i
KESALAHAN KALIMAT PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 DAN 2 PATOMAN TANGGAMUS-LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2006/2007: SEBUAH STUDI KASUS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun oleh :
Theresia Evi Kusuma Dewi 021224059
PROGRAM STUDI BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
ii
iii
iv
MOTO
Bila kekacauan mengguncang jiwa Dan hari seakan berat menimpa,
Kubuka hati dan merasakan Damai Tuhan menenangkan pikiran
(Hess)
v
PERSEMBAHAN
Karya yang sederhana ini kupersembahkan untuk : 1. Allah Bapa di surga
2. Bapak dan Ibu tercinta
3. Sayangku Antonius Soebiyantoro yang selalu menemaniku
dalam suka dan duka
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 22 Maret 2007
Theresia Evi Kusuma Dewi
vii ABSTRAK
Dewi, Theresia Evi Kusuma. 2007. Kesalahan Kalimat pada Karangan Narasi Siswa Kelas VI SD Negeri 1 dan 2 Patoman Tanggamus-Lampung Tahun Ajaran 2006/2007: Sebuah Studi Kasus. Skripsi Program Sarjana (S-1). Yogyakarta:
PBSID, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini meneliti Kesalahan Kalimat pada Karangan Narasi Siswa Kelas VI SD Negeri 1 dan 2 Patoman Tanggamus-Lampung Tahun Ajaran 2006/2007: Sebuah Studi Kasus. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan dan menghitung jenis- jenis kesalahan kalimat pada karangan narasi siswa kelas VI SD Negeri 1 dan 2 Patoman, (2) mendeskripsikan jenis-jenis kesalahan kalimat yang paling banyak dilakukan siswa, dan (3) mendeskripsikan sebab-sebab ke-salahan kalimat yang dilakukan siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi pe-nelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 1 dan 2 Patoman yang berjumlah 66 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes menceritakan kembali berdasarkan cerita yang telah diperdengarkan, mengisi angket, dan wawancara dengan guru bahasa Indonesia.
Berdasarkan hasil dari penelitian ini kesimpulannya adalah: (1) jenis kesalahan unsur subjek 108 kesalahan, kesalahan unsur predikat 95 kesalahan, kesalahan unsur subjek dan predikat 9 kesalahan, kesalahan unsur objek 39 ke-salahan, kesalahan unsur pelengkap 15 kesalahan, dan kesalahan unsur keterangan 76 kesalahan, (2) kesalahan kalimat yang paling banyak dilakukan adalah jenis kesalahan unsur subjek 108 kesalahan, kesalahan unsur predikat 95 kesalahan, kesalahan unsur keterangan 76 kesalahan, kesalahan unsur objek 39 kesalahan, kesalahan unsur pelengkap 15 kesalahan, kesalahan unsur subjek dan predikat 9 kesalahan, dan (3) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan kalimat siswa ialah : (a) pemakaian bahasa siswa, (b) pemakaian bahasa dalam keluarga, (c) pemakaian bahasa dalam masyarakat, dan (d) pemakaian bahasa di sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran (1) bagi guru bahasa Indonesia hendaknya memberikan teori tentang pembentukan dan pe-nerapannya dalam kalimat serta memberikan pelatihan soal kepada siswa, (2) bagi pihak sekolah diharapkan meningkatkan kualitas guru dengan mencari evaluasi dan metode yang tepat sehingga tercipta pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, (3) bagi Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, diharapkan mahasiswa calon guru dapat mengoptimalkan pengetahuannya untuk mengajarkan bahasa Indonesia dengan baik di dunia pendidikan sehingga dapat meminimalkan kesalahan yang sering dilakukan siswa, dan (4) bagi peneliti lain, hasil penelitian dapat dipakai untuk pengembangan penelitian sejenis atau hal-hal lain yang berkaitan dengan kesalahan bahasa di sekolah-sekolah yang lain. Penulis juga mengharapkan agar penelitian selanjutnya menemukan metode-metode pengajaran tentang struktur kalimat yang dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.
viii ABSTRACT
Dewi,Theresia EviKusuma,2007.Sentence’sErrorson Narration Composition at Sixth Grade Students of Public Elementary School 1 and 2 Patoman Tanggamus-Lampung Academic Year 2006/2007: A Case Study.
Undergraduate Thesis (S-1). Yogyakarta: PBSID, Faculty of Teaching and Education Sanata Dharma University.
The title of the research is Sentence’sErrorson Narration Composition atSixth Grade Students of Public Elementary School 1 and 2 Patoman Tanggamus-Lampung Academic Year 2006/2007: A Case Study. The purposes of the research are (1) to describeand countthekindsofsentence’serrorson sixth gradestudent’sofPublic Elementary school1 and 2 Patoman narration composition,(2)to describestudents’ mostly doneerrorson sentences,and (3)to describethecausesofsentence’serrors which is done by the students.
This is a quantitative descriptive research. The population of the research are 66 persons who are the Sixth Grade Students of Public Elementary School 1 and 2 Patoman. The techniques of gathering data are by giving retelling test, filling up the questionnaire, and interviewing the bahasa Indonesia teachers.
Based on the results of this research, the conclusions are: (1) there are 108 errors of subject, there are 95 errors of predicate, there are 9 errors of subject and predicate, there are 39 errors of object, there are 15 errors of complement, and there are 76 errors ofadverb,(2)students’mostly doneerrorsare108 subjecterrors,95 predicateerrors, 76 adverb errors, 39 object errors, 15 complement errors, 9 subject and predicate errors, and (3)the causesofsentence’serrorswhich isdoneby thestudentsare:(a)theuse of the language by the students, (b) the use of the language in the family, (c) the use of the language by the society, and (d) the use of the language at school.
Based on the result of the research, the researcher give advices:
(1) Indonesian language teacher should gives the theory about sentence formation and its application and also give enough exercises to the students, (2) school should increase theteachers’quality by evaluation and appropriatemethod so itwillgiveacomforting learning condition for students, (3) all teacher candidates have to optimize their knowledgein teaching bahasaIndonesiaso itwillminimizestudent’serrors,and (4) hopefully, the result of the research can be used in developing another kind of research or other cases which are related to language errors at other schools. The researcher is expecting that the next other researcher will be able to find the more understandable teaching methods in the structure of sentence.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala cinta dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kesalahan Kalimat pada Karangan Narasi Siswa Kelas VI SD Negeri 1 dan 2 Patoman Tanggamus-Lampung Tahun Ajaran 2006/2007: Sebuah Studi Kasus. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. J. Karmin, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang selalu sabar membimbing, meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikiran dalam menyusun skripsi ini.
2. Bapak Drs. G. Sukadi, selaku dosen pembimbing II yang banyak memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Drs. J. Prapta Diharja, SJ. M. Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.
4. Seluruh Dosen PBSID yang telah memberikan bekal ilmu kepada peneliti.
5. Fx. Sudadi, karyawan PBSID yang telah memberikan pelayanan dengan baik kepada penulis.
6. Bapak dan Ibu karyawan perpustakaan.
x
7. Kedua orang tuaku, bapak dan ibu yang tercinta. Terima kasih atas segala doa, dukungan, dan cinta kasih kepada penulis.
