• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

H. Tata Cara Penelitian

Lokasi penelitian dipilih dengan mencari informasi terlebih dahulu kecamatan-kecamatan yang ada di Yogyakarta yang sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian yang mirip dengan penelitian ini. Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti memilih Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta sebagai lokasi penelitian.

Aspek Pokok Bahasan Nomor Pernyataan

Favorable Unfavorable

Pengetahuan Pengertian 10 -

Terapi/pengobatan 7 8 dan 9

Tanda dan gejala 4 -

Komplikasi 5 dan 15 -

Diet penderita DM - 14

Olahraga - 1

Informasi DM 2 dan 13 3, 6 dan 11

Cara pemeliharan 12 -

Jumlah Pernyataan 8 7

Sikap Terapi/pengobatan 4 5 dan 6

Diet penderita DM - 1 dan 2

Upaya pencegahan - 3

Olahraga 7 9

Cara pemeliharaan 8, 10, 12, 13, 14 dan 15 11

Jumlah Pernyataan 8 7

Tindakan Terapi/pengobatan 5 4 dan 6

Diet penderita DM 1 dan 2 -

Upaya pencegahan - 3

Olahraga - 7 dan 9

Cara pemeliharaan 10, 12, 13, 14 dan 15 8 dan 11

Jumlah Pernyataan 8 7

2. Perizinan

Tahap perizinan dimulai dengan mengajukan permohonan izin dan proposal penelitian ke Pemerintah Kota Yogyakarta bagian Dinas Perizinan. Pemerintah Kota Yogyakarta memberikan izin penelitian dengan mengeluarkan surat izin penelitian nomor 070/3466. Subyek penelitian yang dilibatkan adalah masyarakat Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta, maka proses perizinan dilanjutkan ke kantor Kecamatan Tegalrejo. Responden yang terlibat dalam penelitian ini mengisi informed consent sebagai bentuk kesediaannya untuk mengikuti penelitian.

3. Penelusuran data populasi

Penelusuran data populasi dilakukan di kantor Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta. Informasi yang didapat adalah terdapat Komisi Lanjut Usia yang merupakan perkumpulan bagi penduduk lansia di Kecamatan Tegalrejo. Peneliti kemudian menghubungi pengurus Komisi Lansia untuk membantu mencari ibu- ibu lansia yang bersedia mengikuti penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

4. Pembuatan kuesioner

Pada penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner hasil pengembangan kuesioner yang sebelumnya telah tervalidasi dan telah digunakan dalam penelitian yang mirip oleh Hartayu pada tahun 2012. Peneliti kemudian melakukan uji validitas, uji pemahaman bahasa dan uji reliabilitas terhadap kuesioner pengembangan yang digunakan yang disesuaikan dengan responden pada penelitian ini yaitu ibu-ibu lansia.

a. Uji validitas instrumen. Pada kuesioner yang sudah dikembangkan kemudian dilakukan uji validitas terhadap kuesioner tersebut. Uji validitas kuesioner pengembangan yang digunakan adalah validitas isi (Content Validity). Uji ini dilakukan untuk memastikan bahwa kuesioner yang digunakan dapat mengukur apa yang seharusnya diukur yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan responden terkait diabetes melitus (Sugiyono, 2008). Validitas isi kuesioner ini ditentukan oleh sejauh mana isi kuesioner mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep (Effendi dan Tukiran, 2012). Menurut Sugiyono (2008), untuk menguji validitas kuesioner, dapat digunakan pendapat dari ahli (professional judgment). Uji validitas pada penelitian ini melibatkan apoteker yang memahami diabetes melitus. Apoteker memberikan rekomendasi penambahan aitem kuesioner, perbaikan pada beberapa kata yang digunakan dalam kuesioner, penegasan pernyataan pada kuesioner dan penyederhanaan pernyataan pada kuesioner. Hasil pengujian validitas kuesioner yang diujikan ditampilkan pada lampiran 2-16.

