• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data menunjukkan kegiatan penyederhanaan data kedalam susunan tertentu yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2005: 248) menyatakan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, menafsirkannya, memaknai dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman (1994), yaitu terdiri dari 3 hal: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (dalam Pawito, 2007:104).

1). Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilahan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstakan dan transformasi data kasar. Reduksi data melibatkan beberapa langkah, yaitu sebagai berikut:

40   

Universitas Sumatera Utara a. Tahap pertama, melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan dan meringkas data.

Tahap pertama dalam penelitian ini yaitu peneliti terlebih dahulu mengumpulkan episode penuh dari setiap judul sinetron yang menjadi objek penelitian yang tayang pada tanggal 20 Maret hingga 27 Maret 2014 melalui rekaman manual maupun situs youtube yang memuat tayangan tersebut secara lengkap. Selanjutnya peneliti memilih satu episode pada masing-masing judul sinetron yang memuat unsur kekerasan terhadap perempuan yang paling dominan. Pada tahap ini diperoleh satu episode sinetron untuk masing-masing judul sinetron yang menjadi objek penelitian.

b. Tahap kedua, peneliti menyusun kode-kode dan catatan-catatan (memo) mengenai berbagai hal, termasuk yang berhubungan dengan aktivitas serta proses-proses sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok-kelompok, dan pola-pola data. Catatan yang dimaksudkan disini tidak lain adalah gagasan-gagasan atau ungkapan yang mengarah pada teorisasi yang berkenaan dengan data yang ditemui. Catatan mengenai data atau gejala tertentu dapat dibuat sepanjang satu kalimat, satu paragraf, atau mungkin dalam beberapa paragraf.

Tahapan kedua dalam penelitian ini dilakukan peneliti dengan cara menyusun catatan-catatan atau gagasan-gagasan yang berhubungan dengan teorisasi atau masalah yang diteliti. Catatatan berupa bentuk-bentuk kekerasan dan posisi perempuan dalam adegan kekerasan didapatkan melalui analisis yang dilakukan peneliti terhadap satu persatu episode sinetron yang sudah dipilih sebelumnya. Selanjutnya catatan-catatan tersebut disusun dalam beberapa paragraf.

c. Tahap terakhir adalah peneliti menyusun rancangan konsep-konsep (mengupayakan konseptualisasi) serta penjelasan-penjelasan berkenaan dengan tema, pola, atau kelompok-kelompok data yang bersangkutan.

Pada tahap ini peneliti menyusun rancangan konsep-konsep dan memberikan penjelasan tambahan mengenai bentuk-bentuk kekerasan yang paling mendominasi dalam sinetron tersebut, selain itu juga diuraikan

penjelasan mengenai posisi perempuan yang ada dalam episode sinetron tersebut.

Apabila dalam komponen reduksi data ini peneliti mendapatkan data yang sangat sulit untuk diidentifikasi pola serta temanya, atau mungkin kurang relevan untuk tujuan penelitian maka data-data bersangkutan terpaksa harus disimpan (diredusir) dan tidak termasuk yang akan dianalisis. Seperti pada sinetron ABG Jadi Manten episode 19. Karena sinetron ABG Jadi Manten menggambarkan tokoh-tokohnya yang hidup dalam lingkungan budaya Betawi yang kental, sering ditemui adegan dimana tokoh-tokohnya berteriak-teriak atau berbicara dengan nada keras. Dalam hal ini, peneliti tidak mengkategorikan adegan tersebut sebagai bagian yang akan dianalisis.

2). Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data, menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan. Karena dalam penelitian kualitatif, data biasanya terdiri dari beraneka ragam perspektif maka penyajian data pada umumnya diyakini sangat membantu proses analisis. Adapun data yang tersaji pada umumnya berupa kelompok-kelompok atau gugusan-gugusan yang kemudian saling dikait-kaitkan sesuai dengan kerangka teori yang digunakan dalam penelitian. Penyajian data memberi kemungkinan adanya pengambilan tindakan dan penarikan kesimpulan.

Pada tahapan penyajian data, hasil analisis yang didapatkan dikaitkan dengan uraian teoritis yang ada atau dengan kata lain dicari benang merahnya. Bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan yang didapatkan dari analisis sinetron tersebut dikaitkan atau dihubungkan dengan uraian teoritis yang telah disusun sebelumnya, sehingga memungkinkan adanya penarikan kesimpulan.

