• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dari keeempat hadis tentang amalan yang paling utama, hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim berstatus Shahih.

Sedangkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad berstatus Dhaif.

2. Dari keempat hadis diatas dipahami bahwa Nabi sering memberikan jawaban yang berbeda-beda kepada orang yang bertanya tentang amal yang paling baik. Para ulama mengatakan bahwa hal itu disebabkan perbedaan kondisi para penanya. Maka Nabi menjawab sesuai dengan apa yang mereka butuhkan atau apa yang mereka senangi, atau apa yang sesuai dengan keadaan mereka. Atau juga perbedaan itu karena perbedaan waktu, di mana perbuatan tertentu pada suatu saat lebih utama daripada perbuatan yang lain. Pada permulaan Islam, jihad merupakan perbuatan yang paling utama.

Dalam nash-nash lain dijelaskan bahwa salat lebih utama daripada sedekah. Namun di saat banyak terjadi kelaparan yang melanda masyarakat, maka sedekah lebih utama. Berdasarkan analisa terhadap hadis-hadis tersebut, maka dapat dipahami bahwa dibutuhkan sikap yang arif dan bijak dalam menyikapi pertanyaan yang diajukan oleh orang lain. Seseorang yang diajukan pertanyaan kepadanya, harus memperhatikan berbagai aspek yang menyertai keadaan pada saat pertanyaan itu diajukan, Baik itu aspek waktu, situasi dan kondisi, serta keadaan orang yang bertanya dan lain sebagainya. Hal itu tentunya ditujukan demi tercapainya kemaslahatan tanpa ada keinginan ataupun niat untuk merekayasa jawaban demi kepentingan pribadi.

70

B. Saran

Dari rangkaian pembahasan yang telah disusun dari awal hingga akhir, ada beberapa saran yang diharapkan guna mengevaluasi penelitian ini. Diantara saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Karna hadis tentang amalan yang baik ini berstatus shahih maka seharusnya kita amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

2. Marilah kita laksanakan amal itu sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. Dan dibutuhkan sikap yang arif dan bijak dalam menyikapi pertanyaan yang diajukan oleh orang lain. Seseorang yang diajukan pertanyaan kepadanya, harus memperhatikan berbagai aspek yang menyertai keadaan pada saat pertanyaan itu diajukan, Baik itu aspek waktu, situasi dan kondisi, serta keadaan orang yang bertanya dan lain sebagainya. Hal itu tentunya ditujukan demi tercapainya kemaslahatan tanpa ada keinginan ataupun niat untuk merekayasa jawaban demi kepentingan pribadi.

Jika terdapat adanya kesalahan dalam penulisan skripsi ini, penulis memohonkan kritik dan saran dari pembaca agar tulisan ini bisa lebih baik lagi dan sempurna untuk dibaca oleh khalayak ramai.

Dan juga penulis berharap dengan adanya skripsi ini dapat menambah wawasan pembaca dan juga bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahua.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. A.-Q. (2005). Pengantar Studi Ilmu Hadis. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Ad-Damsyiqi, I. H.-H.-H. (n.d.). Asbabul Wurud. Jakarta: Kalam Mulia.

Ad-Darimi, '. b. (2013). Al-Musnad Al-Jami'. Beirut: Dar Al-Bashar.

Al-Asqalani, A. b. (2004). Fath al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari. Kairo: Dar Al-Hadis.

Asqalani, I. H. (1978). Kitab Ishabah fi Tamyiz Shahabah. Beirut: Dar al-Fikr.

Al-Asqalani, I. H. (n.d.). Tahdzib At-Tahdzib. Muassasah Ar-Risalah.

Al-Baihaqi, A. B. (2003). Al-Jami' li Syu'abi al-Iman. Riyadh: Maktabah Ar-Rusyd.

al-Bukhari, A. '. (1423 H). Shahih Bukhari. Beirut: Dar ibn Katsir.

Khatib, M. '. (1414 H/1993 M). Sunnah Qabla Tadwin. Beirut: Dar Al-Fikr.

Al-Mizzi. (1996). Tahzib Al-Kamal Fi Asma' Rijal. Beirut: Muassasah Ar-Risalah.

Al-Qardhawi, Y. (1994). Kaifa Nata'amal ma'a Al-Sunnah Al-Nabawiyah. Mesir:

Dar Al-Wafa'.

Al-Qardhawi, Y. (1997). Bagaimana Memahami Hadis Nabi SAW. Bandung:

Karisma.

Qasimi, M. J.-D. (1979). Qawa'id Tahdits min Funun Musthalah al-Hadits. Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah.

al-Sayuthi, J. a.-D. (1993). Tadrib Al-Rawi fi Syarh Tadrib Al-Nawawi, Ed. Irfan Asysyahasunnah. Beirut: Dar Al-Fikr.

