PENDAMPINGAN KEMANDIRIAN PETANI DALAM USAHA PANGAN DI DUSUN KARANG TENGAH DESA DUREN KECAMATAN PILANG
KENCENG KABUPATEN MADIUN
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos.I)
Oleh : Desi Mutrkah
B92212036
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
DESI MUTRIKAH, B92212036, PENDAMPINGAN
KEMANDIRIAN PETANI DALAM USAHA PANGAN DI DUSUN KARANG TENGAH DESA DUREN KECAMATAN PILANG KENCENG KABUPATEN MADIUN
Dalam skripsi ini problem utama yang menjadi kajian adalah ketergantungan masyarakat petani Dusun Karang Tengah terhadap pemilik modal. Dengan fokus masalah, mencapai kemandirian masyarakat petani Dusun Karang Tengah. Pola pendampingan yang dapat dilakukan untuk menangani problem ketergantungan dan perubahan sosial dalam pendampingan komunitas petani Dusun karang Tengah. Teori ini menggunakan teori pendidikan kritis Paulo Freire tentang kesadaran kritis untuk menganalisis masalah ketergantungan masyarakat petani terhadap pemilik modal.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian
Participatory Ation Research (PAR). Dengan langkah-langkah proses
pemecahan masalah antara lain: Riset pendahuluan, inkulturasi, merumuskan masalah, merancan strategi, pengorganisasian masyarakat, melakukan aksi, evaluasi, dan refleksi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perubahan pada masyarakat untuk mandiri dari keadaan yang membelenggu. Karena keadaan tersebut membuat masyarakat semakin tidak berdaya.
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan harus adanya pengorganisasian masyarakat serta adanya kelembagaan yang menghimpun dan mengembangkan potensi masyarakat petani Dusun Karang Tengah. Kelembagaan yang dimaksud adalah koperasi Dusun yang dibentuk atas dasar kerjasama komunitas, fasilitator, dan stakeholder yang paham akan masalah dan potensi yang dimiliki komunitas. Adapun realisasi perencanaan tersebut berupa program yang telah digagas bersama komunitas. Program-program tersebut meliputi koperasi Dusun yaitu simpanan pertanian (hasil panen), pelatihan teknologi tepat guna (pemanfaatan hasil pertanian). Dari program-program yang telah dilaksanakan, saat ini masyarakat petani mampu mengelola singkong menjadi tepung mocaf dan mampu memproduksi sebagai bahan untuk membuat makanan lainnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PENGESAHAN PEMBIMBING ... iii
PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... iv
PERSEMBAHAN ... v
MOTTO ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR BAGAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Problematik ... 1
B. Fokus Pendampingan ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Pendampingan ... 6
D. Strategi Pendampingan ... 7
E. Perencanaan Operasional (Jadwal) ... 10
F. Sistematika Pembahasan ... 11
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendekatan People Center
Development ... 15
B. Pendidikan Kritis: Alternatif dalam Memahami Keadaan Sosial PetaI ... 17
C. Pertanian dalam Perspektif Islam ... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan PAR ... 23
B. Ruang Lingkup ... 24
C. Prosedur Penelitian Untuk Pendampingan ... 24
D. Subjek Dampingan ... 32
E. Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data ... 32
F. Teknik Analisis Data ... 34
G. Teknik Validasi Data ... 35
H. Stakeholder Penelitian dan Pendampingan Masyarakat ... 36
BAB IV DESKRIPSI LOKAL DESA DUREN A. Sejarah Desa Duren ... 38
B. Letak Geografis Dusun Karang Tengah ... 39
C. Demografis Dusun Karang Tengah ... 40
D. Perekonomian Dusun Karang Tengah ... 42
E. Keadaan Kesehatan ... 43
F. Keagamaan dan Budaya ... 45
G. Keadaan Pendidikan ... 48
H. Politik Pembangunan ... 50
BAB V POTRET MASALAH A. Sistem Pertanian yang Membelenggu ... 53
B. Minimnya Pendapatan ... 58
BAB VI DINAMIKA PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DAN AKSI PERUBAHAN
A. Membangun Komunitas Melalui Kearifan Lokal ... 62
B. Menyepakati Agenda Riset ... 65
C. Mengurai Masalah Bersama Masyarakat ... 66
D. Merencanakan Tindakan Mencari Solusi ... 70
E. Pembentukan Koperasi Dusun “Rimba Karya” ... 72
F. Pelatihan Skill Masyarakat ... 76
BAB VII MEMEBANGUN KESADARAN MASYARAKAT PETANI UNTUK MEMBEBASKAN KETERGANTUNGAN PEMILIK MODAL (ANALISIS REFLEKTIF) A. Lepasnya Petani dari Ketergantungan Pemilik Modal ... 81
B. Kelembagaan Baru Masyarakat Sebagai Wadah Edukasi dalam Mengembangkan Potensi Masyarakat Petani Dusun Karang Tengah Agar Terhindar dari Jeratan Rentenir ... 83
C. Gerakan Komunitas Pertanian dalam Konteks Dakwah Bil Hal ... 84
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 90
B. Rekomendasi ... 91
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Pihak Terlibat ... 37
Tabel 4. 1 Pembagian Penyebaran Penduduk ... 41
Tabel 4. 2 Mata Pencaharian Dusun Karang Tengah ... 43
Tabel 4. 3 Kegiatan Kesehatan ... 44
Tabel 4. 4 Fasilitas Keagamaan ... 46
Tabel 4. 5 Kegiatan Bidang Keagamaan ... 46
Tabel 4. 6 Sarana Pendidikan ... 49
Tabel 4. 7 Sarana Prasarana Desa Duren ... 51
Tabel 5. 1 Kalender Musim Pertanian ... 54
Tabel 5. 2 Hutang Modal Pertanian ... 57
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4. 1 Peta Dusun Karang Tengah ... 40
Gambar 4. 2 POLINDES Desa Duren ... 45
Gambar 4. 3 Acara Keagamaan Dusun Karang Tengah ... 47
Gambar 4. 4 Masjid Dusun Karang Tengah ... 52
Gambar 6. 1 Inkulturasi dengan Warga ... 63
Gambar 6. 2 FGD Perencanaan Aksi bersama Komunitas ... 69
Gambar 6. 3 Diagram Alur Stakeholder ... 71
Gambar 6. 4 FGD pembentukan Koperasi Dusun ... 75
Gambar 6. 5 Proses Penyimpanan Hasil Panen ... 76
Gambar 6. 6 Pembukuan Pinjaman Modal …...…...………...……. 77
Gambar 6. 7 Proses Pengupasan Singkong ... 78
Gambar 6. 8 Proses Perendaman ... 79
Gambar 6. 9 Proses Pengeringan ... 80
DAFTAR BAGAN
Bagan 5. 1 Analisis Pohon Masalah ... 60
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi Problematik
Kabupaten Madiun merupakan daerah lumbung padi Jawa Timur
bagian barat, dengan luas areal tanam sebesar 63.620 Ha yang
menghasilkan produksi beras sebesar 364.716,54 ton pertahun. Dari
produksi tersebut setiap tahunnya rata-rata megalami surplus sebesar
150.000 ton pertahun. Hamparan areal tanam tersebut berada di seluruh
wilayah kecamatan sebanyak 15 kecamatan. Produktifitas rata-rata
mencapai 5,6 ton/Ha Gabah kering Sawah (GKS), dengan mayoritas jenis
padi yang ditanam adalah IR.64.1
Potensi pertanian yang dimiliki Kabupaten Madiun cukup besar
sehingga dapat memberikan peluang investasi berupa: Industri Pengolahan
Gabah (Rice Milling Unit) berkapasitas besar, serta Industri pengolahan
dan pengepakan beras. Akan tetapi luas lahan pertanian di Kota Madiun
terus menyusut akibat alih fungsi lahan yang digunakan untuk bangunan
perumahan dan pertokohan.
