• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Laksana

Dalam dokumen bppv (Halaman 35-42)

Terapi simptomatik

Tatalaksana yang paling tepat pada vertigo adalah mengatasi penyebab utamanya. Jika etiologi tidak dapat diketahui, maka diindikasikan terapi simptomatik. Selain itu, terapi ini juga dapat diindikasikan untuk serangan vertigo akut. Terdapat dua golongan obat yang umum digunakan dalam terapi simptomatik dari vertigo yaitu supresan vestibular dan antiemesis. 28

Supresan vestibular bekerja pada tingkat neurotransmiter yang terlibat dalam perambatan impuls antar neuron vestibular. Obat biasanya diberikan secara oral dan efek akan mulai muncul setelah 30 menit. Namun, pada serangan vertigo akut yang parah, obat ini bisa diberikan secara intramuskular atau intravena. Efek samping umum dari obat ini adalah mulut kering dan sedasi. Pembagian dari obat supresan vestibular adalah sebagai berikut: antihistamin seperti meklizin (25-100 mg per oral) dan difenhidramin (25-50 mg per oral 3-4 kali sehari; 10-50 mg IM/ IV dosis tunggal 4-6 kali sehari, maksimal 400 mg sehari), antikolinergik seperti skopolamin (0,5 mg transdermal efektif untuk tiga hari), fenotiazin seperti prometazin (12,5-25 mg per oral/ per rectal/ IM/ IV 4-6 kali sehari sesuai kebutuhan) dan proklorperazin (5-10 mg per oral/ IM 3-4 kali sehari; 10 mg sediaan lepas berkala 2 kali sehari; dan 5-25 mg per rektal), dan benzodiazepin seperti diazepam (2-10 mg per oral 2-4 kali sehari; 5-10 mg IM/ IV) dan lorazepam (2-6 mg per oral dalam 2-3 dosis terpisah). 29-33

Antiemesis merupakan anatagonis kolinergik dan antagonis dopaminergik sentral yang diduga dapat mencegah dan menghambat pusat muntah. Biasanya

obat-obat antiemesis menimbulkan efek samping yang berat terutama pada pasien muda. Efek samping simtomatik yang biasa ditimbulkan obat ini adalah parkinsonisme, akatisia, distonia, dan diskinesia. Obat-obatan yang termasuk antiemesis adalah proklorperazin, metoklopramid (10-15 mg per oral 4 kali sehari sebelum makan), trimetobenzamid (250 mg per oral 3-4 kali sehari; 200 mg IM / per rectal 3-4 kali sehari), dan droperidol (2,5-10 mg IM/ IV). 30,32

Terapi untuk BPPV

Beberapa manuver seperti manuver Epley, manuver Semont, manuver Brandt-Daroff dan manuver lempert (barbecue roll) dapat digunakan sebagai terapi untuk BPPV. Manuver ini juga dirasakan lebih efektif daripada medikamentosa. Cara melakukan manuver Epley adalah pasien diminta duduk dan dimiringkan kepalanya sebesar 45o ke salah satu telinga lalu pasien dibaringkan ke belakang dengan cepat sehingga kepalanya menggantung 45o di bawah garis horizontal selama 20 detik. Pasien kemudian dimiringkan kepalanya sebesar 90o ke arah telinga yang berlawanan selama 20 detik dan pasien diminta melengkungkan badan ke arah dia menghadap tadi selama 20 detik. Setelah itu, pasien kembali ke posisi duduk dan harus tegak minimal 45o dalam 24 jam ke depan.27

Sumber: Ropper AH, Brown RH. Adams and Victor's Principles of Neurology. Ed ke-8. USA: McGraw-Hill; 2005.

Cara melakukan manuver Brandt-Daroff adalah pasien diminta duduk tegak lalu berbaring miring dengan kepala menghadap ke atas dan mempertahankan posisi tersebut selama 30 detik. Pasien kemudian kembali duduk tegak selama 30 detik dan diminta berbaring miring ke sisi yang berlawanan dengan sisi ketika pasien berbaring miring sebelumnya dengan kepala menghadap ke atas dan mempertahankan posisi tersebut selama 30 detik. Setelah itu, pasien kembali duduk tegak selama 30 detik. Manuver Brandt-Daroff dilakukan di rumah tiga kali sehari selama dua minggu. Setiap latihan dilakukan lima kali manuver. Tiap manuver membutuhkan waktu dua menit. Efektivitas manuver ini mencapai 95% meskipun manuver ini lebih sulit dibandingkan manuver Epley.20 Manuver ini juga dapat dilakukan sebagai latihan di rumah. Jadwal latihan Brandt Daroff yang disarankan :

Waktu Latihan Durasi

Pagi 5 kali pengulangan 10 menit

Sore 5 kali pengulangan 10 menit

Gambar 2.9 Manuver Brandt-Daroff

Sumber: Timothy CH. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV). CSCD 2000.