Al-Shalah, I. (1972). Ulum Al-Hadits. Ed Nur al-Din 'Atar. Madinah: Maktabat al-'Ilmiyyah.

Al-Utsaimin, M. b. (2014). Syarah Shahih Bukhari. Jakarta: Darus Sunnah.

An-Naisaburi, M. b. (2007). Shahih Muslim. Riyadh: Dar Thayyibah.

An-Nawawi. (2015). Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim bin Hajjaj Terj. Jakarta:

Darus Sunnah.

Anwar, R. (2022). Temporalitas Hadis Dalam Buku Hadis Nabi Yang Tekstual dan Kontekstual. Skripsi , 39-43.

At-Thahan, M. (1979). Taisir Musthalah Hadits. Beirut: Dar Qur'an Al-Karim.

Aw, L. C. (2011, Desember). Memahami Makna Hadis Secara Tekstual dan Kontekstual. Ulumuna, 391.

Bukhari. (1981 M). Shahih Al-Bukhari. Beirut: Dar Al-Fikr.

Darussalam, A. (2020). Pendekatan Psikologi Dalam Studi Hadis. Al-Fikr, 1.

Dirgagunarsa, S. (1983). Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara.

Firad Wijaya, A. A. (n.d.). Pendekatan Tekstual dan Kontekstual. 39-40.

Gerungan. (1998). Psikologi Sosial. Bandung: Eresko.

Hadi, U. (2022). Rekontruksi Pemikiran Hermeneutika Hadis Syuhdi Isma'il.

Studi Al-Qur'an-Hadis dan Pemikiran Islam, 1-24.

hanbal, A. b. (2013). Musnad Ahmad bin hanbal. Riyadh: Maktabah Darussalam.

Harahap, N. (2020). Penelitian Kualitatif. Sumatera Utara: Wal ashri Publishing.

Haris, I. D. (2022). Memahami Hadis Nabi Muhammad SAW Secara Tekstual dan Kontekstual. Pemikiran, Pendidikan dan Penelitian Ke-Islaman, 48-60.

Idir, Malik, A. J., Nawawi, M., & Syamsuddin. (2018). Studi Hadis. Surabaya:

UIN Sunan Ampel.

Ismail, S. (1991). Pengantar Ilmu Hadits. Bandung: Angkasa.

Karnedi, R. (2015). Metode Pemahaman Hadis(Aplikasi Pemahaman Tekstual dan Kontekstual). Bengkulu: IAIN Bengkulu Press.

Khodori, M. (n.d.). Perlunya Memahami Hadis Secara Tekstual dan Kontekstual Untuk Mendapatkan pemahaman yang Moderat 'Ala Madhab Ahlisunnah Wal Jama'ah. 3.

Khon, A. M. (2014). Takhrij & Metode Memahami Hadis. Jakarta: AMZAH.

Khon, A. M. (2018). Studi Hadis. Jakarta: AMZAH.

Ma'luf, A. L. (1986). Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A'lam. Beirut: al-Maktabah as-Syarqiyyah.

Munawwir, A. W. (1997). Al-Munawwir: Kamus Arab Indonesia. Surabaya:

Pustaka Progresif.

Munir M, E. H. (2009). Metode Dakwah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Nata, A. (1997). Filsafat Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Nata, A. (2010). Metode Studi Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

Rahmadi. (2011). Pengantar Metodologi Penelitian. Banjarmasin: Antasari Press.

Saputra, M. R. (2019). Memahami Hadis Nabi Secara Intertekstual. Ushuluddin Adab dan Dakwah, 1-12.

Sarwono, S. W. (1982). PengantarUmum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.

Shamad, A. (2016, January). Berbagai Pendekatan Dalam Memahami Hadis. Al-Mu'shirah, 34-35.

Sugiono. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Suryadi. (2008). Metode Kontenporer Memahami Hadis Nabi. Yogyakarta: Teras.

Terj., A. J.-Q. (2012). Syarah 77 Cabang Iman Imam Al-Baihaqi. Bekasi : PT Darul Falah.

Wazna, R. (2020). Konsep Al-As'ilah wa Al-Ajwibah(Tanya-jawab): Telaah Hadis Dalam Kitab Al-Jami' Al-Shahih. Kajian Hadis dan Integritas Ilmu , 21.

Yuslem, N. (2001). Ulumul Hadis. t.tt: PT Mutiara Sumber Widya.

(n.d.). Retrieved Mei 2022, from https://carihadis.com/Muwatho_Malik/1395 (n.d.). Retrieved Mei 19, from https://kbbi.lektur.id/pendekatan

https://www.ziyad.web.id/2014/09/resensi-kitab-kaifa-nataammal-maa-as_29.html

Dokumen terkait