Lahan pertanian yang ada di Kota Madiun saat ini mencapai 1.050
Ha. Jumlah tersebut terus menyusut dari tahun 2011 yang masih mencapai
1.067 Ha. Demi menekan alih fungsi lahan, pemkot Madiun sudah
mengeluarkan peraturan Tata Ruang (RTRW) wilayah Kota Madiun tahun
1 http://agrobisnis-online.blogspot.com/2011/07/potensi-pertanian.html. Diakses pada tanggal 25
2
2010-2030.2 Namun penyusutan lahan pertanian tetap terjadi secara
signifikan setiap tahunnya. Penyusutan lahan pertanian juga akan
mempengaruhi jumlah produksi beras sehingga minimnya swasembada
pangan. Problem yang dihadapi demikian rumit, mulai dari sistem,
metode, dan teknis sampai hal yang strategis. Dari budidaya pangan ke
budaya makan, dari produksi hingga ke konsumsi, stok dan pasokan,
kebijakan, program, strategi dan operasionalnya.3
Kecamatan Pilang Kenceng merupakan salah satu kecamatan yang
ada di Kota Madiun. Di Kecamatan ini terdapat beberapa Desa yang
memiliki potensi pertanian, salah satunya yaitu Desa Duren. Desa Duren
merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pilang Kenceng
Kabupaten Madiun. Desa ini berada di dataran rendah yang di
sekelilingnya terdapat persawahan. Desa Duren ini memiliki lima dusun
yakni, Dusun Duren 1, Dusun Duren 2, Dusun Kutukan, Dusun Karang
Tengah, dan Dusun Notopuro. Salah satu dusun yang memiliki cukup luas
lahan pertanian yaitu Dusun Karang Tengah.
Dusun Karang Tengah yang terdiri dari 127 KK (Kepala Keluarga)
dengan jumlah penduduk 388 jiwa memiliki luas wilayah 40 Ha terdiri
dari, pemukiman 10 Ha dan pertanian 30 Ha. Mayoritas warga bekerja
sebagai petani dan bisa dikatakan 99% masyarakat memiliki lahan
pertanian.4 Dengan lahan pertanian yang terbentang luas menandakan
2http://www.madiunpos.com/2015/11/05/pertanian-madiun-lahan-susut.html. diakses pada tanggal
25 Juli 2016
3
masyarakat Dusun Karang Tengah sudah terpenuhi dalam swasembada
pangan, akan tetapi realita yang terjadi masyarakat belum memanfaatkan
hasil pertanian dengan maksimal.
Bentuk pinjaman modal pertanian yang didapat warga berupa
sistim ijo (Ngijo) yaitu petani meminjam uang kepada pemilik modal
(pengepul), uang tersebut akan dibayar dengan padi dengan standar atau
ukuran kwintalan pada musim panen padi. Terkadang jumlah
pengembalian selisih banyak dengan jumlah hutang yang ada. Jikapun
petani tidak bisa mengembalikan hutang pada waktu tempo, maka di
musim panen selanjutnya petani harus membayar dengan melebihkan hasil
panen tersebut kepada pemilik modal.
Di Dusun Karang tengah ini memiliki dua kali panen padi dan satu
kali panen palawija. Panen padi pertama biasanya dilakukan petani pada
bulan Maret dan panen padi kedua terjadi pada bulan Juli, sedangkan
panen palawija terjadi pada bulan September. Senggang waktu panen padi
pertama dengan panen padi kedua yaitu 3 bulan, dan untuk panen padi
selanjutnya akan memerlukan waktu lama yaitu sekitar enam bulan setelah
panen palawija. Hasil panen terkadang juga tidak maksimal dikarenakan
hama dan juga pada musim hujan padi-padi akan rontok.5 Dapat dilihat
bahwa dimana masyarakat yang hanya mengandalkan hasil pertanian akan
tetapi dalam kurun waktu enam bulan mereka baru bisa mamanen lagi. Di
sela-sela bulan itulah para pemilik modal akan memulai permainannya.
4
Mereka memanfaatkan keadaan warga yang sedang kesusahan dan
menawarkan bantuan berupa hutang.
Secara ekonomi, masyarakat Dusun Karang Tengah rata-rata
memiliki perekonomian menengah ke bawah, dengan rata-rata penghasilan
perbulannya kurang dari Rp.1.000.000 untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari mereka.6 Untuk mendapatkan dan memperoleh penghasilan
masyarakat mayoritas bekerja sebagai petani yang menjadi mata
pencaharian pokok penduduk. Jika masyarakat hanya mengandalkan
pertanian dengan modal bergantung pada pemilik modal, maka petani
tidak akan pernah mengalami peningkatan ekonomi. Asset pertanian yang
mereka miliki juga akan semakin habis karena secara tidak langsung
pemilik modal menjajah para petani tersebut.
Asset yang seharusnya dipertahankan, lama-lama akan hilang.
Sedangkan sampai sekarang masyarakat petani masih bergantung pada
pemilik modal. Kebiasaan yang menjadikan masyarakat bergantung dan
mengakibatkan masyarakat susah untuk berkembang. Semakin
berkurangnya generasi petani dan semakin bertambahnya hutang petani
terhadap pemilik modal, maka masyarakat petani akan kehilangan asset
yang mereka miliki. Dampak itulah yang akan terjadi di masyarakat jika
masyarakat petani belum sadar akan ketergantungan tersebut.
Ketergantungan yang menjadikan masyarakat tidak berdaya, baik dalam
kebutuhan ekonomi maupun berdaya dalam keadaan panganya sendiri.
5
Jika masyarakat belum sadar dan mereka hanya diam dengan
keadaan yang ada, maka masyarakat Dusun Karang Tengah akan
kehilangan swasembada pangan. Perlu adanya pendampingan petani dalam
kemandirian usaha pangan di Dusun Karang Tengah karena mereka
mayoritas masyarakat petani dan nasib warga Indonesia di tangan petani.
B. Fokus Pendampingan
Dalam mengkaji kehidupan masyarakat petani Dusun Karang
Tengah diantara problematika dan menyusun kerangka solutif bersama
masyarakat, tentu dibutuhkan adanya fokus penelitian. Fokus dalam
penelitian membantu dalam penganalisaan masalah, potensi dan pola
pemberdayaan yang akan dilakukan terhadap masyarakat petani Dusun
Karang Tengah. Dari latar belakang di atas timbul pertanyaan sebagai
berikut:
1. Bagaimana proses pendampingan untuk mencapai kemandirian
petani dalam modal usaha pertanian di Dusun Karang Tengah?
Fokus dari penelitian tersebut yaitu bagaimana peneliti
mengorganisir masyarakat dalam menciptakan masyarakat yang mampu
memanfaatkan potensi secara maksimal. Menjadikan masyarakat mandiri
dalam modal usaha pangan, dimana ketergantungan masyarakat akan
modal usaha akan menjadikan masyarakat semakin tidak berdaya. Karena
pada dasarnya kewajiban manusia untuk memenuhi keperluan hidup
manusia, seperti makanan, dan pakaian. Setiap individu tanpa terkecuali
6
C. Tujuan dan Manfaat Pendampingan a. Tujuan
Dari fokus masalah di atas, peneliti memfokuskan apa saja yang
ingin dituju dalam penelitian. Pertama, tujuan dari penelitian yaitu
pendampingan terhadap masyarakat agar menjadi masyarakat petani yang
mandiri dalam modal usaha pangan. Kedua, masyarakat mampu mengelola
dan memanfaatkan asset pertanian yang ada untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Ketiga, agar masyarakat tidak kehilangan asset yang dimiliki,
karena mulai dari sedikit demi sedikit asset tersebut akan hilang.
Agar masyarakat mampu mengelola hasil panen secara maksimal
dan menghasilkan swasembada pangan secara mandiri, maka masyarakat
akan dikatakan mampu dan berdaya, karena masyarakat tidak lagi
bergantung pada pemilik modal.
b. Manfaat
1. Secara Teoritis
a.Sebagai tambahan referensi tentang pengetahuan yang
berkaitan dengan program studi Pengembangan
Masyarakat Islam.
b. Sebagai tugas akhir perkuliahan di Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Program Studi Pengembangan Masyarakat
Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.
7
a.Diharapkan dari penelitian ini akan menjadi pelajaran bagi
peneliti apabila sewaktu-waktu peneliti melakukan
pendampingan di daerah yang fokusnya sama.
b. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai
tambahan informasi mengenai pertanian dalam
kemandirian usaha pangan sebagai pemecah masalah
ketergantungan petani terhadap pemilik modal.
D. Strategi Pendampingan
Srategi pendampingan merupakan proses awal yang penting untuk
diketahui agar proses pendampingan sesuai dengan harapan bersama.
