• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK ANALISIS DATA :

Bagan 2.1 Kerangka Berfikir. Desain Kaos

3.7 TEKNIK ANALISIS DATA :

Dalam penelitian ini, analisis data merujuk pada usaha pencarian makna yang tersembunyi dalam desain yang terkandung pada kaos yang diproduksi oleh Distro Bloods menggunakan teori Semiotika Charles Sanders Peirce.

Selanjutnya analisis data ini akan dilakukan dengan membagi keseluruhan desain kaos dan memilih beberapa desain kaos. Dengan menggunakan teori semiotika Peirce yang lebih terfokus pada tanda yang berhubungan dengan objek penelitian. Model teori Peirce memberi perhatian langsung pada tanda itu sendiri.

Dalam penelitian terhadap desain kaos yang dipopulerkan oleh Store Bloods ini, peneliti akan menginterpretasikan desain kaos yang memiliki sebuah tanda yang kemudian dianalisis menggunakan teori semiotika dari Peirce dimana terdapat unsur tanda (sign), objek (object) dan pengguna tanda (interpretant). Unsur-unsur tersebut akan dipisahkan untuk mempermudah peneliti dalam menginterpretasi terhadap desain kaos yang dipopulerkan oleh Store Bloods.

Dalam penelitian ini, untuk menghasilkan hasil yang sesuai dengan tujuan, peneliti menggunakan analisis semiotika model Charles Sanders Peirce. Semiotik merupakan ilmu yang mempelajari suatu tanda. Semiotika berangkat dari tiga elemen, yakni yang disebut Peirce sebagai teori segitiga makna atau triangle meaning.

a. Sign (tanda)

Sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap olehpanca indera manusia b. Object (acuan tanda)

Sesuatu yang dirujuk, atau dapat dikatakan sebagai tujuan. c. Interpretan (penggunaan tanda)

Pemikiran seseorang tentang objek tersebut.

Salah satu bentuk tanda adalah kata, menurut Pierce. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.

Berdasarkan objeknya, Pierce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan symbol (simbol) yang didasarkan atas relasi di antara representamen objeknya.

a) Ikon

Tanda yang mana hubungan antara tanda dan acuannya berupa hubungan berupa kemiripan. Jadi, ikon adalah bentuk tanda yang dalam berbagai bentuk menyerupai objek dari tanda tersebut.

Interpretan

Object Representamen

b) Indeks

Tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh, asap sebagai tanda adanya api. Tanda dapat pula mengacu ke denotatum melalui konvensi.

c) Symbol

Suatu tanda di mana hubungan antara tanda dan acuannya merupakan hubungan yang sudah terbentuk secara konvensional. Lambang ini adalah tanda yang dibentuk karena adanya consensus dari para pengguna tanda.

Tabel 3.1

Jenis Tanda dan Cara Kerjanya

Jenis Tanda Ditandai dengan Contoh Proses Kerja

Ikon - Persamaan - Kemiripan

Gambar, foto, dan Patung

- dilihat

Indeks - Hubungan sebab akibat - Ketertarikan

- Asap-api - Gejala-penyakit

- Di perkira

Symbol - Konvensi atau - Kesepakatan Sosial

- Kata-kata - Isyarat

- Di perkirakan

Bagi Peirce tanda dan pemaknaanya bukan struktur melainkan suatu proses kognitif yang disebutnya semiosis. Jadi, semiosis ini melalui 3 tahap. Tahap pertama adalah penyerapan aspek representamen tanda (pertama melalui

panca indera), tahap kedua mengaitkan secara spontan representamen dengan pengalaman dalam kognisi manusia yang memaknai representamen itu (disebut object), dan ketiga menafsirkan object sesuai dengan keinginananya yang biasa disebut interpretant ( Hoed: 2014 : 8).

Langkah yang digunakan dalam menganalisa data yang didapatkan oleh peneliti mengunakan beberapa tahap. Tahapan analisis data yang digunakan ialah sebagai berikut ;

a. Mendefinisikan desain kaos Distro Bloods.

b. Mengumpulkan ikon, unsur visual yang berhubungan dengan objek (desain kaos distro bloods).

c. Menjelaskan ikon, unsur visual, mengidentifikasi tanda yang ada pada desain kaos Distro Bloods.

d. Menafsirkan desain yang terdapat pada kaos Distro Bloods dengan mengelompokkan berdasarkan objek kajian penelitian.

e. Membuat analisa secara keseluruhan berdasarkan tahapan-tahapan yang telah dilalui.

f. Membuat kesimpulan dengan menghubungkan teori yang diambil peneliti. Penelitian ini, peneliti menggunakan analisa data berdasarkan dari analisis semiotika yang berarti tanda. Tanda tersebut di definisikan sebagai suatu dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Secara terminologis, semiotika dapat diidentifikasikan sebagai ilmu

yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayan sebagai tanda.

Sebagai suatu tanda yang menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna ialah hubungan antara suatu objek atau ide dari suatu tanda. Konsep dasar ini mengikat bersama seperangkat teori yang amat luas berurusan dengan symbol, bahasa, wacana dan bentuk-bentuk non verbal, teori-teori yang menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan maknanya dan bagaimana tanda disusun. Secara umum studi tentang tanda merujuk kepada semiotika.

