• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN BERBICARA ARGUMENTATIF ANAK DALAM KELUARGA MULTIKULTURAL DENGAN POLA ASUH OTORITATIF :Sebuah Alternatif Pendekatan dalam Pembelajaran Berbicara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEMAMPUAN BERBICARA ARGUMENTATIF ANAK DALAM KELUARGA MULTIKULTURAL DENGAN POLA ASUH OTORITATIF :Sebuah Alternatif Pendekatan dalam Pembelajaran Berbicara."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

PENGESAHAN PERNYATAAN

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

UCAPAN TERIMA KASIH iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1

1.2 Batasan Masalah 7

1.3 Rumusan Masalah 7

1.4 Tujuan Penelitian 8

1.5 Manfaat Penelitian 8

1.6 Asumsi 9

1.7 Definisi Operasional 10

1.8 Paradigma Penelitian 11

BAB II KEMAMPUAN BERBICARA ARGUMENTATIF ANAK DALAM KELUARGA MULTIKULTURAL DENGAN POLA ASUH

OTORITATIF

2.1 Pemerolehan Bahasa Anak 14

2.2 Kemampuan Berbicara 18

2.3 Lingkungan Keluarga Multikultural 29

2.4 Pola Asuh Orang Tua 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian 47

3.2 Desain Penelitian 48

3.3 Metode Penelitian 49

3.4 Teknik Pengumpulan Data 50

3.6 Lokasi dan Subjek Penelitian 53

3.7 Pelaksanaan Pengumpulan Data 54

(2)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Objektif Keluarga Subjek Penelitian 60 4.2 Deskripsi Aktivitas Keluarga Subjek Penelitian 63

4.3 Deskripsi Pembelajaran di Sekolah 78

4.4 Deskripsi Pola Asuh Otoritatif dan Kemampuan Berbicara

Argumentatif Anak 88

4.5 PembahasanPola Asuh Orang Tua dan Kemampuan

Berbicara Argumentatif 165 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan 181

5.2 Implikasi 184

DAFTAR PUSTAKA 187

(3)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Tahapan Perkembangan Kognitif Model Piaget 17 Tabel 2. Pola Asuh Anak dan Pengaruhnya terhadap Perilaku Anak 37 Tabel 3. Hasil Analisis Pola Asuh, Ujaran Argumentatif, dan Karakter

Anak dalam Kartu Data 01 95

Tabel 4. Hasil Analisis Pola Asuh dalam Kartu Data No. 02 98 Tabel 5. Hasil Analisis Pola Asuh, Ujaran Argumentatif, dan Karakter

Anak dalam Kartu Data 03 102

Tabel 6. Hasil Analisis Ujaran Argumentatif dan Karakter Anak

dalam Kartu Data 04 105

Tabel 7. Hasil Analisis Pola Asuh dalam Kartu Data No. 05 108 Tabel 8. Hasil Analisis Pola Asuh dan Ujaran Argumentatif Anak

dalam Kartu Data 06 111

Tabel 9. Hasil Analisis Pola Asuh dan Ujaran Argumentatif Anak

dalam Kartu Data 07 116

Tabel 10. Hasil Analisis Pola Asuh dalam Kartu Data No. 08 118 Tabel 11. Hasil Analisis Pola Asuh, Ujaran Argumentatif, dan Karakter

Anak dalam Kartu Data 09 121

Tabel 12. Hasil Analisis Pola Asuh, Ujaran Argumentatif, dan Karakter

Anak dalam Kartu Data 10 124

Tabel 13. Hasil Analisis Pola Asuh dan Karakter Anak

dalam Kartu Data 11 126

Tabel 14. Hasil Analisis Pola Asuh dan Ujaran Argumentatif Anak

dalam Kartu Data 12 127

Tabel 15. Hasil Analisis Pola Asuh dan Ujaran Argumentatif Anak

(4)

Tabel 16. Hasil Analisis Pola Asuh, Ujaran Argumentatif, dan Karakter

Anak dalam Kartu Data 14 134

Tabel 17. Hasil Analisis Pola Asuh, Ujaran Argumentatif, dan Karakter

Anak dalam Kartu Data 15 136

Tabel 18. Hasil Analisis Pola Asuh, Ujaran Argumentatif, dan Karakter

Anak dalam Kartu Data 16 139

Tabel 19. Hasil Analisis Pola Asuh dan Ujaran Argumentatif Anak

dalam Kartu Data 17 141

Tabel 20. Hasil Analisis Pola Asuh dan Ujaran Argumentatif Anak

dalam Kartu Data 18 143

Tabel 21. Hasil Analisis Pola Asuh dan Ujaran Argumentatif Anak

dalam Kartu Data 19 145

Tabel 22. Hasil Analisis Pola Asuh dan Ujaran Argumentatif

Anak dalam Kartu Data 20 147

Tabel 23. Hasil Analisis , Ujaran Argumentatif dan Karakter

Anak dalam Kartu Data 21 149

Tabel 24. Hasil Analisis Pola Asuh dan Ujaran Argumentatif

Anak dalam Kartu Data 22 151

Tabel 25. Hasil Analisis Pola Asuh dan Ujaran Argumentatif

Anak dalam Kartu Data 23 153

Tabel 26. Hasil Analisis Pola Asuh, Ujaran Argumentatif, dan Karakter

Anak dalam Kartu Data 24 155

Tabel 27. Hasil Analisis Pola Asuh, Ujaran Argumentatif, dan Karakter

Anak dalam Kartu Data 25 157

Tabel 28. Hasil Analisis Pola Asuh, Ujaran Argumentatif, dan Karakter

Anak dalam Kartu Data 26 158

Tabel 29. Hasil Analisis Pola Asuh dan Ujaran Argumentatif

Anak dalam Kartu Data 27 160

Tabel 30. Hasil Analisis Pola Asuh dan Ujaran Argumentatif

(5)

