• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN PEMBERDAYAAN RUMAH TANGGA MISKIN BERBASIS GEOGRAFIS WILAYAH TAHUN BAB 1 GAMBARAN UMUM KABUPATEN PROBOLINGGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEDOMAN PEMBERDAYAAN RUMAH TANGGA MISKIN BERBASIS GEOGRAFIS WILAYAH TAHUN BAB 1 GAMBARAN UMUM KABUPATEN PROBOLINGGO"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

1 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 42 TAHUN 2014 TANGGAL : 20 Nopember 2014

PEDOMAN PEMBERDAYAAN RUMAH TANGGA MISKIN BERBASIS GEOGRAFIS WILAYAH TAHUN 2015-2019

BAB 1

GAMBARAN UMUM KABUPATEN PROBOLINGGO 1.1 Kondisi Geografis dan Administrasi

Visi Kabupaten Probolinggo adalah “Terwujudnya Kabupaten Probolinggo yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak Mulia”. Misi Kabupaten Probolinggo:

1. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan daya saing daerah, Pertumbuhan ekonomi berbasis kerakyatan, Optimalisasi pengelolaan sumber daya berkelanjutan

2. Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia melalui peningkatan kualitas pelaksanaan otonomi daerah dalam penyelenggaraan kepemerintahan yang baik dan bersih.

Kabupaten Probolinggo merupakan salah satu kabupaten yang terletak di propinsi Jawa Timur. Secara geografis berada pada posisi 7040’ s./d. 8010’

Lintang Selatan dan 112050’ s./d. 113030’ Bujur Timur, dengan luas wilayah 1.696,16 km2 (169.616,65 Ha), termasuk didalamnya kawasan Pulau Giliketapang dengan luas wilayah 0,6 km2. Kabupaten Probolinggo terletak di lereng gunung-gunung yang membujur dari Barat ke Timur, yakni Pegunungan Tengger, Gunung Lamongan dan Gunung Argopuro. Selain itu terdapat gunung lainnya yaitu Gunung Bromo, Widodaren, Gilap, Gambir, Jombang, Cemoro Lawang Malang, dan Batujajar.

Letak geografis daerah berbatasan dengan:

 Utara : Selat Madura

 Timur : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Jember

(2)

2 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

 Barat : Kabupaten Pasuruan

 Selatan : Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang

Terdapat 25 sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Probolinggo dengan sungai terpanjang adalah Sungai Rondoningo dengan panjang 95,2 kilometer. Sedangkan sungai terpendek adalah Ranu Bujel dengan panjang 2 kilometer. Wilayah Kabupaten Probolinggo terletak pada ketinggian 0-2500 m diatas permukaan laut, dengan temperatur rata-rata 27’C – 30’C. Pada ketinggian 750-2500 m diatas permukaan laut, cocok untuk jenis sayur-sayuran dan pada ketinggian 150-750 m diatas permukaan laut, yang membujur dari barat ke timur di bagian selatan yang berada di kaki gunung Argopuro, sangat cocok untuk tanaman kopi, buah-buahan seperti, durian alpukat, dan buah lainnya, contoh di Kecamatan Tiris dan Kecamatan Krucil.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Probolinggo masih merupakan hutan dengan luasan sebesar 321.771 ha atau 63,50 persen dari keseluruhan wilayah.

Peruntukan lahan perkebunan dan pertanian seluas 97.932 ha atau 19,33 persen, dan untuk kawasan pemukiman sebesar 6.748 ha atau 1,33 persen.

Sedangkan sisanya seluas 80.245 ha atau 15,84 persen digunakan untuk pertambangan, perairan darat, padang rumput, dan tanah terbuka.

Gambar 1.1

Presentase Luas Wilayah Kabupaten Probolinggo Berdasarkan Penggunaannya

Sumber: Diolah, Profil Kabupaten Probolinggo 2013.

(3)

3 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

Unit pemerintahan di Kabupaten Probolinggo terdiri dari 24 kecamatan, 330 desa/kelurahan, 1.380 dusun, 1.642 RW dan 5.964 RT. Berdasarkan komposisi jumlah desa, maka Kecamatan Paiton memiliki jumlah desa terbanyak yaitu 20 desa. Sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah desa paling sedikit adalah kecamatan Kahuripan yaitu 7 (tujuh) Desa.

Secara topografi Kabupaten Probolinggo terdiri dari dataran rendah pada bagian utara, lereng gunung pada bagian dataran menengah dan dataran tinggi pada bagian selatan. Kondisi geografis tersebut mempengaruhi tingkat kesuburan tanah, sehingga terdapat perbedaan pola penggunaan tanah di masing-masing daerah. Bentuk permukaan daratan Kabupaten Probolinggo diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) Jenis, yaitu :

1. Dataran rendah dan pesisir, yaitu daerah dengan ketinggian 0-100 M diatas permukaan laut, daerah ini membentang di sepanjang pantai utara mulai dari barat kearah timur kemudian membujur ke Selatan.

2. Dataran menengah dan perbukitan, yaitu daerah dengan ketinggian 100 – 1.000 M diatas permukaan laut, daerah ini terletak di wilayah dataran menengah sepanjang kaki Gunung Semeru dan Pegununggan Tengger serta pada bagian Utara sisi bagian Timur sekitar Gunung Lamongan.

3. Dataran tinggi/Pegunungan, yaitu daerah dengan ketinggian diatas 1.000 M dari permukaan air laut. Daerah pegunungan ini terletak di sebelah barat daya yaitu sekitar Pegunungan disebelah Tenggara di sekitar Pegununggan Argopuro.

Kabupaten Probolinggo terdiri dari 7 kecamatan dataran tinggi, 10 kecamatan dataran menengah dan 7 kecamatan dataran rendah dan pesisir.

Hal ini dapat dilihat sebagaimana tabel berikut :

Table. 1.1

No Kecamatan Ketinggian Altitude (MDPL)

Total

0 – 25m 25 – 100m 100–500m 500–1000m >1000m

1 Sukapura - - 208,34 1.666,70 8.333,49 10.208,53 2 Sumber - - 150,62 3.898,15 10.139,36 14.188,13 3 Kuripan - 137,27 4.324,01 1,870,30 343,18 6.674,76

(4)

4 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

4 Pakuniran - 2.340,84 6.011,70 2.234,39 798,07 11.385,00 5 Tiris - - 7.013,17 9.101,22 452,30 16.566,69 6 Krucil - - 3.039,40 7.497,18 9.716,08 20.252,66 7 Gading - 2.569,81 6.450,75 2.989,38 2.674,70 14.684,64 8 Lumbang - 340,08 7.298,58 1.632,34 - 9.271,00

9 Bantaran - 2.948,98 1.263,85 - - 4.212,83

10 Leces - 2.439,20 1.241,77 - - 3.680,97

11 Tegalsiwalan 357,18 2.073,48 1.742,90 - - 4.173,56 12 Maron 743,78 3.311,01 1.084,48 - - 5.139,27 13 Banyuanyar 93.25 2.859,91 1.616,47 - - 4.569,63

