• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

18. Bank Windu Kentjana Internasional, Tbk

4.4 Teknik Analisis Data .1Analisis Korelasi

Berdasarkan hasil uji normalitas, hanya rasio CAR, NPL, dan LDR yang dapat dianalisis dengan analisis korelasi linier. Hasil analisis tersebut ditampilkan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Uji Korelasi

Correlations

CAR NPL LDR

CAR Pearson Correlation 1 -.085 .377**

Sig. (2-tailed) .428 .000 N 90 90 90 NPL Pearson Correlation -.085 1 .133 Sig. (2-tailed) .428 .211 N 90 90 90 LDR Pearson Correlation .377** .133 1 Sig. (2-tailed) .000 .211 N 90 90 90

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah)

Seperti tampak pada Tabel 4.4, dari nilai sig. (2-tailed) dapat diketahui bahwa hanya CAR dengan LDR yang memiliki korelasi. Dari nilai korelasi pearson yang bernilai positif, dapat diketahui bahwa CAR memiliki hubungan

yang positif dengan LDR. Artinya, apabila terdapat peningkatan pada CAR, maka akan diikuti oleh peningkatan pada LDR.

4.4.2 Uji Independent Sample T-Test

Uji Independent Sample T-Test digunakan untuk menganalisis perbedaan CAR, NPL, dan LDR antara bank swasta dan bank pemerintah. Hasil dari uji tersebut disajikan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5

Uji Independent Sample T-Test

Independent Samples Test Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference F Sig. T Df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error

Difference Lower Upper CAR Equal variances

assumed 7.786 .006 .177 88 .860 .13214 .74545 -1.34929 1.61357 Equal variances not assumed .262 71.736 .794 .13214 .50377 -.87217 1.13646 NPL Equal variances assumed 5.151 .026 .003 88 .998 .00057 .20065 -.39817 .39931 Equal variances not assumed .002 24.550 .998 .00057 .24400 -.50243 .50357 LDR Equal variances assumed .516 .475 -.321 88 .749 -1.08121 3.36826 -7.77493 5.61250 Equal variances not assumed -.319 30.474 .752 -1.08121 3.38728 -7.99445 5.83202

(Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah)

Hasil uji Independent Sample T-Test dilihat dari nilai Sig. (2-tailed) CAR, NPL, dan LDR yang berada di atas taraf signifikansi sebesar 5%, dengan demikian hipotesis ditolak, yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada

CAR, NPL, dan LDR antara bank swasta dan bank pemerintah. Dengan kata lain, CAR, NPL, dan LDR bank swasta dan bank pemerintah tidak berbeda.

4.4.3 Uji Mann-Whitney

Uji yang digunakan untuk menganalisis perbedaan ROA, ROE, BOPO, NIM, dan PDN antara bank swasta dan bank pemerintah adalah uji Mann-Whitney. Hasil dari uji tersebut disajikan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.6 Uji Mann-Whitney

Test Statisticsa

ROA ROE BOPO NIM PDN

Mann-Whitney U 307.500 361.000 429.000 391.000 462.000 Wilcoxon W 2792.500 2846.000 639.000 2876.000 2947.000

Z -3.810 -3.290 -2.630 -2.999 -2.310

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .001 .009 .003 .021

a. Grouping Variable: JENIS BANK Sumber: Hasil Penelitian, 2015 (Data Diolah)

Seperti tampak pada Tabel 4.5, hasil uji Mann-Whitney dilihat dari nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada ROA, ROE, dan NIM berada di bawah taraf signifikansi sebesar 5%, dengan demikian hipotesis diterima, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan pada ROA, ROE, dan NIM antara bank swasta dan bank pemerintah. Namun, dilihat dari nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada BOPO dan PDN yang berada di atas taraf signifikansi sebesar 5%, dengan demikian menyatakan hipotesis ditolak, yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada BOPO dan PDN.

4.5 Pembahasan

Secara umum, CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, NIM, LDR, dan PDN yang dicapai oleh bank swasta dan bank pemerintah pada periode 2010-2014 sangat beragam dan mengalami fluktuasi, hanya LDR yang diperoleh oleh bank pemerintah yang terus mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil statistik deskriptif, rata-rata rasio CAR dan BOPO bank swasta lebih tinggi dibandingkan dengan bank pemerintah selama periode 2010-2014. Sedangkan rata-rata rasio ROA, ROE, NIM, LDR, dan PDN bank swasta lebih rendah dibandingkan dengan bank pemerintah selama periode 2010-2014. Pada rata-rata rasio NPL bank swasta dan bank pemerintah tidak menunjukkan perbedaan.

