• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pemeliharaan

Sistem pemeliharaan ternak sapi potong di Desa Mangkai Lama umumnya ialah pemeliharaan ekstensif walaupun ada sebagian terdapat pemeliharaan dengan sistem semi-intensif. Pemeliharaan ekstensif merupakan pemeliharaan dengan cara ternak sapi dilepaskan dalam wilayah penggembalaan (perbukitan). Peternak hanya perlu menggembala atau menggiring ternak sapinya 2-3 kali ke wilayah penggembalaan, selanjutnya ternak sapi dengan sendirinya akan melakukan hal yang sama setiap harinya tanpa harus digiring lagi. Pemeliharaan yang seperti ini tidak ada pengawasan yang rutin oleh peternak terhadap sapinya. Dalam pemeliharaan ternak sapi potong setiap harinya sapi diangon di areal perkebunan untuk digembalakan dan di areal tersebut juga terdapat aliran air yang dapat dimanfaaatkan oleh peternak sebagai sumber air bagi ternaknya.

Sistem pemeliharaan tersebut kurang baik karena ternak tidak terlindungi dari hujan dan terik matahari, tidak terkontrolnya pemberian pakan, pengaturan perkembangbiakan, pengawasan terhadap kesehatan dan pencegahan penyakit. Oleh karena sistem pemeliharaan yang ekstensif, tidak jarang dari peternak yang tertukar sapinya dengan peternak lain dan peternak sudah terbiasa dengan hal ini. Resiko pencurian ternak sapi potong di Desa Mangkai Lama terbilang jarang terjadi karena hampir semua peternak banyak yang membiarkan begitu saja ternaknya untuk digembalakan. Cara lain yang dilakukan peternak dalam menghindari pencurian ternak adalah dengan memberikan tanda yakni berupa kaleng kalung pada leher ternak sapi.

Pemeliharaan ternak sapi potong yang dilakukan peternak di Desa Mangkai Lama masih bersifat tradisional dalam hal manajemen dan masih mengandalkan dari alam seperti dalam pemeliharaan yaitu dengan cara

23

digembalakan di padang rumput dengan mengandalkan rumput yang berada di perkebunan kelapa sawit serta ternak dibiarkan begitu saja, pengontrolan juga sangat jarang dilakukan oleh peternak serta makanan yang akan masuk ke dalam tubuh sapi sehingga sapi-sapi yang dipelihara oleh peternak memiliki berat badan yang kurang proporsional.

Pemeliharaan sapi dilakukan sebagai usaha sampingan oleh peternak di Desa Mangkai Lama. Pekerjaan utama dari peternak tersebut yaitu sebagai buruh di perkebunan kelapa sawit, buruh di pertambangan batu podas, dan berdagang. Sifat dari pemeliharaan ternak sapi potong di Desa Mangkai Lama masih tergolong tradisional dan bersifat tabungan yaitu sapi potong tersebut dapat dijual sewaktu-waktu apabila peternak memerlukan uang.

Selain pemeliharaan ekstensif, terdapat pula beberapa peternak yang menggunakan sistem pemeliharaan semi-intensif yaitu ternak sapi digembalakan dari pukul 7 pagi sampai 4 sore kemudian ternak sapi di bawa pulang oleh peternak untuk di kandangkan di dekat rumah peternak tersebut. Sekitar 50% peternak memiliki kandang di dekat rumahnya. Fungsi kandang sebagai tempat ternak sapi berteduh pada malam hari.

Sapi Peranakan Ongole (PO)

Jenis sapi potong yang dipelihara oleh peternak di Desa Mangkai Lama yaitu jenis sapi peranakan ongole (PO). Sapi PO adalah sapi hasil persilangan antara pejantan sapi Sumba Ongole (SO) dengan sapi betina lokal di Jawa yang berwarna putih. Sapi PO telah banyak di silangkan dengan sapi Brahman, sehingga sapi PO diartikan sebagai sapi lokal berwarna putih (keabu-abuan), berkelasa dan gelambir. Sapi PO memiliki ciri-ciri seperti berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Sapi PO terkenal sebagai sapi pedaging dan sapi pekerja, mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perbedaan kondisi lingkungan, memiliki tenaga yang kuat dan aktivitas reproduksi induknya cepat kembali normal setelah beranak, serta jantannya memiliki kualitas reproduksi yang baik.

