• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAMPINGAN KEMANDIRIAN PETANI DALAM USAHA PANGAN DI DUSUN KARANG TENGAH DESA DUREN KECAMATAN PILANG KENCENG KABUPATEN MADIUN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAMPINGAN KEMANDIRIAN PETANI DALAM USAHA PANGAN DI DUSUN KARANG TENGAH DESA DUREN KECAMATAN PILANG KENCENG KABUPATEN MADIUN."

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAMPINGAN KEMANDIRIAN PETANI DALAM USAHA PANGAN DI DUSUN KARANG TENGAH DESA DUREN KECAMATAN PILANG

KENCENG KABUPATEN MADIUN

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos.I)

Oleh : Desi Mutrkah

B92212036

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

DESI MUTRIKAH, B92212036, PENDAMPINGAN

KEMANDIRIAN PETANI DALAM USAHA PANGAN DI DUSUN KARANG TENGAH DESA DUREN KECAMATAN PILANG KENCENG KABUPATEN MADIUN

Dalam skripsi ini problem utama yang menjadi kajian adalah ketergantungan masyarakat petani Dusun Karang Tengah terhadap pemilik modal. Dengan fokus masalah, mencapai kemandirian masyarakat petani Dusun Karang Tengah. Pola pendampingan yang dapat dilakukan untuk menangani problem ketergantungan dan perubahan sosial dalam pendampingan komunitas petani Dusun karang Tengah. Teori ini menggunakan teori pendidikan kritis Paulo Freire tentang kesadaran kritis untuk menganalisis masalah ketergantungan masyarakat petani terhadap pemilik modal.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian

Participatory Ation Research (PAR). Dengan langkah-langkah proses

pemecahan masalah antara lain: Riset pendahuluan, inkulturasi, merumuskan masalah, merancan strategi, pengorganisasian masyarakat, melakukan aksi, evaluasi, dan refleksi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perubahan pada masyarakat untuk mandiri dari keadaan yang membelenggu. Karena keadaan tersebut membuat masyarakat semakin tidak berdaya.

Untuk mencapai tujuan yang diinginkan harus adanya pengorganisasian masyarakat serta adanya kelembagaan yang menghimpun dan mengembangkan potensi masyarakat petani Dusun Karang Tengah. Kelembagaan yang dimaksud adalah koperasi Dusun yang dibentuk atas dasar kerjasama komunitas, fasilitator, dan stakeholder yang paham akan masalah dan potensi yang dimiliki komunitas. Adapun realisasi perencanaan tersebut berupa program yang telah digagas bersama komunitas. Program-program tersebut meliputi koperasi Dusun yaitu simpanan pertanian (hasil panen), pelatihan teknologi tepat guna (pemanfaatan hasil pertanian). Dari program-program yang telah dilaksanakan, saat ini masyarakat petani mampu mengelola singkong menjadi tepung mocaf dan mampu memproduksi sebagai bahan untuk membuat makanan lainnya.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PENGESAHAN PEMBIMBING ... iii

PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... iv

PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Problematik ... 1

B. Fokus Pendampingan ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Pendampingan ... 6

D. Strategi Pendampingan ... 7

E. Perencanaan Operasional (Jadwal) ... 10

F. Sistematika Pembahasan ... 11

(8)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendekatan People Center

Development ... 15

B. Pendidikan Kritis: Alternatif dalam Memahami Keadaan Sosial PetaI ... 17

C. Pertanian dalam Perspektif Islam ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan PAR ... 23

B. Ruang Lingkup ... 24

C. Prosedur Penelitian Untuk Pendampingan ... 24

D. Subjek Dampingan ... 32

E. Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data ... 32

F. Teknik Analisis Data ... 34

G. Teknik Validasi Data ... 35

H. Stakeholder Penelitian dan Pendampingan Masyarakat ... 36

BAB IV DESKRIPSI LOKAL DESA DUREN A. Sejarah Desa Duren ... 38

B. Letak Geografis Dusun Karang Tengah ... 39

C. Demografis Dusun Karang Tengah ... 40

D. Perekonomian Dusun Karang Tengah ... 42

E. Keadaan Kesehatan ... 43

F. Keagamaan dan Budaya ... 45

G. Keadaan Pendidikan ... 48

H. Politik Pembangunan ... 50

BAB V POTRET MASALAH A. Sistem Pertanian yang Membelenggu ... 53

B. Minimnya Pendapatan ... 58

(9)

BAB VI DINAMIKA PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DAN AKSI PERUBAHAN

A. Membangun Komunitas Melalui Kearifan Lokal ... 62

B. Menyepakati Agenda Riset ... 65

C. Mengurai Masalah Bersama Masyarakat ... 66

D. Merencanakan Tindakan Mencari Solusi ... 70

E. Pembentukan Koperasi Dusun “Rimba Karya” ... 72

F. Pelatihan Skill Masyarakat ... 76

BAB VII MEMEBANGUN KESADARAN MASYARAKAT PETANI UNTUK MEMBEBASKAN KETERGANTUNGAN PEMILIK MODAL (ANALISIS REFLEKTIF) A. Lepasnya Petani dari Ketergantungan Pemilik Modal ... 81

B. Kelembagaan Baru Masyarakat Sebagai Wadah Edukasi dalam Mengembangkan Potensi Masyarakat Petani Dusun Karang Tengah Agar Terhindar dari Jeratan Rentenir ... 83

C. Gerakan Komunitas Pertanian dalam Konteks Dakwah Bil Hal ... 84

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 90

B. Rekomendasi ... 91

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Pihak Terlibat ... 37

Tabel 4. 1 Pembagian Penyebaran Penduduk ... 41

Tabel 4. 2 Mata Pencaharian Dusun Karang Tengah ... 43

Tabel 4. 3 Kegiatan Kesehatan ... 44

Tabel 4. 4 Fasilitas Keagamaan ... 46

Tabel 4. 5 Kegiatan Bidang Keagamaan ... 46

Tabel 4. 6 Sarana Pendidikan ... 49

Tabel 4. 7 Sarana Prasarana Desa Duren ... 51

Tabel 5. 1 Kalender Musim Pertanian ... 54

Tabel 5. 2 Hutang Modal Pertanian ... 57

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4. 1 Peta Dusun Karang Tengah ... 40

Gambar 4. 2 POLINDES Desa Duren ... 45

Gambar 4. 3 Acara Keagamaan Dusun Karang Tengah ... 47

Gambar 4. 4 Masjid Dusun Karang Tengah ... 52

Gambar 6. 1 Inkulturasi dengan Warga ... 63

Gambar 6. 2 FGD Perencanaan Aksi bersama Komunitas ... 69

Gambar 6. 3 Diagram Alur Stakeholder ... 71

Gambar 6. 4 FGD pembentukan Koperasi Dusun ... 75

Gambar 6. 5 Proses Penyimpanan Hasil Panen ... 76

Gambar 6. 6 Pembukuan Pinjaman Modal …...…...………...……. 77

Gambar 6. 7 Proses Pengupasan Singkong ... 78

Gambar 6. 8 Proses Perendaman ... 79

Gambar 6. 9 Proses Pengeringan ... 80

(12)

DAFTAR BAGAN

Bagan 5. 1 Analisis Pohon Masalah ... 60

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi Problematik

Kabupaten Madiun merupakan daerah lumbung padi Jawa Timur

bagian barat, dengan luas areal tanam sebesar 63.620 Ha yang

menghasilkan produksi beras sebesar 364.716,54 ton pertahun. Dari

produksi tersebut setiap tahunnya rata-rata megalami surplus sebesar

150.000 ton pertahun. Hamparan areal tanam tersebut berada di seluruh

wilayah kecamatan sebanyak 15 kecamatan. Produktifitas rata-rata

mencapai 5,6 ton/Ha Gabah kering Sawah (GKS), dengan mayoritas jenis

padi yang ditanam adalah IR.64.1

Potensi pertanian yang dimiliki Kabupaten Madiun cukup besar

sehingga dapat memberikan peluang investasi berupa: Industri Pengolahan

Gabah (Rice Milling Unit) berkapasitas besar, serta Industri pengolahan

dan pengepakan beras. Akan tetapi luas lahan pertanian di Kota Madiun

terus menyusut akibat alih fungsi lahan yang digunakan untuk bangunan

perumahan dan pertokohan.

