• Tidak ada hasil yang ditemukan

13 Banyuanyar 93.25 2.859,91 1.616,47 - - 4.569,63

14 Krejengan 2.268,22 1.174,62 - - - 3.442,84

15 Wonomerto - 2.721,65 1.845,19 - - 4.566,84

16 Besuk 572,49 2.564,75 366,39 - - 3.503,63

17 Kotaanyar 93,25 2.548,28 1.616,47 - - 4.258,00

18 Paiton 4.535,35 792,59 - - - 5.327,94

19 Kraksaan 3.739,11 40,64 - - - 3.779,75

20 Pajarakan 1.920,91 213,44 - - - 2.134,35

21 Gending 3.598,98 62,50 - - - 3.661,48

22 Dringu 2.943,71 169,83 - - - 3.113,54

23 Sumberasih 1.367,65 1.657,76 - - - 3.025,41 24 Tongas 1.761,64 3.764,73 2.268,83 - - 7.795,20 TOTAL 23.995,52 34.731,92 47.542,92 30.889,66 32.457,18 169,616,65 Sumber : BPN, Kabupaten Probolinggo dalam Angka 2014

1.2 Kondisi Demografi

Penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Jumlah penduduk yang besar, disertai dengan kualitas sumber daya manusia yang baik akan mendorong peningkatan pembangunan. Sebaliknya jika jumlah penduduk yang besar dengan kualitas sumber daya manusia yang rendah, akan menghambat kemajuan pembangunan. Kabupaten Probolinggo adalah salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang memiliki memiliki jumlah penduduk yang

5 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

cukup banyak, dengan rata-rata peningkatan pertumbuhan penduduknya pertahun sekitar 100 ribu jiwa. Hasil sensus pada tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten mencapai 1.096.244 jiwa yang terdiri dari 5534.986 jiwa laki-laki dan 561.258 jiwa perempuan, dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,10%, dengan tingkat kepadatan 646 km2. Sedangkan menurut hasil registrasi penduduk tahun 2012, jumlah penduduk Kabupaten Probolinggo tercatat sebanyak 1.230.319 jiwa, yang terdiri dari 606.013 jiwa laki-laki dan 624.306 jiwa perempuan.

Tabel 1.2, menunjukkan perbandingan jumlah penduduk per kecamatan berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 dan hasil registrasi penduduk tahun 2012. Jumlah penduduk di klasifikasikan berdasarkan lokasi kecamatan yaitu kecamatan yang terletak di dataran tinggi, tengah dan dataran rendah/pesisir.

Jika dilihat secara sosial budaya, sebagian besar masyarakat Kabupaten Probolinggo berasal dari budaya agraris yang mengandalkan mata pecaharian sebagai nelayan dan petani, hal tersebut dapat dilihat bahwa pertumbuhan penduduk lebih banyak kearah dataran rendah/pesisir. Tetapi jika dilihat pergeseran jumlah penduduk, dimana peringkat kedua adalah jumlah penduduk dataran rendah, secara tidak langsung hal tersebut menunjukkan pergeseran masyarakat agraris ke masyarakat urbanisasi.

Ditinjau dari tingkat kepadatan penduduk, maka daerah dataran rendah/pesisir adalah daerah yang paling padat. Luas daerah dataran rendah/pesisir adalah 28.837,67 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 416.530 jiwa. Kecamatan terpadat di daerah dataran rendah/pesisir adalah Kecamatan Kraksaan dengan luas daerah 3.779,75 km2 dengan jumlah penduduk 72.051 Jiwa. Daerah tengah adalah daerah terpadat kedua di Kabupaten Probolinggo, dengan total luas daerah 46.818,57 km2 dengan jumlah penduduk 489.111 jiwa. Kecamatan terpadat di dataran menengah adalah Kecamatan Sumberasih, dengan luas 3.025,41 km2 dan jumlah penduduk 66.504 jiwa. Sedangkan daerah dataran tinggi, merupakan daerah yang paling luas di Kabupaten Probolinggo yaitu 93.960,41 km2, tetapi jumlah penduduknya tidak terlalu padat yaitu 324.678 jiwa.