Gambar 2. Sapi Peranakan Ongole (PO)

Perkandangan

Bentuk perkandangan di Desa Mangkai Lama yaitu terbuat dari atap berupa seng dan tiang yang terbuat dari beton serta berlantai semen. Kandang

24

tersebut digunakan pada saat malam hari sedangkan pada pagi hingga sore hari ternak dibiarkan di areal penggembalaan. Terdapat beberapa peternak yang menyediakan kandang sebagai tempat tinggal ternak pada malam hari yaitu sekitar 50% selebihnya ternak tersebut dibiarkan di areal perkebunan dengan cara mengikat ternak di batang pohon kelapa sawit hal ini ditujukan agar ternak tersebut masih dalam pengawasan peternak.

Gambar 3. Kandang Ternak Sapi Potong

Perkawinan

Peternak di Desa Mangkai Lama melakukan perkawinan ternak sapinya dengan cara alami atau kawin liar, sehingga peternak tidak mengetahui kapan ternaknya kawin dan peternak tidak mengetahui tanda-tanda birahi pada sapinya. Peternak baru mengetahui ternaknya bunting yaitu apabila ada tanda – tanda birahi pada sapinya. Peternak baru mengetahui ternaknya bunting yaitu apabila ada tanda-tanda seperti pembengkakan pada vulva atau penonjolan perut pada bagian kiri. Belum diketahuinya teknologi Inseminasi Buatan (IB) oleh peternak menyebabkan tidak teraturnya proses perkawinan pada ternak sapinya. Meskipun begitu, ternak sapi potong yang dipelihara peternak tiap tahunnya tetap menghasilkan anak, meski kebuntingannya tidak diketahui peternak. Proses perkawinan alami ternak sapi potong di Desa Mangkai Lama yaitu sapi diangon atau dibiarkan begitu saja di areal perkebunan, dimana di areal tersebut trerdapat sapi-sapi milik peternak yang lain sehingga sapi dengan sendirinya akan melakukan hubungan dengan lawan jenisnya.

Pemilihan Bibit

Peternak di Desa Mangkai Lama tidak melakukan pembelian bibit sapi potong tetapi peternak membeli sapi yang berumur diatas satu tahun untuk dipelihara selanjutnya dan dikembangbiakan dengan sendirinya, sehingga tidak ada melakukan pemilihan maupun pembelian bibit terhadap bakalan sapi nantinya.

Pemberian pakan

Ternak sapi potong di Desa Mangkai Lama memakan hijauan sebagai pakan utamanya. Pakan yang diberikan berupa rumput lapang dimana cara pemberiannya dengan digembalakan (grazing) di perkebunan kelapa sawit dan untuk ternak yang dikandangkan disediakan oleh peternak rumput yang diaritkan untuk diletakkan di kandang. Sekitar 50% peternak membawa pulang kembali

25

ternaknya pada malam hari dan digiring ke kandang serta di dalam kandang tersebut telah tersedia pakan berupa hijauan (rumput).

Penanganan Penyakit

Peternak di Desa Mangkai Lama tidak melakukan pencegahan terhadap ternaknya tetapi hanya melakukan penanganan terhadap ternak yang sakit. Dengan pemberian obat-obatan tradisional seperti gula merah, garam, temulawak, dengan pemberian sebanyak 1-2 kilogram setiap sekali pemberian kepada ternak sapi potong. Adapun penyakit yang sering menyerang ternak sapi potong seperti demam, cacingan, pneumonia, pilek dan scabies. Dalam penanganan penyakit peternak juga menggunakan jasa mantri dalam pengobatan ternaknya tetapi tidak sesering mungkin hanya apabila penyakit tersebut telah diobatin sebelumnya tetapi sulit untuk disembuhkan sehingga diperlukan jasa mantri dalam penanganannya.