8. Adik-adikku Eva, Erri, Ela, dan Inez, mbak sayang kalian.
9. Yang terkasih, Mas Aan. Terima kasih atas dukungan, perhatian, kasih sayang dan doanya.
10. Keluarga besar penulis di Lampung dan di Yogyakarta, terima kasih atas doa dan dukungannya.
11. Keluarga besar Bapak Soedibyo, Ibu Y. Supalmi, dan Mbak Wiwin di Wonosobo, terima kasih atas dukungannya.
12. Sahabatku Mbak Deri, Restu, Erry, Nietha, Andee, Doni, Desy, Prima, Novra terima kasih atas bantuan dan dukungannya.
13. Teman-teman PBSID yang telah memberikan semangat kepada penulis.
14. Keluarga di Brojowikalpo 24A Yuni, Yani, Mbak Ita, Mbak Rini, Mbah Putri dan Mbah Kakung terima kasih atas segala dukungan dan bantuannya.
15. Teman-teman kos asrama tengah Gejayan 14B, khususnya Mbak Erlin.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, terima kasih atas bantuannya dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Skripsi ini tentu masih mengandung berbagai kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar skripsi ini lebih mendekati sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan bagi semua pihak.
Penulis
xi DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL i
PERSETUJUAN ii
PENGESAHAN iii
MOTO iv
PERSEMBAHAN v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GRAFIK xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.5 Variabel...……….5
1.6 Batasan Istilah ... 5
1.7 SistematikaPenyajian ………..6
xii BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian yang Relevan ...7
2.2 Kerangka Teori ...9
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 32
3.2 Populasi Penelitian ... 32
3.3 Instrumen Penelitian ... 33
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 33
3.5 Teknik Analisis Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data... 35
4.2 Analisis Data... 37
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 50
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 58
5.2 Implikasi ... 59
5.3 Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 62
LAMPIRAN Lampiran 1 DataKesalahan Kalimat………..64
Lampiran 2 DataHasilAngket………...75
Lampiran 3 DataHasilWawancara……… 81
Lampiran 4 SoalTesKarangan………...83
xiii
Lampiran 5 TeksCeritaRakyat“Malin Kundang siAnak Durhaka”……….84
Lampiran 6 HasilKarangan Narasi……….85
Lampiran 7 Kisi-KisiAngket………..108
Lampiran 8 SoalAngket………..110
Lampiran 9 HasilAngketSiswa………..118
Lampiran 10 LembarWawancara………....150
Lampiran 11 SuratIzin Penelitian………152
Lampiran 12 SuratKeterangan Penelitian………...154
Lampiran 13 Daftar RiwayatHidup……… 156
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1 Jumlah Kalimat dan Kesalahan Siswa Kelas VI SDN 1 Patoman 36 Tabel 2 Jumlah Kalimat dan Kesalahan Siswa Kelas VI SDN 2 Patoman 37 Tabel 3 Persebaran Kesalahan Struktur Kalimat Siswa SDN 1
dan 2 Patoman 38
Tabel 4 Kesalahan Struktur Kalimat Siswa Kelas VI SDN 1 Patoman 39
Tabel 5 Kesalahan Struktur Kalimat Siswa Kelas VI SDN 2 Patoman 40
Tabel 6 Hasil Angket Siswa SDN 1 dan 2 Patoman 46
xv
DAFTAR GRAFIK
Halaman Gambar 1.Jumlah Kesalahan Kalimat Siswa SD 1 dan 2 Patoman 53
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Data Kesalahan Kalimat 64
Lampiran 2 Data Hasil Angket 75
Lampiran 3 Data Hasil Wawancara 81
Lampiran 4 Soal Tes Karangan 83
Lampiran 5 TeksCeritaRakyat“Malin Kundang siAnak Durhaka”. 84
Lampiran 6 Hasil Karangan Narasi 85
Lampiran 7 Kisi-Kisi Angket 108
Lampiran 8 Soal Angket 110
Lampiran 9 Hasil Angket Siswa 118
Lampiran 10 Lembar Wawancara 150
Lampiran 11 Surat Izin Penelitian 152
Lampiran 12 Surat Keterangan Penelitian 154
Lampiran 13 Daftar Riwayat Hidup 156
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan dan bahasa negara milik bangsa Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi. Bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua setelah bahasa daerah (bahasa pertama/bahasa ibu). Meskipun demikian, bahasa Indonesia mempunyai kedudukan lebih penting daripada bahasa daerah. Kedudukan bahasa Indonesia yang penting itu bukan karena mutunya se- bagai bahasa, bukan karena besar-kecilnya jumlah kosakatanya atau keluwesan dalam tatar kalimatnya, dan bukan pula karena kemampuan daya ungkapnya (Alwi, 2003: 2).
Menurut Nababan (1988: 94) sebagai bahasa kedua, bahasa Indonesia perlu dipelajari anak-anak dari SD hingga SLTA, agar mereka mampu meng- gunakannya dalam komunikasi segala situasi dan keperluan, termasuk (meng- gunakan bahasa Indonesia) dalam keperluan interaksi kelas dan komunikasi sopan-santun. Kegiatan berbahasa yang diajarkan di sekolah meliputi empat ke- terampilan berbahasa: berbicara, menyimak, menulis, dan membaca (Nababan, 1988: 90). Menurut Alwi (2003: 8), pokok pengajaraan bahasa di sekolah pada hakikatnya berkisar pada peningkatan keterampilan berbicara dan menulis.
Bahasa Indonesia diajarkan dan digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah. Namun, kesalahan yang dilakukan siswa masih sering terjadi. Kesalahan yang dilakukan siswa dapat berupa kesalahan ejaan (pemakaian huruf, pengguna- an huruf kapital, dan pemakaian tanda baca), kesalahan ucapan, ketidaktepatan
1
pemilihan kata, kesalahan struktur kalimat, dan pemborosan penggunaan kata.
Karena keterbatasan waktu dan tenaga, peneliti hanya mengambil permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan struktur kalimat. Penelitian dilakukan pada karangan narasi karena materi tentang narasi sudah diajarkan sejak kelas II sekolah dasar. Selain itu, materi narasi bagi siswa mudah dipelajari.
Penelitian ini diadakan di SD Negeri 1 dan 2 Patoman Kabupaten Tanggamus-Lampung khususnya siswa kelas VI. Peneliti memilih lokasi di Lampung karena adanya keragaman bahasa yang digunakan siswa di sekolah (di dalam kelas atau di luar kelas), misalnya ada bahasa Jawa, Lampung, Sunda, dan sebagainya. Penggunaan bahasa yang berbeda-beda dapat mempengaruhi siswa dalam membuat kalimat baku. Peneliti memilih siswa kelas VI SD karena materi narasi terdapat dalam kurikulum 2004 dan sampai saat ini kurikulum 2004 masih digunakan. Di SD Negeri 1 dan 2 Patoman Kabupaten Tanggamus-Lampung belum pernah dilakukan penelitian. Hal ini perlu diteliti untuk mengetahui seberapa jauh kesalahan yang dilakukan siswa dan sebab-sebab (kesalahan yang dilakukan siswa).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang akan diteliti adalah:
1. Apa saja jenis kesalahan kalimat pada karangan narasi siswa kelas VI SD Negeri 1 dan 2 Patoman Kabupaten Tanggamus-Lampung?