42   

Universitas Sumatera Utara

3). Penarikan dan Pengujian Kesimpulan (Drawing and Verifying Conclusions)

Pada tahap ini, peneliti mengimplementasikan prinsip induktif dengan

cara mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau kecenderungan dari display data yang telah dibuat. Dengan kata lain, tahap penarikan kesimpulan maksudnya adalah penarikan arti dari reduksi dan penyajian data. Pemberian makna atas kesimpulan ini tentu saja sejauh pemahaman peneliti dan interpretasi peneliti. Terkadang kesimpulan telah tergambar sejak awal, namun kesimpulan final tidak pernah dapat dirumuskan secara memadai tanpa peneliti menyelesaikan analisis seluruh data yang ada. Pada tahap ini peneliti masih harus mengkonfirmasi, mempertajam, atau merevisi kesimpulan-kesimpulan yang telah dibuat untuk sampai pada kesimpulan-kesimpulan final berupa proposisi-proposisi ilmiah mengenai gejala atau realitas yang diteliti.

Kesimpulan yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu berupa gambaran bentuk kekerasan terhadap perempuan dari sinetron yang telah dianalisis dan juga gambaran posisi perempuan dari keseluruhan adegan kekerasan. Selain itu juga disimpulkan beberapa poin penting yang ditarik dari hasil pembahasan.

Gambar 1.2 Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman

Sumber: Pawito, 2007:105 Pengumpulan Data Penyajian Data Penarikan/ Pengujian Kesimpulan Reduksi Data

Peneliti terlebih dahulu memaparkan atau mendeskripsikan satu persatu episode sinetron yang dianalisis. Selanjutnya dianalisis jenis-jenis kekerasan terhadap perempuan yang terdapat dalam sinetron tersebut dan juga akan diteliti bagaimana posisi perempuan yang terdapat dalam sinetron yang dianalisis. Selain itu dalam pembahasan peneliti akan menghubungkan dan menjelaskan hasil analisis dengan teori yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga terdapat “benang merah” pada penelitian ini.

4.1 Hasil

4.1.1 Sinetron Tukang Bubur Naik Haji (TBNH) Episode 1127

Sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1127 tayang pada hari Kamis 20 Maret 2014 di stasiun televisi swasta RCTI. Episode ini melanjutkan cerita dari episode sebelumnya yakni tokoh Kardun yang membawa anak laki-lakinya (Rawun) ke rumahnya tanpa sepengetahuan Neneng (istri keduanya). Kardun mengunci Rawun di kamarnya agar tidak dapat ditemukan Neneng. Kardun sudah lama tinggal terpisah dari Neneng, dan saat ini tinggal bersama istri ketiganya (Eti). Eti adalah istri yang penurut dan tidak berani melawan suami. Ia ingin membebaskan Rawun dari suaminya, namun ia takut akan ancaman dari suaminya yang sangat kasar tersebut.

Ternyata Kino (pegawai Maul) melihat Kardun saat membawa Rawun ke rumahnya dengan paksa. Ia melaporkan apa yang terjadi kepada Maul karena ia tahu bahwa Neneng merupakan teman baik Maul. Saat itu Maul tidak peduli, karena menurutnya Rawun adalah anak Kardun. Jadi tidak mungkin Kardun melakukan hal buruk kepada anaknya sendiri.

Neneng yang menyadari anaknya yang tidak pulang juga dari sekolah sudah mulai cemas. Ia mencari anaknya dan menelepon Maul untuk

44   

Universitas Sumatera Utara disana. Maul mengatakan kepada Neneng bahwa Kino melihat Kardun menggendong Rawun dengan paksa. Neneng pun pergi ke rumah Kardun dan mencari anaknya. Sesampainya di rumah Kardun, Neneng marah dan bertengkar dengan Kardun dihadapan Eti & anak-anak mereka. Neneng bergegas membawa Rawun keluar dari rumah Kardun, namun Kardun mencegahnya dengan menarik dan menutup mulut Neneng secara paksa. Maul dan Kino datang untuk membantu Neneng agar keluar dari rumah Kardun. Maul memarahi Kardun dan berpesan agar Kardun tidak lagi mengganggu kehidupan Neneng dan Rawun.