Lahan pertanian yang ada di Kota Madiun saat ini mencapai 1.050

Ha. Jumlah tersebut terus menyusut dari tahun 2011 yang masih mencapai

1.067 Ha. Demi menekan alih fungsi lahan, pemkot Madiun sudah

mengeluarkan peraturan Tata Ruang (RTRW) wilayah Kota Madiun tahun

1 http://agrobisnis-online.blogspot.com/2011/07/potensi-pertanian.html. Diakses pada tanggal 25

(14)

2

2010-2030.2 Namun penyusutan lahan pertanian tetap terjadi secara

signifikan setiap tahunnya. Penyusutan lahan pertanian juga akan

mempengaruhi jumlah produksi beras sehingga minimnya swasembada

pangan. Problem yang dihadapi demikian rumit, mulai dari sistem,

metode, dan teknis sampai hal yang strategis. Dari budidaya pangan ke

budaya makan, dari produksi hingga ke konsumsi, stok dan pasokan,

kebijakan, program, strategi dan operasionalnya.3

Kecamatan Pilang Kenceng merupakan salah satu kecamatan yang

ada di Kota Madiun. Di Kecamatan ini terdapat beberapa Desa yang

memiliki potensi pertanian, salah satunya yaitu Desa Duren. Desa Duren

merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pilang Kenceng

Kabupaten Madiun. Desa ini berada di dataran rendah yang di

sekelilingnya terdapat persawahan. Desa Duren ini memiliki lima dusun

yakni, Dusun Duren 1, Dusun Duren 2, Dusun Kutukan, Dusun Karang

Tengah, dan Dusun Notopuro. Salah satu dusun yang memiliki cukup luas

lahan pertanian yaitu Dusun Karang Tengah.

Dusun Karang Tengah yang terdiri dari 127 KK (Kepala Keluarga)

dengan jumlah penduduk 388 jiwa memiliki luas wilayah 40 Ha terdiri

dari, pemukiman 10 Ha dan pertanian 30 Ha. Mayoritas warga bekerja

sebagai petani dan bisa dikatakan 99% masyarakat memiliki lahan

pertanian.4 Dengan lahan pertanian yang terbentang luas menandakan

2http://www.madiunpos.com/2015/11/05/pertanian-madiun-lahan-susut.html. diakses pada tanggal

25 Juli 2016

(15)

3

masyarakat Dusun Karang Tengah sudah terpenuhi dalam swasembada

pangan, akan tetapi realita yang terjadi masyarakat belum memanfaatkan

hasil pertanian dengan maksimal.

Bentuk pinjaman modal pertanian yang didapat warga berupa

sistim ijo (Ngijo) yaitu petani meminjam uang kepada pemilik modal

(pengepul), uang tersebut akan dibayar dengan padi dengan standar atau

ukuran kwintalan pada musim panen padi. Terkadang jumlah

pengembalian selisih banyak dengan jumlah hutang yang ada. Jikapun

petani tidak bisa mengembalikan hutang pada waktu tempo, maka di

musim panen selanjutnya petani harus membayar dengan melebihkan hasil

panen tersebut kepada pemilik modal.

Di Dusun Karang tengah ini memiliki dua kali panen padi dan satu

kali panen palawija. Panen padi pertama biasanya dilakukan petani pada

bulan Maret dan panen padi kedua terjadi pada bulan Juli, sedangkan

panen palawija terjadi pada bulan September. Senggang waktu panen padi

pertama dengan panen padi kedua yaitu 3 bulan, dan untuk panen padi

selanjutnya akan memerlukan waktu lama yaitu sekitar enam bulan setelah

panen palawija. Hasil panen terkadang juga tidak maksimal dikarenakan

hama dan juga pada musim hujan padi-padi akan rontok.5 Dapat dilihat

bahwa dimana masyarakat yang hanya mengandalkan hasil pertanian akan

tetapi dalam kurun waktu enam bulan mereka baru bisa mamanen lagi. Di

sela-sela bulan itulah para pemilik modal akan memulai permainannya.

(16)

4

Mereka memanfaatkan keadaan warga yang sedang kesusahan dan

menawarkan bantuan berupa hutang.

Secara ekonomi, masyarakat Dusun Karang Tengah rata-rata

memiliki perekonomian menengah ke bawah, dengan rata-rata penghasilan

perbulannya kurang dari Rp.1.000.000 untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari mereka.6 Untuk mendapatkan dan memperoleh penghasilan

masyarakat mayoritas bekerja sebagai petani yang menjadi mata

pencaharian pokok penduduk. Jika masyarakat hanya mengandalkan

pertanian dengan modal bergantung pada pemilik modal, maka petani

tidak akan pernah mengalami peningkatan ekonomi. Asset pertanian yang

mereka miliki juga akan semakin habis karena secara tidak langsung

pemilik modal menjajah para petani tersebut.

Asset yang seharusnya dipertahankan, lama-lama akan hilang.

Sedangkan sampai sekarang masyarakat petani masih bergantung pada

pemilik modal. Kebiasaan yang menjadikan masyarakat bergantung dan

mengakibatkan masyarakat susah untuk berkembang. Semakin

berkurangnya generasi petani dan semakin bertambahnya hutang petani

terhadap pemilik modal, maka masyarakat petani akan kehilangan asset

yang mereka miliki. Dampak itulah yang akan terjadi di masyarakat jika

masyarakat petani belum sadar akan ketergantungan tersebut.

Ketergantungan yang menjadikan masyarakat tidak berdaya, baik dalam

kebutuhan ekonomi maupun berdaya dalam keadaan panganya sendiri.

(17)

5

Jika masyarakat belum sadar dan mereka hanya diam dengan

keadaan yang ada, maka masyarakat Dusun Karang Tengah akan

kehilangan swasembada pangan. Perlu adanya pendampingan petani dalam

kemandirian usaha pangan di Dusun Karang Tengah karena mereka

mayoritas masyarakat petani dan nasib warga Indonesia di tangan petani.

B. Fokus Pendampingan

Dalam mengkaji kehidupan masyarakat petani Dusun Karang

Tengah diantara problematika dan menyusun kerangka solutif bersama

masyarakat, tentu dibutuhkan adanya fokus penelitian. Fokus dalam

penelitian membantu dalam penganalisaan masalah, potensi dan pola

pemberdayaan yang akan dilakukan terhadap masyarakat petani Dusun

Karang Tengah. Dari latar belakang di atas timbul pertanyaan sebagai

berikut:

1. Bagaimana proses pendampingan untuk mencapai kemandirian

petani dalam modal usaha pertanian di Dusun Karang Tengah?

Fokus dari penelitian tersebut yaitu bagaimana peneliti

mengorganisir masyarakat dalam menciptakan masyarakat yang mampu

memanfaatkan potensi secara maksimal. Menjadikan masyarakat mandiri

dalam modal usaha pangan, dimana ketergantungan masyarakat akan

modal usaha akan menjadikan masyarakat semakin tidak berdaya. Karena

pada dasarnya kewajiban manusia untuk memenuhi keperluan hidup

manusia, seperti makanan, dan pakaian. Setiap individu tanpa terkecuali

(18)

6

C. Tujuan dan Manfaat Pendampingan a. Tujuan

Dari fokus masalah di atas, peneliti memfokuskan apa saja yang

ingin dituju dalam penelitian. Pertama, tujuan dari penelitian yaitu

pendampingan terhadap masyarakat agar menjadi masyarakat petani yang

mandiri dalam modal usaha pangan. Kedua, masyarakat mampu mengelola

dan memanfaatkan asset pertanian yang ada untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Ketiga, agar masyarakat tidak kehilangan asset yang dimiliki,

karena mulai dari sedikit demi sedikit asset tersebut akan hilang.

Agar masyarakat mampu mengelola hasil panen secara maksimal

dan menghasilkan swasembada pangan secara mandiri, maka masyarakat

akan dikatakan mampu dan berdaya, karena masyarakat tidak lagi

bergantung pada pemilik modal.

b. Manfaat

1. Secara Teoritis

a.Sebagai tambahan referensi tentang pengetahuan yang

berkaitan dengan program studi Pengembangan

Masyarakat Islam.

b. Sebagai tugas akhir perkuliahan di Fakultas Dakwah dan

Komunikasi Program Studi Pengembangan Masyarakat

Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.

(19)

7

a.Diharapkan dari penelitian ini akan menjadi pelajaran bagi

peneliti apabila sewaktu-waktu peneliti melakukan

pendampingan di daerah yang fokusnya sama.

b. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai

tambahan informasi mengenai pertanian dalam

kemandirian usaha pangan sebagai pemecah masalah

ketergantungan petani terhadap pemilik modal.

D. Strategi Pendampingan

Srategi pendampingan merupakan proses awal yang penting untuk

diketahui agar proses pendampingan sesuai dengan harapan bersama.

