingan antara jumlah pencairan tunggakan pajak melalui penagihan dengan surat paksa dengan potensi pencairan tunggakan dengan surat paksa dengan asumsi bahwa potensi pencairan tunggakan pajak dengan surat paksa adalah semua tunggakan pajak yang diterbitkan surat paksa diharapkan dapat ditagih. Efektivitas penyampaian surat paksa dihitung dengan rumus :

Efektivitas : jumlah surat paksa yang dibayarkan x 100% Jumalah surat paksa yang diterbitakan

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan penerbitan surat paksa, pembayaran surat paksa, dan tingakat efektivitas penagihan pajak dengan surat paksa. Data tersebut diolah berdasarkan data pada KPP Pratama Medan Timur untuk tahun 2011 dan 2012 :

Tabel 4.4

Pembayaran Surat Paksa di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur tahun 2011 dan 2012

Tahun SP terbit SP bayar Tingakat

Efektivitas 2011 2.846.379.607 886.779.267 31,15% 2012 2.304.806.460 531.022.973 23,03%

Dari tabel diatas surat paksa yang diterbitkan pada tahun 2011 penerbitan surat paksa di KPP Pratama Medan Timur tercatat sebesar 31,15% berdasarkan pengukuran efektivitas penerbitan surat paksa tergolong tidak efektif, dan pada tahun 2012 sebesar 23,03% kurang efektif, terjadi penurunan tingkat efektivitas disebabkan karena dalam setahun terjadi 2(dua) kali penggantian jurusita sehingga berdasarkan pengukuran efektivitas penerbitan surat paksa tergolong tidak efektif.

Presentase Kriteria >100% Sangat Efektif 90 – 100% Efektif 80 -90% Cukup Efektif 60 -80% Kurang Efektif < 60% Tidak Efektif

Beberapa hal yang menyebabkan tidak seluruh surat paksa yang diterbitkan dilunasi oleh penanggung pajak, sehingga hasil analisis tidak efektif antara lain :

a. Penanggung pajak tidak mengakui adanya utang pajak b. Penanggung pajak tidak mampu melunasi utang pajaknya

c. Penanggung pajak mengajukan permohonan angsuran pembayaran karena kondisi keuangan yang tidak memungkinkan jika dibayarkan sekaligus

d. Penanggung pajak mengajukan keberatan atas jumlah tunggakan pajaknya e. Penanggung pajak lalai

Setelah dikeluarkan surat paksa KPP Pratama Medan Timur mengeluarkan SPMP (Surat Perintah Melakukan Penyitaan).

Berikut ini tabel jumlah pelaksanaan melakukan penyitaan untuk wajib pajak pada kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur :

Tabel 4.5

Jumlah Pelaksanaan Melakukan Penyitaan untuk Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur

Tahun 2011 dan 2012

Tahun Pelaksanaan Sita

2011 -

2012 -

Sumber :KPP Pratama Medan Timur

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur tidak pernah sekalipun melakukan penyitaan. Hal ini kemungkinan disebabkan beberapa aspek yaitu :

1) Tunggakan pajak telah dilunasi sebelum dilakukan penyitaan 2) Tunggakan pajak telah dilunasi sebelum dilakukan penyitaan (Pbk) 3) Tunggakan Pajak telah dilunasi sebelum dilakukan melalui penyitaan

(melalui keputusan pengurangan)

4) Tunggakan pajak telah dilunasi sebelum dilakukan penyitaan (melalui keputusan keberatan )

5) Tunggakan pajak telah dilunasi sebelum dilakukan penyitaan (melalui keputusan banding)

Dari tabel 4.3 dan 4.4 di atas,dapat kita lihat kinerja penagihan pajak pada KPP Pratama Medan Timur dalam pelaksanaan penagihan pajak pada tahun 2011-2012. Ternyata Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakan masih tetap ada Wajib Pajak yang tidak menghiraukan, karena banyaknya jumlah penerbitan surat paksa dan surat teguran setiap tahunnya. Cara penagihan yang terakhir yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ini adalah penagihan aktif, dimana fiskus melalui Jurusita Pajak Negara menyampaikan/memberitahukan surat paksa, melakukan penyitaan dan melakukan pelelangan melalui Kantor Lelang Negara terhadap barang-barang Wajib Pajak. Cara penagihan ini dikenal sebagai penagihan yang keras dibidang perpajakan, namun langkah inilah yang diambil dalam upaya terakhir agar Wajib Pajak segara memenuhi kewajibannya.

