• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu lansia di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta tentang diabetes melitus dengan metode CBIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu lansia di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta tentang diabetes melitus dengan metode CBIA."

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Kurangnya pengetahuan mengenai DM dapat menimbulkan komplikasi yang perlu dicegah dengan meningkatkan pengetahuan. Penelitian ini bertujuan meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu lansia di Kecamatan Tegalrejo Yogayakarta terkait DM dengan metode CBIA.

Penelitian ini merupakan quasi-experimental dengan rancangan pre-post intervention yang dikombinasikan dengan time-series. Pengukuran dengan kuesioner dilakukan sebelum CBIA (pretest), setelah CBIA (posttest-I), 1 bulan (posttest-II) dan 2 bulan setelah CBIA (posttest-III). Menggunakan teknik quota-sampling direkrut 32 responden. Uji normalitas data menggunakan uji Shapiro-Wilk dan uji hipotesis menggunakan uji Wilcoxon dan Friedman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada aspek pengetahuan terjadi peningkatan signifikan pada posttest-I dibandingkan dengan pretest (p<0,05) dan hasil analisis pada selisih posttest-I dengan pretest, posttest-II dengan pretest, posttest-III dengan pretest pada pengetahuan tidak berbeda bermakna secara statistik. Pada aspek sikap terjadi peningkatan signifikan pada posttest-I dibandingkan dengan pretest (p<0,05) dan hasil analisis pada selisih posttest I dengan pretest, posttest-II dengan pretest, posttest-III dengan pretest pada sikap tidak berbeda bermakna secara statistik. Pada aspek tindakan terjadi peningkatan signifikan pada posttest-I dibandingkan dengan pretest (p<0,05) dan hasil analisis pada selisih posttest-I dengan pretest, posttest-II dengan pretest, posttest-III dengan pretest pada tindakan tidak berbeda bermakna secara statistik.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode CBIA dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan responden dan bertahan hingga posttest-III.

(2)

ABSTRACT

Lack of knowledge about Diabetes Mellitus (DM) can lead to complications that need to be prevented by improving knowledge. This study aims to improve elderly women’s knowledge, attitudes and practices towards DM by implementing CBIA method in Tegalrejo, Yogayakarta.

We performed a quasi-experimental study with pre-post intervention design that combined with time-series. Measurements conducted before (pretest), immediately (posttest-I), 1 month (posttest-II) and 2 months after CBIA (posttest-III). 32 respondents were recruited using quota-sampling technique. Normality analyzed using Shapiro-Wilk test and hypothesis analyzed using Wilcoxon and Friedman-test.

The results showed that there was significant improvement in posttest-I compared with pretest (p<0.05) and the analysis on the difference of posttest-I with pretest, posttest-II with pretest and posttest-III with pretest showed no significant difference in knowledge level. In attitude level, there was significant improvement in posttest-I compared with pretest (p<0.05) and the analysis on the difference of posttest-I with pretest, posttest-II with pretest and with pretest showed no significant difference. In practice level, there was significant improvement in posttest-I compared with pretest (p<0.05) and the analysis on the difference of posttest-I with pretest, posttest-II with pretest and posttest-III with pretest showed no significant difference. Based on the results, we can conclude that CBIA improve knowledge, attitudes and practices of respondents and last up to posttest-III.

(3)

i

PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN IBU-IBU LANSIA DI KECAMATAN TEGALREJO KOTA YOGYAKARTA

TENTANG DIABETES MELITUS DENGAN METODE CBIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Rigel Norawedi Pinaring NIM : 118114128

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN IBU-IBU LANSIA DI KECAMATAN TEGALREJO KOTA YOGYAKARTA

TENTANG DIABETES MELITUS DENGAN METODE CBIA

Skripsi yang diajukan oleh : Rigel Norawedi Pinaring

NIM : 118114128

telah disetujui oleh :

Pembimbing

(5)

iii

Pengesahan Skripsi Berjudul

PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN IBU-IBU LANSIA DI KECAMATAN TEGALREJO KOTA YOGYAKARTA

TENTANG DIABETES MELITUS DENGAN METODE CBIA

Oleh :

Rigel Norawedi Pinaring NIM : 118114128

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Sripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Pada tanggal : 14 Juli 2015

Panitia Penguji : tanda tangan

1. Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph. D., Apt. ………

2. Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt. ………

3. Enade P. Istyastono, Ph.D., Apt ………

Mengetahui, Fakultas Farmasi Universitas Santa Dharma

Dekan

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu yang Menciptakan. Dia telah

Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan-mulah Yang

Maha Mulia. Yang Mengajar (manusia) dengan pena. Dia Mengajarkan manusia

apa yang tidak diketahuinya.

(Q.S Al-

‘Alaq 1

-5).

Kupersembahkan karya ini untuk : Mamakku tercinta Ngadiyem Almarhum Bapakku tercinta Sumber Yono Kakak-kakakku tercinta Suwaintari, Supawanti, Winasriyatin, Arni Yuyun

(7)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau sebagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai parauran perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 11 Mei 2015 Penulis,

(8)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Rigel Norawedi Pinaring

Nomor Mahasiswa : 118114128

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN IBU-IBU LANSIA DI KECAMATAN TEGALREJO KOTA YOGYAKARTA TENTANG DIABETES MELITUS DENGAN METODE CBIA beserta perangkat yang diperlukan bila ada. Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 11 Mei 2015

(9)

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena hanya dengan perkenanan-Nyalah skripsi ini dapat selesai tepat waktu.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada setiap pihak yang terlibat dalam penyusunan naskah ini.

1. Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph. D., Apt. sebagai dosen pembimbing yang membimbing proses penyusunan karya ini.

2. Penduduk Kecamatan Tegalrejo yang sudah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

3. Bapak Sarmidian selaku Ketua Komisi Lansia di Kecamatan Tegalrejo yang telah membantu proses CBIA.

4. Bapak Enade P. Istyastono, Ph.D., Apt. dan Ibu Dr. Rita M.Si., Apt. sebagai dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyelesaian naskah skripsi ini.

5. Dekan dan segenap staf Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang mendukung dilakukannya penelitian ini.

6. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang selalu mendukung penulis dalam menuntaskan karya ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat.

(10)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

PRAKATA ... vii

B. Tujuan Penelitian ... 7

1. Tujuan umum ... 7

2. Tujuan khusus ... 7

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 9

A. Pengetahuan ... 9

(11)

ix

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ... 9

3. Pengukuran tingkat pengetahuan ... 10

B. Sikap ... 11

1. Pengertian ... 11

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap ... 11

3. Pengukuran sikap ... 13

C. Tindakan ... 14

1. Pengertian ... 14

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan ... 14

3. Pengukuran tindakan ... 15

D. Upaya-Upaya untuk Meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan ... 15

E. Diabetes Melitus ... 20

1. Klasifikasi Diabetes Melitus ... 20

2. Faktor risiko ... 22

3. Gejala dan tanda ... 24

4. Komplikasi ... 25

F. Landasan Teori ... 25

G. Hipotesis ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 28

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 28

B. Variabel Penelitian... 28

C. Definisi Operasional ... 29

D. Teknik Sampling ... 31

(12)

x

F. Tempat Penelitian ... 32

G. Instrumen Penelitian ... 32

H. Tata Cara Penelitian ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Karakteristik Demografi ... 48

B. Proporsi Subyek Pada Aspek Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden Mengenai Diabetes Melitus Sebelum CBIA, Sesaat Setelah CBIA, 1 Bulan dan 2 Bulan Setelah CBIA ... 51

1. Proporsi subyek pada aspek pengetahuan mengenai diabetes melitus ... 51

2. Proporsi subyek pada aspek sikap mengenai diabetes melitus ... 53

3. Proporsi subyek pada aspek tindakan mengenai diabetes melitus ... 55

C. Perbandingan Nilai Responden Sebelum dan Sesudah CBIA, serta Perbandingan Selisih Nilai Responden Sesaat, 1 Bulan dan 2 Bulan Setelah CBIA Mengenai Diabetes Melitus ... 56