2 Jenis kesalahan kalimat apa yang paling banyak terdapat pada karangan narasi siswa?
3. Apa sebab-sebab kesalahan kalimat pada karangan narasi siswa?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan:
1. Mendeskripsikan dan menghitung jenis-jenis kesalahan kalimat pada karangan narasi siswa kelas VI. Jenis-jenis kesalahan kalimat meliputi kesalahan subjek, predikat, objek, pelengkap, dan kesalahan keterangan.
2. Mendeskripsikan jenis-jenis kesalahan kalimat yang paling banyak dilakukan siswa kelas VI. Deskripsi dilakukan dari kesalahan kalimat yang paling tinggi sampai kesalahan kalimat yang paling rendah.
3. Mendeskripsikan sebab-sebab kesalahan kalimat yang dilakukan siswa kelas VI. Sebab-sebab kesalahan kalimat yang dilakukan siswa diperoleh melalui angket dan wawancara. Angket diberikan kepada siswa dengan jumlah soal sebanyak 22 soal. Garis besar angket meliputi faktor siswa, faktor keluarga, faktor lingkungan, dan faktor sekolah. Wawancara dilakukan bersama guru bahasa Indonesia SD negeri 1 dan 2 patoman.
1.4 Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Bagi Guru Pengampu Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia agar mereka dapat mengetahui letak kesalahan yang dilakukan siswa dan mengupayakan perbaikannya. Selain itu, guru diharapkan dapat mencegah atau menghindari kesalahan yang akan datang sehingga siswa dapat menggunakan bahasa dengan baik dan benar.
2. Bagi Pihak Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak sekolah untuk meningkatkan kualitas guru. Peningkatan kualitas guru dapat dilakukan dari segi metode pembelajaran yang lebih bervariasi, sehingga tercipta suatu pem- belajaran yang menyenangkan dan dapat memberikan motivasi bagi siswa.
3. Bagi Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah (Universitas Sanata Dharma)
Dengan penelitian ini diharapkan mahasiswa calon guru dapat mengoptimal- kan pengetahuannya agar memperoleh bekal untuk mengajarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan baik di dunia pendidikan.
4. Bagi Peneliti lain
Hasil penelitian dapat memberikan informasi untuk pengembangan penelitian sejenis atau hal-hal lain yang masih dapat diteliti lagi.
1.5 Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah kesalahan kalimat pada karangan narasi siswa kelas 6 SD Negeri 1 dan 2 Patoman Kabupaten Tanggamus- Lampung.
1.6 Batasan Istilah a. Kesalahan
Menurut Tarigan (1988: 75-76) kesalahan lebih disebabkan oleh faktor kompetensi, artinya siswa belum memahami sistem linguistik bahasa yang di- gunakan. Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten dan dapat berlangsung lama jika tidak diperbaiki.
b. Kekeliruan
Kekeliruan (mistake) adalah penyimpangan-penyimpangan yang tidak sistematis seperti kekeliruan ucapan karena faktor keletihan, emosi, dan sebagai- nya (Corder via Baradja, 1990: 94).
c. Analisis kesalahan berbahasa
Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur yang digunakan para peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar, pengenalan kesalahan yang terdapat pada sampel tersebut, pendeskripsian ke- salahan, pengklasifikasiannya berdasarkan sebab-sebabnya yang telah dihipotesis- kan, serta pengevaluasian keseriusannya (Ellis, 1987: 296 via Tarigan, 1988: 170).
d. Kalimat
Kalimat yaitu satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud tulis, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda seru (!), atau tanda tanya Alwi (2003: 311).
e. Narasi
Narasi adalah suatu bentuk wacana tertulis yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi (Keraf, 2001: 136).
1.6 Sistematika Penyajian
Skripsi ini terdiri atas 5 bab. Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, rumusan variabel dan batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II Landasan Teori, berisi tentang penelitian yang relevan dan teori-teori yang mendukung untuk me- lakukan penelitian. Bab III Metodologi Penelitian yang terdiri atas jenis peneliti- an, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang deskripsi data, analisis data, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Penutup meliputi kesimpulan, implikasi, dan saran.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian yang Relevan
Peneliti menemukan empat penelitian yang relevan masing-masing dilaku- kan oleh Nurul Musrifah (1999), Dwi Mardawiningsih (1999), Diana Anggreani Kumalasari (2004), dan Maria Helena Dane Namang (2005).
Penelitian Nurul Musrifah (1999) diberi judul Analisis Kesalahan Sintaksis pada Karangan Siswa Kelas III SLTP Negeri 13 Yogyakarta Tahun Pelajaran 1998/1999. Tujuan penelitian (1) mendeskripsikan kesalahan diksi pada karangan siswa kelas III SLTP Negeri 13 Yogyakarta, (2) mendeskripsikan ke- salahan penyusunan frase, (3) mendeskripsikan kesalahan penggunaan preposisi (kata depan), dan (4) mendeskripsikan kesalahan penggunaan konjungsi (kata penghubung). Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah (1) kesalahan diksi sebesar 75 buah, (2) kesalahan penyusunan frase se- besar 15 buah, (3) kesalahan preposisi sebesar 35 buah, dan (4) kesalahan konjungsi sebesar 66 buah.
Kesalahan kosakata dan ketidakefektifan kalimat diteliti oleh Dwi Mardawiningsih (1999) dengan judul Analisis Kesalahan Kosakata dan Ketidak- efektifan Kalimat pada Karangan Siswa Kelas II SLTPN 1 Playen Gunungkidul Yogyakarta. Tujuan penelitian (1) mendeskripsikan seberapa besar kesalahan penggunaan kosakata pada karangan siswa kelas II SLTPN 1 Playen Gunungkidul Yogyakarta dan (2) mendeskripsikan seberapa besar ketidakefektifan kalimat.
Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini adalah
7
(1) kesalahan penggunaan kosakata sebesar 211 butir (65,73%) dan (2) kesalahan ketidakefektifan kalimat sebesar 110 butir (34,27%).
Penelitian yang dilakukan oleh Diana Anggreani Kumalasari (2004) berjudul Kesalahan Berbahasa Bidang Sintaksis pada Karangan Argumentasi Siswa Kelas II Kejar Paket C di Kecamatan Kotagede Yogyakarta tahun ajaran 2003/2004 (Sebuah Studi Kasus). Tujuan penelitiannya adalah (1) mendeskripsi- kan kesalahan kekurangan unsur kalimat pada karangan argumentasi siswa kelas II kejar paket C di Kecamatan Kotagede Yogyakarta tahun ajaran 2003/2004,
(2) mendeskripsikan kesalahan urutan unsur kalimat, dan (3) mendeskripsikan ke- salahan urutan kata dalam frasa. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ditemukan sebanyak 123 kesalahan, meliputi: (1) ke- salahan kekurangan unsur kalimat ada 117, (2) kesalahan urutan unsur kalimat ada 1, dan (3) kesalahan urutan kata dalam frasa ada 5.
