• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

F. Teknik Analisa Data

1. Koefisien Korelasi Product Moment

Cara untuk mengetahui adakah pengaruh variabel pendidikan dan pelatihan (variabel X) terhadap kinerja PNS (variabel Y), maka digunakan rumus Product Moment untuk mencari koefisien antara kedua variabel tersebut (Sugiyono, 2005:212). Cara ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya, dan besar kecilnya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan mentransformasikan skala ordinal terlebih dahulu menjadi skala interval. Perhitungannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

rxy =

( )( )

( ) ( )

{

2 2

}{

(

2

) ( )

2

}

− − y y n x x n y x xy n Keterangan :

r xy = angka indeks korelasi r product moment

x = variabel bebas

y = variabel terikat

n = jumlah sampel

Untuk melihat hubungan antara kedua variabel tersebut, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Koefisien korelasi yang diperoleh sama dengan nol (rxy = 0) berarti hubungan kedua

variabel yang diuji tidak ada, artinya variabel yang satu tetap meskipun yang lainnya berubah.

2. Koefisien korelasi yang diperoleh positif (rxy = +) artinya kenaikan nilai variabel yang lain dan kedua variabel memiliki hubungan positif.

3. Koefisien korelasi yang diperoleh negatif (r = - ) artinya kedua variabel negatif dan menunjukkan meningkatnya variabel yang satu diikuti menurunnya variabel yang lain.

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi, sedang atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi) digunakan penafsiran atau interpretasi angka sebagai berikut :

Tabel 2.1 Intrepetasi Koefisien Korelasi Product Moment Interval koefisien Tingkat hubungan

0,00 – 1,999 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

Jika nilai r yang diperoleh lebih besar atau sama dengan r tabel, maka nilai r yang diperoleh itu signifikan. Dan sebaliknya, apabila nilai r yang diperoleh lebih kecil dari nilai r tabel, maka nilai r yang diperoleh itu tidak signifikan.

2. Koefisien Determinant

Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa besarnya pengaruh variabel bebas (X) terhadap Variabel terikat (Y), perhitungannya dilakukan dengan mengkuadratkan nilai koefisien korelasi product moment dan dikalikan dengan 100%, maka dalam mengujinya dilakukan dengan rumus :

D = (r xy)2 x 100% Keterangan :

D = Koefisien Determinan

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Profil Dinas Sosial dan Tenaga Kerja

Dinas Tenaga Sosial dan Kerja Kota Medan adalah unsur pelaksana pemerintah kota Medan dalam pembangunan kota Medan di bidang ketenagakerjaan, bertugas melaksanakan sebahagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang ketenagakerjaan dan berfungsi merumuskan kebijakan teknis di bidang sosial dan ketenagakerjaan, penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang sosial dan ketenagakerjaan, pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang sosial dan ketenagakerjaan serta melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Secara defacto Dinas Tenaga Kerja Kota Medan telah lahir sejak diberlakukannya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. Namun¸secara dejure Dinas Tenaga Kerja Kota Medan lahir setelah ditetapkannya keputusan walikota Medan No. 59 tanggal 15 november 2001, tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Tenaga Kerja Kota Medan.

Pada tahun 2001, Dinas Tenaga Kerja Kota Medan masih berpisah dengan Kantor Sosial. Dinas Tenaga Kerja dibawahi oleh seorang kepala dinas yang memiliki tingkat eselonisasi IIb, sementara Kantor Sosial dibawahi seorang kepala kantor yang memiliki tingkat eselonisasi IIIa.

Seiring dengan berlakunya otonomi daerah, maka banyak dilakukan reformasi disegala bidang dalam Rangka pembaharuan manajemen pemerintahan. Sejak diberlakukannya PP No. 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah maka mengharuskan bahwa Kantor Sosial Kota Medan digabung ke Dinas Tenaga Kerja Kota

Pembentukan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja ini dilakukan berdasarkan Perda No.3 tahun 2009 selanjutnya perda ini dikuatkan kembali dengan adanya Peraturan Walikota Medan No.12 Tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan.