1. Pengetahuan responden mengenai diabetes melitus ... 57

2. Sikap responden mengenai diabetes melitus ... 60

3. Tindakan responden mengenai diabetes melitus... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(13)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Pernyataan Favorable dan Unfavorable pada Pokok Bahasan Aspek Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan pada Kuesioner

Pretest ... 33 Tabel II. Pernyataan Favorable dan Unfavorable pada Pokok Bahasan

Aspek Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan pada Kuesioner

(14)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Kategori Usia ... 48

Gambar 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Kategori Pendidikan ... 49

Gambar 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 50

Gambar 4. Karakteristik Responden Penyandang Diabetes Melitus dan Bukan Penyandang Diabetes Melitus ... 51

Gambar 5. Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Terkait Diabetes Melitus ... 53

Gambar 6. Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Sikap Responden Terkait Diabetes Melitus ... 54

Gambar 7. Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Tindakan Responden Terkait Diabetes Melitus ... 56

Gambar 8. Rata-rata nilai responden pada aspek pengetahuan ... 59

Gambar 9. Rata-rata nilai responden pada aspek sikap ... 61

(15)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Izin dari Dinas Perizinan Yogyakarta ... 71

Lampiran 2. Kuesioner penelitian uji validitas I aspek pengetahuan pretest ... 72

Lampiran 3. Kuesioner penelitian uji validitas I aspek sikap pretest ... 73

Lampiran 4. Kuesioner penelitian uji validitas I aspek tindakan pretest ... 74

Lampiran 5. Kuesioner penelitian uji validitas I aspek pengetahuan posttest ... 75

Lampiran 6. Kuesioner penelitian uji validitas I aspek sikap posttest ... 76

Lampiran 7. Kuesioner penelitian uji validitas I aspek tindakan posttest ... 77

Lampiran 8. Hasil expert judgement questioner uji validitas konten I ... 78

Lampiran 9. Kuesioner penelitian uji validitas II aspek pengetahuan pretest ... 80

Lampiran 10. Kuesioner penelitian uji validitas II aspek sikap pretest ... 81

Lampiran 11. Kuesioner penelitian uji validitas II aspek tindakan pretest ... 82

Lampiran 12. Kuesioner penelitian uji validitas II aspek pengetahuan posttest ... 83

Lampiran 13. Kuesioner penelitian uji validitas II aspek sikap posttest ... 84

Lampiran 14. Kuesioner penelitian uji validitas II aspek tindakan posttest ... 85

Lampiran 15. Hasil expert judgement questioner uji validitas konten II ... 86

Lampiran 16. Rangkuman hasil uji validitas kuesioner ... 88

Lampiran 17. Hasil uji korelasi aitem total ... 90

Lampiran 18. Resume hasil uji pemahaman bahasa ... 91

Lampiran 19. Kuesioner uji pemahaman bahasa aspek pengetahuan pretest ... 92

Lampiran 20. Kuesioner uji pemahaman bahasa aspek sikap pretest ... 93

Lampiran 21. Kuesioner uji pemahaman bahasa aspek tindakan pretest ... 94

(16)

xiv

Lampiran 23. Kuesioner uji pemahaman bahasa aspek sikap posttest ... 96 Lampiran 24. Kuesioner uji pemahaman bahasa aspek tindakan posttest ... 97 Lampiran 25. Kuesioner penelitian aspek pengetahuan pretest uji

kualitas instrument... 98 Lampiran 26. Kuesioner penelitian aspek sikap pretest uji kualitas

instrument ... 99 Lampiran 27. Kuesioner penelitian aspek tindakan pretest uji kualitas

instrument ... 100 Lampiran 28. Kuesioner penelitian aspek pengetahuan posttest uji

kualitas instrument... 101 Lampiran 29. Kuesioner penelitian aspek sikap posttest uji kualitas

instrument ... 102 Lampiran 30. Kuesioner penelitian aspek tindakan posttest uji kualitas

instrument ... 103 Lampiran 31. Besar skor untuk masing-masing tanggapan tiap aitem uji

kualitas instrument... 104 Lampiran 32. Hasil uji reliabilitas kuesioner dengan metode

Cronbach-Aplha pada uji kualitas instrument ... 105 Lampiran 33. Instrument pengukuran pengetahuan, sikap dan tindakan

siap pakai ... 107 Lampiran 34. Hasil uji normalitas aspek pengetahuan, sikap dan

(17)

xv

INTISARI

Kurangnya pengetahuan mengenai DM dapat menimbulkan komplikasi yang perlu dicegah dengan meningkatkan pengetahuan. Penelitian ini bertujuan meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu lansia di Kecamatan Tegalrejo Yogayakarta terkait DM dengan metode CBIA.

Penelitian ini merupakan quasi-experimental dengan rancangan pre-post intervention yang dikombinasikan dengan time-series. Pengukuran dengan kuesioner dilakukan sebelum CBIA (pretest), setelah CBIA (posttest-I), 1 bulan (posttest-II) dan 2 bulan setelah CBIA (posttest-III). Menggunakan teknik quota-sampling direkrut 32 responden. Uji normalitas data menggunakan uji Shapiro-Wilk dan uji hipotesis menggunakan uji Wilcoxon dan Friedman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada aspek pengetahuan terjadi peningkatan signifikan pada posttest-I dibandingkan dengan pretest (p<0,05) dan hasil analisis pada selisih posttest-I dengan pretest, posttest-II dengan pretest, posttest-III dengan pretest pada pengetahuan tidak berbeda bermakna secara statistik. Pada aspek sikap terjadi peningkatan signifikan pada posttest-I dibandingkan dengan pretest (p<0,05) dan hasil analisis pada selisih posttest I dengan pretest, posttest-II dengan pretest, posttest-III dengan pretest pada sikap tidak berbeda bermakna secara statistik. Pada aspek tindakan terjadi peningkatan signifikan pada posttest-I dibandingkan dengan pretest (p<0,05) dan hasil analisis pada selisih posttest-I dengan pretest, posttest-II dengan pretest, posttest-III dengan pretest pada tindakan tidak berbeda bermakna secara statistik.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode CBIA dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan responden dan bertahan hingga posttest-III.

(18)

xvi

ABSTRACT

Lack of knowledge about Diabetes Mellitus (DM) can lead to complications that need to be prevented by improving knowledge. This study aims to improve elderly women’s knowledge, attitudes and practices towards DM by implementing CBIA method in Tegalrejo, Yogayakarta.

We performed a quasi-experimental study with pre-post intervention design that combined with time-series. Measurements conducted before (pretest), immediately I), 1 month II) and 2 months after CBIA (posttest-III). 32 respondents were recruited using quota-sampling technique. Normality analyzed using Shapiro-Wilk test and hypothesis analyzed using Wilcoxon and Friedman-test.

The results showed that there was significant improvement in posttest-I compared with pretest (p<0.05) and the analysis on the difference of posttest-I with pretest, posttest-II with pretest and posttest-III with pretest showed no significant difference in knowledge level. In attitude level, there was significant improvement in posttest-I compared with pretest (p<0.05) and the analysis on the difference of posttest-I with pretest, posttest-II with pretest and with pretest showed no significant difference. In practice level, there was significant improvement in posttest-I compared with pretest (p<0.05) and the analysis on the difference of posttest-I with pretest, posttest-II with pretest and posttest-III with pretest showed no significant difference.

Based on the results, we can conclude that CBIA improve knowledge, attitudes and practices of respondents and last up to posttest-III.