Penelitian Maria Helena Dane Namang (2005) diberi judul Analisis Kesalahan Sintaksis dalam Karangan Argumentasi Siswa Kelas II SMAK Frateran Podor Larantuka Tahun Ajaran 2003/2004. Tujuan penelitian (1) men- deskripsikan kesalahan frase, (2) mendeskripsikan kesalahan klausa, (3) men- deskripsikan kesalahan kalimat, dan (4) mendeskripsikan penalaran dalam karang- an argumentasi siswa. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian (1) kesalahan frase ada 10, (2) kesalahan klausa ada 137, (3) kesalahan kalimat ada 54, dan (4) aspek penalaran ditemukan 4 karangan yang tidak menujukkan hubungan yang tegas antara fakta-fakta atau evidensi dengan kesimpulan.
Dari keempat penelitian di atas, dapat diketahui bahwa semua yang diteliti berkaitan dengan kesalahan berbahasa khususnya di bidang sintaksis pada karang- an secara umum dan argumentasi. Tidak satu pun yang meneliti kesalahan sintak- sis pada karangan narasi. Untuk itu, kesalahan sintaksis pada karangan narasi secara khusus perlu diteliti. Yang diteliti adalah kesalahan sintaksis khususnya struktur kalimat pada karangan narasi siswa. Selain itu, diteliti juga sebab-sebab kesalahan kalimat pada karangan narasi siswa.
2.2 Kerangka Teori
2.2.1 Analisis Kesalahan Berbahasa
Ditemukan dua pendapat dari ahli bahasa tentang kesalahan dan kekeliru- an. Menurut Corder (via Baradja, 1990: 94), kesalahan (error) adalah pe- nyimpangan berbahasa yang sifatnya sistematis, konsisten, dan menggambarkan kemampuan siswa pada tahap tertentu. Sedangkan kekeliruan (mistake) adalah penyimpangan-penyimpangan yang tidak sistematis seperti kekeliruan ucapan karena faktor keletihan, emosi, dan sebagainya.
Menurut Tarigan (1988: 75-76) kesalahan lebih disebabkan oleh faktor kompetensi. Artinya, siswa belum memahami sistem linguistik bahasa yang di- gunakan. Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten dan dapat berlangsung lama jika tidak diperbaiki. Perbaikan yang dapat dilakukan guru misalnya melalui peng- ajaran remedial, latihan praktik, dan sebagainya. Jika tahap pemahaman siswa akan sistem bahasa yang digunakan ternyata kurang, kesalahan sering terjadi dan kesalahan akan berkurang jika tahap pemahaman semakin meningkat. Kekeliruan
pada umumnya disebabkan oleh faktor performansi. Keterbatasan dalam meng- ingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat, dan sebagainya. Kekeliruan dapat diperbaiki oleh siswa apabila lebih sadar atau memusatkan perhatian. Siswa sebenarnya sudah mengetahui sistem linguistik bahasa yang digunakan, namun karena sesuatu hal dia lupa akan sistem tersebut. Kelupaan ini biasanya tidak lama, karena itu pula, kekeliruan itu sendiri tidak bersifat lama. Dari dua pendapat di atas diambil pendapat Tarigan tentang kesalahan dan pendapat Corder (via Baradja) tentang kekeliruan, karena masing-masing tepat untuk dijadikan dasar teori.
Untuk memperhitungkan kesalahan yang dilakukan siswa, diperlukan suatu analisis kesalahan berbahasa. Ellis (via Tarigan, 1988: 170) mendefinisikan analisiskesalahan berbahasasebagai“suatu proseduryang digunakan parapeneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar, pengenalan kesalahan yang terdapat pada sampel tersebut, pendeskripsian kesalahan, peng- klasifikasiannya berdasarkan sebab-sebabnya yang telah dihipotesiskan, serta pengevaluasian keseriusannya”.Pateda(1989:32)mengemukakan bahwaanalisis kesalahan berbahasa merupakan suatu teknik untuk mengidentifikasi, meng- klasifikasi, dan menginterprestasi kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pem- belajar yang sedang belajar bahasa kedua secara sistematis berdasarkan teori dan prosedur linguistik.
2.2.2 Daerah Kesalahan Berbahasa
Pateda (1989: 51-61), menyebutkan empat daerah kesalahan berbahasa : 1. Daerah Kesalahan Fonologis
Kesalahan ini berkaitan dengan pelafalan dan penulisan bunyi bahasa.
Daerah kesalahan ini meliputi pemakaian huruf kapital, penulisan kata, dan tanda baca.
2. Daerah Kesalahan Morfologis
Kesalahan bidang morfologis berkaitan dengan tata bentuk kata. Dalam bahasa Indonesia kesalahan bidang morfologi meliputi derivasi, diksi, konta- minasi, dan pleonasme.
3. Daerah Kesalahan Sintaktis
Kesalahan sintaktis berhubungan dengan kalimat dan berkaitan dengan daerah morfologi karena kalimat berunsurkan kata-kata. Oleh karena itu, kesalah- an ini mencakup (1) kalimat yang berstruktur tidak baku, (2) kalimat yang ambigu, (3) kalimat yang tidak jelas, (4) diksi yang tidak tepat dalam membentuk kalimat, (5) kontaminasi kalimat, (6) koherensi, (7) kalimat mubazir, (8) kata se- rapan yang digunakan dalam kalimat, dan (9) logika kalimat.
4. Daerah Kesalahan Semantis
Kesalahan semantik berhubungan dengan studi tentang makna. Makna ber- hubungan dengan bayangan imajinasi kita tentang sesuatu, apakah benda, peris- tiwa, proses atau abstraksi sesuatu.
Tarigan (1988: 198-200) mengemukakan empat daerah kesalahan berbahasa:
1. Kesalahan Fonologis
Kesalahan fonologis meliputi dua jenis kesalahan yaitu kesalahan ucapan dan kesalahan ejaan. Kesalahan ucapan adalah kesalahan mengucapkan kata sehingga menyimpang dari ucapan baku atau bahkan menimbulkan perbedaan makna. Kesalahan ejaan adalah kesalahan menuliskan kata atau kesalahan menggunakan tanda baca.
2. Kesalahan Morfologis
Kesalahan morfologis adalah kesalahan memakai bahasa disebabkan salah memilih afiks, salah menggunakan kata ulang, salah menyusun kata majemuk, dan salah memilih bentuk kata.
3. Kesalahan Sintaktis
Kesalahan sintaktis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frasa, klausa atau kalimat serta ketidaktepatan pemakaian partikel.
4. Kesalahan Leksikon
Kesalahan leksikon adalah kesalahan memakai kata yang tidak atau kurang tepat.
Penelitian ini hanya berfokus pada kesalahan sintaksis, khususnya peng- gunaan kalimat. Jadi, daerah kesalahan berbahasa lainnya tidak dibahas. Teori yang digunakan lebih berfokus pada pendapat Tarigan karena teori kesalahan sintaktis dibagi dengan tepat yaitu frasa, klausa atau kalimat serta ketidaktepatan pemakaian partikel. Sedangkan teori tentang kesalahan sintaktis yang dikemuka-
kan oleh Pateda, kurang tepat. Misalnya, menurut Pateda kesalahan sintaktis men- cakup kesalahan koherensi (yang seharusnya masuk pada analisis wacana).
