BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.5 Teknik Analisis Data
Hasil karangan narasi siswa kemudian dianalisis. Adapun tahap-tahap meng-analisis hasil karangan narasi siswa sebagai berikut:
1. Setiap hasil karangan siswa diberi nomor dari 1-48 untuk SD Negeri 1 Patoman dan 1-18 untuk SD Negeri 2 Patoman.
2. Hasil karangan siswa dibaca.
3. Kesalahan kalimat siswa diidentifikasikan ke dalam jenis-jenis kesalahan kalimat, yaitu kesalahan predikat (KP), subjek (KS), objek (KO), pelengkap (KPel), dan keterangan (KKet).
4. Frekuensi kesalahan siswa dihitung sesuai jenis-jenis kesalahan struktur kalimatnya.
5. Jenis-jenis kesalahan kalimat diurutkan mulai dari jumlah kesalahan kalimat yang tinggi ke yang rendah.
6. Sebab-sebab kesalahan kalimat yang dilakukan oleh siswa dideskripsikan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data Kesalahan Kalimat
Berdasarkan langkah-langkah penelitian pada bab III akan disajikan data tentang kesalahan berbahasa bidang sintaksis, khususnya struktur kalimat. Selain itu akan dideskripsikan pula sebab-sebab kesalahan kalimat yang dilakukan siswa melalui hasil angket dan wawancara.
Ada 3 macam data yang terkumpul. Pertama, data kesalahan kalimat yang terdapat di dalam 66 buah karangan narasi. Kedua, data hasil angket yang telah di-kerjakan oleh siswa. Hasil angket yang diperoleh berjumlah 66 buah. Ketiga, data hasil wawancara dengan guru bidang studi bahasa Indonesia. Data hasil angket dan wawancara akan disajikan pada lembar lampiran. Data hasil angket dan wawancara berguna untuk mengetahui sebab-sebab kesalahan siswa dalam mem-buat kalimat.
Dari 66 karangan, yang diteliti hanya 61 karangan karena ada 5 karangan yang tidak memenuhi kriteria dan untuk data angket, peneliti akan meneliti data secara keseluruhan dengan jumlah 66 angket. Untuk kesalahan kalimat ditemukan sebanyak 342 kesalahan. Jenis kesalahan itu meliputi: (1) kesalahan subjek ada 108, (2) kesalahan predikat ada 95 kesalahan, (3) kesalahan subjek dan predikat ada 9 kesalahan, (4) kesalahan objek ada 39 kesalahan, (5) kesalahan pelengkap ada 15 kesalahan, dan (6) kesalahan keterangan ada 76 kesalahan.
35
Berikut ini disajikan jumlah kalimat masing-masing siswa dan kesalahannya.
Tabel 1.
Jumlah Kalimat dan Kesalahan Siswa Kelas VI SDN 1 Patoman
No Nomor
Tabel 2.
Jumlah Kalimat dan Kesalahan Siswa Kelas VI SDN 2 Patoman
No Nomor
Untuk menjawab rumusan masalah tentang jenis-jenis kesalahan yang telah dikemukakan pada Bab I, kesalahan kalimat dianalisis berdasarkan kelengkapan unsur-unsur pengisi kalimat. Dalam sebuah kalimat, unsur-unsur pengisi kalimat harus ada subjek dan predikat.
Setelah diadakan analisis data, ditemukan kesalahan unsur kalimat pada karangan narasi siswa kelas VI SDN 1 Patoman sebanyak 260 kesalahan dan
siswa kelas VI SDN 2 Patoman sebanyak 82 kesalahan. Gambaran lengkap mengenai kesalahan-kesalahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.
Persebaran Kesalahan Struktur Kalimat Siswa SDN 1 dan 2 Patoman No Jenis Kesalahan Jumlah Kesalahan
1 Subjek 108
2 Predikat 95
3 Subjek dan Predikat 9
4 Objek 39
5 Pelengkap 15
6 Keterangan 70
Jumlah 342
4.2.1 Kesalahan Struktur Kalimat Siswa SDN 1 dan 2 Patoman
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kesalahan struktur kalimat pada karangan narasi siswa kelas VI SDN 1 dan 2 Patoman Kabupaten Tanggamus Lampung Tahun Ajaran 2006/2007 sebanyak 342 kesalahan. Berikut disajikan jenis dan jumlah kesalahan siswa SDN 1 dan 2 Patoman.