Tenaga Kerja

Peternak sapi potong di Desa Mangkai Lama memiliki tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga dan tidak memiliki tenaga kerja dari luar keluarga. Peternak memiliki proporsi yang besar dalam memelihara ternaknya. Peternak setiap harinya melakukan tugas seperti menggiring ternak sapi ke wilayah penggembalaan selanjutnya ternak sapi akan memakan rumput dengan sendirinya, daerah tersebut juga terdapat aliran sungai kecil sehingga apabila ternak ingin minum akan pergi dengan sendirinya ke sumber air tersebut. Beberapa peternak menggiring kembali ternaknya pada sore hari untuk dibawa pulang dan dimasukkan ke dalam kandang, beberapa peternak lainnya membiarkan ternaknya digembalakan di wilayah penggembalaan.

Pemasaran

Penjualan sapi potong di Desa Mangkai Lama yaitu dengan sistem taksir kilo daging yaitu dengan metode penaksiran bobot sapi potong yang akan dibeli. Penaksiran bobot tersebut dilakukan oleh si pembeli dan peternak, dan apabila telah disepakati bersama kemudian hasil taksiran bobot sapi potong tersebut dikalikan dengan harga yang berlaku di pasar. Penjualan sapi potong banyak dilakukan peternak pada saat hari raya idul adha dan idul fitri dimana pada hari- hari besar tersebut permintaan sapi potong hidup maupun dagingnya sangat meningkat sehingga harga dipasaran juga sangat tinggi dan penerimaan yang diterima oleh peternak juga sangat besar dibandingkan dengan hari-hari biasa.

Penjualan sapi potong dilakukan dengan menggunakan jasa agen sapi potong yaitu peternak menjualkan sapinya ke agen untuk dijualkan ke daerah lain dan adapun keuntungan dalam penjualan ke agen yaitu dapat memperkecil resiko yang diterima peternak di dalam penjualan atau pun pendistribusian sapi potong. Untuk distribusi dari penjualan sapi potong dilakukan di Kabupaten yang terdekat seperti Kabupaten Asahan, Simalungun dan Kota Tebing Tinggi.

26

Biaya Produksi Usaha ternak Sapi Potong

Peternak membutuhkan pengorbanan berupa biaya produksi (biaya tetap dan biaya variabel) untuk menghasilkan suatu output (penambahan berat badan ternak sapi). Biaya produksi seperti biaya variabel dan biaya tetap dibedakan menjadi dua yaitu pada sistem pemeliharaan ekstensif dan pemeliharaan semi- ekstensif. Pada pemeliharaan ekstensif biaya tetap yang dikeluarkan oleh peternak di Desa Mangkai Lama terdiri dari penyusutan sepeda motor dan peralatan dengan jumlah Rp 865.893. Sedangkan biaya variabel yang dikeluarkan peternak terdiri dari obat-obatan dan bensin dengan jumlah biaya variabel sebesar Rp 2.025.000 dan total keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan oleh masing-masing peternak sebesar Rp 2.890.893. Biaya yang dikeluarkan tidak banyak sebab peternak mengandalkan semua dari alam dalam pemberian pakan dengan cara menggembalakan di padang rumput dan pemeliharaan juga dilakukan diluar kandang atau digembalakan di padang rumput. Pada pemeliharaan semi-intensif biaya tetap yang dikeluarkan oleh masing-masing peternak terdiri dari penyusutan kandang dan peralatan sebesar Rp 1.402.560 dan untuk biaya variabel yang dikeluarkan peternak terdiri dari biaya obat-obatan dan bensin sebesar Rp 2.025.000 dan total keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan oleh masing- masing peternak sebesar Rp 3.427.560. Pada pemeliharaan semi-intensif ternak sapi potong dibawa pulang pada sore hari untuk dikandangkan pada malam hari sehingga ada penambahan biaya dari pemeliharaan ekstensif yaitu berupa biaya pembuatan kandang dan penambahan peralatan beternak seperti ember dan arit sedangkan untuk biaya variabel yang dikeluarkan sama seperti pemeliharaan ekstensif yaitu biaya obat-obatan dan bensin.

