• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Intensitas Komunikasi Dengan Tingkat Keberhasilan Kinerja Kader Pos Pemberdayaan Keluarga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Intensitas Komunikasi Dengan Tingkat Keberhasilan Kinerja Kader Pos Pemberdayaan Keluarga"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN INTENSITAS KOMUNIKASI DENGAN

TINGKAT KEBERHASILAN KINERJA KADER POS

PEMBERDAYAAN KELUARGA

(Kasus: Posdaya Puspa Lestari, Babakan Sukamantri RW VII, Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor)

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2016

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Hubungan Intensitas Komunikasi dengan Tingkat Keberhasilan Kinerja Kader Pos Pemberdayaan Keluarga (Kasus: Posdaya Puspa Lestari, Babakan Sukamantri RW VII, Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor)” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

(4)
(5)

v

ABSTRAK

FITRI ZAKIYAH. Hubungan Intensitas Komunikasi dengan Tingkat Keberhasilan Kinerja Kader Pos Pemberdayaan Keluarga. Di bawah bimbingan PUDJI MULJONO.

Posdaya merupakan salah satu program pemberdayaan Sumber Daya Manusia berbasis partisipatif dan swadaya masyarakat, oleh karena itu dibutuhkan aktivitas komunikasi yang tepat agar dapat melaksanakan fungsinya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Keberhasilan sebuah Posdaya tentunya didukung oleh berbagai faktor. Beberapa diantaranya yaitu dapat dinilai dari keberhasilan kinerja kader Posdaya dan intensitas komunikasi yang terjalin antar kader. Keberhasilan kinerja kader merupakan sebuah nilai yang memiliki kekuatan atau gerak di dalam kelompok, sehingga dapat menentukan perilaku kelompok dan anggotanya dalam pencapaian tujuan kelompok Posdaya, sedangkan intensitas komunikasi yang terjalin antar kader merupakan keadaan tingkatan atau ukuran yang menggambarkan seberapa sering suatu komunikasi antar kader terjadi serta daya konsentrasi yang terjalin dalam berkomunikasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sensus dengan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan intensitas komunikasi dengan tingkat keberhasilan kinerja kader Pos pemberdayaan keluarga di Posdaya Puspa Lestari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden terbukti memiliki hubungan yang positif dengan intensitas komunikasi pada dua indikator, yaitu: pendidikan non formal dan tingkat kekosmopolitan, dan memiliki hubungan yang positif dengan tingkat keberhasilan kinerja kader pada tiga indikator, yaitu: pendidikan non formal, pengalaman, dan tingkat kekosmopolitan. Begitupula, dengan intensitas komunikasi terbukti memiliki hubungan yang positif dengan tingkat keberhasilan kinerja dengan nilai signifikansi sebesar 0,01.

Kata kunci: Intensitas Komunikasi, Kinerja Kader Posdaya, Posdaya. ABSTRACT

FITRI ZAKIYAH. Relation of Communication Intensity with The Success Level of Cadres Post Family Empowerment Performance. Supervised by PUDJI MULJONO.

(6)

vi

their members in achieving Posdaya group's goals, while the intensity of communication that exists between the cadres is a state level or measure that describes how often a communication between cadres happened and concentration power interlaced in communication. The method used in this research is the census methode with the quantitative approach that supported by qualitative data. The research objectives is examining the relation between the intensity of communication among cadres with the success level of cadres post family empowerment performance at Posdaya Puspa Lestari. The results showed that the characteristics of respondents proved have a positive correlation with the intensity of communication on two indicators, namely: unformal education and level of cosmopolitan, and have a positive correlation with the success level of cadres post family empowerment performance on three indicators, namely: unformal education, experience, and cosmopolitan level. Similarly, with the intensity of communication proved have a positive correlation with the success level of cadres post family empowerment performance with a significance value of 0.01.

(7)

vii

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

HUBUNGAN INTENSITAS KOMUNIKASI DENGAN

TINGKAT KEBERHASILAN KINERJA KADER POS

PEMBERDAYAAN KELUARGA

(Kasus: Posdaya Puspa Lestari, Babakan Sukamantri RW VII, Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor)

FITRI ZAKIYAH

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(8)
(9)
(10)

x

(11)

xi

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Intensitas Komunikasi dengan Tingkat Keberhasilan Kinerja Kader Pos Pemberdayaan Keluarga (Kasus: Posdaya Puspa Lestari, Babakan Sukamantri RW VII, Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor)” dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa karya ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof Dr Ir Pudji Muljono, M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu mendukung penulis, baik berupa masukan, saran, kritik, maupun motivasi selama penulisan skripsi. Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Dr Ir Dwi Sadono, MSi dan Sriwulan F. Falatehan, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan serta saran yang membangun guna perbaikan skripsi. Ucapan terimakasih teruntuk kedua orang tua tercinta Bapak Syahtiar dan Ibu Siti Muniroh yang selalu berdoa dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya untuk penulis. Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan rasa bangga dan terima kasih kepada Muhammad Jafar Shadik, Firda Fauziah, dan Syafira Nurul Hidayati, adik-adik tercinta yang selalu menjadi motivasi dan inspirasi bagi penulis. Kader Posdaya Puspa Lestari, segenap warga dan pengurus RW 7 Babakan Sukamantri, serta segenap staf Kelurahan Pasir Kuda yang telah membantu dalam memperoleh data lapang. Keluarga Besar Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM) angkatan 49 yang telah menjadi teman seperjuangan, dan semua pihak yang telah mendukung penulis baik dalam doa maupun dukungan semangat.

Penulis menyadari bahwa dalam karya ini masih terdapat banyak kekurangan, namun penulis berharap semoga karya ini menjadi inspirasi bagi penulis-penulis selanjutnya.

Bogor, September 2016

(12)

xii

DAFTAR ISI

ABSTRAK v

(13)

xiii

Lokasi dan Waktu Penelitian 17

Teknik Pengumpulan Data 18

Teknik Penentuan Responden dan Informan 18

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 18

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 21

Kondisi Umum Kelurahan Pasir Kuda 21

Profil Posdaya Puspa Lestari 24

Kondisi Umum Warga RW VII 27

KARAKTERISTIK RESPONDEN 31

Intensitas Komunikasi 34

Tingkat Keberhasilan Kinerja Kader Posdaya Puspa

Lestari 37

Analisis Hubungan Antara Karakteristik Responden

Dengan Intensitas Komunikasi 41

Analisis Hubungan Antara Karakteristik Responden Dengan Tingkat Keberhasilan Kinerja Kader 48 Analisis Hubungan Antara Intensitas Komunikasi Dengan

Tingkat Keberhasilan Kinerja Kader 56

PENUTUP 59

1 Luas wilayah berdasarkan peruntukkan lahan di Kelurahan

Pasir Kuda 21

(14)

xiv

kelompok usia

3 Jumlah penduduk Kelurahan Pasir Kuda berdasarkan tingkat

pendidikan 22

4 Jumlah penduduk Kelurahan Pasir Kuda berdasarkan mata

pencaharian 23

5 Jumlah sarana dan prasarana Kelurahan Pasir Kuda 24

6 Kegiatan Posdaya Puspa Lestari 25

7 Jumlah Rumah Tangga dan Kepala Keluarga di wilayah RW

VII 27

8 Jumlah warga RW VII berdasarkan jenis kelamin 27 9 Jumlah Kepala Keluarga berdasarkan tingkat pendidikan 28

10 Jumlah anggota keluarga usia sekolah 29

11 Jumlah anggota keluarga berdasarkan kelompok usia 29

12 Kondisi kesejahteraan warga RW VII 30

13 Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik

individu 31

14 Jumlah dan persentase responden berdasarkan indikator

intensitas komunikasi 34

15 Jumlah dan persentase responden berdasarkan intensitas

komunikasi 36

16 Jumlah dan persentase responden berdasarkan indikator tingkat keberhasilan kinerja kader Posdaya Puspa Lestari 37 17 Jumlah dan persentase tingkat keberhasilan kinerja kader