2.2.3 Pengertian Kalimat
Jika seseorang menggunakan ragam tulisan untuk mengungkapkan pendapatnya, kalimat yang digunakan dalam ragam tulisan harus lebih cermat sifatnya. Empat pendapat berikut dapat memberikan gambaran apa yang dimaksud dengan kalimat. Kridalaksana (1993: 92) mengemukakan bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa.
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri dari klausa (Cook 1971: 39- 40; Elson dan Pickett, 1969: 82 via Tarigan, 1985: 8).
Ramlan (2001: 23) mengemukakan bahwa kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik.
Pengertian kalimat juga diungkapkan oleh Alwi (2003: 311) yaitu satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
Dalam wujud tulis, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda seru (!), atau tanda tanya.
Dari beberapa pendapat di atas, pendapat yang akan digunakan yaitu pendapat yang diungkapkan oleh Alwi. Beliau mendefinisikan kalimat secara lengkap karena diwujudkan pada bahasa lisan dan bahasa tulis.
2.2.4 Kalimat Efektif
Konsep kalimat efektif dikenal dalam hubungan fungsi kalimat selaku alat komunikasi. Kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan berlangsung dengan sempurna. Kalimat yang efektif mampu membuat isi atau maksud yang disampaikan tergambar lengkap dalam pikiran si penerima (pembaca), persis seperti apa yang disampaikan (Razak, 1985:2).
Menurut Badudu (1989: 129) sebuah kalimat dikatakan efektif bila men- capai sasarannya dengan baik sebagai alat komunikasi. Kalimat efektif haruslah memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik: strukturnya teratur, kata yang di- gunakan mendukung makna secara tepat, dan hubungan antarbagiannya logis.
2.2.5 Unsur-unsur Kalimat
Menurut Alwi (2003: 312-313) klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata, atau lebih, yang mengandung unsur predikasi. Kalimat dalam banyak hal tidak berbeda dari klausa. Baik kalimat maupun klausa merupakan konstruksi sintaksis yang mengandung unsur predikasi. Dilihat dari segi struktur internalnya, kalimat dan klausa terdiri atas unsur predikat dan subjek dengan atau tanpa objek, pelengkap, atau keterangan.
Menurut Ramlan (2001: 80) klausa terdiri dari unsur-unsur fungsional yaitu S, P, O, PEL, dan Ket. Unsur fungsional yang cenderung selalu ada dalam klausa adalah P, unsur-unsur yang lain mungkin ada, mungkin juga tidak ada.
Berdasarkan struktur internnya, klausa lengkap dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu klausa lengkap yang S-nya terletak di depan P (klausa lengkap su-
sun biasa), dan klausa yang S-nya terletak di belakang P (klausa lengkap susun balik) (Ramlan, 2001: 124). Perbedaan klausa dan kalimat adalah bahwa klausa sebagai satuan gramatik terdiri dari S P (O) (PEL) (KET), namun belum me- ngandung intonasi yang lengkap sedangkan kalimat terdiri satu kata atau lebih dan sudah mengandung intonasi final atau selesai.
Menurut Alwi (2003: 326) terdapat lima unsur kalimat yaitu predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan. Predikat merupakan konsituen pokok yang disertai konstituen subjek di sebelah kiri dan, jika ada, konstituen objek, pelengkap, dan/ atau keterangan wajib di sebelah kanan. Abdul Chaer (1988: 377) mengemukakan bahwa subjek dan predikat merupakan unsur yang harus ada di dalam setiap kalimat, sedangkan unsur objek dan keterangan tidak harus selalu ada. Dari keempat pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu kalimat unsur yang terpenting adalah subjek dan predikat.
Di bawah ini berturut-turut dibicarakan fungsi predikat, subjek, objek, pelengkap dan keterangan menurut pendapat Alwi (2003: 326-331).
2.2.5.1 Predikat
Predikat kalimat biasanya berupa frasa verbal atau frasa adjektival. Pada kalimat yang berpola SP, predikat dapat pula berupa frasa nominal, frasa numeral, atau frasa preposisional, di samping frasa verbal dan frasa adjektival. Perhatikan contoh :
a. Ayahnya guru bahasa Inggris (P=N) b. Adiknya dua (P=FNum)
c. Ibu ke pasar (P=FPrep)
d. Dia sedang tidur (P=FV)
e. Gadis itu cantik sekali (P=FAdj) 2.2.5.2 Subjek
Subjek merupakan fungsi sintaksis terpenting yang kedua setelah predikat.
Pada umumnya subjek berupa nomina, frasa nominal, atau klausa seperti tampak pada contoh berikut :
a. Harimau binatang liar.
b. Anak itu belum makan.
Subjek sering juga berupa frasa verbal. Misalnya contoh berikut : a. Membangun gedung bertingkat mahal sekali.
b. Berjalan kaki menyehatkan badan.
Pada umumnya, subjek terletak di sebelah kiri predikat. Jika unsur subjek lebih panjang dibandingkan dengan unsur predikat, subjek dapat diletakkan di akhir kalimat seperti tampak pada contoh berikut :
a. Manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian tidak banyak.
b. Tidak banyak manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian.
Subjek pada kalimat imperatif adalah orang kedua atau orang pertama jamak dan biasanya tidak hadir. Perhatikan contoh :
a. Tolong (kamu) bersihkan meja ini.
b. Mari (kita) makan.
Subjek pada kalimat aktif transitif akan menjadi pelengkap bila kalimat itu dipasifkan seperti tampak pada contoh berikut :
a. Anak itu [S] menghabiskan kue saya.
b. Kue saya dihabiskan (oleh) anak itu [Pel].
2.2.5.3 Objek
Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letaknya selalu di belakang pre- dikat. Verba transitif biasanya ditandai oleh kehadiran afiks tertentu. Sufiks –kan dan –i serta prefiks –meng umumnya merupakan pem-bentuk verba transitif.
Pada contoh berikut Icuk merupakan objek yang dapat dikenal dengan mudah oleh kehadiran verba transitif bersufiks –kan: menundukkan.
Contoh: Morten menundukkan Icuk.
Objek biasanya berupa nomina atau frasa nominal. Jika objek tergolong nomina, frasa nominal tak bernyawa, atau persona ketiga tunggal, nomina objek itu dapat diganti dengan pronominal –nya; dan jika berupa pronomina aku atau kamu (tunggal), bentuk –ku dan –mu dapat digunakan. Perhatikan contoh :
(1) a. Adi mengunjungi Pak Rustam.
b Adi mengunjunginya.
(2) a. Saya ingin menemui kamu/-mu.
b. Ibu mengasihi aku/-ku.
Selain satuan berupa nomina dan frasa nominal, konstituen objek dapat pula klausa , perhatikan contoh :
Pemerintah mengumumkan (bahwa) harga BBM akan naik.
Objek pada kalimat aktif transitif akan menjadi subjek jika kalimat itu dipasifkan, contohnya :
a. Pembantu membersihkan ruangan saya. [O]
b. Ruangan saya [S] dibersihkan (oleh) pembantu.
2.2.5.4 Pelengkap
Baik objek maupun pelengkap sering berwujud nomina, dan keduanya sering menduduki tempat yang sama, yakni di belakang verba. Perbedaannya ialah objek selalu terdapat dalam klausa yang dapat dipasifkan.
