• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

M. Teknik Analisa Data

Data yang terkumpul dianalisis secara statistik dengan uji Anova (One way analysis of variance) dan uji post hoc. Uji Anova digunakan untuk membandingkan perbedaan mean lebih dari 2 kelompok, sedangkan uji post hoc digunakan untuk membandingkan perbedaan mean antar 2 kelompok (Murti, 1994).

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium sederhana dengan post-test only control group design karena pengukuran hanya dilakukan pada waktu tertentu setelah pemberian perlakuan pada kelompok hewan uji. Jenis penelitian ini ekonomis dan secara teknis lebih mudah dilakukan (Taufiqurohman, 2004).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada (LPPT UGM).

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pepaya yang diperoleh dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada (LPPT UGM).

D. Hewan Uji

Hewan uji berupa tikus putih jantan galur wistar yang diperoleh dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada (LPPT UGM) berumur 2 - 3 bulan, BB 150 - 200 gram, banyaknya sampel

30 ekor yang dibagi menjadi kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus putih jantan yang dipilih secara acak.

Besar sampel dihitung dengan rumus Federer (Arkeman dan David, 2006): (n - 1) (t - 1) > 15

(n - 1) (5 - 1) > 15 n - 1 > 3, 75 n > 4,75 n > 5

Tiap kelompok perlakuan terdiri dari 6 sampel.

Penggunaan tikus putih jantan pada penelitian terdahulu menunjukkan bahwa tikus putih jantan memberikan hasil penelitian yang lebih stabil karena tidak dipengaruhi oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada tikus putih betina. Tikus putih sebagai hewan percobaan relatif resisten terhadap infeksi dan sangat cerdas. Tikus putih tidak begitu fotofobik seperti halnya mencit dan kecenderungan untuk berkumpul dengan sesamanya tidak begitu besar. Aktifitasnya tidak terganggu oleh adanya manusia di sekitarnya.

Ada dua sifat yang membedakan tikus putih dengan hewan percobaan lain, yaitu tikus putih tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim ditempat esofagus bermuara ke dalam lambung dan tikus putih tidak mempunyai kandung empedu, berdasarkan penelitian Saleem (2006) dan Thambi (2008).

(n - 1) (t - 1) > 15 n = besar jumlah populasi

E. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah purposive sampling, yaitu ciri-ciri dan jumlah sampel yang diambil ditetapkan atau ditentukan dahulu.. Pemilihan tikus dilakukan secara acak melalui undian (Taufiqurohman, 2004).

F. Klasifikasi Variabel

1. Variabel bebas : Ekstrak etanol daun pepaya (Carica papaya L.) 2. Variabel terikat : Efek diuresis

3. Variabel pengganggu :

a. Variabel pengganggu yang terkendali

Berat badan, usia, jenis kelamin, galur, makanan dan minuman, stress pada tikus putih jantan terhadap adaptasi lingkungan laboratorium, suhu ruangan.

b. Varibel penggangu yang tidak terkendali

Variasi kepekaan tikus putih jantan terhadap zat dan obat yang digunakan.

G. Definisi Operasional Variabel 1. Ekstrak etanol daun pepaya

Ekstrak etanol daun pepaya adalah ekstrak yang dihasilkan oleh daun Carica papaya L. yang kemudian dibagi menjadi 3 dosis perlakuan. Ekstrak daun pepaya diperoleh dari kompleks perkebunan

Mada (LPPT UGM). Proses ekstraksi dilakukan dengan metode soxhletasi.

Skala pengukuran: ordinal Alat ukur: spuit pencekok 2. Efek diuresis

Efek diuresis adalah peningkatan jumlah volume urin yang terjadi pada tikus putih jantan selama 24 jam. Pengamatan dilakukan setiap 6 jam setelah pemberian perlakuan.

Skala Pengukuran: rasio Alat ukur: injection spuit 3. Larutan CMC 1 %

Larutan CMC 1 % adalah bahan yang digunakan pada saat pembuatan suspensi ekstrak daun pepaya dosis I, dosis II, dan dosis III. Penggunaan larutan CMC 1 % bertujuan untuk mencegah pengendapan pada ekstrak daun pepaya.