Dari uaraian diatas diambil kesimpulan penagihan pajak dengan surat paksa dapat mengoptimalkan penagihan pajak, hal ini terlihat dari jumlah tagihan yang dilakukan dari hasil realisasi pencairan piutang dari surat paksa yang dikeluarkan mampu meningkatkan penerimaan pajak lebih besar pada KPP Pratama Medan Timur, dibandingkan dengan diterbitkan surat teguran maupun SPMP (Surat Perintah Melakukan Penyitaan).

Pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur terhadap Wajib Pajak yang tidak melunasi utang pajaknya adalah :

1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama mengeluarkan Surat Teguran setelah 7 (tujuh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran, dan mengirimkan Kantor Pos.

2. Kemudian apabila Wajib Pajak tidak melunasi utang pajaknya, yang seharusnya dilunasi setelah lewat waktu 21 (dua puluh satu ) hari sejak diterbitkannya Surat Teguran, Pejabat segera menerbitkaan Surat Paksa, dan dalam hal ini :

a. Jurusita Pajak mendatangi tempat tinggal / tempat kedudukan Wajib Pajak / penanggung Pajak dengan memperlihatkan tanda pengenal diri. Jurusita kemudian menjelaskan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan Surat Paksa dan menyerahkan salinan surat paksa tersebut.

b. Jika Jurusita bertemu langsung dengan Wajib Pajak / Penanggung Pajak dan meminta agar Wajib Pajak memperlihatkan surat-surat keterangan pajak yang ada untuk diteliti, diantaranya :

1) Apakah tunggakan pajak menurut STP/SKP cocok dengan jumlah tunggakan yang tercantum dengan Surat Paksa?

2) Apakah ada Surat Keputusan Pembetulan dan Keberatan / penghapusan yang berkaitan dengan ketetapan yang ditagih?

3) Apakah ada kelebihan pembayaran dari tahun / jenis pajak lainnya yang diperhitungkan?

4) Apakah terdapat kelebihan utang tersebut dalam Surat Paksa, diajukan Keberatan?

c. Bila Jurusita tidak menjumpai Wajib Pajak / Penanggung Pajak maka salinan Surat Paksa tersebut dapat diserahkan kepada :

1) Keluarga Wajib Pajak atau orang yang bertempat tinggal bersama Wajib Pajak / Penanggung Pajak yang dewasa dan sehat mental. 2) Pejabat Pemerintahan setempat (Bupati / Walikota / Camat / Lurah )

dalam hal mereka tersebut pada butir 1 dan 2 di atas juga tidak dijumpai. Pejabat ini harus memberi tanda tangan pada surat paksa dan salinannya kepada Wajib Pajak / Penanggung Pajak bersangkutan. 3) Jurusita yang melaksanakan penagihan pajak dengan surat paksa

harus membuat laporan pelaksanaan Surat Paksa.

d. Bila Wajib Pajak tidak ditemukan di kantor atau tempat usaha / tempat tinggal. Apabila hal ini terjadi, maka Jurusita dapat menyerahkan salinan Surat Paksa kepada :

1) Seseorang yang ada di kantornya (salah seorang pegawai)

2) Seseorang yang ada di tempat tinggalnya (misalnya : istri, anak, atau pembantu rumah tangga )

e. Biaya Penyampaian Surat Paksa

1) Biaya pelaksanaan atau penyampaian Surat Paksa yang meliputi Biaya Harian dan Biaya Perjalanan Jurusita Pajak. Biaya ini dikeluarkan untuk setiap Surat Paksa yang harus disampaikan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak.

