• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

F. Tata Cara Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Tegalrejo karena Kecamatan Tegalrejo merupakan salah satu Kecamatan di Kota Yogyakarta. Kecamatan Tegalrejo terbagi atas 4 kelurahan, yaitu Tegalrejo, Kricak, Bener, dan Karangwaru. Penentuan lokasi ini berdasarkan teknik random sampling dari 14 kecamatan yang ada di Kota Yogyakarta yang dilakukan oleh 5 orang peneliti dalam satu tim skripsi dengan kecamatan yang berbeda.

2. Pengurusan izin

Pengurusan izin penelitian dimulai dengan memasukkan surat permohonan izin dan proposal penelitian ke Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. Lalu dilanjutkan dengan mengajukan permohonan ijin ke 7 bagian instansi yaitu Walikota Yogyakarta, Kepala Dinas Kesehatan Yogyakarta, Kantor Pemerintahan

Kecamatan Tegalrejo, Lurah Kricak, Lurah Tegalrejo, Lurah Karangwaru, Lurah Bener, dan Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta menggunakan izin dari Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. Selanjutnya dibuat surat pengantar yang menyatakan bahwa peneliti sedang mengadakan penelitian di Kecamatan Tegalrejo dalam rangka penyelesaian skripsi, disertakan pula judul penelitian, dan permohonan untuk dapat bekerja sama. Surat pengantar ini disertakan pula lembar kesediaan responden untuk diikutsertakan dalam penelitian yang terdiri dari judul kuesioner, surat pernyataan kesediaan dari responden, nama dan tanda tangan dari responden yang mengisi kuesioner sebagai bentuk kesediaan responden untuk mengisi kuesioner.

3. Pembuatan instrumen penelitian

a. Penyusunan kuesioner. Pertama, dibuat item-item pertanyaan untuk kuesioner tipe isian sehubungan dengan data demografi responden yang berkaitan dengan variabel penelitian. Kemudian dibuat 9 pertanyaan mengenai informasi penggunaan multivitamin anak. Dari 9 pertanyaan tersebut diberi jawaban dengan bentuk multiple choice dan isian. Responden dapat memilih lebih dari satu pilihan jawaban.

Setelah itu dibuat item-item sebanyak 27 pernyataan dengan tipe jawaban

dichotomous scale, yaitu jawaban “BENAR” dan “SALAH” yang merupakan bagian pengetahuan responden meliputi pengertian, kandungan, dosis, penyimpanan, cara pemberian, expired date, informasi, indikasi, dan efek samping

b. Uji validitas dan uji pemahaman bahasa. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Uji validitas kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan content validity, yaitu untuk menguji apakah butir-butir pernyataan yang digunakan untuk mengukur sebuah konsep tertentu telah memadai atau mampu menggambarkan. Uji content validity dilakukan berdasarkan professional judgement, yaitu apoteker dan dokter anak. Sebelumnya jumlah pernyataan sebanyak 22 butir, kemudian dilakukan validasi oleh professional judgement, yaitu apoteker menjadi 27 butir, yaitu pernyataan nomor 19, 21, 22, 26, dan 27. Butir pernyataan yang ditambah dimaksudkan untuk menggali pengetahuan tentang kandungan, efek samping, waktu kadaluarsa, dan informasi multivitamin yang masih kurang lengkap. Kemudian dilakukan uji pemahaman bahasa pada responden di daerah Condongcatur, Sleman. Uji pemahaman bahasa ini bertujuan untuk mengetahui apakah bahasa yang digunakan dalam kuesioner mudah dipahami atau tidak. Hasil dari uji pemahaman bahasa ini adalah tidak ditemukannya responden yang bertanya mengenai isi kuesioner.

c. Uji reliabilitas. Suatu instrumen disebut reliabel bila instrumen konsisten dalam memberikan penilaian atas apa yang diukur. Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Alpha Cronbach dengan taraf kepercayaan 95%. Menurut Riwidikdo (2009), oleh karena uji validitas menggunakan professional judgement maka kuesioner reliabel jika nilai α > 0,75. Uji dilakukan pada 30

responden dan didapatkan hasil α = 0,767 pada bagian pernyataan pengetahuan yang menunjukan bahwa kuesioner sudah reliabel.