Menurut penelitian, manuver Semont lebih efektif dibandingkan dengan manuver brandt-daroff. Prosedur ini kurang lebih sama seperti brandt-daroff hanya saja pasien dari sisi menyamping ke sisi menyamping lainnya tidak perlu kembali ke posisi duduk terlebih dahulu.

Gambar 2.10 Manuver Brandt-Daroff

Sumber: American Academy Neurology: Therapies for BPPV. 2008.

Menurut penelitian, Manuver Epley lebih efektif dibandingkan dengan maneuver Semont dan maneuver Brandt-Daroff, dimana maneuver Brandt-Daroff memiliki efektifitas terendah. Ketiga maneuver ini lebih efektif untuk tatalaksana BPPV kanalis posterior. Sedangkan untuk BPPV kanalis horizontal, maneuver yang paling efektif adalah maneuver Lempert (barbecue roll). Cara melakukannya dengan memiringkan kepala pasien 90 derajat ke kanan (jika yang terkena adalah telinga kanan), kemudian diputar 90 derajat ke kiri 4 kali (langkah 1-5 pada gambar berikut), dimana setiap perputaran, posisi ditahan selama 10-30 detik. Kemudan bagian

punggung pasien diputar sehingga dalam keadaan berbaring dengan kepala ditahan oleh pemeriksa dan dengan cepat pasien diminta untuk duduk.

Gambar 2.11 Manuver Lempert

Sumber: American Academy Neurology: Therapies for BPPV. 2008.

Ada terapi pembedahan untuk pasien dengan BPPV, namun terapi ini hanya dilakukan pada sedikit pasien. Pasien-pasien ini gagal untuk dilakukan manuver reposisi dan tidak terdapat patologi intrakranial pada pemeriksaan imaging. Pilihan operasi utama yang dilakukan adalah oklusi kanalis semisirkularis posterior. Dilakukan mastoidektomi standar dan terlihat kanalis semisirkularis posterior. Membran kanal disumbat dengan otot, fascia, atau tulang kepala, atau diruntuhkan dengan laser. Penyumbatan mencegah gerakan debris dan endolimfe untuk mendefleksikan kupula. Mungkin terdapat kehilangan pendengaran sementara yang biasanya sembuh. Tingkat keberhasilan pada oklusi kanalis semisirkularis posterior ini tinggi. Selain itu juga ada teknik bedah yang lebih menantang dengan risiko lebih tinggi untuk pendengaran melibatkan ablasi suplai saraf kanalis semisirkularis posterior melalui neurektomi tunggal. 33

BPPV memiliki onset akut dan remisi lebih dari beberapa bulan. Namun, hampir 30% pasien memiliki gejala lebih dari satu tahun. Kebanyakan pasien membaik dengan manuver reposisi. Pasien akan mengalami rekuren dan remisi yang tidak dapat diprediksi, dan angka terjadinya rekurensi dapat 10-15% per tahun. Pasien-pasien ini dapat dibantu dengan manuver reposisi yang berulang. Pasien dapat beradaptasi dengan tidak melakukan posisi tertentu untuk mencegah vertigo.34

BAB III KESIMPULAN

Vertigo adalah keluhan yang sering ditemukan dalam praktek sehari-hari dan sangat menggangu aktivitas penderita yang disebabkan karena adanya gangguan keseimbangan baik sentral maupun perifer yang dapat berupa trauma, infeksi, keganasan, metabolic, toksik, vaskuler, atau autoimun. BPPV adalah jenis vertigo perifer yang paling sering ditemukan yang dapat disebabkan karena adanya trauma kepala, proses degenerative, pasca operasi, pengobatan ototoksik, ataupun idiopatik.

Manifestasi klinis yang terdapat dalam BPPV adalah adanya rasa pusing berputar yang timbul dengan perubahan posisi kepala. Keluhan ini kadang disertasi dengan adanya rasa mual dan muntah. Penderita dengan BPPV memiliki pendengaran yang normal dan tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan naurologis. Diagnosis dapat ditegakan melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik yang berupa maneuver Dix-hallpike ataupun maneuver side lying, untuk menemukan adanya respon abnormal berupa nistagmus lambat yang berlangsung ± 40 detik. Penatalaksanaan utama pada BPPV adalah manuver untuk mereposisi debris yang terdapat pada utrikulus. Yang paling banyak digunakan adalah maneuver Brandt Daroff dan maneuver Epley. Terapi dengan medikamentosa dapat diberikan sebagai tambahan untuk meringankan gejala yang timbul, tetapi terapi ini tidak dapat banyak membantu.

Dalam dokumen bppv (Halaman 35-42)

Dokumen terkait