• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Letak dan Fasilitas Budidaya (Secara Mikro)

Dalam dokumen Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur pdf (Halaman 27-36)

Adapun sistem penataan letak dan fasilitas budidaya yang dikembangkan dalam skala mikro yakni berupa teknisi pelaksanaan budidaya. Pelaksanaan budidaya ini memiliki tahapan yang berbeda-beda disetiap waktu, namun dilakukan secara terus menerus selama masa prouksi.

4.2.2.1. Sistem Pengeringan Tambak

Pengeringan tambak merupakan tahapan yang dilakukan pada saat akan memulai siklus produksi atau biasanya pada pasca panen. Pengeringan tambak ini bertujuan untuk mempersiapkan tambak yang akan digunakan terutama untuk mencegah tersisanya senyawa berbahaya didasar tambak dan mikroorganisme yang akan menganggu pertumbuhan udang nantinya. Pengeringan tambak dilakukan hingga dasar tambak tambak kering dan tanahnya retak. Selanjutnya akan dilakukan beberapa perlakuan berupa pemberian dolomit sebanyak 1 ton/hektar, pupuk Za sebanyak 2% dari dolomit. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan plankton yang akan dimanfaatkan oleh bibit udang sebagai pakan alami.

Setelah itu pemberian kapur sebanyak 1 ton 200 kg/hektar yang disinyalir akan memperbaiki kualitas air nantinya. Kemudian pemberian atraktran yang berfungsi untuk menumbuhkan kakaban dan menyuburkan lingkungan. Setelah pengeringan dilakukan, maka dilakukan pula pengecekan fasilitas yang nantinya akan digunakan. Hal ini dimasksudkan untuk mengantisipasi kerusakan pada beberapa fasilitas yang ada.

Perlu juga dipahami bahwa pada pembesaran udang vannamei, dilakukan penyemprotan air ke tanah guna membersihkan lumpur. Tanah sebagai dasar pada

28

persiapan satu kali siklus dibiarkan dalam kondisi terjemur matahari. Dalam pengeringan ini, bertujuan untuk membunuh sisa-sisa bakteri pembusuk, sisa kotoran dan pakan pada siklus sebelumnya, menghilangkan air-air yang tergenang yang mengandung gas-gas beracun dan sisa plankton. Pengeringan dasar tambak dilakukan selama ± 1 bulan sesuai dengan terik matahari hingga tanah menjadi kering. Diharapkan, setelah dilakukan pengeringan tanah tambak, sinar UV yang ada pada sinar matahari dapat membunuh bakteri pembusuk, menaikkan pH tanah, serta memudahkan dalam renovasi kolam agar tidak licin dan berlumpur.

Pengapuran dilakukan setelah dilakukan pengeringan tanah dasar dan penyesetan. Pemberian kapur ini bertujuan untuk menaikkan pH tanah dan mempertahankannya dalam kondisi yang stabil. Selain itu, diharapkan, setelah pemberian kapur tanah dasar menjadi subur, reaksi kimia yang terjadi didasar tanah menjadi baik, gas-gas beracun dapat terikat secara kimiawi. Pada umumnya, kapur yang digunakan dalam pengapuran untuk persiapan tambak adalah kapur kaptan dan dolomite yang mengandung unsur magnesium dengan dosis 20 ppm. 4.2.2.2. Sistem Pemasukan Air

Tahapan selanjutnya setelah petakan tambak kering dan telah diberikan beberapa treatment sebelumnya, maka dilakukan pemasukan air. Pemasukan air tentu saja dilakukan secara bertahap melalui saluran inlet air, sehingga memerlukan waktu yang lama. Setelah air tersebut berada pada petakan tambak, maka dilakukan beberapa perlakuan untuk memberantas hama yang berasal dari alam, yakni pemberian kaporit sebanyak 35% untuk air asin, dan sekitar 40-50% untuk payau. Kemudian diberikan saponin sebanyak 15-30% untuk membunuh

29

organisme yang ikut masuk bersama dalam tambak utamnya organisme yang memiliki hemoglobin seperti ikan-ikanan.

