• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data. Menuru Bodgan dan Taylor (1975:79) mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha normal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha

untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu.Lalu menurut Miles &Huberman (1992:16) bahwa analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi.

1. Reduksi Data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi penelitian kualitatif berlangsung. Data yang akan direduksi adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara, data yang diperoleh kemudian dipilih dalam arti menemukan derajat relevansinya. Lalu mengklasifikasikan data atas dasar tema untuk merekomendasikan data tambahan.

2. Penyajian Data adalah membatasi suatu penyajian sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid, yang meliputi: berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih. Dengan demikian seorang penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah melakukan analisis yang menurut saran yang dikisahkan oleh penyajian sebagai sesuatu yang mungkin berguna.

3. Penarikan Kesimpulan adalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis (peneliti) selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, atau mungkin menjadi begitu seksama dan makan tenaga dengan peninjauan kembali serta tukar pikiran di antara teman sejawat untuk mengembangkan “kesepakatan inter subjektit” atau juga upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Singkatnya, makna-makna yang muncul dari data yang lain harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, yakni yang merupakan validitasnya.

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pernbahasan yang telah dilakukan berkaitan dengan faktor penyebab ibu rumahtangga terinfeksi HIV/AIDS dan dampak sosial yang dialami dapat disimpuikan bahwa faktor penyebab ibu rumahtangga terinfeksi HIV sangat berbeda dengan orang yang terinfeksi pada umumnya Karena ibu rumahtangga bukan kelompok yang beresiko terinfeksi dan tidak memiliki latar belakang yang buruk . Selain itu juga memiliki stigma ganda sebagai dampak sosial karena statusnya sebagai ibu rurnah tangga. Sehingga dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang menj adi penyebab ibu rumahtangga terinfeksi HIV/AIDS

1. Daya Tawar Lemah(Bergaining Power)

Dan hasil penelitian daya tawar lemah menunjukkan ibu rumahtangga makhluk kelas dua karena dipengarulhi budaya patriarki yang masih dianut di Indonesia.

Paradigma masyarakat sudah terbentuk bahwasanya HIV/AIDS merupakan penyakit yang disebabkan oleh seks bebas, narkoba dan hubungan seksual lainya sehingga tidak pantas untuk ditoleransi karena perilaku yang buruk.Ibu rurnahtangga tidak memiliki pendidikan dan pengetahuan yangmumpuni terkait kesehatan reproduksi terutama HIV/AIDS, sehinggatidak bisa melindungi kesehatan dirinya.

1. Stigma dan Diskriminasi

HIV/AIDS merupakan penyakit yang hina sehingga penderitanya tidaklayak untuk hidup berdampingan. Karena dianggap akan menularkan kepada siapa saja yang berinteraksi langsung dengan penderitaHIV/AIDS. Terlebih lagi ibu rumahtangga yang terinfeksi, maka akan menimbulkan stigma ganda dan pandangan masyarakat sangat negatif.

1. Sikap Pasrah Ibu rumahtangga

Dapat diartikan sebuah respon menerima apa adanya suatu keadaan tanpa menghadapi atau melawan keadaan yang diterima. Seperti itu gambaran umumnya perempuan ibu rumahtangga menghadapi kondisinya yang terinfeksi HIV/AIDS bersikap pasrah dan nrimo. Sikap pasrah ibu rumahtangga karena dianggap resiko sebagai seorang istri.

2. Pengetahuan dan Kesadaran

Sikap pasrah ibu rumahtangga tidak terlepas dari pengetahuan dan kesadaran tentang virus HIV/AIDS terutama bahaya yang ditimbulkan

virusHIV/AIDS yang berkaitan dengan kesehatan seksualitas bukanlahmasalah utama dalam kesehatan individu. Sehingga tak perlu pencegahan sejak dini terlebih lagi jika masih stadimn awal yang belum terasadampaknya secara langsung.

3. Trafacking

Iburumahtangga juga bisa terinfeksi HIV/ karena adanya masa lalu yang buruk, salah satunyatrafackingyang kian marak menimpa kaum

perempuan. Hal ini juga juga menimbulkan penulararan terhadapperempuan yang kini berprofesi sebagai ibu rumahtangga. Mengalami kekerasan seksualitas dari tempat awal bekerja akibat ketidaktahuan perempuan karena hanya mengikuti orang lain yang justru memanfaatkan sebagai lahan penghasilan dengan mengekploitasi perempuan

4. Layanan VCT

Layanan VCT tiap daerah tentu berbeda-beda, tetapi di Bandarlampung hal ini menjadi faktor penyebab meningkatnya penyebaran virus

HIV/AIDS, dikarenakan layanan infonnasi masyarakat terkait kesehatanreproduksi juga sangat minim. Tidak tersedianya layanan untuk bertanya

membuat masyarakat beranggapan penyakit HIV tidak menjadi persoalan utaman dan tidak bisa dilakukan pencegahan. Padahal hal tersebut salah, virus hiv bisa dilakukan pencegahan penularan sehingga tidak semakin

yang dipaparkan diatas,HIV/AIDS juga berdampak sosial bagi kehidupan ibu rumahtangga yangterinfeksi.Stigma dan diskriminasi dari keluaraga, kerabat Sertamasyarakat umum yang cenderung menyalahkan dan dianggap tidakbermoral.Stigma ganda tersebut berujung pada dikriminasi baik psikologilmaupun fisik yang diterima ibu rumahtangga.

B. Saran

1. Pihak keluarga dan masyarakat umum hendaknya memberikan dukungan terhadap ODHA sehingga dapat membantu pencegahan dan membantu proses menjadi AIDS bagi yang sudah terinfeksi HIV. Sehingga ODHA terutama ibu rumahtangga tidak memelihara kebisuan

2. Tumbuhkan semangat hidup dan berjuang melawan virus HIV bagi yang sudah terinfeksi, sikap terbuka akan lebih mudah untuk proses penyembuhan dan menahan virus tidak semakin menyebar. Selain itu tidak hanya sikap menerima saja tetapi mencari tahu sebenarnya virus HIV/AIDS, sehingga pengetahuan akan bertambah dan tidak menimbulkan ketakutan akan semangat hidup.

3. Sikap tegas dari pemerintah terkait perlindungan terhadap ODHA sehingga tidak ada lagi diskriminasi, peran pemerintah dalam membuat peraturan tertulis dan mengikat juga sangat diperlukan.

Dokumen terkait