Harapan dan capaian pada penelitian ini adalah masyarakat mandiri dalam

modal usaha pangan sehingga tidak ada lagi ketergantungan masyarakat

petani Dusun Karang Tengah terhadap pemilik modal. Strategi

pendampingan ini mengacu pada konsep PAR.7 Berikut langkah strategi

dalam pendampingan pada masyarakat Dusun Karang Tengah yang

dilakukan oleh peneliti:

1. Mengetahui Kondisi Masyarakat (To Know)

Tahapan pertama ini merupakan proses inkulturasi, yaitu

membaur dengan masyarakat untuk membangun kepercayaan.

Membaur dengan masyarakat tidak sekedar membaur tetapi peneliti

terlibat secara langsung dalam kehidupan masyarakat Dusun Karang

(20)

8

Tengah untuk membentuk kelompok-kelompok kecil dengan

masyarakat.

2. Memahami Problem Komunitas (To Understand)

Tahapan kedua ini merupakan tahapan yang bertujuan untuk

memahami persoalan utama komunitas. Langkah-langkah yang

ditempuh untuk memahami masalah masyarakat dengan melalui

Focus Group Discusion (FGD). Prose FGD ini juga mengguanakan

alat untuk menggalih data serta menganalisis. Proses ini bisa

membelajarkan kepada masyarakat untuk berfikir kritis.

Pada strategi ini, peneliti akan mengamati dan

mengidentifikasi realita yang terjadi pada masyarakat. Dengan

melihat keluhan-keluhan yang datang dari masyarakat. peneliti juga

akan mendiskusikan pada masyarakat untuk menemukan fokus

masalah.

3. Merencanakan Pemecahan Masalah Komunitas (To Plann)

Tahapan To Plan bisa disebut dengan tahapan untuk

merencanakan aksi pemecahan masalah. Tahapan ini sangat

ditentukan oleh tahapan sebelumnya dalam merumuskan masalah,

sebab pemecahan masalah harus didasarkan atas rumusan masalah

yang sudah disepakati melalui FGD. Merencanakan aksi juga perlu

partisipasi aktif dari masyarakat, sehingga sebuah rencana aksi yang

akan dilaksanakan bisa memecahkan masalah yang telah terjadi.

(21)

9

To Action adalah melakukan aksi untuk memecahkan masalah

yang ada pada masyarakat. Tahapan ini merupakan tindak lanjut dari

tahapan sebelumnya yaitu to plan. Program yang akan dilaksanakan

harus sesuai dengan analisis pohon masalah serta pohon harapan yang

sudah dikaji saat sebelumnya bersama masyarakat. Sehingga

pelaksanaan program tidak memberatkan komunitas, tetapi justru

menciptakan kondisi yang terbangun dalam kesatuan yang saling

gotong royong sebagai tradisi yang sudah dimiliki oleh masyarakat

5. Penyadaran dan Perubahan (To Reflect and To Change)

Refleksi merupakan upaya untuk mengkritiki sebuah proses

pendampingan dan program yang sudah dilakukan bersama

masyarakat. Refleksi ini dilakukan dengan masyarakat sehingga

pelajaran apa yang bisa diambil untuk masyarakat dan pendamping.

Refleksi ini juga salah satu alat untuk mengetahui program yang

dilakukan itu bisa berkelanjutan (sustainable) bagi masyarakat atau

tidak.8

E. Perencanaan Operasional (Jadwal)

Rencana operasional ini merupakan jadwal pendampingan yang

akan dilakukan. Untuk memudahkan pelaksanaan proses daur tersebut,

maka dapat dilaksanakan dengan tahap-tahap dan waktu yang terjadwal

sebagai berikut :

(22)

10

Sistematika adalah salah satu unsur penelitian yang sangat penting

agar penulisan hasil penelitian bisa terarah. Penulisan skripsi ini secara

keseluruhan terdiri dari VII Bab, yaitu sebagai berikut:

(23)

11

Pada bab ini merupakan bab yang mengawali tentang judul

proposal skripsi yang diangkat oleh penulis: Latar Belakang, Fokus

Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Strategi Pendampingan,

Perencanaan Operasional (Jadwal), dan Sistematika Pembahasan.

BAB II KAJIAN TEORITIK

Bab ini membahas tentang kajian teoritik, yang berisi tentang

konsep pemberdayaan masyarakat, teori kritis sebagai pembelajaran, dan

pertanian menurut perspektif islam.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Adapun metode pendampingan yang digunakan adalah metode

penelitian PAR. Di dalamnya pendamping akan menyajikan konsep

pengertian PAR (Partisipatory Action Research), Prinsip-prinsip dalam

PAR, langkah-langkah riset aksi dalam PAR, dan teknik dampingan dalam

penelitian.

BAB IV DESKRIPSI LOKAL DUSUN KARANG TENGAH

Dalam bab ini peneliti menyusun profil dusun, letak dusun secara

geografis, kondisi demografis, kondisi keagamaan dan budaya, kondisi

ekonomi, kebijakan pemerintah dan pembangunan Dusun Karang Tengah.

(24)

12

Dalam bab ini menggambarkan sistem pertanian dan bentuk

ketergantungan yang terjadi pada petani Dusun Karang Tengah.

BAB VI PERENCANAAN PROGRAM DAN AKSI

Dalam bab ini berisi tentang dinamika proses pengorganisasian

masyarakat dalam memecahkan masalah. Berupa proses inkulturasi, proses

memahami dan memecahkan masalah, proses perencanaan serta

program/aksi dalam menciptakan kesadaran masyarakat untuk

memecahkan masalah menuju perubahan dalam menciptakan harapan

baru.

BAB VII ANALISA REFLEKTIF

Pada bab ini membahas tentang refleksi, yang mana peneliti

menjelaskan kajian teoritik dan menganalisa dengan mengkaji teoritik

dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.

BAB VIII PENUTUP

Pada bab terakhir ini yakni bab penutup dan rekomendasi, yang

berisi tentang catatan peneliti mengenai kesimpulan dari pembahasan

sebelumnya dan mengenai aspek-aspek kekurangan dalam melakukan

sebuah riset.

G. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Untuk menelaah lebih komprehensif, maka peneliti berusaha untuk

melakukan kajian-kajian terhadap penelitian terdahulu yang memiliki nilai

(25)

13

menggunakan sumber yang relevan serta literature yang dapat memperkuat

proses pendampingan.

Penelitian yang dilakukan oleh Umi Maghfiroh pada tahun 2015

Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan ampel

(UINSA) dalam bentuk skripsi tentang “Memutus Mata Rantai Jeratan

Tengkulak dan Bank Tithil (Pendapingan Perempuan Buruh Tani dalam

Peningkatan Ekonomi Melalui Usaha Kreatif di Desa Kedungsugo

Kecamatan Prambon Sidoarjo”. Dalam skripsi tersebut dijelaskan berbagai

dampak yang terjadi di Desa Kedungsugo yang mencakup aspek

perekonomian, pertanian dan kualitas hidup masyarakat Kedungsugo.

Fokus penelitian tersebut yaitu pada kualitas hidup perempuan

buruh tani Kedungsugo. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas dan taraf

hidup buruh tani perempuan Desa Kedungsugo melalui usaha kreatif.

Dengan pendekatan yang digunakan peneliti yaitu pendekatan

Participatory Action Research (PAR). Dan hasil pendampingan yang

dilakukan yaitu, adanya perencanaan dan realisasi Rumah Belajar Kartini

sebagai wadah bagi perempuan buruh tani.

Sedangkan dalam penelitian pendampingan yang saat ini peneliti

lakukan, yaitu pendampingan kemandirian petani dalam usaha pangan di

Dusun Karang Tengah, dengan mengambil fokus masalah yaitu

ketergantungan petani terhadap pemilik modal. Fokus pendampingan

terhadap masyarakat petani yang meminjam modal pertanian kepada

(26)

14

bisa lepas dari ketergantungan dan ketidakberdayaan. Dari hasil

pendampingan ini yaitu terealisasikannya lembaga ekonomi yang dibentuk

atas dasar kebutuhan dan kepentingan bersama. Terciptanya kemandirian

(27)

15

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendekatan "People Centered Development"

Dalam kajian teori ini difokuskan pada penjabaran teoritis tentang

pemberdayaan. Pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan sikap kemandirian, partisipasi, jaringan kerja dan

keadaan sosial. Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan

dimana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial

untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.9 Karena hal ini

merupakan syarat untuk memiliki kekuatan sebagai bentuk dasar awal untuk

merubah keadaan dirinya dengan mengetahui keadaan sosial.

Pemberdayaan mayarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat

dan martabat golongan masyarakat yang sedang dalam kondisi miskin

sehingga mereka dapat melepaskan diri dari kemiskinan dan keterbelengguan.

Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun kemampuan masyarakat

dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran masyarakat

akan potensi yang dimiliki dan berupaya untuk mengembangkan potensi itu

menjadi tindakan nyata.10

9James A. Christenson, dkk. Community Development In Perspective: Lowa State University Pres,

1989, hal 215.