Dinas Tenaga Kerja Kota Medan dipimpin oleh seorang kepala dinas, yang membawahi satu orang kepala bidang bina social, satu orang bidang pelayanan social, satu orang bidang pembinaan dan penempatan tenaga kerja, satu orang kepala bidang hubungan industrial syarat-syarat kerja dan purna kerja, satu orang kepala bidang pengawasan ketenagakerjaan, satu orang kepala bidang pelatihan dan produktivitas, serta 18 kepala seksi, dan sekretaris yang membawahi, satu orang kepala sub bagian umum, satu orang kepala sub bagian keuangan, dan kepala sub bagian penyusunan program, dengan total jumlah sebesar 74 orang.

Dinas Tenaga Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan adalah unsur pelaksana pemerintah kota Medan dalam pembangunan Kota Medan di bidang sosial dan ketenagakerjaan, bertugas melaksanakan sebahagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang sosial kemasyarakatan dan ketenagakerjaan, berfungsi dalam hal:

a. perumusan kebijakan teknis di bidang sosial dan ketenakerjaan

b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang sosial dan

ke-tenagakerjaan

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang sosial dan ketenagakerjaan

d. pelaksanaan tugas – tugas lainnya yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

B. Visi dan Misi 1. Visi

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan sebagai organisasi mempunyai visi dan misi bersama guna memberikan energi, komitmen, dan antusiasme yang utuh berakar dan menyebar luas keseluruh aparatur di lingkungan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan dan seluruh masyarakat Kota Medan baik masyarakat pekerja, pengusaha, para pakar dan media massa baik cetak, maupun elektronika. Selanjutnya diharapkan dapat membangun kemampuan baru yang bernilai pada masa depan.

Visi adalah cara pandang jauh ke depan kemana dan bagaimana instansi Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota Medan harus dibawa dan berkarya agar tetap konsisten dan eksis, antisipatif, inovatif, serta produktif. Visi juga merupakan suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan, berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan. Adanya visi organisasi Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota Medan diyakini akan menjadi akselator pelaksana tugas, fungsi yang diemban, termasuk merancang rencana strategis (renstra) secara keseluruhan, pengelolaan sumber daya, pengembangan indicator kinerja, cara pengukuran kinerja, serta evaluasi kinerja.

Oleh karena kebutuhan akan visi bersama inilah, maka ditetapkan visi Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota Medan yaitu :

“ Terwujudnya Iklim Sosial dan Ketenagakerjaan Yang Kondusif di kota Medan”. Agar tidak menimbulkan persepsi yang berbeda bagi semua pihak yang berkepentingan dengan Renstra, maka perlu dijelaskan makna dari kalimat visi diatas adalah sebagai berikut :

a. Iklim sosial dan ketenagakerjaan, mengandung arti bahwa masalah-masalah sosial

berubah, misalnya keadaan penduduk dimana tingkat pertumbuhan penduduk sangat mempengaruhi keadaan sosial ketenagakerjaan khususnya tentang angkatan kerja dan kesejahteraan sosial. Meningkatnya tingkat pertumbuhan penduduk akan berakibat terhadap peningkatan angkatan kerja. Angkatan kerja dimaksud terdiri dari penduduk yang sudah bekerja dan yang belum bekerja (masih dalam pengangguran). Disisi lain, iklim ketenagakerjaan sangat peka terhadap keadaan maupun situasi pertumbuhan ekonomi, masalah sosial, dan masalah politis dan banyak hal lainnya sehingga visi kedepan mengandung makna yang tersirat dalam iklim sosial dan ketenagakerjaan tentang situasi atau keadaan yang diharapkan kondusif.

b. Kondusif mengandung arti bahwa dalam perkataan kondusif tersirat rasa aman, tertib

hukum, keharmonisan, ketenangan, keserasian, selaras, dan dinamis. Memperhatikan situasi maupun keadaan ketenagakerjaan yang sangat peka dengan keadaan ekonomi, sosial dan politis. Serta mempertimbangkan permasalahan sosial dan ketenagakerjaan yang dapat terjadi akibat pengaruh politis dari pihak ekstern.

