• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.5 Teknik Analisis Data

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang memberikan gambaran mengenai situasi-situasi dan kejadian-kejadian. Data-data yang terkumpul baik lewat penelitian kepustakaan maupun penelitian di lapangan akan disusun dan kemudian disajikan dengan bentuk table tunggal dan dianalisis.Analisis tabel tunggal merupakan suatu analisis yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terisi di kolom, sejumlah frekuensi dan presentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995:266).

4.1 Analisis Tabel Tunggal

Analisis tabel tunggal dimaksudkan untuk melihat distribusi jawaban responden dari setiap komponen yang diteliti. Dalam penelitian ini, penyajian data table tunggal berisi keterangan dengan jumlah dan persentase yang terdiri dari tiga bagian, yaitu karateristik responden, peranan komunikasi dan harmonisasi hubungan.

4.1.1 Karateristik Responden Tabel 4.1

Usia

Usia Frekuensi Persen Kurang dari 16

Tahun 21 44.7

16-18 Tahun 26 55.3

Lebih dari 18 Tahun - -

Total 47 100.0

Tabel 4.1 menunjukan bahwa dari 47 responden diketahui, yang paling banyak responden adalah usia 16-18 tahun yakni 26 responden ( 55,3% ), dan usia kurang dari 16 tahun yakni 21 responden ( 44,7% ). Dan tidak ada responden yang berusia lebih dari 18 tahun. Dari uraian ini dapat dilihat bahwa dominan responden berumur kurang dari 16 tahun, dimana usia remaja akhir. Pada usia ini remaja mulai berperilaku seperti orang dewasa, berkeinginan hidup mandiri, tidak bergantung pada

orang tua, tetapi justru pada sahabat sebagai tempat yang dapat dipercaya untuk membicarakan masalah-masalah mereka.

Tabel 4.2 Kelas

Kelas Frekuensi Persen

X 23 51,1

XI 24 48.9

Total 47 100,0

Pada table 4.2 menunjukkan berapa banyak sampel yang menjadi responden pada penelitian ini. Sampel yang berjumlah 47 orang yang hanya terdiri dari dua kelas yang berbeda, sesuai dengan penentuan sampel yang hanya diambil dari kelas X dan XI, akan tetapi dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu dengan pertimbangan :

1. Yang bersangkutan duduk di kelas X dan XI 2. Memiliki seorang sahabat atau lebih

Tabel 4.3 Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persen

Laki - laki 19 40.4

Perempuan 28 59.6

Total 47 100,0

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 47 responden diketahui, yang paling dominan adalah perempuan yakni 28 (59.6%), sementara itu laki-laki berjumlah 19 responden (40.4%),. Dilihat dari jumlah yang lebih dominan perempuan, tidak menutup kemungkinan bahwa laki-laki juga dapat memiliki sahabat.

4.1.2 Peranan Komunikasi Antar Pribadi Tabel 4.4

Proses Komunikasi di Antara Anda dan Sahabat

Proses Komunikasi Frekuensi Persen Tidak Lancar Kurang Lancar 0 5 0 10.6 Lancar 21 44.7 Sangat Lancar 21 44.7 Total 47 100.0

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 47 responden diketahui, bahwa 21 responden (44.7%) menyatakan bahwa proses komunikasi yang terjadi antara responden dan sahabatnya sangatlah lancar, dan 21 responden lainnya (44.7%) menyatakan proses

komunikasi antara responden dan sahabatnya lancar. Hal ini menunjukkan keterbukaan dalam proses komunikasi antar sahabat berjalan dengan baik. Sementara 5 responden (10.6%) menyatakan proses komunikasi berjalan dengan kurang lancar, hal ini menunjukkan kurangnya keterbukaan antara mereka dalam menjalin hubungan persahabatan.

