KARTU DATA No
3.7 Teknik Analisis Data
Data-data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa data verbal. Analisis data menggunakan model interaktif dari Milles dan Huberman. Analisis data dilakukan mengikuti tahap-tahap sebagai berikut:
3.7.1 Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, angket, dan dokumentasi. Data mengenai pola asuh orang tua diperoleh melalui teknik observasi, angket, dan wawancara. Data kemampuan berbicara anak dikumpulkan melalui teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Selanjutnya data-data yang berupa data verbal dari hasil wawancara diubah menjadi bentuk tulisan.
3.7.2 Reduksi data
Data-data yang diperolehkan melalui penggunaan instrumen selanjutnya data dipilih sesuai dengan tujuan permasalahan yang ingin dicapai agar diperoleh gambaran tentang penguasaaan keterampilan berbicara argumentatif anak dan pola asuh otoritatif. Dari hasil kegiatan mereduksi data ini, data-data yang terpilih kemudian dipisahkan dari data yang tidak perlu. Akan tetapi, data tersebut tidak dihilangkan. Maksudnya, data lain yang terungkap lewat pengambilan data tetap dipertimbangkan untuk mendukung data utama. Selanjutnya, data mengenai kemampuan berbicara argumentatif dikelompokkan dengan menggunakan tabel untuk menggolongkan ujaran-ujaran anak pada setiap aspek yang diteliti. Pendeskripsian juga dilakukan terhadap data tentang pola asuh otoritatif.
58
3.7.3 Penyajian data
Langkah berikutnya dalam kegiatan analisis data adalah menyajikan data. Data yang disajikan adalah mengenai kemampuan argumentatif dan pola asuh otoritatif.
3.7.4 Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan diperoleh setelah kegiatan mereduksi data dan menyajikan data. Kesimpulan merupakan hasil kegiatan mengaitkan antara pertanyaan-pertanyaan penelitian dengan data yang diperoleh di lapangan.
Teknik analisis data yang telah diuraikan tersebut mengacu pada model Model Interaktif (Miles dan Huberman, 1984:23) yang tampak seperti gambar berikut ini.
GAMBAR 5.
ANALISIS DATA MODEL INTERAKTIF
Reduksi Data
Penyajian
Penarikan Kesimpulan
59
3.8.5 Pengecekan hasil belajar siswa di sekolah
Pengecekan hasil belajar siswa di sekolah bertujuan untuk mengetahui kemampuan berbicara argumentatif anak ketika ia berada di luar lingkungan keluarga.
Pada bagian berikutnya, yaitu bab IV akan diuraikan mengenai deskripsi data, analisis data, dan pembahasan hasil analisis data.
181
BAB V PENUTUP
Penelitian yang berjudul “Kemampuan Berbicara Argumentatif Anak dalam Keluarga Multikiultural dengan Pola Asuh Otoritatif” ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan dunia pendidikan terutama pendidikan bahasa. Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk uraian padat. Pada bagian akhir bab V akan disajikan beberapa implikasi atau rekomendasi terkait dengan pemanfaatan hasil penelitian.
5.1 KESIMPULAN
Penelitian tentang kemampuan berbicara anak dalam keluarga multikultural dengan pola asuh otoritatif sesungguhnya merupakan sebuah kajian terhadap sebuah fenomena yang ada di masyarakat modern seperti saat ini. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan seperti uraian berikut ini.
a. Keluarga multikultural merupakan sebuah fenomena masyarakat modern. Hadirnya sebuah keluarga dengan orang tua yang berasal dari dua daerah dengan bahasa yang berbeda memberikan peluang bagi bahasa Indonesia untuk dijadikan sebagai bahasa ibu. Pemilihan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang dipergunakan dalam komunikasi sehari-hari menjadi salah satu
182
bukti adanya prinsip toleransi dan mau menerima perbedaan yang terdapat dalam keluarga.
b. Prinsip-prinsip toleransi tersebut tampak pula dalam pemilihan pola asuh dalam rumah. Pola asuh yang dipergunakan dalam subjek penelitian adalah pola asuh otoritatif dengan ciri utama adalah komunikasi terbuka. Melalui komunikasi yang terbuka, segala hal yang berkaitan dengan rumah tangga dibahas secara dialogis.
c. Berdasarkan hasil penelitian, posisi anak dalam keluarga memiliki peranan yang sangat penting. Orang tua selalu melibatkan anak dalam aspek-aspek yang terkait dengan anak. Orang tua berperan aktif dalam kehidupan anak, terutama dalam pendidikan anak. Orang tua memiliki kontrol yang kuat terhadap perilaku anak, menuntut anak agar disiplin dengan memberikan teladan kepada anak. Akan tetapi, orang tua tetap memperhatikan kondisi anak secara fisik dan mental. Tuntutan dan kontrol terhadap anak dilakukan secara demokratis dan dialogis. Anak diberi ruang gerak yang luas untuk berkembang sesuai dengan fitrahnya, namun orang tua tetap melakukan pengawasan yang tepat. Artinya, walaupun ada kontrol, tetap tidak membatasi anak.
d. Orang tua dalam keluarga multikultural yang menjadi subjek peneltian menunjukkan sikap yang bertanggung jawab penuh terhadap pendidikan anak. Mereka mengetahui kondisi anak, memperhatikan setiap tahap perkembangan anak, dan selalu mengarahkan kepada perilaku yang positif. Anak dituntut untuk berprestasi, tetapi orang tua mengetahui potensi anak. Akibatnya,
183
tuntutan orang tua dan keinginan anak berjalan beriringan. Potensi anak dan kehendak orang tua tumbuh dan berkembang seiring sejalan.