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov, menunjukkan bahwa rasio CAR, NPL, dan LDR berdistribusi normal, sedangkan rasio ROA, ROE, BOPO, NIM, dan PDN tidak berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil uji korelasi menunjukkan bahwa rasio CAR memiliki korelasi dengan LDR dengan nilai korelasi Pearson bernilai positif. Artinya, apabila terdapat peningkatan pada CAR, maka akan diikuti oleh peningkatan pada LDR. Loan to Deposit Ratio (LDR) menyatakan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya (Rivai, 2012:153). Apabila pertumbuhan jumlah kredit lebih besar daripada pertumbuhan jumlah dana yang dihimpun, maka hal tersebut akan membuat LDR semakin tinggi. Akibat dari nilai LDR yang tinggi maka kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan akan semakin rendah (Dendawijaya, 2008:116). Hal ini disebabkan

karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit akan menjadi semakin besar. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Satria dan Subegti (2010) yang menyatakan bahwa rasio CAR memiliki korelasi positif dengan LDR.

Dilihat dari rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), berdasarkan pengujian Independent Sample T-Test dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio CAR antara bank swasta dan bank pemerintah yang go public di Bursa Efek Indonesia. Hal ini bermakna bank swasta mampu menarik simpati nasabah dan memberi jaminan kepada mereka atas uang yang disimpan di bank swasta nasional, sehingga bank swasta mempunyai banyak dana yang selanjutnya disalurkan kepada pihak ketiga dalam bentuk pemberian kredit (Jamaluddin, 2012). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwoko dan Sussanto (2008), Mewengkang (2013), Jamaluddin (2012) dan Prasetio dan Dananjaya (2008) yang menyatakan bahwa rasio CAR tidak menunjukkan perbedaan nyata antara kinerja keuangan bank swasta dengan bank pemerintah.

Dilihat dari rasio Non Performing Loan (NPL), berdasarkan pengujian Independent Sample T-Test dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio NPL antara bank swasta dan bank pemerintah yang go public di Bursa Efek Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa bank pemerintah dan bank swasta tidak berbeda dalam menangani kredit. Bank pemerintah sangat agresif dalam mengucurkan kredit seperti halnya dengan bank swasta. Bank sentral memperingatkan agar perbankan lebih waspada terhadap lonjakan kredit

bermasalah (NPL). NPL berpotensi meningkat akibat berlanjutnya krisis global (Jamaluddin, 2012). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maharani dan Afandy (2012) yang menyatakan bahwa rasio NPL tidak menunjukkan perbedaan nyata antara kinerja keuangan bank swasta dengan bank pemerintah.

Dilihat dari rasio Return on Asset (ROA), berdasarkan pengujian Mann-Whitney dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio ROA antara bank swasta dan bank pemerintah yang go public di Bursa Efek Indonesia. Rata-rata ROA bank pemerintah lebih baik jika dibandingkan dengan rata-rata ROA bank swasta. Bank pemerintah manajemennya dikelola secara lebih profesional dan melakukan efisiensi secara berkelanjutan sehingga keuntungan yang diperoleh lebih maksimal (Jamaluddin, 2012). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jamaluddin (2012) yang menyatakan bahwa rasio ROA menunjukkan perbedaan nyata antara kinerja keuangan bank swasta dengan bank pemerintah.

Dilihat dari rasio Return on Equity (ROE), berdasarkan pengujian Mann-Whitney dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio ROE antara bank swasta dan bank pemerintah yang go public di Bursa Efek Indonesia. Hal ini berarti pada kedua jenis bank tersebut perbandingan antara pendapatan bersih (laba bersih) terhadap total ekuitas memiliki perbandingan yang tidak sama. Hal ini berkaitan dengan pembentukan cadangan, penilaian aset, pemberian pinjaman kepada pihak terkait, dimana kedua jenis bank ini memiliki standar yang sama yaitu sesuai dengan ketetapan Bank Indonesia (Octifane, 2014). Hal

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Farazi et al. (2011) yang menyatakan bahwa rasio ROE menunjukkan perbedaan nyata antara kinerja keuangan bank swasta dengan bank pemerintah.

