• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

6. Teknik Analisis Data

Data – data yang terkumpul, kemudian diklasifikasikan menjadi dua, yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka – angka dan data kualitatif berupa kata – kata atau simbol, untuk selanjutnya dilakukan content analysis (riset dokumen), karena pengumpulan data dan informasi akan dilakukan melalui pengujian arsip dan dokumen.

Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa. Analisis ini biasanya digunakan pada penelitian kualitatif. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi.

Ada beberapa definisi mengenai analisis isi. Analisis isi secara umum diartikan sebagai metode yang meliputi semua analisis menganai isi teks, tetapi di sisi lain analisis isi juga digunakan untuk mendeskripsikan pendekatan analisis yang khusus. Menurut Holsti, metode analisis isi adalah suatu teknik untuk mengambil kesimpulan dengan mengidentifikasi berbagai karakteristik khusus suatu pesan secara objektif, sistematis, dan generalis.

Objektif berarti menurut aturan atau prosedur yang apabila dilaksanakan oleh orang (peneliti) lain dapat menghasilkan kesimpulan yang serupa. Sistematis artinya penetapan isi atau kategori dilakukan menurut aturan yang diterapkan secara konsisten, meliputi penjaminan seleksi dan pengkodingan data agar tidak bias. Generalis artinya penemuan harus memiliki referensi teoritis. Informasi

yang didapat dari analisis isi dapat dihubungkan dengan atribut lain dari dokumen dan mempunyai relevansi teoritis yang tinggi. Definisi lain dari analisis isi yang sering digunakan adalah research technique for the objective, systematic and quantitative description of the manifest content of communication.

Analisis isi harus dibedakan dengan berbagai metode penelitian lain di dalam penelitian tentang pesan, yang sifatnya meneliti pesan yang latent (tersembunyi), kualitatif dan prosedurnya berbeda. Denis McQuail membuat dikotomi dalam riset analisis isi media yang terdiri dari dua tipe, yaitu message content analysis dan structural analysis of texts. Analisis isi yang termasuk di dalam message content analysis memiliki karakter sebagai berikut, quantitative, fragmentary, systematic, generalizing, extensive, manifest meaning, dan objective. Sementara itu, structural analysis of texts, dimana semiotika termasuk di dalamnya, memiliki karakter sebagai berikut, qualitative, holistic, selective, illustrative, specific, latent meaning, dan relative to reader.

Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi, baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan- bahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat menggunakan analisis isi sebagai teknik/metode penelitian. Holsti menunjukkan tiga bidang yang banyak mempergunakan analisis isi, yang besarnya hampir 75% dari keseluruhan studi empirik, yaitu penelitian sosioantropologis (27,7 persen), komunikasi umum (25,9%), dan ilmu politik (21,5%). Namun, analisis isi tidak

dapat diberlakukan pada semua penelitian sosial. Analisis isi dapat dipergunakan jika memiliki syarat berikut.

a. Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang terdokumentasi (buku, surat kabar, pita rekaman, naskah/manuscript).

b. Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang menerangkan tentang dan sebagai metode pendekatan terhadap data tersebut.

c. Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahan bahan/data-data yang dikumpulkannya karena sebagian dokumentasi tersebut bersifat sangat khas/spesifik.

Beberapa pembedaan antara analisis isi dengan metode penelitian yang lain:

1. Analisis isi adalah sebuah metode yang tak mencolok (unobtrusive). Pemanggilan kembali informasi, pembuatan model (modelling), pemanfaatan catatan statistik, dan dalam kadar tertentu, etno- metodologi, punya andil dalam teknik penelitian yang non-reaktif atau tak mencolok ini.

2. Analisis isi menerima bahan yang tidak terstruktur karena lebih leluasa memanfaatkan bahan tersebut dan ada sedikit kebebasan untuk mengolahnya dengan memanggil beberapa informasi.

3. Analisis isi peka konteks sehingga dapat memproses bentuk-bentuk simbolik.

4. Analisis isi dapat menghadapi sejumlah besar data.

Metode content analysis merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi. Dalam hal ini, content analysis mencakup klasifikasi tanda- tanda yang dipakai dalam komunikasi, menggunakan kriteria sebagai dasar klasifikasi, dan menggunakan teknik analisis tertentu sebagai pembuat prediksi. Deskripsi yang diberikan para ahli sejak Janis (1949), Berelson (1952) sampai Lindzey dan Aronson (1968) yang dikutip Albert Widjaya dalam desertasinya (1982) tentang content analysis menampilkan tiga syarat, yaitu: objektivitas, dengan menggunakan prosedur serta aturan ilmiah, generalitas, dari setiap penemuan studi mempunyai relevansi teoritis tertentu dan sistematis, seluruh proses penelitian sistematis dalam kategorisasi data.

Sumber data yang dapat digunakan dalam analisis isi pun beragam. Pada prinsipnya, apapun yang tertulis dapat dijadikan sebagai data dan dapat diteliti dalam analisis isi. Sumber data yang utama adalah media massa, dapat pula coretan-coretan di dinding. Analisis isi juga dapat dilakukan dengan menghitung frekuensi pada level kata atau kalimat.

Tahapan dalam content analysis adalah sebagai berikut.3

3

1. Unitizing (pengunitan), adalah upaya untuk mengambil data yang tepat untuk kepentingan penelitian. Data-data tersebut seperti laporan keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga, PSAK 101, buku-buku referensi, berita, data-data dari internet serta data wawancara .

2. Sampling (penyamplingan), adalah mencari sampel yang dapat digunakan dalam mendukung penelitian. Dalam hal ini berupa kutipan-kutipan ataupun contoh-contoh.

3. Reducing (pengurangan) adalah penyederhanaan dari unit-unit yang telah diperoleh, sehingga data yang didapat lebih efisien. Dalam hal ini unit berfokus pada laporan keuangan asuransi syariah.

4. Abductively inferring adalah melakukan penarikan kesimpulan melalui analisa yang lebih jauh, sehingga dapat timbul makna yang lebih luas, sebab-akibat serta arahan atau acuan.

5. Naratting (penarasian) adalah merupakan tahapan akhir yakni upaya dalam menjawab hasil dari penelitian yang telah dilakukan.

Setelah semua data terkumpul dan telah dilakukan content analysis, maka penulis melanjutkan tahap analisis dengan menggunakan metode deskriptif analysis. Pada tahap ini, data dideskripsikan dan dianalisis sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran – kebenaran yang dapat digunakan untuk menjawab persoalan dalam penelitian ini. Data yang digunakan adalah Laporan Keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga pada tahun 2011 - 2012.

Dokumen terkait