Jumlah Kesalahan Unsur Kalimat
Tabel 5.
Kesalahan Struktur Kalimat Siswa Kelas VI SDN 2 Patoman Jumlah Kesalahan Unsur Kalimat
No Nomor
Berikut disajikan delapan contoh yang mewakili kesalahan struktur kalimat siswa SDN 1 Patoman.
(1) Dan badai besar menyambar kapal Malin Kundang. (K44) (2) Anak raja yang bernama Azizah. (K39)
(3) Sehingga tidak sempat minta izin pada ibunya. (K38) (4) Meskipun ibu sudah tua dan sakit-sakitan. (K10)
(5) Ketika ada kesempatan Malin Kundang pun melumpuhkan satu-persatu. (K42)
(6) Akhirnya Malin Kundang ikut pada mereka. (K5)
(7) Tak lama kemudian Malin memutuskan nahkoda untuk berlayar.
(K31)
(8) Dan akhirnya Malin Kundang bekerja menjadi nahkoda. (K39) Kalimat (1) merupakan kesalahan unsur subjek. Kata dan merupakan kata penghubung antara dua klausa. Penempatan kata dan di awal kalimat menyebab-kan unsur subjek menjadi salah. Kalimat tersebut amenyebab-kan menjadi benar jika kata dan dihilangkan. Dengan demikian kalimat yang benar adalah
Badai besar menyambar kapal Malin Kundang.
Kalimat (2) merupakan kalimat yang tidak mempunyai predikat. Kalimat yang tidak mempunyai predikat terjadi, antara lain, akibat adanya keterangan subjek yang beruntun. Misalnya sebelum predikat tersebut dicantumkan kata yang atau dan sehingga predikat kalimat menjadi hilang. Jadi, kalimat yang benar adalah
Anak raja bernama Azizah.
Kalimat (3) merupakan kalimat yang tidak bersubjek. Kekurangan unsur subjek mengakibatkan tidak jelas siapa yang tidak sempat minta izin. Kalimat ter-sebut akan menjadi lengkap apabila ada penambahan unsur subjek setelah kata sehingga. Kalimat yang benar adalah
Sehingga Malin Kundang tidak sempat minta izin pada ibunya.
Kalimat (4) hanya merupakan unsur keterangan. Ketidakhadiran unsur S dan P pada kalimat tersebut menyebabkan kalimat tidak jelas karena tidak di-ketahui siapa pelaku (S) dan melakukan tindakan apa pelaku tersebut (P). Unsur S dan P merupakan unsur pokok yang harus ada di dalam kalimat baku. Kalimat
tersebut akan menjadi lengkap apabila ada penambahan unsur subjek dan predikat. Kalimat yang benar adalah
Meskipun sudah tua dan sakit-sakitan, ibu tidak mungkin lupa.
Kalimat (5) merupakan kalimat transitif yang memerlukan unsur objek.
Ketidakhadiran unsur objek pada kalimat tersebut tidak dapat diketahui siapa yang menjadi objek penderitanya. Kalimat tersebut akan menjadi lengkap apabila ada penambahan unsur objek di belakang predikat kalimat. Kalimat yang benar adalah
Ketika ada kesempatan Malin Kundang pun melumpuhkan bajak laut satu persatu.
Kalimat (6) dan (7) merupakan kesalahan pemakaian pelengkap. Kalimat tersebut dapat diperbaiki apabila kata pada dan nahkoda dihilangkan. Kalimat yang benar adalah
Akhirnya Malin Kundang ikut mereka.
Tak lama kemudian Malin memutuskan untuk berlayar.
Kalimat (8) merupakan kesalahan unsur keterangan. Kata yang meng-awalinya berupa kata penghubung dan. Kata penghubung dan dipakai untuk menggabungkan dua klausa atau lebih yang masing-masing mempunyai keduduk-an ykeduduk-ang setara. Pemakaikeduduk-an kata penghubung dkeduduk-an pada awal kalimat menyebabkkeduduk-an unsur keterangan menjadi salah. Kalimat yang benar adalah
Akhirnya Malin Kundang bekerja menjadi nahkoda.