Tabel 4.5

Keterbukaan Anda dan Sahabat dalam Menyampaikan Masalah

Keterbukaan Frekuensi Persen Tidak Terbuka Kurang terbuka 2 12 4.3 25.5 Terbuka 23 48.9 Sangat terbuka 10 21.3 Total 47 100.0

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 47 responden diketahui, 23 responden (48.9%) menyatakan terbuka dalam menyampaikan masalah yang dialaminya kepada sahabat, 12 responden (25.5%) menyatakan kurang terbuka, dan 2 responden (4.3%) menyatakan tidak terbuka dalam menyampaikan masalah kepada sahabatnya. Alasan ketidak percayaan terhadap sahabat pula yang dapat menimbulkan tidak inginnya responden menyampaikan masalah yang dialami kepada sahabat. Akan tetapi 10 responden (21.3%) menyatakan sangat terbuka kepada sahabat dalam menyampaikan masalah yang dialaminya, menunjukkan betapa dekatnya hubungan antara responden dan sahabatnya, dan tingkat kepercayaan yang tinggi kepada sahabat.

Tabel 4.6

Sikap Ketika Sahabat Menyampaikan Masalah Pribadi

Sikap Empati Frekuensi Persen Tidak Terbuka Kurang terbuka 0 4 0 8.5 Terbuka 23 48.9 Sangat terbuka 20 42.6 Total 47 100.0

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa 23 responden (48.9%) terbuka ketika sahabatnya menyampaikan masalah pribadi yang dialaminya dan 20 responden (42.6%) menyatakan sangat terbuka, ini membuktikan responden perduli dan siap menjadi pendengar yang baik ketika sahabatnya mengalami masalah dan membutuhkan teman untuk berbagi.

Tabel 4.7

Sikap Sahabat Ketika Anda Menyampaikan Masalah Pribadi

Sikap Frekuensi Persen Tidak Mendengarkan Kurang Mendengarkan 0 4 0 8.5 Mendengarkan 33 70.3 Sangat Mendengarkan 10 21.3 Total 47 100.0

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dari 47 responden, 33 responden (70.3%) menyatakan Mendengarkan dan 10 responden (21.3%) menyatakan Sangat mendengarkan. Dari gambaran di atas terlihat bahwa sahabat mereka mampu untuk menjadi pendengar yang baik, dan seseorang yang pertama mengetahui tentang apa yang di alami oleh sahabatnya dan mau berbagi kesulitan dan kesenangan yang dialami.

Tabel 4.8

Mengetahui Jika Sahabat Anda Mengalami Kesulitan

Empati Frekuensi Persen Tidak Mengetahui Kurang Mengetahui 2 14 4.3 29.8 Mengetahui 23 48.9 Sangat Mengetahui 8 17.0 Total 47 100.0

Tabel 4.8 menunjukkan 23 responden (48.9%) dari 47 responden menyatakan bahwa mengetahui jika sahabatanya mengalami kesulitan. Hal ini menunjukkan adanya rasa empati unuk mengetahui apa yang sedang dialami oleh orang lain pada saat tertentu. 14 responden (29.8%) menyatakan kurang mengetahui dan 2 responden (4.3%) menyatakan tidak mengetahui, dapat dilihat bahwa rasa empati terhadap orang lainpun tidak sepenuhnya dimiliki oleh semua orang.

Tabel 4.9

Dukungan Ketika Sahabat Memiliki Prestasi Yang Lebih Unggul

Dukungan Frekuensi Persen Tidak Mendukung Kurang Mendukung 2 4 4.3 8.5 Mendukung 19 40.4 Sangat Mendukung 22 46.8 Total 47 100.0

Tabel 4.9 menunjukkan dari 47 responden diketahui, bahwa 19 responden (40.4%) menyatakan mendukung ketika sahabat memiliki prestasi yang lebih unggul dan 22 responden (46.8%) menyatakan sangat mendukung sahabat memiliki prestasi yang lebih unggul, hal ini menunjukkan bahwa sebagai sahabat yang baik adanya sikap saling mendukung dalam segalahal yang berdampak positif termasuk dalam hal prestasi, akan tetapi 4 responden (8.5%) menyatakan kurang mendukung, dan 2 responden (4.3%) lainnya menyatakan tidak mendukung. Dapat kita liat ada sedikitnya yang merasa tertinggal dan menyebabkan rasa tidak ingin mendukung sahabatnya karena sahabatnya lebih unggul dari dirinya sendiri.