Tabel 31. Hasil Analisis Ujaran Argumentatif dan Karakter

Anak dalam Kartu Data 29 164

Tabel 32. Hasil Analisis Pola Asuh, Ujaran Argumentatif, dan Karakter

Anak dalam Kartu Data 30 166

(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Paradigma Penelitian 13

Gambar 2. Empat Pola Asuh Menurut Diana Baumrind 36 Gambar 3. Desain Penelitian Studi Kasus Tunggal 49

Gambar 4. Kartu Data 52

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Pedoman Wawancara 189

Lampiran 2. Pedoman Observasi 193

Lampiran 3. Laporan Perkembangan Anak 194

Lampiran 4. Buku Bakat Fingerprint Analysis Report 202

(8)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian, batasan masalah, dan rumusan masalah. Selanjutnya, dipaparkan pula tujuan dan manfaat penelitian.

Pada bagian berikutnya adalah penjelasan mengenai asumsi sebagai jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian. Selanjutnya, adalah penjelasan tentang metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian. Berikutnya adalah paparan mengenai paradigma penelitian, yaitu mengenai pola pikir yang dijadikan acuan dalam penelitian tentang kemampuan berbicara argumentatif anak dalam keluarga multikultural dengan pola asuh otoritatif.

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

(9)

Pada dasarnya setiap manusia memiliki potensi berbahasa. Allah swt telah menganugerahkan organ tubuh yang lengkap yang memungkinkan manusia untuk menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Sampai saat ini, tangisan dianggap sebagai bahasa yang pertama kali karena melalui tangisan seorang bayi dapat berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya.

Sesuai dengan pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis termasuk akalnya, seorang anak memperoleh bahasa dan menggunakannya. Pemerolehan bahasa pertama kali dilakukan melalui kegiatan mendengarkan. Selanjutnya pada usia kira-kira satu tahun anak sudah mulai menghasilkan bahasa melalui kegiatan berbicara. Tentu saja bahasa yang diperoleh sangat berbeda antara anak yang satu dengan yang lainnya.

(10)

oleh Dardjowidjojo ini merupakan penelitian longitudinal yang menganalisis seluruh unsur pemerolehan bahasa anak, baik fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, maupun pragmatik.

Bagi keluarga yang orang tuanya berasal dari dua daerah yang berbeda dalam pengertian dua suku bangsa yang berlainan, bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu bagi anak-anaknya. Komunikasi dalam keluarga bahkan di masyarakat pun menggunakan bahasa Indonesia. Pemilihan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu dalam keluarga multikultural menjadi cerminan adanya sikap toleransi karena penggunaan bahasa daerah tidak memungkinkan komunikasi yang harmonis dalam keluarga. Selain itu, prinsip yang tampak pula dalam keluarga multikultural adalah tidak adanya paksaan dalam memilih bahasa yang akan digunakan untuk berkomunikasi.

(11)

kajian yang lebih mendalam tentang kemampuan berbicara anak yang berbahasa ibu bahasa Indonesia yang digunakan untuk berkomunikasi, baik dengan anggota keluarga yang lain, maupun dengan orang lain di sekitarnya.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Purwanti (2005) menunjukkan bahwa anak yang berbahasa ibu bahasa Indonesia sudah memiliki kemampuan berbicara yang lebih baik dibandingkan anak Barat pada usia yang sama (2-5 tahun). Anak berbahasa ibu bahasa Indonesia lebih cepat menguasai dengan baik beberapa jenis kemampuan berbicara (tuturan) dibanding anak lain yang berbahasa ibu bukan bahasa Indonesia seperti meminta, menyuruh, melarang, mengizinkan, dan mengusulkan.

Jenis kemampuan berbicara anak dengan aspek kognitif sangat menonjol adalah pada saat bertukar pikiran atau diskusi, ketika anak mengungkapkan gagasan dan alasan terhadap suatu persoalan yang dihadapinya. Jenis kemampuan berbicara seperti ini disebut berbicara argumentatif. Kemampuan berbicara, khususnya jenis berbicara argumentatif menurut Siegler dan Alibali (2005:53) merupakan salah satu indikasi dari perkembangan kognitif anak. Seperti yang diungkapkan dalam teori Piaget, dari empat tahap perkembangan berpikir (periode sensorimotor, preoperasional, operasional konkret, dan operasional formal), seluruhnya menyertakan perkembangan bahasa sebagai bagian dari perkembangan berpikir anak.

(12)

melakukan berbagai jenis kesalahan. Penyebab hambatan tersebut dapat berasal dari fisik anak sendiri (alat-alat berbicara yang kurang baik), emosi anak, dan kesalahan atau kelemahan dalam belajar berbicara.

Kemampuan berbahasa termasuk di dalamnya kemampuan berbicara merupakan kemampuan yang harus dipelajari dan perlu dilakukan sejak anak-anak. Dalam proses pembelajaran, stimulus lingkungan memegang peranan penting di samping kematangan kognitif. Oleh karena itu, penguasaan keterampilan berbicara anak sangat terkait dengan faktor usia dan lingkungan.