Harapan dan capaian pada penelitian ini adalah masyarakat mandiri dalam
modal usaha pangan sehingga tidak ada lagi ketergantungan masyarakat
petani Dusun Karang Tengah terhadap pemilik modal. Strategi
pendampingan ini mengacu pada konsep PAR.7 Berikut langkah strategi
dalam pendampingan pada masyarakat Dusun Karang Tengah yang
dilakukan oleh peneliti:
1. Mengetahui Kondisi Masyarakat (To Know)
Tahapan pertama ini merupakan proses inkulturasi, yaitu
membaur dengan masyarakat untuk membangun kepercayaan.
Membaur dengan masyarakat tidak sekedar membaur tetapi peneliti
terlibat secara langsung dalam kehidupan masyarakat Dusun Karang
8
Tengah untuk membentuk kelompok-kelompok kecil dengan
masyarakat.
2. Memahami Problem Komunitas (To Understand)
Tahapan kedua ini merupakan tahapan yang bertujuan untuk
memahami persoalan utama komunitas. Langkah-langkah yang
ditempuh untuk memahami masalah masyarakat dengan melalui
Focus Group Discusion (FGD). Prose FGD ini juga mengguanakan
alat untuk menggalih data serta menganalisis. Proses ini bisa
membelajarkan kepada masyarakat untuk berfikir kritis.
Pada strategi ini, peneliti akan mengamati dan
mengidentifikasi realita yang terjadi pada masyarakat. Dengan
melihat keluhan-keluhan yang datang dari masyarakat. peneliti juga
akan mendiskusikan pada masyarakat untuk menemukan fokus
masalah.
3. Merencanakan Pemecahan Masalah Komunitas (To Plann)
Tahapan To Plan bisa disebut dengan tahapan untuk
merencanakan aksi pemecahan masalah. Tahapan ini sangat
ditentukan oleh tahapan sebelumnya dalam merumuskan masalah,
sebab pemecahan masalah harus didasarkan atas rumusan masalah
yang sudah disepakati melalui FGD. Merencanakan aksi juga perlu
partisipasi aktif dari masyarakat, sehingga sebuah rencana aksi yang
akan dilaksanakan bisa memecahkan masalah yang telah terjadi.
9
To Action adalah melakukan aksi untuk memecahkan masalah
yang ada pada masyarakat. Tahapan ini merupakan tindak lanjut dari
tahapan sebelumnya yaitu to plan. Program yang akan dilaksanakan
harus sesuai dengan analisis pohon masalah serta pohon harapan yang
sudah dikaji saat sebelumnya bersama masyarakat. Sehingga
pelaksanaan program tidak memberatkan komunitas, tetapi justru
menciptakan kondisi yang terbangun dalam kesatuan yang saling
gotong royong sebagai tradisi yang sudah dimiliki oleh masyarakat
5. Penyadaran dan Perubahan (To Reflect and To Change)
Refleksi merupakan upaya untuk mengkritiki sebuah proses
pendampingan dan program yang sudah dilakukan bersama
masyarakat. Refleksi ini dilakukan dengan masyarakat sehingga
pelajaran apa yang bisa diambil untuk masyarakat dan pendamping.
Refleksi ini juga salah satu alat untuk mengetahui program yang
dilakukan itu bisa berkelanjutan (sustainable) bagi masyarakat atau
tidak.8
E. Perencanaan Operasional (Jadwal)
Rencana operasional ini merupakan jadwal pendampingan yang
akan dilakukan. Untuk memudahkan pelaksanaan proses daur tersebut,
maka dapat dilaksanakan dengan tahap-tahap dan waktu yang terjadwal
sebagai berikut :
10
Sistematika adalah salah satu unsur penelitian yang sangat penting
agar penulisan hasil penelitian bisa terarah. Penulisan skripsi ini secara
keseluruhan terdiri dari VII Bab, yaitu sebagai berikut:
11
Pada bab ini merupakan bab yang mengawali tentang judul
proposal skripsi yang diangkat oleh penulis: Latar Belakang, Fokus
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Strategi Pendampingan,
Perencanaan Operasional (Jadwal), dan Sistematika Pembahasan.
BAB II KAJIAN TEORITIK
Bab ini membahas tentang kajian teoritik, yang berisi tentang
konsep pemberdayaan masyarakat, teori kritis sebagai pembelajaran, dan
pertanian menurut perspektif islam.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Adapun metode pendampingan yang digunakan adalah metode
penelitian PAR. Di dalamnya pendamping akan menyajikan konsep
pengertian PAR (Partisipatory Action Research), Prinsip-prinsip dalam
PAR, langkah-langkah riset aksi dalam PAR, dan teknik dampingan dalam
penelitian.
BAB IV DESKRIPSI LOKAL DUSUN KARANG TENGAH
Dalam bab ini peneliti menyusun profil dusun, letak dusun secara
geografis, kondisi demografis, kondisi keagamaan dan budaya, kondisi
ekonomi, kebijakan pemerintah dan pembangunan Dusun Karang Tengah.
12
Dalam bab ini menggambarkan sistem pertanian dan bentuk
ketergantungan yang terjadi pada petani Dusun Karang Tengah.
BAB VI PERENCANAAN PROGRAM DAN AKSI
Dalam bab ini berisi tentang dinamika proses pengorganisasian
masyarakat dalam memecahkan masalah. Berupa proses inkulturasi, proses
memahami dan memecahkan masalah, proses perencanaan serta
program/aksi dalam menciptakan kesadaran masyarakat untuk
memecahkan masalah menuju perubahan dalam menciptakan harapan
baru.
BAB VII ANALISA REFLEKTIF
Pada bab ini membahas tentang refleksi, yang mana peneliti
menjelaskan kajian teoritik dan menganalisa dengan mengkaji teoritik
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.
BAB VIII PENUTUP
Pada bab terakhir ini yakni bab penutup dan rekomendasi, yang
berisi tentang catatan peneliti mengenai kesimpulan dari pembahasan
sebelumnya dan mengenai aspek-aspek kekurangan dalam melakukan
sebuah riset.
G. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Untuk menelaah lebih komprehensif, maka peneliti berusaha untuk
melakukan kajian-kajian terhadap penelitian terdahulu yang memiliki nilai
13
menggunakan sumber yang relevan serta literature yang dapat memperkuat
proses pendampingan.
Penelitian yang dilakukan oleh Umi Maghfiroh pada tahun 2015
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan ampel
(UINSA) dalam bentuk skripsi tentang “Memutus Mata Rantai Jeratan
Tengkulak dan Bank Tithil (Pendapingan Perempuan Buruh Tani dalam
Peningkatan Ekonomi Melalui Usaha Kreatif di Desa Kedungsugo
Kecamatan Prambon Sidoarjo”. Dalam skripsi tersebut dijelaskan berbagai
dampak yang terjadi di Desa Kedungsugo yang mencakup aspek
perekonomian, pertanian dan kualitas hidup masyarakat Kedungsugo.
Fokus penelitian tersebut yaitu pada kualitas hidup perempuan
buruh tani Kedungsugo. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas dan taraf
hidup buruh tani perempuan Desa Kedungsugo melalui usaha kreatif.
Dengan pendekatan yang digunakan peneliti yaitu pendekatan
Participatory Action Research (PAR). Dan hasil pendampingan yang
dilakukan yaitu, adanya perencanaan dan realisasi Rumah Belajar Kartini
sebagai wadah bagi perempuan buruh tani.
Sedangkan dalam penelitian pendampingan yang saat ini peneliti
lakukan, yaitu pendampingan kemandirian petani dalam usaha pangan di
Dusun Karang Tengah, dengan mengambil fokus masalah yaitu
ketergantungan petani terhadap pemilik modal. Fokus pendampingan
terhadap masyarakat petani yang meminjam modal pertanian kepada
14
bisa lepas dari ketergantungan dan ketidakberdayaan. Dari hasil
pendampingan ini yaitu terealisasikannya lembaga ekonomi yang dibentuk
atas dasar kebutuhan dan kepentingan bersama. Terciptanya kemandirian
15
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendekatan "People Centered Development"
Dalam kajian teori ini difokuskan pada penjabaran teoritis tentang
pemberdayaan. Pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan sikap kemandirian, partisipasi, jaringan kerja dan
keadaan sosial. Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan
dimana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial
untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.9 Karena hal ini
merupakan syarat untuk memiliki kekuatan sebagai bentuk dasar awal untuk
merubah keadaan dirinya dengan mengetahui keadaan sosial.