Posdaya 40

18 Distribusi intensitas komunikasi berdasarkan umur 41 19 Distribusi intensitas komunikasi berdasarkan tingkat

pendidikan formal 42

20 Distribusi intensitas komunikasi berdasarkan frekuensi

pendidikan non formal 43

21 Distribusi intensitas komunikasi berdasarkan tingkat

pendapatan 44

22 Distribusi intensitas komunikasi berdasarkan periode

pengalaman menjadi kader 45

23 Distribusi intensitas komunikasi berdasarkan status/posisi

dalam kepengurusan Posdaya 46

24 Distribusi intensitas komunikasi berdasarkan tingkat

kekosmopolitan 47

25 Distribusi tingkat keberhasilan kinerja kader berdasarkan

umur 49

26 Distribusi tingkat keberhasilan kinerja kader berdasarkan

tingkat pendidikan formal 50

27 Distribusi tingkat keberhasilan kinerja kader berdasarkan

frekuensi pendidikan non formal 51

28 Distribusi tingkat keberhasilan kinerja kader berdasarkan

tingkat pendapatan 52

29 Distribusi tingkat keberhasilan kinerja kader berdasarkan

periode pengalaman menjadi kader 53

(15)

xv

status/posisi dalam kepengurusan Posdaya

31 Distribusi tingkat keberhasilan kinerja kader berdasarkan

tingkat kekosmopolitan 55

32 Distribusi tingkat keberhasilan kinerja kader berdasarkan

intensitas komunikasi 57

DAFTAR LAMPIRAN

1 Denah lokasi penelitian 67

2 Panduan wawancara 69

3 Total sampling 71

4 Kuesioner penelitian 73

5 Hasil uji reliabilitas dan validitas 79

6 Profil dan susunan kepengurusan Posdaya Puspa Lestari 81

7 Hasil uji korelasi Rank Spearman 83

8 Hasil uji normalitas 85

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemberdayaan keluarga merupakan upaya untuk menjadikan keluarga sebagai pelaku dalam pembangunan, dimana keluarga memiliki peran tidak hanya memberdayakan keluarga akan tetapi juga masyarakat. Oleh karena itu, fokus dalam upaya pemberdayaan keluarga antara lain membantu keluarga terutama keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I dalam memenuhi kebutuhan dasar, sosial, dan psikologis untuk meningkatkan kesejahteraan dan ketahanan keluarga. Sesuai amanat Undang - Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, bahwa penduduk harus menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Selain itu BKKBN (2015) memaparkan bahwa pemberdayaan keluarga termasuk ke dalam salah satu strategi dari sembilan Agenda Prioritas Pembangunan (Nawacita) Pemerintahan periode 2015-2019 yang tercantum pada nomor lima yaitu “Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera”.

Salah satu contoh program pemberdayaan keluarga yang bertujuan untuk meningkatan kualitas hidup manusia yaitu Pos pemberdayaan keluarga (Posdaya). Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) yang telah dikembangkan sebagai forum silaturahmi antar keluarga dan anggotanya pada tingkat pedesaan dan pedukuhan semakin bermanfaat untuk menyegarkan kembali atau membangun kebersamaan, hidup gotong royong serta wahana bersama menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi keluarga dan masyarakatnya. Forum ini dibentuk dengan sengaja sesuai dengan sasaran Millennium Development Goals (MDGs) untuk memperkuat fungsi-fungsi keluarga sebagai sarana menuju pembangunan keluarga yang bahagia dan sejahtera (Suyono 2011). Konsep pembangunan Millennium Development Goals (MDGs) sudah berakhir pada tahun 2015, dan dilanjutkan dengan konsep SDGs yaitu singkatan dari Sustainable Development Goals.

Saat ini Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (P2SDM) LPPM IPB bekerjasama dengan Yayasan Damandiri sedang membangun dan mengembangkan program tersebut baik di tingkat desa, dusun, atau RW (Satriani

et al. 2011). Program ini dalam hal-hal tertentu menjadi wadah pelayanan keluarga secara berkelanjutan dalam berbagai bidang, terutama bidang agama, pendidikan, kesehatan, wirausaha dan lingkungan hidup, sehingga masyarakat dapat tumbuh secara mandiri dan harmonis (Suyono dan Haryanto 2009). Pada pelaksanaan fungsinya, Posdaya merancang kegiatan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat dan anggotanya, sehingga pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan oleh, dari dan untuk keluarga, serta masyarakat setempat. Dengan kata lain, kegiatan tersebut dilaksanakan atas kemampuan dan kebutuhan secara swadaya masyarakat sebagai upaya memberdayakan keluarga sejahtera dan membangun kesejahteraan rakyat secara luas.

(18)

2

dalam menjalankan Posdaya dan menurunnya partisipasi masyarakat, serta masyarakat salah mempersepsikan Posdaya dan menganggap Posdaya itu seperti proyek. Kendala tersebut, bisa jadi karena tidak tepatnya strategi dan aktivitas komunikasi yang dijalankan oleh semua pihak (pendamping, koordinator, kader masing-masing bidang Posdaya, anggota Posdaya dan pemerintah setempat atau pihak luar) yang terlibat di dalam program Posdaya, sehingga mengakibatkan pesan tidak tersampaikan dengan baik, kurang memahami informasi dalam pelaksanaan berbagai macam kegiatan Posdaya.

Muchlis (2009) memaparkan bahwa keberhasilan sebuah program pemberdayaan sangat ditentukan oleh proses komunikasi yang berlangsung secara partisipatif. Selain itu, komunikasi merupakan salah satu bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam penyelenggaraan Posdaya, tanpa terjalinnya komunikasi yang partisipatif dan sesuai maka keberhasilan penyelanggaraan Posdaya akan terkendala. Hal ini, seperti definisi yang dipaparkan oleh Suyono dan Haryanto (2009) bahwa Posdaya merupakan forum untuk saling bersilaturahmi, berkomunikasi, berbagi informasi, tempat untuk belajar dan advokasi, sekaligus dapat dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu.

Posdaya Puspa Lestari merupakan salah satu contoh Posdaya di Kota Bogor yang berhasil dalam menjalankan berbagai program pemberdayaan masyarakat, dibuktikan dengan berbagai prestasinya, salah satunya yaitu menjadi juara

pertama dalam “Lomba Pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) Berprestasi” yang diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P2SDM LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai Koordinator Wilayah (Korwil) Jawa Barat 1 dan Lampung pada tanggal 3 Desember 20151.

Keberhasilan sebuah Posdaya tentunya didukung oleh berbagai faktor. Salah satu diantaranya yaitu kinerja kader Posdaya. Seorang kader Posdaya mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pengelola dan penggerak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan di Posdaya. Namun perlu disadari bahwa terdapat beberapa faktor yang mendukung kinerja kader diantaranya yaitu karakteristik individu dan intensitas komunikasi yang terjalin antar kader. Berdasarkan uraian tersebut, menarik untuk dikaji mengenai Bagaimana Hubungan Intensitas Komunikasi dengan Tingkat Keberhasilan Kinerja Kader Pos Pemberdayaan Keluarga di Posdaya Puspa Lestari.

Masalah Penelitian

Posdaya merupakan salah satu program pemberdayaan Sumber Daya Manusia berbasis partisipatif dan swadaya masyarakat, oleh karena itu dibutuhkan aktivitas komunikasi yang tepat agar dapat melaksanakan fungsinya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Far-Far dalam Pamungkas et al. (2013) memaparkan bahwa karakteristik individu merupakan salah satu faktor penting untuk diketahui dalam rangka mengetahui kecenderungan perilaku seseorang atau masyarakat dalam kehidupannya. Pamungkas et al. (2013) menjelaskan bahwa karakteristik individu berpengaruh nyata terhadap aktivitas komunikasi baik secara interpersonal, termediasi maupun dalam kelompok. Begitu pula aktivitas

(19)

3 komunikasi yang terjalin antar sesama kader Posdaya, tentunya dilatarbelakangi oleh karakteristik individu yang berkomunikasi. Berdasarkan pernyataan tersebut menarik untuk diteliti bagaimana hubungan karakteristik individu dengan intensitas komunikasi yang terjalin antar kader?

Selain itu, berdasarkan penelitian Sapar et al. (2011) diketahui bahwa karakteristik individu penyuluh pertanian terbukti berpengaruh terhadap kinerja penyuluh pertanian. Semakin tinggi karakteristik penyuluh maka akan meningkatkan kinerja penyuluh pertanian. Artinya, umur, pelatihan, dan pengalaman kerja mempunyai kontribusi terhadap peningkatan kinerja penyuluh. Rintjap (2015) memaparkan bahwa karakteristik individu penyuluh memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh. Semakin tinggi karakteristik penyuluh maka akan meningkatkan keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh. Artinya, frekuensi berkunjung dan lamanya menjadi penyuluh memiliki kontribusi terhadap keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh. Berdasarkan pernyataan tersebut menarik untuk diteliti bagaimana hubungan karakteristik individu dengan tingkat keberhasilan kinerja kader Pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) Puspa Lestari?