Enam kesalahan struktur kalimat siswa SDN 2 Patoman.
(1) Pada waktu itu akan merampok kapal milik saudagar kaya. (K16) (2) Orangnya cantik dan Malin Kundang dan mencintainya. (K17) (3) Karena Malin Kundang tidak tahan dengan hidupnya yang miskin
(K8)
(4) Malin Kundang pun terhampar di suatu pulau dan diselamatkan pada segerombolan bajak laut.(K11)
(5) Putri Azizah mendesak-desak, jadi permintaan istrinya dikalbulkan.
(K1)
(6) Mau tidak mau, Malin Kundang harus bergabung pada segerombol-an bajak laut itu. (K11)
Kalimat (1) tidak memiliki subjek sehingga tidak jelas siapa yang akan merampok kapal milik sauadagar kaya. Kalimat tersebut akan menjadi lengkap apabila ada penambahan unsur subjek setelah kata pada waktu itu.
Pada waktu itu bajak laut akan merampok kapal milik saudagar kaya.
Kalimat (2) merupakan kesalahan unsur predikat yang diawali dengan kata penghubung dan. Kalimat tersebut dapat diperbaiki jika kata penghubung dan di-hilangkan. Kalimat yang benar adalah
Orangnya cantik dan Malin Kundang mencintainya.
Kalimat (3) hanya merupakan unsur keterangan. Unsur S dan P tidak hadir dalam kalimat tersebut. Ketidakhadiran unsur S dan P menyebabkan maksud kalimat tidak jelas karena tidak diketahui siapa pelaku (S) dan tindakan apa yang dilakukan pelaku tersebut (P). Unsur S dan P merupakan unsur pokok yang harus
ada di dalam kalimat baku. Kalimat tersebut akan menjadi lengkap apabila ada pe-nambahan unsur subjek dan predikat. Kalimat yang benar adalah
Karena Malin Kundang tidak tahan dengan hidupnya yang miskin, ia pun pergi.
Kalimat (4) merupakan kesalahan penggunaan pelengkap. Kalimat ter-sebut akan menjadi benar jika kata pada diganti kata oleh kemudian diikuti nomina segerombolan bajak laut. Kalimat yang benar adalah
Malin Kundang pun terhampar di suatu pulau dan diselamatkan oleh segerombolan bajak laut.
Kalimat (5) tidak memiliki unsur objek. Kalimat tersebut merupakan kalimat transitif yang memerlukan objek. Kalimat akan menjadi lengkap apabila ada penambahan unsur objek di belakang predikat kalimat. Kalimat yang benar adalah
Putri Azizah mendesak-desak Malin Kundang, jadi permintaan istrinya dikabulkan.
Kalimat (6) merupakan kesalahan unsur keterangan. Yang menyebabkan unsur keterangan salah adalah pemakaian kata pada. Kata pada mengandung arti tempat dan waktu, sedangkan dalam konteks kalimat dapat diketahui bahwa kata pada seharusnya diisi dengan jenis keterangan penyerta dengan. Dengan demikian kalimat yang benar adalah
Mau tidak mau, Malin Kundang harus bergabung dengan segerombolan bajak laut itu.
4.2.2 Jenis-Jenis Kesalahan Kalimat yang Paling Banyak Dilakukan Siswa Setelah hasil analisis kesalahan kalimat dihitung, dapat diketahui ke-salahan kalimat yang paling banyak dilakukan siswa SDN 1 dan 2 Patoman secara berturut-turut dari yang tinggi ke yang rendah. Rincian urutan kesalahan kalimat siswa : (1) kesalahan subjek sebanyak 108 kesalahan, (2) kesalahan predikat se-banyak 95 kesalahan, (3) kesalahan keterangan sese-banyak 76 kesalahan, (4) salahan objek sebanyak 39 kesalahan, (5) kesalahan pelengkap sebanyak 15 ke-salahan, dan (6) kesalahan subjek dan predikat sebanyak 9 kesalahan.