Episode ini juga mengangkat cerita tentang tokoh H. Muhidin yang kerepotan menghadapi istrinya, Hj. Rumi yang sedang hamil. Diceritakan juga mengenai tokoh Robi yang resign dari perusahaannya. Padahal Robi telah menduduki posisi manajer di perusahaannya. Namun ia memutuskan resign karena mendapatkan tekanan dari atasannya. Karena telah resign, Robi pindah bersama anak & istrinya (Rumana) ke Bantar Kambing dan berencana membuat usaha sendiri yaitu membuka pemancingan yang nantinya akan ia kelola. Selain itu diceritakan juga mengenai Panti Asuhan Kampung Duku yang belum lama dibuka. Panti asuhan tersebut diurus oleh Ustad Abdul Rofar, Nurhasanah, Rumana, Sutoni, Nafisa dan rekan-rekan yang lainnya.

Episode 1127 TBNH yang berdurasi 54 menit banyak menunjukkan adegan kekerasan terhadap perempuan. Peneliti mengidentifikasi beberapa jenis kekerasan yang ada dalam sinetron TBNH. Adegan kekerasan terhadap perempuan yang muncul didominasi oleh tokoh Kardun yang melakukan kekerasan terhadap istrinya. Jenis kekerasan terhadap perempuan yang terdapat dalam episode ini yaitu kekerasan fisik dan psikologis. Namun kekerasan seksual, finansial, dan spiritual tidak ditemukan dalam episode ini.

Kekerasan fisik adalah kekerasan yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban dengan cara memukul, menampar, mencekik, menendang, melempar barang ke tubuh korban, menginjak, melukai dengan tangan kosong atau alat/ senjata, membunuh, serta perbuatan lain yang relevan.

Kekerasan fisik yang terdapat dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji Episode 1127 adalah mendorong korban, menarik korban secara paksa dan menutup mulut korban dengan paksa.

“Kekerasan fisik berupa mendorong korban terdapat dalam

adegan Kardun yang mendorong Neneng dengan kasar agar tidak mendekati anak mereka (Rawun). Sedangkan kekerasan fisik berupa menarik korbandengan paksa dan menutup mulut korban dengan paksa terdapat pada saat Maul datang ke rumah Kardun untuk menolong Neneng dan Rawun. Namun, Kardun menarik Neneng secara paksa dan menutup mulutnya agar tidak berbicara.”

Kekerasan psikologis adalah kekerasan yang dilakukan oleh pelaku

terhadap mental korban dengan cara berteriak-teriak, menyumpah, mengancam, merendahkan, mengatur, melecehkan, menguntit dan memata-matai, tindakan-tindakan lain yang menimbulkan rasa takut (termasuk yang diarahkan kepada orang-orang dekat korban, misalnya keluarga, anak, suami, teman dekat, dll).

Kekerasan psikologis yang terdapat dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 1127 adalah berteriak-teriak, menyumpah, mengancam, dan merendahkan.

 Kekerasan psikologis berupa merendahkan atau menjelek-jelekkan

terdapat dalam adegan:

“Saat Kardun membawa Rawun, yang merupakan anak dari istri keduanya (Neneng) ke rumahnya tanpa sepengetahuan Neneng. Kardun merendahkan dan menjelek-jelekkan Neneng di hadapan anak mereka dengan mengatakan Neneng itu miskin, banyak tingkah (belagu), dan tidak beres (pe’a)”.

Kardun : “emak lu itu miskin. Udah miskin, belagu, pe’a lagi!”.

 Kekerasan psikologis berupa berteriak-teriak, mengatur, menyumpah

dan mengancam banyak terdapat dalam episode 1127. Adegan-adegan tersebut adalah sebagai berikut:

- “Adegan Kardun membawa Rawun ke rumahnya tanpa

sepengetahuan Neneng. Saat itu Rawun memohon agar ia dapat pulang. Namun Kardun tidak memperbolehkannya. Rawun dan kedua kakak tirinya mengatakan kalau mereka tidak bangga kepada

Ayahnya. Kardun pun berteriak-teriak dan marah, terutama kepada 2

46   

Universitas Sumatera Utara Kardun : “Dasar anak kurang ajar lo! Ni pasti nih, semuanya

didikannya si Neneng. Makanya udah berani ngelawan orangtuanya...”

