• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Laksana Usaha Penggemukan Sapi PFH Jantan

Salah satu faktor keberhasilan beternak adalah keterampilan memilih bibit ternak. Sapi bakalan yang digemukkan di Kecamatan Selo yaitu sapi PFH jantan yang berumur antara 1,5 - 2 tahun dengan lama pemeliharaan yang dilakukan rata-rata 5,25 bulan. Sapi PFH merupakan sapi persilangan antara sapi FH dengan sapi lokal. Pertambahan bobot badan rata-rata pedet jantan sapi PFH yang masih menyusu adalah 0,625 kg/hari, sedangkan pada umur setahun pertambahan bobot badan dapat mencapai 1 kg/hari (Siregar, 2003).

Persyaratan pemilihan bakalan untuk digemukkan yaitu sapi yang berumur lebih dari 1,5 tahun, karena pada umur tersebut sapi sudah dewasa tubuh sehingga pakan yang diberikan tidak digunakan untuk pertumbuhan kerangka atau tulang tetapi dimanfaatkan sepenuhnya untuk pertumbuhan daging (Departemen Pertanian, 2001). Yulianto dan Saparinto (2011) menyatakan bahwa lamanya penggemukan sapi salah satunya tergantung dari umur sapi bakalan. Umur bakalan yang kurang dari 1 tahun maka lama penggemukan berkisar 9-12 bulan, sapi bakalan umur 1-2 tahun maka lama penggemukan 6 bulan, sapi bakalan umur 2-3 tahun maka lama penggemukan 4 bulan dan sapi bakalan umur lebih dari 3 tahun maka lama penggemukan berkisar 3-4 bulan.

2. Pakan

Faktor utama keberhasilan beternak sapi adalah pakan, disamping faktor genetik dan manajemen. Pakan yang diberikan dalam pemeliharaan ternak sapi PFH jantan adalah pakan hijauan dan pakan tambahan. Pakan hijauan yang diberikan berupa rumput gajah atau rumput kolonjono dan pada musim kemarau ketersediaan rumput gajah atau rumput kolonjono semakin berkurang sehingga peternak memberi rumput lapang yang didapat dari sekitar gunung. Pakan sangat mudah didapatkan di wilayah Selo. Tanaman pakan seperti rumput gajah dan kolonjono ditanam pada sela-sela lahan pertanian dan ada yang menanam secara khusus di

lereng-perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

lereng gunung. Pemberian pakan hijauan rata-rata dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore. Pemberian pakan tambahan berupa singkong dan pollard diberikan setiap pagi sebelum pemberian pakan hijauan. Singkong diberikan dalam bentuk cacahan dan dicampur dengan pollard

sebagai komboran. Limbah pertanian, seperti sayuran yang layu tidak dimanfaatkan secara maksimal sebagai pakan, karena ketersediaan pakan yang melimpah di daerah Selo.

Ternak sapi sebagai salah satu hewan ruminansia yang alat pencernaannya terdiri atas empat bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasums, sehingga sapi mampu menampung jumlah bahan pakan yang lebih besar dan mampu mencerna bahan pakan yang kandungan serat kasarnya tinggi. Pakan hijauan pada umumnya diberikan dalam jumlah 10% dari bobot badan sedangkan pakan tambahan diberikan dalam jumlah 1% dari bobot badan (Sugeng, 2003). Hasil penelitian pakan hijauan yang diberikan kepada ternak rata-rata 20 kg/ekor/hari. Pakan tambahan yang diberikan adalah singkong dan pollard. Singkong didapat dari lahan pertanian dan ada juga yang membeli dengan harga Rp 1.500,00/kg. Pemberian singkong rata-rata 1 kg/ekor/hari. Pollard yang diberikan didapat dari membeli dengan harga Rp 2.900,00/kg. Pemberian pollard

rata-rata 1,5 kg/ekor/hari. Pemberian singkong maupun pollard pada ternak sapi PFH jantan di Kecamatan Selo diberikan secara kontinue dan ada pula yang diberikan secara tidak kontinue.