Intensitas komunikasi adalah keadaan tingkatan atau ukuran yang menggambarkan seberapa sering suatu komunikasi antara individu yang satu dengan individu yang lain terjadi. Intensitas komunikasi dapat dipahami juga sebagai jumlah (frekuensi) dan daya konsentrasi dalam berkomunikasi (Cinantya 2014). Almas (2015) memaparkan bahwa dengan komunikasi yang intens dapat mendukung kinerja seorang tutor serta Dewi (2015) dalam penelitiannya memaparkan hal serupa bahwa intensitas komunikasi antar pribadi berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Begitu pula dengan Djati dan Ferrinadewi (2004) memaparkan bahwa interaksi dan komunikasi yang intens antar sesama karyawan mendukung terciptanya keberhasilan kinerja karyawan. Kemudian Mardianto (2004) menjelaskan hal serupa bahwa dengan terjalinnya komunikasi yang baik akan menimbulkan saling pengertian dan kenyamanan dalam bekerja, sehingga berdampak terhadap tercapainya tujuan-tujuan dalam kelompok. Kemudian bagaimana hubungan intensitas komunikasi antar kader dengan tingkat keberhasilan kinerja kader Pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) Puspa Lestari?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian yang sudah disusun, dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Menganalisis hubungan karakteristik individu dengan intensitas komunikasi yang terjalin antar kader.

2. Menganalisis hubungan karakteristik individu dengan tingkat keberhasilan kinerja kader Pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) Puspa Lestari.

(20)

4

Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi tambahan mengenai kajian-kajian seputar intensitas komunikasi yang terjalin antar kader dengan tingkat keberhasilan kinerja kader Posdaya, serta menjadi bahan penelitian untuk diteliti lebih mendalam lagi.

2. Bagi Instansi atau Pemerintah

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai strategi dan aktivitas komunikasi kader Posdaya yang dilihat dari intensitas komunikasi yang terjalin antar kader, sehingga diharapkan dapat menunjang kinerja kader Posdaya. Karena berhasil atau tidaknya sebuah Posdaya dapat dilihat dari kinerja para kadernya.

3. Bagi Kader dan Anggota Posdaya

(21)

5

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka Intensitas Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan manusia. Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris

communication”), secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicare dan perkataan ini bersumber pada kata communis.

Kata communis memiliki makna “berbagi” atau “menjadi milik bersama”, yaitu

suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna. Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara langsung (lisan) maupun tidak langsung (melalui media); proses penyampaian bentuk interaksi gagasan kepada orang lain dan proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan, baik sengaja maupun tidak disengaja (Hubeis et al. 2012).

Begitu pula dengan Cangara (2011) mendefinisikan komunikasi sebagai sebuah proses, bagaimana seseorang menyampaikan sesuatu pesan melalui bahasa atau simbol-simbol tertentu kepada orang lain. Shannon dan Weaver dalam Cangara (2011) mendefinisikan komunikasi sebagai sebuah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh memengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja, tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi.

Komunikasi didefinisikan sebagai pertukaran informasi yang berharga dan tepat waktu baik secara formal maupun informal di antara dua pihak. Komunikasi terbagi ke dalam empat dimensi, yakni frekuensi, interaksi dua arah (bidirectional), komunikasi formal, dan komunikasi tanpa tekanan. Frekuensi, atau kuantitas komunikasi menunjuk pada seberapa sering seseorang melakukan kontak dengan orang lain. Interaksi dua arah menunjuk pada gerakan vertikal komunikasi di dalam hirarki organisasi. Hubungan penting dua arah ini berasal dari tingkat di mana umpan balik disampaikan dan ditanggapi. Komunikasi formal mengarah pada ada tidaknya mekanisme formal, yakni suatu kesempatan yang terstruktur dan terencana untuk mengadakan interaksi daripada kesempatan yang tidak terencanakan. Interaksi tanpa paksaan mengarah pada berbagai bentuk usaha dari distributor untuk memengaruhi pemilik outlet dalam mengubah tingkah laku dengan tanpa paksaan (Mohr et al. dalam Indarjo 2002).

(22)

6

Pendekatan komunikasi partisipatif merupakan bentuk strategi program pembangunan yang melibatkan masyarakat dalam pembangunan. Masyarakat diajak dalam memahami permasalahan yang terjadi dan melibatkan dalam perencanaan hingga pelaksanaan pembangunan. Komunikasi partisipatif merupakan proses penyampaian pesan melalui kebebasan berbicara dalam setiap otonom individu (Kusumadinata et al. 2012). Selain itu, menurut Satriani et al.

(2011) memaparkan bahwa komunikasi partisipatif adalah suatu proses komunikasi dimana terjadi komunikasi dua arah atau dialogis, sehingga menghasilkan suatu pemahaman yang sama terhadap pesan yang disampaikan.

Penggunaan pendekatan komunikasi partisipatif dalam program berbasis partisipatif dapat dilihat dari frekuensi atau intensitas komunikasi yang terjalin antar individu, baik antara pelaksana maupun peserta program. Berdasarkan penelitian Zainal et al. (2014) menjelaskan bahwa strategi dan aktivitas komunikasi partisipatif penyuluh pendamping program PUAP dalam penelitiannya meliputi arah komunikasi apakah berbentuk satu arah, interaksi maupun transaksi. Isi pesan adalah informasi tentang program PUAP yang disampaikan oleh penyuluh pendamping yang mudah dipahami. Frekuensi komunikasi adalah seberapa sering pertemuan yang dilakukan penyuluh pendamping dengan responden.

Komunikasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini, yaitu komunikasi antarpribadi (komunikasi secara lisan yang berlangsung antara dua orang kader atau lebih dalam suasana non formal, seperti mengobrol, kumpul antar bidang, dan lain sebagainya). Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi verbal yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang (Wiryanto 2004). Derajat hubungan dalam komunikasi antarpribadi turut berpengaruh terhadap keluasan dan kedalaman informasi yang dikomunikasikan, sehingga memudahkan perubahan sikap. Rogers dalam Wiryanto (2004) menjelaskan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Ciri-ciri komunikasi antar pribadi menurut Rogers yaitu: 1. arus pesan cenderung dua arah, 2. konteks komunikasinya dua arah, 3. tingkat umpan balik yang terjadi tinggi, 4. efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap. Pada hakikatnya, komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi antara komunikator dengan komunikan. Komunikasi ini paling efektif mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang.

(23)

7 jumlah orang yang diajak berkomunikasi mempunyai arti ragam topik maupun pesan yang dibicarakan pada saat berkomunikasi dan jumlah orang yang diajak berkomunikasi berkaitan dengan kuantitas atau banyaknya orang yang diajak untuk berkomunikasi pada saat melakukan aktivitas komunikasi sedangkan tingkat kedalaman pesan merujuk pada pertukaran pesan secara lebih detail yang ditandai dengan kejujuran, keterbukaan, dan sikap saling percaya antar partisipan pada saat berkomunikasi (DeVito 1997).

Floyd (2012) menjelaskan bahwa perhatian yang diberikan saat berkomunikasi antara komunikan dan komunikator termasuk ke dalam efektivitas mendengarkan (effective listening). Efektivitas mendengarkan memiliki enam tahapan yaitu: 1. mendengarkan (hearing), 2. memahami (understanding), 3. mengingat (remembering), 4. menginterpretasikan (interpreting), 5. menilai (evaluating), dan 6. memberikan tanggapan (responding).

Munawaroh (2012) dalam penelitiannya memaparkan bahwa intensitas komunikasi orang tua-anak berhubungan negatif yang signifikan dengan kecenderungan seks pra nikah. Semakin rendah intensitas komunikasi orang tua-anak, maka kecenderungan seks pra nikah semakin tinggi. Hal serupa dipaparkan pula oleh Sari (2010) dalam penelitiannya bahwa terdapat pengaruh yang positif antara intensitas komunikasi keluarga dengan kreativitas belajar siswa SMP. Almas (2015) memaparkan bahwa intensitas komunikasi mendukung kinerja tutor serta Dewi (2015) dalam penelitiannya memaparkan hal serupa bahwa intensitas komunikasi antar pribadi berpengaruh terhadap kinerja pegawai.

Variabel intensitas komunikasi orang tua-anak diukur dengan menggunakan skala yang dikemukakan oleh Pikunas dalam Munawaroh (2012) yaitu: pemberian informasi, pemberian pendapat, pemberian pesan, dan pengungkapan perasaan. Selain itu, Sari (2010) dalam penelitiannya mengukur intensitas komunikasi keluarga dengan menggunakan indikator sebagai berikut: keterbukaan, empati, dukungan, perasaan positif dan kesamaan. Cinantya (2014) menggunakan indikator frekuensi komunikasi dan perhatian yang diberikan pada saat berkomunikasi.