Setelah pemberian saponin, maka didiamkan beberapa waktu hingga seluruh hama mati, dan kemudian dilakukan planktonisasi atau upaya untuk menumbuhkan plnakton melalui pemberian pupuk TSP, setelah itu langkah terakhir adalah pemberian probiotik yakni Pro 1, atau dapat pula tiger bac triobactilus. Setelah semua perlakukan dilakukan, maka air yang dimasukan dalam tambak siap untuk digunakan dalam satu siklus budidaya.

4.2.2.3. Penebaran Bibit

Benur merupakan bibit udang yang siap ditebar untuk usaha pembesaran. Jenis benur sangat menentukan kualitas dari benur seperti ketahanan terhadap penyakit dan virus. Menurut Soeseno (1993), benur yang baik selalu masih cerah warnanya dan langsing, padat berisi, tidak bengkok kusam. Diciduk dengan gayung bersama airnya dan dituang ketempat lain, selalu berusaha menempel didasar gayung, tidak mau hanyut begitu saja. Sungutnya jelas kembang kempis. Kalau sungut ini sudah tidak rapat lagi, tapi membentuk huruf V, itu tanda benur sudah payah. Sebaiknya tidak dibeli.

Penebaran benur vaname harus segera dilakukan setelah petakan tambak siap untuk pemeliharaan. Waktu penebaran dilakukan pada pagi hari sebelum jam 08.00 atau pada malam hari atau pada saat kondisi cuaca teduh. Karena pada waktu tersebut kondisi fluktuasi suhu tidak mencolok, parameter air yang lain seperti pH, salinitas tidak banyak berubah. Kondisi lingkungan demikian mengurangi tingkat stress pada benih yang akan ditebar.

30

Benur yang telah didatangkan dari sumber pembibitan akan langsung ditebar di tambak yang telah siap digunakan. Penebaran melalui proses aklimatisasi yaitu proses adaptasi terhadap parameter kualitas air (suhu, salinitas, pH, dan parameter kualitas lainnya) secara perlahan-lahan. Aklimatisasi benur dimaksudkan untuk mencegah tingginya tingkat kematian (mortalitas) benur pada saat dan setelah penebaran. Aklimatisasi benur dilakukan dengan cara menempatkan kantong yang berisi benur pada permukaan selama ±15-30 menit. Setelah itu tali pengikat kantong satu per satu kemudian dibuka dan memasukkan air tambak sedikit demi sedikit ke dalam kantong benur tersebut sampai parameter kualitas air tambak relatif sama atau mendekati parameter kualitas air pada kantong. Hal ini ditandai dengan keluarnya benur dengan sendirinya saat kantong dimiringkan. Penebaran dilakukan dengan kepadatan 100-150 ekor/meter2.

4.2.2.4. Sistem Pergantian Air

Sistem pergantian air ini dilakukan secara kontinyu setiap hari, pergantian air dimakudkan untuk mengeluarkan senyawa-senyawa yang mengendap diperairan ataupun bahan-bahan organik yang berpotensi menganggu parameter air terutama DO dan pH.

Air diganti setiap hari sebanyak 10-20% dari total seluruh volume air yang ada dalam setiap petakan tambak. Pergantian dilakukan dengan sistem siphonisasi sehingga volume air akan tetap sama selama masa pergantian. Pada pemasukan air ini digunakan pompa khsusus untuk memasukan air yang telah berada didalam saluran air, atau bisa juga melalui pintu tambak. Selanjutnya untuk pembuangan air, dditeruskan dipintu pengeluaran melalui sistem drainase center pada tengah tambak, sehingga air akan tetap terjaga kualitanya.

31

4.2.2.5. Manajemen Pemberian Pakan

Pemberian pakan dilakukan secara terus menerus selama 24 jam, biasanya dapat mencapai 4-5 kali pemberian tergantung dari hasil kontrol di anco. Menurut Soeseno (1993), untuk benur dipakai pakan berbentuk crumble halus yang butirannya rata-rata 0,5 mm. Sesudah umur 2 bulan, makanan diganti dengan yang berbentuk crumble kasar yang butirannya rata-rata sebesar 2 mm. seudah 3 bulan, pakan diganti lagi dengan yang berbentuk pellet seperti potongan obat nyamuk bergaris tengah 3 mm sependek 2 cm itu. Sesudah berumur 3,5 bulan pelletnya lebih kasar, bergaris tengah 1 cm dengan panjang potongan 5 cm.