Setelah pengujian dari ahli, kemudian dilakukan uji korelasi aitem total untuk mengetahui apakah aitem dalam kuesioner mampu mengukur atribut yang sama dengan atribut yang secara keseluruhan diukur dalam tes tersebut. Uji korelasi aitem total dilakukan dengan mengkorelasikan jumlah skor aitem kuesioner dengan skor total. Uji korelasi aitem total dilakukan dengan

korelasi Point-Biserial dan korelasi Pearson Product Moment. Uji korelasi Point-Biserial digunakan untuk menyeleksi aitem dengan data dikotomus (skoring 0 dan 1) sedangkan uji korelasi Pearson Product Moment digunakan pada aitem yang diberi skor kontinyu (Azwar, 2011). Hasil uji korelasi aitem total dapat dilihat pada lampiran 17. pada aitem yang memiliki nilai korelasi ≥0,20 layak dipertahankan (Supratiknya, 2014).

b. Uji pemahaman bahasa. Setelah aitem-aitem kuesioner dinyatakan layak secara konten, kemudian peneliti melakukan uji pemahaman bahasa. Uji pemahaman bahasa dilakukan pada 30 lay people yang bukan merupakan subyek dalam penelitian ini. Uji ini dilakukan dengan memberikan kuesioner pengembangan yang sudah divalidasi kepada lay people. Lay people diminta membaca setiap pernyataan dalam kuesioner untuk menyatakan apakah pernyataan tersebut dapat dimengerti atau tidak dan apakah petunjuk pengerjaan kuesioner sudah jelas atau belum. Lay people diminta memberi tanda centang pada kolom mengerti pada kuesioner jika pernyataan sudah dapat dimengerti dan memberi tanda centang pada kolom tidak mengerti jika pernyataan pada kuesioner belum jelas atau belum dapat dimengerti dan melingkari kata atau istilah yang dianggap sulit dimengerti oleh masing-masing Lay people.

Dari hasil uji pemahaman bahasa yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil bahwa terdapat beberapa aitem dalam

kuesioner yang dinilai sulit untuk dipahami. Pada aspek pengetahuan, aitem yang dinilai sulit adalah aitem nomor 2, 3, dan 7 pada kuesioner pretest dan aitem nomor 2 dan 8 pada kuesioner posttest. Pada aspek sikap, aitem yang dinilai sulit adalah aitem nomor 10 pada kuesioner pretest dan posttest. Pada aspek tindakan, aitem yang dinilai sulit adalah aitem nomor 10 pada kuesioner pretest dan posttest. Resume lengkap hasil uji pemahaman bahasa pada Lay people disajikan secara lebih lengkap pada lampiran 18.

Aitem yang dinilai sulit kemudian diperbaiki struktur kalimat dan pemilihan katanya menjadi yang lebih sederhana. Salah satu perbaikan yang dilakukan yaitu pada kalimat “Putus obat tidak dapat

meningkatkan kadar gula darah”istilah “putus obat” diganti menjadi

“Tidak mengkonsumsi obat DM”. Setelah aitem-aitem dalam kuesioner diperbaiki, kuesioner di kembalikan lagi pada responden. Pada pengujian pemahaman bahasa yang kedua tidak ditemukan respon negatif sehingga semua aitem pada kuesioner dapat dilanjutkan ke tahap uji reliabilitas.

c. Uji reliabilitas instrumen. Kuesioner yang reliabel adalah kuesioner yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2008). Pada penelitian ini, uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach dengan taraf kepercayaan 95%. Uji ini dilakukan pada 30 orang ibu-ibu lansia di RT 07 Kepuh Sari Sleman Yogyakarta dan di Gereja

Kristen Indonesia Gajayan Yogyakarta. Kuesioner dinyatakan reliabel jika sudah memberikan nilai koefisien Cronbach Alpha > 0,60 (Budiman dan Riyanto, 2013).