Tabel 4.10

Sikap Ketika Sahabat Memiliki Teman Baru

Dukungan Frekuensi Persen Tidak Mendukung Kurang Mendukung 2 9 4.3 19.1 Mendukung 28 59.6 Sangat Mendukung 8 17.0` Total 47 100.0

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa dari 47 responden diketahui, bahwa 28 responden (59.6%) menyatakan mendukung ketika sahabat memiliki teman baru, dan 8 responden (17.0%) menyatakan sangat mendukung. Hal ini menunjukkan bahwa saling mendukungnya sahabat baik dalam pertemanan, dan tidak adanya keberatan apabila sahabatnya memiliki teman lain selain dirinya. Akan tetapi 9 responden (19.1%) menyatakan kurang mendukung, dan 2 responden (4.3%) menyatakan tidak mendukung ketika sahabatnya memiliki teman baru. Dalam hal ini menunjukkan, adanya keberatan dan takut kehilangan sahabatnya apabila memiliki teman baru, dan apabila teman barunya lebih baik dari pada dirinya.

Tabel 4.11

Sahabat Menghargai Saran Yang Anda Berikan

Penghargaan Frekuensi Persen Tidak Menghargai Kurang Menghargai 0 6 0 12.8 Menghargai 26 55.3 Sangat Menghargai 15 31.9 Total 47 100.0

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa dari 47 responden atau sebesar 100% diketahui bahwa 26 responden (55.3%) menyatakan bahwa sahabatnya menghargai saran yang diberikan, dan 15 responden (31.9%) menyatakan sangat menghargai saran yang diberikan oleh responden dalam mengatasi konflik. Hal ini dapat menunjukkan bahwa adanya sifat positif yang dimiliki responden, dan karena orang yang merasa positif dengan diri sendiri akan mengisyaratkan perasaan ini kepada orang lain, yang selanjutnya juga akan merefleksikan perasaan positif kepada lawan bicaranya. Maka dari itu sifat positif yang juga dapat diwujudkan dengan memberikan suatu sikap dorongan dengan menunjukkan sikap menghargai keberadaan, pendapat, dan pentingnya orang lain. Sifat ini dimiliki oleh responden yang membuat sahabatnya nyaman dan dapat menerima saran yang diberikan oleh responden.

Tabel 4.12

Dukungan Anda Terhadap Sahabat Dalam Mengambil Keputusan

Dukungan Frekuensi Persen Tidak Mendukung Kurang Mendukung 0 3 0 6.4 Mendukung 26 55.3 Sangat Mendukung 18 38.3 Total 47 100.0

Tabel 4.12 menunjukkan diketahui dari 47 responden, bahwa 26 responden (55.3%) menyatakan mendukung, dan 18 responden (38.3%) menyatakan sangat mendukung sahabatnya dalam mengambil keputusan. Dengan pernyataan ini dapat dilihat bahwa secara umum pentingnya saran dan dukungan dari responden ketika sahabatnya ingin mengambil suatu kepitusan. Akan tetapi 3 responden (6.4%) menyatakan kurang mendukung sahabat dalam mengambil keputusan. Hal ini dapat dilihat kurangnya sifat positif yang dimiliki oleh responden.

Tabel 4.13

Anda Dan Sahabat Memiliki Kesamaan Sikap

Persamaan Frekuensi Persen Tidak Memiliki Kurang Memiliki 0 3 0 6.4 Memiliki 26 55.3 Sangat Memiliki 18 38.3 Total 47 100.0

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa dari 47 responden diketahui, bahwa 26 responden (55.3%) memiliki kesamaan sikap dengan sahabatnya, dan 18 responden (38.3%) sangat memiliki kesamaan sikap dengan sahabatnya. Sehingga dapat dilihat bahwa menerima pihak lain atau mengakui dan menyadari bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, karena pada kesamaan, suatu konflik akan lebih dapat dinilai debagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.