(13)

Pola-pola asuh orang tua (parenting) menurut Diana Baumrind dalam John W. Santrock (2007:464) terbagi menjadi 4 pola, yaitu: (1) pola asuh otoriter (authoritarian parenting), (2) pola asuh otoritatif (authoritative parenting), (3) pola asuh lalai (neglecful parenting), dan (4) pola asuh bebas (indulgent parenting). Di antara keempat pola tersebut, pola asuh yang otoritatif dianggap sebagai pola asuh yang sangat tepat untuk mengembangkan kemampuan anak, terutama kemampuan verbal dan interaksi sosial.

Dr. M. Enoch Marhum telah melakukan sebuah penelitian pada tahun 1996-1997 (Wicaksono dan Kuswardono, 1998) untuk mengkaji sumbangan pola asuh otoritatif terhadap prestasi mahasiswa. Hasil penelitian tersebut menunjukkan simpulan bahwa pola asuh otoritatif yang dilakukan di rumah dan di sekolah merupakan lahan subur munculnya individu berprestasi. Pola asuh otoritatif akan mendorong pembentukan sifat kerja keras, disiplin, komitmen, prestatif, mandiri, dan realistis pada individu. Sifat yang paling besar kontribusinya bagi tinggi- rendahnya prestasi adalah sifat disiplin.

Sementara itu, pola asuh otoritatif muncul bila orang tua menerapkan kendali yang tinggi pada anak. Ia pun menuntut prestasi tinggi, tetapi disertai oleh sikap demokratis dan kasih sayang yang tinggi pula. Pola asuh model ini kuat dalam kontrol dan pengawasan, tetapi tetap memberi tempat bagi pendapat anak.

(14)

oleh Edelsky (dalam Norton, 1989:65) bahwa dalam pembelajaran bahasa lisan (berbicara) perlu adanya dukungan lingkungan yang kondusif. Catatan yang diperoleh dalam penelitiannya menunjukkan bahwa interaksi antara orang tua dengan anaknya membawa implikasi terhadap cara anak belajar bahasa di dalam kelas. Ia menyarankan agar guru mampu menciptakan suasana pembelajaran di kelas seperti lingkungan siswa di rumah.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan tersebut, kiranya perlu dilakukan penelitian untuk melihat seperti apakah gambaran karakter anak dan kemampuan berbicara argumentatif anak dalam keluarga multikultural dengan pola asuh otoritatif.

1.2 Batasan Masalah

Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini perlu dibatasi agar diperoleh kajian yang komprehensif. Masalah tersebut adalah tentang kemampuan berbicara argumentatif anak yang berbahasa ibu bahasa Indonesia dalam keluarga multikultural dengan pola asuh otoritatif.

1.3 Rumusan Masalah

(15)

1. Bagaimanakah pola asuh otoritatif yang diterapkan oleh orang tua dalam keluarga multikultural?

2. Bagaimanakah gambaran kemampuan berbicara argumentatif anak dalam keluarga multikultural dengan pola asuh otoritatif?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1. Untuk mendeskripsikan ciri-ciri pola asuh otoritatif orang tua terhadap anak dalam keluarga multikultural.

2. Untuk mendeskripsikan kemampuan berbicara argumentatif anak dalam keluarga multikultural dengan pola asuh otoritatif.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu bahasa dan pembelajarannya, terutama tentang pemerolehan bahasa anak dan keterampilan berbicara argumentatif.

(16)

anak akan lebih mudah untuk menerima materi ketika disampaikan menggunakan pendekatan yang tidak jauh berbeda dengan pola asuh (perlakuan) yang diterimanya di rumah.

1.6 Asumsi

(17)

1.7 Definisi Operasional

Beberapa konsep yang akan dipergunakan dalam penelitian ini akan didefinisikan secara operasional agar diperoleh kejelasan ruang lingkup kegiatan penelitian. Selain itu, definisi operasional ini akan memperjelas pengertian istilah-istilah yang dipergunakan dalam penelitian, disamping untuk menghindari kesalahan penafsiran dan makna ambigu.

Kemampuan berbicara argumentatif adalah kemampuan anak menggunakan bahasa Indonesia secara lisan dalam mengungkapkan pendapat atau gagasan, pikiran, serta perasaan dengan komponen utama berupa fakta-fakta sebagai bukti untuk menguatkan pernyataan. Kemampuan berbicara argumentatif termasuk di dalamnya adalah pernyataan-pernyataan yang berisi alasan-alasan sederhana yang logis. Komponen utama dalam berbicara argumentatif adalah pernyataan, alasan-alasan yang mendukung simpulan, dan tujuan.

Keluarga multikultural yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keluarga yang orang tuanya berasal dari dua daerah di Indonesia yang berbeda kultur dengan bahasa daerah yang berbeda pula. Keluarga yang diteliti adalah suatu unit masyarakat terkecil dengan inti terdiri atas ayah, ibu, dan anak.

(18)

jawab. Anak diberi keleluasaan untuk mengungkapkan pikirannya dan mengekspresikan dirinya. Akan tetapi, orang tua tetap mengontrol dan memberi teladan kepada anak. Kendali utama pendidikan anak tetap di tangan orang tua.

Yang dimaksud dengan alternatif dalam penelitian ini adalah pilihan dari dua atau beberapa kemungkinan. Artinya, alternatif pendekatan pembelajaran adalah pilihan dari beberapa pendekatan dalam kegiatan pembelajaran agar pembelajaran berlangsung secara efektif.

