• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

H. Tata Cara Penelitian

Ada enam tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini, diantaranya yaitu tahap observasi awal, tahap pemilihan lokasi, tahap perijinan, orientasi, tahap pengambilan data dan tahap pengolahan data.

1. Observasi awal

Tahap ini dimulai dengan pembuatan proposal. Pada tahap ini juga dilakukan kunjungan langsung ke Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Yogyakarta untuk mengetahui jumlah puskesmas yang ada di Kabupaten Sleman dan persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh ijin penelitian.

2. Pemilihan lokasi

Pemilihan puskesmas dilakukan menggunakan metode cluster random. Pengelompokan populasi ditentukan berdasarkan letak geografis kecamatan yang ada di Kabupaten Sleman. Hasil dari pengelompokan populasi berdasarkan letak geografis akan dikelompokkan menjadi beberapa gugus. Gugus yang dimaksud adalah jumlah puskesmas dari masing-masing subpopulasi. Kabupaten Sleman memiliki 17 kecamatan dan terdapat

sebanyak 25 puskesmas yang tersebar di masing-masing kecamatan. Hasil dari klaster ini dapat dilihat pada Tabel II.

Tabel II. Pemetaan Puskesmas Berdasarkan Kecamatan Kabupaten Sleman. Letak Geografis Kecamatan (subpopulasi) Jumlah Puskesmas (gugus) Utara Tempel Cangkringan Turi Pakem 5 Puskesmas Timur Ngemplak Prambanan Kalasan Berbah 5 Puskesmas Tengah Mlati Sleman Ngaglik 5 Puskesmas Barat Moyudan Minggir Seyegan Godean 5 Puskesmas Selatan Depok Gamping 5 Puskesmas

Total 17 Kecamatan 25 Puskesmas

Jumlah gugus yang didapat kemudian dihitung secara proporsional menggunakan proporsi 20% sehingga didapatkan 1 puskesmas yang dipilih secara random sederhana dari masing-masing subpopulasi. Teknik random sederhana dilakukan untuk memilih lokasi pengambilan data, sehingga dari masing-masing subpopulasi didapat dipilih 1 puskesmas. Berdasarkan hasil random sederhana yang dilakukan, didapatkan sebanyak 5 puskesmas sebagai lokasi pengambilan data yaitu Puskesmas Seyegan, Mlati II, Depok I, Tempel I dan Kalasan.

3. Permohonan ijin

Pada penelitian ini permohonan ijin diperoleh dengan mengajukan surat pengantar yang diberikan oleh Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma disertai proposal penelitian dan fotokopi kartu mahasiswa yang ditujukan ke Kepala Kantor Kesatuan Bangsa (KesBang) untuk memperoleh surat rekomendasi permohonan ijin penelitian. Surat rekomendasi yang diperoleh dari KesBang nantinya akan ditujukan kepada Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Sleman untuk diproses sehingga surat ijin penelitian dapat dikeluarkan. BAPPEDA nantinya akan mengeluarkan surat tembusan ijin penelitian yang ditujukan kepada Bupati Sleman, Kepala Dinas Kesehatan Kab. Sleman, Kabid. Sosisal Budaya BAPPEDA Kab. Sleman, Camat Tempel, Camat Seyegan, Camat Depok, Camat Kalasan, Camat Mlati, Kepala UPT Puskesmas Tempel I, Kepala UPT Puskesmas Seyegan, Kepala UPT Puskesmas Depok I, Kepala UPT Puskesmas Kalasan, Kepala UPT Puskesmas Mlati II, dan Dekan Fak. Farmasi USD Yogyakarta.

4. Orientasi

Pada tahap ini dilakukan orientasi ke lima puskesmas yang bersangkutan untuk menyesuaian teknis pengambilan data yang sesuai agar tidak mengganggu aktivitas pelayanan di masing-masing puskesmas yang dituju. 5. Pengambilan data

Pada proses ini, objek penelitian ditentukan berdasarkan kriteria inklusi. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah resep yang bersikan resep racikan

yang dituliskan oleh dokter untuk pasien pada bulan Desember 2013. Pada tahap ini dilakukan pencatatan semua resep yang berisi obat racikan meliputi nama obat, jumlah penggunaan obat, aturan pakai obat, bentuk sediaan, umur dan diagnosis pasien. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data kuantitatif mengenai prevalensi penggunaan resep racikan dan mengetahui gambaran pola resep racikan, dan juga mendapatkan data interaksi farmakokinetik obat dari resep racikan yang dilakukan secara evaluatif pada resep racikan. Hal lain yang juga dilakukan adalah melakukan wawancara terhadap apoteker dan asisten apoteker terkait pendapat mereka mengenai penggunaan resep racikan dengan cara merekam suara menggunakan perekam suara. Data yang diperoleh melalui wawancara merupakan data kualitatif.