4.1.3 Konflik Dalam Komunikasi Antar Pribadi Tabel 4.14

Anda Dan Sahabat Saling Terbuka

Keterbukaan Frekuensi Persen Tidak Terbuka Kurang Terbuka 1 11 2.1 23.4 Terbuka 24 51.1 Sangat Terbuka 11 23.4 Total 47 100.0

Tabel 4.14 menunjukkan bahwa dari 47 responden atau sebesar 100% diketahui bahwa 24 responden (51.1%) menyatakan saling terbuka pada sahabat, dan 11 responden (23.4%) menyatakan sangat terbuka terhadap sahabat. Hal ini menunjukkan secara umum dalam menyelesaikan suatu konflik antara responden dan sahabat saling memiliki suatu kepercayaan satu sama lainnya. Sementara 11 responden (23.4%) menyatakan kurang terbuka, dan 1 responden (2.1%) menyatakan tidak terbuka, sebagai siswa yang kebanyakan berumur 16-18 tahun, dimana usia remaja akhir. Mereka masih sulit untuk mempercayai orang lain, dan terkadang perbedaan pengertian dan kepercyaan tentang hubungan pula yang akan mempengaruhi hubungan tersebut.

Tabel 4.15

Saling Mementingkan Kepercayaan Dalam menyelesaikan Suatu Konflik

Kepercayaan Frekuensi Persen Tidak Mementingkan Kurang Mementingkan 3 8 6.4 17.0 Mementingkan 26 55.3 Sangat Mementingkan 10 21.3 Total 47 100.0

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa 47 responden atau sebesar 100%, diketahui bahwa 26 responden (55.3%) menyatakan mementingkan kepercayaan dalam menyelesaikan suatu konflik dan 10 responden (21.3%) menyatakan sangat mementingkan kepercayaan dalam menyelesaikam suatu konflik. Dapat dilihat bahwa dalam menyelesaikan suatu konflik sangat memeentingkan rasa kepercayaan satu sama lain, karena apabila tidak adannyan kepercayaan dalam menyelesaikan suatu konflik maka akan sangat berpengaruh terhadap hubungan tersebut kedepannya.

Tabel 4.16

Peranan Pihak Ketiga dalam Menyelesaikan Konflik

Pengaruh Frekuensi Persen Tidak Berpengaruh Kurang Berpengaruh 2 13 4.3 27.7 Berpengaruh 16 34.0 Sangat Berpengaruh 16 34.0 Total 47 100.0

Tabel 4.16 menunjukkan bahwa dari 47 responden, 16 responden (34.0%) menyatakan pihak ketika sangat berpengaruh dalam menyelesaikan konflik, dan 16 responden menyatakan pihak ketiga berpengaruh dalam menyelesaikan konflik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam menyelesaikan suatu konflik, pihak ketiga sangat diperlukan sabagai penengah dalam menyelesaikan suatu konflik yang terjadi. Akan tetapi 13 responden (27.7%) menyatakan pihak ketiga kurang berpengaruh dalam menyelesaikan konflik, hal ini juga menunjukkan bahwa terkadang pihak ketiga tidak selamanya dapat membantu, bahkan apabila hubungan sahabat dengan pihak ketiga lebih baik, maka akan mempengaruhi hubunagan sebelumnya dengan responden, bahkan akan membuat konflik baru.

Tabel 4.17

Pihak Ketiga Memberikan Solusi Yang Baik

Solusi Frekuensi Persen Tidak Membantu Kurang Membantu 4 12 8.5 25.5 Membantu 26 55.3 Sangat Membantu 5 10.6 Total 47 100.0

Tabel 4.17 menunjukkan 26 responden (55.3%) dari 47 responden atau sebesar 100% menyatakan pihak ketiga membantu dalam memberikan solusi konflik yang baik, dan 5 responden (10.6%) menyatakan pihak ketiga sangat membantu dalam memberikan solusi konflik yang baik. Secara umum hal ini menunjukkan bahwa pihak ketida berperan penting dalam memberikan solusi dalam menyelesaikan suatu konflik antar sahabat, hal tersebut menunjukkan tidak dapatnya antara responden dan sahabatnya menyelesaikan sendiri konflik yang terjadi di antara mereka dan lebih mengandalkan bantuan orang lain (pihak ketiga).

Tabel 4.18

Pernah Merasakan Perubahan Sikap Sahabat Anda Terhadap Anda

Perubahan Sikap Frekuensi Persen Tidak Pernah Kurang Pernah 0 5 0 10.6 Pernah 26 55.3 Sangat Pernah 16 34.0 Total 47 100.0

Tabel 4.18 menunjukkan bahwa dari 47 responden atau sebesar 100% diketahui bahwa 26 responden (55.3%) menyatakan pernah merasakan perubahan sikap sahabat terhadap dirinya, dan 16 responden (34.0%) menyatakan sangat pernah merasakan perubahan sikap dari sahabatnya. Hal ini menunjukkan secara umum perilaku individu dalam suatu hubungan akan menghasilkan problem yang serius.