2. Misi

Misi merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil sesuai dengan visi yang ditetapkan. Dengan adanya misi diharapkan seluruh pegawai dan pihak-pihak yang berkepentinagan dapat mengenal dan mengetahui peran dan program serta hasil yang akan diperoleh.

Misi Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan adalah :

1. Meningkatkan kualitas Perencanaan Ketenagakerjaan

2. Meningkatkan penempatan tenaga kerja dan memperluas kesmpatan kerja

4. Mewujudkan ketenangan bekerja dan berusaha

5. Mewujudkan kesejahteraan sosial

6. Meningkatkan pengawasan dan perlindungan di bidang sosial dan ketenaagakerjaan.

7. Memfasilitasi para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Potensi

Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS)

8. Pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian lingkup bantuan sosial sesuai

dengan urusan pemerintahan kota

9. Pelaksanaan rehabilitasi sosial bagi para Penyenadang Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS), penanggulangan bencana dan penanganan daerah kumuh

10.Meningkatkan dan mengembangkan kualitas SDM aparatur

C. Kebijakan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja 1. Bidang Sosial

Dalam seluruh kehidupan masyarakat baik dinegara – negara yang sudah maju maupun dinegara – negara yang sedang berkembang seperti Indonesia akan selalu terdapat atau terjadi masalah – masalah sosial atau dengan kata lain Penyakit sosial atau penyandang masalah Kesejahteraan sosial (PMKS). Perbedaannya hanya terletak pada kuantitas dan kualitas masalah-masalah sosial yang mencapai 28 PMKS yaitu balita terlantar, anak terlantar, anak jalanan, anak krban tindak kekerasan, wanita korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah, dan lain-lain.

Oleh karena itu, PMKS pada dasarnya disebabkan oleh faktor-faktor eksternal, yang membawa pengaruh negatif kehidupan masyarakat tersebut seperti faktor ekonomi, faktor globalisasi informasi yang mengakibatkan kerentanan budaya, faktor alam yang menimbulkan bencana, faktor konflik internal dalam masyarakat yang menimbulkan disintegrasi sosial.

2. Bidang Ketenagakerjaan

Bahwa pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan pelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan persebaran penduduk tercapai optimal.

Mobilitas dan persebaran penduduk yang optimal berdasarkan pada adanya keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya tampung lingkungan. Persebaran penduduk yang tidak didukung oleh lingkungan dan pembangunan akan menimbulkan masalah yang kompleks, dimana penduduk menjadi beban bagi lingkungan atau sebaliknya.

Pada tahun 2010 diproyeksikan penduduk kota Medan mencapai 2.436.405 jiwa dibandingkan hasil sensus tahun 2000 dengan pertambahan penduduk 1,28% pertahun, dengan jumlah angkatan kerja pada tahun 2010 sejumlah 85.015 jiwa berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota Medan 2008.

Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan di bidang sosial dan tenaga kerja yang semakin berkualitas, maka kebijakan penyelenggaraan urusan sosial dan tenaga kerja tahun 2010 diarahkan kepada :

1. Meningkatkan akses pasar kerja dan pengurangan pengangguran serta tatacara/prosedur

penempatan tenaga kerja yang berkualitas.

2. Meningkatkan keterampilan bagi calon tenaga kerja yang etrampil sehingga memudahkan

para pencari kerja dapat diterima oleh perusahaan dan dapat membuka usaha sendiri secara mandiri.

3. Meningkatkan akses dan pemerataan bantuan sosial

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Dalam bab ini penulis akan menguraikan data-data yang diperoleh selama masa penelitian yang telah dilakukan di Dinas Tenaga Kerja Kota Medan. Data – data ini diperoleh berdasarkan angket (kuesioner) yang telah disebarkan kepada pegawai Dinas Tenaga Kerja Kota Medan yang dijadikan sampel. Adapun jumlah pegawai yang dijadikan sampel dalam penelitian ini yaitu sebesar 60 orang.

