• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tekanan Darah Tinggi a. Definisi

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 28-36)

Hipertensi diambil dari bahasa inggris “Hypertension”, kata “Hypertension” itu sendiri diambil dari bahasa latin “Hyper” dan “Tension”, “Hyper” berarti super atau luar biasa dan “Tension” berarti tekanan atau tegangan. Dalam bahasa kedokteran digunakan untuk menyebut penyakit tekanan darah tinggi (Soeharto, 2004).

Menurut Budiyono (2002), hipertensi adalah penyakit dengan tanda adanya gangguan tekanan darah baik tekanan darah sistolik dan tekanan diastolik yang naik di atas ukuran tekanan darah normal. Tekanan darah sistolik (angka atas) adalah tekanan puncak yang mencapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar arteri. Tekanan darah diastolik (angka

bawah diambil ketika tekanan jatuh ketitik rendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali.

Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus-menerus sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg. Hipertensi merupakan produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan kardiak output (Setyono, 2001).

Hipertensi atau yang sering disebut dengan tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh dimana tekanan darah lebih dari normal. Hipertensi sering kali disebut dengan pembuluh gelap (silent killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai gejala-gejala dahulu sebelum serangan (Sustrany, 2004).

Definisi hipertensi pada anak dan remaja tidak dapat disebut dengan satu angka, karena nilai tekanan darah normal bervariasi pada berbagai usia.

b. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu (Mansjoer, 2001):

1) Hipertensi primer (esensial)

Merupakan suatu jenis hipertensi yang tidak diketahui dengan pasti penyebab spesifiknya, disebut juga sebagai hipertensi

idiopatik. Terdapat sekitar 90-95% kasus yang ditemukan. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi primer seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam ekresi Na dan Ca intraseluler. Dan faktor-faktor yang menyebabkan resiko hipertensi seperti, obesitas, konsumsi alkohol, merokok, dan kelainan darah (polisetamia).

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terjadi pada 5-10% yang penyebab fisiknya sudah diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit jantung, diabetes ginjal, penyakit pembuluh darah atau juga berhubungan dengan kehamilan (Susantry, 2004).

c. Tanda dan Gejala

Mayoritas tanda dan gejala pada hipertensi yaitu: 1) Sakit kepala 2) Kelelahan 3) Mual 4) Muntah 5) Sesak nafas 6) Gelisah

7) Pandangan kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.

8) Sakit tengkuk 9) Pitam atau pingsan 10) Perdarahan pada hidung 11) Wajah kemerahan 12) Pada pemeriksaan fisik,

Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).

d. Faktor Resiko

Faktor yang tidak dapat diubah antara lain: 1) Umur :

Semakin bertambahnya umur, semakin besar pula resiko terkena tekanan darah tinggi, terutama sistolik. Hal ini sebagian besar disebabkan arterisklerosis (Tempo, 2012).

2) Ras :

Remaja berkulit hitam kecenderungan lebih besar terkena tekanan darah tinggi dari pada remaja berkulit putih. Hal tersebut juga dapat muncul dengan kemungkinan lebih besar pada usia muda dan berkembang menjadi komplikasi yang parah dan lebih cepat. Perbedaan tekanan darah pada remaja

putri kulit hitam dan kulit putih dihubungkan dengan adanya perbedaan

maturitas.

3) Status sosial dan ekonomi:

Tekanan darah tinggi lebih umum pada mereka yang berpendidikan rendah dan kelompok sosial ekonomi menengah kebawah.

4) Riwayat keluarga atau keturunan:

Kecenderungan untuk mengalami tekanan darah tinggi muncul pada orang-orang yang mempunyai riwayat keluarga menderita tekanan darah tinggi. Keluarga yang mempunyai riwayat hipertensi, mempunyai kecenderungan yang besar bagi keturunannya menderita hipertensi. Sebanyak 60% penderita hipertensi didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarganya, walaupun hal ini belum dapat memastikan diagnosa hipertensi. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi lebih besar (Tjokronegoro, 2001). 5) Jenis kelamin:

Pada umunya lebih mudah terkena hipertensi pada pria karena pria lebih rentan terkena stres, kelelahan dan pola makan yang tidak terkontrol, tetapi wanita juga lebih rentan terkena hipertensi setelah masa menopause (Best Indonesi, C, 2006). Tekanan darah remaja laki-laki lebih tinggi dibanding

perempuan. Sinaiko dkk dalam penelitiannya terhadap murid SLTP di Minnesota, Minneapolis, menemukan secara signifikan tekanan darah remaja laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan.