Tabel 4.19

Perasaan Ketika Sikap Sahabat Telah Berubah

Peubahan Sikap Frekuensi Persen Tidak Nyaman Kurang Nyaman 6 23 12.8 48.9 Nyaman 13 27.7 Sangat Nyaman 5 10.6 Total 47 100.0

Tabel 4.19 menunjukkan bahwa dari 47 responden atau sebesar 100% diketahui bahwa 23 responden (48.9%) menyatakan kurang nyaman terhadap sikap sahabat yang telah berubah dan 6 responden (12.8%) menyatakan tidak nyaman.Secara umum hal ini menunjukkan perubahan yang terjadi akibat dari perubahan sahabat tersebut apabila mereka tidak terbiasa dalam perubahan tersebut maka responden dan sahabatnya akan merasa tidak nyaman, akibatnya hubungan yang mereka jalani akan mengalami konflik.

Tabel 4.20

Keluhan Terhadap Sahabat

Keluhan Frekuensi Persen Tidak Pernah Kurang Pernah 1 3 2.1 6.4 Pernah 28 59.6 Sangat Pernah 15 31.9 Total 47 100.0

Tabel 4.20 menunjukkan bahwa dari 47 responden atau sebesar 100% diketahui bahwa 28 responden (59.6%) pernah memiliki keluhan terhadap sahabat dan 15 responden (31.9%) sangat memiliki keluhan terhadap sahabat. Secara umum hal ini menunjukkan bahwa setiap orang bahkan dalam hubungan persahabatan sekalipun pasti memiliki keluhan tersendiri. Akan tetapi kembali kepada diri kita bagaimana menyikapinya.

Tabel 4.21

Memiliki Harapan Yang Tidak Dapat Dikatakan Kepada Sahabat Anda

Harapan Frekuensi Persen Tidak Memiliki Kurang Memiliki 3 2 6.4 4.3 Memiliki 25 53.2 Sangat Memiliki 17 36.2 Total 47 100.0

Tabel 4.21 menunjukkan bahwa dari 47 responden diketahui, bahwa 25 responden (53.2%) memiliki harapan yang tidak dapat dikatakan kepada sahabatnya dan 17 responden (36.2%) sangat memiliki harapan yang tidak dapat dikatakan kepada sahabatnya. Dengan pernyataan ini dapat dilihat bahwa harapan individu dalam suatu hubungan sering kali tidak realistic bagi individu lainnya.

4.2 Pembahasan

Dari penjelasan serta uraian mengenai peranan komunikasi antarpribadi, maka jelas bahwa komunikasi antarpribadi sangat diperlukan untuk menyelesaikan konflik dalam hubungan persahabatan remaja. Berdasarkan jawaban dari responden yang berjumlah 47 orang dapat diketahui bahwa mayoritas siswa dan siswi SMA ST. Thomas 2 Medan mempunyai sahabat.

Peneliti ini juga melihat adanya konflik yang terkadang muncul dalam hubungan persahabatan. Memang setiap hubungan persahabatan tidak selamanya berjalan dengan baik-baik saja,sesekali akan ada konflik yang muncul dalam hubungan tersebut. Di dalam hubungan persahabatan, adanya komitmen yang ditunjukkan dengan cara mengorbankan waktu dan energi mereka untuk menolong sahabat yang membutuhkan. Hubungan antar manusia mungkin tumbuh dan maju, menjadi kuat dan bermakna, tetapi hubungan tersebut mungkin juga mundur dan menyusut, menjadi lemah dan tidak bermakna. Kemunduran hubungan menunjukkan lemahnya ikatan suatu hubungan. Kemunduran hubungan dimulai dengan adanya ketidakpuasan individu pada pasangannya. Dan dikarenakan suatu hubungan tersebut mengalami konflik dan mulai mengalami kemunduran dan proses negosiasi tidak berjalan yang mengakibatkan pola komunikasi diantara mereka berubah. Padahal komunikasi mempengaruhi hubungan, karena komunikasi dan hubungan senantiasa berkaitan.