Penyajian data sebagai tahap awal dalam rangka analisa data dari kuesioner yang disebarkan akan diuraikan dalam bentuk tabel frekuensi. Data-data yang disajikan dalam bab ini meliputi data tentang identitas responden, dan indikator – indikator dari variabel penelitian. Untuk pertanyaan yang menyangkut identitas responden tidak diberikan skor dan tidak dianalisa secara kuantitatif, sedangkan untuk pertanyaan mengenai variabel penelitian, yaitu : Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai akan diberi skor dan dianalisa dengan teknik analisa kuantitatif dengan menggunakan perhitungan statistik yaitu memakai rumus koefisien korelasi product moment dan uji determinan.

D. Deskripsi Data Identitas Responden

Berikut ini adalah hasil data mengenai identitas responden melalui kuesioner yang diperoleh selama penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel frekuensi.

Tabel 1 : Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 Laki – laki 36 60

2 Perempuan 24 40

Berdasarkan tabel 1 diatas, dapat dilihat bahwa jenis kelamin responden terbesar adalah laki-laki, yaitu sebesar 36 responden (60%). Sedangkan jenis kelamin responden yang terkecil adalah perempuan , yaitu 24 responden (40%).

Tabel 2 : Distribusi Responden Menurut Umur

No Umur Frekuensi Persentase (%)

1 20 Tahun 1 1,66 2 21-30 Tahun 10 16,66 3 31-40 Tahun 15 25 4 41-50 Tahun 28 46,66 5 >50 Tahun 6 10 Jumlah 60 100 Sumber : Kuesioner 2010

Berdasarkan tabel 2 diatas, dapat dilihat bahwa umur responden terbesar yaitu berada pada usia antara 41 – 45 tahun, yaitu sebesar 28 responden ( 46,66%). Sedangkan umur responden yang terkecil adalah ≤ 20tahun, yaitu 1 responden ( 1,66%).

Tabel 3 : Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir No Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase (%)

1 SMU/SLTA 18 30 2 Diploma (D1 atau D3) 6 10 3 Sarjana (S1) 33 55 4 Pasca Sarjana (S2) 3 5 Jumlah 60 100 Sumber : Kuesioner 2010

Berdasarkan tabel 3 diatas, dapat dilihat bahwa pendidikan terakhir responden terbanyak adalah S1 yaitu sebesar 33 responden (55%). Sedangkan pendidikan terakhir responden yang paling sedikit adalah Pasca Sarjana (S2) yaitu 3 orang responden.

Tabel 4 : Distribusi Responden Menurut Masa Kerja

No Masa Kerja Frekuensi Persentase (%)

1 0 - 5 Tahun 4 6.66% 2 6 - 10 Tahun 12 20% 3 11 - 15 Tahun 15 25% 4 16 - 20 Tahun 21 35% 5 21- 25 Tahun 7 11,66% 6 >25 Tahun 1 1,66% Jumlah 60 100 Sumber : Kuesioner 2010

Berdasarkan tabel 4 diatas, dapat dilihat bahwa masa kerja responden terbesar adalah antara 16 – 20 tahun, yaitu sebesar 21 responden ( 35% ). Sedangkan masa kerja responden yang terkecil adalah >25tahun, yaitu 1 responden ( 1,66% ).

Tabel 5: Distribusi Responden Menurut Golongan/Pangkat

No Golongan/Pangkat Frekuensi Persentase (%)

1 I/a s/d I/d - - 2 II/a s/d II/d 18 30 3 III/a s/d III/d 30 50 4 IV /a s/d IV/d 12 20 Jumlah 60 100 Sumber : Kuesioner 2010

Berdasarkan tabel 5 diatas, dapat dilihat bahwa golongan/pangkat responden terbesar adalah golongan III/a s/d III/d , yaitu sebesar 30 orang responden (50%). Sedangkan golongan/pangkat responden yang terkecil adalah IV/a s/d IV/d, yaitu 12 orang responden (20%).