(28)

16

Secara setruktural seseorang perlu diberikan kesempatan untuk

mengaktualisasikan dirinya, yang merupakan kebutuhan dasar manusia tidak

bisa diingkari. Oleh sebab itu orientasi pemberdayaan masyarakat pada

dasarnya adalah upaya untuk mewujudkan suasana kemanusiaan yang adil dan

beradab serta menjadi semakin afektif dan efisien secara setruktural baik

dalam ekonomi, sosial maupun budaya.11 Keberhasilan proses pemberdayaan

juga dipengaruhi oleh tingkat partisipasi masyarakat atau komunitas

dampingan yang sebelumnya memulai pemberdayaan ini dengan metode riset

guna mengetahui permasalaan sosial yang ada. Menurut fay dalam buku Agus

Afandi dkk. Tujuan utama melibatkan masyarakat dalam proses riset adalah

agara masyarakat melihat diri mereka sendiri serta situasi sosial yang menekan

kehidupan mereka.12

Peneliti atau pendamping menggunakan konsep pemberdayaan

masyarakat people centered development menurut David C. Korten yang

isinya bahwa pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya menawarkan

suatu proses perencanaan pembangunan dengan memusatkan pada

partisipasi, kemampuan dan masyarakat lokal. Dalam konteks ini, maka

masyarakat perlu dilibatkan pada setiap tahap pelaksanaan pembangunan

dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program yang mereka

lakukan. Hal ini memiliki arti, menempatkan masyarakat sebagai aktor

(subyek) pembangunan dan tidak sekedar menjadikan mereka sebagai

11 Gregory gusman, Sistem-sistem ekonomi, (Jakarta:Bumi Aksara, 1984), hal. 3

(29)

17

penerima pasif pelayanan saja. Pembangunan masyarakat yang

berkesinambungan pada hakekatnya merupakan suatu proses yang

disengaja dan terarah, mengutamakan pendayagunaan potensi dan sumber

daya setempat/lokal dan mengutamakan kreatifitas, inisiatif serta partisipasi

masyarakat.

Dalam teori pemberdayaan ini masyarakat petani Dusun Karang

Tengah berperan sebagai subjek sekaligus objek pendampingan. Masyarakat

sendiri yang memahami, merencanakan, serta melakukan proses perubahan.

Dengan keadaan masyarakat yang tergantung pada pemilik modal sehingga

terjadi ketidakmanidrian masyarakat. Disitulah masyarakat akan mengalami

proses perubahan yang sepenuhnya dilakukan oleh masyarakat sendiri.

B. Pendidikikan Kritis: Alternatif dalam Memahami Keadaan Sosial Petani

Melihat kondisi yang seperti itu peneliti mengaca pada tiga kesadaran

yang dimiliki manusia. Freire menjelaskan proses tersebut dengan analisis

kesadaran atau pandangan hidup masyarakat terhadap diri mereka sendiri yang

digolongkan menjadi 3 tipologi kesadaran,13 yaitu :

1. Pertama, kesadaran magis (magical consciousness). Adalah sebuah

keadaan dimana seorang manusia tidak mampu memahami realitas

disekitarnya sekaligus dirinya sendiri. Bahkan dalam menghadapi

kehidupan sehari-harinya ia lebih percaya pada kekuatan takdir yang

telah menentukan dan melihat kebenaran sebagai dogma (fatalis).

13Mansour fakih, Sesat Pikir Teori pembangunan dan Globalisasi, (Yogyakarta: Insist Press,

(30)

18

Semua adalah kehendak Tuhan. Dalam kesadaran magis, orang lebih

mengarahkan penyebab masalah dan ketidakberdayaan dengan

faktor-faktor diluar manusia, baik natural maupun supranatural. Mereka sadar

mereka melakukan sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yang harus

dilakukan untuk mengubahnya. Akibatnya, bukannya melawan atau

mengubah realitas di mana mereka hidup, mereka justru menyesuaikan

diri dengan realitas yang ada. Individu meyakini bahwa kebodohan

adalah sesuatu yang sudah melekat pada dirinya.

2. Kedua, kesadaran naif (naival consciousness). Keadaaan yang

dikategorikan dalam kesadaran ini adalah lebih melihat aspek manusia

sebagai akar permaslahan masyarakat. Adalah keadaan dimana

seseorang mulai mengerti akan adanya permasalahan namun kurang bisa

menganalisa persoalan-persoalan sosial tersebut secara sistematis.

Apabila dikaitkan dengan pendidikan, maka pendidikan dalam konteks

ini tidak pernah mempertanyakan keabsahan sebuah sistem dan struktur

yang salah.

3. Ketiga, kesadaran kritis (critical consciouness). Adalah sebuah keadaan

dimana seseorang mampu berpikir dan mengidentifikasi bahwa masalah

yang dihadapi harus ditelaah secara lebih dalam, bukan berfokus kepada

individu-individu penindas yang menyimpang, tetapi kepada sistem

yang menindas. Paradigma kritis dalam perubahan sosial memberikan

ruang bagi masyarakat untuk mampu mengidentifikasi ketidak adilan

(31)

19

analisis bagaiman sistem dan struktur itu bekerja serta bagaimana

mentransformasikannya.14

Dalam melihat realita masyarakat diharuskan berpikir mendalam

tentang apa saja yang terjadi. Adanya ketidakberdayaan yang dialami tetapi

masyarakat belum sadar dengan keadaan tersebut. Dalam teori ini

menekankan bahwa masyarakat petani harus berpikir mendalam dan

memahami suatu masalah yang terjadi. Adanya ketergantungan dan

masyarakat mampu membuat perubahan tersebut menjadi lebih baik, dengan

melepas jeratan dari pihak luar yang menjadikan masyarakat tidak mandiri.

C. Pertanian dalam Perspektif Islam

Di zaman sekarang kita dihadapkan pada banyaknya jenis dan macam

pekerjaan. Pekerjaan atau mata pancaharian seseorang kian bertambah banyak

sesuai dengan bertambahnya penduduk dan semakin khususnya keahlian

seseorang.

Namun sebenarnya pada asalnya hanya ada tiga profesi sebagaimana

disebutkan oleh Imam Al-Mawardi. Dia berkata: “Pokok mata pencaharian tersebut adalah bercocok tanam (pertanian), perdagangan dan pembuatan suatu

barang (industri)”. Para ulama berselisih tentang manakah yang paling baik

dari ketiga profesi tersebut. Madzhab As-Syafi’i berpendapat bahwa pertanian adalah yang paling baik. Sedangkan Imam Al-Mawardi dan Imam

An-Nawawi berpendapat bercocok tanam lah yang paling baik karena beberapa

alasan:

(32)

20

Pertama: Bercocok tanam adalah merupakan hasil usaha

tangan sendiri. Dalam Shohih Al-Bukhori dari Miqdam bin

Ma’dikariba rodhiyallohu’anhu dari Nabi shollallohu‘alaihiwasallam,

Beliau bersabda :

Dawud ‘alaihi salam makan dari hasil tangannya sendiri”.15

Dan yang benar adalah apa yang dinash-kan oleh Rosululloh

shollallohu ‘alaihi wa sallam yaitu hasil tangannya sendiri. Maka

bercocok tanam adalah profesi terbaik dan paling utama karena

merupakan hasil pekerjaan tangan sendiri.

Kedua: Bercocok tanam memberikan manfaat yang umum

bagi kaum muslimin bahkan binatang. Karena secara adat manusia

dan binatang haruslah makan, dan makanan tersebut tidaklah

diperoleh melainkan dari hasil tanaman dan tumbuhan.

Ketiga: bercocok tanam lebih dekat dengan tawakkal. Ketika

seseorang menanam tanaman maka sesungguhnya dia tidaklah

berkuasa atas sebiji benih yang dia semaikan untuk tumbuh, dia juga

tidak berkuasa untuk menumbuhkan dan mengembangkan menjadi

tanaman, tidak lah dia berkuasa membungakan dan membuahkan

15

(33)

21

tanaman tersebut. Tumbuhnya biji, pertumbuhan tanaman, munculnya

bunga dan buah, pematangan hasil tanaman semua berada pada

kekuasaan Allah. Dari sinilah nampak nilai tawakkal dari seorang

yang bercocok tanam.16

Hakikat betapa Islam sangat menggalakkan sektor pertanian

jelas daripada peruntukkan yang ada di dalam syariah. Sebagai

contoh, siapa saja yang mengusahakan tanah terbiar dengan jayanya

akan mendapat hak milik kekal terhadap tanah berkenaan berdasarkan

pendapat kebanyakan ulama. Peruntukkan ini jelas memberi intensif

kepada pengusaha-pengusaha bidang pertanian yang mengusahakan

tanah terbiar atau mati. Perkara ini disebutkan dalam riwayat Aisyah

Radhiallahu ‘anha, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Maksudnya: “Siapa yang memakmurkan (mengusahakan)

tanah yang tidak dimiliki oleh siapapun maka dia lebih berhak

terhadapnya”. (Hadis riwayat Al-Bukhari)17

Walau bagaimanapun kita telah mempunyai peraturan atau

undang-undang tanah, maka tidaklah boleh menggunakan tanah

dengan sewenang-wenangnya melainkan terlebih dahulu mendapatkan

kebenaran daripada pihak yang berkuasa.