Masing-masing individu dalam suatu hubungan mempunyai kepercayaan atau cara mereka berfikir tentang suatu hubungan. Perbedaan pengertian dan kepercayaan tentang hubungan akan mempengaruhi hubungan tersebut. Dalam hal ini keterbukaan di dalam menjalani suatu hubungan persahabatan juga diperlukan, di dalam menyampaikan suatu masalah ada dimana titik mereka tidak ingin menyampaikan masalah yang di alaminya, dikarenakan takut dalam menghadapi sikap yang akan diberikan oleh sahabatnya ketika permasalahan tersebut diceritakan. Dalam mencapai komunikasi antarpribadi yang efektif, keterbukaan kepada orang yang di ajak untuk berinteraksi, kesediaan untuk membuka diri, kesediaan untuk menjadi pendengar, kesediaan untuk mengakui

pe.rasaan dan pikiran yang dimiliki dan mempertanggung jawabkannya kepada orang lain sangatlah diperlukan.

Tiap permasalahan akan terjadi seiring berjalannya waktu, disinilah setiap hubungan memerlukan komunikasi terutama komunikasi antarpribadi yang efektif. Agar dapat mencapai suatu komunikasi yang efektif, maka diperlukannya pendekatan diri satu sama lain, untuk membicarakan masalah dengan bersama-sama untuk memecahkan permasalahan yang terjadi. Disini juga terlihat bahwa siswa dan siswi SMA ST Thomas 2 Medan ini saling perduli terhadap sahabatnya. Mereka mampu menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kepedulian dan kebersamaan juga bisa ditunjukkan dengan saling menjaga kepercayaan, kejujuran dan rahasia serta meluangkan waktu untuk mendengarkan keluh kesah dari sahabat. Dengan demikian seorang sahabat mampu berbagi dan saling membantu untuk meringankan masalah tersebut. Salah satu cara mereka untuk dapat mempertahankan sebuah hubungan dengan sahabatnya, yaitu dimana pemberian pengertian dan saling menyediakan waktu untuk berbagi kesedihan dan kebahagiaan bersama.

Di dalam sebuah persahabatan kadang hubungan mengalami kemunduran, salah satunya adalah kurangnya rasa empati. Sikap empati sangat diperlukan karena kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu dari sudut pandang atau kacamata orang lain tersebut, dimana seseorang juga mampu untuk memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan, dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa depan. Disini kita maupun sahabat tidak begitu mudah untuk berdiam diri dan bersikap acuh terhadap apapun. Untuk menjalani sebuah hubungan persahabatan perlu adanya sosialisasi positif serta sikap simpati dan empati untuk meneruskan agar hubungan terjalin dengan baik. Dengan cara berkumpul dan membahas konflik yang terjadi dengan terbuka dan penuh kejujuran, karena itu merupakan salah satu cara untuk memulai menyelesaikan suatu konflik.

Tidak hanya itu, dukungan dan sifat positif juga turut serta berpengaruh dalam menjalin sebuah persahabatan. Dukungan disaat sahabat mendapatkan masalah, dukungan disaat sahabat ingin mencapai sesuatu dapat memabntu menimbulkan semangat yang ada di dalam dirinya untuk tidak menyerah. Serta Komunikasi antar pribadipun akan terbina apabila para remaja memiliki sikap yang positif terhadap diri mereka sendiri, karena orang yang merasa positif dengan diri sendiri akan mengisyaratkan prasaan ini kepada orang lain, yang selanjutnya juga akan merefleksikan perasaan positif ini kepada lawan bicaranya, kemudian sikap positif juga dapat diwujudkan dengan memberikan suatu sikap dorongan dengan menunjukkan sikap menghargai keberadaan, pendapat, dan pentingnya orang lain. Dimana perilaku ini sangat bertentangan dengan sikap ketidak acuhan.

Memiliki kesamaan di dalam banyak hal di dalam persahabatan dapat membantu untuk menerima, mengakui dan menyadari bahwa remaja tersebut dan sahabatnya sama-sama bernilai dan berharga. Karena pada kesamaan, suatu konflik akan lebih dapat dinilai sebagai upaya memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk saling menjatuhkan.