2) Apabila seorang Jurusita Pajak telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, maka ia berhak sepenuhnya menerima biaya penagihannya telah dilunasi atau belum oleh Wajib Pajak / Penanggung Pajak.

Tetapi hal ini tidak berarti bahwa Jurusita yang bersangkutan setelah menerima biaya penagihan, lalu bebas dari tanggung jawabnya terhadap pencairan piutang pajak tersebut. Apabila Jurusita yakin bahwa Wajib Pajak / Penanggung Pajak tersebut masih aktif dan potensial, maka ia harus mengambil langkah- langkah untuk melakukan tahap tindakan penagihan lebih lanjut.

f. Laporan Pelaksanaan Surat Paksa

Atas pelaksanaan Surat Paksa dibuat laporan oleh Jurusita yang melaksanakan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa tersebut. Hal- hal yang mendapat perhatian untuk dilaporkan yaitu :

1) Pengakuan penyelesaian surat keberatan. Mengenai hal ini agar diuraikan secara jelas dan jangan sampai melaksanakan penagihan secara paksa sedangkan tunggakannya ternyata sudah dikurangi. 2) Jenis, letak dan taksiran harga dari objek sita dengan memperhatikan

tunggakan pajak dan biaya pelaksanaan yang mungkin dikeluarkan. 3) Dalam kesan dan usul hendaknya dilaporkan keadaan yang

sebenarnya dari Wajib Pajak / Penanggung Pajak antara lain : kemampuan bayar, itikad mau membayar dan pandangannya terhadap penetapan / penagihan pajak dan sebagainya, sehingga Jurusita dapat mengajukan usul untuk tindakan penagihan selanjutnya.

sebab-sebabnya dan usaha-usaha yang dilakukan dalam upaya surat paksa, antara lain menghubungi Pejabat Pemerintah setempat, polisi dan sebagainya.

Disamping Pejabat / Jurusita dapat memperlihatkan / melihat aset-aset atau barang-barang yang dimilki Wajib Pajak untuk melakukan penyitaan suatu saat nanti jika Wajib Pajak masih tetap untuk tidak membayar utangnya.

3. Apabila utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak, pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak dengan disaksikan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Jurusita Pajak, dan dapat dipercaya. Pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak tidak mengakibatkan penundaan pelaksanaan penyitaan. Penyitaan dapat dilaksanakan terhadap Penanggung Pajak yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan atau tempat lain, termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang dibebani dengan hak tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu.

Di dalam pelaksanaan, Jurusita dapat menempelkan kertas penyitaan kepada barang yang akan disita, biasanya barang yang akan disita tidak akan dibawa oleh Jurusita dikarenakan :

a. Tidak adanya tempat penyimpanan barang sita.

Barang dari hasil sita harus sebanding dengan jumlah utang pajak yang ditanggung Penanggung Pajak dan jika tidak sebanding maka akan dilakukan penyitaan lagi.

4. Apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak yaang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh Penanggung Pajak setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan, pejabat segara melaksanakan pengumuman lelang. Dan dalam hal pelaksanaan lelang Jurusita mempertanyakan dulu kepada Dinas yang bersangkutan mengenai hak milik barang yang dilelang, misalnya tanah kepada Dinas Pertahanan setempat.

Hasil lelang digunakan terlebih dahulu untuk membayar pajak. Dalam hal hasil lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak, pelaksanaan lelang dihentikan walaupun barang yang akan dilelang masih ada. Sisa barang beserta uang kelebihan hasil lelang dikembalikan oleh Pejabat kepada Penanggung Pajak setelah pelaksanaan lelang.

B. Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Penagihan Utang Pajak Dengan

Dokumen terkait