(19)

1

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak lagi mampu menghasilkan insulin, atau ketika tubuh tidak dapat memanfaatkan insulin yang dihasilkan (IDF, 2014). Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di hampir semua negara, dan terus meningkat dalam hal jumlah dan signifikansi (Shaw, Sicree, Zimmet, 2010). Diabetes melitus menduduki peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian. Sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat diabetes dan 4% meninggal sebelum usia 70 tahun. Pada Tahun 2030 diperkirakan diabetes melitus menempati urutan ke-7 penyebab kematian dunia. Di Indonesia, pada tahun 2030 mendatang diperkirakan akan terdapat 21,3 juta jiwa penyandang diabetes melitus (Kementrian Kesehatan RI, 2013).

(20)

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyatakan bahwa prevalensi tertinggi diabetes melitus yang terdiagnosis dokter terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi diabetes melitus pada wanita (1.7%) di Indonesia lebih tinggi dibandingkan laki-laki (1.4%) pada usia 15 tahun ke atas (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2013).

(21)

dalam kebiasaan sehari-hari sebagai bentuk pencegahan dan perannya membantu penyandang diabetes melitus dalam mengelola penyakitnya (PERKENI, 2011).

Salah satu metode edukasi kesehatan adalah metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA). Metode CBIA adalah metode yang digunakan untuk public education yang menekankan pada peran aktif peserta edukasi dalam mencari informasi. Metode CBIA pertama kali dikembangkan oleh Suryawati pada tahun 1993 untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memilih obat bebas. Tujuan dari metode CBIA adalah untuk memberdayakan peserta untuk mencari dan kritis menilai informasi tentang pengobatan mereka. Metode CBIA telah terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tentang berbagai penyakit. Metode CBIA tidak hanya menargetkan pasien tetapi juga keluarga pasien dan care giver. Dengan demikian, keluarga pasien dan care giver diharapkan dapat memotivasi tidak hanya pasien tetapi juga teman dan kerabat pasien untuk meningkatkan kepatuhan terapi melalui berbagi pengetahuan dan pengalaman. Metode CBIA juga terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan tidakan pasien terhadap diabetes melitus (Hartayu dkk, 2012).

(22)

pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat mengenai diabetes melitus dengan metode CBIA, sehingga dipilih lokasi yang penduduknya belum pernah mendapatkan edukasi mengenai diabetes melitus sebelumnya. Subyek pada penelitian ini adalah ibu-ibu lansia yang merupakan penduduk di Kecamatan Tegalrejo dengan kisaran usia 46-65 tahun yang bersedia mengikuti kegiatan selama periode penelitian. Peneliti memilih ibu-ibu lansia sebagai subyek penelitian karena menurut Riskesdas pada tahun 2013, wanita memiliki faktor risiko lebih tinggi terkena diabetes melitus dibandingkan laki-laki khususnya ibu-ibu lansia dimana terjadi peningkatan intoleransi glukosa.

1. Rumusan masalah

a. Seperti apakah karakteristik demografi responden?

b. Seperti apakah tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan responden mengenai diabetes melitus sebelum CBIA, sesaat setelah CBIA, 1 bulan setelah CBIA dan 2 bulan setelah CBIA?

c. Apakah terdapat perubahan nilai pada aspek pengetahuan, sikap dan tindakan responden mengenai diabetes mellitus sebelum dan sesudah CBIA, serta apakah terdapat perubahan selisih nilai responden sesaat, 1 bulan dan 2 bulan setelah CBIA?

2. Keaslian penelitian

(23)

dilakukan dan dipublikasikan oleh para peneliti sebelumnya. Penelitian sejenis yang sudah pernah dilakukan dan dipublikasikan diantaranya adalah:

a.“Upaya Meningkatkan Perilaku Pasien Dalam Tatalaksana Diabetes

Melitus Dengan Pendekatan Teori Model Behavioral System Dorothy E.

Johnson” oleh Nur Aini, Widati Fatmaningrum dan Ah. Yusuf pada

tahun 2011 yang menggunakan pendekatan teori model Behavioral System Dorothy E. Johnson sebagai intervensi. Intervensi yang digunakan untuk mengubah perilaku pasien dalam Behavioral System Model yaitu regulasi eksternal, misalnya dengan cara membatasi perilaku dan menghambat respon perilaku yang tidak efektif, mengubah elemen structure dengan tujuan untuk memotivasi pasien dengan cara memberikan pendidikan kesehatan dan konseling dan memenuhi kebutuhan subsistem dengan cara nurture, protect dan stimulate. Penelitian Nur Aini menggunakan simple random sampling untuk merekrut responden. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada penelitian ini digunakan edukasi dengan metode CBIA sebagai intervensi yaitu metode edukasi yang menekankan pada peran aktif peserta edukasi dalam mencari informasi dalam diskusi kelompok kecil dan penelitian ini menggunakan non-random sampling untuk merekrut responden.

b.“Improving of Type 2 Diabetic Pasients’ Knowledge, Attitude and

(24)

tersebut bertujuan untuk meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan tentang diabetes melitus dengan metode CBIA. Pada penelitian tersebut dipilih penyandang diabetes melitus sebagai subyek penelitian dan digunakan kelompok kontrol negatif sebagai kelompok pembanding yang juga penyandang diabetes melitus. Sedangkan pada penelitian ini subyek penelitian yang digunakan adalah ibu-ibu lansia yang merupakan penduduk Kecamatan Tegalrejo baik yang menyandang diabetes melitus atau pun tidak dan tidak menggunakan kelompok kontrol negatif sebagai pembanding.

c.“Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Diabetes Melitus Terhadap Perubahan Perilaku Penduduk Desa Bulan, Wonosari, Klaten” oleh Juni Triastuti tahun 2010. Pada penelitian tersebut, parameter pengukuran yang digunakan adalah hasil tes kadar glukosa darah dan hasil kuesioner. Sementara pada penelitian ini parameter yang digunakan adalah hasil kuesioner saja.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoretis. Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat mendukung peningkatan ilmu pengetahuan sebagai acuan metode untuk pengukuran pengetahuan, sikap dan tindakan mengenai diabetes melitus. b. Manfaat praktis. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai acuan pihak-pihak terkait antara lain:

(25)

penyandang diabetes melitus dapat mengelola penyakitnya dengan lebih baik, tidak terjadi komplikasi dan dapat mencapai kondisi fisik yang optimal. Bagi masyarakat bukan penyandang diabetes melitus dapat meningkatkan kontribusi keluarga dan perannya sebagai kader kesehatan dalam membantu penyandang diabetes melitus memperbaiki hasil pengelolaan penyakit dan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan memperbaiki sikap serta tindakan dalam kebiasaan sehari-hari sebagai bentuk pencegahan diabetes melitus.

2) Bagi pemerintah, dapat digunakan Dinas Kesehatan sebagai dasar untuk evaluasi pelayanan kesehatan kepada masyarakat mengenai informasi tentang diabetes melitus.

3) Bagi mahasiswa, sebagai sumber informasi dan pengetahuan sehubungan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat mengenai diabetes melitus.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat Kecamatan Tegalrejo mengenai diabetes melitus pada ibu-ibu lansia dengan metode CBIA.

2. Tujuan khusus

(26)

b. Mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan responden mengenai diabetes melitus sebelum CBIA, sesaat setelah CBIA, 1 bulan setelah CBIA dan 2 bulan setelah CBIA.

(27)

9

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Pengetahuan 1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” dan terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan berperan sebagai penyebab atau motivator bagi seseorang untuk bersikap dan berperilaku. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan adalah hasil pikir setelah pancaindra mendapatkan rangsangan/informasi yang didapat dari pengalaman dan proses belajar yang dapat berubah dan berkembang sehingga membentuk keyakinan yang membuat individu bersikap dan berperilaku sesuai keyakinan tersebut (Diyeni, 2010).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

(28)

cenderung untuk mendapatkan banyak informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitiannya, Widianti (2007) menemukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya. Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya serta berpengaruh pada tingkat kekuatan berpikir seseorang yang akan menjadi lebih matang, namun pada umur-umur tertantu atau menjelang usia lanjut maka kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang (Notoatmodjo, 2010). Peningkatan pengetahuan dalam bidang kesehatan bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku individu ataupun kelompok dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Wowiling, Goenawi, dan Citraningtyas, 2013).