Penerapan feeding ragim hendaknya disesuikan dengan tingkah laku kultivan, serta siklus alat pencernaan guna memaksimalkan penggunaan pakan. Selain itu juga memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. ukuran pakan yang kita berikan 2. jumlah pakan yang diberikan 3. cara pemberian pakan

4. kontrol pakan ( di ancho ) 5. sampling

Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan ini adalah, ukuran butiran pakan, dimana kuran pakan yang diberikan harus sesuai dengan capit dan mulut udang karena sangat penting menyangkut efisiensi kestabilan lingkungan.pakan yang terlalu kecil dan terlalu besar,akan berakibat rendahnya efisiensi, dan akan cepat menurunkan kualitas air.

Jumlah pakan ditentukan oleh: jumlah tebar,nilai SR (survival rate) ,ukuran udang,dan tingkat feeding ratenya,lama cek ancho, kualitas air, fasilitas,

32

tetapi untuk udang yang berumur 1 – 30 hari masih memakai feeding program. sedangkan kelanjutannya kita menggunakan kontrol ancho, dan cek saat sampling.

Adapun cara pemberian pakan pada saat pakan no. D 0 S pemberian pakan harus dicampur dengan air agar pemberian pakan rata, cepat tenggelam, dan tidak berhaburan karena angin.setelah pakan no D0 pakan dibasahi secukupnya.pakan bisa ditebar keliling tanggul juga bisa dengan memakai rakit tergantung luas petak dan ketrampilan anak feeder.yang penting pakan jangan sampai tercecer di tanggul,dan harus tertebar merata di feeding area. Hindari penebaran pakan di dead zone. Pemberian pakan diancho diberikan setelah pakan selesai ditebar keseluruhan di petak atau kolam . Frekuensi pemberian pakan, awal kita berikan 3 kali sehari , kemudian 4 kali sehari dan 5 kali sehari. Jam pemberian pakan.sebaiknya diberikan pkl 07.00, 11.00, 15.00, 19.00, 23.00. diatas jam 23.00 jangan dilakukan pemberian pakan apapun alasannya karena saat itu kondisi kualitas air menurun, suhu turun, DO turun, H2S meningkat daya racun karena pH turun dan karyawan mengantuk.

Ancho adalah alat komunikasi harian antara teknisi dengan udang dalam hal jumlah pakan, nafsu makan, ukuran udang,jumlah udang,kesehatan udang, sehingga ancho harus bagus dan tempatnya yang datar, dan arusnya jangan terlalu kencang.

Ancho berukuran 80 x 80 x10 cm. -umur 10 hari ancho sudah diturunkan

-umur 20 hari ancho sudah diberi pakan sekedarnya -umur 25 hari ancho diberi 0,3 % dikontrol 2-2,5 jam.

33

Apabila sampai umur 30 hari belum mau makan di ancho,makan pakan harus dipotong sampai 40 %nya.biasanya 2 hari kemudian udang sudah mau makan di ancho dan bisa dikontrol. Usahakan selang 3 – 4 hari setelah bisa dikontrol pakan bertahap dinaikkan dan dikembalikan ke porsi pada saat udang umur 30 hari.kemudian jumlah pakan disesuaikan dengan kemampuan makan udang.

Bila umur 25 hari pakan sudah bisa di kontrol 2,5 jam penambahan pakan jangan mengikuti program tetapi bisa ditambah max 10 %sehingga pada umur 30 hari kemampuan pakan udang sudah bisa seperti pada daftar.selanjunya pakan diikuti sesuai kemampuan makan udang dengan lama kontrol dan persen ancho.Setelah ancho bisa dikontrol selanjutnya mencari titik balance.pakan belum balan dalam arti masih kurang apabila ke 5 kali pemberian pakan habis semua pada jam kontrol.dan pakan sudah menunjukan balan bila pakan pada jam 23.00 sudah tidak habis.apabila kondisi sudah begini penambahan bisa dilakukan per 2 hari sekali.tetapi kontrol ancho tetap 5 kali sehari.