- “Adegan pada saat anak perempuan Kardun mengatakan kepada

Kardun agar lebih baik memulangkan Rawun kepada ibunya. Kardun berteriak-teriak dan menyuruh/mengatur anaknya agar diam dan masuk ke kamar”.

Anak perempuan Kardun : “Bener tuh be, ntar nyak Neneng bingung nyariin si Raul”

Kardun : “Udah diem lu! Jangan banyak omong!

Ini urusan gue ama ni anak. Jangan pada banyak ngomong! ...

Sekarang lu berdua masuk kamar! Masuk dan gak boleh keluar! Cepetan Noh! Masuk!!”

- “Adegan pada saat Kardun mengunci anaknya di kamar. Kardun

mendapat protes dari Eti (istri ketiganya). Karena Eti protes, Kardun berteriak-teriak sambil membentak dan mengancam Eti agar tidak mengeluarkan Rawun dari kamar”.

Kardun : “Lu jangan sekali-kali bukain ni kamar. Apalagi kalau si Neneng datang, jangan lu bilang Rawun ada di dalam. Ingat itu!... Awas lu, macam-macam!”

- “Adegan pada saat Eti mencoba masuk ke dalam kamar Kardun

untuk melihat keadaan Rawun, Kardun berteriak-teriak kepada Eti

dan mengusir istrinya keluar dari kamar. Kardun mengancam istrinya,

apabila istrinya tidak keluar dari kamar, ia akan melemparnya dengan sandal”.

Kardun: “Udah, pergi sana! Atau gua lempar pakai sandal lu!...”

- “Adegan dimana Kardun berteriak-teriak dan menyumpahi dua

anak perempuannya karena anak perempuannya membela ibu tiri mereka agar memberikan Rawun pada Neneng”.

Kardun : “Anak durhaka! Bukannya belain gue... Mau jadi anak

durhaka lu! Pada masuk neraka lu semua ngelawan gue!”

- “Adegan pada saat Neneng dan Rawun mencoba untuk keluar dari

rumah Kardun. Namun Kardun mencegahnya dan mengancam

Neneng dan Rawun agar tidak keluar dari rumahnya”.

Kardun: “Lu kagak bisa kabur dari gue... yang jelas lu berdua kagak boleh keluar. Kalo lu keluar, gue tegep lu kayak nangkap ayam!”

Setelah peneliti melakukan identifikasi terhadap jenis kekerasan yang terdapat dalam sinetron tersebut, selanjutnya peneliti mencoba untuk memaparkan gambaran posisi perempuan dalam episode sinetron tersebut. Posisi perempuan yang terdapat pada sinetron TBNH episode 1127 adalah perempuan sebagai korban dengan laki-laki sebagai pelaku. Korban dari kekerasan dalam episode ini adalah Neneng, Eti, dan dua anak perempuan Kardun dari perkawinannya dengan Eti. Mereka mendapatkan perilaku kasar dan tidak pantas dari Kardun yang melakukan kekerasan fisik dan psikologis kepada mereka.

4.1.2 Sinetron Pashmina Aisha Episode 22 & 23

Sinetron Pashmina Aisha episode 22 & 23 ditayangkan secara sekaligus pada 26 Maret 2014 di stasiun televisi swasta RCTI. Dalam penayangannya, tidak ada dipisahkan antara episode 22 dan episode 23. Oleh sebab itu, peneliti mengambil dua episode sekaligus sinetron Pashmina Aisha untuk dianalisis.

Episode kali ini mengawali cerita dari Reyhan yang curiga dengan Aisha karena berperilaku tidak seperti Aisha yang ia kenal. Ia meragukan Aisha yang saat ini bukanlah Aisha yang sebenarnya, melainkan Pashmina (saudara kembar Aisha) yang menyamar menjadi Aisha. Namun kecurigaannya tidak berlanjut karena dialihkan oleh Pasmina (yang saat itu menyamar sebagai Aisha) yang menceritakan bahwa penyebab kejadian sebelumnya saat ia jatuh dari tangga adalah karena ibu Reyhan sendiri.