Dalam penelitian ini, penulis menyebarkan kuesioner kepada responden sebanyak 60 kuesioner, dimana setiap responden harus menjawab 25 pertanyaan. Adapun masing – masing

indikator yang dibuat menjadi 15 pertanyaan, dan terikat (variabel Y) yaitu Kinerja terdiri dari 6 indikator dan dibuat menjadi 10 pertanyaan.

Setiap pertanyaan memiliki 5 alternatif jawaban, antara lain : Untuk jawaban tertinggi diberi skor 5

Untuk jawaban tinggi diberi skor 4 Untuk jawaban sedang diberi skor 3 Untuk jawaban rendah diberi skor 2 Untuk jawaban terendah diberi skor 1

E. Penyajian Data Tentang Pendidikan dan Pelatihan (variabel X)

Distribusi jawaban responden atas pertanyaan - pertanyaan dalam variabel pendidikan dan pelatihan, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

a. Waktu pelaksanaan diklat

9. Frekuensi Peserta Mengikuti Diklat

Sebagian besar responden menyatakan bahwa frekuensi pegawai dalam mengikuti dik-lat tergolong biasa – biasa seperti dinyatakan 22 responden ( 36,66% ), data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6. Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan tentang frekuensi pegawai dalam mengikuti diklat

No Kategori frekuensi %

1 Sering Mengikuti 9 15

2 Cukup sering 11 18,33

3 Biasa-biasa 22 36,66

4 Kurang mengikuti 13 21,66

5 Tidak pernah mengikuti 5 8,33

Jumlah 60 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebesar 9 responden ( 15% ) menyatakan bahwa mereka sering mengikuti diklat, sebesar 11 responden ( 18,33 ) menyatakan bahwa mereka cukup sering mengikuti diklat, sebesar 22 responden ( 36,66% ) menyatakan bahwa mereka kurang mengikuti diklat dan sebesar 5 responden ( 8,33% ) menyatakan bahwa mereka tidak pernah mengikuti diklat.

10.Kesesuaian Pelaksanaan Diklat dengan waktu yang ditetapkan

Sebagian besar pegawai menyatakan bahwa jadwal pelaksanaan diklat selalu tepat pada waktunya, hal ini ditunjukkan berdasarkan jawaban dari 27 responden ( 45% ), data selengkapnya dapat dilihat berdasarkan tabel berikut :

Tabel 7. Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan tentang kesesuaian jadwal pelaksanaan diklat dengan waktu yang ditentukan

No Kategori frekuensi %

1 Selalu tepat dengan waktu yang dijadwalkan 27 45

2 Ada penundaan dalam hitungan hari 24 40

3 Ada penundaan dalam hitungan minggu 9 15

4 Ada penundaan bahkan sampai sebulan - -

5 Tidak pernah sesuai dengan waktu yang terjadwal - -

Jumlah 60 100

Sumber : Kuesioner 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 27 responden (45%) menyatakan bahwa jadwal pelaksanaan diklat selalu dengan waktu yang dijadwalkan, sebesar 24 responden (40%) menyatakan bahwa terdapat penundaan dalam hitungan hari dalam pelaksanaan diklat, dan sebesar 9 responden (15%) menyatakan terdapat penundaan dalam hitungan minggu dari wak-tu yang ditenwak-tukan.

b. Peserta Diklat

1. Intensitas Kehadiran Peserta

Sebahagian besar pegawai menyatakan bahwa kehadiran peserta dan instruktur diklat sesuai dengan waktu yang ditetapkan, hal ini terlihat berdasarkan jawaban dari 23 responden (38,33%), data selengkapnya dapat dilihat berdasakan tabel berikut :

Tabel 8. Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan kesesuaian kehadiran pe-serta dan instruktur Diklat dengan waktu yang ditentukan