Pemberdayaan mayarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat
dan martabat golongan masyarakat yang sedang dalam kondisi miskin
sehingga mereka dapat melepaskan diri dari kemiskinan dan keterbelengguan.
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun kemampuan masyarakat
dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran masyarakat
akan potensi yang dimiliki dan berupaya untuk mengembangkan potensi itu
menjadi tindakan nyata.10
9James A. Christenson, dkk. Community Development In Perspective: Lowa State University Pres,
1989, hal 215.
16
Secara setruktural seseorang perlu diberikan kesempatan untuk
mengaktualisasikan dirinya, yang merupakan kebutuhan dasar manusia tidak
bisa diingkari. Oleh sebab itu orientasi pemberdayaan masyarakat pada
dasarnya adalah upaya untuk mewujudkan suasana kemanusiaan yang adil dan
beradab serta menjadi semakin afektif dan efisien secara setruktural baik
dalam ekonomi, sosial maupun budaya.11 Keberhasilan proses pemberdayaan
juga dipengaruhi oleh tingkat partisipasi masyarakat atau komunitas
dampingan yang sebelumnya memulai pemberdayaan ini dengan metode riset
guna mengetahui permasalaan sosial yang ada. Menurut fay dalam buku Agus
Afandi dkk. Tujuan utama melibatkan masyarakat dalam proses riset adalah
agara masyarakat melihat diri mereka sendiri serta situasi sosial yang menekan
kehidupan mereka.12
Peneliti atau pendamping menggunakan konsep pemberdayaan
masyarakat people centered development menurut David C. Korten yang
isinya bahwa pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya menawarkan
suatu proses perencanaan pembangunan dengan memusatkan pada
partisipasi, kemampuan dan masyarakat lokal. Dalam konteks ini, maka
masyarakat perlu dilibatkan pada setiap tahap pelaksanaan pembangunan
dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program yang mereka
lakukan. Hal ini memiliki arti, menempatkan masyarakat sebagai aktor
(subyek) pembangunan dan tidak sekedar menjadikan mereka sebagai
11 Gregory gusman, Sistem-sistem ekonomi, (Jakarta:Bumi Aksara, 1984), hal. 3
17
penerima pasif pelayanan saja. Pembangunan masyarakat yang
berkesinambungan pada hakekatnya merupakan suatu proses yang
disengaja dan terarah, mengutamakan pendayagunaan potensi dan sumber
daya setempat/lokal dan mengutamakan kreatifitas, inisiatif serta partisipasi
masyarakat.
Dalam teori pemberdayaan ini masyarakat petani Dusun Karang
Tengah berperan sebagai subjek sekaligus objek pendampingan. Masyarakat
sendiri yang memahami, merencanakan, serta melakukan proses perubahan.
Dengan keadaan masyarakat yang tergantung pada pemilik modal sehingga
terjadi ketidakmanidrian masyarakat. Disitulah masyarakat akan mengalami
proses perubahan yang sepenuhnya dilakukan oleh masyarakat sendiri.
B. Pendidikikan Kritis: Alternatif dalam Memahami Keadaan Sosial Petani
Melihat kondisi yang seperti itu peneliti mengaca pada tiga kesadaran
yang dimiliki manusia. Freire menjelaskan proses tersebut dengan analisis
kesadaran atau pandangan hidup masyarakat terhadap diri mereka sendiri yang
digolongkan menjadi 3 tipologi kesadaran,13 yaitu :
1. Pertama, kesadaran magis (magical consciousness). Adalah sebuah
keadaan dimana seorang manusia tidak mampu memahami realitas
disekitarnya sekaligus dirinya sendiri. Bahkan dalam menghadapi
kehidupan sehari-harinya ia lebih percaya pada kekuatan takdir yang
telah menentukan dan melihat kebenaran sebagai dogma (fatalis).
13Mansour fakih, Sesat Pikir Teori pembangunan dan Globalisasi, (Yogyakarta: Insist Press,
18
Semua adalah kehendak Tuhan. Dalam kesadaran magis, orang lebih
mengarahkan penyebab masalah dan ketidakberdayaan dengan
faktor-faktor diluar manusia, baik natural maupun supranatural. Mereka sadar
mereka melakukan sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yang harus
dilakukan untuk mengubahnya. Akibatnya, bukannya melawan atau
mengubah realitas di mana mereka hidup, mereka justru menyesuaikan
diri dengan realitas yang ada. Individu meyakini bahwa kebodohan
adalah sesuatu yang sudah melekat pada dirinya.
2. Kedua, kesadaran naif (naival consciousness). Keadaaan yang
dikategorikan dalam kesadaran ini adalah lebih melihat aspek manusia
sebagai akar permaslahan masyarakat. Adalah keadaan dimana
seseorang mulai mengerti akan adanya permasalahan namun kurang bisa
menganalisa persoalan-persoalan sosial tersebut secara sistematis.
Apabila dikaitkan dengan pendidikan, maka pendidikan dalam konteks
ini tidak pernah mempertanyakan keabsahan sebuah sistem dan struktur
yang salah.
3. Ketiga, kesadaran kritis (critical consciouness). Adalah sebuah keadaan
dimana seseorang mampu berpikir dan mengidentifikasi bahwa masalah
yang dihadapi harus ditelaah secara lebih dalam, bukan berfokus kepada
individu-individu penindas yang menyimpang, tetapi kepada sistem
yang menindas. Paradigma kritis dalam perubahan sosial memberikan
ruang bagi masyarakat untuk mampu mengidentifikasi ketidak adilan
19
analisis bagaiman sistem dan struktur itu bekerja serta bagaimana
mentransformasikannya.14
Dalam melihat realita masyarakat diharuskan berpikir mendalam
tentang apa saja yang terjadi. Adanya ketidakberdayaan yang dialami tetapi
masyarakat belum sadar dengan keadaan tersebut. Dalam teori ini
menekankan bahwa masyarakat petani harus berpikir mendalam dan
memahami suatu masalah yang terjadi. Adanya ketergantungan dan
masyarakat mampu membuat perubahan tersebut menjadi lebih baik, dengan
melepas jeratan dari pihak luar yang menjadikan masyarakat tidak mandiri.
C. Pertanian dalam Perspektif Islam
Di zaman sekarang kita dihadapkan pada banyaknya jenis dan macam
pekerjaan. Pekerjaan atau mata pancaharian seseorang kian bertambah banyak
sesuai dengan bertambahnya penduduk dan semakin khususnya keahlian
seseorang.
Namun sebenarnya pada asalnya hanya ada tiga profesi sebagaimana
disebutkan oleh Imam Al-Mawardi. Dia berkata: “Pokok mata pencaharian tersebut adalah bercocok tanam (pertanian), perdagangan dan pembuatan suatu
barang (industri)”. Para ulama berselisih tentang manakah yang paling baik
dari ketiga profesi tersebut. Madzhab As-Syafi’i berpendapat bahwa pertanian adalah yang paling baik. Sedangkan Imam Al-Mawardi dan Imam
An-Nawawi berpendapat bercocok tanam lah yang paling baik karena beberapa
alasan:
20
Pertama: Bercocok tanam adalah merupakan hasil usaha
tangan sendiri. Dalam Shohih Al-Bukhori dari Miqdam bin
Ma’dikariba rodhiyallohu’anhu dari Nabi shollallohu‘alaihiwasallam,
Beliau bersabda :
Dawud ‘alaihi salam makan dari hasil tangannya sendiri”.15
Dan yang benar adalah apa yang dinash-kan oleh Rosululloh
shollallohu ‘alaihi wa sallam yaitu hasil tangannya sendiri. Maka
bercocok tanam adalah profesi terbaik dan paling utama karena
merupakan hasil pekerjaan tangan sendiri.
Kedua: Bercocok tanam memberikan manfaat yang umum
bagi kaum muslimin bahkan binatang. Karena secara adat manusia
dan binatang haruslah makan, dan makanan tersebut tidaklah
diperoleh melainkan dari hasil tanaman dan tumbuhan.