6 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

Tabel 1.2

Jumlah Penduduk Kabupaten Probolinggo Berdasarkan Hasil Registrasi Tahun 2012 dan Sensus Tahun 2010

No Kecamatan Luas Daerah

(Km2) Hasil registrasi

2012 Hasil Sensus 2010 Wilayah Dataran Tinggi

1 Gading 14.684,64 56.069 48.113

Wilayah Dataran Menengah

8 Wonomerto 4.566,84 48.827 38.569

9 Bantaran 4.212,83 45.721 40.641

10 Leces 3.680,97 62.417 54.703

11 Tegalsiwalan 4.173,56 37.966 36.221

12 Maron 5.139,27 69.164 61.864

Wilayah Dataran Rendah dan Pesisir

18 Sumberasih 3.025,41 66.504 59.479

Sumber : Profil Kabupaten Probolinggo, 2013.

Jumlah keluarga di tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Probolinggo berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.3 di bawah ini. Berdasarkan Tabel 1.3, secara rata-rata jumlah keluarga terbanyak berada di daerah dataran rendah/pesisir yaitu sekitar 14.371 keluarga, selanjutnya daerah terbanyak kedua adalah daerah tengah dengan jumlah keluarga 12.614 keluarga. Sedangkan jumlah keluarga yang terendah adalah daerah dataran tinggi, sekitar 10.898 keluarga. Untuk daerah tengah

7 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

jumlah keluarga terbanyak berada Kecamatan Kraksaan, hal tersebut disebabkan Kecamatan Kraksaan merupakan pusat kota bagi Kabupaten Probolinggo, sehingga mendorong penduduk untuk tinggal di daerah tersebut.

Tabel 1.3

Jumlah Keluarga Kabupaten Probolinggo Per Kecamatan Tahun 2012 No Kecamatan Jumlah

Keluarga Pra Sejatera

Sejahtera

I II III III Plus Wilayah Dataran Tinggi

1 Gading 17.144 5.740 4.318 4.726 2.054 306

Wilayah Dataran Menengah

8 Wonomerto 11.524 1.499 3.308 3.270 3.416 31 Wilayah Dataran Rendah dan Pesisir

18 Sumberasih 18.066 3.347 4.953 2.413 7.031 322 Sumber : Profil Kabupaten Probolinggo, 2013.

Sebagai pusat kota, kegiatan perekonomian banyak berputar di daerah tersebut, dapat dipahami jika pertumbuhan penduduk daerah tersebut lebih cepat daripada daerah lainnya, karena daya tarik secara ekonomi sangat tinggi.

8 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

Ditinjau dari Tabel 1.3, Kecamatan yang memiliki jumlah keluarga terkecil adalah daerah Sukapura, yaitu 6.273 atau sekitar 1,8 persen dari seluruh jumlah keluarga di Kabupaten Probolinggo. Kecamatan Sukapura merupakan daerah dataran tinggi yang terletak di lereng Gunung Bromo.

Sukapura merupakan daerah yang sering kali dilintasi untuk menuju Taman nasional Bromo Tengger. Sebagai kecamatan terakhir sebelum mencapai Gunung Bromo, maka daya tarik daerah tersebut sebagai tempat pemukiman lebih kecil di bandingkan dengan daerah dataran rendah/pesisir atau daerah tengah, yang lebih menguntungkan secara ekonomi misalnya ketersediaan sarana transportasi, telekomunikasi dan sarana publik lainnya.

Dari data diatas menunjukkan jumlah keluarga pra sejahtera terbanyak berada di daerah Pakuniran (wilayah tinggi), sebanyak 9.718 keluarga atau 8,65 persen dari total jumlah keluarga pra sejahtera di Kabupaten Probolinggo.

Sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah keluarga pra sejahtera 2 terkecil adalah Kecamatan Sukapura (wilayah dataran tinggi), yaitu 876 keluarga atau 0,78 persen dari jumlah keluarga pra sejahtera secara keseluruhan.

Keluarga yang digolongkan dalam pra-sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan minimal: sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan, yaitu keluarga yang tidak dapat memenuhi minimal satu ketentuan berikut:

1. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih,

2. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja atau sekolah dan bepergian,

3. Rumah yang ditempati keluarga memiliki atap, lantai dan dinding yang baik, 4. Bila ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke sarana kesehatan,

5. Bila pasangan usia subur ingin ber-KB, pergi ke sarana pelayanan kontrasepsi, dan

6. Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga tersebut bersekolah.