4. Hidroklorotiazid

Hidroklorotiazid yang dipakai dalam percobaan berupa tablet sediaan HCT generik 25 mg. Dosis yang diberikan pada hewan uji adalah 0.32 mg dalam 2 ml aquadest dan diberikan secara peroral dengan spuit pencekok. Sebelumnya tablet HCT diukur menggunakan timbangan digital dengan satuan miligram.

5. Galur, berat badan, umur, dan jenis kelamin tikus

Menggunakan tikus putih galur wistar supaya didapat latar belakang genetik yang seragam dengan berat badan 150 - 200 gram. Tikus putih yang digunakan sekitar 2 - 3 bulan dan dipilih jenis kelamin jantan karena pengaruh hormon reproduksinya lebih kecil.

6. Suhu udara

Ruangan yang digunakan untuk mengkandangkan tikus putih jantan dikondisikan pada suhu kamar sekitar 25 ºC.

7. Makanan dan minuman

Semua tikus yang digunakan untuk percobaan mendapat makanan dan minuman yang cukup dan jumlah kurang lebih sama. Makanan menggunakan pakan standar yaitu brailler-II pellet.

8. Stress, penyakit kongenital

Tikus dipilih yang tampak sehat, tidak terlihat adanya stress, dan tidak adanya tanda-tanda adanya penyakit kongenital. Hewan percobaan tidak boleh dilihat terus menerus.

9. Kepekaan terhadap obat

Variasi kepekaan tikus putih jantan terhadap zat dan obat yang digunakan mempengaruhi keadaan ginjal tikus putih jantan

H. Rancangan Penelitian

Gambar 3.1. Rancangan Penelitian Larutan CMC 1 % 2 ml HCT 0.32 mg dalam 2 ml aquadest Ekstrak daun pepaya 64 mg dalam 2 ml larutan Ekstrak daun pepaya 32 mg dalam 2 ml larutan Ekstrak daun pepaya 96 mg dalam 2 ml larutan

Ukur volume urin dari semua kelompok perlakuan setiap 6 jam

Masukkan hewan uji ke dalam kandang metabolik Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Urin 6 jam I

Adaptasi selama 7 hari

Analisa data dengan Uji Anova

Urin 6 jam II Urin 6 jam III Urin 6 jam IV

I. Instrumen Penelitian

1. Kandang metabolik: kandang uji diuretik untik tikus putih.

2. Kandang tikus: untuk tempat mengadaptasikan tikus putih pada tempat percobaan.

3. Timbangan hewan: untuk mengetahui berat badan tikus.

4. Stopwatch: untuk mengetahui waktu pengukuran volume urin tikus. 5. Bekker glass: untuk tempat ekstrak daun pepaya.

6. Spuit pencekok: untuk memasukkan sampel ke tikus putih peroral. 7. Injecion spuit: untuk mengukur volume hasil uji diuretik.

8. Kantong plastik: untuk menampung urin hasil penelitian. J. Bahan Penelitian

1. Ekstrak daun pepaya yang dibuat di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada (LPPT UGM).

2. Larutan CMC 1 % sebagai kontrol negatif. 3. Hidroklorotiazid sebagai kontrol positif. K. Langkah Penelitian

1. Membuat ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada (LPPT UGM).

2. Persiapan bahan uji

a. Kontrol negatif (Larutan CMC 1 %) b. Kontrol positif (HCT)

c. Ekstrak daun pepaya dosis 1 d. Ekstrak daun pepaya dosis 2 e. Ekstrak daun pepaya dosis 3 3. Persiapan hewan uji

a. Penimbangan hewan uji dengan menggunakan timbangan hewan. b. Sebelum perlakuan hewan uji diadaptasikan terlebih dahulu

dengan keadaan laboratorium selama 1 minggu.

c. Hewan uji dipuasakan 48 jam sebelum perlakuan namun pemberian air minum tetap dilakukan.

d. Persiapan air minum awal untuk setiap tikus (100 ml).

e. Pengelompokan hewan uji menjadi 5 kelompok secara acak, masing-masing terdiri dari 6 ekor tikus putih jantan.