Faktor yang dapat diubah, antara lain: 1) Kegemukan atau obesitas

Obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi. Faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan timbulnya hipertensi dikemudian hari. Belum diketahui mekanisme yang pasti yang dapat menjelaskan hubungan obesitas dengan hipertensi primer. Pada penyelidikan dibuktikan bahwa curah jantung dan volume darah sirkulasi pasien obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal dengan tekanan darah yang setara. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf, simpatis meningkat dengan aktivitas renis plasma yang rendah (Tjokronegoro, 2001).

2) Sensivitas sodium (garam)

Beberapa orang memilki kepekaan tinggi terhadap sodium (garam), dan tekanan darah mereka akan meningkat jika mereka mengkonsumsi garam. Mengurangi konsumsi garam cenderung mengurangi tekanan darah. Makanan

yang cepat saji merupakan makanan yang mengandung sodium yang cukup tinggi. Banyak obat-obatan analgesik juga mengandung sodium dalam kadar lebih rendah. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah (Tjokronegoro, 2001).

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa pengurangan konsumsi garam dapat menurunkan tekanan darah sistolik rata-rata 3-5 mmHg, dengan efek yang lebih besar pada orang tua yang menderita hipertensi berat. Namun penelitian Howe dkk terhadap remaja, tidak dapat membuktikan suatu dampak penurunan tekanan darah setelah melakukan pengurangan konsumsi garam dalam makanan. Pada remaja, sensitivitas terhadap garam/sodium muncul bersamaan dengan faktor-faktor predisposisi dan risiko hipertensi lainnya, termasuk ras, riwayat keluarga hipertensi dan obesitas, sehingga bukan merupakan suatu faktor penyebab hipertensi yang berdiri sendiri.

3) Konsumsi alkohol

Minum lebih dari satu sampai dua kali minuman alkohol perhari cenderung akan meningkatkan tekanan darah pada orang yang sensitif terhadap alkohol. Akohol dapat

mengurangi kemampua pompa jantung dan membuat pengobatan menjadi kurang efektif (Bangun, 2002).

4) Penggunaan pil kontrasepsi

Beberapa wanita yang menggunakan pil kontrasepsi meningkat resikonya terkena tekanan darah tinggi.

5) Kurangnya latihan atau aktivitas fisik

Sebuah gaya hidup tak berpindah-pindah kontribusi untuk perkembangan kegemukan dan tekanan darah.

6) Obat

Beberapa obat seperti amphetamin (stimulan), diet pil dan beberapa pil yang digunakan untuk keadaan dingin dan gejala alergi, cenderung untuk meningkatkan tekanan darah.

e. Komplikasi

Penyakit serebrovaskular dan penyakit arteri coroner merupakan penyebab kematian paling sering pada penderita hipertensi (Kumar et al, 2005). Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah: 1) Jantung

a) Hipertrofi ventrikel kiri

b) Angina atau infark miokardium c) Gagal jantung

2) Otak (strok atau Transient Ischemic Attack) 3) Penyakit ginjal kronis

4) Penyakit arteri perifer 5) Retinopati

Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanandarah pada organ, atau karena efek tidur langsung, antara lain adanya antibodi terhadap reseptor AT1 angiotensin II, stres oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide synthase, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target. Adanya kerusakan organ target, terutaman pada jantung dan pembuluh darah, akan memperburuk prognosis pasien hipertensi. Tingginya morbiditas penyakit kardiovaskular (Yogiantoro, 2006).

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 28-36)

Dokumen terkait