14 Krejengan 2.268,22 1.174,62 - - - 3.442,84

15 Wonomerto - 2.721,65 1.845,19 - - 4.566,84

16 Besuk 572,49 2.564,75 366,39 - - 3.503,63

17 Kotaanyar 93,25 2.548,28 1.616,47 - - 4.258,00

18 Paiton 4.535,35 792,59 - - - 5.327,94

19 Kraksaan 3.739,11 40,64 - - - 3.779,75

20 Pajarakan 1.920,91 213,44 - - - 2.134,35

21 Gending 3.598,98 62,50 - - - 3.661,48

22 Dringu 2.943,71 169,83 - - - 3.113,54

23 Sumberasih 1.367,65 1.657,76 - - - 3.025,41 24 Tongas 1.761,64 3.764,73 2.268,83 - - 7.795,20 TOTAL 23.995,52 34.731,92 47.542,92 30.889,66 32.457,18 169,616,65 Sumber : BPN, Kabupaten Probolinggo dalam Angka 2014

1.2 Kondisi Demografi

Penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Jumlah penduduk yang besar, disertai dengan kualitas sumber daya manusia yang baik akan mendorong peningkatan pembangunan. Sebaliknya jika jumlah penduduk yang besar dengan kualitas sumber daya manusia yang rendah, akan menghambat kemajuan pembangunan. Kabupaten Probolinggo adalah salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang memiliki memiliki jumlah penduduk yang

(5)

5 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

cukup banyak, dengan rata-rata peningkatan pertumbuhan penduduknya pertahun sekitar 100 ribu jiwa. Hasil sensus pada tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten mencapai 1.096.244 jiwa yang terdiri dari 5534.986 jiwa laki-laki dan 561.258 jiwa perempuan, dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,10%, dengan tingkat kepadatan 646 km2. Sedangkan menurut hasil registrasi penduduk tahun 2012, jumlah penduduk Kabupaten Probolinggo tercatat sebanyak 1.230.319 jiwa, yang terdiri dari 606.013 jiwa laki-laki dan 624.306 jiwa perempuan.

Tabel 1.2, menunjukkan perbandingan jumlah penduduk per kecamatan berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 dan hasil registrasi penduduk tahun 2012. Jumlah penduduk di klasifikasikan berdasarkan lokasi kecamatan yaitu kecamatan yang terletak di dataran tinggi, tengah dan dataran rendah/pesisir.

Jika dilihat secara sosial budaya, sebagian besar masyarakat Kabupaten Probolinggo berasal dari budaya agraris yang mengandalkan mata pecaharian sebagai nelayan dan petani, hal tersebut dapat dilihat bahwa pertumbuhan penduduk lebih banyak kearah dataran rendah/pesisir. Tetapi jika dilihat pergeseran jumlah penduduk, dimana peringkat kedua adalah jumlah penduduk dataran rendah, secara tidak langsung hal tersebut menunjukkan pergeseran masyarakat agraris ke masyarakat urbanisasi.

Ditinjau dari tingkat kepadatan penduduk, maka daerah dataran rendah/pesisir adalah daerah yang paling padat. Luas daerah dataran rendah/pesisir adalah 28.837,67 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 416.530 jiwa. Kecamatan terpadat di daerah dataran rendah/pesisir adalah Kecamatan Kraksaan dengan luas daerah 3.779,75 km2 dengan jumlah penduduk 72.051 Jiwa. Daerah tengah adalah daerah terpadat kedua di Kabupaten Probolinggo, dengan total luas daerah 46.818,57 km2 dengan jumlah penduduk 489.111 jiwa. Kecamatan terpadat di dataran menengah adalah Kecamatan Sumberasih, dengan luas 3.025,41 km2 dan jumlah penduduk 66.504 jiwa. Sedangkan daerah dataran tinggi, merupakan daerah yang paling luas di Kabupaten Probolinggo yaitu 93.960,41 km2, tetapi jumlah penduduknya tidak terlalu padat yaitu 324.678 jiwa.

(6)

6 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

Tabel 1.2

Jumlah Penduduk Kabupaten Probolinggo Berdasarkan Hasil Registrasi Tahun 2012 dan Sensus Tahun 2010

No Kecamatan Luas Daerah

(Km2) Hasil registrasi

2012 Hasil Sensus 2010 Wilayah Dataran Tinggi

1 Gading 14.684,64 56.069 48.113

2 Tiris 16.566,69 78.024 63.404

3 Kuripan 6.674,76 31.963 29.254

4 Krucil 20.252,66 63.151 52.368

5 Sukapura 10.208,53 21.136 19.571

6 Pakuniran 11.385,00 47.167 42.244

7 Sumber 14.188,13 27.168 26.138

Wilayah Dataran Menengah

8 Wonomerto 4.566,84 48.827 38.569

9 Bantaran 4.212,83 45.721 40.641

10 Leces 3.680,97 62.417 54.703

11 Tegalsiwalan 4.173,56 37.966 36.221

12 Maron 5.139,27 69.164 61.864

13 Banyuanyar 4.569,63 58.868 52.206

14 Krejengan 3.442,84 42.456 38.036

15 Lumbang 9.271,00 32.916 31.015

16 Besuk 3.503,63 51.628 45.658

17 Kotaanyar 4.258,00 39.148 35.131

Wilayah Dataran Rendah dan Pesisir

18 Sumberasih 3.025,41 66.504 59.479

19 Tongas 7.795,20 70.784 63.623

20 Dringu 3.113,54 56.484 50.737

21 Gending 3.661,48 44.219 39.098

22 Paiton 5.327,94 70.975 68.914

23 Pajarakan 2.134,35 35.513 33.667

24 Kraksaan 3.779,75 72.051 65.590

Sumber : Profil Kabupaten Probolinggo, 2013.

Jumlah keluarga di tiap-tiap kecamatan di Kabupaten Probolinggo berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.3 di bawah ini. Berdasarkan Tabel 1.3, secara rata-rata jumlah keluarga terbanyak berada di daerah dataran rendah/pesisir yaitu sekitar 14.371 keluarga, selanjutnya daerah terbanyak kedua adalah daerah tengah dengan jumlah keluarga 12.614 keluarga. Sedangkan jumlah keluarga yang terendah adalah daerah dataran tinggi, sekitar 10.898 keluarga. Untuk daerah tengah

(7)

7 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

jumlah keluarga terbanyak berada Kecamatan Kraksaan, hal tersebut disebabkan Kecamatan Kraksaan merupakan pusat kota bagi Kabupaten Probolinggo, sehingga mendorong penduduk untuk tinggal di daerah tersebut.