Dengan adanya aset pertanian yang dimiliki hendaknya petani

mengelolanya sebaik mungkin. Akan tetapi pemanfaatan tersebut

16http://bemjagribisnisuin.blogspot.com/2009/03/pertanian-dalam-perspektif-islam. html. Diakses

pada tanggal 22 Juni 2016

(34)

22

harus dengan usahanya sendiri, karena kebiasaan yang bergantung

(35)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan

Penelitian dalam skripsi ini menggunakan pendekatan Participatory

Action Research (PAR). Pada dasarnya, PAR merupakan penelitian yang

melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan (stakeholder) dalam

mengkaji tindakan yang sedang berlangsung dalam rangka melakukan

perubahan dan perbaikan kea rah yang lebih baik.18 Metode ini digunakan

peneliti untuk mempelajarikondisi dan kehidupan masyarakat Dusun Karang

Tengah dari, dengan dan oleh masyarakat. Karena PAR selalu berhubungan

dengan partisipasi, riset, dan aksi.19

Menurut beberapa tokoh ahli dalam PAR, pendekatan PAR yang

dikemukakan oleh Yoland Wadworth adalah istilah yang memuat seperangkat

asumsi yang mendasari paradigma baru ilmu pengetahuan dan bertentangan

dengan paradigma pengetahuan tradisional atau kuno. Asumsi-asumsi baru

tersebut menggaris bawahi arti penting proses sosial dan kolektif dalam

mencapai kesimpulan-kesimpulan mengenai “apa kasus yang sedang terjadi”

dan “apa implikasi perubahannya” yang dipandang berguna oleh orang-orang

18

Agus Afandi, dkk. Modul Participatory Action Reseach (PAR) untuk Pengorganisasian Masyarakat (Surabaya: LPPM UINSA, 2016). Hal. 90.

(36)

24

yang berada pada situasi problematis, dalam mengantarkan untuk melakukan

penelitian awal.20

Intinya pendekatan PAR yang ditekankan adalah keterlibatan

masyarakat dalam seluruh kegiatan. Pendekatan PAR mengharuskan adanya

pemihakan baik bersifat epistemologis, ideologis maupun teologis dalam

rangka melakukan perubahan yang signifikan.21 Pendekatan PAR bertujuan

untuk menjadikan masyarakat peneliti, perencana, pengawas, dan pelaksana

program pembangunan dari masalah hegemoni yang terjadi, bukan stakeholder

sebagai obyek peneliti atau pembangunan.

B. Ruang Lingkup

Berdasarkan latar belakan dan identifikasi masalah, maka peneliti

memfokuskan dengan mengambil ruang lingkup permasalahan sebagai

berikut:

1. Pola kemandirian masyarakat Dusun Karang Tengah dari

ketergantungan pada pemilik modal.

2. Perubahan sosial hasil dari proses pendampingan pada masyarakat

Dusun Karang Tengah.

C. Prosedur Penelitian Untuk Pendampingan

Berikut adalah prosedur-prosedur dengan pendekatan PAR yang akan

dilakukan oleh peneliti selama proses pendampingan di lapangan:

1. Pemetaan Awal

(37)

25

Pemetaan awal sebagai alat memahami kondisi manyarakat baik

secara social, ekoomi, maupun budaya, sehingga peneliti mudah

memahami realita problem dan relasi social yang terjadi. Dengan demikian

akan memudahkan masuk ke dalam komunitas baik melalui key people

(kunci masyarakat) maupun komunitas akar rumput yang sudah terbangun,

seperti kelompok keagamaan (yasinan, tahlilan, masjid, mushalla,dll.),

kelompok kebudayaan (keompok seniman, dan komunitas kebudayaan

lokal), maupun kelompok ekonomi (petani, pedagang, pengrajin, dll.).22

Pemetaan awal tersebut sudah peneliti lakukan sebelum pengajuan

proposal. Dalam memahami realita kehidupan masyarakat di Dusun

Karang Tengah, peneliti masuk melalui izin dari kepala desa. Untuk

mengetahui keadaan desa tersebut, peneliti melakukan penelusuran desa

terlebih dahulu. Dari kegiatan tersebut peneliti menemukan beberapa

keganjalan, seperti persawahan yang terbentang luas akan tetapi hasil

panen kurang memuaskan.

Setelah itu peneliti mendatangi rumah Kepala Dusun Karang

Tengah, untuk meminta izin tinggal disana selama proses pendampingan

dan penelitian. Dari pertemuan tersebut muncul beberapa masalah yang

dikeluhkan oleh kepala dusun. Sampai pada bulan April 2016, peneliti

berkesempatan dalam acara-acara rapat di Dusun tersebut. Dari beberapa

pertemuan dengan masyarakat, banyak data yang diperoleh peneliti dari

masyarakat petani.

(38)

26

2. Inkulturasi

Peneliti melakukan inkulturasi dan membangun kepercayaan (trust

bilding) dengan masyarakat, sehingga terjalin hubungan yang setara dan

saling mendukung. Peneliti dan masyarakat bisa menyatu menjadi sebuah

simbiosis mutualisme untuk melakukan riset, belajar memahami

masalahnya, dan memecahkan persoalannya secara bersama-sama

(partisipatif).

Tanggal 29 April 2016, setelah seminar proposal selesai. Peneliti

mulai fokus untk penelitian lebih dalam, dengan kembali datang ke rumah

Kepala Dusun Karang Tengah. Karena sikap keterbukaan kepala dusun

sehingga peneliti dengan mudahnya melakukan penelitian. Pada tanggal 1

Mei 2016, peneliti mulai melakukan inkulturasi lebih dalam atau proses

membaur dengan masyarakat. Dengan berjalan ke rumah-rumah warga

peneliti juga dipersiahkan mampir dan mengobrol dengan warga.

Karena selama inkulturasi masyarakat begitu terbuka dengan

peneliti. Respon masyarakat yang begitu baik sehingga memudahkan

peneliti dalam menganalisa sebuah persoalan yang terjadi.

3. Meeting of Mind

Merupakan penyatuan pemikiran antara masyarakat dengan

peneliti. Peneliti dan masyarakat bisa menyatu menjadi sebuah simbiosis

mutualisme untuk melakukan riset, belajar memahami masalah dan

(39)

27

terwujud melalui proses diskusi bersama, kegiatan bersama antara peneliti

maupun masyarakat.

Setelah proses inkulturasi, peneliti bertemu dengan komunitas

petani untuk menyampaikan tujuan dari penelitian yang dilakuka peneliti.

Dari pertemuan tersebut muncul beberapa obrolan yang berujung pada

kesepakatan tujuan yang sama. Hal tersebut merupakan langkah awal

menyusun aksi selanjutya.

4. Penentuan Agenda Riset untuk Perubahan Sosial

Bersama komunitas peneliti mengagendakan program riset melalui

tekni PRA untuk memahami persoalan masyarakat, yang selanjutnya

menjadi alat perubahan social. Sekaligus merintis membangun kelompok

kmunitas. Termasuk menentukan pertemuan rutin untuk diskusi bersama,

kegiatan aksi, maupun kegiatan pembelajaran.

Pada tahap ini peneliti bersama komunitas melakukan survey

rumah tangga yaitu pada tanggal 7 Mei 2016 untuk mengetahui

pengeluaran dan pendapatan yang diperoleh masyarakat petani Dusun

Karang Tengah. Setelah pendataan survey rumah tangga, peeliti

menyampaikan pada komunitas untuk melakukan pendataan lagi,

diantaranya adalah transect wilayah, pohon masalah, analisis kuasa,

analisis perubahan, dan analisis lebih mendalam sampai pada penemuan

(40)

28

5. Pemetaan Partisipatif

Peneliti bersama komunitas melakukan pemetaan wilayah Dusun

Karang Tengah baik secara demografi, perekonomian, sosial dan budaya.

Berapa banyak pendapatan yang diperoleh dari pertanian dan berapa

banyak hutang modal pertanian yang dialami masyarakat dengan

ketergantungan tersebut.