4.2.3 Sebab-Sebab Kesalahan Kalimat
Data untuk menjelaskan sebab-sebab kesalahan kalimat siswa diperoleh melalui angket yang dibagikan kepada siswa dan wawancara yang dilakukan guru bahasa Indonesia. Angket ini sebelumnya dibagikan dan diisi oleh siswa SDN 1 Patoman yang berjumlah 48 siswa dan siswa SDN 2 Patoman yang berjumlah 18 siswa. Keseluruhan siswa berjumlah 66 orang. Pernyataan-pernyataan yang ter-tuang dalam angket ini, meliputi faktor individu, faktor keluarga, faktor masyarakat, dan faktor sekolah. Berikut ini disajikan hasil angket siswa dan wawancara guru.
4.2.3.1 Hasil Angket Siswa SDN 1 dan 2 Patoman Tabel 6.
Hasil Angket Siswa SDN 1 dan 2 Patoman No Pilihan Jawaban Jumlah Jawaban (%)
1.
3.
-4.
5.
a b c a b c
46,97%
50%
3%
53%
42,42%
4,55%
4.2.3.2 Hasil Wawancara
Peneliti mengajukan empat pertanyaan untuk guru berdasarkan lembar wawancara yang sudah dibuat. Wawancara dilakukan pada hari kedua setelah lembar karangan dan lembar angket dikerjakan siswa pada hari pertama.
Wawancara dilakukan tepatnya pada saat jam istirahat. Peneliti melakukan wawancara dengan dua guru bidang studi bahasa Indonesia. Hasil wawancara sebagai berikut.
1. Bagaimana tanggapan Anda mengenai kemampuan siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia?
Guru SDN 1 Patoman :”Biladilihatdarisegiprestasinilaiyang diperoleh cukup baik tetapi dari sisi penerapan masih belum memuaskan karena latar belakang yang berbeda”.
Guru SDN 2 Patoman :”Dalam evaluasi akhir nilai bahasa Indonesia dalam urutan ketiga dari beberapa mata pelajaran. Jadi kemampuan siswa secara norma dapatdiserap dengan nilaicukup secaraumum”.
2. Bagaimana motivasi siswa dalam menghadapi mata pelajaran bahasa Indonesia?
Guru SDN 1 Patoman :”Berusaha untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan dengan teman-teman di sekolah maupun di rumah”.
Guru SDN 2 Patoman :”Padaumumnyasiswa terdorong melaluigemar membacakarenasaranauntuk bacabuku adadiperpustakaan”.
3. Sejauh mana kesalahan siswa dalam hal menulis kalimat?
Guru SDN 1 Patoman :”Kesalahan yang sering ditemuiterutamadalam penulisan ejaan yaitu penulisan hurufkapitaldan tandabaca”.
Guru SDN 2 Patoman :”Biasanyasiswasalah karena meniru dan me ng-ikuti gurunya. Jadi, jangan terfokus menyalahkan anak. Contoh kesalahannya adalah menggunakan huruf kapital dan menyusun kata, memenggal suku-kata”.
4. Apakah Anda selalu menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara di dalam kelas? Jelaskan!
Guru SDN 1 Patoman :”Guru selalu menggunakan bahasaIndonesiatetapi kadang-kadang juga menggunakan bahasa daerah. Tujuan menggunakan dua bahasaadalah mempermudah siswamemahamisesuatu”.
Guru SDN 2 Patoman :”Karenamurid masih ada kemajemukan suku dan daerah (mayoritas) maka perbandingan bahasa Indonesia dan bahasa komuni-katif90% dan 10%”.
4.3 Pembahasan
Subbab ini menyajikan pembahasan hasil penelitian yang meliputi (1) des-kripsi mengenai kesalahan kalimat, (2) desdes-kripsi kesalahan kalimat yang paling banyak dilakukan siswa, dan (3) deskripsi sebab-sebab terjadinya kesalahan kalimat siswa berdasarkan hasil angket dan wawancara.
4.3.1 Jenis Jenis Kesalahan Kalimat Siswa
Jenis-jenis kesalahan kalimat yang dilakukan oleh siswa ternyata masih banyak. Kesalahan kalimat yang dilakukan siswa SDN 1 dan 2 Patoman ditemu-kan sebanyak 342. Misalnya, kesalahan subjek pada kalimat Dan badai besar me-nyambar Kapal Malin Kundang. Penempatan kata dan di awal kalimat menyebab-kan unsur subjek menjadi salah. Kalimat amenyebab-kan menjadi benar jika kata dan dihilangkan. Kalimat itu akan menjadi Badai besar menyambar kapal Malin Kundang. Dari penelitian yang dilakukan ditemukan kesalahan subjek sebanyak 108 kesalahan.