Tabel 1.3

Jumlah Keluarga Kabupaten Probolinggo Per Kecamatan Tahun 2012 No Kecamatan Jumlah

Keluarga Pra Sejatera

Sejahtera

I II III III Plus Wilayah Dataran Tinggi

1 Gading 17.144 5.740 4.318 4.726 2.054 306

2 Tiris 19.796 6.878 6.691 4.379 1.587 261

3 Kuripan 8.695 3.265 2.604 1.306 1.500 20

4 Krucil 14.574 7.292 4.319 2.279 651 33

5 Sukapura 6.273 876 1.111 1.900 2.377 9

6 Pakuniran 14.480 9.718 2.571 1.461 617 113

7 Sumber 8.361 2.327 4.553 1.170 292 19

Wilayah Dataran Menengah

8 Wonomerto 11.524 1.499 3.308 3.270 3.416 31 9 Bantaran 13.416 3.765 2.933 2.870 3.810 38 10 Leces 16.061 2.279 3.547 6.919 2.795 521 11 Tegalsiwalan 11.461 2.965 2.936 3.780 1.562 218 12 Maron 20.118 8.291 3.489 2.241 5.724 373 13 Banyuanyar 16.830 4.223 4.913 4.533 2.446 715 14 Krejengan 13.355 3.964 3.244 4.215 1.666 266 15 Lumbang 10.627 2.210 2.754 4.164 1.247 252

16 Besuk 15.572 8.895 2.862 2.135 1.615 65

17 Kotaanyar 12.328 7.453 2.518 1.275 928 154 Wilayah Dataran Rendah dan Pesisir

18 Sumberasih 18.066 3.347 4.953 2.413 7.031 322 19 Tongas 19.662 4.780 8.904 4.489 1.268 221 20 Dringu 15.200 2.104 2.584 3.472 6.238 802 21 Gending 11.683 2.859 2.217 1.981 3.847 779 22 Paiton 19.552 9.187 4.647 3.729 1.829 160 23 Pajarakan 9.788 3.360 2.774 1.987 1.372 295 24 Kraksaan 21.697 5.046 5.526 4.947 5.290 888 Sumber : Profil Kabupaten Probolinggo, 2013.

Sebagai pusat kota, kegiatan perekonomian banyak berputar di daerah tersebut, dapat dipahami jika pertumbuhan penduduk daerah tersebut lebih cepat daripada daerah lainnya, karena daya tarik secara ekonomi sangat tinggi.

(8)

8 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

Ditinjau dari Tabel 1.3, Kecamatan yang memiliki jumlah keluarga terkecil adalah daerah Sukapura, yaitu 6.273 atau sekitar 1,8 persen dari seluruh jumlah keluarga di Kabupaten Probolinggo. Kecamatan Sukapura merupakan daerah dataran tinggi yang terletak di lereng Gunung Bromo.

Sukapura merupakan daerah yang sering kali dilintasi untuk menuju Taman nasional Bromo Tengger. Sebagai kecamatan terakhir sebelum mencapai Gunung Bromo, maka daya tarik daerah tersebut sebagai tempat pemukiman lebih kecil di bandingkan dengan daerah dataran rendah/pesisir atau daerah tengah, yang lebih menguntungkan secara ekonomi misalnya ketersediaan sarana transportasi, telekomunikasi dan sarana publik lainnya.

Dari data diatas menunjukkan jumlah keluarga pra sejahtera terbanyak berada di daerah Pakuniran (wilayah tinggi), sebanyak 9.718 keluarga atau 8,65 persen dari total jumlah keluarga pra sejahtera di Kabupaten Probolinggo.

Sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah keluarga pra sejahtera 2 terkecil adalah Kecamatan Sukapura (wilayah dataran tinggi), yaitu 876 keluarga atau 0,78 persen dari jumlah keluarga pra sejahtera secara keseluruhan.

Keluarga yang digolongkan dalam pra-sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan minimal: sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan, yaitu keluarga yang tidak dapat memenuhi minimal satu ketentuan berikut:

1. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih,

2. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja atau sekolah dan bepergian,

3. Rumah yang ditempati keluarga memiliki atap, lantai dan dinding yang baik, 4. Bila ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke sarana kesehatan,

5. Bila pasangan usia subur ingin ber-KB, pergi ke sarana pelayanan kontrasepsi, dan

6. Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga tersebut bersekolah.

(9)

9 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

1.3 Kondisi Sosial

Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan manusia serta menjadi dasar bagi pembangunan dibidang lainnya. Manusia yang sehat merupakan prasyarat untuk mewujudkan people centered development. Berdasarkan hal itu, maka kesehatan harus mendapat prioritas dalam program-progam pembangunan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Tetapi penanganan masalah kesehatan bukan hanya tanggung jawab dari sektor kesehatan saja, tetapi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Upaya peningkatan kesehatan bukan semata membangun fasilitas kesehatan, namun perlu diiringi dengan kualitas pelayanan kesehatan yang baik.

Tabel 1.4

Jumlah Bayi lahir, Bayi Berat Badan Rendah (BBLR) dan Bergizi Buruk di Kabupaten Probolinggo

Tahun Bayi Lahir BBLR Gizi Buruk

2010 18445 615 48

2011 18613 714 63

2012 18502 973 77

Sumber : Profil Kabupaten Probolinggo 2013.

Dalam mencapai Milinieum Development Goals (MDGs) telah dicantumkan beberapa aspek kesehatan yaitu Menurunkan angka kematian anak, Meningkatkan kesehatan ibu, dan Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya. Berdasarkan tujuan MDGs tersebut, maka kesehatan ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian khusus. Di Kabupaten Probolinggo angka kelahiran bayi cenderung menurun, tetapi angka bayi lahir dengan berat badan rendah serta bayi bergizi buruk terus meningkat.

Berdasarkan tabel diatas jumlah bayi dengan berat badan rendah di Kabupaten Probolinggo selama tiga tahun terakhir, yaitu dari tahun 2010 sampai dengan 2012 cenderung meningkat. Persentase bayi dengan berat badan rendah terhadap bayi lahir pada tahun 2010 sebesar 3,33 persen, meningkat pada tahun 2011 menjadi 3,83 persen dan 5,26 persen pada tahun

(10)

10 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

2012. Persentase jumlah bayi gizi buruk terhadap kelahiran bayi pertahunnya cenderung meningkat. Pada tahun 2010 persentase bayi gizi buruk terhadap kelahiran bayi sekitar 0,26 persen, meningkat menjadi 0,34 persen pada tahun 2011 dan persentasenya kembali meningkat tahun 2012 menjadi 0,42 persen.

Gizi merupakan Faktor penting untuk meningkatkan kesehatan bayi atau balita. bayi atau balita yang mengalami gizi kurang atau buruk dapat berdampak pada kematian. Gizi buruk merupakan suatu keadaan kurang gizi tingkat berat yang dapat disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari, dan terjadi dalam waktu yang cukup lama.

Selain terhadap bayi dan balita, asupan gizi juga diperlukan bagi ibu hamil.

Ketercukupan gizi bagi ibu hamil diharapkan dapat mengurangi berbagai macam resiko selama kehamilan sampai dengan proses melahirkan. Disamping itu, dengan jumlah gizi yang cukup maka potensi kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah akan berkurang. Jumlah gizi buruk dan ibu hamil dengan kurang energi kronis (KEK) pada tingkat kecamatan cukup beragam.