9 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

1.3 Kondisi Sosial

Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan manusia serta menjadi dasar bagi pembangunan dibidang lainnya. Manusia yang sehat merupakan prasyarat untuk mewujudkan people centered development. Berdasarkan hal itu, maka kesehatan harus mendapat prioritas dalam program-progam pembangunan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Tetapi penanganan masalah kesehatan bukan hanya tanggung jawab dari sektor kesehatan saja, tetapi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Upaya peningkatan kesehatan bukan semata membangun fasilitas kesehatan, namun perlu diiringi dengan kualitas pelayanan kesehatan yang baik.

Tabel 1.4

Jumlah Bayi lahir, Bayi Berat Badan Rendah (BBLR) dan Bergizi Buruk di Kabupaten Probolinggo

Tahun Bayi Lahir BBLR Gizi Buruk

2010 18445 615 48

2011 18613 714 63

2012 18502 973 77

Sumber : Profil Kabupaten Probolinggo 2013.

Dalam mencapai Milinieum Development Goals (MDGs) telah dicantumkan beberapa aspek kesehatan yaitu Menurunkan angka kematian anak, Meningkatkan kesehatan ibu, dan Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya. Berdasarkan tujuan MDGs tersebut, maka kesehatan ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian khusus. Di Kabupaten Probolinggo angka kelahiran bayi cenderung menurun, tetapi angka bayi lahir dengan berat badan rendah serta bayi bergizi buruk terus meningkat.

Berdasarkan tabel diatas jumlah bayi dengan berat badan rendah di Kabupaten Probolinggo selama tiga tahun terakhir, yaitu dari tahun 2010 sampai dengan 2012 cenderung meningkat. Persentase bayi dengan berat badan rendah terhadap bayi lahir pada tahun 2010 sebesar 3,33 persen, meningkat pada tahun 2011 menjadi 3,83 persen dan 5,26 persen pada tahun

10 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

2012. Persentase jumlah bayi gizi buruk terhadap kelahiran bayi pertahunnya cenderung meningkat. Pada tahun 2010 persentase bayi gizi buruk terhadap kelahiran bayi sekitar 0,26 persen, meningkat menjadi 0,34 persen pada tahun 2011 dan persentasenya kembali meningkat tahun 2012 menjadi 0,42 persen.

Gizi merupakan Faktor penting untuk meningkatkan kesehatan bayi atau balita. bayi atau balita yang mengalami gizi kurang atau buruk dapat berdampak pada kematian. Gizi buruk merupakan suatu keadaan kurang gizi tingkat berat yang dapat disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari, dan terjadi dalam waktu yang cukup lama.

Selain terhadap bayi dan balita, asupan gizi juga diperlukan bagi ibu hamil.

Ketercukupan gizi bagi ibu hamil diharapkan dapat mengurangi berbagai macam resiko selama kehamilan sampai dengan proses melahirkan. Disamping itu, dengan jumlah gizi yang cukup maka potensi kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah akan berkurang. Jumlah gizi buruk dan ibu hamil dengan kurang energi kronis (KEK) pada tingkat kecamatan cukup beragam.

Berdasarkan Tabel 1.5, jumlah bayi dengan gizi buruk terbanyak pada tahun 2012 ada di Kecamatan Pakuniran dengan 14 anak, sedangkan peringkat kedua adalah Kecamatan Gading dan Kecamatan Banyuanyar sebanyak 8 anak.

Untuk jumlah ibu hamil yang kekurangan energi kronis, terbanyak berada di Kecamatan Gading berjumlah 183 orang. Terbanyak kedua berada di Kecamatan Maron 165 orang. Berdasarkan pada data tersebut, maka Kecamatan Gading perlu mendapatkan perhatian khusus, karena di kecamatan tersebut banyak ditemukan kasus bayi kurang gizi dan ibu hamil dengan kekurangan energi kronis dibandingkan kecamatan lainnya.

Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduknya. Untuk mencapai hal tersebut perlu ditunjang ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, baik dari sisi kuantitas maupun kualitasnya. Berdasarkan data tahun 2005, jumlah TK sebanyak 96 buah, jumlah SD sebanyak 206 buah, jumlah SMP sebanyak 25 buah, jumlah SMU sebanyak 12 buah, dan SMK sebanyak 6 buah. Selain itu terdapat 4 buah SMP terbuka dengan tenaga guru sebanyak 59 orang.