e. Dampak langsung dari pola asuh orang tua adalah perilaku anak di lingkungan sekitarnya, terutama di sekolah. Sekolah merupakan rumah kedua bagi anak. Perlakuan yang diterima oleh anak di rumah akan ditunjukkan melalui semua perilaku anak, ketika ia berinterkasi dengan orang-orang yang ada di sekolah. f. Anak yang dibesarkan dalam keluarga subjek penelitian memiliki keberanian
dalam mengungkapkan perasaan dan pendapatnya. Ia mampu mengungkapkan perasaan dan pendapatnya dengan bahasa yang teratur dan struktur kalimat yang sistematis dan logis. Anak mampu menyampaikan idenya dengan argumen yang tepat.
g. Dalam setiap diskusi anak mampu memberikan solusi dengan argumentasi yang baik. Struktur argumentasi tampak dalam setiap ujaran untuk menyelesaikan permasalahan, yaitu proposisi, alasan, dan tujuan. Pernyataan (proposisi) yang disampaikan oleh anak menunjukkan sebuah topik yang bisa diperdebatkan. Akan tetapi, anak memberikan alasan dengan memberikan bukti-bukti, agar tujuan pembicaraan dapat tercapai. Tujuan dari ujaran argumentatif adalah untuk meyakinkan, membujuk, dan mempengaruhi pendengar.
h. Mengingat anak masih berada tahap perkembangan kognitif preoperasional, anak lebih banyak mengungkapkan argumentasi berdasarkan sudut pandangnya sendiri (berpikir egosentrik). Anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoritatif memiliki kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan
184
pandangan yang nantinya akan dipergunakan dalam menyikapi atau menanggapi setiap persoalan yang dihadapinya.
i. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoritatif menunjukkan karakter seperti, jujur (berterus terang), bertanggung jawab, disiplin, ceria, cerdas, peduli terhadap sekitar, berani mengungkapkan perasaan dan pendapat, ramah, serta mau berusaha dan bekerja sama.
5.2 IMPLIKASI
Mengingat pola asuh orang tua dapat memberikan dampak pada kemampuan anak secara akademis dan sosial, maka perlakuan yang diterima oleh anak di sekolah hendaknya perlu disesuaikan seperti yang mereka terima di rumah. Guru hendaknya memiliki pendekatan terhadap siswa yang tidak berbeda dengan pendekatan orang tua terhadap anak. Hal ini disebabkan oleh siswa pada usia kanak-kanak sebagian besar belum bisa jauh dari orang tua. Artinya, peran orang tua sangat mendominasi dalam kehidupan anak usia
Secara rinci, berdasarkan hasil penelitian penulis menyarankan beberapa hal tentang pendekatan dalam pembelajaran berbicara.
Pertama, guru hendaknya memperhatikan kondisi psikologis anak. Setiap tahap perkembangan kognitif anak menunjukkan karakter yang berbeda. Dengan berpedoman pada karakter perkembangan anak, pembelajaran akan lebih efektif diberikan kepada siswa. Siswa akan mampu menyerap materi dengan optimal.
185
Kedua, guru hendaknya memperlakukan siswa dalam posisi yang penting. Pembelajaran tidak berfokus pada guru, tetapi pada siswa. Guru tidak meyalahkan siswa ketika mereka melakukan kesalahan. Guru hendaknya mengajak siswa untuk berdialog, sehingga mereka secara sadar memahami bahwa mereka telah melakukan kesalahan kemudian memperbaikinya serta tidak mengulanginya kembali di waktu yang akan datang. Melalui dialog yang hangat dan terbuka, guru dan siswa mencari cara terbaik untuk menyelesaikan masalah. Pendapat siswa dihargai apapun bentuknya.
Ketiga, guru hendaknya mempersiapkan kondisi sekolah senyaman ketika siswa berada di rumah. Dalam hal ini, pihak sekolah menyediakan ruang gerak yang cukup luas kepada siswa agar mereka dapat menggali seluruh potensi secara maksimal termasuk kreativitas siswa. Misalnya, menyediakan sarana bermain yang dapat memacu kreativitas, menyediakan buku-buku, dan alat bantu pembelajaran yang dapat mengoptimalkan perkembangan kognitif siswa.
Keempat, hasil penelitian menunjukkan bahwa persamaan perlakuan yang diterima oleh anak ketika di rumah dan di sekolah menghasilkan anak yang memiliki karakter dan kemampuan berbicara argumentatif, maka kiranya pola asuh otoritatif dapat digunakan sebagai alternatif pendekatan dalam pembelajaran di sekolah. Para guru di sekolah dapat menerapkan pola asuh otoritatif.
Kelima, mengingat penelitian ini terbatas hanya pada sebuah keluarga, maka kiranya perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menguji kontribusi pola asuh otoritatif terhadap kemampuan berbicara siswa dan kemampuan berbahasa yang lainnya, seperti menyimak, membaca, dan menulis.
186
Keenam, mengingat pentingnya peranan pendidikan dalam rumah terhadap pembentukan karakter, maka penulis berharap adanya penelitian lanjutan yang didasari oleh pendidikan karakter dan kontribusinya terhadap kemampuan berbahasa atau sebaliknya, pendidikan bahasa dikaitkan dengan pembentukan karakter anak.