Pendapatan Bersih Pada Usaha ternak Sapi Potong

Pendapatan bersih merupakan selisih antara penerimaan usahaternak per tahun dengan total biaya produksi per tahun. Pendapatan bersih usahaternak merupakan hasil terhadap manajemen ternak dalam pelaksanaan usahaternak sapi. Dari hasil analisis di daerah penelitian pada sistem pemeliharaan ekstensif seperti yang terlihat pada tabel 9 diperoleh pendapatan bersih peternak sapi potong sebesar Rp 3.109.107 sedangkan pada sistem pemeliharaan semi-intensif yang terlihat pada tabel 10 diperoleh pendapatan bersih peternak sapi potong diperoleh sebesar Rp 3.072.440.

Dari tabel 9 diperoleh pendapatan bersih peternak sapi potong pada sistem pemeliharaan ekstensif sebesar Rp 3.109.107 dengan biaya tertinggi yaitu pada biaya bensin dengan persentase sebesar 63,12% yang dijadikan sebagai bahan bakar minyak sepeda motor.

27

Tabel 9. Pendapatan bersih peternak sapi potong per satuan ekor pada sistem ekstensif. No Komponen Total (Rp) % A. Penerimaan 6.000.000 B. Biaya Penyusutan 29,95 1. Tali 8.750 0,30 2. Sepeda Motor 857.143 29,64 C. Biaya Variabel 70,04 1. Bensin 1.825.000 63,12 2. Obat-obatan 200.000 6,91 D. Total Biaya 2.890.893 100 E. Pendapatan 3.109.107

Pada sistem pemeliharaan seperti ini, kebanyakan aktivitas ternak sapi potong digembalakan di padang rumput dimana ternak sapi potong dibiarkan begitu saja oleh peternak untuk digembalakan diluar setiap harinya. Sehingga pada metode ini perlakuan peternak terhadap ternaknya sangat sedikit sekali dan tidak ada tempat untuk berteduh bagi ternaknya serta peternak hanya mengandalkan areal padang rumput saja yang terdapat disekitar areal penggembalaan.

Tabel 10. Pendapatan bersih peternak sapi potong per satuan ekor pada sistem semi- intensif No Komponen Total (Rp) % A. Penerimaan 6.500.000 B. Biaya Penyusutan 40,92 1. Kandang 500.000 14,58 2. Sepeda Motor 857.143 25,00 3. Arit 10.000 0,29 4. Ember 15.000 0,43 5. Tali 8.750 0,25 6. Cangkul 11.667 0,34 C. Biaya Variabel 59,07 1. Obatan-obatan 200.000 5,83 2. Bensin 1.825.000 53,24 D. Total Biaya 3.427.560 100 E. Pendapatan 3.072.440

Dari tabel 10 diperoleh bahwa pendapatan peternak sapi potong pada sistem semi-intensif yaitu sebesar Rp 3.072.440 dengan biaya tertinggi yaitu pada biaya bensin dengan persentase sebesar 53,24% yaitu sebagai bahan bakar minyak sepeda motor. pada sistem pemeliharaan semi-intensif peternak memiliki kandang sebagai investasi dan juga sebagai tempat ternak sapi potong pada waktu malam hari.

Hal tersebut menunjukkan perbedaan pada pendapatan bersih yang diterima oleh peternak pada sistem pemeliharaan ekstensif dan semi-intensif. Pada pemeliharaan dengan metode ekstensif dan semi-intensif terdapat perbedaan dari

28

pemeliharaan dengan metode ekstensif dan semi-intensif terdapat perbedaan dari segi biaya produksi dan pendapatan bersih yang diperoleh per peternak. Hal tersebut berbeda karena pada pemeliharaan semi-intensif memiliki peralatan tambahan yang dipakai seperti kandang, arit, ember, dan cangkul sedangkan pada pemeliharaan secara ekstensif peralatan yang digunakan sangat sedikit sehingga pendapatan yang diterima per peternak nantinya juga akan berbeda.

29

PENGARUH VARIABEL BEBAS/INDEPENDENT TERHADAP

Dokumen terkait