Tabel III. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Variabel Nilai α Pengetahuan Pretest 0.67 Posttest 0.70 Sikap Pretest 0.60 Posttest 0.65 Tindakan Pretest 0.68 Posttest 0.68 5. Pelaksanaan intervensi

Pada penelitian ini waktu yang digunakan untuk kegiatan adalah selama tiga jam. Kegiatan CBIA diawali dengan penjelasan dari moderator mengenai maksud dan tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk memberikan informasi mengenai diabetes melitus dan diharapkan responden mendapat pengetahuan yang lebih baik mengenai diabetes melitus. Selain itu moderator juga menjelaskan bagaimana jalannya diskusi dan aturan yang harus dipatuhi peserta CBIA. Setelah moderator membuka kegiatan, peserta dibagi menjadi 7 kelompok yang berisi masing- masing 8-5 orang dengan 1 fasilitator di masing-masing kelompok yang bertugas untuk menstimulasi jalannya diskusi namun tidak menjawab pertanyaan dari peserta diskusi. Setelah kelompok terbentuk kemudian masing-masing kelompok memilih ketua kelompok untuk memimpin kegiatan di kelompok kecil. Sebelum kegiatan dilakukan masing-masing peserta diminta untuk mengisi kuesioner

pretest. Setelah kuesioner sudah terkumpul, masing-masing peserta dibagikan satu set booklet yang berisi informasi-informasi mengenai diabetes melitus.

a. Kegiatan 1. Setelah masing-masing peserta mendapatkan booklet kemudian dilakukan kegiatan 1. Dalam kegiatan 1 ini peserta memilih urutan topik yang akan didiskusikan dan membaca informasi yang ada di dalam booklet. Kelompok kecil kemudian mendiskuskan permasalahan dan hasil-hasil temuan dari booklet yang tersedia. Pada saat pelaksanaan CBIA terdapat beberapa kendala yang ditemukan, salah satunya yaitu waktu yang diberikan kepada peserta untuk membaca booklet sehingga responden tidak dapat membaca semua isi booklet. Kurangnya waktu tersebut membuat jalannya diskusi pada beberapa kelompok kecil menjadi kurang hidup/aktif karena terdapat peserta yang masih membaca booklet. Proses diskusi juga sedikit terganggu karena tempat dilaksanakannya CBIA yang kurang luas membuat jarak tempat duduk antar kelompok terlalu berdekatan. Hal tersebut membuat beberapa peserta kurang fokus pada diskusi kelompoknya karena terganggu oleh suara diskusi dari kelompok didekatnya.

b. Kegiatan 2. Pada tahap ini peserta mengumpulkan informasi yang diperlukan sebagai dasar untuk melakukan penatalaksanaan mandiri.

c. Kegiatan 3. Pada kegiatan 3 ini masing-masing ketua kelompok menyampaikan hasil diskusi yang didapat dimasing-masing

kelompoknya dan menanyakan pertanyaan atau masalah yang belum terjawab. Narasumber dalam kegiatan ini kemudian menanggapi dan menjawab pertanyaan yang diajukan dengan menjelaskan secara jelas. Karena waktu yang sangat terbatas maka tanya jawab dengan narasumber dilakukan dengan cepat, namun semua pertanyaan dari peserta dapat terjawab meskipun dilakukan dengan cepat. Setelah tanya jawab dilakukan seharusnya setiap

peserta mengisi “Catatan Kegiatan Sehari-hari Diabetisi” sesuai

dengan kondisi masing-masing, namun pada pelaksanaannya tahap ini tidak dilakukan. Hal ini karena waktu yang sudah habis. Waktu yang digunakan sudah melebihi waktu yang tertera dalam undangan yang diberikan ke peserta CBIA, sehingga peneliti kemudian memutuskan untuk tidak melakukan tahap ini untuk menghormati peserta.

Kegiatan ditutup dengan rangkuman dari narasumber dengan mengulas kembali hasil diskusi yang penting dan menyampaikan pesan untuk memperkuat efek dari CBIA. Setelah kegiatan ditutup, peserta diminta untuk mengisi kuesioner posttest I.