Tepat tanggal 10 Mei 2016, peneliti bersama komunitas petani

melakukan transect wilayah dan pembuatan peta wilayah. FGD ini

dilakukan disalah satu rumah warga, akan tetapi data yang diperoleh masih

kurang sehingga peneliti bersama beberapa warga melakukan penelusuran

wilayah guna mengetahui kondisi pertanian yang ada di Dusun Karang

Tengah.

Tanggal 15 Mei 2016, peneliti bersama komunitas melakukan FGD

yang ketiga kalinya untuk membahas problem yang ada. Semua yang

menjadi kendala dan terjadi di Dusun Karang Tengah dijelaskan oleh

beberapa pihak dalam proses FGD tersebut. Pada tahap ini belum

ditemukan masalah intinya, hanya sebatas analisis dari berbagai

permasalahan yang ada.

6. Merumuskan Masalah Kemanusiaan

Komunitas merumuskan masalah mendasar hajat hidup

kemanusiaan yang dialaminya. Seperti persoalan pangan, papan,

(41)

29

kemanusiaan lainnya. Dari hal tersebut masyarakat bersama peneliti

menentuan masalah utama yang terjadi dan harus diselesaikan.

Dari masalah-masalah yang ditemukan, peneliti melanjutkan proses

penggalian data dengan wawancara semi struktur pada masyarakat yang

dituju. Pada tanggal 17 Mei 2016, peneliti bersama komunitass petani

melakukan FGD yang kesekian kalinya untuk merumuskan inti

permasalahan yang ada.

Melihat dari banyaknya masalah dari dampak ketergantungan pada

pemilik modal, akhirnya melalui kesadaran kritis dan murni dari pemikiran

masyarakat sendiri, ami berhasil menentukan inti masalah yang terjadi.

Masalah tersebut kemudian kita analisis dalam bentuk pohon masalah.

Dari anlisis pohon masalah, kami melakukan analisis kuasa, analisis

perubahan, analisis sejarah, maupun analisis kalender musim untuk

memperkuat masalah inti yang ditemukan.

7. Menyusun Strategi Gerakan

Komunitas menyusun strategi gerakan untuk memecahkan problem

kemanusiaan yang telah dirumuskan. Menentukan langkah sistematik,

menentukan pihak yang terlibat (stakeholder), dan merumuskan

kemungkinan keberhasilan dan kegagalan program yang direncanakan

serta mencari jalan keluar apabilaterdapat kendala yang menghalangi

keberhasilan program.

Setelah analisis masalh selesai, selanjutnya adalah analisis pohon

(42)

30

menjadi tujuan dapat tercapai. Penentuan strategi melalui analisis pohon

harapan ini dilakukan di balai dusun pada tanggal 20 Mei 2016. Pada

diskusi tersebut muncul usulan program yang bisa dilakukan untuk

menyelamatkan masyarakat.

8. Pengorganisasian Masyarakat

Komunitas didampingi peneliti untuk membangun pranata-pranata

social. Baik dalam bentuk kelompok maupun lembaga masyarakat yang

secara nyata bergerak memecahkan problem sosialnya secara simultan.

Demikian juga membentuk jaringan-jaringan antar kelompok kerja dan

antara kelompok kerja dengan lembaga-lembaga lain yang terkait dengan

program aksi yang direncanakan.

Komunitas bersama peneliti mulai mensosialisasikan program kita

kepada masyarakat lain selamaseminggu. Sampai proses pengoranisasian

masyarakat, pendataan warga yang dituju untuk program yang akan

dijalankan. Program tersebut memberikan penydaran bagi masyarakat

petani lainnya, sehingga pemahaman terhadap masyarakat membuahkan

hasil.

9. Melancarkan Aksi Perubahan

Aksi memecahkan problem dilakukan secara simultan dan

partisipatif. Program pemecahan persoalan kemanusiaan bukan sekedar

untuk menyelesaikan persoalan itu sendiri, tetapi merupakan proses

pembelajaran masyarakat sehingga terbangun pranata baru dalam

(43)

31

(pengorganisir dari masyarakat sendiri) dan akhirnya akan muncul local

leader (pemimpin lokal) yang menjadi pelaku dan pemimpin perubahan.

Pada tanggal 12 Juni 2016 merupakan waktu aksi perubahan yang

bertempat di rumah Kepala Dusun Karang Tengah. Aksi yang pertama

yaitu pembentuan koperasi yang dihadiri oleh 15 warga dari Dusun

Karang Tengah. Seminggu setelah aksi pertama, dilanjutkan aksi yang

kedu yaitu padatanggal 24 Juni 2016. Program tersebut sangat

memberikan dampak yang positif sekaligus respon yang baik bagi

masyarakat. Karena bagi masyarakat program tersebut cocok untuk

melepas jerat tengkulak. Sehingga apa yang dilakukan tidak hanya sia-sia

atau tidak tepat sasaran.

10.Membangun Pusat-pusat Belajar Masyarakat

Pusat-pusat belajar dibangun atas dasar kebutuhan

kelompok-kelompok kounitas yang sudah bergerak melakukan aksi perubahan. Pusat

belajar merupakan media komunikasi, riset, diskusi, dan segala aspek

untuk merencanakan, mengorganisir, dan memecahkan problem sosial.

Hal ini karena terbangunnya pusat-pusat belaar merupakan salah satu bukti

munculnya pranata baru sebagai awal perubahan dalam komunitas

masyarakat.

Program yang dilakukan seperti pembentukan koperasi untuk

membantu beban kebutuhan petani. Selain itu koperasi juga sebagai pusat

pembelajaran masyarakat dalam memahami setiap persoalan yang ada.

(44)

32

Keberhasilan program PAR tidak hanya diukur dari hasil kegiatan

selama proses pendampingan, tetapi juga diukur dari tingkat keberlanjutan

program (sustainability) yang sudah berjalan dan munculnya

pengorganisir-pengoranisir serta pemimpin lokal yang melanjutkan

program untuk melakukan aksi perubahan.23 Bagi peneliti keberhasilan

gerakan juga ditentukan dengan adanya perubahan yang lebih baik,

masyarakat mandiri dan berdaya. Dari komunitas petani, berbagai kegiatan

untuk menyelamatkan masyarakat sudah direncanakan atas inisiasi mereka

sendiri, walaupun peneliti sudah selesai melakukan pendampingan.

D. Subjek Dampingan

Subjek dampingan dalam penelitian ini adalah masyarakat Dusun

Karang Tengah khususnya masyarakat petani yang memiliki hutang dalm

modal pertaniannya. Karena pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah

penekatan PAR, yang menekankan partisipasi masyarakat secara menyeluruh.

Tidak semua warga terlibat dalam pendampingan dan penelitian

tersebut. Dari 127 KK yang ada di Dusun Karang Tengah, hanya beberapa KK

yag aktif dalam proses penelitian. Karena masyarakat petani lainnya lebih

sibuk dengan aktifitas pertaiannya.

E. Tenik Pengumpulan Data dan Sumber Data

1. Teknik Pengumpuln Data

Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik

dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.24 Adapun

23 Ibid, hal. 104-108

(45)

33

teknik pengumpulan data dalam penelitian dengan metode PAR

yang digunakan ialah :

a. Pemetaan

Teknik Pemetaan ini digunakan untuk memetakan kondisi

Dusun Karang Tengah serta kegiatan yang berkaitan dengan

kasus yang ada.

b. Transect

Transek secara terminologi adalah kegiatan yang dilakukan

oleh tim dan narasumber untuk berjalan menelusuri wilayah

untuk mengetahui kondisi fisik seperti tanah, tumbuhan dll.

Transect digunakan untuk memetakan beberapa aset yang ada

di wilayah Dusun Karang Tengah seperti tata guna lahan

sawah, tegal dan lain sebagaianya.

c. Wawancara Semi Terstruktur

Metode ini digunakan untuk menggali data secara langsung

namun tidak keluar dari konsep yang dibutuhkan.

d. Survey Rumah Tangga

Teknik ini digunakan untuk mengetahui gambaran kehidupan

masyarakat secara utuh, sehingga diketahui pengeluaran

tingkat belanja sosial, kesehatan, energi, dll. Teknik ini akan

menghasilkan gambaran kehidupan masyarakat setiap rumah

tangga.

Dari beberapa teknik nantinya akan diolah menjadi

data kualitatif oleh peneliti yang digunakan untuk penulisan

skripsi. Sedangkan sebagai pembelajaran masyarakat sekaligus

sebagai media untuk terjadinya transformasi social atau

perubahan masyarakat agar lebih baik dari sebelumnya

terutama dari masalah ketergantungan petani terhadap pemilik

modal.