Faktor-Faktor yang Mendukung Intensitas Komunikasi

Far-Far dalam Pamungkas et al. (2013) memaparkan bahwa karakteristik individu merupakan salah satu faktor penting untuk diketahui dalam rangka mengetahui kecenderungan perilaku seseorang atau masyarakat dalam kehidupannya. Aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh seorang komunikator, tentunya memiliki berbagai faktor yang dapat memengaruhinya dalam penggunaan bentuk atau strategi dalam berkomunikasi. Pamungkas et al. (2013) memaparkan bahwa faktor yang memengaruhi aktivitas komunikasi, yaitu: 1) karakteristik individu (umur, pendidikan formal/non formal, pengalaman, kosmopolitan, pendapatan, motivasi, kepemilikan media), dan 2) faktor lingkungan (dinamika kelompok dan peran pendamping). Berdasarkan hasil penelitiannya diketahui bahwa karakteristik individu berpengaruh nyata terhadap aktivitas komunikasi baik secara interpersonal, termediasi maupun dalam kelompok. Dinamika kelompok serta peran pendamping memiliki pengaruh yang nyata terhadap aktivitas komunikasi secara interpersonal dan dalam kelompok.

(24)

8

(partisipasi dan motivasi), dan 2) dinamika kelompok. Selain itu, hal serupa juga dipaparkan pada penelitian Zainal et al. (2014) faktor yang memengaruhi aktivitas komunikasi partisipatif yaitu: 1) karakterstik individu (umur, tingkat pendidikan, status dalam kelompok, status kepemilikan lahan, luas lahan, pengalaman menerima bantuan), dan 2) kredibilitas (kejujuran, keahlian, daya tarik, keakraban). Adapun menurut Wibowo et al. (2012) faktor-faktor yang memengaruhi aktivitas dan bentuk komunikasi, yaitu: 1) dinamika sosial, 2) lingkungan fisik, dan 3) lingkungan sosial ekonomi.

Tingkat Keberhasilan Kinerja Kader Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya)

Pemberdayaan masyarakat menurut Adi dalam Naufal (2009), merupakan suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif dan jika memungkinkan berdasarkan prakarsa komunitas. Dengan adanya pemberdayaan, diharapkan masyarakat memiliki budaya yang proaktif untuk kemajuan bersama, mengenal diri dan lingkungannya serta memiliki sikap bertanggung jawab dan memposisikan dirinya sebagai subjek dalam upaya pembangunan di lingkungannya.

Menurut Suparjan dalam Zainal et al. (2014) menjelaskan bahwa keberhasilan sebuah kegiatan pendampingan untuk pemberdayaan masyarakat akan ditentukan oleh komunikasi yang partisipatif. Adanya komunikasi yang partisipatif memungkinkan anggota komunitas penerima program (partisipan) memiliki rasa tanggung jawab untuk keberlanjutan memberdayakan diri dan masyarakat serta dapat menggali potensi dan kreativitas masyarakat.

Sebagaimana terpaparkan dalam definisinya bahwa Posdaya atau Pos pemberdayaan keluarga adalah forum silaturahmi, advokasi, komunikasi, informasi, edukasi dan sekaligus bisa dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu (Suyono dan Haryanto 2009). Posdaya juga dapat menjadi wadah pelayanan keluarga secara terpadu, yaitu pelayanan pengembangan keluarga secara berkelanjutan dalam berbagai bidang, utamanya agama, pendidikan, kesehatan, wirausaha dan lingkungan hidup, sehingga keluarga secara harmonis bisa tumbuh mandiri di desanya. (Satriani et al. 2011). Menurut Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia (P2SDM) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam Muljono et al. (2011) memaparkan bahwa Posdaya (Pos pemberdayaan keluarga) merupakan sebuah gerakan yang ditujukan untuk membangkitkan kembali budaya-budaya di masyarakat seperti gotong royong, membangun kehidupan bermasyarakat secara swadaya agar tercipta masyarakat yang mandiri.

(25)

9 menjadi Posdaya Pemula, Posdaya Semi Mandiri, Posdaya Mandiri, dan Posdaya Mandiri Inti.

Selain itu Muljono et al. (2011) memaparkan juga tentang profil Posdaya yang berhasil, yaitu memiliki struktur kepengurusan yang lengkap, terdapat koordinator untuk ke empat bidang Posdaya (Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi, dan Lingkungan), setiap bidang Posdaya melaksanakan rencana kerja dan memiliki rencana pertemuan rutin. Tingkat partisipasi masyarakat tinggi, terutama keluarga miskin. Masyarakat saling memberi dan menerima manfaat pada setiap bidang, sehingga berdampak terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat terutama keluarga miskin. Profil Posdaya yang berhasil yaitu Posdaya yang memiliki kemitraan dengan pihak luar dan menjadi rujukan atau tempat belajar bagi Posdaya lain.

Sarwono dalam Puspasari (2002) menjelaskan bahwa kader desa adalah tenaga sukarela yang dididik dan dilatih dalam bidang tertentu, yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat dan merasa berkewajiban melaksanakan, meningkatkan dan membina kesejahteraan masyarakat dengan rasa ikhlas tanpa pamrih dan didasari oleh panggilan kemanusiaan. Cara menjadi seorang kader diperlukan beberapa syarat antara lain berasal dari penduduk setempat, dipilih dan diterima masyarakat setempat, disegani oleh masyarakat dan dipercaya oleh masyarakat sehingga segala saran dan petunjuknya akan didengar dan diakui oleh masyarakat (Mantra dalam Puspasari 2002). Begitu pula Muljono et al. (2011) memaparkan ciri-ciri individu yang dapat menjadi seorang kader, yaitu: berjiwa sosial tinggi, rajin, komunikatif dengan warga, sering memperhatikan keluhan dan kesulitan orang lain, aktif dalam setiap kegiatan di wilayahnya, dan bekerja tanpa pamrih.

Seorang kader atau pengurus Posdaya mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pengelola dan penggerak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan di Posdaya. Adanya kepengurusan dalam Posdaya, berfungsi untuk memudahkan koordinasi kegiatan. Kader atau pengurus Posdaya merupakan warga di lingkungan sendiri dan dipilih oleh warga sendiri secara bersama-sama. Kepengurusan Posdaya meliputi koordinator, sekertaris, bendahara, ketua bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lingkungan, serta anggota untuk setiap bidang (Muljono et al. 2011).

Kinerja diartikan sebagai hasil kerja seseorang dimana hasil kerja tersebut dapat diukur dan ditunjukkan hasilnya. Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan berhasil jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik (Djati dan Ferrinadewi 2004). Kinerja karyawan memiliki peran yang penting bagi keberhasilan organisasi. Karena kinerja karyawan yang baik akan menumbuhkan kepercayaan diantara sesama anggota dan bahkan pihak konsumen. Interaksi dan komunikasi yang intens antar sesama karyawan mendukung terciptanya keberhasilan kinerja karyawan (Djati dan Ferrinadewi 2004). Kemudian Mardianto (2004) menjelaskan hal serupa bahwa dengan terjalinnya komunikasi yang baik akan menimbulkan saling pengertian dan kenyamanan dalam bekerja, sehingga berdampak terhadap tercapainya tujuan-tujuan dalam kelompok.

(26)

10

menentukan perilaku kelompok dan anggotanya dalam pencapaian tujuan kelompok Posdaya. Indikator keberhasilan kinerja kader Posdaya dalam penelitian ini mencakup semua aspek yang terdapat dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan Posdaya baik di Kota maupun di Kabupaten Bogor, yaitu penilaian terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kader Posdaya yang berkaitan dengan pencapaian tujuan kelompok, pembinaan, suasanan dalam kelompok, dan fungsi tugas kelompok (Muljono et al. 2014).

Kerangka Pemikiran

Far-Far dalam Pamungkas et al. (2013) memaparkan bahwa karakteristik individu merupakan salah satu faktor penting untuk diketahui dalam rangka mengetahui kecenderungan perilaku seseorang atau masyarakat dalam kehidupannya. Pamungkas et al. (2013) menjelaskan bahwa karakteristik individu berpengaruh nyata terhadap aktivitas komunikasi baik secara interpersonal, termediasi maupun dalam kelompok. Selain itu, berdasarkan penelitian Sapar et al. (2011) diketahui bahwa karakteristik individu terbukti memiliki pengaruh terhadap kinerja penyuluh pertanian. Adapun indikator karakteristik individu yang dinilai meliputi: umur, pendidikan formal/non formal, pengalaman, tingkat kekosmopolitan, pendapatan, dan status atau posisi. Berdasarkan hasil penelitian Pamungkas et al. (2013) dan Sapar et al. (2011) diduga karakteristik individu kader Posdaya memiliki hubungan nyata dengan intensitas komunikasi yang terjalin antar kader dan tingkat keberhasilan kinerja kader Posdaya.