Ketiga: bercocok tanam lebih dekat dengan tawakkal. Ketika
seseorang menanam tanaman maka sesungguhnya dia tidaklah
berkuasa atas sebiji benih yang dia semaikan untuk tumbuh, dia juga
tidak berkuasa untuk menumbuhkan dan mengembangkan menjadi
tanaman, tidak lah dia berkuasa membungakan dan membuahkan
15
21
tanaman tersebut. Tumbuhnya biji, pertumbuhan tanaman, munculnya
bunga dan buah, pematangan hasil tanaman semua berada pada
kekuasaan Allah. Dari sinilah nampak nilai tawakkal dari seorang
yang bercocok tanam.16
Hakikat betapa Islam sangat menggalakkan sektor pertanian
jelas daripada peruntukkan yang ada di dalam syariah. Sebagai
contoh, siapa saja yang mengusahakan tanah terbiar dengan jayanya
akan mendapat hak milik kekal terhadap tanah berkenaan berdasarkan
pendapat kebanyakan ulama. Peruntukkan ini jelas memberi intensif
kepada pengusaha-pengusaha bidang pertanian yang mengusahakan
tanah terbiar atau mati. Perkara ini disebutkan dalam riwayat Aisyah
Radhiallahu ‘anha, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Maksudnya: “Siapa yang memakmurkan (mengusahakan)
tanah yang tidak dimiliki oleh siapapun maka dia lebih berhak
terhadapnya”. (Hadis riwayat Al-Bukhari)17
Walau bagaimanapun kita telah mempunyai peraturan atau
undang-undang tanah, maka tidaklah boleh menggunakan tanah
dengan sewenang-wenangnya melainkan terlebih dahulu mendapatkan
kebenaran daripada pihak yang berkuasa.
Dengan adanya aset pertanian yang dimiliki hendaknya petani
mengelolanya sebaik mungkin. Akan tetapi pemanfaatan tersebut
16http://bemjagribisnisuin.blogspot.com/2009/03/pertanian-dalam-perspektif-islam. html. Diakses
pada tanggal 22 Juni 2016
22
harus dengan usahanya sendiri, karena kebiasaan yang bergantung
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan
Penelitian dalam skripsi ini menggunakan pendekatan Participatory
Action Research (PAR). Pada dasarnya, PAR merupakan penelitian yang
melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan (stakeholder) dalam
mengkaji tindakan yang sedang berlangsung dalam rangka melakukan
perubahan dan perbaikan kea rah yang lebih baik.18 Metode ini digunakan
peneliti untuk mempelajarikondisi dan kehidupan masyarakat Dusun Karang
Tengah dari, dengan dan oleh masyarakat. Karena PAR selalu berhubungan
dengan partisipasi, riset, dan aksi.19
Menurut beberapa tokoh ahli dalam PAR, pendekatan PAR yang
dikemukakan oleh Yoland Wadworth adalah istilah yang memuat seperangkat
asumsi yang mendasari paradigma baru ilmu pengetahuan dan bertentangan
dengan paradigma pengetahuan tradisional atau kuno. Asumsi-asumsi baru
tersebut menggaris bawahi arti penting proses sosial dan kolektif dalam
mencapai kesimpulan-kesimpulan mengenai “apa kasus yang sedang terjadi”
dan “apa implikasi perubahannya” yang dipandang berguna oleh orang-orang
18
Agus Afandi, dkk. Modul Participatory Action Reseach (PAR) untuk Pengorganisasian Masyarakat (Surabaya: LPPM UINSA, 2016). Hal. 90.
24
yang berada pada situasi problematis, dalam mengantarkan untuk melakukan
penelitian awal.20
Intinya pendekatan PAR yang ditekankan adalah keterlibatan
masyarakat dalam seluruh kegiatan. Pendekatan PAR mengharuskan adanya
pemihakan baik bersifat epistemologis, ideologis maupun teologis dalam
rangka melakukan perubahan yang signifikan.21 Pendekatan PAR bertujuan
untuk menjadikan masyarakat peneliti, perencana, pengawas, dan pelaksana
program pembangunan dari masalah hegemoni yang terjadi, bukan stakeholder
sebagai obyek peneliti atau pembangunan.
B. Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakan dan identifikasi masalah, maka peneliti
memfokuskan dengan mengambil ruang lingkup permasalahan sebagai
berikut:
1. Pola kemandirian masyarakat Dusun Karang Tengah dari
ketergantungan pada pemilik modal.
2. Perubahan sosial hasil dari proses pendampingan pada masyarakat
Dusun Karang Tengah.
C. Prosedur Penelitian Untuk Pendampingan
Berikut adalah prosedur-prosedur dengan pendekatan PAR yang akan
dilakukan oleh peneliti selama proses pendampingan di lapangan:
1. Pemetaan Awal
25
Pemetaan awal sebagai alat memahami kondisi manyarakat baik
secara social, ekoomi, maupun budaya, sehingga peneliti mudah
memahami realita problem dan relasi social yang terjadi. Dengan demikian
akan memudahkan masuk ke dalam komunitas baik melalui key people
(kunci masyarakat) maupun komunitas akar rumput yang sudah terbangun,
seperti kelompok keagamaan (yasinan, tahlilan, masjid, mushalla,dll.),
kelompok kebudayaan (keompok seniman, dan komunitas kebudayaan
lokal), maupun kelompok ekonomi (petani, pedagang, pengrajin, dll.).22
Pemetaan awal tersebut sudah peneliti lakukan sebelum pengajuan
proposal. Dalam memahami realita kehidupan masyarakat di Dusun
Karang Tengah, peneliti masuk melalui izin dari kepala desa. Untuk
mengetahui keadaan desa tersebut, peneliti melakukan penelusuran desa
terlebih dahulu. Dari kegiatan tersebut peneliti menemukan beberapa
keganjalan, seperti persawahan yang terbentang luas akan tetapi hasil
panen kurang memuaskan.
Setelah itu peneliti mendatangi rumah Kepala Dusun Karang
Tengah, untuk meminta izin tinggal disana selama proses pendampingan
dan penelitian. Dari pertemuan tersebut muncul beberapa masalah yang
dikeluhkan oleh kepala dusun. Sampai pada bulan April 2016, peneliti
berkesempatan dalam acara-acara rapat di Dusun tersebut. Dari beberapa
pertemuan dengan masyarakat, banyak data yang diperoleh peneliti dari
masyarakat petani.
26
2. Inkulturasi
Peneliti melakukan inkulturasi dan membangun kepercayaan (trust
bilding) dengan masyarakat, sehingga terjalin hubungan yang setara dan
saling mendukung. Peneliti dan masyarakat bisa menyatu menjadi sebuah
simbiosis mutualisme untuk melakukan riset, belajar memahami
masalahnya, dan memecahkan persoalannya secara bersama-sama
(partisipatif).
Tanggal 29 April 2016, setelah seminar proposal selesai. Peneliti
mulai fokus untk penelitian lebih dalam, dengan kembali datang ke rumah
Kepala Dusun Karang Tengah. Karena sikap keterbukaan kepala dusun
sehingga peneliti dengan mudahnya melakukan penelitian. Pada tanggal 1
Mei 2016, peneliti mulai melakukan inkulturasi lebih dalam atau proses
membaur dengan masyarakat. Dengan berjalan ke rumah-rumah warga
peneliti juga dipersiahkan mampir dan mengobrol dengan warga.
Karena selama inkulturasi masyarakat begitu terbuka dengan
peneliti. Respon masyarakat yang begitu baik sehingga memudahkan
peneliti dalam menganalisa sebuah persoalan yang terjadi.
3. Meeting of Mind
Merupakan penyatuan pemikiran antara masyarakat dengan
peneliti. Peneliti dan masyarakat bisa menyatu menjadi sebuah simbiosis
mutualisme untuk melakukan riset, belajar memahami masalah dan
27
terwujud melalui proses diskusi bersama, kegiatan bersama antara peneliti
maupun masyarakat.
Setelah proses inkulturasi, peneliti bertemu dengan komunitas
petani untuk menyampaikan tujuan dari penelitian yang dilakuka peneliti.
Dari pertemuan tersebut muncul beberapa obrolan yang berujung pada
kesepakatan tujuan yang sama. Hal tersebut merupakan langkah awal
menyusun aksi selanjutya.
4. Penentuan Agenda Riset untuk Perubahan Sosial
Bersama komunitas peneliti mengagendakan program riset melalui
tekni PRA untuk memahami persoalan masyarakat, yang selanjutnya
menjadi alat perubahan social. Sekaligus merintis membangun kelompok
kmunitas. Termasuk menentukan pertemuan rutin untuk diskusi bersama,
kegiatan aksi, maupun kegiatan pembelajaran.