(46)

34

Penulis mengumpulkan dua jenis data untuk penelitian ini,

yaitu data primer dan data skunder.

a. Data Primer

Data primer ini digali dari masyarakat petani yang memiliki

hutang modal pertanian. Kata-kata atau tindakan yang diamati atau

diwawancarai oleh penulis merupakan sumber data utama atau primer.

Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui

perekaman video, foto atau film. Pencatatan data utama melalui

wawancara atau pengamatan berperan serta merupakan hasil usaha

gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya.

b. Data Skunder

Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal

dari data sekunder atau data tertulis dapat dibagi atas sumber transect,

survey rumah tangga, data pemetaan buku, sumber dari arsip, dokumen

pribadi dan dokumen resi. Sumber data daam penelitian disesuaikan

dengan fokus dan tujua penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengorgansasikan dan mengurutkan

data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat ditemukan hipotesis kerja seperti yang disampaikan

oleh data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian

(47)

35

a. Seperti analisis sejarah untuk mengetahui keadaan masa lalu atau

kejadian penting agar dapat diketahui perubahan apa saja yang terjadi

dalam kurun waktu yang ditentukan.25 Analisis timeline ini peneliti

gunakan untuk mengetahui kejadian yang sudah berlalu atau terjadi

dalam ketergantungan dan menurunnya perekonomian masyarakat.

b. Analisis sistem/kuasa untuk mengetahui atau menganalisis siapa saja

yang berperan penting untuk mempengaruhi masyarakat. Analisis ini

peneliti gunakan untuk mengetahui siapa yang paling berkuasa untuk

mengambil manfaat dari sumber daya alam yang ada dan siapa yang

paling berperan mengenai masalah yang terjadi.

c. Analisis model dan analisis institusional untuk mengetahui akar

penyebab permasalahan dan untuk menganalisis siapa saja yang turut

ikut serta menikmati keadaan ketidakberdayaan masyarakat yang

bergantung pada pemilik modal.

G. Teknik Validasi Data

Untuk teknik validasi data, peneliti menggunakan cara triangulasi

teknk, sumber data dan waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara

menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda. Data yang diperoleh

dari wawancara akan dicek oleh peneliti melalui dokumentasi atau observasi.

Bila dengan teknik pengujian data tersebut menghasilkan data yang berbeda,

maka peneliti akan meakukan diskusi lebih lanjut terhadap sumber data.

(48)

36

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama

melalui sumber yang berbeda, dalam hal ini adalah istri-istri petani atau petani

lain di Dusun Karang Tengah. Triangulasi waktu, waktu juga sering

mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulan dengan teknik

wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak

pekerjaan, akan memberikan data yang lebih valid. Untuk itu dalam rangka

pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan

pengecekan dengan wawancara atau observasi dalam waktu atau situasi yang

berbeda yang dilakukan secara berulang-ulang.26

H. Stakeholder Penelitian dan Pemberdayaan

Pada dasarnya untuk membuka lokasi yang dijadikan pemberdayaan

adalah pemerintah ditingkat Desa. Keputusan yang utama berada pada

pemeritah desa. Jika pemerintah desa belum menyetujui, maka untuk

membentuk kepercayaan masyarakat akan terhambat pula. Dukungan dari

pemerintah desa sangatlah dibutuhkan.

Hal ini dikarenakan masyarakat sangat bergatung pada kebijakan dan

keputusan yang berada pada tangan kekuasaan masyarakat. untuk

menindaklanjuti kegiatan yang sudah dilaksanakan dengan petani,

keikutsertaan pemerintah desa sangat dinanti. Untuk ke depannya yag

mengorganisir petani selain local leader, pemerintah desa sangat diharapkan

peran dan motivasinya bagi petai.

26 Lexy J Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdaarya, 2011).

(49)

37

Table 3.1 Pihak Terlibat Institusi Karakteristik Resource Bentuk

Keterlibata

Peranan dari berbagai pihak di atas sangat membantu masyarakat

dalam menyeamatkan kehidupan mereka. Yang paling peting yaitu

berkurangnya ketergantungan masyarakat terhadap pihak pemberi, dan

(50)

38

BAB IV

DESKRIPSI LOKAL DESA DUREN

A. Sejarah Desa Duren

“Duren” menurut penduduk asli desa tersebut berasal dari kata “Leren

yang mempunyai arti tempat untuk istirahat dan akhirnya disebut “Desa

Duren”. Sejarah perkembangan penduduk Desa Duren Kecamatan

Pilangkenceng Kabupaten Madiun berawal pada saat Desa tersebut menjadi

penghubung aktifitas kebutuhan penduduk yang berada di wilayah

Bojonegoro yang menjual rencek (kayu bakar) dan daun jati ke Caruban.

Ketika itu setiap kali menempuh perjalanan menuju Caruban mereka sering

beristirahat di gardu yang terdapat di Desa Duren. Sampai saat ini apabila

ada pendatang dari luar daerah Madiun yang berprofesi sebagai guru,

pegawai, bahkan yang menikah dengan warga Desa Duren pada akhirnya

mereka lebih memilih untuk menetap di Desa Duren dan menjadi penduduk

di desa tersebut.

Mata pencaharian masyarakat Desa Duren sendiri adalah bercocok

tanam (petani). Hal tersebut dibuktikan dengan adanya sebuah petilasan bekas

peninggalan pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942. Sedangkan

sebagian besar pekerja yang melaksanakan pembangunan Waduk Notopuro

berasal dari daerah Grobokan Jawa Tengah. Tujuan dari pembangunan

Waduk Notopuro adalah untuk mengairi sawah yang ada di Kecamatan

(51)

39

Grobokan tersebut banyak yang tidak kembali ke daerah Grobokan dan

kemudian menetap di Desa Duren.27

Dari sejarah di atas, Desa Duren saat ini sudah menjadi sebuah desa

yang sempurna. Secara perlahan Desa Duren dibangun oleh masyarakat pada

waktu itu, yang kemudian tanah yang sebelumnya rawa-rawa kini menjadi

tempat tinggal warga yang penuh dengan kesederhanaan dan kesejahteraan.

B. Letak Geografis Dusun Karang Tengah

Dusun Karang Tengah adalah nama salah satu Dusun di Desa Duren,

Kecamatan Pilang Kenceng, Kabuaten Madiun. Di Dusun Karang Tengah

terdapat dua agama yang hidup saling rukun tanpa ada konflik. Dusun ini

berada pada urutan ke empat dari Dusun-dusun yang ada di Desa Duren.

Selain itu Dusun Karang Tengah juga memiliki hasil bumi yang banyak dan

bagus, seperti: tembakau, palawija, dan padi. Batas-batas Dusun Karang

Tengah adalah sebagai berikut:

Sebelah Barat : Desa Sumbergandu

Sebelah Utara : Desa Bulu

Sebelah Selatan : Desa Kedungmaron

Sebelah Timur : Dusun Duren 1

Gambar 4.1 Peta Dusun Karang Tengah

27

(52)

40

Secara geografis Dusun Karang Tengah ini dikelilingi oleh persawahan

yang menjadikan Dusun tersebut terasa sejuk. Akses jalan di Dusun Karang

Tengah sudah aspal sehingga memudahkan masyarakat untuk menuju

dusun-dusun lainnya.

C. Demografis Dusun Karang Tengah

Secara demografis Desa Duren adalah desa yang memiliki jumlah RT

terbanyak se Kecamatan Pilangkenceng, selain itu memiliki jumlah penduduk

yang terdiri dalam 1.700 KK dan terbagi 2.598 jiwa laki-laki dan 2.953 jiwa

perempuan.28

Sedangkan dalam pembagian penyebaran penduduk Desa Duren

terbagi sebagai berikut:

(53)
(54)

42

Sumber: Data Kependudukan Desa Duren 2016

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Dusun Karang Tengah (RW 04)

terdiri dari dua RT yaitu RT 25 dan RT 26. Jumlah penduduk Dusun Karang

Tengah ada 388 jiwa dengan jumlah laki-laki 181 jiwa dan perempuan 207

jiwa. Jumlah RT 25 sebanyak 66 KK dengan 197 jiwa, dan RT 26 sebanyak

61 KK dengan 191 jiwa. Dusun yang paling sedikit memiliki jumlah

penduduk akan tetapi memiliki lahan pertanian terluas di Desa Duren.

D. Perekonomian Dusun Karang Tengah

Mayoritas masyarakat Dusun Karang Tengah bekerja sebagai petani

dengan rata memiliki perekonomian menengah ke bawah, dengan

rata-rata penghasilan perbulannya kurang dari 1.000.000. Dari 127 KK hanya 5

KK yang tidak bekerja sebagai petani, mereka ada yang sebagai guru dan

PNS. Untuk mendapatkan dan memperoleh penghasilan masyarakat

mayoritas bekerja sebagai petani yang menjadi mata pencaharian pokok

penduduk.