11 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

Tabel 1.5

Jumlah bayi Gizi Buruk dan Jumlah Ibu Hamil Dengan Kurang Energi Kronis per Kecamatan di Kabupaten Probolinggo

No Kecamatan Gizi Buruk KEK

Wilayah Dataran Menengah 8 Wonomerto 2 59

Wilayah Dataran Rendah dan Pesisir 18 Sumberasih 3 60

Jumlah tenaga pendidik/guru untuk TK sebanyak 330 orang guru, SD sebanyak 1.320 orang, SMP sebanyak 431 orang guru, SMU sebanyak 213 orang guru, dan SMK sebanyak 120 orang guru. Jumlah murid SD merupakan jumlah murid yang paling banyak dibandingkan dengan jumlah murid pada jenjang pendidikan lainnya. Pada tingkat SD jumlah murid sebanyak 28.514 siswa, pada tingkat SMP jumlah murid sebanyak 6.804 siswa, tingkat SMU dan SMK masing-masing sebanyak 2.290 dan 6.804 siswa.

12 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

Jumlah sekolah Jumlah Guru

TK SD SMP SMU SMK

Jumlah siswa pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi menunjukkan penurunan dibandingkan jenjang pendidikan dibawahnya, hal ini menunjukkan kemungkinan adanya siswa yang mengalami putus sekolah. Resiko putus sekolah paling besar pada jenjang pendidikan SD, hal ini terlihat dari penurunan jumlah siswa yang cukup signifikan siswa SD dari 28.514 menjadi 6.804 pada tingkat SMP.

Rasio jumlah siswa tehadap guru, masing-masing memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Rasio terbesar dari jumlah siswa dan guru terdapat pada jenjang pendidikan SD yaitu sebesar 21,60 persen atau seorang guru memiliki 22 siswa, disusul jejang pendidikan SMP dengan rasio siswa dan guru sebesar 15,79 persen. Sedangkan rasio siswa dan guru yang paling kecil pada tingkat pendidikan SMK yaitu sebesar 10,82 persen.

Disamping itu terdapat sarana pendidikan yang dikelola oleh Departemen Agama, yaitu terdapat 6 (enam) Raudatul Athfal/Bustanul Athfal, 1 (satu) Madrasah Diniyah, 9 (sembilan) Madrasah Ibtidaiyah, 21 (duapuluh satu) Madrasah Tsanawiyah, dan 8 (delapan) Madrasah Aliyah yang tersebar di seluruh Kabupaten Probolinggo.

Gambar 1.2

Jumlah Sekolah dan Guru Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Sumber: diolah, Profil Kabupaten Probolinggo 2013.

13 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

14.82

21.60 15.79

13.71

10.82

TK SD SMP SMU SMK

Pada bidang kesehatan menitikberatkan pada pelayanan kesehatan yang merata dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan menjadi aspek penting dalam upayan peningkatan pelayanan kesehatan tersebut. Selain terdapat 1 (satu) RSUD Amanah Husada, di Kabupaten Probolinggo terdapat 8 (delapan) buah Puskesmas, 45 (empat puluh lima) buah Puskesmas Pembantu, 2 (dua) Balai Pengobatan.

Disamping penyediaan sarana kesehatan, perlu ditunjang tenaga medis yang memadai. Di Kabupaten Probolinggo terdapat 26 dokter umum, 8 orang dokter gigi, dan seorang dokter spesialis. Sedangkan tenaga penunjang kesehatan lain, yaitu 149 perawat, 71 bidan, dan 208 dukun bayi. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan mencatat bahwa keluhan yang paling tinggi adalah infeksi pada saluran pernafasan atau ISPA, yaitu sebanyak 24,36 persen dari seluruh keluhan kesehatan di Kabupaten Probolinggo.

1.4 Keadaan Ekonomi

Struktur perekonomian dapat diartikan sebagai distribusi dari masingmasing komponen yang membentuk ekonomi suatu wilayah dan disajikan dalam bentuk persentase. Perubahan struktur perekonomian terjadi

Sumber: diolah , Profil Kabupaten Probolinggo 2013.