3. Pengukuran tingkat pengetahuan

(29)

tingkat pengetahuan kurang apabila hasil skor responden <56% (Nursalam, 2013).

B. Sikap 1. Pengertian

Sikap adalah cara seseorang mengkomunikasikan perasaannya kepada orang lain, melalui perilaku (Hutagalung, 2007). Sikap didefinisikan sebagai suatu reaksi perasaan, yaitu perasaan mendukung atau memihak, maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada suatu objek tertentu. Menifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan tentang suatu objek tidak sama dengan sikap terhadap objek tersebut. Pengetahuan saja belum menjadi penggerak seperti halnya pada sikap. Pengetahuan mengenai suatu objek baru menjadi sikap apabila pengetahuan tersebut disertai kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek tersebut (Azwar, 2007).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

(30)

terhadap orang lain daripada laki-laki (Azwar, 2007). Pengaruh dari pemberitaan dalam media masaa dan informasi yang disampaikan secara objektif sehingga cenderung dapat mempengaruhi sikap pendengar atau pembacanya (Wawan dan Dewi, 2010). Sikap terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interaksi tersebut, terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat. Lebih lanjut, interaksi sosial itu meliputi hubungan antara individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis di sekelilingnya. Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya (Azwar, 2007).

(31)

terhadap perilaku yang akan direalisasikan hanya apabila kondisi dan situasi memungkinkan (Fitriani, 2011).

3. Pengukuran sikap

(32)

skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable dalam jumlah yang kurang lebih seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif atau semua negatif yang dapat mendatangkan kesan seakan-akan isi skala yang bersangkutan seluruhnya memihak atau sebaliknya seluruhnya tidak mendukung objek sikap. Variasi pernyataan favorable dan unfavorable akan membuat responden memikirkan lebih hati-hati isi pernyataan sebelum memberikan respon sehingga stereotype responden dalam menjawab dapat dihindari (Azwar, 2007). Tingkatan sikap responden dikategorikan dengan skala sebagai berikut: tingkat sikap baik apabila jawaban responden benar antara 76-100%, tingkat sikap cukup/sedang apabila jawaban responden benar antara 56-75% dan tingkat sikap kurang apabila jawaban responden benar <56% (Nursalam, 2013).

C. Tindakan 1. Pengertian

Tindakan merupakan bagian dari perilaku yang dapat diamati secara langsung dan disebut bentuk aktif perilaku. Secara teoretis, perilaku terbentuk dari stimulus yang mempengaruhi pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoatmodjo, 2010).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan

(33)

variasi demografi seperti umur dan jenis kelamin. Faktor pemungkin merupakan faktor yang terwujud dalam lingkungan fisik dan yang termasuk didalamnya adalah sarana dan prasarana. Faktor pendukung adalah faktor yang meliputi sikap dan perilaku orang penting di masyarakat (Green dan Keuter, 2000).

3. Pengukuran tindakan

Pengukuran tindakan dilakukan melalui 2 metode yaitu langsung dan tidak langsung. Metode langsung adalah peneliti langsung mengamati atau mengobservasi perilaku subyek yang diteliti. Untuk melakukan metode langsung dapat dilakukan dengan mengingat kembali melalui orang ketiga yang dekat dengan subyek dan melalui indikator. Metode tidak langsung adalah peneliti tidak secara langsung mengamati perilaku orang yang diteliti yakni dengan wawancara atau penyebaran kuesioner terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa waktu yang lalu. (Notoatmodjo, 2010). Tingkat tindakan baik apabila jawaban responden benar antara 76-100%, tingkat tindakan cukup/sedang apabila jawaban responden benar antara 56-75% dan tingkat tindakan kurang apabila jawaban responden benar <56% (Nursalam, 2013).

D. Upaya-Upaya untuk Meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan

(34)

diakukan secara langsung antara dua orang atau lebih yang berhadapan melalui suatu pertemuan atau percakapan yang terjadi antara mereka. Contoh pemberian informasi secara lisan yaitu ceramah, dialog, diskusi dan seminar. Pemberian informasi secara tulisan dilakukan secara tidak langsung, melalui perantara dan tidak terjadi interaksi, pertemuan, ataupun percakapan antara dua orang atau lebih. Pemberian informasi ini biasanya ditulis dan disebarkan kepada seluruh masyarakat, contohnya: Brosur, majalah, koran dan poster (Priani, 2009).

Untuk meningkatkan sikap dan tindakan masyakarat dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan. Salah satu upaya pemberian pendidikan kesehatan adalah melalui promosi kesehatan. Promosi kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan media yang disesuaikan dengan sasaran. Cara efektif dalam pendekatan kelompok adalah dengan metode ceramah dan diskusi. Pada metode ceramah dan diskusi dapat terjadi proses perubahan sikap kearah yang diharapkan melalui peran aktif sasaran dan saling tukar pengalaman sesama sasaran (Notoatmodjo, 2007). Dalam penelitiannya, Lubis (2013) menyatakan bahwa penyuluhan dengan metode ceramah dan metode diskusi dapat meningkatkan sikap masyarakat tentang kebiasaan hidup bersih dan sehat, dan metode penyuluhan yang paling efektif digunakan untuk meningkatkan sikap masyarakat adalah melalui metode diskusi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Firstya (2010), tindakan masyarakat dapat ditingkatkan melalui pendidikan kesehatan dengan metode ceramah.

(35)

Hartayu (2012), disebutkan bahwa metode CBIA terbukti dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap pola hidup sehat pada penderita diabetes melitus tipe 2.

Metode CBIA adalah metode yang digunakan untuk public education yang menekankan pada peran aktif peserta edukasi dalam mencari informasi. Tujuan dari CBIA adalah untuk memberdayakan peserta untuk mencari dan kritis menilai informasi tentang pengobatan mereka. Metode CBIA juga bertujuan untuk menumbuhkan sikap kritis dari peserta edukasi sehingga timbul motivasi/keinginan untuk melakukan sesuatu, baik berupa motivasi dari luar/keluarga maupun motivasi dari dalam individu sendiri, sehingga fasilitator hanya berfungsi sebagai motivator atau pendorong agar minat dan potensi peserta dapat berkembang (Hartayu dkk, 2012 dan Suryawati, 2012).

(36)

Salah satu kegiatan CBIA yang telah dilakukan adalah mengenai self-medication. Dalam kegiatan CBIA mengenai self-medication peserta dibagi menjadi beberapa kelompok terdiri dari 6-8 orang. Kegiatan yang dilaksanakan dibagi menjadi 3 tahap yaitu:

1. Kegiatan 1 (Kelompok)

Setiap kelompok dibagikan paket obat tertentu yang telah disiapkan, lalu peserta diminta untuk :

a. Mengamati kemasan obat dan mempelajari informasi yang tertera yaitu nama dagang, nama bahan aktif, dosis/kekuatan bahan aktif, bahan aktif utama dan tambahan pada obat kombinasi.

b. Mengelompokkan obat berdasarkan bahan aktif, bukan berdasarkan indikasi.

c. Mendiskusikan hasil pengamatan di atas. 2. Kegiatan 2 (Kelompok)

(37)

sebagai dasar melakukan self-medication, yaitu nama bahan aktif, indikasi, aturan penggunaan, efek samping dan kontraindikasi.