Perhatikan kalimat berikut :
a. Dia mendagangkan barang-barang elektronik di Glodok.
b. Dia berdagang barang-barang elektronik di Glodok.
Pada kedua contoh di atas tampak bahwa barang-barang elektronik adalah frasa nominal dan berdiri di belakang verba mendagangkan dan berdagang. Akan tetapi, pada kalimat (a) frasa nominal itu dinamakan objek, sedangkan pada (b) disebut pelengkap, yang juga dinamakan komplemen. Pelengkap biasanya berupa frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, frasa preposisional, atau klausa. Pelengkap tidak dapat diganti dengan –nya kecuali dalam kombinasi pre- posisi selain di, ke, dari , dan akan.
2.2.5.5 Keterangan
Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya. Keterangan dapat berada di akhir, di awal, dan bahkan di tengah kalimat. Konstituen keterangan biasanya berupa frasa nominal, frasa preposisional, atau frasa adverbial.
Perhatikan contoh :
a. Dia memotong rambutnya.
b. Dia memotong rambutnya di kamar.
c. Dia memotong rambutnya dengan gunting.
d. Dia memotong rambutnya kemarin.
Unsur di kamar, dengan gunting, dan kemarin merupakan keterangan yang sifatnya manasuka.
Fungsi keterangan dapat pula diisi oleh klausa berikut:
a. Dia memotong rambutnya sebelum dia mendapat peringatan dari sekolah.
b. Dia memotong rambutnya segera setelah dia diterima bekerja di bank.
Makna keterangan ditentukan oleh perpaduan makna unsur-unsurnya.
Dengan demikian, keterangan di kamar mengandung makna tempat, dengan gun- ting mengandung makna alat, kemarin menyatakan makna waktu, dan sebelum dia mendapat peringatan dari sekolah serta segera setelah dia diterima bekerja di bank juga mengandung makna waktu.
2.2.6 Jenis Kesalahan Kalimat
Penelitian ini akan membahas jenis kesalahan kalimat berdasarkan unsur- unsurnya.
2.2.6.1 Kesalahan Unsur Predikat
Menurut Arifin (2001: 120-122) kalimat yang tidak mempunyai predikat terjadi, antara lain, akibat adanya keterangan subjek yang beruntun, kemudian ke- terangan itu diberi keterangan lagi sehingga penulisnya lupa bahwa kalimat yang dibuatnya itu belum lengkap, belum berpredikat, misalnya sebelum predikat ter- sebut dicantumkan kata yang atau dan sehingga predikat kalimat menjadi hilang.
Perhatikan contoh berikut :
Objek wisata yang ada di daerah-daerah itu yang merupakan modal dasar atau barang dagangan yang harus kita kelola dan kita pasarkan dengan tujuan mendatangkan devisa.
Contoh kalimat di atas merupakan kalimat yang belum berpredikat.
Kalimat akan menjadi berpredikat setelah kata yang pada kelompok kata yang me- rupakan modal dasar dibuang. Atau, kata yang kedua pada kelompok kata yang harus kita kelola. Perbaikannya sebagai berikut :
Objek wisata yang ada di daerah-daerah itu merupakan modal dasar atau barang dagangan kita, yang harus kita kelola dan kita pasarkan dengan tujuan mendatangkan devisa.
2.2.6.2 Kesalahan Unsur Subjek
Arifin (2001: 116-119) kalimat yang subjeknya tidak jelas terdapat pada kalimat rancu (kacau), antara lain, kalimat yang berpredikatkan kata kerja aktif, tetapi sebjeknya didahului kata depan, atau pada kalimat pasif yang subjeknya di- awali kata depan. Kata depan yang sering mengawali subjek, antara lain pada, di, dari, kepada, untuk, ke, bagi, dalam, sebagai, tentang, melalui, dengan, demi, ter- hadap, daripada, dan antara. Perhatikan contoh berikut :
Di Jakarta akan mengadakan pameran pembangunan selama bulan Agustus ini.
Contoh kalimat di atas merupakan contoh kalimat yang tidak bersubjek karena subjeknya didahului oleh kata depan. Jika kata depan di dalam kalimat- kalimat itu dipertahankan, hendaklah predikat kalimat diubah menjadi verba pasif.
Dengan demikian, subjek kalimat akan muncul, tetapi letaknya di sebelah kanan verba. Perhatikan contoh berikut :
Di Jakarta diadakan pameran pembangunan selama bulan Agustus tahun ini.
Cara lain untuk memperbaiki kalimat tak bersubjek agar menjadi kalimat yang efektif adalah dengan menghadirkan subjeknya atau pelaku perbuatan di da- lam kalimat. Dengan demikian, kata depan tetap mengawali kalimat dan predikat kalimat tetap berupa kata kerja aktif transitif.
Di Jakarta Pemda DKI akan mengadakan pameran pembangunan selama bulan Agustus tahun ini.
Contoh lain kalimat yang tidak bersubjek :
Pada upacara itu dihadiri oleh para menteri.
Contoh kalimat di atas ini tidak ada subjeknya. Di sini terlihat bahwa penggunaan kata depan pada awal kalimat itu tidak tepat. Di depan subjek kalimat diletakkan kata depan sehingga fungsi subjek itu berubah menjadi keterangan, dalam hal ini keterangan waktu. Kalimat itu menjadi betul bila kata pada di depan kalimat itu dihilangkan: Upacara itu dihadiri oleh para menteri. Atau, bila kita menggunakan kata pada di depan kata upacara, maka predikat kalimat itu bukan- lah dihadiri, melainkan hadir dan kata oleh dihilangkan saja. Kalimat itu menjadi:
Pada upacara itu hadir para menteri.
Pada umumnya subjek berupa nomina, frasa nominal, atau klausa (Alwi, 2003:
316). Kesalahan unsur subjek dapat juga terjadi pada contoh berikut.
Sejak kemarin belum makan.
Kalimat di atas merupakan kalimat yang tidak bersubjek. Kalimat di atas akan menjadi lengkap bila:
Sejak kemarin anak itu belum makan.
2.2.6.3 Kesalahan Unsur Objek
Arifin (2001: 139-140) kaidah bahasa Indonesia menghendaki agar dalam kalimat aktif transitif, yaitu kalimat aktif yang mempunyai objek, kata kerja transitif tidak perlu diikuti oleh kata depan sebagai pengantar objek. Antara pre- dikat dan objek tidak perlu disisipkan kata depan, seperti atas, tentang, dari, pada, bagi, untuk, atau daripada karena kata depan tersebut selalu menandai suatu keterangan. Perhatikan contoh berikut.
a. Para pemimpin perusahaan itu sedang membahas tentang gaji pegawainya.
b. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat, terutama rakyat kecil.
Penggunaan kata depan tentang antara membahas dan gaji pegawai, kata depan daripada jelas tidak tepat karena kata depan tersebut menyisip antara pre- dikat dan objek kalimat. Jika terdapat kata depan di sana, bagian kalimt yang ber- fungsi sebagai objek kalimat akan berubah fungsi menjadi keterangan. Perhatikan perbaikan berikut.
a. Para pemimpin perusahaan itu sedang membahas gaji pegawai perusahaannya.
b. Mereka membicarakan kehendak rakyat, terutama rakyat kecil.