Penggunaan pendekatan komunikasi partisipatif dalam program berbasis partisipatif dapat dilihat dari frekuensi atau intensitas komunikasi yang terjalin antar individu, seperti halnya intensitas komunikasi yang terjalin antar sesama kader Posdaya. Setiap aktivitas komunikasi yang dilakukan tentunya memiliki pengaruh terhadap perilaku individu yang berkomunikasi. Hal ini, sebagaimana Dewi (2015) dalam penelitiannya menemukan bahwa intensitas komunikasi antar pribadi berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Berdasarkan hasil penelitian Dewi (2015) diduga intensitas komunikasi memiliki hubungan nyata dengan tingkat keberhasilan kinerja kader Posdaya.

Intensitas komunikasi ditandai dengan adanya frekuensi berkomunikasi yang terkait dengan tingkat keseringan seseorang dalam melakukan aktivitas komunikasi, durasi yang digunakan untuk berkomunikasi terkait dengan lamanya waktu yang digunakan pada saat melakukan aktivitas komunikasi, perhatian yang diberikan saat berkomunikasi diartikan sebagai fokus yang dicurahkan oleh partisipan komunikasi pada saat berkomunikasi, keteraturan dalam berkomunikasi menunjukan kesamaan sejumlah aktivitas komunikasi yang dilakukan secara rutin dan teratur, tingkat keluasan pesan saat berkomunikasi dan jumlah orang yang diajak berkomunikasi mempunyai arti ragam topik maupun pesan yang dibicarakan pada saat berkomunikasi dan jumlah orang yang diajak berkomunikasi berkaitan dengan kuantitas atau banyaknya orang yang diajak untuk berkomunikasi pada saat melakukan aktivitas komunikasi sedangkan tingkat kedalaman pesan merujuk pada pertukaran pesan secara lebih detail yang ditandai dengan kejujuran, keterbukaan, dan sikap saling percaya antar partisipan pada saat berkomunikasi (DeVito 1997).

(27)

11 DeVito. Hal ini, disebabkan indikator keteraturan dalam berkomunikasi tidak dicantumkan karena aktivitas komunikasi yang dilakukan secara rutin oleh para kader Posdaya tidak beragam dan penelitian ini hanya terbatas kepada aktivitas komunikasi antar pribadi secara langsung.

Interaksi dan komunikasi yang intens antar sesama karyawan mendukung terciptanya keberhasilan kinerja karyawan (Djati dan Ferrinadewi 2004). Muljono

et al. (2014) memaparkan bahwa keberhasilan kinerja kader sangat menunjang dalam kegiatan-kegiatan Posdaya yang dijalankan oleh kader Posdaya. Keberhasilan kinerja kader sangat memiliki nilai kekuatan atau gerak di dalam kelompok, sehingga dapat menentukan perilaku kelompok dan anggotanya dalam pencapaian tujuan kelompok Posdaya. Indikator keberhasilan kinerja kader Posdaya dalam penelitian ini mencakup semua aspek yang terdapat dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan Posdaya baik di Kota maupun di Kabupaten Bogor, yaitu penilaian terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kader Posdaya yang berkaitan dengan pencapaian tujuan kelompok, pembinaan, suasana dalam kelompok, dan fungsi tugas kelompok. Berdasarkan hasil penelitian Dewi (2015) dan (Djati dan Ferrinadewi 2004) diduga intensitas komunikasi yang terjalin antar kader memiliki hubungan nyata dengan tingkat keberhasilan kinerja kader Posdaya. Adapun, hubungan antara karakteristik individu, intensitas komunikasi, dan tingkat keberhasilan kinerja kader dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Kerangka pemikiran

Gambar 1. Kerangka pemikiran hubungan antara karakteristik individu, intensitas komunikasi dan tingkat keberhasilan kinerja kader posdaya

Keterangan:

• Jumlah individu yang diajak bicara • Tingkat kedalaman pesan

• Tercapainya fungsi tugas kelompok

Karakteristik Individu • Umur

• Tingkat Pendidikan Formal • Frekuensi Pendidikan Non Formal • Periode Pengalaman menjadi Kader • Tingkat Kekosmopolitan

• Tingkat Pendapatan

(28)

12

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka disajikan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu kader dengan tingkat intensitas komunikasi yang terjalin antar kader.

2. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu kader dengan tingkat keberhasilan kinerja kader Posdaya.

3. Terdapat hubungan nyata antara tingkat intensitas komunikasi yang terjalin antar kader dengan tingkat keberhasilan kinerja kader Posdaya.

Definisi Operasional

Karakteristik Individu Kader Posdaya

Karakteristik individu kader Posdaya merupakan ciri khas kepribadian seorang kader Posdaya yang penting diketahui untuk melihat kecenderungan perilaku kader dalam berkomunikasi khususnya intensitas komunikasi yang terjalin antar kader, serta keberhasilan kinerja kader. Karakteristik individu kader Posdaya terdiri dari tujuh indikator, yaitu:

1. Umur merupakan lama waktu hidup responden (dalam tahun) semenjak dilahirkan sampai ulang tahun terakhir yang dinyatakan dalam skala ordinal dan terdiri dari tiga kategori, yaitu:

a. Umur ≥50 : skor 1 b. 41 ≤ umur ≤ 50 : skor 2 c. 31 ≤ umur ≤ 40 : skor 3

2. Tingkat pendidikan formal merupakan jenis pendidikan formal terkahir yang telah diselesaikan oleh responden yang dinyatakan dalam skala ordinal dan terdiri dari lima kategori, yaitu:

a. Tidak Tamat/Tamat Sekolah Dasar : skor 1 b. Tamat SMP / Sederajat : skor 2 c. Tamat SMA / Perguruan Tinggi : skor 3

3. Frekuensi pendidikan non formal merupakan banyaknya pelatihan atau kursus yang pernah diikuti oleh kader (yang berkaitan dengan Posdaya) yang dinyatakan dalam skala ordinal dan terdiri dari empat kategori, yaitu:

a. 1-3 kali : skor 1

b. 4-6 kali : skor 2

c. 7-9 kali : skor 3

4. Periode pengalaman menjadi kader merupakan lamanya pengabdian responden sebagai kader Posdaya (dalam tahun) yang dinyatakan dalam skala ordinal dan terdiri dari tiga kategori, yaitu:

a. 1-3 Tahun : skor 1

b. 4-6 Tahun : skor 2

c. 7 Tahun : skor 3

(29)

13 rupiah (disesuaikan dengan ukuran data di lapangan/emik) yang dinyatakan dalam skala ordinal dan terdiri dari empat kategori, yaitu:

a. Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000 : skor 1 b. Rp. 1.000.001 – Rp. 2.000.000 : skor 2 c. > Rp. 2.000.000 : skor 3

6. Status/posisi dalam kepengurusan Posdaya merupakan posisi responden dalam kepengurusan Posdaya yang dinyatakan dalam skala ordinal dan terdiri dari lima kategori, yaitu:

7. Tingkat kekosmopolitan merupakan aktivitas kader Posdaya dalam berhubungan dengan kader Posdaya lain atau pihak lain (frekuensi per tiga

Intensitas komunikasi yang terjalin antar kader adalah keadaan tingkatan atau ukuran yang menggambarkan seberapa sering suatu komunikasi antar kader terjadi serta daya konsentrasi yang terjalin dalam berkomunikasi. Komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu komunikasi antarpribadi (komunikasi secara lisan yang berlangsung antara dua orang kader atau lebih dalam suasana non formal, seperti mengobrol, kumpul antar bidang dan lain sebagainya). Intensitas komunikasi terdiri dari enam indikator, yaitu:

1. Frekuensi komunikasi merupakan jumlah aktivitas komunikasi yang berlangsung antar kader selama satu bulan terakhir yang dinyatakan dalam skala ordinal dan terdiri dari tiga kategori, yaitu:

a. 1-4 kali : skor 1

b. 5-8 kali : skor 2

c. >8 kali : skor 3

2. Durasi komunikasi merupakan lamanya rata-rata waktu yang digunakan pada saat melakukan aktivitas komunikasi selama satu bulan terakhir (dalam hitungan menit) yang dinyatakan dalam skala ordinal dan terdiri dari tiga kategori, yaitu:

a. ≤ 30 menit : skor 1 b. 30 menit – 60 menit : skor 2

c. > 60 menit : skor 3

(30)

14

mendengarkan, memahami, mengingat, menginterpretasikan, menilai, dan memberikan tanggapan yang dinyatakan dalam skala ordinal dan terdiri dari tiga kategori, yaitu:

a. Rendah, jika hanya sampai pada tahap 2 (poin 1-2) : skor 1 b. Sedang, jika sampai tahap 4 (poin 1-4) : skor 2 c. Tinggi, jika meliputi semua tahapan (poin 1-6) : skor 3