Pada tahap ini peneliti bersama komunitas melakukan survey
rumah tangga yaitu pada tanggal 7 Mei 2016 untuk mengetahui
pengeluaran dan pendapatan yang diperoleh masyarakat petani Dusun
Karang Tengah. Setelah pendataan survey rumah tangga, peeliti
menyampaikan pada komunitas untuk melakukan pendataan lagi,
diantaranya adalah transect wilayah, pohon masalah, analisis kuasa,
analisis perubahan, dan analisis lebih mendalam sampai pada penemuan
28
5. Pemetaan Partisipatif
Peneliti bersama komunitas melakukan pemetaan wilayah Dusun
Karang Tengah baik secara demografi, perekonomian, sosial dan budaya.
Berapa banyak pendapatan yang diperoleh dari pertanian dan berapa
banyak hutang modal pertanian yang dialami masyarakat dengan
ketergantungan tersebut.
Tepat tanggal 10 Mei 2016, peneliti bersama komunitas petani
melakukan transect wilayah dan pembuatan peta wilayah. FGD ini
dilakukan disalah satu rumah warga, akan tetapi data yang diperoleh masih
kurang sehingga peneliti bersama beberapa warga melakukan penelusuran
wilayah guna mengetahui kondisi pertanian yang ada di Dusun Karang
Tengah.
Tanggal 15 Mei 2016, peneliti bersama komunitas melakukan FGD
yang ketiga kalinya untuk membahas problem yang ada. Semua yang
menjadi kendala dan terjadi di Dusun Karang Tengah dijelaskan oleh
beberapa pihak dalam proses FGD tersebut. Pada tahap ini belum
ditemukan masalah intinya, hanya sebatas analisis dari berbagai
permasalahan yang ada.
6. Merumuskan Masalah Kemanusiaan
Komunitas merumuskan masalah mendasar hajat hidup
kemanusiaan yang dialaminya. Seperti persoalan pangan, papan,
29
kemanusiaan lainnya. Dari hal tersebut masyarakat bersama peneliti
menentuan masalah utama yang terjadi dan harus diselesaikan.
Dari masalah-masalah yang ditemukan, peneliti melanjutkan proses
penggalian data dengan wawancara semi struktur pada masyarakat yang
dituju. Pada tanggal 17 Mei 2016, peneliti bersama komunitass petani
melakukan FGD yang kesekian kalinya untuk merumuskan inti
permasalahan yang ada.
Melihat dari banyaknya masalah dari dampak ketergantungan pada
pemilik modal, akhirnya melalui kesadaran kritis dan murni dari pemikiran
masyarakat sendiri, ami berhasil menentukan inti masalah yang terjadi.
Masalah tersebut kemudian kita analisis dalam bentuk pohon masalah.
Dari anlisis pohon masalah, kami melakukan analisis kuasa, analisis
perubahan, analisis sejarah, maupun analisis kalender musim untuk
memperkuat masalah inti yang ditemukan.
7. Menyusun Strategi Gerakan
Komunitas menyusun strategi gerakan untuk memecahkan problem
kemanusiaan yang telah dirumuskan. Menentukan langkah sistematik,
menentukan pihak yang terlibat (stakeholder), dan merumuskan
kemungkinan keberhasilan dan kegagalan program yang direncanakan
serta mencari jalan keluar apabilaterdapat kendala yang menghalangi
keberhasilan program.
Setelah analisis masalh selesai, selanjutnya adalah analisis pohon
30
menjadi tujuan dapat tercapai. Penentuan strategi melalui analisis pohon
harapan ini dilakukan di balai dusun pada tanggal 20 Mei 2016. Pada
diskusi tersebut muncul usulan program yang bisa dilakukan untuk
menyelamatkan masyarakat.
8. Pengorganisasian Masyarakat
Komunitas didampingi peneliti untuk membangun pranata-pranata
social. Baik dalam bentuk kelompok maupun lembaga masyarakat yang
secara nyata bergerak memecahkan problem sosialnya secara simultan.
Demikian juga membentuk jaringan-jaringan antar kelompok kerja dan
antara kelompok kerja dengan lembaga-lembaga lain yang terkait dengan
program aksi yang direncanakan.
Komunitas bersama peneliti mulai mensosialisasikan program kita
kepada masyarakat lain selamaseminggu. Sampai proses pengoranisasian
masyarakat, pendataan warga yang dituju untuk program yang akan
dijalankan. Program tersebut memberikan penydaran bagi masyarakat
petani lainnya, sehingga pemahaman terhadap masyarakat membuahkan
hasil.
9. Melancarkan Aksi Perubahan
Aksi memecahkan problem dilakukan secara simultan dan
partisipatif. Program pemecahan persoalan kemanusiaan bukan sekedar
untuk menyelesaikan persoalan itu sendiri, tetapi merupakan proses
pembelajaran masyarakat sehingga terbangun pranata baru dalam
31
(pengorganisir dari masyarakat sendiri) dan akhirnya akan muncul local
leader (pemimpin lokal) yang menjadi pelaku dan pemimpin perubahan.
Pada tanggal 12 Juni 2016 merupakan waktu aksi perubahan yang
bertempat di rumah Kepala Dusun Karang Tengah. Aksi yang pertama
yaitu pembentuan koperasi yang dihadiri oleh 15 warga dari Dusun
Karang Tengah. Seminggu setelah aksi pertama, dilanjutkan aksi yang
kedu yaitu padatanggal 24 Juni 2016. Program tersebut sangat
memberikan dampak yang positif sekaligus respon yang baik bagi
masyarakat. Karena bagi masyarakat program tersebut cocok untuk
melepas jerat tengkulak. Sehingga apa yang dilakukan tidak hanya sia-sia
atau tidak tepat sasaran.
10.Membangun Pusat-pusat Belajar Masyarakat
Pusat-pusat belajar dibangun atas dasar kebutuhan
kelompok-kelompok kounitas yang sudah bergerak melakukan aksi perubahan. Pusat
belajar merupakan media komunikasi, riset, diskusi, dan segala aspek
untuk merencanakan, mengorganisir, dan memecahkan problem sosial.
Hal ini karena terbangunnya pusat-pusat belaar merupakan salah satu bukti
munculnya pranata baru sebagai awal perubahan dalam komunitas
masyarakat.
Program yang dilakukan seperti pembentukan koperasi untuk
membantu beban kebutuhan petani. Selain itu koperasi juga sebagai pusat
pembelajaran masyarakat dalam memahami setiap persoalan yang ada.
32
Keberhasilan program PAR tidak hanya diukur dari hasil kegiatan
selama proses pendampingan, tetapi juga diukur dari tingkat keberlanjutan
program (sustainability) yang sudah berjalan dan munculnya
pengorganisir-pengoranisir serta pemimpin lokal yang melanjutkan
program untuk melakukan aksi perubahan.23 Bagi peneliti keberhasilan
gerakan juga ditentukan dengan adanya perubahan yang lebih baik,
masyarakat mandiri dan berdaya. Dari komunitas petani, berbagai kegiatan
untuk menyelamatkan masyarakat sudah direncanakan atas inisiasi mereka
sendiri, walaupun peneliti sudah selesai melakukan pendampingan.
D. Subjek Dampingan
Subjek dampingan dalam penelitian ini adalah masyarakat Dusun
Karang Tengah khususnya masyarakat petani yang memiliki hutang dalm
modal pertaniannya. Karena pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah
penekatan PAR, yang menekankan partisipasi masyarakat secara menyeluruh.
Tidak semua warga terlibat dalam pendampingan dan penelitian
tersebut. Dari 127 KK yang ada di Dusun Karang Tengah, hanya beberapa KK
yag aktif dalam proses penelitian. Karena masyarakat petani lainnya lebih
sibuk dengan aktifitas pertaiannya.
E. Tenik Pengumpulan Data dan Sumber Data
1. Teknik Pengumpuln Data
Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik
dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.24 Adapun
23 Ibid, hal. 104-108
33
teknik pengumpulan data dalam penelitian dengan metode PAR
yang digunakan ialah :
a. Pemetaan
Teknik Pemetaan ini digunakan untuk memetakan kondisi
Dusun Karang Tengah serta kegiatan yang berkaitan dengan
kasus yang ada.
b. Transect
Transek secara terminologi adalah kegiatan yang dilakukan
oleh tim dan narasumber untuk berjalan menelusuri wilayah
untuk mengetahui kondisi fisik seperti tanah, tumbuhan dll.