Objek biasanya berupa frasa nomina atau frasa nominal. Jika objek ter- golong nomina, frasa nominal tak bernyawa, atau persona ketiga tunggal, nomina objek itu dapat diganti dengan pronominal –nya; dan jika berupa pronomina aku atau kamu (tunggal), bentuk –ku dan –mu dapat digunakan. Kesalahan unsur objek terdapat pada contoh berikut ini.
Aku akan menemani sampai hari Minggu.
Kalimat di atas tidak memiliki unsur objek. Kekurangan unsur objek mengakibatkan kekaburan siapa yang dimaksud. Kalimat tersebut akan menjadi lengkap apabila ada penambahan unsur objek di belakang predikat. Kalimat yang benar adalah :
Aku akan menemanimu sampai hari Minggu.
2.2.6.4 Kesalahan Unsur Pelengkap
Alwi (2003: 329) pelengkap biasanya berupa frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, frasa preposisional, atau klausa. Pelengkap tidak dapat diganti dengan –nya kecuali dalam kombinasi preposisi selain di, ke, dari , dan akan.
Pelengkap terdapat dalam klausa yang tidak dapat diubah menjadi bentuk pasif atau mungkin juga terdapat dalam klausa pasif. Ketidakhadiran unsur pelengkap akan membuat kalimat menjadi rancu. Kesalahan unsur pelengkap terdapat pada contoh berikut ini.
Orang itu selalu berbuat.
Kalimat di atas merupakan kalimat yang tidak memiliki pelengkap.
Kekurangan unsur pelengkap mengakibatkan kekaburan makna yaitu hal apa
yang diperbuat. Kalimat tersebut akan menjadi lengkap apabila ada penambahan unsur pelengkap di belakang unsur predikat.
Perbaikannya adalah:
Orang itu selalu berbuat kebaikan.
2.2.6.5 Kesalahan Unsur Keterangan
Ramlan (2001: 85-86) keterangan pada umumnya mempunyai letak yang bebas. Hanya, sudah tentu tidak mungkin terletak di antara P dan O dan di antara P dan PEL karena O dan PEL boleh dikatakan selalu menduduki tempat langsung di belakang P, kecuali apabila O iti terdiri dari frase yang panjang. Contoh ke- salahan keterangan yang disisipkan antara P dan O:
Wiradinata membersihkan dengan selampai putih kaca matanya.
Perbaikannya:
a. Dengan selampai putih Wiradinata membersihkan kaca matanya.
b. Wiradinata dengan selampai putih membersihkan kaca matanya.
2.2.7 Karangan Narasi
Mengarang atau menulis boleh dikatakan keterampilan yang paling sukar dibanding dengan keterampilan berbahasa lainnya. Apabila seorang pelajar meng- gunakan bahasa kedua/asing secara lisan, seorang penutur asli dapat mengerti dan menerima lafal yang kurang sempurna, atau ungkapan yang kurang gramatikal.
Apabila pelajar itu menggunakan bahasa kedua/asing itu secara tulisan, maka pe- nutur asli yang membacanya akan semakin keras dalam menilai tulisan yang banyak kesalahan ejaan/tatabahasanya. Meskipun makna yang disampaikan itu su-
dah cukup terang, dan tulisannya rapi, suatu karangan tertulis dituntut harus baik dan sedapat mungkin tanpa kesalahan karena dianggap mencerminkan tingkat kependidikan penulis karangan itu (Nababan, 1988:160-161).
Mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang meng- ungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Hasil perwujudan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat di- baca dan dimengerti oleh pembaca disebut dengan karangan. Salah satu karangan yang dihasilkan berupa karangan narasi yaitu bentuk pengungkapan yang me- nyampaikan sesuatu peristiwa/pengalaman dalam kerangka urutan waktu kepada pembaca dengan maksud untuk meninggalkan kesan tentang perubahan atau gerak sesuatu dari pangkal awal sampai titik akhir (The Liang Gie 1992: 17-18).
Pendapat yang hampir sama tentang narasi diungkapkan oleh Keraf (2001:
136) yaitu suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Atau, dapat juga dirumuskan dengan cara lain: narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya ke- pada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Dari dua pendapat di atas (ten- tang pengertian narasi) pendapat Keraf lebih tepat dan jelas untuk dijadikan dasar teori dalam penelitian. Sebab selain menjelaskan narasi, Keraf membagi narasi secara lebih spesifik lagi yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Salah satu dari narasi ini akan dipilih oleh peneliti dalam penelitian.
2.2.7.1 Jenis-jenis Narasi
Menurut Keraf (2001: 136-139) ada dua jenis narasi yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris pertama-tama bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca se- sudah membaca kisah tersebut. Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peris- tiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pem- baca. Di bawah ini akan dikemukakan secara singkat perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif.
Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif 1. Memperluas pengetahuan. 1. Menimbulkan daya khayal.
2. Menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian.
2. Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat.
3. Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional.
3. Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, se- hingga kalau perlu penalaran dapat di- langgar.
4. Bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada peng- gunaan kata-kata denotatif.
4. Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitik-beratkan peng- gunaan kata-kata konotatif.
Narasi yang dipilih adalah narasi sugestif karena narasi sugestif lebih banyak diajarkan guru kepada siswa. Instrumen yang akan digunakan yaitu cerita rakyat“Malin Kundang SiAnak Durhaka”,yang memerlukan bahasa figuratifdan dapat menimbulkan daya khayal. Jika dilihat dari jenis dan ciri-ciri narasi ekspositoris dan narasi sugestif, narasi sugestif lebih tepat digunakan dalam penelitian. Karena bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitik- beratkan penggunaan kata-kata konotatif.
2.2.7.2 Struktur Narasi
Menurut Keraf (2001: 145-155) struktur narasi dapat dilihat dari komponen-komponen yang membentuknya: perbuatan, penokohan latar, dan su- dut pandangan. Tetapi dapat juga dianalisa berdasarkan alur (plot) narasi. Struktur narasi berdasarkan bagian-bagian alur yaitu bagian Pendahuluan, bagian Per- kembangan, dan bagian Peleraian. Berikut ini akan dijelaskan struktur narasi ber- dasarkan bagian-bagian alur.
Alur atau plot merupakan rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha me- mecahkan konflik yang terdapat dalam narasi, yang berusaha memulihkan situasi narasi ke dalam suatu situasi yang seimbang dan harmonis. Di samping tindak- tanduk, karakter (tokoh) dan pikiran atau suasana hati yang menjadi dasar sebuah plot, ada beberapa faktor lain yang harus diperhatikan juga dalam sebuah alur, yaitu latar (setting), waktu, dan kiasan makna.
Bagian pendahuluan menyajikan situasi dasar yang memungkinkan pem- baca memahami adegan-adegan selanjutnya. Bagian pendahuluan harus menentu- kan daya tarik dan selera pembaca terhadap bagian-bagian berikutnya.
Bagian perkembangan atau bagian tengah adalah batang tubuh yang utama dari seluruh tindak-tanduk para tokoh. Bagian ini merupakan rangkaian dari tahap-tahap yang membentuk seluruh proses narasi. Bagian ini mencakup adegan- adegan yang berusaha meningkatkan ketegangan, atau menggawatkan komplikasi yang berkembang dari situasi asli.