Berdasarkan Tabel 1.5, jumlah bayi dengan gizi buruk terbanyak pada tahun 2012 ada di Kecamatan Pakuniran dengan 14 anak, sedangkan peringkat kedua adalah Kecamatan Gading dan Kecamatan Banyuanyar sebanyak 8 anak.

Untuk jumlah ibu hamil yang kekurangan energi kronis, terbanyak berada di Kecamatan Gading berjumlah 183 orang. Terbanyak kedua berada di Kecamatan Maron 165 orang. Berdasarkan pada data tersebut, maka Kecamatan Gading perlu mendapatkan perhatian khusus, karena di kecamatan tersebut banyak ditemukan kasus bayi kurang gizi dan ibu hamil dengan kekurangan energi kronis dibandingkan kecamatan lainnya.

Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduknya. Untuk mencapai hal tersebut perlu ditunjang ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, baik dari sisi kuantitas maupun kualitasnya. Berdasarkan data tahun 2005, jumlah TK sebanyak 96 buah, jumlah SD sebanyak 206 buah, jumlah SMP sebanyak 25 buah, jumlah SMU sebanyak 12 buah, dan SMK sebanyak 6 buah. Selain itu terdapat 4 buah SMP terbuka dengan tenaga guru sebanyak 59 orang.

(11)

11 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

Tabel 1.5

Jumlah bayi Gizi Buruk dan Jumlah Ibu Hamil Dengan Kurang Energi Kronis per Kecamatan di Kabupaten Probolinggo

No Kecamatan Gizi Buruk KEK

Dataran Tinggi

1 Gading 8 183

2 Tiris - 30

3 Kuripan - 27

4 Krucil 3

5 Sukapura 1 4

6 Pakuniran 14 70

7 Sumber 7

Wilayah Dataran Menengah 8 Wonomerto 2 59

9 Bantaran 6 42

10 Leces 3 52

11 Tegalsiwalan - 8

12 Maron 6 165

13 Banyuanyar 8 52

14 Krejengan 2 41

15 Lumbang 2 6

16 Besuk 4 35

17 Kotaanyar - 67

Wilayah Dataran Rendah dan Pesisir 18 Sumberasih 3 60

19 Tongas 5 74

20 Dringu 5 40

21 Gending 3 24

22 Paiton - 81

23 Pajarakan 1 52

24 Kraksaan 1 85 Sumber : Profil Kabupaten Probolinggo 2013.

Jumlah tenaga pendidik/guru untuk TK sebanyak 330 orang guru, SD sebanyak 1.320 orang, SMP sebanyak 431 orang guru, SMU sebanyak 213 orang guru, dan SMK sebanyak 120 orang guru. Jumlah murid SD merupakan jumlah murid yang paling banyak dibandingkan dengan jumlah murid pada jenjang pendidikan lainnya. Pada tingkat SD jumlah murid sebanyak 28.514 siswa, pada tingkat SMP jumlah murid sebanyak 6.804 siswa, tingkat SMU dan SMK masing-masing sebanyak 2.290 dan 6.804 siswa.

(12)

12 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

Jumlah sekolah Jumlah Guru

TK SD SMP SMU SMK

Jumlah siswa pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi menunjukkan penurunan dibandingkan jenjang pendidikan dibawahnya, hal ini menunjukkan kemungkinan adanya siswa yang mengalami putus sekolah. Resiko putus sekolah paling besar pada jenjang pendidikan SD, hal ini terlihat dari penurunan jumlah siswa yang cukup signifikan siswa SD dari 28.514 menjadi 6.804 pada tingkat SMP.

Rasio jumlah siswa tehadap guru, masing-masing memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Rasio terbesar dari jumlah siswa dan guru terdapat pada jenjang pendidikan SD yaitu sebesar 21,60 persen atau seorang guru memiliki 22 siswa, disusul jejang pendidikan SMP dengan rasio siswa dan guru sebesar 15,79 persen. Sedangkan rasio siswa dan guru yang paling kecil pada tingkat pendidikan SMK yaitu sebesar 10,82 persen.

Disamping itu terdapat sarana pendidikan yang dikelola oleh Departemen Agama, yaitu terdapat 6 (enam) Raudatul Athfal/Bustanul Athfal, 1 (satu) Madrasah Diniyah, 9 (sembilan) Madrasah Ibtidaiyah, 21 (duapuluh satu) Madrasah Tsanawiyah, dan 8 (delapan) Madrasah Aliyah yang tersebar di seluruh Kabupaten Probolinggo.

Gambar 1.2

Jumlah Sekolah dan Guru Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Sumber: diolah, Profil Kabupaten Probolinggo 2013.

(13)

13 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

14.82

21.60 15.79

13.71

10.82

TK SD SMP SMU SMK

Pada bidang kesehatan menitikberatkan pada pelayanan kesehatan yang merata dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan menjadi aspek penting dalam upayan peningkatan pelayanan kesehatan tersebut. Selain terdapat 1 (satu) RSUD Amanah Husada, di Kabupaten Probolinggo terdapat 8 (delapan) buah Puskesmas, 45 (empat puluh lima) buah Puskesmas Pembantu, 2 (dua) Balai Pengobatan.

Disamping penyediaan sarana kesehatan, perlu ditunjang tenaga medis yang memadai. Di Kabupaten Probolinggo terdapat 26 dokter umum, 8 orang dokter gigi, dan seorang dokter spesialis. Sedangkan tenaga penunjang kesehatan lain, yaitu 149 perawat, 71 bidan, dan 208 dukun bayi. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan mencatat bahwa keluhan yang paling tinggi adalah infeksi pada saluran pernafasan atau ISPA, yaitu sebanyak 24,36 persen dari seluruh keluhan kesehatan di Kabupaten Probolinggo.

1.4 Keadaan Ekonomi

Struktur perekonomian dapat diartikan sebagai distribusi dari masingmasing komponen yang membentuk ekonomi suatu wilayah dan disajikan dalam bentuk persentase. Perubahan struktur perekonomian terjadi

Sumber: diolah , Profil Kabupaten Probolinggo 2013.

Gambar 1.3

Rasio Siswa dan Guru Berdasarkan Jenjang Pendidikan

(14)

14 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

karena perubahan struktur dan corak kegiatan ekonomi akibat pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu wilayah. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan struktur suatu daerah adalah:

1. Perubahan permintaan domestik yang disebabkan oleh kombinasi antara peningkatan pendapatan riil per kapita dan perubahan selera masyarakat.

2. Perubahan penggunaan teknologi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

3. Penemuan material-material baru untuk produksi.

Struktur perekonomian suatu wilayah dapat diketahui dengan mengklasifikasikan sektor ekonomi dalam tiga sektor, yaitu:

1. Sektor Primer (Agriculture),

Kegiatan ekonomi yang membudidayakan sumber daya alam secara langsung tanpa ada proses pengelolahan yaitu meliputi kegiatan pertanian dan pertambangan.