Transect digunakan untuk memetakan beberapa aset yang ada
di wilayah Dusun Karang Tengah seperti tata guna lahan
sawah, tegal dan lain sebagaianya.
c. Wawancara Semi Terstruktur
Metode ini digunakan untuk menggali data secara langsung
namun tidak keluar dari konsep yang dibutuhkan.
d. Survey Rumah Tangga
Teknik ini digunakan untuk mengetahui gambaran kehidupan
masyarakat secara utuh, sehingga diketahui pengeluaran
tingkat belanja sosial, kesehatan, energi, dll. Teknik ini akan
menghasilkan gambaran kehidupan masyarakat setiap rumah
tangga.
Dari beberapa teknik nantinya akan diolah menjadi
data kualitatif oleh peneliti yang digunakan untuk penulisan
skripsi. Sedangkan sebagai pembelajaran masyarakat sekaligus
sebagai media untuk terjadinya transformasi social atau
perubahan masyarakat agar lebih baik dari sebelumnya
terutama dari masalah ketergantungan petani terhadap pemilik
modal.
34
Penulis mengumpulkan dua jenis data untuk penelitian ini,
yaitu data primer dan data skunder.
a. Data Primer
Data primer ini digali dari masyarakat petani yang memiliki
hutang modal pertanian. Kata-kata atau tindakan yang diamati atau
diwawancarai oleh penulis merupakan sumber data utama atau primer.
Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui
perekaman video, foto atau film. Pencatatan data utama melalui
wawancara atau pengamatan berperan serta merupakan hasil usaha
gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya.
b. Data Skunder
Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal
dari data sekunder atau data tertulis dapat dibagi atas sumber transect,
survey rumah tangga, data pemetaan buku, sumber dari arsip, dokumen
pribadi dan dokumen resi. Sumber data daam penelitian disesuaikan
dengan fokus dan tujua penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorgansasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat ditemukan hipotesis kerja seperti yang disampaikan
oleh data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
35
a. Seperti analisis sejarah untuk mengetahui keadaan masa lalu atau
kejadian penting agar dapat diketahui perubahan apa saja yang terjadi
dalam kurun waktu yang ditentukan.25 Analisis timeline ini peneliti
gunakan untuk mengetahui kejadian yang sudah berlalu atau terjadi
dalam ketergantungan dan menurunnya perekonomian masyarakat.
b. Analisis sistem/kuasa untuk mengetahui atau menganalisis siapa saja
yang berperan penting untuk mempengaruhi masyarakat. Analisis ini
peneliti gunakan untuk mengetahui siapa yang paling berkuasa untuk
mengambil manfaat dari sumber daya alam yang ada dan siapa yang
paling berperan mengenai masalah yang terjadi.
c. Analisis model dan analisis institusional untuk mengetahui akar
penyebab permasalahan dan untuk menganalisis siapa saja yang turut
ikut serta menikmati keadaan ketidakberdayaan masyarakat yang
bergantung pada pemilik modal.
G. Teknik Validasi Data
Untuk teknik validasi data, peneliti menggunakan cara triangulasi
teknk, sumber data dan waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara
menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda. Data yang diperoleh
dari wawancara akan dicek oleh peneliti melalui dokumentasi atau observasi.
Bila dengan teknik pengujian data tersebut menghasilkan data yang berbeda,
maka peneliti akan meakukan diskusi lebih lanjut terhadap sumber data.
36
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama
melalui sumber yang berbeda, dalam hal ini adalah istri-istri petani atau petani
lain di Dusun Karang Tengah. Triangulasi waktu, waktu juga sering
mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulan dengan teknik
wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak
pekerjaan, akan memberikan data yang lebih valid. Untuk itu dalam rangka
pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengecekan dengan wawancara atau observasi dalam waktu atau situasi yang
berbeda yang dilakukan secara berulang-ulang.26
H. Stakeholder Penelitian dan Pemberdayaan
Pada dasarnya untuk membuka lokasi yang dijadikan pemberdayaan
adalah pemerintah ditingkat Desa. Keputusan yang utama berada pada
pemeritah desa. Jika pemerintah desa belum menyetujui, maka untuk
membentuk kepercayaan masyarakat akan terhambat pula. Dukungan dari
pemerintah desa sangatlah dibutuhkan.
Hal ini dikarenakan masyarakat sangat bergatung pada kebijakan dan
keputusan yang berada pada tangan kekuasaan masyarakat. untuk
menindaklanjuti kegiatan yang sudah dilaksanakan dengan petani,
keikutsertaan pemerintah desa sangat dinanti. Untuk ke depannya yag
mengorganisir petani selain local leader, pemerintah desa sangat diharapkan
peran dan motivasinya bagi petai.
26 Lexy J Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdaarya, 2011).
37
Table 3.1 Pihak Terlibat Institusi Karakteristik Resource Bentuk
Keterlibata
Peranan dari berbagai pihak di atas sangat membantu masyarakat
dalam menyeamatkan kehidupan mereka. Yang paling peting yaitu
berkurangnya ketergantungan masyarakat terhadap pihak pemberi, dan
38
BAB IV
DESKRIPSI LOKAL DESA DUREN
A. Sejarah Desa Duren
“Duren” menurut penduduk asli desa tersebut berasal dari kata “Leren”
yang mempunyai arti tempat untuk istirahat dan akhirnya disebut “Desa
Duren”. Sejarah perkembangan penduduk Desa Duren Kecamatan
Pilangkenceng Kabupaten Madiun berawal pada saat Desa tersebut menjadi
penghubung aktifitas kebutuhan penduduk yang berada di wilayah
Bojonegoro yang menjual rencek (kayu bakar) dan daun jati ke Caruban.
Ketika itu setiap kali menempuh perjalanan menuju Caruban mereka sering
beristirahat di gardu yang terdapat di Desa Duren. Sampai saat ini apabila
ada pendatang dari luar daerah Madiun yang berprofesi sebagai guru,
pegawai, bahkan yang menikah dengan warga Desa Duren pada akhirnya
mereka lebih memilih untuk menetap di Desa Duren dan menjadi penduduk
di desa tersebut.
Mata pencaharian masyarakat Desa Duren sendiri adalah bercocok
tanam (petani). Hal tersebut dibuktikan dengan adanya sebuah petilasan bekas
peninggalan pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1942. Sedangkan
sebagian besar pekerja yang melaksanakan pembangunan Waduk Notopuro
berasal dari daerah Grobokan Jawa Tengah. Tujuan dari pembangunan
Waduk Notopuro adalah untuk mengairi sawah yang ada di Kecamatan
39
Grobokan tersebut banyak yang tidak kembali ke daerah Grobokan dan
kemudian menetap di Desa Duren.27
Dari sejarah di atas, Desa Duren saat ini sudah menjadi sebuah desa
yang sempurna. Secara perlahan Desa Duren dibangun oleh masyarakat pada
waktu itu, yang kemudian tanah yang sebelumnya rawa-rawa kini menjadi
tempat tinggal warga yang penuh dengan kesederhanaan dan kesejahteraan.
B. Letak Geografis Dusun Karang Tengah
Dusun Karang Tengah adalah nama salah satu Dusun di Desa Duren,
Kecamatan Pilang Kenceng, Kabuaten Madiun. Di Dusun Karang Tengah
terdapat dua agama yang hidup saling rukun tanpa ada konflik. Dusun ini
berada pada urutan ke empat dari Dusun-dusun yang ada di Desa Duren.
Selain itu Dusun Karang Tengah juga memiliki hasil bumi yang banyak dan
bagus, seperti: tembakau, palawija, dan padi. Batas-batas Dusun Karang
Tengah adalah sebagai berikut:
Sebelah Barat : Desa Sumbergandu
Sebelah Utara : Desa Bulu
Sebelah Selatan : Desa Kedungmaron
Sebelah Timur : Dusun Duren 1
Gambar 4.1 Peta Dusun Karang Tengah
27
40
Secara geografis Dusun Karang Tengah ini dikelilingi oleh persawahan
yang menjadikan Dusun tersebut terasa sejuk. Akses jalan di Dusun Karang
Tengah sudah aspal sehingga memudahkan masyarakat untuk menuju
dusun-dusun lainnya.