4. Pemberian perlakuan pada hewan uji

a. Kelompok I : tikus diberi larutan CMC 1 % sebagai kontrol negatif.

b. Kelompok II : tikus putih diberi HCT yang dilarutkan dalam aquadest sebagai kontrol positif

c. Kelompok III : tikus putih diberi ekstrak daun pepaya dosis 1 d. Kelompok IV : tikus putih diberi ekstrak daun pepaya dosis 2

e. Kelompok V : tikus putih diberi ekstrak daun pepaya dosis 3 f. Masukkan masing-masing tikus putih ke dalam kandang

metabolik.

g. Ukur volume urine yang tertampung setiap 6 jam sekali.

h. Volume air minum pada akhir pengamatan diukur untuk mengontrol pemasukan cairan ke dalam tubuh hewan.

L. Penentuan Dosis

Tikus dengan berat badan 100 gr hanya dapat menerima dosis larutan peroral sebanyak 5.0 ml (Ngatidjan, 1991). Disarankan takaran dosis tidak sampai melebihi setengah kali volume maksimalnya (Imono dan Nurlaila, 1986), maka setiap tikus dalam penelitian ini diberi perlakuan awal dalam jumlah yang sama, yaitu 2 ml.

1. Perhitungan dosis hidroklorotiazid

Faktor konversi manusia dengan BB 70 kg ke tikus putih dengan BB 200 gr adalah 0.018 (Ngatidjan, 1991). Dosis HCT yang digunakan sebagai diuretik adalah 25 mg / hari (Widodo, 1993). Berat badan rata-rata orang Indonesia adalah 50 kg.

Dosis terapi manusia 50 kg dikonversi ke tikus 200 gr adalah = 50 / 70 x 25 mg x 0.018 / 200 gr BB

= 0.3214 mg / 200 gr BB

2. Perhitungan dosis kontrol negatif

Dosis larutan CMC 1 % dalam penelitian ini adalah 2 ml. 3. Perhitungan dosis ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)

Dosis daun pepaya yang biasa digunakan untuk obat malaria adalah 100 gram (1 lembar daun) (Syamsuhidayat dan Hutapea, 2000). Persentase pengeringan 1 lembar daun pepaya segar adalah 7.14 % (Indra, 2008). Dosis untuk tikus putih :

50 / 70 x 100 gr x 0.018 x 7.14 % = 0.0918 gr / 200 g BB

Berdasarkan penelitian Hanafi (2010), 20 gram simplisia kering daun Carica papaya L. yang diekstrak dengan metode soxhletasi menghasilkan 6.89 gram ekstrak dengan kesetaraan 0.35. Artinya, tiap 1 gram simplisia kering daun Carica papaya L. didapatkan 0.35 gram ekstrak padat.

Maka dosis ekstrak daun Carica papaya L. untuk tikus putih adalah: a) 0.0918 x 0.35 = 0.032 gr / 200 gr BB = 32 mg / 200 gr BB dalam 2 ml larutan b) 0.0918 x 2 x 0.35 = 0.064 gr / 200 gr BB = 64 mg / 200 gr BB dalam 2 ml larutan c) 0.0918 x 3 x 0.35 = 0.096 gr / 200 gr BB = 96 mg/ 200 gr BB dalam 2 ml larutan

M. Teknik Analisa Data

Data yang terkumpul dianalisis secara statistik dengan uji Anova (One way analysis of variance) dan uji post hoc. Uji Anova digunakan untuk membandingkan perbedaan mean lebih dari 2 kelompok, sedangkan uji post hoc digunakan untuk membandingkan perbedaan mean antar 2 kelompok (Murti, 1994).

commit to user 34

BAB IV

Dokumen terkait