Pendekatan pembelajaran berbicara adalah pedoman dalam pembelajaran berdasarkan asumsi tertentu yang selanjutnya dijadikan pedoman dalam kegiatan pembelajaran.

1.8 Paradigma Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan asumsi yang telah dikembangkan dari berbagai kajian teroretis. Akan tetapi, dalam penelitian naturalistik, teori-teori tersebut tidak bersifat ajeg dan kemungkinan akan berbeda pada saat peristiwa yang sesungguhnya terjadi di lapangan.

(19)

Dialog-dialog yang dilakukan dalam pengasuhan anak akan berdampak pada karakter dan kemampuan berbicara anak. Anak akan memiliki karakter, seperti disiplin, bertanggung jawab, optimis, ceria, dapat dipercaya, berani berpendapat, jujur, bersahabat, mau bekerja sama, dan emosi stabil.

(20)

GAMBAR 1

PARADIGMA PENELITIAN

Pada bab II akan dilanjutkan dengan kajian secara konseptual mengenai kemampuan berbicara anak, keluarga multukultural, dan pola asuh otoritatif.

Pola Asuh Otoritatif

Bahasa Anak

Cara orang tua: 1. mengasuh; 2. merawat; 3. mendidik; 4. memberi pujian; 5. memberi hukuman; 6. membuat peraturan; 7. menunjukkan otoritas;

dan

8. memberikan perhatian.

Dialog Kemampuan Berbicara Argumentatif Membentuk karakter: 1. disiplin;

2. bertanggung jawab; 3. optimis;

4. ceria;

5. dapat dipercaya; 6. berani berpendapat; 7. jujur;

8. bersahabat;

9. mau bekerja sama; dan 10.emosi stabil.

(21)

47

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab III yaitu metodologi penelitian berisi uraian mengenai pendekatan, desain, dan metode penelitian. Setelah itu, diuraikan pula tentang definisi operasional mengenai variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian, teknik pengumpulan data, lokasi dan sampel penelitian, serta prosedur penelitian.

Kemudian pembahasan dilanjutkan tentang data dan sumber data, serta teknik analisis data yang dipergunakan. Berikut adalah uraian mengenai topik-topik tersebut.

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan naturalistik. Pendekatan naturalistik dipilih dengan alasan data tentang gejala-gejala yang akan diperoleh dari lapangan lebih banyak menyangkut perbuatan dan kata-kata dari responden. Data-data tersebut sedapat mungkin tidak dipengaruhi dari luar sehingga bersifat alami (natural), apa adanya. Realitas natural dalam kehidupan keluarga dapat diamati dan dianalisis sehingga diperoleh makna yang terkandung di dalamnya.

(22)

48

Tujuan penelitian dengan menggunakan pendekatan naturalistik adalah untuk menemukan pola-pola yang mungkin dapat dikembangkan menjadi teori (Nasution, 1992:11). Teori ini lambat laun akan mendapat bentuk tertentu berdasarkan analisis data yang kian bertambah sepanjang berlangsungnya penelitian.

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian studi kasus tunggal (single case study design). Desain ini dipilih dengan pertimbangan agar diperoleh data yang lebih terperinci mengenai responden yang diteliti. Studi kasus merupakan sebuah studi yang bersifat komprehensif, intens, rinci, dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya untuk menelaah masalah-masalah atau fenomena yang bersifat kontemporer atau kekinian (Aziz dalam Bungin, 2007:18). Melalui studi kasus, kita dapat melakukan kajian yang mendalam mengenai perilaku suatu unit individu (perorangan, keluarga, kelompok, atau pranata sosial suatu masyarakat). Dalam penelitian ini satu unit yang diteliti adalah sebuah keluarga multikultural yang menerapkan pola asuh otoritatif.

(23)

49

sebagai bahasa ibu dalam kegiatan berbicara argumentatif anak pada keluarga multikultural dengan pola asuh otoritatif. Desain studi kasus bertujuan untuk menggali (explore) dan mendeskripsikan (describe) secara rinci tentang fenomena yang diteliti. Desain penelitian studi kasus tunggal tampak pada gambar berikut.

GAMBAR 3.

DESAIN PENELITIAN STUDI KASUS TUNGGAL

Jenis studi kasus tunggal dalam penelitian ini adalah studi kasus observasi (Bogdan dan Biklen dalam Bungin,2007:230). Dalam studi kasus tunggal observasi penekanannya adalah pada penggunaan observasi untuk menjaring informasi-informasi empiris yang empiris dan aktual dari unit analisis penelitian, baik yang menyangkut kehidupan individu maupun unit-unit sosial tertentu dalam masyarakat.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian tentang kemampuan berbicara argumenttif anak dalam keluarga multikultural dengan pola asuh otoritatif adalah metode deskriptif. Metode ini dipilih karena masalah yang dikaji menyangkut hal-hal yang sedang

Kembang-kan Teori

Pemilihan Kasus

Desain Teknik Pengumpulan

Data

Pengumpulan Data dan Analisis Data Kasus Tunggal

(24)

50

berlangsung dalam masyarakat khususnya dalam keluarga dengan harapan agar data dapat dikumpulkan sebanyak-banyaknya dengan tetap memperhatikan segi kualitas data.