41 4.1 GAMBARAN UMUM :

4.1.1 SEKILAS TENTANG SEJARAH KAOS :

T-Shirt atau kaos oblong pada awalnya digunakan sebagai pakaian dalam tentara Inggris dan Amerika pada abad 19 sampai awal abad 20. Asal muasal nama inggrisnya, T-shirt, tidak diketahui secara pasti. Teori yang paling umum diterima adalah nama T-shirt berasal dari bentuknya yang menyerupai huruf "T", atau di karenakan pasukan militer sering menggunakan pakaian jenis ini sebagai "training shirt". Masyarakat umum belum mengenal penggunakan kaos atau T-Shirt dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, para tentara yang menggunakan kaos oblong tanpa desain ini pun hanya menggunakannya ketika udara panas atau aktivitas-aktivitas yang tidak menggunakan seragam. Ketika itu warna dan bentuknya (model) itu-itu melulu. Maksudnya, benda itu berwarna putih, dan belum ada variasi ukuran, kerah dan lingkar lengan.

Perlahan namun pasti, T-shirt mulai menjadi bagian dari busana keseharian yang tidak hanya dipakai untuk daleman, tetapi juga menjadi pakaian luaran. Pada pertengahan tahun 50an, T-shirt sudah mulai menjadi bagian bagian dari dunia fashion. Namun baru pada tahun 60an

ketika kaum hippies mulai merajai dunia, T-shirt benar-benar menjadi state of fashion itu sendiri. Sebagai sebuah simbol (lagi-lagi) anti kemapanan, para hippies ini menggunakan T-shirt/kaos sebagai salah satu simbolnya. Semenjak saat itulah revolusi T-shirt terjadi secara total. Para penggiat bisnis menyadari bahwa T-shirt dapat menjadi media promosi yang amat efektif serta efesien. Segala persyaratan sebagai media promosi yang baik ada di T-shirt. Murah, mobile, fungsional, dapat dijadikan suvenir, dan seterusnya.

4.1.2 SEKILAS TENTANG DISTRO BLOODS :

Bloods Industries adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang konveksi. Bloods Industries mulai berdiri pada tahun 2002 di Bandung, Firdaus Patriaman selaku pendiri sekaligus pemimpin perusahaan merasa bahwa di Indonesia terlalu banyak barang bajakan bermerek terkenal dunia yang anehnya para konsumen dengan bangga memakainya. Maka dengan adanya produk dari Bloods Industries ini Firdaus Patriaman disamping ingin mengenalkan dan memajukan industri konveksi di Indonesia, beliau juga ingin memberikan kebanggaan tersendiri dengan memakai pakaian bermerek lokal namun asli.

Awal nama Bloods sebelumnya adalah Blood Sheed Rain. Nama Bloods sendiri digunakan saat industri clothing di Bandung mulai berkembang. Namun rata-rata untuk nama brand clothing lebih banyak

beraroma pop, jadi nama Bloods dipilih agar terdengar berbeda dan lebih gahar sesuai dengan desain dan artwork yang dimiliki Bloods.

Bermula dengan hanya menitipkan barang di beberapa distro di kawasan Bandung, lalu kemudian mulai menyewa toko di kawasan jalan Tirtayasa Bandung pada tahun 2006, Toko yang disewa tersebut diberi nama Blaze. Blaze adalah kerjasama antara Bloods Sheed Rain dengan salah satu brand local, nama Blaze diambil karena ada kesepakatan untuk tidak menggunakan nama brand dari kedua belah pihak.

Pada tahun 2008 akhirnya Bloods memutuskan untuk membuka toko sendiri. Bertempat di jalan Sultan Agung no 25 toko tersebut hanya menjual produk-produk yang diproduksi oleh Bloods Industries saja. Bloods Industries memulai ekspansinya pada tahun 2010 dengan membuka concept store pertamanya di Jalan KH Agus Salim 61A Bekasi. Seiring dengan perkembangannya, hingga saat ini Bloods Industries telah memiliki 21 concept Store di beberapa kota besar di Indonesia termasuk di Semarang, tepatnya di jalan Ngesrep Timur V NO 112 A Semarang.

Dalam perkembangannya, Bloods Industries mulai memiliki kepercayaan konsumen khususnya kalangan anak muda yang merasa jatidirinya terwakili oleh desain pakaian baik model maupun gambar yang ditawarkan oleh Bloods Industries.

Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang konveksi dan

kompetisi olahraga extreme untuk mendukung dan mendapatkan perhatian dari anak-anak muda.

4.1.3 SEKILAS TENTANG DESAIN DISTRO BLOODS :

Desain produk pada kaos Distro Bloods tampak beraneka-ragam, kreatif, dan berkualitas, dapat dilihat dari tipografi, ilustrasi, dan elemen-elemen desainnya. Desain karakter kaos distro bloods mengarah ke old Skull (gambar tengkorak), dynamic (lebih simple dan elegan). Beberapa pesan yang di tampilkan dalam setiap desain kaos Distro Bloods mengarah ke hal-hal yang berkaitan dengan darah atau api, yang berarti sebagai tanda kemarahan atau semangat dalam kehidupan. Seperti nama Bloods sendiri yang dalam artinya sendiri yaitu Darah. Dan warna merah pada logo bloods yang berarti Berani.

Dalam Penelitian ini, Penulis memilih beberapa desain pada kaos distro bloods dan melakukan penelitian dengan teori yang sudah ada, dengan pemilihan pada beberapa desain kaos distro bloods, penulis bisa mengetahui isi makna dan visual desain yang terdapat pada kaos distro bloods.

Dokumen terkait