Dapat kita lihat pula, penyebah-penyebab konflik dalam suatu hubungan persahabatan dapat terjadi apabila alasan-alasan untuk membina hubungan telah berkurang. Masing-masing individu dari tiap remaja dalam suatu hubungan persahabatan mempunyai rasa kepercayaan atau cara mereka dalam berfikir tentang suatu hubungan. Sebagian besar siswa menyatakan bahwa sangat mementingkan keterbukaan dan kepercayaan dalam mengatasi suatu konflik yang sedang mereka alami, karena dengan keterbukaan dan kepercayaan tentang hubungan akan mempengaruhi hubungan tersebut.

Suatu hubungan persahabatan, apabila adanya perubahan perilaku yang terjadi didalamnya dapat mempengaruhi hubungan tersebut. Karena perubahan perilaku individu dalam suatu hubungan akan menghasilkan problem yang serius. Apabila mereka tidak terbiasa dengan perubahan tersebut maka mereka akan merasa tidak nyaman, yang berakibat hubungan yang sedang berjalan akan mengalami konflik. Tidak hanya itu Hubungan pihak ketiga dapat menjadi ancaman bagi hubungan persahabatan itu sendiri, apabila pihak ketiga sangat diutamakan dalam membantu untuk menyelesaikan suatu konflik yang terjadi di antara dua orang. Bila cara menanggapi pihak ketiga dan cara untuk membantu menyelesaikan suatu konflik itu salah, maka akan sangat mengancam kelanjutan hubungan persahabatan tersebut, bahkan dapat terjadinya pemilihan untuk mengakhiri hubungan persahabatan tersebut dan memeilih mencari sahabat baru.

Harapan individu yang tidak terkatakan atau tidak diperoleh dari sahabatnya, juga dapat menimbulkan konflik dalam hubungan persahabatan tersebut. Harapan individu dalam suatu hubungan sering kali tidak reakistik bagi individu lainnya. Dikarenakan tidak dapatnya tersampaikan harapan-harapan itu sendiri, muncullah berbagai macam hal-hal yang pada akhirnya akan menimbulkan konflik dalam hubungan persahabatan tersebut.

Dari pembahasan ini tampak jelas bahwa komunikasi khususnya komunikasi antarpribadi penting dalam hubungan persahabatan, tidak hanya persahabatan tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Konflik-konflik yang terjadi pada hubungan persahabatan dapat diatasi atau diselesaikan dengan menerapkan komunikasi antarpribadi yang efektif dan positif.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Komunikasi Antarpribadi di SMA ST. Thomas 2 berjalan dengan lancar, dimana dapat dilihat dari sikap saling menghargai dan memberikan perhatian antara satu dengan yang lain. Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional, dari sebuah hubungan manusia yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Hubungan antarpribadi yang berkelanjutan dan terus menerus akan memberikan semangat, saling merespon tanpa adanya manipulasi, tidak hanya tentang menang atau kalah dalam berargumentasi melainkan tentang pengertian dan penerimaan.

2. Hubungan persahabatan merupakan salah satu jenis dari komunikasi antarpribadi. Hubungan persahabatan di SMA ST. Thomas 2 Medan , dimana para siswa memiliki rasa kebersamaan, memiliki rasa perpasuan emosi dan stabilitas, saling mendukung, saling membantu, ada di saat duka tidak hanya senang, saling menghargai diri masing-masing.

3. Bentuk komunikasi yang banyak dilakukan oleh siswa SMA ST. Thomas 2 Medan untuk menyelesaikan konflik adalah bersikap empati dengan berusaha saling mengerti dan bersikap positif dan terbuka dengan membicarakan bersama dan mendengarkan alasan sahabat.

4. Komunikasi sebagai solusi konflik pada hubungan persahabatan SMA ST. Thomas 2 Medan pada dasarnya sangat berperan dan sudah diterapkan dalam hubungan persahabaatn mereka. Dalam hal ini siswa SMA ST. Thomas 2 Medan telah menerapkan hubungan terbuka sesuai dengan teori Self Disclosure pada bidang

1 (terbuka), sehingga membantu untuk menyelesaikan konflik dalam hubungan persahabatan mereka.

Dokumen terkait