Peran fasilitator dalam tahap ini cukup besar, untuk mendorong semua kebutuhan informasi, yakni 5 (lima) komponen utama informasi ditemukan secara lengkap. Dalam kegiatan ini digunakan lembar kerja yang telah disediakan dengan jumlah lembar kerja yang tidak perlu dibatasi. Kelengkapan pengisian lembar kerja diharapkan dapat memacu aktifitas peserta pada tahap selanjutnya. Dengan dipimpin ketua kelompok, pencarian informasi dilakukan secara bersama-sama, sambil membandingkan kelengkapan informasi dari satu nama dagang dengan nama dagang yang lain. Walaupun kegiatan ini dilakukan dalam kelompok, namun tiap peserta harus mencatat untuk keperluan sendiri. Sambil mencatat informasi, peserta sekaligus dapat menelaah secara sederhana kelengkapan dan kejelasan informasi yang disajikan pada tiap kemasan.

3. Kegiatan 3 (Individual)

(38)

masing-masing kelompok, dan memberikan pesan-pesan untuk memperkuat dampak intervensi (Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2014).

Menurut Modul yang dibuat oleh Direktorat Bina Penggunaan Obat Rasional, pelaksanaan CBIA dapat diikuti oleh seluruh kalangan masyarakat dan memiliki kriteria mempunyai kemampuan baca tulis dan dapat berkomunikasi dengan baik. Fasilitator dapat seorang petugas kesehatan, mahasiswa farmasi, mahasiswa kedokteran, atau orang dari lingkungan yang akan diintervensi. Sebelum bertugas, fasilitator harus menjalani pelatihan agar menguasai semua permasalahan.

E. Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang ditimbulkan ketika sel  pancreas tidak dapat memproduksi insulin dalam jumlah cukup atau ketika

jaringan tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan produk insulin (IDF, 2014).

1. Klasifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi etiologis diabetes mellitus menurut American Diabetes Associastion (ADA) 2003 aitu diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2, diabetes mellitus tipe lain dan diabetes gestasional.

(39)

melitus tipe ini biasanya terjadi pada anak-anak, remaja dan dapat ditemukan pada berbagai usia. Umumnya pada anak-anak atau usia muda pengrusakan sel-sel beta pankreas lebih cepat sehingga menyebabkan ketoasidosis, sedangkan pada orang dewasa untuk mencegah terjadinya ketoasidosis, seringkali pengeluaran insulin harus dijaga (Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Welss, dan Posey, 2008)

b. Diabetes mellitus tipe 2. Diabetes melitus tipe 2 ditandai dengan terjadinya resistensi dan berkurangnya sekresi insulin secara progresif dari waktu ke waktu. Sebagian besar pasien dengan diabetes melitus tipe 2 menunjukkan adanya obesitas abnormal yang menyebabkan resistensi insulin. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 juga terjadi hipertensi, dislipidemia dan peningkatan inhibitor plasminogen activator-1 (PAI-1). Ketidaknormalan ini meningkatkan komplikasi makrovaskular (Dipiro dkk, 2008).

c. Diabetes tipe lain. Tipe diabetes melitus lainnya yaitu disebabkan oleh cacat genetik pada sel β, cacat genetik fungsi

kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas (seperti cystic fibrosis) dan induksi kimia atau obat (seperti pengobatan HIV/AIDS atau transplantasi organ) (ADA, 2012).

(40)

Kadar gula darah akan kembali normal paska melahirkan, namun 30-50% akan menjadi diabetes melitus tipe 2 atau berlanjut menjadi intoleransi glukosa. Deteksi klinis penting untuk melakukan terapi agar mengurangi resiko morbiditas dan mortalitas perinatal (Dipiro dkk, 2008).

2. Faktor risiko

Beberapa faktor risiko diabetes melitus, yaitu:

a. Usia. Sousa (2009) menjelaskan bahwa sebagian besar pasien diabetes Melitus tipe 2 sering terjadi pada pasien di atas usia 45 tahun dikarenakan proses menua yang mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologi dan biokimia. Penelitian antara umur dengan kejadian diabetes melitus menunjukan adanya hubungan yang signifikan. Kelompok umur <45 tahun merupakan kelompok yang kurang berisiko menderita diabetes melitus Tipe 2. Risiko pada kelompok ini 72% lebih rendah dibanding kelompok umur ≥45

tahun. Pada individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi insulin (Trisnawati dan Setyorogo, 2013).

(41)

lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar (Trisnawati dan Setyorogo, 2013). Dan menurut penelitian yang dilakukan oleh Sousa (2009), bahwa penderita diabetes melitus tipe 2 lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini karena adanya persentase timbunan lemak badan pada wanita yang lebih besar sehingga dapat menurunkan sensitifitas kerja insulin pada otot dan hati.

c. Lama menderita diabetes melitus. Lama pasien menderita diabetes melitus dikaitkan dengan komplikasi kronik yang menyertainya. Semakin lama pasien menderita diabetes melitus dengan kondisi hiperglikemia, maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya komplikasi kronik karena adanya kadar glukosa darah yang abnormal (Waspadji, 2009).

(42)

kearah normal akan sulit, kerusakan yang sudah terjadi umumnya akan menetap (Waspadji, 2009).

3. Gejala dan tanda

Diabetes melitus seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada beberapa gejala yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes melitus. Gejala umum yang sering dirasakan penderita diabetes melitus antara lain polyuria (sering buang air kecil), polydipsia (sering haus), dan polifagia (banyak makan/mudah lapar). Selain itu sering pula muncul keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal yang sering sangat mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas (Bina kefarmasia dan alat kesehatan, 2005).

(43)

4. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi antara lain gangguan ginjal, gangguan penglihatan, gangguan fungsi jantung, luka pada kaki (Mahendra, 2008). Kondisi kadar glukosa darah tetap tinggi akan timbul berbagai komplikasi. Komplikasi pada diabetes melitus dibagi menjadi dua yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronis. Komplikasi akut meliputi ketoasidosis diabetic, hyperosmolar non ketotik, dan hipoglikemia. Dan yang termasuk komplikasi kronik adalah makroangiopati, mikroangiopati dan neuropati. Makroangiopati terjadi pada pembuluh darah besar (makrovaskular) seperti jantung, darah tepid an otak. Mikroangiopati terjadi pada pembuluh darah kecil (mikrovaskular) seperti kapiler retina mata, dan kapiler ginjal (PERKENI, 2011).

F. Landasan Teori

(44)

untuk bertindak. Apabila sikap masyarakat dapat ditingkatkan maka akan mempengaruhi tindakan masyarakat terhadap diabetes melitus. Tindakan merupakan perwujudan dari pengetahuan dan sikap yang dimiliki menjadi perbuatan nyata. Pada akhirnya yang menjadi tujuan pendidikan kesehatan adalah perubahan perilaku penyandang diabetes melitus dan meningkatkan kepatuhan yang selanjutnya akan meningkatkan kualitas hidup.

Dalam usaha untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan terdapat beberapa cara yang terbukti dapat meningkatkan 3 aspek perilaku tersebut yaitu metode ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab dan metode CBIA. Dari metode-metode tersebut, metode yang paling efektif dalam meningkatkan 3 aspek tersebut adalah metode CBIA. Metode CBIA adalah metode edukasi yang lebih menekankan pada proses belajar mandiri yang dilakukan oleh seseorang. Berbeda dengan kegiatan edukasi atau pelatihan pada umumnya, kegiatan edukasi masyarakat dengan metode CBIA dilaksanakan dengan cara melibatkan peserta secara aktif. Metode CBIA secara signifikan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta dibandingkan dengan metode ceramah dan tanya jawab (presentasi/penyuluhan).

(45)

pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat mengenai diabetes melitus. Pada penelitian ini dipilih ibu-ibu lansia sebagai subyek penelitian karena menurut Riskesdas pada tahun 2013, wanita memiliki faktor risiko lebih tinggi terkena diabetes melitus dibandingkan laki-laki khususnya ibu-ibu lansia.