Gambar 1.3

Rasio Siswa dan Guru Berdasarkan Jenjang Pendidikan

14 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

karena perubahan struktur dan corak kegiatan ekonomi akibat pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu wilayah. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan struktur suatu daerah adalah:

1. Perubahan permintaan domestik yang disebabkan oleh kombinasi antara peningkatan pendapatan riil per kapita dan perubahan selera masyarakat.

2. Perubahan penggunaan teknologi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

3. Penemuan material-material baru untuk produksi.

Struktur perekonomian suatu wilayah dapat diketahui dengan mengklasifikasikan sektor ekonomi dalam tiga sektor, yaitu:

1. Sektor Primer (Agriculture),

Kegiatan ekonomi yang membudidayakan sumber daya alam secara langsung tanpa ada proses pengelolahan yaitu meliputi kegiatan pertanian dan pertambangan.

2. Sektor Sekunder (Manufacture),

Kegiatan ekonomi yang mengelolah sumber daya alam menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang meliputi industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih dan bangunan.

3. Sektor Tersier (Service),

Kegiatan ekonomi yang menghasilkan jasa yang meliputi perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan, jasa perusahaan, dan jasa-jasa.

Karakteristik dari struktur perekonomian di Kabupaten Probolinggo, yaitu terdapat dua sektor yang dominan yaitu sektor primer dan tersier.

Pembangunan. pada sektor pertanian diarahkan pada upaya peningkatan mutu, produksi dan pemasaran hasil pertanian serta mengembangkan usaha tani terpadu guna memantapkan swasembada pangan, memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, meningkatkan komoditi-komoditi ekspor, komoditi bahan-bahan industri dalam negeri, meningkatkan taraf hidup petani, mendorong perluasan dan pemerataan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja serta mendorong peran serta swasta untuk mengembangkan potensi pertanian.

15 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

Struktur perekonomian di Kabupaten Probolinggo telah bergeser dari sektor pertanian ke sektor perdagangan dan industri penggolahan. Walaupun demikian, sektor pertanian masih mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan karena selain untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, sektor pertanian merupakan penyedia bahan baku untuk keperluan sektor perdagangan dan sektor industri. Oleh sebab itu pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan produksi pertanian karena diharapkan akan meningkatkan perekonomian masyarakat dan akan memacu pertumbuhan ekonomi daerah.

Banyak pihak yang memberikan penilaian bahwa selain terdapat potensi atau prospek yang besar pada industri pertanian di Kabupaten Probolinggo, namun kendala yang dihadapi juga tidak sedikit. Sumberdaya yang siap digunakan untuk mengembangkan sektor pertanian di Kabupaten Probolinggo cukup melimpah, tetapi pola pikir masyarakat yang masih menganggap bahwa pekerjaan sebagai petani, atau bekerja di sektor pertanian merupakan profesi yang dianggap kuno atau tidak modern. Seharusnya pandangan tersebut bisa di ubah dan dihilangkan, terutama untuk generasi muda. Justru menjadi petani adalah kebanggaan.

Peran pemerintah masih kurang optimal dalam memberi kemudahan bila pemodal yang berniat untuk mengembangkan dan membangun industri pertanian di Kabupaten Probolinggo, karena bagaimanapun juga petani adalah sektor penting yang punya peran besar untuk memajukan pembangunan di Kabupaten Probolinggo. Secara tidak langsung kita bisa memenuhi kebutuhan beras dalam wilayah sendiri ataupun bisa mendistribusikan kasil pertanian ke luar daerah sekitar Probolinggo. Menjadi daerah mandiri akan membantu Pemerintah Daerah untuk tidak mengimpor beras dari Negara lain, dana untuk impor beras bisa dialokasikan ke kebutuhan yang lebih mendesak. Misalnya untuk pendidikan anak-anak jalanan ataupun untuk pengobatan masyarakat miskin. Distribusi persentase sektoral terhadap produk domestic regional bruto (PDRB) Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada tabel berikut ini:

16 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

Tabel 1.6

Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Harga Konstan 2000

No Sektor 2010 2011 2012

1 Pertanian 35,09 33,77 32,49

2 Pertambangan dan penggalian 1,27 1,22 1,18

3 Industri pengolahan 17,98 18,01 18,10

4 Listrik, gas dan air bersih 0,75 0,75 0,75

5 Konstruksi 1,63 1,64 1,67

6 Perdagangan, hotel dan restoran 23,72 24,57 25,44

7 Pengangkutan dan komunikasi 6,70 7,11 7,40

8 Keuangan, persewaan dan jasa financial 4,79 4,90 5,01

9 Jasa- jasa 8,07 8,02 7,96

Sumber: diolah, Profil Kabupaten Probolinggo 2013.