Kesalahan predikat misalnya terdapat pada kalimat Orangnya cantik dan Malin Kundang dan mencintainya. Kalimat tersebut merupakan kesalahan unsur predikat yang diawali dengan kata penghubung dan. Kalimat dapat diperbaiki jika kata penghubung dan dihilangkan. Kalimat yang benar adalah Orangnya cantik dan Malin Kundang mencintainya. Kesalahan predikat ditemukan sebanyak 95 kesalahan.
Kesalahan subjek dan predikat misalnya terdapat pada kalimat Meskipun ibu sudah tua dan sakit-sakitan. Kalimat itu hanya merupakan unsur keterangan.
Ketidakhadiran unsur S dan P pada kalimat tersebut menyebabkan kalimat tidak jelas karena tidak diketahui siapa pelaku (S) dan melakukan tindakan apa pelaku tersebut (P). Unsur S dan P merupakan unsur pokok yang harus ada di dalam kalimat baku. Agar kalimat menjadi benar diperlukan penambahan unsur subjek dan predikat, misalnya Meskipun sudah tua dan sakit-sakitan, ibu tidak mungkin lupa. Kesalahan subjek dan predikat ditemukan sebanyak 9 kesalahan.
Kesalahan objek misalnya ditemukan pada kalimat Ketika ada kesempatan Malin Kundang pun melumpuhkan satu persatu. Kalimat tersebut merupakan kalimat transitif yang memerlukan unsur objek. Ketidakhadiran unsur objek pada kalimat tersebut tidak dapat diketahui siapa yang menjadi objek penderitanya.
Kalimat tersebut akan menjadi lengkap apabila ada penambahan unsur objek di belakang predikat kalimat. Kalimat yang benar adalah Ketika ada kesempatan Malin Kundang pun melumpuhkan bajak laut satu persatu. Kesalahan unsur objek ditemukan sebanyak 39 kesalahan.
Kesalahan pelengkap misalnya terdapat pada kalimat Malin Kundang pun terhampar di suatu pulau dan diselamatkan pada segerombolan bajak laut.
Kalimat tersebut merupakan kesalahan penggunaan pelengkap. Kalimat akan menjadi benar jika kata pada diganti kata oleh kemudian diikuti nomina se-gerombolan bajak laut. Kalimat yang benar Malin Kundang pun terhampar di suatu pulau dan diselamatkan oleh segerombolan bajak laut. Kesalahan pe-lengkap ditemukan sebanyak 15 kesalahan.
Kesalahan unsur keterangan misalnya terdapat pada kalimat Dan akhirnya Malin Kundang bekerja menjadi nahkoda. Kalimat tersebut merupakan kesalahan
unsur keterangan. Kata yang mengawalinya berupa kata penghubung dan. Kata penghubung dan dipakai untuk menggabungkan dua klausa atau lebih yang masing-masing mempunyai kedudukan yang setara. Pemakaian kata penghubung dan pada awal kalimat menyebabkan unsur keterangan menjadi salah. Kalimat yang benar adalah Akhirnya Malin Kundang bekerja menjadi nahkoda. Kesalahan unsur keterangan ditemukan sebanyak 76 kesalahan.
4.3.2 Jenis Kesalahan Kalimat yang Paling Banyak Dilakukan Siswa
Jenis kesalahan kalimat yang paling banyak dilakukan oleh siswa SDN 1 dan 2 Patoman adalah jenis kesalahan unsur subjek dengan jumlah 108 kesalahan.
Rincian urutan kesalahan kalimat siswa: (1) kesalahan subjek dengan jumlah 108 kesalahan, (2) kesalahan predikat dengan jumlah 95 kesalahan, (3) kesalahan terangan dengan jumlah 76 kesalahan, (4) kesalahan objek dengan jumlah 39 ke-salahan, (5) kesalahan pelengkap dengan jumlah 15 keke-salahan,(6) kesalahan subjek dan predikat dengan jumlah 9 kesalahan. Jika digambarkan dengan dia-gram, kesalahan yang paling banyak dilakukan siswa akan terlihat sebagai berikut.