4.2.2.6. Sistem Monitoring

Hal utama yang perlu diperhatikan dalam proses budiaya ini adalah menjaga kualitas air yang setiap saat harus berada pada kondisi normal. Air yang merupakan media hidup bagi udang vannamei, memiliki peran yang sangat vital karena akan menentukan kelangsungan hidup udang yang akan dibudidayakan karena mahluk hidup memiliki ambang toleransi terhadap beberapa zat-zat sebagai kebutuhan hidup. Ada beberapa parameter yang selalu dijaga dan dikontrol dalam pelaksanaan pembesaran, diantaranya adalah salinitas, pada umumnya budidaya udang vannamei, air yang digunakan dalam tambak adalah air payau, yaitu campuran air laut dan air tawar pada perbandingan tertentu. Tetapi

34

pada lokasi praktek kerja lapang ini hanya mengandalkan air payau dengan salinitas dalam pemebesaran udang vannamei berkisar antara 20 – 25 ppt.

Oksigen pada air, yang sering disebut dissolved oksigen adalah oksigen terlarut dalam air yang sangat dibutuhkan biota perairan. Kuantitas DO dijaga dengan pemberian kincir dengan jumlah mengikuti jumlah tebaran benur yang ditebar. Hal ini dilakukan karena, akan menentukan seberapa besar jumlah kebutuhan oksigen terlarut. Parameter ini dijaga hingga diatas 4 ppm, karena pada kondisi dibawah angka itu, udang sudah tidah dapat lagi bertoleransi yang bisa mengakibatkan kematian.

Menurut Tebbut (1992) dalam Effendi (2006) menjelaskan bahwa, kadar oksigen terlarut yang tinggi tidak menimbulkan pengaruh fisiologis bagi manusia. Ikan dan organisme akuatik lain membutuhkan oksigen terlarut dalam jumlah cukup. Kebutuhan oksigen sangat dipengaruhi oleh suhu, dan bervariasi antar organisme.

· pH air

Pada pembesaran udang vannamei, parameter pH dilakukan pengecekan setiap hari di pagi hari dan sore hari dengan menggunakan pH meter. Karena menurut Effendi (2006), sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH sekitar 7-8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misal proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah. Selain pengontrolan kualita air perlu juga dilakukan sampling udang, sampling untuk mengetahui biomassa udang dapat dilakukan ketika udang telah berumur 40 hari. Alat yang disarankan untuk sampling adalah jala tebar dengan ukuran mess size disesuaikan dengan besar udang. Waktu sampling pada pagi

35

atau sore hari, agar udang tidak mengalami tingkat stress yang tinggi, penentuan titik sampling disesuaikan dengan luasan tambak, jumlah titik sampling 2 – 4 titik, titik lokasi sampling berada di sekitar kincir dan di wilayah antara kincir. Sampling dilakukan untuk mengetahui size udang yang akan di panen. Proses sampling dilakukan dengan cara menjaring udang dengan menggunakan jala sampling, setelah itu udang di timbang untuk mengetahui jumlah berat udang yang terjala, kemudian dilakukan proses sampling untuk menghitung berapa banyak udang yang terjala.

4.2.2.7. Proses Pemanenan

Panen dapat dilakukan setelah masa pemeliharaan 3-4 bulan. Pada umur demikian ukuran udng berkisar antara 30-40 gram/ekor dan banding berkisar 500 gram/ekor. Pemanenan ikn atau udang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : panen sebagian (selektif) dan panen total. Dalam pelaksanaan panen baik dilaksanakan panen total ataupun selektif, sebaiknyaaikan dipanen terlebih dahulu kemudian udang.

36

V. PENUTUP

Dalam dokumen Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur pdf (Halaman 27-36)

Dokumen terkait