G. Hipotesis

(46)

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu (quasi experimental) dengan rancangan penelitian time series. Penelitian eksperimen semu karena pada penelitian ini peneliti tidak melakukan randomisasi (Seniati, 2008). Rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah pre-post intervention dimana dilakukan pengukuran pada nilai responden sebelum intervensi (pretest) dan setelah intervensi (posttest I). Pada penelitian ini juga dilakukan pengukuran berulang (time series) pada nilai responden yang dilakukan setelah intervensi dalam kurun waktu tertentu yaitu posttest II dilakukan 1 bulan setelah pemberian intervensi dan posttest III dilakukan 2 bulan setelah intervensi.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah edukasi dengan metode CBIA. 2. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah nilai yang diperoleh

responden dari menjawab kuesioner pada aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan mengenai diabetes melitus.

3. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah informasi yang diterima responden dari instansi pendidikan baik formal maupun nonformal. 4. Variabel pengacau tidak terkendali dalam penelitian ini adalah informasi yang

(47)

C. Definisi Operasional

1. Kategori usia lansia pada penelitian ini adalah 46-65 tahun dan dibagi menjadi 2 kategori yaitu usia lansia awal (46-55 tahun) dan lansia akhir (56-65 tahun).

2. Pengetahuan merupakan tingkat pemahaman responden mengenai pengelolaan diabetes melitus yang diukur berdasarkan skor yang diperoleh dari pengisian kuesioner oleh responden. Pengetahuan dinyatakan tinggi jika nilai yang didapat responden antara 76-100%, dinyatakan sedang jika nilai yang didapat responden antara 56-75% dan dinyatakan rendah jika nilai yang didapat responden <56% (Nrusalam, 2013).

3. Sikap merupakan pandangan hidup dari responden untuk mulai menjalani hidup sehat sebagai upaya pencegahan diabetes melitus yang didasari pengetahuan. Sikap responden dinyatakan baik jika nilai yang didapat responden saat menjawab kuesioner antara 76-100%, dinyatakan cukup jika nilai yang didapat responden antara 56-75% dan dinyatakan buruk jika nilai yang didapat responden <56% (Nursalam, 2013).

(48)

antara 56-75% dan tindakan dinyatakan buruk jika nilai yang didapat responden <56% (Nursalam, 2013).

5. Tingkat pendidikan terakhir responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan terakhir yang sudah ditempuh oleh responden. Dengan demikian, responden yang berpertisipasi dalam penelitian ini minimal memiliki tinggat pendidikan Sekolah Dasar (SD).

6. Pretest dalam penelitian ini adalah pengambilan data yang dilakukan sebelum edukasi dengan metode CBIA.

7. Posttest I dalam penelitian ini adalah pengambilan data yang dilakukan segera setelah edukasi dengan metode CBIA.

8. Posttest II dalam penelitian ini adalah pengambilan data yang dilakukan 1 bulan setelah edukasi dengan metode CBIA.

9. Posttest III dalam penelitian ini adalah pengambilan data yang dilakukan 2 bulan setelah edukasi dengan metode CBIA.

10.Peningkatan pengetahuan yaitu terjadi peningkatan nilai responden pada posttest jika dibandingkan dengan pretest.

11.Peningkatam sikap yaitu terjadi peningkatan nilai responden pada posttest jika dibandingkan dengan pretest.

(49)

D. Teknik Sampling

Teknik Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-random Sampling yaitu quota sampling. Pada penelitian ini peneliti terlebih dahulu menentukan jumlah responden dalam penelitian ini yaitu 30 orang. Jumlah tersebut dipilih karena untuk penelitian kuantitatif, agar hasilnya dapat dianalisa dengan statistik maka jumlah sampel yang dibutuhkan yaitu minimal 30 sampel (Nursalam, 2008). Pada pengambilan data pertama peneliti merekrut 50 orang peserta untuk mengantisipasi kemungkinan adanya resonden yang tidak memenuhi kriteria inklusi. Pada pengambilan data pertama terdapat 18 responden yang harus dieksklusi karena memiliki usia yang tidak sesuai dengan kriteria inklusi sehingga hanya 32 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Dari hasil pengambilan data pertama tersebut, besar sampel untuk pengambilan data posttest II dan posttest III selanjutnya ditentukan menjadi 32 orang.

E. Subyek Penelitian

(50)

F. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tegalrejo, Yogayakarta. Pemberian edukasi dengan metode CBIA dilaksanakan di Pendopo Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner yang digunakan terdiri atas 4 bagian utama.

Bagian pertama berisi pertanyaan tentang data demografi responden yang terdiri dari nama responden, umur, jenis kelamin, pekerjaan, nomor telepon, status penyandang diabetes dan pendidikan terakhir responden.

Bagian kedua memuat pernyataan untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden mengenai diabetes melitus sebanyak 15 pernyataan. Pada bagian ini menggunakan pilihan jawaban Ya dan Tidak.

Bagian ketiga memuat pernyataan untuk mengetahui sikap responden mengenai diabetes melitus. Pada bagian ini terdapat 8 pernyataan favorable dan 7 pernyataan unfavorable yang menggunakan skala likert. Responden diminta melakukan agreement dan disagreement untuk masing-masing aitem dalam kuesioner dengan skala yang terdiri dari 4 point yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).

(51)

melakukan agreement dan disagreement untuk masing-masing aitem dalam kuesioner dengan skala yang terdiri dari 4 point, Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Semua pernyataan positif (favorable) kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu diberi skor 4 untuk SS, skor 3 untuk S, skor 2 untuk TS, dan skor 1 untuk STS. Untuk jawaban pernyataan negatif (unfavourable) diberi skor 4 untuk STS, skor 3 untuk TS, skor 2 untuk S, dan skor 1 untuk SS. Aitem-aitem kuesioner secara terperinci dapat dilihat pada Tabel I dan II berikut:

Tabel I. Pernyataan Favorable dan Unfavorable pada Pokok Bahasan Aspek Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan pada Kuesioner Pretest

Aspek Pokok Bahasan Nomor Pernyataan

(52)

Tabel II. Pernyataan Favorable dan Unfavorable pada Pokok Bahasan Aspek Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan pada Kuesioner Posttest

H. Tata Cara Penelitian 1. Penentuan lokasi penelitian

Lokasi penelitian dipilih dengan mencari informasi terlebih dahulu kecamatan-kecamatan yang ada di Yogyakarta yang sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian yang mirip dengan penelitian ini. Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti memilih Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta sebagai lokasi penelitian.

Aspek Pokok Bahasan Nomor Pernyataan

(53)

2. Perizinan

Tahap perizinan dimulai dengan mengajukan permohonan izin dan proposal penelitian ke Pemerintah Kota Yogyakarta bagian Dinas Perizinan. Pemerintah Kota Yogyakarta memberikan izin penelitian dengan mengeluarkan surat izin penelitian nomor 070/3466. Subyek penelitian yang dilibatkan adalah masyarakat Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta, maka proses perizinan dilanjutkan ke kantor Kecamatan Tegalrejo. Responden yang terlibat dalam penelitian ini mengisi informed consent sebagai bentuk kesediaannya untuk mengikuti penelitian.

3. Penelusuran data populasi

Penelusuran data populasi dilakukan di kantor Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta. Informasi yang didapat adalah terdapat Komisi Lanjut Usia yang merupakan perkumpulan bagi penduduk lansia di Kecamatan Tegalrejo. Peneliti kemudian menghubungi pengurus Komisi Lansia untuk membantu mencari ibu-ibu lansia yang bersedia mengikuti penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

4. Pembuatan kuesioner

(54)

a. Uji validitas instrumen. Pada kuesioner yang sudah dikembangkan kemudian dilakukan uji validitas terhadap kuesioner tersebut. Uji validitas kuesioner pengembangan yang digunakan adalah validitas isi (Content Validity). Uji ini dilakukan untuk memastikan bahwa kuesioner yang digunakan dapat mengukur apa yang seharusnya diukur yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan responden terkait diabetes melitus (Sugiyono, 2008). Validitas isi kuesioner ini ditentukan oleh sejauh mana isi kuesioner mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep (Effendi dan Tukiran, 2012). Menurut Sugiyono (2008), untuk menguji validitas kuesioner, dapat digunakan pendapat dari ahli (professional judgment). Uji validitas pada penelitian ini melibatkan apoteker yang memahami diabetes melitus. Apoteker memberikan rekomendasi penambahan aitem kuesioner, perbaikan pada beberapa kata yang digunakan dalam kuesioner, penegasan pernyataan pada kuesioner dan penyederhanaan pernyataan pada kuesioner. Hasil pengujian validitas kuesioner yang diujikan ditampilkan pada lampiran 2-16.