2. Sektor Sekunder (Manufacture),

Kegiatan ekonomi yang mengelolah sumber daya alam menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang meliputi industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih dan bangunan.

3. Sektor Tersier (Service),

Kegiatan ekonomi yang menghasilkan jasa yang meliputi perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan, jasa perusahaan, dan jasa-jasa.

Karakteristik dari struktur perekonomian di Kabupaten Probolinggo, yaitu terdapat dua sektor yang dominan yaitu sektor primer dan tersier.

Pembangunan. pada sektor pertanian diarahkan pada upaya peningkatan mutu, produksi dan pemasaran hasil pertanian serta mengembangkan usaha tani terpadu guna memantapkan swasembada pangan, memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, meningkatkan komoditi-komoditi ekspor, komoditi bahan-bahan industri dalam negeri, meningkatkan taraf hidup petani, mendorong perluasan dan pemerataan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja serta mendorong peran serta swasta untuk mengembangkan potensi pertanian.

(15)

15 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

Struktur perekonomian di Kabupaten Probolinggo telah bergeser dari sektor pertanian ke sektor perdagangan dan industri penggolahan. Walaupun demikian, sektor pertanian masih mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan karena selain untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, sektor pertanian merupakan penyedia bahan baku untuk keperluan sektor perdagangan dan sektor industri. Oleh sebab itu pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan produksi pertanian karena diharapkan akan meningkatkan perekonomian masyarakat dan akan memacu pertumbuhan ekonomi daerah.

Banyak pihak yang memberikan penilaian bahwa selain terdapat potensi atau prospek yang besar pada industri pertanian di Kabupaten Probolinggo, namun kendala yang dihadapi juga tidak sedikit. Sumberdaya yang siap digunakan untuk mengembangkan sektor pertanian di Kabupaten Probolinggo cukup melimpah, tetapi pola pikir masyarakat yang masih menganggap bahwa pekerjaan sebagai petani, atau bekerja di sektor pertanian merupakan profesi yang dianggap kuno atau tidak modern. Seharusnya pandangan tersebut bisa di ubah dan dihilangkan, terutama untuk generasi muda. Justru menjadi petani adalah kebanggaan.

Peran pemerintah masih kurang optimal dalam memberi kemudahan bila pemodal yang berniat untuk mengembangkan dan membangun industri pertanian di Kabupaten Probolinggo, karena bagaimanapun juga petani adalah sektor penting yang punya peran besar untuk memajukan pembangunan di Kabupaten Probolinggo. Secara tidak langsung kita bisa memenuhi kebutuhan beras dalam wilayah sendiri ataupun bisa mendistribusikan kasil pertanian ke luar daerah sekitar Probolinggo. Menjadi daerah mandiri akan membantu Pemerintah Daerah untuk tidak mengimpor beras dari Negara lain, dana untuk impor beras bisa dialokasikan ke kebutuhan yang lebih mendesak. Misalnya untuk pendidikan anak-anak jalanan ataupun untuk pengobatan masyarakat miskin. Distribusi persentase sektoral terhadap produk domestic regional bruto (PDRB) Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(16)

16 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

Tabel 1.6

Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Harga Konstan 2000

No Sektor 2010 2011 2012

1 Pertanian 35,09 33,77 32,49

2 Pertambangan dan penggalian 1,27 1,22 1,18

3 Industri pengolahan 17,98 18,01 18,10

4 Listrik, gas dan air bersih 0,75 0,75 0,75

5 Konstruksi 1,63 1,64 1,67

6 Perdagangan, hotel dan restoran 23,72 24,57 25,44

7 Pengangkutan dan komunikasi 6,70 7,11 7,40

8 Keuangan, persewaan dan jasa financial 4,79 4,90 5,01

9 Jasa- jasa 8,07 8,02 7,96

Sumber: diolah, Profil Kabupaten Probolinggo 2013.

Tabel diatas menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor unggulan bagi Kabupaten Probolinggo, meskipun distribusinya semakin lama semakin menurun. Pada tahun 2010 distribusi sektor pertanian terhadap PDRB sebesar 35,09 persen, turun menjadi 33,77 persen pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 kembali mengalami penurunan menjadi 32,49 persen. Selain sektor pertanian, sektor yang memberikan kontribusi terbanyak ke dua pada PDRB adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kontribusi sektor tersebut semakin lama semakin meningkat, pada tahun 2010 persentase sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap PDRB sebesar 23,72 persen, meningkat menjadi 24,57 persen pada tahun 2011 dan pada tahun kembali meningkat sebesar 25,44 persen. Sektor perdangangan, hotel dan restoran dapat berkembang pesat di Kabupaten Probolinggo, karena dampak pertumbuhan pariwisata dan Probolinggo merupakan jalur penghubung antara jalur utara dan selatan menuju ujung Timur pulau Jawa atau menuju Bali.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah keseluruhan nilai tambah yang timbul akibat terjadinya aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah. Oleh karena itu, besaran PDRB dalam periode tertentu sering digunakan sebagai indikator di dalam menilai kinerja pelaku ekonomi di suatu wilayah, terutama yang berkaitan dengan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya yang ada. Gambar 1.4 dibawah ini menunjukkan perkembangan PDRB Kabupaten Probolinggo dari tahun 2005 s./d. 2012.

(17)

17 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

0 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000 8000000

PDRB

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Gambar 1.4

Perkembangan Produk Domestik Bruto Kabupaten Probolinggo dalam Harga Konstan Tahun 2005 -2012

Sumber: diolah, Profil Kabupaten Probolinggo 2013.

Tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Probolinggo secara umum ditentukan oleh faktor-faktor lokal seperti sumber daya manusia, teknologi, permodalan dan kewirausahaan. Sering adanya berbagai kebijakan moneter dan fiskal yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan berbagai kebijakan pembangunan daerah yang cukup terkendali, membawa dampak yang positif bagi perkembangan perekonomian daerah Kabupaten Probolinggo. Secara keseluruhan dari tahun ke tahun PDRB Kabupaten Probolinggo selalu meningkat. Pada tahun 2005 PDRB Probolinggo Rp 5.126.680,92 Juta meningkat menjadi Rp 5.418.554,86 pada tahun 2006. Tujuh tahun kemudian pada tahun 2012 PDRB Kabupaten probolinggo meningkat sebanyak Rp 2.223.510,69 juta menjadi Rp 7.642.065,55 juta dengan tingkat pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 5,57 persen.

1.5 Kondisi Pertanian

Sebagai Kabupaten yang berbasis agraris, maka sektor pertanian adalah sektor yang memiliki keunggulan kompetitif. Sektor pertanian merupakan sektor andalan, bagi Kabupaten Probolinggo terutama pada subsektor tanaman bahan

(18)

18 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

makanan seperti jagung, padi, bawang merah, mangga, dan anggur. Selain subsektor tanaman bahan makanan, subsektor kehutanan juga memiliki keunggulan kompetitif. Subsektor kehutanan mencakup penebangan kayu dan pemburuan.