No Kategori Frekuensi %

1 Peserta dan instruktur selalu hadir tepat dengan waktu yang ditentukan

16 26,66

2 Peserta dan instruktur terkadang terlambat antara 5 – 10 me-nit

23 38,33

3 Keterlambatan peserta dan instruktur masih dapat ditolerir, karena adanya keperluan yang benar-benar mendesak

17 28,33

4 Peserta dan instruktur cukup sering terlambat karena tidak

adanya sanksi yang mengikat

4 6.66

5 Peserta dan instruktur selalu datang terlambat - -

Jumlah 60 100

Sumber : Kuesioner 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 16 responden (26,66 %) menyatakan bahwa pe-serta dan instruktur diklat selalu hadir tepat dengan waktu yang ditentukan, sebesar 23 responden (38,33%) menyatakan bahwa peserta dan instruktur terkadang terlambat antara 5 -10 menit, sebesar 17 responden (28,33%) menyatakan bahwa keterlambatan peserta dan in-struktur masih dapat ditolerir, karena adanya keperluan yang benar-benar mendesak, dan se-besar 4 responden (6,66%) menyatakan bahwa peserta dan instruktur cukup sering terlambat karena tidak adanya sanksi yang mengikat.

2. Latar belakang pendidikan

Sebagian besar pegawai menyatakan bahwa latar belakang pendidikan merupakan faktor penunjang diadakannya pendidikan dan pelatihan. Hal ini terlihat berdasarkan jawaban dari 18 responden (30%). Data selengkapnya dapat dilihat berdasarkan tabel berikut :

Tabel 9. Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan tentang latar belakang pendidikan karyawan sebagai syarat dalam mengikuti Diklat

No Kategori frekuensi %

1 Latar belakang pendidikan pegawai merupakan syarat mutlak

dalam mengikuti diklat

16 26,66

2 Latar belakang pendidikan merupakan faktor penunjang

diadakannya pendidikan dan pelatihan

18 30

3 Tergantung pada jenis diklat nya, ada diklat yang tidak

membutuhkan latar belakang pendidikan sebagai kriteria bagi calon peserta diklat, ada juga diklat yang mencantumkan latar belakang pendidikan sebagai kriteria

16 26,66

4 Latar belakang pendidikan tidak menjadi prioritas utama

dalam mengikuti pendidikan dan pelatihan

9 15

5 Latar belakang pendidikan pegawai tidak berpengaruh sama

sekali terhadap pelaksanaan pendidikan dan pelatihan.

1 1,66

Jumlah 60 100

Sumber : Kuesioner 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 16 responden (26,66%) menyatakan bahwa latar belakang pendidikan pegawai merupakan syarat mutlak dalam mengikuti diklat, sebesar 18 responden (30%) menyatakan bahwa latar belakang pendidikan merupakan faktor penunjang diadakannya pendidikan dan pelatihan, sebesar 16 responden (26,66%) menyatakan bahwa tidak semua diklat mencantumkan latar belakang pendidikan pegawai sebagai syarat untuk mengikuti diklat, sebesar 9 responden (15%) menyatakan latar belakang pendidikan tidak menjadi prioritas utama dalam mengikuti pendidikan dan pelatihan dan sebesar 1 responden (1,66%) menyatakan bahwa latar belakang pendidikan pegawai tidak berpengaruh sama sekali

c. Metode Penyampaian Materi Diklat

1. Mekanisme Penyampaian materi Diklat oleh instruktur

Sebagian besar pegawai menyatakan bahwa penyampaian materi diklat oleh instruktur dilakukan dengan baik sehingga setiap penjelasan materi yang diberikan instruktur dapat dikuasai oleh peserta. Hal ini ditunjukkan berdasarkan jawaban 27 responden (45%), data selengkapnya dapat dilihat berdasakan tabel berikut :

Tabel 10. Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan metode penyampaian ma-teri diklat disampaikan oleh instruktur