Dilihat dari rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), berdasarkan pengujian Mann-Whitney dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio BOPO antara bank swasta dan bank pemerintah yang go public di Bursa Efek Indonesia. BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam menjalankan operasinya, berpengaruh terhadap tingkat pendapatan yang dihasilkan oleh bank tersebut. Bank swasta umumnya memiliki jenis jasa operasional bank lebih banyak dibandingkan dengan bank pemerintah, karena jenis jasa yang tidak sesuai dengan hukum pemerintah, tidak dapat dioperasionalkan pada bank pemerintah. Dengan demikian, kemampuan bank swasta untuk memperoleh jasa dari pendapatan operasional akan lebih besar dibandingkan bank pemerintah. Selain itu, besarnya rasio BOPO juga disebabkan karena rendahnya pendapatan bunga dari penanaman dana, bank pemerintah tidak menerapkan sistem bunga tetapi bagi hasil sehingga pendapatan dari penanaman dana bank pemerintah lebih rendah dari bank swasta (Octifane, 2014). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tanggulungan (2012), Prasetio dan Dananjaya (2008), dan Kusuma (2012) yang menyatakan bahwa rasio BOPO tidak menunjukkan perbedaan nyata antara kinerja keuangan bank swasta dengan bank pemerintah.

Dilihat dari rasio Net Interest Margin (NIM), berdasarkan pengujian Mann-Whitney dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio

NIM antara bank swasta dan bank pemerintah yang go public di Bursa Efek Indonesia. Rata-rata NIM bank pemerintah lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata NIM bank swasta. Hal ini berarti bahwa bank pemerintah lebih efektif dalam menyalurkan kredit dibandingkan dengan bank swasta shingga pendapatan (laba) yang diperoleh lebih maksimal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maharani dan Afandy (2012) yang menyatakan bahwa rasio NIM menunjukkan perbedaan nyata antara kinerja keuangan bank swasta dengan bank pemerintah.

Dilihat dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR), berdasarkan pengujian Independent Sample T-Test dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio LDR antara bank swasta dan bank pemerintah yang go public di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dapat disebabkan oleh bank-bank asing yang mulai berhadapan dengan dampak likuiditas ketat. Bank asing mulai memerlukan banyak dana seperti halnya bank swasta nasional. Kredit yang mengalir deras berubah mempersulit bank, ketika likuiditas di pasar mulai sulit (Jamaluddin, 2012). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maharani dan Afandy (2012), Kusuma (2012), Prasetio dan Dananjaya (2008), dan Mewengkang (2013) yang menyatakan bahwa rasio LDR tidak menunjukkan perbedaan nyata antara kinerja keuangan bank swasta dengan bank pemerintah.

Dilihat dari rasio Posisi Devisa Neto (PDN), berdasarkan pengujian Mann-Whitney dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio PDN antara bank swasta dan bank pemerintah yang go public di Bursa Efek Indonesia. Hal ini berarti bahwa bank swasta dan bank pemerintah mempunyai

kemampuan yang tidak jauh berbeda dalam menangani risiko valas yang dihadapi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maharani dan Afandy (2012) yang menyatakan bahwa rasio PDN tidak menunjukkan perbedaan nyata antara kinerja keuangan bank swasta dengan bank pemerintah.

Pada bank swasta terlihat rasio PDN minimum sebesar 0,00. Nilai rasio PDN minimum tersebut terdapat pada Bank Tabungan Pensiun Nasional, Tbk. yang memiliki rasio PDN 0% dari tahun 2010 hingga 2014. Hal ini disebabkan karena Bank Tabungan Pensiun Nasional, Tbk. merupakan bank swasta yang berstatus non-devisa, artinya bank tersebut tidak menggunakan mata uang asing dan hanya dapat melayani transaksi-transaksi di dalam negeri (domestik).

Dari 8 (delapan) rasio keuangan yang diteliti hanya 3 (tiga) rasio keuangan yang menunjukkan terdapat perbedaan kinerja antara bank swasta dengan bank pemerintah, yaitu Net Interest Margin (NIM), Return on Asset (ROA), dan Return on Equity (ROE). Sebagaimana diketahui, ROA, ROE, NIM merupakan rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola aspek profitabilitasnya. NIM menunjukkan kemampuan manajemen dalam menghasilkan bunga bersih yang diperoleh dari aktiva produktifnya. Sementara itu, baik ROE maupun ROA merupakan rasio laba yang didalamnya mengandung komponen laba yang berasal dari pendapatan bunga, dikurangi dengan modal dan dengan aset (Purwoko dan Sussanto, 2008). Rata-rata ROA, ROE, dan NIM bank pemerintah lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata ROA, ROE, dan NIM bank swasta. Hal ini berarti bahwa bank pemerintah lebih efektif dalam mengelola aspek profitabilitasnya dibandingkan

bank swasta. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwoko dan Sussanto (2008) dan Tanggulungan (2012) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja pada aspek profitabilitas antara bank swasta dan bank pemerintah.

BAB V

Dokumen terkait