Produksi padi di Kabupaten Probolinggo selalu meningkat setiap tahunnya, meskipun telah terjadi pergeseran struktur perekonomian dan berkurangnya jumlah lahan pertanian. Pada tahun 2010 jumlah produksi padi sebanyak 304.890 Ton, pada tahun 2011 meningkat menjadi 308.371 ton dan kembali meningkat menjadi 316.423 ton pada tahun 2012.

Mangga merupakan salah satu produk unggulan Kabupaten Probolinggo.

Produksi mangga dalam tiga tahun terakhir mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 produksi mangga sebesar 30.383,63 ton, meningkat menjadi 75.714,65 ton, tetapi pada tahun 2012 terjadi penurunan produksi mangga yang cukup banyak, sehingga jumlah produksi hanya mencapai 53.949,95 ton. Tabel di bawah ini menunjukkan jumlah produksi padi dan mangga per kecamatan di Kabupaten Probolinggo pada tahun 2013.

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa semua kecamatan di Kabupaten Probolinggo menanam padi dan mangga. Kecamatan yang menghasilkan produksi padi terbanyak adalah Kecamatan Gading, yaitu sebanyak 36.901 ton. Tetapi meskipun Kecamatan Gading merupakan penghasil padi terbanyak, tetapi produkstivitasnya rendah. Produkvitas tertinggi berada pada Kecamatan Paiton yang mencapai 69,96 kwintal /hektar, sedangkan Kecamatan Gading hanya 52,93/hektar.

Tabel 1.7

Jumlah Produksi Padi dan Mangga Per Kecamatan Kabupaten Probolinggo Pada Tahun 2013

No Kecamatan Prod Padi (Ton) Mangga (Ton)

Dataran Tinggi

1 Gading 36.901 5.335

2 Tiris 12.687 49

3 Kuripan 3.932 2.300

4 Krucil 8.898 47

5 Sukapura 238 50

6 Pakuniran 13.137 17.419

7 Sumber 121 322

(19)

19 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

Wilayah Dataran Menengah

8 Wonomerto 4.978 2.099

9 Bantaran 4.910 1.588

10 Leces 6.465 2.830

11 Tegalsiwalan 7.324 2.006

12 Maron 24.510 790

13 Banyuanyar 16.443 3.943

14 Krejengan 31.869 737

15 Lumbang 12.918 6.207

16 Besuk 31.695 1.095

17 Kotaanyar 10.679 375

Wilayah Dataran Rendah dan Pesisir

18 Sumberasih 9.320 393

19 Tongas 18.177 2.705

20 Dringu 2.554 1.280

21 Gending 8.399 492

22 Paiton 16.992 1.540

23 Pajarakan 14.313 160

24 Kraksaan 18.965 189

Sumber: Profil Kabupaten Probolinggo, 2013.

Tabel 1.7 diatas juga menunjukkan kecamatan yang menghasilkan mangga terbanyak. Produksi mangga terbanyak dihasilkan oleh Kecamatan Pakuniran, yaitu sebanyak 17.419 ton dengan jumlah tanaman mangga yang menghasilkan sebanyak 225.750 pohon. Tetapi produktivitas tertinggi dicapai oleh Kecamatan Maron dengan hasil 171,15 kg/pohon.

(20)

20 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

BAB 2

KONDISI KEMISKINAN KABUPATEN PROBOLINGGO

A. Karakteristik Wilayah Miskin

Berdasarkan data pendataan program perlindungan social (PPLS) tahun 2011 jumlah rumah tangga miskin (RTM) di Kabupaten Probolinggo sebanyak 175.447 yang tersebar di 24 kecamatan, sedangkan jumlah individu meliputi 567.064 jiwa. Hasil registrasi pendataan penduduk tahun 2012, jumlah penduduk Kabupaten Probolinggo sebanyak 1.230.319 jiwa, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 346.263 rumah tangga. Berdasarkan data tersebut, menunjukkan bahwa rasio jumlah kemiskinan di Kabupaten Probolinggo hampir mendekati 50 persen. Untuk jumlah penduduk rasio kemiskinan sebesar 46,09 persen, sedangkan rasio jumlah rumah tangga sebesar 50,67 persen. Sebaran penduduk miskin di Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbesar di Kabupaten Probolinggo terletak pada Kecamatan Tiris dengan jumlah penduduk sebesar 78.024 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat pada Kecamatan Sukapura dengan penduduk sebesar 21.136 jiwa. Sementara jumlah rumah tangga terbesar adalah Kecamatan Kraksaan dengan 21.697 rumah tangga, dan Kecamatan Sukapura dengan jumlah rumah tangga sebesar 6.273.

Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa jumlah keluarga di Kecamatan Kraksaan lebih kecil dibandingkan jumlah keluarga di Kecamatan Tiris.

Berdasar data PPLS 2011, kecamatan dengan jumlah penduduk miskin paling besar adalah Kecamatan Tiris dengan jumlah penduduk miskin sebesar 41.201 jiwa (12.690 rumah tangga miskin). Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk paling kecil adalah Kecamatan Sukapura dengan jumlah penduduk miskin sebesar 7.577 jiwa (2.291 rumah tangga miskin).

(21)

21 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

Tabel 2.1

Sebaran Penduduk dan Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Probolinggo Menurut Kecamatan

Kel. Kecamatan Jumlah

Penduduk

Jumlah Pddk

Miskin Jumlah RT Jumlah RT Miskin Dataran Tinggi

1 Gading 56.069 28.431 17.144 8.805

2 Tiris 78.024 41.201 19.796 12.690

3 Kuripan 31.963 21.048 8.695 5.810

4 Krucil 63.151 35.753 14.574 10.193

5 Sukapura 21.136 7.577 6.273 2.291

6 Pakuniran 47.167 22.398 14.480 7.156

7 Sumber 27.168 14.645 8.361 4.436

Wilayah Dataran Menengah

8 Wonomerto 48.827 17.101 11.524 5.579

9 Bantaran 45.721 22.729 13.416 6.020

10 Leces 62.417 25.076 16.061 6.676

11 Tegalsiwalan 37.966 16.942 11.461 5.044

12 Maron 69.164 34.582 20.118 11.331

13 Banyuanyar 58.868 27.139 16.830 8.865

14 Krejengan 42.456 21.905 13.355 6.922

15 Lumbang 32.916 20.491 10.627 5.873

16 Besuk 51.628 25.765 15.572 8.670

17 Kotaanyar 39.148 21.320 12.328 7.366

Wilayah Dataran Rendah dan Pesisir

18 Sumberasih 66.504 28.063 18.066 8.443

19 Tongas 70.784 34.166 19.662 10.795

20 Dringu 56.484 18.774 15.200 5.540

21 Gending 44.219 17.823 11.683 5.800

22 Paiton 70.975 24.383 19.552 8.910

23 Pajarakan 35.513 13.887 9.788 4.495

24 Kraksaan 72.051 25.865 21.697 7.737

Jumlah 1.230.319 567.064 346.263 175.447 Sumber: diolah, Data BPS 2013 dan PPLS 2011.