No Kategori Frekuensi %

1 Disampaikan dengan sangat baik, bahkan disertai penjelasan

lengkap tentang materi diklat dan diadakan beberapa sesi untuk bagian diskusi kelompok dan tanya jawab

14 23,33

2 Disampaikan dengan baik sehingga setiap penjelasan materi

yang diberikan instruktur dapat dikuasai oleh peserta

27 45

3 Instruktur menyampaikan materi sesuai dengan konteksnya,

dengan pemberian penjelasan yang sewajarnya saja

18 30

4 Instruktur hanya memberikan gambaran umum tentang materi

diklat karena keterbatasan waktu penyampaian materi

1 1,66

5 Instruktur kurang menguasai bahan materi diklat sehingga

peserta diklat tidak mengikuti diklat dengan baik

- -

Jumlah 60 100

Sumber : Kuesioner 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 14 responden (23,33%) menyatakan bahwa ma-teri diklat disampaikan dengan sangat baik, bahkan disertai dengan penjelasan lengkap tentang materi diklat dan diadakan beberapa sesi untuk bagian diskusi kelompok dan tanya jawab, sebesar 27 responden (45%) menyatakan bahwa materi disampaikan dengan baik se-hingga setiap penjelasan materi yang diberikan instruktur dapat dikuasai oleh peserta, sebesar 18 responden (30%) menyatakan bahwa Instruktur menyampaikan materi sesuai dengan konteksnya, dengan pemberian penjelasan yang sewajarnya saja dan sebesar 1 responden

(1,66%) menyatakan bahwa instruktur hanya memberikan gambaran umum tentang materi diklat karena keterbatasan waktu penyampaian materi.

2. Peran / partisipasi aktif peserta dalam kegiatan diklat

Sebahagian besar pegawai menyatakan bahwa peserta diklat cukup tertarik pada materi diklat sehingga mereka cukup aktif dan juga terdapat cukup banyak respon positif dalam tiap pertemuan. Hal ini ditunjukkan berdasarkan jawaban 23 responden (38,33%). Data selengkapnya dapat dilihat berdasakan tabel berikut

Tabel 11. Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan tentang partisipasi aktif peserta diklat

No Kategori Frekuensi %

1 Semua peserta mengikuti diklat dengan aktif dan antusias. Bahkan tiap sesi dikusi atau tanya jawab selalu banyak peserta yang memberikan komentar yang membangun

11 18,33

2 Peserta diklat cukup tertarik pada materi diklat sehingga mereka cukup aktif dan juga terdapat cukup banyak respon dalam tiap pertemuan

23 38,33

3 Kebanyakan peserta diklat memberikan perhatian terhadap

instruksi yang diberikan. Namun, hanya sedikit yang aktif memberikan respon

22 36,66

4 Kebanyakan peserta diklat hanya bertindak pasif, tanpa

mengomentari materi diklat dalam tiap pertemuan

1 1,66

5 Kebanyakan peserta diklat tidak peduli terhadap jalannya

program diklat.

- -

Jumlah 60 100

Sumber : Kuesioner 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 11 responden (18,33%) menyatakan bahwa semua peserta mengikuti pendidikan dan pelatihan dengan aktif dan antusias. Bahkan tiap sesi dikusi atau tanya jawab selalu banyak peserta yang memberikan komentar yang membangun. Sebesar 23 responden (38,33%) menyatakan bahwa peserta cukup tertarik pada materi diklat

pertemuan, sebesar 22 responden (36,66%) menyatakan bahwa kebanyakan peserta diklat memberikan perhatian terhadap instruksi yang diberikan oleh instruktur namun, hanya sedikit yang aktif memberikan respon, dan sebesar 1 responden (1,66%) menyatakan bahwa peserta diklat hanya bertindak pasif, tanpa mengomentari materi diklat dalam tiap pertemuan.

Berdasarkan pertanyaan apakah peserta diklat mengikuti aturan ataupun sistem yang

Dokumen terkait