Disisi lain, Rajasa mengusulkan untuk segera mengadakan pesta

pertunangan anaknya (Juna) dengan Aisha. Saat Juna mengatakan mengenai pertunangan tersebut kepada Aisha, Pashmina (yang saat itu menyamar sebagai Aisha) kurang setuju karena ia tahu bahwa Juna menyukai Aisha, dan bukan dirinya. Hanya saja Juna tidak tahu bahwa Aisha saat ini bukanlah Aisha yang sebenarnya, melainkan Pashmina yang menyamar sebagai Aisha. Pashmina menyukai Juna, namun ia khawatir jika Juna tahu kalau ia bukanlah Aisha yang sebenarnya, Juna akan meninggalkannya. Ternyata seiring

48   

Universitas Sumatera Utara berjalannya waktu, Juna pun semakin curiga dan bingung melihat perubahan sifat Aisha. Menurutnya, Aisha yang saat ini sangat berbeda dengan Aisha yang dulu ia kenal. Ia pernah merasa bahwa Aisha itu kembar, namun kecurigaannya tidak terbukti.

Episode ini juga menceritakan bagaimana Dinar berusaha untuk membunuh Sony yang saat itu sedang dirawat dirumah sakit. Dinar tidak ingin hubungan Sony dan Juwita terbongkar dan diketahui oleh Rajasa karena ia khawatir jika terbongkar, ia dan anaknya (Reyhan) tidak mendapatkan warisan keluarga Rajasa. Saat Sony bertemu dengan Juwita di rumah sakit, ibu Sony (Risma) mendengar percakapan mereka mengenai anak yang saat ini dikandung Juwita yang kemungkinan merupakan anak Sony. Sejak saat itu sikap Risma berubah menjadi sangat perhatian terhadap Juwita yang membuat semua orang curiga.

Saat Reyhan dirumah, ia mendapatkan informasi dimana Aisha yang asli berada dari Dinda (anaknya). Reyhan pun pergi ke apartemen yang diberitahu oleh Dinda. Ternyata semua kecurigaan Reyhan terbukti saat ia melihat kedua saudara kembar yang saling menyamar tersebut di parkiran apartemen Aisha.

Acara pertunangan Juna dan Aisha pun digelar. Saat Aisha akan keluar dari ruang rias, ia mendapat kiriman paket CD berupa rekaman antara percakapan antara Aisha (yang sebenarnya) dengan Juna. Dalam rekaman tersebut Juna mengatakan bahwa ia sangat menyukai Aisha yang lemah lembut seperti yang saat itu Juna lihat. Sifat itu sangat berbeda dengan sifat Pashmina. Rekaman tersebut semakin membuat Pashmina (yang saat ini sedang menyamar menjadi Aisha) meragukan pertunangannya. Aisha pun membatalkan pertunangannya dengan Juna dan pergi ke taman yang berada di sekitar rumah.

Di taman ia bertemu dengan Sony. Sony pun memenangkan pikiran Pashmina yang saat itu sedang kacau. Namun pada saat itu Juna dan Reyhan melihat Aisha (merupakan Pashmina yang menyamar sebagai Aisha) berpelukan dengan Sony, dan membuat Juna sangat marah. Sama halnya

dengan Juna & Reyhan, Juwita juga melihat mereka berdua bersama di taman, saat itu Juwita sangat marah dan menampar pipi Pashmina.

Episode ini diceritakan juga bagaimana Pashmina pindah dari rumah keluarga Rajasa setelah pertunangan dibatalkan, selain itu juga ditunjukkan mengenai perasaan Wira yang selama ini menyukai Pashmina secara diam-diam, bagaimana Dinar yang menghalalkan segala cara agar anaknya masuk dalam daftar warisan harta Rajasa, bagaimana Risma terus-menerus mendatangi rumah Rajasa setelah ia mengetahui hubungan antara anaknya dengan Juwita, dan Reyhan yang berusaha mengajak Pashmina agar kembali tinggal ke rumah Rajasa.

Sinetron Pashmina Aisha episode 22 & 23 memiliki durasi 1 jam 29 menit. Dalam episode ini peneliti menemukan beberapa adegan kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan tersebut berupa kekerasan fisik dan psikologis. Kekerasan seksual, finansial dan spiritual tidak ditemukan dalam episode ini.

Kekerasan fisik adalah kekerasan yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban dengan cara memukul, menampar, mencekik, menendang, melempar barang ke tubuh korban, menginjak, melukai dengan tangan kosong atau alat/ senjata, membunuh, serta perbuatan lain yang relevan.