Grafik 1.
Jumlah Kesalahan Kalimat Siswa SD 1 dan 2 Patoman
4.3.3 Sebab-Sebab Kesalahan Berdasarkan Hasil Angket dan Wawancara Subbab ini menjelaskan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kesalahan kalimat yang dilakukan siswa pada karangan narasi. Ini merupakan hasil angket yang telah diisi oleh siswa dan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru bidang studi bahasa Indonesia.
4.3.3.1 Faktor Individu
Dari faktor individu diketahui bahwa sebagian besar dari mereka me-ngenal bahasa Jawa sebagai bahasa pertama, bahasa Indonesia bahasa kedua, dan bahasa lainnya dipilih oleh sebagian kecil siswa sebagai bahasa pertama. Karena kemajemukan suku dan bahasa, mereka pun selalu mencampur-adukkan bahasa Indonesia dengan bahasa daerah ketika berkomunikasi. Dengan adanya ke-majemukan ini, struktur dalam bahasa daerah yang umumnya hampir sama
108
95
9
39
15
76
0 20 40 60 80 100 120
S P S dan P O Pel Ket
dengan struktur bahasa Indonesia digunakan oleh siswa dalam hal penyusunan kalimat.
Dari hasil wawancara dengan guru bidang studi Bahasa Indonesia me-ngenai penggunaan bahasa tulis siswa, diperoleh informasi bahwa siswa memang masih mengalami kesulitan dalam hal penulisan huruf kapital dan tanda baca, pe-nyusunan kata, dan pemenggalan suku kata. Hal ini membuat pemahaman siswa terhadap penggunaan bahasa Indonesia menjadi kurang, sehingga mengakibatkan kesalahan penyusunan kata-kata dalam kalimat.
4.3.3.2 Faktor Keluarga
Bahasa yang dipakai dalam lingkup keluarga dapat memberi pengaruh pada penggunaan bahasa kedua. Kebiasaan anak dalam menggunakan bahasa di-pengaruhi oleh orang-orang sekitar terutama ayah, ibu, dan saudara.
Dari hasil angket, diketahui bahwa bahasa yang digunakan sebagian besar anak dalam lingkup keluarga adalah bahasa Jawa dengan presentase sebesar 53%.
Untuk anak yang menggunakan bahasa Indonesia dalam lingkup keluarga mem-peroleh presentase 45,5%. Penggunaan bahasa Jawa yang sangat dominan di lingkungan keluarga tentunya akan memberi pengaruh yang sangat besar terhadap penggunaan bahasa Indonesia.
Dengan adanya penggunaan dua bahasa (Jawa dan Indonesia) secara ber-gantian dalam keluarga tentunya anak lebih cenderung memasukkan unsur-unsur bahasa satu ke bahasa lain. Hal ini akan berpengaruh ketika anak menyusun
kalimat dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil angket, peran keluarga dalam membantu anak yang kesulitan belajar memperoleh presentase 50% dan 63,64%.
4.3.3.3 Faktor Masyarakat
Pemakaian bahasa Indonesia di lingkungan masyarakat juga menjadi salah satu faktor kesalahan kalimat siswa. Lingkup masyarakat mencakup penggunaan bahasa dengan teman sebaya, orang yang usianya lebih tua, dan orang yang di-hormati dalam masyarakat.
Hasil angket menunjukkan adanya variasi bahasa siswa ketika berkomuni-kasi dengan orang yang mempunyai usia berbeda. Untuk berkomuniberkomuni-kasi sehari-hari dengan teman sebaya, siswa menggunakan bahasa Jawa. Walaupun berada di Lampung (Sumatera), bahasa Jawa sangat mendominasi mereka dalam ber-komunikasi sehari-hari. Namun, untuk berber-komunikasi dengan orang yang lebih tua dan dihormati, mereka lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia.