6. Pengolahan data

Pada tahap ini dilakukan sampling pengambilan obyek penelitian untuk memperoleh data terkait gambaran pola resep racikan dan evaluasi interaksi farmakokinetik resep racikan. Hal ini dilakukan karena jumlah objek yang diperoleh cukup besar sehingga memerlukan waktu yang cukup lama dalam penelitian. Penghitungan sampling obyek penelitian diperoleh dengan cara menghitung jumlah sampel minimal sampling yang dapat digunakan. Data penggunaan resep racian periode Desember 2013 pada lima puskesmas didapatkan sebanyak 643 resep, terdiri dari 81 resep racikan tunggal dan 562 resep racikan campuran. Untuk mengetahui jumlah sampel minimal pada penelitian ini dilakukan dengan perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut :

( ) ( ) ( )

((Lemeshow and David, 1997)

Keterangan :

n = jumlah minimal resep racikan campuran yang diperlukan

α = derajad kepercayaan

p = proporsi penggunaan resep racikan campuran

q = 1-p (proporsi penggunaan resep racikan tunggal)

d = limiting dari error atau presisi absolut (0,05)

Jika ditetapkan α = 0,05 atau Z1-α/2 = 1,96 atau Z21--α/2 = 1,9622 atau dibulatkan mejadi 4, maka rumus untuk besar N yang diketahui menjadi :

Rumus perhitungan sampel pada penelitian ini dapat dilakukan karena besar atau jumlah populasi untuk perhitungan sampel pada penelitian diketahui (Lemeshow and David, 1997).

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, jumlah minimal resep racikan campuran yang didapatkan adalah sebanyak 176 resep. Mengingat jumlah resep racikan campuran pada lima puskesmas memiliki jumlah yang bervariasi, sehingga dilakukan perhitungan secara proporsional random sampling untuk memperoleh sampel yang proporsional dengan jumlah resep

racikan campuran di masing-masing puskesmas. Sampel yang digunakan sebagai data di Puskesmas Seyegan sebanyak 26 resep, di Puskesmas Mlati II sebanyak 42 resep, di Puskesmas Depok I sebanyak 44 resep, di Puskesmas Tempel I sebanyak 32 resep dan di Puskesmas Kalasan sebanyak 32 resep. Pemilihan resep dilakukan menggunakan metode random sampling sederhana.

I. Tata Cara Analisis Hasil

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan cara menghitung prevalensi resep racikan, penggambarkan pola resep racikan, mengevaluasi interaksi farmakokinetik, serta mewawancarai apoteker maupun asisten apoteker terkait penggunaan resep racikan pada lima puskesmas di Kabupaten Sleman. 1. Prevalensi resep racikan periode Desember 2013

Perhitungan prevalensi resep racikan dilakukan dengan membagi jumlah resep racikan (racikan campuran dan racikan tunggal) yang di resepkan oleh dokter bulan Desember 2013 dengan jumlah resep non racikan dan racikan (racikan campuran dan racikan tunggal) pada bulan Deasember 2013 dikali seratus persen. Dengan rumus :

prevalensi resep racikan ( ) 2 x 100%

Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan persentase/prevalensi dari resep racikan yang digunakan pada periode satu bulan yaitu bulan Desember 2013.

2. Pola resepan racikan

Data pola peresepan didapat dengan menghitung dan mengklompokkan masing-masing pola yang terdapat dalam lembar resep raikan berdasarkan jenis obat yang digunkan, kelas terapi, pasien penerima obat racikan, kombinasi obat racikan, jenis bentuk sediaan dan rute pemberian obat racikan. 3. Interaksi farmakokinetik resep racikan

Interaksi farmakokinetk dari kombinasi obat pada lembar resep racikan dievaluasi dengan menggunakan pustaka acuan yang ditulis oleh Tatro (2007), Stockley (2010),Zucchero et al. (2002) dan Drug Interaction Checker.

4. Wawancara apoteker dan asisten apoteker terkait penggunaan resep racikan Pendapat yang diberikan oleh apoteker maupun asisten apoteker mengenai penggunaan resep racikan dikumpulkan dalam suatu lembar yang berisikan kumpulan pendapat dari hasil wawancara yang dianalisis dengan menggunakan teknik analisis tematik.

Dokumen terkait