(55)

korelasi Point-Biserial dan korelasi Pearson Product Moment. Uji korelasi Point-Biserial digunakan untuk menyeleksi aitem dengan data dikotomus (skoring 0 dan 1) sedangkan uji korelasi Pearson Product Moment digunakan pada aitem yang diberi skor kontinyu (Azwar, 2011). Hasil uji korelasi aitem total dapat dilihat pada lampiran 17. pada aitem yang memiliki nilai korelasi ≥0,20 layak dipertahankan (Supratiknya, 2014).

b. Uji pemahaman bahasa. Setelah aitem-aitem kuesioner dinyatakan layak secara konten, kemudian peneliti melakukan uji pemahaman bahasa. Uji pemahaman bahasa dilakukan pada 30 lay people yang bukan merupakan subyek dalam penelitian ini. Uji ini dilakukan dengan memberikan kuesioner pengembangan yang sudah divalidasi kepada lay people. Lay people diminta membaca setiap pernyataan dalam kuesioner untuk menyatakan apakah pernyataan tersebut dapat dimengerti atau tidak dan apakah petunjuk pengerjaan kuesioner sudah jelas atau belum. Lay people diminta memberi tanda centang pada kolom mengerti pada kuesioner jika pernyataan sudah dapat dimengerti dan memberi tanda centang pada kolom tidak mengerti jika pernyataan pada kuesioner belum jelas atau belum dapat dimengerti dan melingkari kata atau istilah yang dianggap sulit dimengerti oleh masing-masing Lay people.

(56)

kuesioner yang dinilai sulit untuk dipahami. Pada aspek pengetahuan, aitem yang dinilai sulit adalah aitem nomor 2, 3, dan 7 pada kuesioner pretest dan aitem nomor 2 dan 8 pada kuesioner posttest. Pada aspek sikap, aitem yang dinilai sulit adalah aitem nomor 10 pada kuesioner pretest dan posttest. Pada aspek tindakan, aitem yang dinilai sulit adalah aitem nomor 10 pada kuesioner pretest dan posttest. Resume lengkap hasil uji pemahaman bahasa pada Lay people disajikan secara lebih lengkap pada lampiran 18.

Aitem yang dinilai sulit kemudian diperbaiki struktur kalimat dan pemilihan katanya menjadi yang lebih sederhana. Salah satu perbaikan yang dilakukan yaitu pada kalimat “Putus obat tidak dapat

meningkatkan kadar gula darah”istilah “putus obat” diganti menjadi

“Tidak mengkonsumsi obat DM”. Setelah aitem-aitem dalam kuesioner diperbaiki, kuesioner di kembalikan lagi pada responden. Pada pengujian pemahaman bahasa yang kedua tidak ditemukan respon negatif sehingga semua aitem pada kuesioner dapat dilanjutkan ke tahap uji reliabilitas.

(57)

Kristen Indonesia Gajayan Yogyakarta. Kuesioner dinyatakan reliabel jika sudah memberikan nilai koefisien Cronbach Alpha > 0,60 (Budiman dan Riyanto, 2013).

Tabel III. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Variabel Nilai α

(58)

pretest. Setelah kuesioner sudah terkumpul, masing-masing peserta dibagikan satu set booklet yang berisi informasi-informasi mengenai diabetes melitus.

a. Kegiatan 1. Setelah masing-masing peserta mendapatkan booklet kemudian dilakukan kegiatan 1. Dalam kegiatan 1 ini peserta memilih urutan topik yang akan didiskusikan dan membaca informasi yang ada di dalam booklet. Kelompok kecil kemudian mendiskuskan permasalahan dan hasil-hasil temuan dari booklet yang tersedia. Pada saat pelaksanaan CBIA terdapat beberapa kendala yang ditemukan, salah satunya yaitu waktu yang diberikan kepada peserta untuk membaca booklet sehingga responden tidak dapat membaca semua isi booklet. Kurangnya waktu tersebut membuat jalannya diskusi pada beberapa kelompok kecil menjadi kurang hidup/aktif karena terdapat peserta yang masih membaca booklet. Proses diskusi juga sedikit terganggu karena tempat dilaksanakannya CBIA yang kurang luas membuat jarak tempat duduk antar kelompok terlalu berdekatan. Hal tersebut membuat beberapa peserta kurang fokus pada diskusi kelompoknya karena terganggu oleh suara diskusi dari kelompok didekatnya.

b. Kegiatan 2. Pada tahap ini peserta mengumpulkan informasi yang diperlukan sebagai dasar untuk melakukan penatalaksanaan mandiri.

(59)

kelompoknya dan menanyakan pertanyaan atau masalah yang belum terjawab. Narasumber dalam kegiatan ini kemudian menanggapi dan menjawab pertanyaan yang diajukan dengan menjelaskan secara jelas. Karena waktu yang sangat terbatas maka tanya jawab dengan narasumber dilakukan dengan cepat, namun semua pertanyaan dari peserta dapat terjawab meskipun dilakukan dengan cepat. Setelah tanya jawab dilakukan seharusnya setiap

peserta mengisi “Catatan Kegiatan Sehari-hari Diabetisi” sesuai

dengan kondisi masing-masing, namun pada pelaksanaannya tahap ini tidak dilakukan. Hal ini karena waktu yang sudah habis. Waktu yang digunakan sudah melebihi waktu yang tertera dalam undangan yang diberikan ke peserta CBIA, sehingga peneliti kemudian memutuskan untuk tidak melakukan tahap ini untuk menghormati peserta.

Kegiatan ditutup dengan rangkuman dari narasumber dengan mengulas kembali hasil diskusi yang penting dan menyampaikan pesan untuk memperkuat efek dari CBIA. Setelah kegiatan ditutup, peserta diminta untuk mengisi kuesioner posttest I.

6. Posttest setelah kegiatan CBIA

(60)

seberapa lama informasi yang didapat dari kegiatan CBIA dapat diingat oleh responden.

7. Pengelohan data

a. Manajemen Data. Untuk menjamin keakuratan data, dilakukan beberapa kegiatan proses manajemen data yaitu:

1) Editing. Melakukan pemeriksaan kelengkapan jawaban dari kuesioner hasil penelitian. Juga dilakukan pemilihan kuesioner yang memenuhi kriteria inklusi sampel untuk digunakan dalam pengolahan data selanjutnya. Dari 50 kuesioner yang telah diisi oleh responden terdapat 32 kuesioner yang memenuhi kritesi inklusi yang digunakan sebagai sampel penelitian. Sebanyak 18 dikeluarkan (drop out) karena tidak memenuhi kriteri inklusi. 2) Scoring. Pemberian skor dilakukan dengan cara memberikan skor

(61)

STS=4. Kisaran skor untuk bagian sikap adalah 15-60 untuk pretest dan posttest. Skor pada bagian tindakan juga dibagi menjadi dua yaitu untuk jawaban pernyataan positif (favorable) diberi skor SS=4, S=3, TS=2, STS=1, dan skor untuk jawaban pernyataan negatif (unfavorable) adalah SS=1, S=2, TS=3, STS=4. Kisaran skor untuk pernyataan tindakan adalah 15-60 untuk pretest dan 14-56 untuk posttest.