3. Kandang

Kandang yang digunakan untuk memelihara ternak sapi PFH jantan menempel dengan rumah dan pada umumnya berada di dalam rumah bersebelahan dengan dapur. Bahan kandang bervariasi, kandang berlantaikan tanah dan berdinding bambu, ada pula kandang yang lantainya bersemen dan berdinding tembok, beratapkan genting. Rata-rata kandang yang digunakan berukuran panjang 4 m dan lebar 3 m dengan rata-rata kepemilikan ternak 2 ekor. Djariyah (1996) cit Anas (2011) menyatakan bahwa ukuran kandang yang ideal untuk seekor sapi jantan

commit to user

adalah 1,5 x 2 m2, untuk sapi betina dewasa adalah 1,5 x 2 m2, dan untuk seekor anak sapi cukup 1,5 x 1 m2. Ukuran kandang-kandang sapi PFH jantan di lokasi penelitian sudah mencukupi syarat ideal untuk digunakan memelihara ternak sapi.

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan dikelola bersama-sama dalam satu keluarga dan tidak menggunakan tenaga kerja dari luar. Pembagian tugas dilakukan dalam pemeliharaan ternak sapi misalnya mencari rumput, pemberian pakan, pembersihan kandang dan memandikan ternak. Pemeliharaan dilakukan sebagai sampingan dari pekerjaan pokok yaitu bertani.

Kebersihan kandang dijaga dengan melakukan pembersihan kandang. Tujuan dilakukan pembersihan kandang yaitu untuk meminimumkan penyebaran penyakit yang dapat menyerang ternak. Pembersihan kandang dilakukan secara rutin yaitu dengan menyapu dan mengeluarkan kotoran sapi dan ditumpuk di sebelah kandang atau belakang kandang yang selanjutnya digunakan untuk pupuk. Pembersihan kandang dilakukan setiap hari karena jika tidak selalu dibersihkan kotoran akan menumpuk serta akan menimbulkan penyakit. Pembersihan ternak dilakukan dengan memandikan ternak. Ternak dimandikan pada waktu kotor dan cuaca panas. Tujuan dari memandikan ternak supaya ternak bersih dan terhindar dari berbagai penyakit.

Pemeriksaan kesehatan ternak oleh mantri ternak atau dokter hewan hanya dilakukan pada saat ternak sakit dan tidak dapat ditangani sendiri oleh peternak. Penanganan penyakit oleh peternak dilakukan dengan memberikan ramuan atau jamu tradisional yang diambil dari alam sekitar dan memberikan obat-obatan. Penyakit yang biasa menyerang ternak di lokasi penelitian diantaranya cacingan, kembung dan diare. 5. Penjualan sapi

Penjualan sapi berupa penjualan sapi hidup. Harga sapi di tingkat peternak dihitung berdasarkan bobot hidup sapi. Penentuan bobot hidup sapi di lokasi penelitian ditentukan melalui sistem taksiran atau perkiraan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Hampir semua responden melakukan penjualan di rumah dengan memanggil pembeli ke rumah. Kedatangan pembeli atau blantik ke rumah peternak memberikan kemudahan dalam penjualan sapi karena peternak tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi untuk pergi ke pasar. Penjualan sapi biasanya dilakukan pada musim tanam, selain itu peternak akan menjual ternaknya pada saat mendekati hari raya, musim haji dan musim hajatan atau pernikahan karena pada saat itu harga sapi cenderung lebih tinggi dibandingkan hari biasa.

6. Limbah usaha peternakan sapi PFH jantan

Limbah dari usaha penggemukan sapi adalah kotoran ternak yang dapat dimanfaatkan untuk pupuk. Rata-rata produksi ekskreta sapi potong umur diatas 2 tahun adalah 26,7 kg/ekor/hari (Subagyo, 2008). Junus (1987) menyatakan bahwa nilai bahan kering feses untuk sapi potong adalah 12%. Kotoran sapi biasanya hanya ditumpuk di dekat kandang dan dibiarkan mengering. Kotoran sapi dan sisa-sisa pakan setelah kering baru diangkut ke ladang untuk pupuk. Pupuk yang berlebih biasanya dijual atau untuk cadangan masa tanam berikutnya.

E. Aspek Ekonomi Usaha Penggemukan Sapi PFH Jantan

Dokumen terkait