Tabel diatas menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor unggulan bagi Kabupaten Probolinggo, meskipun distribusinya semakin lama semakin menurun. Pada tahun 2010 distribusi sektor pertanian terhadap PDRB sebesar 35,09 persen, turun menjadi 33,77 persen pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 kembali mengalami penurunan menjadi 32,49 persen. Selain sektor pertanian, sektor yang memberikan kontribusi terbanyak ke dua pada PDRB adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kontribusi sektor tersebut semakin lama semakin meningkat, pada tahun 2010 persentase sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap PDRB sebesar 23,72 persen, meningkat menjadi 24,57 persen pada tahun 2011 dan pada tahun kembali meningkat sebesar 25,44 persen. Sektor perdangangan, hotel dan restoran dapat berkembang pesat di Kabupaten Probolinggo, karena dampak pertumbuhan pariwisata dan Probolinggo merupakan jalur penghubung antara jalur utara dan selatan menuju ujung Timur pulau Jawa atau menuju Bali.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah keseluruhan nilai tambah yang timbul akibat terjadinya aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah. Oleh karena itu, besaran PDRB dalam periode tertentu sering digunakan sebagai indikator di dalam menilai kinerja pelaku ekonomi di suatu wilayah, terutama yang berkaitan dengan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya yang ada. Gambar 1.4 dibawah ini menunjukkan perkembangan PDRB Kabupaten Probolinggo dari tahun 2005 s./d. 2012.

17 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

0

Perkembangan Produk Domestik Bruto Kabupaten Probolinggo dalam Harga Konstan Tahun 2005 -2012

Sumber: diolah, Profil Kabupaten Probolinggo 2013.

Tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Probolinggo secara umum ditentukan oleh faktor-faktor lokal seperti sumber daya manusia, teknologi, permodalan dan kewirausahaan. Sering adanya berbagai kebijakan moneter dan fiskal yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan berbagai kebijakan pembangunan daerah yang cukup terkendali, membawa dampak yang positif bagi perkembangan perekonomian daerah Kabupaten Probolinggo. Secara keseluruhan dari tahun ke tahun PDRB Kabupaten Probolinggo selalu meningkat. Pada tahun 2005 PDRB Probolinggo Rp 5.126.680,92 Juta meningkat menjadi Rp 5.418.554,86 pada tahun 2006. Tujuh tahun kemudian pada tahun 2012 PDRB Kabupaten probolinggo meningkat sebanyak Rp 2.223.510,69 juta menjadi Rp 7.642.065,55 juta dengan tingkat pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 5,57 persen.

1.5 Kondisi Pertanian

Sebagai Kabupaten yang berbasis agraris, maka sektor pertanian adalah sektor yang memiliki keunggulan kompetitif. Sektor pertanian merupakan sektor andalan, bagi Kabupaten Probolinggo terutama pada subsektor tanaman bahan

18 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

makanan seperti jagung, padi, bawang merah, mangga, dan anggur. Selain subsektor tanaman bahan makanan, subsektor kehutanan juga memiliki keunggulan kompetitif. Subsektor kehutanan mencakup penebangan kayu dan pemburuan.

Produksi padi di Kabupaten Probolinggo selalu meningkat setiap tahunnya, meskipun telah terjadi pergeseran struktur perekonomian dan berkurangnya jumlah lahan pertanian. Pada tahun 2010 jumlah produksi padi sebanyak 304.890 Ton, pada tahun 2011 meningkat menjadi 308.371 ton dan kembali meningkat menjadi 316.423 ton pada tahun 2012.

Mangga merupakan salah satu produk unggulan Kabupaten Probolinggo.

Produksi mangga dalam tiga tahun terakhir mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 produksi mangga sebesar 30.383,63 ton, meningkat menjadi 75.714,65 ton, tetapi pada tahun 2012 terjadi penurunan produksi mangga yang cukup banyak, sehingga jumlah produksi hanya mencapai 53.949,95 ton. Tabel di bawah ini menunjukkan jumlah produksi padi dan mangga per kecamatan di Kabupaten Probolinggo pada tahun 2013.