Tabel 4.2 Mata Pencaharian Penduduk Dusun Karang Tengah

No. Pekerjaan Jumlah penduduk/KK

1 Petani 122 KK

2 PNS 5 KK

(55)

43

Selain menjadi petani yang menjadi mayoritas masyarakat Dusun

Karang Tengah, masyarakat berpenghasilan dari pembuatan tahu dan tempe,

juga mempunyai makanan khas yakni Samplok. Biasanya makanan tersebut

dibuat oleh para ibu ketika musim paceklik. Bahan dasar dari makanan

tradisional ini adalah singkong yang dihaluskan, dengan ditambahkan gula

yang akan membuat makanan tersebut terasa manis dan lebih menarik di

lidah. Dengan penghasilan yang tidak seberapa dan pengeluaran yang

semakin besar, menyebabkan masyarakat Dusun Karang Tengah terbelenggu

oleh hutang.

E. Keadaan Kesehatan

Jika membahas tentang kesehatan, Desa Duren merupakan desa yang

cukup memperhatikan tentang kesehatan. Dimana seluruh perangkat desa

menghimbau agar warga Desa Duren selalu berantisipasi tentang kesehatan

jasmani, rohani, maupun lingkungan.29 Dengan adanya beberapa program

yang telah terlaksana di Desa Duren menunjukkan bahwa kesehatan sangat

diutamakan. Berikut bentuk-bentuk kegiatan kesehatan di Desa Duren:

Tabel 4.3 Kegiatan Kesehatan

No. Kegiatan Waktu

1.

Posyandu Balita

Setiap satu bulan sekali pada tanggal 10

2.

Posyandu Lansia

Setiap satu bulan sekali pada tanggal 20

3. Donor

Darah

Setiap tiga bulan sekali pada tanggal 3 Februari

29 Hasil wawancara dengan Kepala Desa pada hari Selasa, 26 Mei 2016, pukul 10.20 di Balai Desa

(56)

44

Sumber: Data Kegiatan Kesehatan 2016

Dari beberapa bukti kegiatan di desa terkait kesehatan, misalnya

tersedianya POLINDES (Poliklinik Desa) yang letaknya di depan balai Desa

Duren. Diadakannya Donor darah di POLINDES setiap tiga bulan sekali.

Selain itu, posyandu balita dan lansia juga tersedia yang dilaksanakan setiap

satu bulan sekali di masing-masing Dusun. Dari hasil observasi dan

wawancara di lapangan, peneliti dapat mendeskripsikan bahwa kehidupan

terkait kesehatan sangat diperhatikan, khususnya kesehatan lingkungan.

Lingkungan merupakan hal yang perlu dijaga dan diperhatikan demi

kesehatan jasmani dan rohani. Ketiganya saling berhubungan dalam hal

kesehatan. Sehingga Desa Duren termasuk Desa Siaga.

Gambar 4.2 POLINDES Desa Duren.

Sumber : Dokumentasi Peneliti

F. Keagamaan dan Budaya

Sesuai hasil observasi dan wawancara peneliti, mayoritas masyarakat

Desa Duren adalah beragama Islam. Terdapat fasilitas agama yang dibangun

(57)

45

beberapa orang berkeyakinan Kristen dengan jumlah 151 orang. Adapun

fasilitas untuk tempat ibadah agama Kristen sebanyak dua gereja, yang

letaknya di Dusun Kutukan dan Dusun Notopuro Desa Duren.

Fasilitas beribadah yang ada merupakan hasil dari gotong royong warga

sehingga tersedianya tempat beribadah yang memadai. Terkait dananya juga

bersumber dari masyarakat sekitar. Adapun jumlah fasilitas keagamaan di

Desa Duren adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Fasilitas Keagamaan

Fasilitas Keagamaan Jumlah

Masjid 8

Gereja 2

Sumber: Hasil Observasi 2016

Adapun bentuk-bentuk kegiatan keagamaan adalah Majelis Muslimat

dan Majelis Tahlil. Pelaksanaan dari majelis tersebut dilaksanakan secara

rutin. Namun dalam setiap dusun memilik waktu yang berbeda. Dalam bidang

keagamaan, masyarakat rutin mengadakan kegiatan-kegiatan dengan jadwal

yang telah ditentukan, diantaranya:

Tabel 4.5 Kegiatan-kegiatan Bidang Keagamaan

No. Kegiatan Waktu

1. Muslimatan

Dsn. Karang tengah setiap hari Kamis dalam dua minggu sekali

(58)

46

2. Tahlil Setiap hari sabtu dalam seminggu sekali

Sumber: Hasil Observasi 2016

Adapun kepengurusan majelis muslimat Dusun Karang Tengah adalah

sebagai berikut:

Pelindung : Ibu Kepala Dusun

Ketua : Hj. Katemi

Sekretaris : Ibu Oeni Wijayanti

Bendahara : Ibu Harsini

Jumlah anggota : 70 orang (Karang tengah)

Majelis yang ada di Desa Duren di dalamnya mengadakan sistem

menabung, yang dimaksud menabung adalah setiap kali perkumpulan majelis

anggota wajib membayar uang sejumlah lima ribu rupiah yang dikelola oleh

bendahara majelis (seperti arisan). Hasil dari pembayaran anggota muslimat

atau tahlil tersebut dikumpulkan, dan sebagian diambil untuk uang kas

majelis. Sisa dari uang anggota tersebut akan diberikan kepada anggota yang

selanjutnya rumahnya akan ditempati untuk perkumpulan majelis. Maksud

dari uang yang diberikan kepada tuan rumah adalah untuk meringankan

beban anggota ketika menjadi tuan rumah. Berikut gambar kegiatan tahlilan

di Dusun Karang Tengah:

(59)

47

Sumber : Dokumentasi Peneliti

Selain kehidupan beragama di desa Duren juga terdapat adat dan

budaya yang dilaksanakan atau diperingati pada waktu tertentu, dalam setiap

adat atau budaya yang ada mempunyai makna dan kepercayaan masing – masing dari masyarakat. Adat atau budaya di Desa Duren mempunyai sejarah

dan asal mula, hal seperti itu dimunculkan oleh nenek moyang terdahulu yang

kemudian secara turun temurun dipercaya oleh anak cucu selanjutnya.30

Seperti halnya adat nyadranan yang dilaksanakan setiap tahun sekali

dengan membawa makanan nasi tumpeng ke Sendang. Sendang merupakan

tempat bersejarah yang merupakan sumber air kehidupan di Dusun Karang

Tengah Desa Duren.

Untuk menarik masyarakat agar mendatangi Sendang, maka diadakan

hiburan untuk masyarakat sekitar. Ketika warga memperingati ruah deso

dengan mengadakan tayupan (sinden/ jogedan), reokan, dan sebagian dusun

mendatangkan seni wayang seperti Dusun Notopuro. Selain itu, juga terdapat

adat labuhan yang diadakan setiap satu tahun sekali. Adat tersebut

30 Hasil Wawancara dengan Kepala Dusun Karang Tengah bernama Suwarno pada hari Jum’at, 15

Gambar

Table 3.1 Pihak Terlibat
Gambar 4.1 Peta Dusun Karang Tengah
Tabel 4.1 Pembagian Penyebaran Penduduk
Tabel 4.2 Mata Pencaharian Penduduk Dusun Karang Tengah
+7

Referensi

Dokumen terkait

ISO 9001:2000 adalah suatu standar internasional untuk system manajemen kualitas yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses pelayanan terhadap kebutuhan persyaratan yang

sumbangan berbagai sektor kepada produksi nasional di tigabelas negara yang sekarang ini termasuk dalam golongan negara-negara maju Corak perubahan sumbangan sektor pertanian,

Himpunan nilai yang diperoleh secara demikian disebut daerah hasil fungsi tersebut.. Daerah asal itu disebut daerah

Oleh karena itu membutuhkan pengelolaan yang agresif seperti diinduksi untuk mempercepat persalinan dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan resiko

Bekerja sama dengan orang tua murid dan anggota masyarakat, menanggapi kepentingan dan kebutuhan komunitas yang beragam, dan memobilisasi sumber daya masyarakat.Kepala sekolah

Meskipun gereja telah menikmati banyak berkat-berkat eskatologi pada masa sekarang ini (eskatologi yang telah terwujud), gereja masih merindukan klimaks dari

Kelompok I diberi satu pi1 besi SUM& femudorang/minggu dengan dosis 60 mg elemental iron. Kelampok IV sebagai kelompok kontrol, hanya mendapat obat cacing Vermox

Kerapatan trikom daun merupakan sa- lah satu karakter morfologi tanaman kapas yang erat kaitannya dengan ketahanan terha- dap hama pengisap daun A.. Aksesi dengan