Berdasarkan rasio antara jumlah penduduk miskin terhadap jumlah penduduk keseluruhan, kecamatan dengan dengan rasio jumlah penduduk miskin terbesar adalah Kecamatan Kuripan dengan rasio 65,85 persen.

Sedangkan rasio rumah tangga miskin terbesar adalah Kecamatan Krucil dengan rasio sebesar 69,94 persen. Kedua kecamatan tersebut (Kecamatan Kuripan dan Krucil) berada pada wilayah dataran tinggi di Kabupaten Probolinggo.

(22)

21 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

Krucil Tiris

Gading

Sumber Sukapura

Lumbang Tongas

Pakuniran Paiton

Kuripan

Maron

Leces

Besuk

Kota Anyar

Tegal Siwalan Gending

Bantaran

Dringu

Wonomerto

Kraksaan

Krejengan Sumber Asih

Banyu Anyar

Pajarakan

S e l a t M a d u r a

ANG

KAB. JEMBER KAB. LUMAJANG

KAB. SITUBOND KAB. PASURUAN

KOTA PROBOLINGGO PASURUAN

5'00" 8°5'00"

00'00" 8°00'00"

55'00" 7°55'00"

50'00" 7°50'00"

45'00" 7°45'00"

112°56'00"

112°56'00"

113°3'00"

113°3'00"

113°10'00"

113°10'00"

113°17'00"

113°17'00"

113°24'00"

113°24'00"

113°31'00"

113°31'00"

113°38'00"

113°38'00"

PETA N

4 0 4 Miles

KETERANGAN:

SEBARAN RUMAH TANGGA MISKIN KABUPATEN PROBOLINGGO

Rasio Rumah Tangga Miskin 56.23 - 63.08 Rasio Rumah Tangga Miskin 49.38 - 56.22 Rasio Rumah Tangga Miskin 42.52 - 49.37 Rasio Rumah Tangga Miskin 35.66 - 42.51

Rasio Rumah Tangga Miskin 63.09 - 69.94

(23)

22 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

bila dilihat dari rasio penduduk miskin pada masing-masing kelompok wilayah, berdasarkan data PPLS 2011 memiliki rasio yang berbeda-beda. Untuk wilayah dataran tinggi, rasio rata-rata jumlah penduduk miskin sebesar 52,68 persen, untuk dataran menengah sebesar 47,65 persen, dan wilayah dataran rendah/pesisir sebesar 39,12 persen. Sedangkan rasio rata-rata jumlah rumah tangga miskin, untuk wilayah dataran tinggi sebesar 57,52 persen, dataran menengah 51,20 persen, dan wilayah rendah/pesisir sebesar 44,72 persen.

Gambar 2.1

Rasio Jumlah Penduduk Miskin dan Jumlah Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Kelompok Wilayah

Sumber: diolah, Data PPLS 2011.

Berdasarkan gambar tersebut, wilayah dataran tinggi memiliki rasio rata- rata penduduk miskin lebih besar dibandingkan dengan dataran menengah dan dataran rendah/pesisir. Sedangkan dataran menengah, memiliki rasio penduduk miskin yang lebih besar dibandingkan dengan wilayah dataran rendah/pesisir, atau wilayah dataran rendah/pesisir memiliki rasio jumlah penduduk miskin paling kecil.

Bagian Dataran Tinggi, yang merupakan rasio dengan jumlah penduduk miskin rata-rata paling tinggi memiliki variasi yang berbeda-beda. Kecamatan paling tinggi rasio penduduk miskin adalah Kecamatan Kuripan dengan rasio sebesar 65,85 persen, sedangkan rasio terkecil pada Kecamatan Sukapura

(24)

23 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

dengan rasio sebesar 35,85 persen. Kecamatan Sukapura juga merupakan kecamatan pada bagian dataran tinggi dengan rasio jumlah RT miskin paling kecil, yaitu sebesar 36,52 persen. Kecamatan dengan rasio jumlah RT miskin paling besar adalah Kecamatan Krucil dengan rasio sebesar 69,94 persen atau hampir 70 persen.

Tabel 2.2

Rasio Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Probolinggo Menurut Kecamatan

Kel. Kecamatan Rasio Jumlah

Penduduk Miskin Rasio Jumlah Rumah Tangga Miskin Dataran Tinggi

1 Gading 50.71 51.36

2 Tiris 52.81 64.10

3 Kuripan 65.85 66.82

4 Krucil 56.62 69.94

5 Sukapura 35.85 36.52

6 Pakuniran 47.49 49.42

7 Sumber 53.91 53.06

Rata-rata 52.68 57.52

Wilayah Dataran Menengah

8 Wonomerto 35.02 48.41

9 Bantaran 49.71 44.87

10 Leces 40.17 41.57

11 Tegalsiwalan 44.62 44.01

12 Maron 50.00 56.32

13 Banyuanyar 46.10 52.67

14 Krejengan 51.59 51.83

15 Lumbang 62.25 55.26

16 Besuk 49.91 55.68

17 Kotaanyar 54.46 59.75

Rata-rata 47.65 51.20

Wilayah Dataran Rendah dan Pesisir

18 Sumberasih 42.20 46.73

19 Tongas 48.27 54.90

20 Dringu 33.24 36.45

21 Gending 40.31 49.64

22 Paiton 34.35 45.57

23 Pajarakan 39.10 45.92

24 Kraksaan 35.90 35.66

Rata-rata 39.12 44.72

Rata-rata Total 46.48 51.14

Sumber: diolah, Data BPS 2013 dan PPLS 2011.

(25)

24 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

Krucil Tiris

Gading

Sumber Sukapura

Lumbang Tongas

Pakuniran Paiton

Kuripan

Maron

Leces

Besuk

Kota Anyar

Tegal Siwalan Gending

Bantaran

Dringu

Wonomerto

Kraksaan

Krejengan Sumber Asih

Banyu Anyar

Pajarakan S e l a t M a d u r a

ANG

KAB. JEMBER KAB. LUMAJANG

KAB. SITUBOND KAB. PASURUAN

KOTA PROBOLINGGO PASURUAN

8°5'00" 8°5'00"

8°00'00" 8°00'00"

7°55'00" 7°55'00"

7°50'00" 7°50'00"

7°45'00" 7°45'00"

112°56'00"

112°56'00"

113°3'00"

113°3'00"

113°10'00"

113°10'00"

113°17'00"

113°17'00"

113°24'00"

113°24'00"

113°31'00"

113°31'00"

113°38'00"

113°38'00"

PETA N

4 0 4 Miles

KETERANGAN:

Rasio Rumah Tangga Miskin 35.66 Rasio Rumah Tangga Miskin 36.45 Rasio Rumah Tangga Miskin 45.57 Rasio Rumah Tangga Miskin 45.92 Rasio Rumah Tangga Miskin 46.73 Rasio Rumah Tangga Miskin 49.64 Rasio Rumah Tangga Miskin 54.90