C. Demografis Dusun Karang Tengah
Secara demografis Desa Duren adalah desa yang memiliki jumlah RT
terbanyak se Kecamatan Pilangkenceng, selain itu memiliki jumlah penduduk
yang terdiri dalam 1.700 KK dan terbagi 2.598 jiwa laki-laki dan 2.953 jiwa
perempuan.28
Sedangkan dalam pembagian penyebaran penduduk Desa Duren
terbagi sebagai berikut:
42
Sumber: Data Kependudukan Desa Duren 2016
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Dusun Karang Tengah (RW 04)
terdiri dari dua RT yaitu RT 25 dan RT 26. Jumlah penduduk Dusun Karang
Tengah ada 388 jiwa dengan jumlah laki-laki 181 jiwa dan perempuan 207
jiwa. Jumlah RT 25 sebanyak 66 KK dengan 197 jiwa, dan RT 26 sebanyak
61 KK dengan 191 jiwa. Dusun yang paling sedikit memiliki jumlah
penduduk akan tetapi memiliki lahan pertanian terluas di Desa Duren.
D. Perekonomian Dusun Karang Tengah
Mayoritas masyarakat Dusun Karang Tengah bekerja sebagai petani
dengan rata memiliki perekonomian menengah ke bawah, dengan
rata-rata penghasilan perbulannya kurang dari 1.000.000. Dari 127 KK hanya 5
KK yang tidak bekerja sebagai petani, mereka ada yang sebagai guru dan
PNS. Untuk mendapatkan dan memperoleh penghasilan masyarakat
mayoritas bekerja sebagai petani yang menjadi mata pencaharian pokok
penduduk.
Tabel 4.2 Mata Pencaharian Penduduk Dusun Karang Tengah
No. Pekerjaan Jumlah penduduk/KK
1 Petani 122 KK
2 PNS 5 KK
43
Selain menjadi petani yang menjadi mayoritas masyarakat Dusun
Karang Tengah, masyarakat berpenghasilan dari pembuatan tahu dan tempe,
juga mempunyai makanan khas yakni Samplok. Biasanya makanan tersebut
dibuat oleh para ibu ketika musim paceklik. Bahan dasar dari makanan
tradisional ini adalah singkong yang dihaluskan, dengan ditambahkan gula
yang akan membuat makanan tersebut terasa manis dan lebih menarik di
lidah. Dengan penghasilan yang tidak seberapa dan pengeluaran yang
semakin besar, menyebabkan masyarakat Dusun Karang Tengah terbelenggu
oleh hutang.
E. Keadaan Kesehatan
Jika membahas tentang kesehatan, Desa Duren merupakan desa yang
cukup memperhatikan tentang kesehatan. Dimana seluruh perangkat desa
menghimbau agar warga Desa Duren selalu berantisipasi tentang kesehatan
jasmani, rohani, maupun lingkungan.29 Dengan adanya beberapa program
yang telah terlaksana di Desa Duren menunjukkan bahwa kesehatan sangat
diutamakan. Berikut bentuk-bentuk kegiatan kesehatan di Desa Duren:
Tabel 4.3 Kegiatan Kesehatan
No. Kegiatan Waktu
1.
Posyandu Balita
Setiap satu bulan sekali pada tanggal 10
2.
Posyandu Lansia
Setiap satu bulan sekali pada tanggal 20
3. Donor
Darah
Setiap tiga bulan sekali pada tanggal 3 Februari
29 Hasil wawancara dengan Kepala Desa pada hari Selasa, 26 Mei 2016, pukul 10.20 di Balai Desa
44
Sumber: Data Kegiatan Kesehatan 2016
Dari beberapa bukti kegiatan di desa terkait kesehatan, misalnya
tersedianya POLINDES (Poliklinik Desa) yang letaknya di depan balai Desa
Duren. Diadakannya Donor darah di POLINDES setiap tiga bulan sekali.
Selain itu, posyandu balita dan lansia juga tersedia yang dilaksanakan setiap
satu bulan sekali di masing-masing Dusun. Dari hasil observasi dan
wawancara di lapangan, peneliti dapat mendeskripsikan bahwa kehidupan
terkait kesehatan sangat diperhatikan, khususnya kesehatan lingkungan.
Lingkungan merupakan hal yang perlu dijaga dan diperhatikan demi
kesehatan jasmani dan rohani. Ketiganya saling berhubungan dalam hal
kesehatan. Sehingga Desa Duren termasuk Desa Siaga.
Gambar 4.2 POLINDES Desa Duren.
Sumber : Dokumentasi Peneliti
F. Keagamaan dan Budaya
Sesuai hasil observasi dan wawancara peneliti, mayoritas masyarakat
Desa Duren adalah beragama Islam. Terdapat fasilitas agama yang dibangun
45
beberapa orang berkeyakinan Kristen dengan jumlah 151 orang. Adapun
fasilitas untuk tempat ibadah agama Kristen sebanyak dua gereja, yang
letaknya di Dusun Kutukan dan Dusun Notopuro Desa Duren.
Fasilitas beribadah yang ada merupakan hasil dari gotong royong warga
sehingga tersedianya tempat beribadah yang memadai. Terkait dananya juga
bersumber dari masyarakat sekitar. Adapun jumlah fasilitas keagamaan di
Desa Duren adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Fasilitas Keagamaan
Fasilitas Keagamaan Jumlah
Masjid 8
Gereja 2
Sumber: Hasil Observasi 2016
Adapun bentuk-bentuk kegiatan keagamaan adalah Majelis Muslimat
dan Majelis Tahlil. Pelaksanaan dari majelis tersebut dilaksanakan secara
rutin. Namun dalam setiap dusun memilik waktu yang berbeda. Dalam bidang
keagamaan, masyarakat rutin mengadakan kegiatan-kegiatan dengan jadwal
yang telah ditentukan, diantaranya:
Tabel 4.5 Kegiatan-kegiatan Bidang Keagamaan
No. Kegiatan Waktu
1. Muslimatan
Dsn. Karang tengah setiap hari Kamis dalam dua minggu sekali
46
2. Tahlil Setiap hari sabtu dalam seminggu sekali
Sumber: Hasil Observasi 2016
Adapun kepengurusan majelis muslimat Dusun Karang Tengah adalah
sebagai berikut:
Pelindung : Ibu Kepala Dusun
Ketua : Hj. Katemi
Sekretaris : Ibu Oeni Wijayanti
Bendahara : Ibu Harsini
Jumlah anggota : 70 orang (Karang tengah)
Majelis yang ada di Desa Duren di dalamnya mengadakan sistem
menabung, yang dimaksud menabung adalah setiap kali perkumpulan majelis
anggota wajib membayar uang sejumlah lima ribu rupiah yang dikelola oleh
bendahara majelis (seperti arisan). Hasil dari pembayaran anggota muslimat
atau tahlil tersebut dikumpulkan, dan sebagian diambil untuk uang kas
majelis. Sisa dari uang anggota tersebut akan diberikan kepada anggota yang
selanjutnya rumahnya akan ditempati untuk perkumpulan majelis. Maksud
dari uang yang diberikan kepada tuan rumah adalah untuk meringankan
beban anggota ketika menjadi tuan rumah. Berikut gambar kegiatan tahlilan
di Dusun Karang Tengah:
47
Sumber : Dokumentasi Peneliti
Selain kehidupan beragama di desa Duren juga terdapat adat dan
budaya yang dilaksanakan atau diperingati pada waktu tertentu, dalam setiap
adat atau budaya yang ada mempunyai makna dan kepercayaan masing – masing dari masyarakat. Adat atau budaya di Desa Duren mempunyai sejarah
dan asal mula, hal seperti itu dimunculkan oleh nenek moyang terdahulu yang
kemudian secara turun temurun dipercaya oleh anak cucu selanjutnya.30
Seperti halnya adat nyadranan yang dilaksanakan setiap tahun sekali
dengan membawa makanan nasi tumpeng ke Sendang. Sendang merupakan
tempat bersejarah yang merupakan sumber air kehidupan di Dusun Karang
Tengah Desa Duren.
Untuk menarik masyarakat agar mendatangi Sendang, maka diadakan
hiburan untuk masyarakat sekitar. Ketika warga memperingati ruah deso
dengan mengadakan tayupan (sinden/ jogedan), reokan, dan sebagian dusun
mendatangkan seni wayang seperti Dusun Notopuro. Selain itu, juga terdapat
adat labuhan yang diadakan setiap satu tahun sekali. Adat tersebut
30 Hasil Wawancara dengan Kepala Dusun Karang Tengah bernama Suwarno pada hari Jum’at, 15