Data-data yang diperoleh tersebut selanjutnya dianalisis agar diperoleh gambaran umum (description) yang lebih jelas, sistematis, faktual, dan akurat yang berhubungan dengan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian yang diteliti. Penelitian yang menggunakan metode deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis (Zuriah, 2006:47).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data mengenai kemampuan berbicara argumentatif anak akan dijaring dengan menggunakan teknik wawancara dan merekam ujaran yang dihasilkan anak dengan menggunakan voice recorder safa berkapasitas 256 MB. Data ini diperoleh dari kegiatan berdiskusi dan tanya jawab. Untuk mendapatkan gambaran tentang pola asuh otoritatif digunakan tenik observasi, wawancara, dan angket.

(25)

51

lebih lain dari ”manusia sebagai instrumen” adalah sifatnya yang responsif, adaptif, lebih holistik, memiliki suatu kesadaran pada konteks yang tak terkatakan, mampu mengklarifikasi, menjelajahi jawaban, dan menggali pemahaman yang mendalam (Suyitno,2008).

Berikut ini adalah uraian tentang teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian.

3.5.1 Observasi

Dalam konteks penelitian, observasi dimaksudkan sebagai kegiatan pengamatan yang dilakukan secara terencana untuk menggambarkan kejadian dan perilaku yang ada di setting penelitian yang diteliti. Kegiatan ini menuntut peneliti untuk turun langsung ke lapangan penelitian, berinteraksi dengan komunitas yang diteliti, dan mungkin terlibat langsung dalam kegiatan yang mereka lakukan. Yang terakhir ini tergantung kepada jenis observasi yang diterapkan peneliti.

(26)

52

ingin diperoleh adalah untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya dalam seting yang alami. Hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti dikumpulkan dalam catatan yang berbentuk kartu data.

GAMBAR 4. KARTU DATA

3.5.2 Wawancara

Berdasarkan garis kontinum yang menggambarkan tingkat kontrol peneliti terhadap jawaban informan, wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan kedalam empat jenis.

a. Wawancara informal (Informal interviewing); wawancara seperti ini terjadi pada masa-masa awal kehadiran peneliti di lokasi penelitian untuk menciptakan rapport (hubungan dekat, kesan simpatik) dengan informan dan pada saat peneliti mencari topik menarik yang sebelumnya mungkin terlewatkan.

b. Wawancara tidak terstruktur (Unstructured interviewing); berbeda dengan wawancara informal yang merupakan obrolan bebas yang tidak terencana dengan baik dan tanpa tujuan yang tegas, wawancara tidak terstruktur merupakan “perbincangan bertujuan,” memiliki perencanaan dan target yang

KARTU DATA No. Hari/Tanggal :

Waktu :

Tempat :

(27)

53

jelas, meskipun dalam prakteknya peneliti tidak membawa interview guide, dan tidak terkesan mengontrol jawaban yang diberikan informan.

c. Wawancara semi-terstruktur (Semistructured interviewing); tehnik ini grey zone (jalan tengah) antara wawancara tidak terstruktur dengan wawancara terstruktur. Cara seperti ini digunakan ketika peneliti ingin mengontrol informasi apa yang ingin ia peroleh dari informan tetapi tetap memberikan peluang kepada informan untuk berbicara dengan caranya sendiri.

3.5.3 Dokumentasi

Teknik dokumentasi diperlukan untuk memperoleh data mengenai aktivitas dan prestasi responden. Dalam penelitian ini dokumentasi mengenai prestasi anak di sekolah.

3.5 Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian tentang kemampuan berbicara argumentatif anak dalam keluarga multikultural dengan pola asuh otoritatif dilakukan di kota Bandung dengan pertimbangan bahwa wilayah ini merupakan wilayah yang sangat berkembang dengan karakter penduduk yang sangat dinamis dan heterogen. Banyak pendatang yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia dengan berbagai keperluan menetap di daerah ini, sehingga akan lebih memungkinkan ditemui keluarga multikultural di kota Bandung.

(28)

54

penelitian ini sampelnya adalah sebuah keluarga multikultural yang menerapkan pola asuh otoritatif.

Dalam penelitian kualitatif, McMillan dan Schumacher (2001:404) menyarankan yang dimaksud dengan purposive sampling berada antara n=1 hingga n=40 atau lebih. Dalam penelitian ini dipilih satu keluarga keluarga multikultural yang menggunakan pola asuh otoritatif dengan pertimbangan: (a) agar dapat dilakukan pendekatan yang memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci, (b) untuk mempertahankan keutuhan (wholeness) dari obyek, artinya data yang dikumpulkan dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi, dan (c) untuk mengembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai obyek yang bersangkutan.

Pengambilan data dilakukan sejak bulan Desember 2008 sampai dengan bulan April 2009. Akan tetapi, peneliti telah melakukan kegiatan prapenelitian sejak Agustus 2008. Kegiatan prapenelitian berguna untuk memperoleh gambaran secara umum mengenai pola asuh yang diterapkan dalam keluarga multikultural.

Keluarga multikultural yang dipilih adalah Padang-Sunda. Dalam keluarga ini tinggal ayah yang berasal dari Padang, ibu dari Rangkasbitung, dan dua orang anak berusia 5,7 tahun dan 2,2 tahun.