4. Tingkat keluasan pesan merupakan ragam topik maupun pesan yang dibicarakan pada saat berkomunikasi yang dinyatakan dalam skala ordinal dan terdiri dari tiga kategori, yaitu:

a. 1-2 topik : skor 1

b. 3-4 topik : skor 2

c. > 5 topik : skor 3

5. Jumlah individu yang diajak berkomunikasi merupakan banyaknya orang yang diajak untuk berkomunikasi pada saat melakukan aktivitas komunikasi yang dinyatakan dalam skala ordinal dan terdiri dari tiga kategori, yaitu:

a. > 5 orang : skor 1

b. 3-4 orang : skor 2

c. 1-2 orang : skor 3

6. Tingkat kedalaman pesan merupakan pertukaran pesan secara lebih detail yang ditandai dengan kejujuran, keterbukaan, dan sikap saling percaya antar partisipan pada saat berkomunikasi yang dinyatakan dalam skala ordinal dan terdiri dari tiga kategori, yaitu:

a. Rendah, jika skor 6 – 9 : skor 1 b. Sedang, jika skor 10 – 13 : skor 2 c. Tinggi, jika skor 14 – 18 : skor 3

Berdasarkan pemaparan definisi operasional di atas, bahwa intensitas komunikasi yang terjalin antar kader terdiri dari tiga kategori, yaitu:

a. Rendah, jika skor 6 – 9 : skor 1 b. Sedang, jika skor 10 – 13 : skor 2 c. Tinggi, jika skor 14 – 18 : skor 3

Tingkat Keberhasilan Kinerja Kader Posdaya

Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan berhasil jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik Keberhasilan kinerja kader sangat menunjang dalam kegiatan-kegiatan Posdaya yang dijalankan oleh kader Posdaya. Keberhasilan kinerja kader merupakan sebuah nilai yang memiliki kekuatan atau gerak di dalam kelompok, sehingga dapat menentukan perilaku kelompok dan anggotanya dalam pencapaian tujuan kelompok Posdaya. Tingkat keberhasilan kinerja kader terdiri dari empat indikator, yaitu:

(31)

15 dengan tujuan, tujuan kelompok menjadi acuan dalam pengambilan keputusan yang dinyatakan dalam skala ordinal dan terdiri dari tiga kategori, yaitu:

a. Rendah, jika skor 3 – 5 : skor 1 b. Sedang, jika skor 6 – 8 : skor 2 c. Tinggi, jika skor 9 : skor 3

2. Terbinanya anggota kelompok merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membina anggota kelompok Posdaya, meliputi: pertemuan rutin, pelatihan, rencana kegiatan kelompok yang dinyatakan dalam skala ordinal dan terdiri dari tiga kategori, yaitu:

a. Rendah, jika skor 3 – 5 : skor 1 b. Sedang, jika skor 6 – 8 : skor 2 c. Tinggi, jika skor 9 : skor 3

3. Tercipatanya suasana kekeluargaan dalam kelompok merupakan cara yang dilakukan oleh kader untuk menciptakan suasana kekeluargaan dalam kelompok, meliputi: suasana keakraban dan kebersamaan, kerjasama, saling menghargai perbedaan pendapat yang dinyatakan dalam skala ordinal dan terdiri dari tiga kategori, yaitu:

a. Rendah, jika skor 3 – 5 : skor 1 b. Sedang, jika skor 6 – 8 : skor 2 c. Tinggi, jika skor 9 : skor 3

4. Tercapainya fungsi tugas kelompok merupakan usaha yang dilakukan oleh kader agar kelompok dapat berfungsi sesuai dengan tujuan, meliputi: koordinasi, menginisiasi, dan memotivasi yang dinyatakan dalam skala ordinal dan terdiri dari tiga kategori, yaitu:

a. Rendah, jika skor 3 – 5 : skor 1 b. Sedang, jika skor 6 – 8 : skor 2 c. Tinggi, jika skor 9 : skor 3

Berdasarkan pemaparan definisi operasional di atas, bahwa tingkat keberhasilan kinerja kader Posdaya terdiri dari tiga kategori, yaitu:

(32)
(33)

17

PENDEKATAN LAPANG

Pendekatan lapang menggambarkan mengenai pendekatan penelitian yang digunakan di lapangan. Pendekatan lapang meliputi pendekatan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan dan analisis data baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Lokasi dan waktu penelitian menggambarkan mengenai pemilihan lokasi dan waktu yang diperlukan untuk penelitian mulai dari penyusunan proposal hingga laporan penelitian. Teknik pengumpulan data merupakan pendekatan yang digunakan dalam menggali data dan informasi baik melalui kuesioner ataupun wawancara terstruktur kepada responden dan informan. Teknik pengolahan analisis data merupakan pendekatan untuk menggambarkan cara pengolahan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan dan hipotesis yang diajukan.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian sensus yaitu penelitian yang mengambil satu kelompok populasi sebagai sampel secara keseluruhan dan menggunakan kuesioner yang terstruktur sebagai alat pengumpulan data yang pokok untuk mendapatkan informasi yang spesifik (Usman dan Akbar 2008). Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian eksplanatori (explanatory reseach) yang ditujukan untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis, yaitu hubungan antara intensitas komunikasi yang terjalin antar kader dengan tingkat keberhasilan kinerja kader. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan didukung data kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang ditujukan kepada responden, meliputi pertanyaan tertutup agar memudahkan responden untuk menjawab dan pertanyaan terbuka untuk memperkuat pernyataan atau jawaban atas pertanyaan tertutup, sedangkan data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman pertanyaan kepada informan dan observasi sebagai masukan untuk memperkuat hasil pengukuran kuesioner dan penjelasan secara kualitatif.

Lokasi dan Waktu Penelitian

(34)

18

menjadi responden dan beberapa pihak yang menjadi informan dalam penelitian ini.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan langsung di lapangan dengan cara sensus, observasi, serta wawancara mendalam yang dilakukan langsung kepada responden maupun informan. Kemudian, data sekunder diperoleh dari berbagai sumber rujukan/literatur berupa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan topik penelitian, profil dan data monografi lokasi penelitian, serta data dari beberapa badan atau pihak, seperti dokumen-dokumen tertulis di kantor Kelurahan, sekretariat Posdaya Puspa Lestari, P2SDM LPPM IPB, buku, internet, jurnal-jurnal penelitian, dan laporan penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.

Teknik Penentuan Responden dan Informan

Subjek dalam penelitian ini adalah responden dan informan. Responden merupakan seseorang yang memberikan informasi mengenai diri mereka sendiri sebagai sumber data. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga Babakan Sukamantri RW VII, Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Populasi sampelnya adalah warga Babakan Sukamantri RW VII yang memiliki status sebagai kader di Posdaya Puspa Lestari, dan total samplingya yaitu seluruh kader Posdaya Puspa Lestari yang masih aktif dalam kepengurusan Posdaya. Penelitian yang menggunakan seluruh anggota populasinya disebut sampel total (total sampling) atau sensus. Penggunaan metode ini berlaku jika anggota populasi relatif kecil (mudah dijangkau), dan dalam penelitian ini, karena jumlah populasi relatif kecil dan relatif mudah dijangkau, maka penulis menggunakan metode total sampling dalam menentukan responden penelitian dengan jumlah responden sebanyak 40 orang (Lampiran 2). Penggunaan metode pengambilan sampel ini diharapkan hasilnya dapat cenderung lebih mendekati nilai sesungguhnya dan diharapkan dapat memperkecil pula terjadinya kesalahan/ penyimpangan terhadap nilai populasi (Usman dan Akbar 2008). Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu.

Selain responden, penelitian ini juga melibatkan beberapa informan untuk memberikan informasi ataupun keterangan tambahan yang berkaitan dengan penelitian. Informan dalam penelitian ini ditentukan secara langsung dan sengaja (purposive). Adapun pihak atau individu yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini meliputi Ketua RT/RW, tokoh masyarakat, perangkat kelurahan, serta beberapa masyarakat yang aktif dalam kegiatan-kegiatan Posdaya Puspa Lestari serta dapat menilai atau memberikan pendapat mengenai keberhasilan kinerja kader Posdaya Puspa Lestari.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

(35)

19 ketiga, mengenai penilaian terhadap kinerja kader Posdaya (Lampiran 3). Sebelumnya telah dilakukan uji coba kuesioner terhadap 15 responden untuk mengukur validitas dan reliabilitas dengan hasil cronbach’s alpha sebesar 0,878 untuk nilai uji reliabilitas dengan total pertanyaan yang diuji sebanyak 30 butir pertanyaan, di luar pertanyaan terbuka, dan terdapat 20 butir pertanyaan yang dinyatakan valid karena nilai r hitungnya > nilai r tabel (Lampiran 4).