SEBARAN RUMAH TANGGA MISKIN BLOK WILAYAH PESISIR KABUPATEN PROBOLINGGO

(26)

25 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

Krucil Tiris

Gading

Sumber Sukapura

Lumbang Tongas

Pakuniran Paiton

Kuripan

Maron

Leces

Besuk

Kota Anyar

Tegal Siwalan Gending

Bantaran

Dringu

Wonomerto

Kraksaan

Krejengan Sumber Asih

Banyu Anyar

Pajarakan S e l a t M a d u r a

ANG

KAB. JEMBER KAB. LUMAJANG

KAB. SITUBOND KAB. PASURUAN

KOTA PROBOLINGGO PASURUAN

8°5'00" 8°5'00"

8°00'00" 8°00'00"

7°55'00" 7°55'00"

7°50'00" 7°50'00"

7°45'00" 7°45'00"

112°56'00"

112°56'00"

113°3'00"

113°3'00"

113°10'00"

113°10'00"

113°17'00"

113°17'00"

113°24'00"

113°24'00"

113°31'00"

113°31'00"

113°38'00"

113°38'00"

PETA N

4 0 4 Miles

KETERANGAN:

Rasio Rumah Tangga Miskin 41.57 Rasio Rumah Tangga Miskin 44.01 Rasio Rumah Tangga Miskin 44.87 Rasio Rumah Tangga Miskin 48.41

SEBARAN RUMAH TANGGA MISKIN BLOK BAGIAN TENGAH

KABUPATEN PROBOLINGGO Rasio Rumah Tangga Miskin 56.32 Rasio Rumah Tangga Miskin 55.68 Rasio Rumah Tangga Miskin 52.67 Rasio Rumah Tangga Miskin 51.83

Rasio Rumah Tangga Miskin 59.75 Rasio Rumah Tangga Miskin 49.42

(27)

26 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

Krucil Tiris

Gading

Sumber Sukapura

Lumbang Tongas

Pakuniran Paiton

Kuripan

Maron

Leces

Besuk

Kota Anyar

Tegal Siwalan Gending

Bantaran

Dringu

Wonomerto

Kraksaan

Krejengan Sumber Asih

Banyu Anyar

Pajarakan S e l a t M a d u r a

ANG

KAB. JEMBER KAB. LUMAJANG

KAB. SITUBOND

KAB. PASURUAN KOTA

PROBOLINGGO PASURUAN

8°5'00" 8°5'00"

8°00'00" 8°00'00"

7°55'00" 7°55'00"

7°50'00" 7°50'00"

7°45'00" 7°45'00"

112°56'00"

112°56'00"

113°3'00"

113°3'00"

113°10'00"

113°10'00"

113°17'00"

113°17'00"

113°24'00"

113°24'00"

113°31'00"

113°31'00"

113°38'00"

113°38'00"

PETA N

4 0 4 Miles

KETERANGAN:

Rasio Rumah Tangga Miskin 36.52 Rasio Rumah Tangga Miskin 51.36 Rasio Rumah Tangga Miskin 53.06 Rasio Rumah Tangga Miskin 55.26 Rasio Rumah Tangga Miskin 64.10 Rasio Rumah Tangga Miskin 66.82 Rasio Rumah Tangga Miskin 69.94

SEBARAN RUMAH TANGGA MISKIN BLOK DATARAN TINGGI KABUPATEN PROBOLINGGO

(28)

27 Pedum RTM Berbasis Geografis Wilayah

Dataran menengah, yang merupakan rasio dengan jumlah penduduk miskin rata-rata menengah memiliki variasi yang berbeda-beda. Kecamatan paling tinggi rasio penduduk miskin adalah Kecamatan Kotaanyar dengan rasio sebesar 54,46 persen, sedangkan rasio terkecil pada Kecamatan Wonomerto dengan rasio sebesar 35,02 persen. Kecamatan Leces merupakan kecamatan pada bagian dataran tinggi dengan rasio jumlah RT miskin paling kecil, yaitu sebesar 41,57 persen. Kecamatan dengan rasio jumlah RT miskin paling besar adalah Kecamatan Besuk dengan rasio sebesar 59,75 persen atau hampir 60 persen.

Bagian Dataran rendah/pesisir, yang merupakan rasio dengan jumlah penduduk miskin rata-rata paling kecil memiliki variasi yang berbeda-beda.

Kecamatan paling tinggi rasio penduduk miskin adalah Kecamatan Tongas dengan rasio sebesar 48,27 persen, sedangkan rasio terkecil pada Kecamatan Dringu dengan rasio sebesar 33,24 persen. Kecamatan Kraksaan merupakan kecamatan pada bagian dataran tinggi dengan rasio jumlah RT miskin paling kecil, yaitu sebesar 35,66 persen. Kecamatan dengan rasio jumlah RT miskin paling besar adalah Kecamatan Tongas (yang juga merupakan kecamatan dengan rasio jumlah penduduk miskin paling besar) dengan rasio sebesar 54,90 persen atau hampir 55 persen.

B. Karakteristik Rumah Tangga Miskin

Jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Probolinggo sebanyak 175.447 yang tersebar di 24 kecamatan berdasarkan data PPLS 2011.

Karakteristik pertama tentang RTM adalah status kesejahteraan yang merupakan kondisi tingkat kesejahteraan RTM, yang dibagi 3 (tiga) kategori;

(a) RTM dengan kondisi kesejahteraan sampai antara 11 - 20% terendah, (b) RTM dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 10% terendah, dan (c) RTM dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 21 - 30% terendah. Berdasarkan kategori tersebut maka dapat dilihat sebaran jumlah RTM pada masing-masing bagian wilayah dan kecamatan.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dengan menggunakan aplikasi program pelembutan citra dengan teknik konvolusi maka gangguan derau (noise) yang sering terjadi pada citra dapat diatasi, selain itu operasi

Toisaalta vain harvoissa puheis- sa ja diskursseissa puhuttiin vahvasti esimerkiksi sellaisista lähestymistavan perusperi- aatteista kuin kaikkien maailman ihmisten

Indikator persentase pengguna layanan yang merasa puas terhadap pemenuhan sarana dan prasarana BPS dapat dipenuhi melalui pemenuhan sarana dan prasarana BPS secara akuntabel

pelajaran Instalasi Listrik Komersial yang tidak sesuai dengan tuntutan dunia kerja, dihapus dari GBPP Kurikulum 1984 SMKTA. Sejalan dengaxi uraian pada sub bab

Kunjungan Kuliah Kerja Lapangan prodi Teknik Sipil S1 ke proyek Pembangunan Bendungan Logung Kabupaten Kudus dilaksanakan pada:2. Hari

Ada sejumlah manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang guru mengembangkan bahan ajar sendiri, yakni antara lain; pertama, diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin,

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa saya bersedia secara sukarela untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian dengan judul “Pengaruh Propolis.. Sebagai Obat Kumur