3.6 Pelaksanaan Pengumpulan Data

(29)

55

1. Tahap Prapenelitian (orientasi)

Tahap prapenelitian (orientasi) merupakan langkah yang diambil peneliti untuk melakukan kunjungan terhadap beberapa keluarga agar diperoleh data mengenai keluarga multikultural yang menggunakan pola asuh otoritatif. Pada tahap ini, pengamatan dilakukan secara diam-diam. Akhirnya, peneliti menemukan sebuah keluarga multikultural yang menggunakan pola asuh otoritatif.

Selanjutnya, peneliti melakukan pendekatan berupa kunjungan silaturahmi untuk mengumpulkan data. Pada waktu silaturahmi peneliti melakukan pengamatan terhadap pola asuh otoritatif yang dipergunakan dalam keluarga. Perhatian diarahkan pada kebiasaan berbicara, bersikap, dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tahap Penelitian (eksplorasi)

Pada tahap penelitian (eksplorasi), peneliti menggali dan menjaring data di lapangan melalui observasi, wawancara, angket, dan studi dokumentasi. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap eksplorasi adalah:

a. mencari data yang sesuai dengan fokus penelitian; b. memilih sumber data yang terandalkan;

c. menyusun pedoman wawancara untuk memperoleh data; d. memperoleh data sesuai dengan fokus penelitian;

(30)

56

Dalam tahap lapangan ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh peneliti agar diperoleh informasi yang mendalam tentang pola asuh keluarga dan kemampuan berbicara argumentasi anak. Kegiatan tersebut adalah:

a. mengenal lebih dekat subjek penelitian;

b. mengadakan pengamatan permulaan terhadap keluarga yang menjadi subjek penelitian;

c. mengadakan interaksi langsung dengan keluarga tersebut;

d. melakukan partisipasi atau terlibat langsung dalam kegiatan yang dilakukan keluarga tersebut.

3. Tahap triangulasi

Tahap ini merupakan pemeriksaan data-data yang telah diperoleh dari lapangan terutama untuk memeriksa keabsahan data. Maxwell (1996:86) mengungkapkan bahwa triangulasi merupakan salah satu cara untuk memperoleh validitas dalam penelitian kualitatif. Triangulasi ini dapat dilakukan melalui sumber data, metode, dan teori-teori yang dipergunakan.

Dalam penelitian ini, triangulasi dilakukan dengan cara:

a. menggunakan beberapa teknik pengumpulan, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi;

b. menggunakan sumber ganda (berbeda-beda), dalam hal ini peneliti melakukan observasi terhadap subjek penelitian pada saat di rumah, di sekolah, dan di tempat bermain;

(31)

57

3.7 Teknik Analisis Data

Data-data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa data verbal. Analisis data menggunakan model interaktif dari Milles dan Huberman. Analisis data dilakukan mengikuti tahap-tahap sebagai berikut:

3.7.1 Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, angket, dan dokumentasi. Data mengenai pola asuh orang tua diperoleh melalui teknik observasi, angket, dan wawancara. Data kemampuan berbicara anak dikumpulkan melalui teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Selanjutnya data-data yang berupa data verbal dari hasil wawancara diubah menjadi bentuk tulisan.

3.7.2 Reduksi data

(32)

58

3.7.3 Penyajian data

Langkah berikutnya dalam kegiatan analisis data adalah menyajikan data. Data yang disajikan adalah mengenai kemampuan argumentatif dan pola asuh otoritatif.

3.7.4 Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan diperoleh setelah kegiatan mereduksi data dan menyajikan data. Kesimpulan merupakan hasil kegiatan mengaitkan antara pertanyaan-pertanyaan penelitian dengan data yang diperoleh di lapangan.

[image:32.595.112.512.246.632.2]

Teknik analisis data yang telah diuraikan tersebut mengacu pada model Model Interaktif (Miles dan Huberman, 1984:23) yang tampak seperti gambar berikut ini.

GAMBAR 5.

ANALISIS DATA MODEL INTERAKTIF

Reduksi Data

Penyajian

(33)

59

3.8.5 Pengecekan hasil belajar siswa di sekolah

Pengecekan hasil belajar siswa di sekolah bertujuan untuk mengetahui kemampuan berbicara argumentatif anak ketika ia berada di luar lingkungan keluarga.

(34)

181

BAB V PENUTUP

Penelitian yang berjudul “Kemampuan Berbicara Argumentatif Anak dalam Keluarga Multikiultural dengan Pola Asuh Otoritatif” ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan dunia pendidikan terutama pendidikan bahasa. Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk uraian padat. Pada bagian akhir bab V akan disajikan beberapa implikasi atau rekomendasi terkait dengan pemanfaatan hasil penelitian.

5.1 KESIMPULAN

Penelitian tentang kemampuan berbicara anak dalam keluarga multikultural dengan pola asuh otoritatif sesungguhnya merupakan sebuah kajian terhadap sebuah fenomena yang ada di masyarakat modern seperti saat ini. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan seperti uraian berikut ini.