Kekerasan fisik terhadap perempuan yang ada di dalam sinetron Pashmina Aisha episode 22 & 23 berbentuk menampar korban dan menarik korban secara paksa.

“Kekerasan fisik berupa menampar korban terdapat pada adegan

saat Juwita menampar Pashmina (yang saat itu menyamar sebagai Aisha) karena Pashmina membatalkan pertunangannya dengan Juna. Selain itu, Juwita juga mendapati Pashmina sedang berduaan dengan

Sony. Kekerasan fisik berupa menarik korban dengan paksa

terdapat dalam adegan Reyhan yang masuk ke apartemen Pashmina dan menarik tangan Pashmina dengan paksa agar Pashmina mau kembali kepada Juna dan tinggal di rumah Rajasa”.

Kekerasan psikologis adalah kekerasan yang dilakukan oleh pelaku terhadap mental korban dengan cara berteriak-teriak, menyumpah, mengancam, merendahkan, mengatur, melecehkan, menguntit dan

memata-50   

Universitas Sumatera Utara matai, tindakan-tindakan lain yang menimbulkan rasa takut (termasuk yang diarahkan kepada orang-orang dekat korban, misalnya keluarga, anak, suami, teman dekat, dll).

Kekerasan psikologis terhadap perempuan yang terdapat dalam sinetron Pashmina Aisha episode 22 & 23 berbentuk mengancam dan memata-matai (mencari tahu). Adegannya adalah sebagai berikut:

- “Pashmina yang mengancam dan mencoba untuk memata-matai

(mencari tahu) siapa Ayah sebenarnya dari bayi yang dikandung Juwita”.

Pashmina: ”Dari dulu aku sudah curiga kalau bayi yang kamu

kandung itu adalah bayi Sony... Aku akan mencari tahu sendiri siapa ayah dari bayi itu...”

- “Saat Dinar memata-matai dan mendengarkan perbincangan

antara Juwita dan ayahnya (Rajasa) mengenai daftar warisan Rajasa”.

Setelah peneliti melakukan identifikasi terhadap jenis kekerasan terhadap perempuan dalam sinetron tersebut, selanjutnya peneliti akan

menggambarkan posisi perempuan dalam episode ini. Posisi perempuan

yang terdapat dalam episode 22 & 23 sinetron Pashmina Aisha adalah sebagai korban dan pelaku. Perempuan ditunjukkan sebagai pelaku yang melakukan kekerasan terhadap tokoh lain, dan perempuan juga sebagai korban yang mengalami penderitaan karena tindak kekerasan.

Episode ini juga menemukan bahwa selain laki-laki yang melakukan kekerasan fisik terhadap perempuan (yang ditemui dalam adegan Reyhan yang menarik tangan Pashmina dengan paksa), perempuan juga ditunjukkan sebagai pelaku kekerasan yang melakukan kekerasan terhadap tokoh perempuan lain berupa kekerasan fisik (menampar) dan psikologis (mengancam dan memata-matai), yaitu dalam adegan Juwita yang menampar Pashmina, Pashmina yang mengancam Juwita, dan Dinar yang memata-matai perbincangan antara Juwita & Rajasa.

4.1.3 Sinetron Ayah Mengapa Aku Berbeda? Episode 5

Sinetron Ayah Mengapa Aku Berbeda? episode 5 berdurasi 50 menit ditayangkan pada hari Sabtu 22 Maret 2014 di stasiun televisi swasta RCTI. Episode kali ini mengisahkan tentang Angel dan keluarganya yang pindah ke rumah baru mereka. Secara kebetulan, rumah baru mereka berada di komplek yang sama dengan rumah keluarga Ferly. Hal tersebut membuat ibu Ferly (Vira) merasa senang karena ia berharap dapat mengurangi rasa bersalahnya atas kematian ibu Angel nantinya. Namun Lola, anak perempuannya tidak merasakan hal yang sama, karena ia sangat anti dengan Angel dan menganggap Angel sebagai musuhnya.

Martin (ayah Angel) yang memiliki toko roti mengalami kesulitan karena oven mereka rusak dan perlu diganti. Namun, sisa uang yang dimilikinya tidak cukup untuk membeli oven yang baru. Angel pun berusaha

Dokumen terkait