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa semua kecamatan di Kabupaten Probolinggo menanam padi dan mangga. Kecamatan yang menghasilkan produksi padi terbanyak adalah Kecamatan Gading, yaitu sebanyak 36.901 ton. Tetapi meskipun Kecamatan Gading merupakan penghasil padi terbanyak, tetapi produkstivitasnya rendah. Produkvitas tertinggi berada pada Kecamatan Paiton yang mencapai 69,96 kwintal /hektar, sedangkan Kecamatan Gading hanya 52,93/hektar.

Tabel 1.7

Jumlah Produksi Padi dan Mangga Per Kecamatan Kabupaten Probolinggo Pada Tahun 2013

No Kecamatan Prod Padi (Ton) Mangga (Ton)

Dataran Tinggi

1 Gading 36.901 5.335

2 Tiris 12.687 49

3 Kuripan 3.932 2.300

4 Krucil 8.898 47

5 Sukapura 238 50

6 Pakuniran 13.137 17.419

7 Sumber 121 322

19 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

Wilayah Dataran Menengah

8 Wonomerto 4.978 2.099

9 Bantaran 4.910 1.588

10 Leces 6.465 2.830

11 Tegalsiwalan 7.324 2.006

12 Maron 24.510 790

13 Banyuanyar 16.443 3.943

14 Krejengan 31.869 737

15 Lumbang 12.918 6.207

16 Besuk 31.695 1.095

17 Kotaanyar 10.679 375

Wilayah Dataran Rendah dan Pesisir

18 Sumberasih 9.320 393

19 Tongas 18.177 2.705

20 Dringu 2.554 1.280

21 Gending 8.399 492

22 Paiton 16.992 1.540

23 Pajarakan 14.313 160

24 Kraksaan 18.965 189

Sumber: Profil Kabupaten Probolinggo, 2013.

Tabel 1.7 diatas juga menunjukkan kecamatan yang menghasilkan mangga terbanyak. Produksi mangga terbanyak dihasilkan oleh Kecamatan Pakuniran, yaitu sebanyak 17.419 ton dengan jumlah tanaman mangga yang menghasilkan sebanyak 225.750 pohon. Tetapi produktivitas tertinggi dicapai oleh Kecamatan Maron dengan hasil 171,15 kg/pohon.

20 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

BAB 2

KONDISI KEMISKINAN KABUPATEN PROBOLINGGO

A. Karakteristik Wilayah Miskin

Berdasarkan data pendataan program perlindungan social (PPLS) tahun 2011 jumlah rumah tangga miskin (RTM) di Kabupaten Probolinggo sebanyak 175.447 yang tersebar di 24 kecamatan, sedangkan jumlah individu meliputi 567.064 jiwa. Hasil registrasi pendataan penduduk tahun 2012, jumlah penduduk Kabupaten Probolinggo sebanyak 1.230.319 jiwa, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 346.263 rumah tangga. Berdasarkan data tersebut, menunjukkan bahwa rasio jumlah kemiskinan di Kabupaten Probolinggo hampir mendekati 50 persen. Untuk jumlah penduduk rasio kemiskinan sebesar 46,09 persen, sedangkan rasio jumlah rumah tangga sebesar 50,67 persen. Sebaran penduduk miskin di Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbesar di Kabupaten Probolinggo terletak pada Kecamatan Tiris dengan jumlah penduduk sebesar 78.024 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat pada Kecamatan Sukapura dengan penduduk sebesar 21.136 jiwa. Sementara jumlah rumah tangga terbesar adalah Kecamatan Kraksaan dengan 21.697 rumah tangga, dan Kecamatan Sukapura dengan jumlah rumah tangga sebesar 6.273.

Tabel 2.1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbesar di Kabupaten Probolinggo terletak pada Kecamatan Tiris dengan jumlah penduduk sebesar 78.024 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat pada Kecamatan Sukapura dengan penduduk sebesar 21.136 jiwa. Sementara jumlah rumah tangga terbesar adalah Kecamatan Kraksaan dengan 21.697 rumah tangga, dan Kecamatan Sukapura dengan jumlah rumah tangga sebesar 6.273.

Dokumen terkait