Data hasil dari kuesioner kemudian dianalisis secara kuantitatif. Data dimasukkan ke dalam microsoft excel 2013 kemudian dilakukan pengkodean data. Selanjutnya, data diolah dengan menggunakan perangkat lunak (software) SPSS (Statistical Program for Social Sciences) for windows versi 21.0 dan microsoft excel 2013. Data kuantitatif tersebut disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi silang. Analisis hubungan dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi

Rank-Spearman. Uji Rank-Spearman digunakan untuk melihat keterhubungan antar variabel dengan skala ordinal.

(36)
(37)

21

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

Kondisi Umum Kelurahan Pasir Kuda

Kelurahan Pasir Kuda terletak di Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Sebelah Utara Kelurahan Pasir Kuda berbatasan dengan Kelurahan Pasir Mulya dan Kelurahan Pasir Jaya, sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Pasir Jaya, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Mekarjaya dan Kelurahan Cikaret, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Ciomas.

Berdasarkan data monografi Kelurahan Pasir Kuda (2015), wilayah ini memiliki kondisi geografis dengan ketinggian tanah dari permukaan laut setinggi 350-450 Mdpl dengan tingkat curah hujan sebanyak 3.500-4.000 mm/tahun, dan memiliki suhu udara rata-rata 30°C serta sebagian besar wilayahnya memiliki topografi berupa dataran tinggi. Luas wilayah Kelurahan Pasir Kuda secara kesesluruhan sekitar 225 Ha yang terbagi ke dalam 12 RW dan 58 RT, dengan jarak tempuh dari Kelurahan Pasir Kuda ke Pemerintah Kota sekitar 2,5 km dan jarak ke Pemerintah Kecamatan sekitar 5 km, serta dapat ditempuh dengan menggunakan sarana transportasi berupa angkutan umum. Adapun luas wilayah berdasarkan peruntukan lahan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas wilayah berdasarkan peruntukkan lahan di Kelurahan Pasir Kuda

No Fungsi Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Jalan 110,60 49,16

2 Sawah 3,00 1,33

3 Ladang 28,00 12,44

4 Bangunan Umum 22,00 9,78

5 Pemukiman/Perumahan 59,00 26,22

6 Pekuburan 1,50 0,67

7 Lain-lain 0,90 0,40

Total 225,00 100,00

Sumber: Monografi Kelurahan Pasir Kuda, 2015

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa 49,16% lahan digunakan untuk jalan. Hal ini bertujuan agar dapat membantu akses transportasi masyarakat, sehingga memudahkan dalam menjalankan rutinitas. Walaupun Kelurahan Pasir Kuda berdasarkan topologi wilayahnya termasuk wilayah perkotaan, tetapi sebagian masyarakatnya masih banyak yang bermatapencaharian sebagai petani dan buruh tani, bahkan unsur pertanian di Kelurahan Pasir Kuda masih sangat diperhatikan. Hal ini ditunjukkan oleh 1,33% lahannya digunakan untuk sawah. Adapun jenis irigasi yang digunakan yaitu irigasi tadah hujan, di mana sumber air utamanya berasal dari curah hujan.

(38)

22

jumlah laki-laki sebanyak 6.674 jiwa dan perempuan berjumlah 6.452 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 3.516 KK. Adapun jumlah penduduk menurut kelompok usia dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah penduduk Kelurahan Pasir Kuda tahun 2015 berdasarkan kelompok usia

No Kelompok Usia Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 00 – 04 Tahun 832 6,34

Sumber: Monografi Kelurahan Pasir Kuda, 2015

Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa jumlah penduduk tertinggi berdasarkan kelompok usia terdapat pada kelompok usia sekolah dan produktif pada rentang usia 10 – 29 tahun dan pada kelompok usia lansia yaitu pada rentang usia > 60 tahun dengan persentase lebih dari 13%. Hal ini, dapat menjadi keuntungan bagi Kelurahan Pasir Kuda apabila penduduk usia sekolah dan produktif tersebut dapat digali potensinya sehingga dapat menjadi aset sumberdaya manusia yang berkualitas.

Sebaran penduduk juga dapat dilihat dari tingkat pendidikannya. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan akan dicantumkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah penduduk Kelurahan Pasir Kuda tahun 2015 berdasarkan tingkat pendidikan

Sumber: Monografi Kelurahan Pasir Kuda, 2015

(39)

23 masyarakat Kelurahan Pasir Kuda (akan dijabarkan pada ta bel selanjutnya). Akan tetapi secara keseluruhan, penduduk Kelurahan Pasir Kuda sudah tergolong kedalam masyarakat yang melek akan pendidikan. Bahkan, para penyandang disabilitas pun sudah tidak dipandang sebelah mata dan mereka memperoleh hak nya untuk mengenyam pendidikan dengan belajar di Sekolah Luar Biasa (SLB).

Sebaran penduduk juga dapat dilihat dari jenis mata pencahariannya. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencahariannya dicantumkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah penduduk Kelurahan Pasir Kuda tahun 2015 berdasarkan mata pencaharian

No Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang)

1 Pegawai Negeri Sipil 989

Sumber: Monografi Kelurahan Pasir Kuda, 2015

Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa jumlah penduduk tertinggi berdasarkan mata pencahariannya terdapat di bidang jasa/lain-lain dengan jumlah penduduk sebanyak 1.642 orang. Penduduk yang bermatapencaharian di bidang jasa/lain-lain, seperti buruh bangunan, supir angkot, supir ojek, home industry

yang bergerak di bidang kerajinan seperti pengrajin sepatu sandal, dan lain sebagainya. Hal ini sudah tidak asing lagi karena di wilayah Ciomas, Pasir Kuda, dan Pancasan sudah terkenal dengan produksi sandal sepatunya baik dari kulit asli maupun imitasi, dan sebagian penduduk Kelurahan Pasir Kuda bekerja sebagai buruh harian atau pun buruh tetap di home industry pengrajin tersebut.

Selain itu, walaupun Kelurahan Pasir Kuda berdasarkan topologi wilayahnya termasuk wilayah perkotaan, tetapi sebagian masyarakatnya masih banyak yang bermatapencaharian sebagi petani dan buruh tani. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya penduduk yang bermatapencaharian sebagai petani dan buruh tani.

(40)

24

Tabel 5. Jumlah sarana dan prasarana Kelurahan Pasir Kuda tahun 2015

No Sarana dan Prasarana Jumlah

11 Poliklinik/Balai Pelayanan Masyarakat 1

12 Apotek 1

22 Organisasi Kepemudaan 1

23 Kelompok Tani 4

24 Karang Taruna 1

25 Kelompok PKK 4 Pokja

Sumber: Monografi Kelurahan Pasir Kuda, 2015

Profil Posdaya Puspa Lestari

Proses pembentukan Posdaya Puspa Lestari diawali pada bulan Juli 2009 dengan dilaksanakannya KKN (Kuliah Kerja Nyata) Tematik Posdaya di RW VII oleh mahasiswa dari Institut Pertanian Bogor, mereka menyosialisasikan program Posdaya di hadapan para kader posyandu, para ketua RT, Ketua RW dan tokoh masyarakat. Peserta yang hadir sangat antusias menyambut program tersebut, sehingga dalam rangkaian KKN (Kuliah Kerja Nyata) tersebut dilaksanakan lokakarya mini oleh masyarakat yang dipandu oleh mahasiswa, dan hasil musyawarah warga sepakat untuk membentuk Posdaya, dan pada tanggal 28 Oktober 2009 terbentuklah Posdaya Puspa Lestari.

(41)

25 Tabel 6. Kegiatan Posdaya Puspa Lestari

No Kegiatan Jumlah Anggota

1. Koperasi 170 anggota

2. Home Industry 26 orang

3. Penggerak Posdaya 62 orang

4. PAUD 40 siswa

Sumber: Laporan Akhir Tahun Posdaya Puspa Lestari, 2015

Posdaya Puspa Lestari terdiri dari empat bidang kegiatan, yaitu bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lingkungan. Adapun masing-masing bidang memiliki berbagai kegiatan, seperti bidang pendidikan terdapat kegiatan PAUD, PRSPCBM, dan majlis talim. Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD Bina Lestari merupakan PAUD binaan Posdaya Puspa Lestari, PAUD ini diperuntukkan bagi warga RW VII yang ingin mendidik anaknya dari usia dini, khususnya bagi warga yang tingkat kesejahteraannya menengah ke bawah. Kondisi PAUD Bina Lestari saat ini, telah memiliki anak didik lebih dari 40 siswa dengan jumlah tutor sebanyak enam orang. Akan tetapi, PAUD Bina Lestari sampai saat ini belum memiliki bangunan permanen yang diperuntukan khusus untuk PAUD, karena selama ini Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) masih menggunakan ruangan di salah satu rumah Kader Posdaya.