6. Posttest setelah kegiatan CBIA

Setelah dilakukan edukasi dengan metode CBIA dilakukan pengambilan data posttest II dan posttest III. Posttest II dilakukan 1 bulan setelah pelaksanaan kegiatan CBIA. Pengambilan posttest III dilakukan 2 bulan setelah kegiatan CBIA. Pengambilan data posttest II dan posttest III dilakukan untuk melihat

seberapa lama informasi yang didapat dari kegiatan CBIA dapat diingat oleh responden.

7. Pengelohan data

a. Manajemen Data. Untuk menjamin keakuratan data, dilakukan beberapa kegiatan proses manajemen data yaitu:

1) Editing. Melakukan pemeriksaan kelengkapan jawaban dari kuesioner hasil penelitian. Juga dilakukan pemilihan kuesioner yang memenuhi kriteria inklusi sampel untuk digunakan dalam pengolahan data selanjutnya. Dari 50 kuesioner yang telah diisi oleh responden terdapat 32 kuesioner yang memenuhi kritesi inklusi yang digunakan sebagai sampel penelitian. Sebanyak 18 dikeluarkan (drop out) karena tidak memenuhi kriteri inklusi. 2) Scoring. Pemberian skor dilakukan dengan cara memberikan skor

pada tiap aitem pernyataan pada tiap variabel tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pada bagian pengetahuan dilakukan dengan cara diberikan skor pada tiap aitem pernyataan yaitu pada responden yang menjawab benar maka diberikan skor satu (1) dan jika responden menjawab salah akan diberikan skor nol (0). Skor maksimal pada bagian pengetahuan adalah 15 dan skor minimal adalah 0 untuk pretest dan posttest. Skor pada bagian sikap dibagi menjadi dua yaitu untuk jawaban pernyataan positif (favorable) diberi skor SS=4, S=3, TS=2, STS=1, dan skor untuk jawaban pernyataan negatif (unfavorable) diberi skor SS=1, S=2, TS=3,

STS=4. Kisaran skor untuk bagian sikap adalah 15-60 untuk pretest dan posttest. Skor pada bagian tindakan juga dibagi menjadi dua yaitu untuk jawaban pernyataan positif (favorable) diberi skor SS=4, S=3, TS=2, STS=1, dan skor untuk jawaban pernyataan negatif (unfavorable) adalah SS=1, S=2, TS=3, STS=4. Kisaran skor untuk pernyataan tindakan adalah 15-60 untuk pretest dan 14- 56 untuk posttest.

Setelah diberi skor, kemudian dihitung skor total dari masing-masing responden. Setelah didapatkan skor total dari masing-masing responden, skor tersebut kemudian dikonversikan ke dalam bentuk persen sehingga didapatkan nilai masing-masing responden. Dari nilai tersebut, masing-masing responden dikategorikan ke kategori tinggi/baik, sedang/cukup, atau rendah/buruk.

Pada bagian pengetahuan, pengetahuan responden dikategorikan tinggi apabila nilai responden antara 76-100%, dikategorikan sedang apabila nilai responden antara 56-75%, dan dikategorikan rendah apabila nilai responden <56% (Nursalam, 2013). Pada bagian sikap, responden dikategorikan baik apabila nilai responden antara 76-100%, dikategorikan cukup apabila nilai responden antara 56-75%, dan dikategorikan buruk apabila nilai responden <56% (Nursalam, 2013). Pada bagian tindakan, responden dikategorikan baik apabila nilai responden antara 76-

100%, dikategorikan cukup apabila nilai responden antara 56-75%, dan dikategorikan buruk apabila nilai responden <56% (Nursalam, 2013).

Setelah pada masing-masing kuesioner pengetahuan, sikap dan tindakan dinilai kemudian dihitung jumlah responden yang masuk kategori tinggi/baik, sedang/cukup dan rendah/buruk untuk setiap aspek. Data nilai masing-masing responden kemudian dimasukkan ke dalam program komputer excel dan Microsoft word dan selanjutnya dilakukan analisis statistik.