(35)

182

bukti adanya prinsip toleransi dan mau menerima perbedaan yang terdapat dalam keluarga.

b. Prinsip-prinsip toleransi tersebut tampak pula dalam pemilihan pola asuh dalam rumah. Pola asuh yang dipergunakan dalam subjek penelitian adalah pola asuh otoritatif dengan ciri utama adalah komunikasi terbuka. Melalui komunikasi yang terbuka, segala hal yang berkaitan dengan rumah tangga dibahas secara dialogis.

c. Berdasarkan hasil penelitian, posisi anak dalam keluarga memiliki peranan yang sangat penting. Orang tua selalu melibatkan anak dalam aspek-aspek yang terkait dengan anak. Orang tua berperan aktif dalam kehidupan anak, terutama dalam pendidikan anak. Orang tua memiliki kontrol yang kuat terhadap perilaku anak, menuntut anak agar disiplin dengan memberikan teladan kepada anak. Akan tetapi, orang tua tetap memperhatikan kondisi anak secara fisik dan mental. Tuntutan dan kontrol terhadap anak dilakukan secara demokratis dan dialogis. Anak diberi ruang gerak yang luas untuk berkembang sesuai dengan fitrahnya, namun orang tua tetap melakukan pengawasan yang tepat. Artinya, walaupun ada kontrol, tetap tidak membatasi anak.

(36)

183

tuntutan orang tua dan keinginan anak berjalan beriringan. Potensi anak dan kehendak orang tua tumbuh dan berkembang seiring sejalan.

e. Dampak langsung dari pola asuh orang tua adalah perilaku anak di lingkungan sekitarnya, terutama di sekolah. Sekolah merupakan rumah kedua bagi anak. Perlakuan yang diterima oleh anak di rumah akan ditunjukkan melalui semua perilaku anak, ketika ia berinterkasi dengan orang-orang yang ada di sekolah. f. Anak yang dibesarkan dalam keluarga subjek penelitian memiliki keberanian

dalam mengungkapkan perasaan dan pendapatnya. Ia mampu mengungkapkan perasaan dan pendapatnya dengan bahasa yang teratur dan struktur kalimat yang sistematis dan logis. Anak mampu menyampaikan idenya dengan argumen yang tepat.

g. Dalam setiap diskusi anak mampu memberikan solusi dengan argumentasi yang baik. Struktur argumentasi tampak dalam setiap ujaran untuk menyelesaikan permasalahan, yaitu proposisi, alasan, dan tujuan. Pernyataan (proposisi) yang disampaikan oleh anak menunjukkan sebuah topik yang bisa diperdebatkan. Akan tetapi, anak memberikan alasan dengan memberikan bukti-bukti, agar tujuan pembicaraan dapat tercapai. Tujuan dari ujaran argumentatif adalah untuk meyakinkan, membujuk, dan mempengaruhi pendengar.

(37)

184

pandangan yang nantinya akan dipergunakan dalam menyikapi atau menanggapi setiap persoalan yang dihadapinya.

i. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoritatif menunjukkan karakter seperti, jujur (berterus terang), bertanggung jawab, disiplin, ceria, cerdas, peduli terhadap sekitar, berani mengungkapkan perasaan dan pendapat, ramah, serta mau berusaha dan bekerja sama.

5.2 IMPLIKASI

Mengingat pola asuh orang tua dapat memberikan dampak pada kemampuan anak secara akademis dan sosial, maka perlakuan yang diterima oleh anak di sekolah hendaknya perlu disesuaikan seperti yang mereka terima di rumah. Guru hendaknya memiliki pendekatan terhadap siswa yang tidak berbeda dengan pendekatan orang tua terhadap anak. Hal ini disebabkan oleh siswa pada usia kanak-kanak sebagian besar belum bisa jauh dari orang tua. Artinya, peran orang tua sangat mendominasi dalam kehidupan anak usia

Secara rinci, berdasarkan hasil penelitian penulis menyarankan beberapa hal tentang pendekatan dalam pembelajaran berbicara.

(38)

185

Kedua, guru hendaknya memperlakukan siswa dalam posisi yang penting. Pembelajaran tidak berfokus pada guru, tetapi pada siswa. Guru tidak meyalahkan siswa ketika mereka melakukan kesalahan. Guru hendaknya mengajak siswa untuk berdialog, sehingga mereka secara sadar memahami bahwa mereka telah melakukan kesalahan kemudian memperbaikinya serta tidak mengulanginya kembali di waktu yang akan datang. Melalui dialog yang hangat dan terbuka, guru dan siswa mencari cara terbaik untuk menyelesaikan masalah. Pendapat siswa dihargai apapun bentuknya.

Ketiga, guru hendaknya mempersiapkan kondisi sekolah senyaman ketika siswa berada di rumah. Dalam hal ini, pihak sekolah menyediakan ruang gerak yang cukup luas kepada siswa agar mereka dapat menggali seluruh potensi secara maksimal termasuk kreativitas siswa. Misalnya, menyediakan sarana bermain yang dapat memacu kreativitas, menyediakan buku-buku, dan alat bantu pembelajaran yang dapat mengoptimalkan perkembangan kognitif siswa.

Keempat, hasil penelitian menunjukkan bahwa persamaan perlakuan yang diterima oleh anak ketika di rumah dan di sekolah menghasilkan anak yang memiliki karakter dan kemampuan berbicara argumentatif, maka kiranya pola asuh otoritatif dapat digunakan sebagai alternatif pendekatan dalam pembelajaran di sekolah. Para guru di sekolah dapat menerapkan pola asuh otoritatif.