Siswa yang sedang belajar bahasa kedua akan mendapat pengaruh dari pemakaian bahasa di lingkungan masyarakat yang lebih dominan penggunaan bahasanya. Dalam hal ini bahasa Jawa dapat memberi pengaruh yang besar pada siswa dalam kemampuannya menguasai bahasa Indonesia, misalnya ke-mampuan siswa dalam menyusun kata dan penggunaan huruf kapital. Jadi, peng-gunaan bahasa di sekitar tempat tinggal ikut mendukung timbulnya kesalahan siswa dalam berbahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan.
4.3.3.4 Faktor Sekolah
Pada umumnya, anak memperoleh bahasa pertama dalam lingkup keluarga dan lingkungan sekitar, kemudian mereka memperoleh dan belajar bahasa kedua di sekolah. Di sekolah bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar sesuai dengan fungsinya sebagai bahasa nasional. Berdasarkan hal itu, diharapkan bahasa Indonesia dapat dipergunakan dengan baik oleh siswa untuk berkomuni-kasi dengan guru dan teman-temannya dengan baik dan benar.
Di sekolah sebagian besar siswa menggunakan bahasa Indonesia di dalam kelas ketika berbicara dengan guru dan teman-temannya. Namun, ketika di luar kelas mereka menggunakan dua bahasa secara bergantian, yaitu bahasa Jawa/lainnya dan bahasa Indonesia. Penggunaan dua bahasa secara bergantian tentunya akan berpengaruh terhadap perkembangan bahasa siswa khususnya bahasa Indonesia karena masuknya unsur-unsur bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia. Guru juga menggunakan dua bahasa ketika melakukan kegiatan belajar-mengajar. Hal ini dilakukan untuk menjelaskan makna-makna dalam bahasa Indonesia yang belum dimengerti oleh siswa. Dengan demikian, siswa akan menjadi mudah untuk memahami sesuatu. Namun, penggunaan bahasa secara bergantian oleh guru tentunya akan memberi pengaruh pada siswa dalam mempelajari bahasa kedua.
Selain faktor bahasa, ternyata metode belajar juga dapat mempengaruhi penguasaan bahasa siswa. Hasil angket menunjukkan bahwa siswa lebih suka belajar bahasa Indonesia dengan cara mencatat. Kebiasaan mencatat yang
diterap-kan dapat membawa pengaruh yang besar karena kemampuan mereka dalam memproduksi tulisan kurang.
Dari keempat faktor di atas, dapat diketahui bahwa yang menyebabkan terjadinya kesalahan kalimat siswa dipengaruhi adanya faktor individu, faktor keluarga, faktor masyarakat, dan faktor sekolah. Faktor-faktor tersebut secara umum dapat mempengaruhi penguasaan bahasa kedua siswa secara lisan maupun tertulis. Secara tertulis misalnya penguasaan dalam hal membuat kalimat, pe-nyusunan kata, dan penggunaan huruf kapital.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV, dapat disimpulkan berikut ini.
1. Jenis kesalahan kalimat siswa meliputi kesalahan subjek (108), kesalahan predikat (95), kesalahan subjek dan predikat (9), kesalahan objek (39), kesalahan pelengkap (15), dan kesalahan keterangan (76). Jumlah keseluruhan kesalahan kalimat siswa ditemukan sebanyak 342 kesalahan.
2. Kesalahan kalimat yang paling banyak dilakukan adalah jenis kesalahan unsur subjek dengan jumlah 108 kesalahan. Rincian urutan kesalahan kalimat siswa: (1) kesalahan subjek dengan jumlah 108 kesalahan, (2) kesalahan predikat dengan jumlah 95 kesalahan, (3) kesalahan keterangan dengan jumlah 76 kesalah-an, (4) kesalahan objek dengan jumlah 39 kesalahkesalah-an, (5) kesalahan pelengkap dengan jumlah 15 kesalahan, (6) kesalahan subjek dan predikat dengan jumlah 9 kesalahan.
3. Sebab-sebab kesalahan siswa berdasarkan angket dan wawancara:
1) Berdasarkan angket diklasifikasikan menjadi 4 (empat) faktor, sebagai berikut.
a. Faktor individu. Faktor individu mencakup penggunaan bahasa pertama dan bahasa kedua siswa. Karena kemajemukan suku dan bahasa, mereka
a. Faktor individu. Faktor individu mencakup penggunaan bahasa pertama dan bahasa kedua siswa. Karena kemajemukan suku dan bahasa, mereka