3) Cleaning. Data yang sudah dimasukkan ke program komputer excel dan Microsoft word dicek atau diperiksa kembali kebenarannya. b. Analisis data.

1) Uji normalitas data. Analisis data yang digunakan untuk melihat normalitas data adalah dengan program R menggunakan uji Shapiro-wilk karena data sampel pada penelitian ini kecil (kurang dari 50). Data dengan p-value lebih dari 0,05 (p>0,05) dinyatakan terdistribusi normal dan data yang memiliki p-value kurang dari 0,05 (p<0,05) dinyatakan tidak terdistribusi normal (Umar, 2010).

Tabel IV. Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest

Aspek p-value Keterang

an

pengetahuan Pretest 0,25 Normal

PosttestI 0,35 Normal

sikap Pretest 0,72 Normal

PosttestI 0,18 Normal

Tindakan Pretest 0,28 Normal

PosttestI 0,06 Normal

Pengetahuan Selisih posttestI pretest 0,16 Normal Selisih posttestII - pretest 0,08 Normal Selisih posttestIII - pretest 0,12 Normal Sikap Selisih posttestI - pretest 0,04 Tidak

normal Selisih posttestII - pretest 0,36 Normal Selisih posttestIII - pretest 0,03 Tidak

normal Tindakan Selisih posttest I - pretest 0,63 Normal

Selisih posttestII - pretest 0,15 Normal Selisih posttest III - pretest 0,30 Normal

2) Uji hipotesis. Hipotesis pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut : 1. Hipotesis utama a. Pengetahuan H0 : µ1 ≤ µ2 Hi : µ1 > µ2 b. Sikap H0 : µ1 ≤ µ2 Hi : µ1 > µ2 c. Tindakan H0 : µ1 ≤ µ2 Hi : µ1 > µ2 Keterangan :

µ1 : nilai responden pada pengukuran pretest

2. Hipotesis penunjang a. Pengetahuan H0 : µ1 = µ2 = µ3 Hi : µ1 ≠ µ2≠ µ3 b. Sikap H0 : µ1 = µ2 = µ3 Hi : µ1 ≠ µ2≠ µ3 c. Tindakan H0 : µ1 = µ2 = µ3 Hi : µ1 ≠ µ2≠ µ3 Keterangan :

µ1 : selisih nilai posttest I dengan pretest

µ2 : selisih nilai posttest II dengan pretest

µ3 : selisih nilai posttest III dengan pretest

Uji hipotesis dilakukan pada program R. Pada uji hipotesis utama, data diuji menggunakan uji Wilcoxon. H0 diterima (H1

ditolak) apabila p-value>0,05 dan H0 ditolak (H1 diterima)

apabila p-value<0,05. Pada uji hipotesis penunjang, data diuji

dengan uji Friedman. H0 diterima (H1 ditolak) apabila

p-value>0,05 dan H0 ditolak (H1 diterima) apabila p-value<0,05.

Jika H0 ditolak maka dilanjutkan dengan analisis post hoc untuk

mengatahui pasangan sampel mana yang berbeda. Taraf kepercayaan yang digunakan pada penelitian ini adalah 95%.

I. Kelemahan Penelitian

Kelemahan dari penelitian ini adalah menggunakan teknik quota sampling. Teknik sampling yang digunakan mengakibatkan hasil yang diperoleh tidak dapat digeneralisasikan terhadap total populasi sampel, yaitu masyarakat Kecamatan Tegalrejo Yogyakarta. Untuk mendapatkan hasil yang sempurna sebaiknya digunakan teknik sampling acak, dimana setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel.

Aitem kuesioner yang memiliki nilai korelasi yang kurang dari 0,20 tidak diseleksi. Untuk menghasilkan kuesioner yang aitemnya dapat mengukur atribut yang sama, maka perlu dipilih aitem yang memiliki nilai korelasi >0,20 pada uji korelasi skor total.

48

Dokumen terkait