(39)

186

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Amiarti, Neneng. 2008. Pengaruh Lingkungan Sosial terhadap Perkembangan Anak Usia Dini. Makalah pada Seminar Ibu dan Anak. Bandung

Arsyad, M dan U.S Mukti. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga

Bungin, Burhan. 2007. Penelitain Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Grup

Bungin, Burhan. 2007. Analisis Data Penelitain Kualitatif. Jakarta: RajaGrafindo Perkasa

Dardjowodjojo, Soendjono. 2000. Echa: Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta: Grasindo

Dardjowodjojo, Soendjono. 2005. Psikolinguistik:Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia

Darling, Nancy. 1999. Parenting Style and Its Correlates. Clearinghouse on Elementary and Early Childhood Education.[Online]. Tersedia: http://www.athealth.com/Practitioner/ceduc/parentingstyles.html. [6 Maret 2009]

Djuanda, Dadan, dkk. 2006. Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI Press

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Feldman, Robert. S. 2003. Essential of Undersatanding Psychology. New York: McGraw Hill

Fletcher, Paul dan Michael Garman. 1992. Language Acquisition. New York: Cambride University Press

Hughes, Rebecca. 2002. Teaching and Researching Speaking. New York: Longman

(41)

Jeanne, Ballantine. 2001. Raising Competent Kids:The Authoritative Parenting Style..Tersedia:http://findarticles.com/p/article/mi_qa6314/is_200110/ai_n895 8286.html[04 September 2008]

Keith, Kimberly L. 2008. Authoritative Parenting: The Ideal Parenting Style. Tersedia: http//About.com. [20 Juni 2009]

Keraf, Gorys. 1989. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores: Nusa Indah

Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Lincoln, Yvonna S dan Egon G Guba. 1985. Naturalistic Inquiry. Baverly Hillls :

Sage Publication

Mar’at, Samsunuwiyati. 2005. Psikolinguistik: Suatu Pengantar. Bandung: Refika Aditama

Maxwell, Joseph.A. 1996. Qualitative Research Design: An Interactive Approach. Beverly Hills CA: Sage Publication Inc

McMillan, James H dan Sally Schumacher. 2001. Research in Education. New York: Longman

Megawangi, Ratna. (2003). Pendidikan Karakter untuk Membangun Masyarakat Madani. IPPK Indonesia Heritage Foundation.

Miles, M.B. dan A.M. Huberman (1984) Qualitative Data Analysis: A Source Book for New Methods. Beverly Hills CA: Sage Publication Inc

Moore, S. G. (1992). The Role of Parents in the Development of Peer Group

Competence. ERIC Digest. Tersedia:

http//eric.ed.gow/ERICWebPortal/RecordDetail. [4 Juli 2009]

Nasution, S. 1992. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Norton, Donna E. 1989. The Effective Teaching of Language Arts. Ohio: Merrill

Publishing

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta:BPFE

Purwanti, Sri Ariyanti. 2005. Perilaku Petuturan Anak Usia 2-5 Tahun yang Berbahasa Ibu Bahasa Indonesia (Tesis). Bandung: PPs UPI

(42)

Sapani, Suardi, Yeti Mulyati, dan Nunny Sulistiany. 1997. Teori Pembelajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud

Siegler dan Alibali. 2005. Chidren’s Thinking. New Jersey: Pearson Prentice Hall Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Bimbingan dan Konseling:Dalam Praktek.

Bandung: Maestro

Sulaeman, M.I. 1994. Pendidikan dalam Keluarga. Bandung: CV Alfabeta

Suyitno. 2008. Paradigma Penelitian Naturalistik. [Online].Tersedia:http: suyitno69.multiply.com/journal/item/2.html[04 September 2008]

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Berbicara: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Tellis, Winston. 1997. Application of a Case Study Methodology The Qualitative Report, Volume 3, Number 3, September, 1997 Tersedia http://www.nova.edu/ssss/QR/QR3-3/tellis2.html. [20 Juni 2009] Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Wicaksono dan Arif. A. Kuswardono. (1998, 29,Desesmber). Berprestasi atau Tidak Tergantung Ibu. Tempo [Online]. XXVII.Tersedia http://majalah.tempointeraktif.com/id/email/1998/12/29/PRK/mbm.19981229. PRK98833.id.html[04 September 2008]

Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Yaqin, M Ainul. 2005. Pendidikan Multikultural: Cross-cultural Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan. Yogyakarta: Pilar Media

Gambar

Tabel 33. Pola Asuh Otoritatif dalam Keluarga Subjek Penelitian
Gambar 2. Empat Pola Asuh Menurut Diana Baumrind
GAMBAR 1
GAMBAR 3.
+3

Referensi

Dokumen terkait

07/03/18 DEPDIKNAS RI, 2007 DEPDIKNAS RI, 2007 3 3  Emosi menggambarkam perasaan manusia Emosi menggambarkam perasaan manusia.. menghadapi berbagai situasi

 Konsep rumah tangga pertanian adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya melakukan dan bertanggungjawab dalam kegiatan pembudidayaan,

karena atas ramat dan hidayahnya- Nya, laporan akhir yang berjudul “ Aplikasi Sensor Photodioda Pada Robot Micromouse Pencari Tujuan Pada Labirin Berukuran 18 X

Seperti pada perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia yang mengalami penurunan penjualan pada Januari 2014 yang disebabkan curah hujan yang tinggi dan banjir

Merupakan metode analisis yang digunakan untuk menganalisis pengaruh antara citra merek, kualitas produk dan Promosi terhadap Keputusan Pembelian sepeda motor matic Yamaha

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengisolasi bakteri yang bersimbiosis dengan spons dan menentukan karakteristik morfologi serta sifat Gram dari isolat

Hasil pengujian sebagai penerima siaran televisi digital untuk lima kanal, antena bowtie memiliki kinerja yang lebih baik dari antena pembanding PF Indoor HD14