Setelah diberi skor, kemudian dihitung skor total dari masing-masing responden. Setelah didapatkan skor total dari masing-masing responden, skor tersebut kemudian dikonversikan ke dalam bentuk persen sehingga didapatkan nilai masing-masing responden. Dari nilai tersebut, masing-masing responden dikategorikan ke kategori tinggi/baik, sedang/cukup, atau rendah/buruk.

(62)

76-100%, dikategorikan cukup apabila nilai responden antara 56-75%, dan dikategorikan buruk apabila nilai responden <56% (Nursalam, 2013).

Setelah pada masing-masing kuesioner pengetahuan, sikap dan tindakan dinilai kemudian dihitung jumlah responden yang masuk kategori tinggi/baik, sedang/cukup dan rendah/buruk untuk setiap aspek. Data nilai masing-masing responden kemudian dimasukkan ke dalam program komputer excel dan Microsoft word dan selanjutnya dilakukan analisis statistik.

3) Cleaning. Data yang sudah dimasukkan ke program komputer excel dan Microsoft word dicek atau diperiksa kembali kebenarannya. b. Analisis data.

(63)

Tabel IV. Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest

Aspek p-value Keterang

an

pengetahuan Pretest 0,25 Normal

PosttestI 0,35 Normal

sikap Pretest 0,72 Normal

PosttestI 0,18 Normal

Tindakan Pretest 0,28 Normal

2) Uji hipotesis. Hipotesis pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

µ1 : nilai responden pada pengukuran pretest

(64)

2. Hipotesis penunjang a. Pengetahuan

H0 : µ1 = µ2 = µ3

Hi : µ1 ≠ µ2≠ µ3

b. Sikap

H0 : µ1 = µ2 = µ3

Hi : µ1 ≠ µ2≠ µ3

c. Tindakan H0 : µ1 = µ2 = µ3

Hi : µ1 ≠ µ2≠ µ3

Keterangan :

µ1 : selisih nilai posttest I dengan pretest

µ2 : selisih nilai posttest II dengan pretest

µ3 : selisih nilai posttest III dengan pretest

Uji hipotesis dilakukan pada program R. Pada uji hipotesis utama, data diuji menggunakan uji Wilcoxon. H0 diterima (H1

ditolak) apabila p-value>0,05 dan H0 ditolak (H1 diterima)

apabila p-value<0,05. Pada uji hipotesis penunjang, data diuji

dengan uji Friedman. H0 diterima (H1 ditolak) apabila

p-value>0,05 dan H0 ditolak (H1 diterima) apabila p-value<0,05.

Jika H0 ditolak maka dilanjutkan dengan analisis post hoc untuk

(65)

I. Kelemahan Penelitian

Kelemahan dari penelitian ini adalah menggunakan teknik quota sampling. Teknik sampling yang digunakan mengakibatkan hasil yang diperoleh tidak dapat digeneralisasikan terhadap total populasi sampel, yaitu masyarakat Kecamatan Tegalrejo Yogyakarta. Untuk mendapatkan hasil yang sempurna sebaiknya digunakan teknik sampling acak, dimana setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel.

(66)

48

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Demografi

Karakteristik demografi responden yang dibahas meliputi: usia, pendidikan, pekerjaan, dan keterangan apakah responden merupakan penyandang diabetes Melitus atau bukan.

1. Usia

Dalam penelitian ini, usia responden berkisar antara 46 tahun sampai 65 tahun dan dibagi menjadi 2 kategori yaitu lansia awal yaitu berusia 46-55 tahun dan lansia akhir yaitu berusia 56-65 tahun. Dan masyarakat yang berusia > 65 tahun dinyatakan sudah memasuki masa manula.

Hasil analisis responden berdasarkan kategori lansia menunjukkan kelompok usia terbanyak yang berpartisipasi pada penelitian ini adalah kelompok lansia akhir sebanyak 24 orang dibandingkan lansia awal yaitu sebanyak 8 orang. Karakteristik responden berdasarkan kategori usia disajikan dalam Gambar 1.

25%

75%

lansia awal (46-55 tahun) lansia akhir (56-65 tahun)

(67)

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan dalam penelitian ini dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sederajat, Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat, Perguruan Tinggi (PT) termasuk D1, D2, D3, S1 maupun S2. Responden terbanyak yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah responden yang memiliki pendidikan terakhir SMA/sederajat yaitu sebanyak 11 orang, diikuti dengan responden yang berpendidikan terakhir SMP/sederajat yaitu sebanyak 9 orang, lalu responden yang berpendidikan terakhir SD/sederajat yaitu sebanyak 7 orang, selanjutnya responden yang berpendidikan terkahir D3 yaitu sebanyak 3 orang, dan yang terendah adalah responden yang berpendidikan terakhir D2 dan S1 dimana terdapat masing-masing 1 orang. Karakteristik responden berdasarkan kategori tingkat pendidikan disajikan dalam Gambar 2.

22%

28% 35%

0% 3%

9% 3% 0%

SD SMP SMA D1

D2 D3 S1 S2

(68)

3. Pekerjaan

Berdasarkan jenis pekerjaan, mayoritas responden berstatus sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu 24 orang, kemudian 5 orang sebagai pensiunan dan 3 orang sebagai wiraswasta. Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan disajikan pada Gambar 3.

75% 16%

9%

IRT

Pensiunan

Wiraswasta

Gambar 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan 4. Responden penyandang diabetes melitus dan bukan penyandang

diabetes melitus

(69)

Gambar 4. Karakteristik Responden Penyandang Diabetes Melitus dan Bukan Penyandang Diabetes Melitus

B. Proporsi Subyek Pada Aspek Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden Mengenai Diabetes Melitus Sebelum CBIA, Sesaat Setelah

CBIA, 1 Bulan dan 2 Bulan Setelah CBIA

1. Proporsi subyek pada aspek pengetahuan mengenai diabetes melitus a. Pretest. Hasil pengukuran pengetahuan responden sebelum CBIA

Gambar

Tabel II.  Pernyataan Favorable dan Unfavorable pada Pokok Bahasan
Tabel I. Pernyataan Favorable dan Unfavorable pada Pokok Bahasan Aspek Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan pada Kuesioner
Tabel II. Pernyataan Favorable dan Unfavorable pada Pokok Bahasan Aspek Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan pada Kuesioner Posttest
Tabel III. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner
+7

Referensi

Dokumen terkait

?DtuaD ulrur qlars ratrjdl rsia c!tr.. Fatr rellacaF keeejahle.aan eenddlk usla

Bertolak dari hasil analisis dan refleksi tindakan siklus II, peneliti bersama guru yang bersangkutan kembali mengadakan diskusi untuk mengatasi kekurangan yang ada pada siklus

Kaini :iampaikan bahwa nekanisme penyalura dana hibah akal dilakukan )nelalui perjanjiai kcriasama antara DRPM Diilcr) l,cnguaian RisbaDg Kenenristekdikti dengan PT

Penulis juga akan menjelaskan tentang cara kerja rangkaian, komponen-komponen penyusun rangkaian , dan tekhnis cara penggunannya agar rangkaian ini dapat digunakan dengan efektif

1. Tetangga yang memiliki satu hak, dia hanya mendapat hak tetangga saja. Tetangga yang memiliki satu hak meliputi tetagga non islam dan tidak ada hubungan nasab. Tetangga yang

Tahap ekstraksi SiO 2 dengan proses alkali ini adalah: (1) pasir kuarsa yang sudah dihaluskan kemudian dicampur dengan KOH dengan kompisisi yang ditentukan dan masukan

sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Peran Orang Tua Asuh Dalam Mendukung Perkembangan Kemandirian Remaja Putus Sekolah Di Panti Sosial Bina Remaja

Uraian Kepada seluruh penyedia yang mendaftar disilakan memasukkan penawaran dalam waktu yang tersedia,.. 4, Panitia Jam