4. Penyebaran kuesioner

Penyebaran kuesioner dilakukan di pertemuan-pertemuan rutin warga, kegiatan posyandu di beberapa RT/RW, di sekolah-sekolah (TK dan SD), dan di rumah warga (door to door). Sebelum responden mengisi kuesioner, peneliti terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan dari penyebaran kuesioner agar responden sudah jelas dan dapat melakukan pengisian kuesioner dengan baik, hal ini juga dimaksudkan agar responden tidak lagi bertanya-tanya apabila ada hal yang membingungkan atau kurang jelas. Apabila responden telah setuju untuk mengisi kuesioner dalam penelitian ini, maka kuesioner dibagikan kepada responden yang memenuhi kriteria inklusi. Selanjutnya pengisian kuesioner dilakukan sendiri oleh responden dan diberikan kesempatan untuk mengerjakan kuesioner saat itu juga di tempat penelitian.

Kuesioner yang disebar di Kelurahan Bener sebanyak 20 kuesioner dan kembali 17 kuesioner. Kuesioner yang disebar di Kelurahan Tegalrejo sebanyak 35 kuesioner dan yang kembali 31 kuesioner dengan 4 kuesioner yang di drop out. Kuesioner yang disebar di Kelurahan kricak sebanyak 40 kuesioner dan kembali 35 kuesioner dengan 5 kuesioner yang di drop out. Kuesioner yang disebar di Kelurahan Karangwaru sebanyak 30 kuesioner dan kembali 25 kuesioner. Namun, dalam penelitian ini pengambilan sampel berhenti setelah peneliti mendapatkan sampel sebanyak jumlah sampel minimal per kelurahan.

5. Pengolahan data

Pertama-tama data yang didapat diperiksa kelengkapannya dan diperiksa pula apakah data responden sudah masuk dalam kriteria inklusi penelitian hingga

didapat data sebanyak 95 responden. Kemudian dilakukan pengkodean pada data demografi yang terdiri dari data usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan keluarga per bulan, dan jumlah anak. Pengkodean juga dilanjutkan pada data informasi penggunaan multivitamin anak yang terdiri dari data produk, harga, bentuk sediaan, frekuensi pemberian, terakhir penggunaan, tempat pembelian, sumber informasi, dan harapan. Setelah dilakukan pengkodean, kemudian data karakteristik demografi dan informasi penggunaan multivitamin anak dihitung dan ditulis di dalam tabel lembar kerja.

Untuk data pengetahuan, jawaban pernyataan yang benar diberi skor 1 dan untuk jawaban pernyataan yang salah diberi skor 0 (Kasmadi, 2013). Lalu skor jawaban pernyataan yang benar dijumlah dan ditulis di dalam tabel lembar kerja. Dari hasil penjumlahan tersebut, data lalu dikelompokkan ke dalam kategori tingkat pengetahuan dengan kriteria jumlah skor 21-27 masuk dalam kategori tingkat pengetahuan baik, jumlah skor 16-20 masuk dalam kategori tingkat pengetahuan cukup baik, jumlah skor 11-15 masuk dalam kategori tingkat pengetahuan kurang baik, dan jumlah skor 0-10 masuk dalam kategori tingkat pengetahuan tidak baik.

Dari 9 kategori item pernyataan pengetahuan (masing-masing kategori terdiri 3 pernyataan), dihitung rata-rata jumlah pernyataan yang benar dan yang salah dari masing-masing kategori tersebut lalu dipersentasekan dan ditulis di tabel lembar kerja.

Kemudian dilakukan uji nonparametrik, yaitu uji Chi-Square untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara karakteristik demografi dengan

tingkat pengetahuan. Dalam uji ini tabel hasil penelitian dibuat dalam tabel 2x2, yaitu untuk variabel usia dibedakan dalam kelompok rentang usia 22-40 tahun dan 41-52 tahun, variabel pendidikan terakhir dibedakan dalam kelompok < SMA dan

≥ SMA, variabel pekerjaan dibedakan dalam kelompok tidak bekerja dan bekerja, dan variabel penghasilan keluarga per bulan dibedakan dalam kelompok ≤ Rp

1.100.000,00 dan > Rp 1.100.000,00. Sementara untuk variabel tingkat pengetahuan dibedakan dalam kelompok tingkat pengetahuan baik dan cukup baik. Tabel 2x2 ini dibuat sesuai dengan syarat uji Chi-Square.

Dokumen terkait