PRSPCBM atau Pelayanan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat Berbasis Masyarakat merupakan salah satu kegiatan unggulan Posdaya Puspa Lestari. Jumlah mpat orang tutor PRSPCBM berjumlah empat orang dengan anak didik berjumlah 12 orang dengan beragam disabilitas, diantaranya Tuna Rungu, Tuna Netra, Tuna Wicara, Tuna Grahita, Down Syndrom, ataupun Tuna Ganda. Adapun kegiatan yang dilaksanakan PRSPCBM, yaitu, membuat kerajinan tangan seperti pernak-pernik untuk kotak tissu, membuat bunga dari bahan akrilik, dan membuat berbagai kerajinan tangan dari sampah plastik.

Kegiatan bidang kesehatan, yaitu Posyandu dan Posbindu yang dilaksanakan secara rutin setiap satu bulan sekali. Posbindu dilaksanakan pada tanggal 7 dan Posyandu dilaksanakan pada tanggal 11 setiap bulannya, dengan jumlah kader Posyandu dan Posbindu sebanyak 12 kader. Adapun kegiatannya, yaitu penimbangan bagi bayi, balita, dan lansia, pengecekan kesehatan, dan pada bulan-bulan tertentu dilakukan imunisasi bagi bayi dan balita. Pelaksanaan Posyandu dan Posbindu selalu didampingi oleh bidan desa atau dinas kesehatan dari Puskesmas Pancasan.

(42)

26

kekhawatiran para kader Posdaya melihat banyaknya warga RW VII yang terlilit hutang dengan rentenir atau Bank keliling. Jumlah anggota koperasi dari tahun ke tahun semakin bertambah dan saat ini berjumlah 170 anggota. Home industry

yang berada di wilayah RW VII yaitu pabrik tempe. Pembuatan tempe dari kedelai dan hasil produksinya dipasarkan di pasar tradisional, seperti pasar Bogor.

Kegiatan bidang lingkungan, mencakup bank sampah, biogas, dan laskar siaga. Bank sampah merupakan kegiatan unggulan bidang lingkungan, bahkan kegiatan bank sampah ini diresmikan langsung oleh Wali Kota Bogor Bima Arya. Kegiatan bank sampah, meliputi pengambilan sampah rumah tangga oleh para laskar siaga, pemilahan antara sampah organik dan anorganik, dan penjualan sampah anorganik ke pengepul sampah.

Posdaya Puspa Lestari sudah berdiri selama kurang lebih tujuh tahun, terhitung mulai dari tahun 2009. Selama itu pula, para kader berusaha untuk mengembangkan berbagai kegiatan dan aktifitas di lingkungan RW VII untuk memberdayakan warga secara swadaya dan partisipatif. Berbagai perlombaan pun sudah banyak diikuti dari tingkat Posdaya binaan se-IPB (Institut Pertanian Bogor) sampai dengan tingkat nasional. Hal ini diikuti semata-mata bukan hanya untuk mencari hadiah atau pun penghargaan, akan tetapi untuk menguji kemampuan dan kualitas dari para kader dan Posdaya yang dirintis dari semenjak tahun 2009 tersebut, serta ingin mendapatkan banyak referensi terkait pengelolaan Posdaya dari berbagai sumber, sehingga tak dipungkiri bahwa usaha dan niat tulus dari para kader untuk mengembangkan Posdaya Puspa Lestari mendapatkan hasil yang memuaskan, ditunjukkan dengan berbagai penghargaan yang diraih dari tahun 2013, yaitu:

1. Juara 2 lomba Posdaya tingkat Nasional tahun 2015

2. Juara 1 lomba Posdaya tingkat Korwil Jawa barat I dan Lampung tahun 2015 3. Juara 1 lomba Posdaya Binaan IPB (Institut Pertanian Bogor) tahun 2015 4. Juara 2 lomba Posdaya tingkat Nasional tahun 2014

5. Juara 2 lomba Posdaya tingkat Regional tahun 2014

6. Juara 1 lomba Posdaya tingkat Korwil Jawa barat I dan Lampung Tahun 2014 7. Juara 1 lomba Posdaya Binaan IPB (Institut Pertanian Bogor) tahun 2014 8. Damandiri Award sebagai Posdaya berprestasi tingkat nasional pada tahun

2013 (18 besar).

Selain memiliki berbagai penghargaan dan prestasi, Posdaya Puspa Lestari pun menerima Observation Study Tour (OST) dari Posdaya lain lebih dari 19 kali, baik dari Posdaya sekitar Bogor sampai luar daerah, serta Observation Study Tour

(OST) dari pemerintah daerah dan lembaga sosial, seperti rombongan pejabat Pemerintah Daerah dan penggerak PKK Daerah Istimewa Yogyakarta, pejabat Pemerintah Daerah dan penggerak PKK Kabupaten Musi Rawas dan Bengkulu, pejabat Pemerintah Daerah dan penggerak PKK dari Sumatera Barat, Tasikmalaya, dan Kebumen, serta rombongan kader Posdaya Kabupaten Pandeglang, dan lain sebagainya. Bahkan Posdaya Puspa Lestari pernah mendapatkan kunjungan dari luar negri yaitu dari LSM Cinta Baca Amerika dan rombongan dari Cina.

(43)

27 mengalami perubahan struktur kepengurusan dengan jumlah pengurus yang terdata sebanyak 40 kader (Lampiran 5).

Kondisi Umum Warga RW VII

Pada tahun 2015, kader Posdaya Puspa Lestari melakukan pemetaan dan pendataan keluarga dengan cakupan seluruh warga RW VII, meliputi: pendataan jumlah warga berdasarkan rumah tangga dan kepala keluarga, jumlah warga berdasarkan jenis kelamin, jumlah kepala keluarga berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga usia sekolah, jumlah anggota keluarga berdasarkan kelompok umur, dan kondisi kesejahteraan warga RW VII.

Adapun jumlah warga RW VII berdasarkan rumah tangga dan kepala keluarga akan dicantumkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah rumah tangga dan kepala keluarga di wilayah RW VII RT Jumlah Rumah Tangga Jumlah Kepala Keluarga

∑ % ∑ %

Sumber: Laporan Akhir Tahun Posdaya Puspa Lestari, 2015

Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa jumlah rumah tangga terbanyak dengan persentase sebesar 26,42% terdapat di RT 2, akan tetapi persentase tertinggi jumlah kepala keluarga terdapat di RT 3 dengan persentase sebesar 27,30%. Selain itu, total jumlah kepala keluarga lebih tinggi dari pada total jumlah rumah tangga. Perbedaan ini terjadi, disebabkan dalam satu rumah tangga tidak hanya terdiri dari satu kepala keluarga saja akan tetapi bisa terdiri dari dua sampai tiga kepala keluarga. Hal ini hanya berlaku untuk jumlah rumah tangga dan kepala keluarga di RT 1, 2, dan 3, karena jumlah rumah tangga dan kepala keluarga di RT 4 dan 5 tergolong konsisten antara jumlah rumah tangga dan jumlah kepala keluarga. Adapun jumlah warga RW VII berdasarkan jenis kelamin dipaparkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah warga RW VII berdasarkan jenis kelamin

RT ∑ Laki –Jenis Kelamin Total

Gambar

Gambar 1. • Frekuensi Komunikasi
Tabel 3. Jumlah penduduk Kelurahan Pasir Kuda tahun 2015 berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 5. Jumlah sarana dan prasarana Kelurahan Pasir Kuda tahun 2015
Tabel 13. Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik individu
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel kompensasi yang meliputi kompensasi langsung dan tidak langsung yang terdiri dari gaji, insentif, tunjangan hari

belajar dan sikap persaingan belajar dalam mencapai prestasi di sekolah.. Usaha untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dapat dilaksanakan. dalam memberikan

pencapaian hasil belajar dan dikembangkan menjadi indikator pencapaian. Selanjutnya yang dilakukan oleh guru akidah akhlak adalah mnentukan. indikator penilaian. Dalam hal

[r]

Dalam skripsi ini problem utama yang menjadi kajian adalah ketergantungan masyarakat petani Dusun Karang Tengah terhadap pemilik modal.. Dengan fokus masalah,

dokumentasi untuk memperoleh data penguasaan mahasiswa. Analisis data menggunakan analisis regresi dan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Kadar Aspal Optimum, stabilitas, kelelehan, VIM, VMA, VFA, dan MQ pada campuran aspal beton AC-BC yang menggunakan batu