Bagian peleraian atau penutup bukan hanya menjadi titik pertanda ber- akhirnya tindak-tanduk. Lebih tepat kalau dikatakan, bahwa akhir dari perbuatan atau tindakan itu merupakan titik di mana tenaga-tenaga atau kekuatan–kekuatan yang diemban dalam situasi yang tercipta sejak semula keluar dan menemukan pemecahannya.
2.2.8 SD Negeri 1 Patoman dan SD Negeri 2 Patoman 2.2.8.1 SD Negeri 1 Patoman
SD Negeri 1 Patoman terletak di Desa Patoman, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus-Lampung bersebelahan dengan SD Negeri 2 Patoman.
Sarana dan prasarana yang dimiliki berupa kondisi gedung dan ruang, yaitu ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kelas, dan ruang perpustakaan. Ruang kelas berjumlah 6 kelas dan mempunyai ukuran 7 x 8 meter. Pembagian kelas untuk kelas 1 masuk pagi jam 07.30-10.00, kelas 3 sampai kelas 6 masuk pagi jam 07.30-12.40. Kelas 2A dan 2B masuk siang jam 10.00-12.40. Selain gedung dan ruang, sarana dan prasarana yang dimiliki yaitu peralatan sekolah.
Peralatan sekolah merupakan sarana dan prasarana proses belajar- mengajar sehingga tujuan pendidikan yang telah direncanakan dapat berjalan
dengan baik. Peralatan yang ada di SD Negeri 1 Patoman ini yaitu papan tulis, kapur tulis, penghapus papan tulis, penggaris, alat-alat olahraga, dan alat praktik IPA. Guru masih menggunakan metode konvensional karena terbatasnya sarana dan prasarana. Metode konvensional yang digunakan yaitu ceramah, tanya jawab, pemberian tugas, dan demonstrasi (jarang dipakai) dari pokok bahasan yang di- ajarkan guru kepada siswa.
2.2.8.2 SD Negeri 2 Patoman
SD Negeri 2 Patoman terletak di Desa Patoman, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tanggamus-Lampung. Sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki SD Negeri 2 Patoman ini kurang memadai. Yang dimaksud dengan sarana dan prasarana pendidikan adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki berupa kondisi gedung dan ruang, yaitu ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kelas, dan ruang perpustakaan. Ruang kelas berjumlah 5 kelas dan mempunyai ukuran 7 x 8 meter. Pembagian ruang kelas untuk kelas 1 masuk pagi jam 07.30- 10.00 dan kelas lainnya jam 07.30-12.40. Ruang kelas ini mempunyai kapasitas daya tampung 40 siswa. Selain gedung dan ruang, sarana dan prasarana yang dimiliki yaitu peralatan sekolah. Peralatan yang ada di SD Negeri 2 Patoman ini yaitu papan tulis, kapur tulis, penghapus papan tulis, penggaris, dan alat-alat olahraga. Guru masih menggunakan metode konvensional karena terbatasnya sarana dan prasarana. Metode konvensional yang digunakan yaitu ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas dari pokok bahasan yang diajarkan guru kepada siswa.
Metode yang digunakan oleh SD Negeri 1 dan 2 Patoman yaitu metode konvensional. Padahal, kurikulum yang digunakan SD Negeri 1 dan 2 Patoman ini adalah Kurikulum 2004 yang menuntut siswa untuk memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Akibatnya, siswa menjadi kurang terlibat secara aktif dan kreatif dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia. Selain sarana dan prasarana yang kurang memadai keragaman bahasa yang digunakan siswa di sekolah pun (di dalam kelas atau di luar kelas) bermacam-macam, misal- nya ada bahasa Jawa, Lampung, Sunda, dan sebagainya. Hal ini mengakibatkan hasil belajar siswa kurang maksimal. Hal ini tampak pada hasil karangan siswa.
Hasil karangan siswa ini mengandung kesalahan-kesalahan berupa kesalahan ejaan (pemakaian huruf, penggunaan huruf kapital, dan pe-makaian tanda baca), kesalahan ucapan, ketidaktepatan pemilihan kata, kesalahan struktur kalimat, dan pemborosan penggunaan kata. Permasalahan tersebut perlu diteliti untuk mengetahui seberapa jauh kesalahan yang dilakukan siswa dan sebab-sebab (ke- salahan yang dilakukan siswa). Karena keterbatasan waktu dan tenaga, peneliti hanya mengambil satu permasalahan tentang penggunaan struktur kalimat khusus- nya pada karangan narasi siswa.
2.2.9 Kerangka Berpikir
Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan dan bahasa negara milik bangsa Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi. Bahasa Indonesia diajarkan dan digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah. Meskipun bahasa Indonesia diajarkan dan digunakan di sekolah, kesalahan siswa masih sering terjadi.
Kesalahan yang dilakukan siswa berupa kesalahan ejaan (pemakaian huruf, peng- gunaan huruf kapital, dan pemakaian tanda baca), kesalahan ucapan, ketidak- tepatan pemilihan kata, kesalahan struktur kalimat, dan pemborosan penggunaan kata. Kesalahan ini nampak pada hasil karangan siswa. Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten dan dapat berlangsung lama jika tidak diperbaiki. Atas dasar per- masalahan di atas, maka dilakukan analisis kesalahan berbahasa untuk memper- hitungkan kesalahan siswa. Analisis kesalahan berbahasa mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar, pengenalan kesalahan yang terdapat pada sampel tersebut, pendeskripsian kesalahan, pengklasifikasiannya berdasarkan sebab-sebabnya yang telah dihipotesiskan, serta pengevaluasian keseriusannya.
Satu permasalahan yang diambil adalah kesalahan tentang struktur kalimat khususnya pada karangan narasi. Kalimat terdiri atas unsur predikat dan subjek dengan atau tanpa objek, pelengkap, atau keterangan (Alwi, 2003: 313). Data di- ambil dengan cara memberikan tugas kepada siswa kelas VI SD 1 dan 2 Patoman.
Siswa diberi tugas untuk membuat karangan narasi yaitu menceritakan kembali ceritarakyat“Malin Kundang Anak Durhaka”.Hasilkarangan narasiiniberguna untuk menganalisis struktur kalimatnya. Selain menganalisis struktur kalimatnya, dianalisis juga sebab-sebab kesalahan yang dilakukan siswa lewat lembar kuesioner yang harus dijawab oleh siswa dan lembar wawancara yang harus di- jawab oleh guru bahasa Indonesia.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Ditinjau dari tujuannya, penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk me- ngumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan ge- jala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 1990: 309).
Deskripsi yang dimaksud adalah kesalahan berbahasa Indonesia bidang sintaksis khususnya pada tataran struktur kalimat yang dilakukan oleh siswa kelas VI SD Negeri 1 dan 2 Patoman Kabupaten Tanggamus-Lampung tahun ajaran 2005/2006. Penelitian kuantitatif bertujuan menggeneralisasikan populasi ber- dasarkan sampel yang representatif. Penelitian kuantitatif tidak menemukan teori, melainkan memverifikasi (menguji kembali kebenaran) suatu teori atau meng- aplikasikan teori. (Soewandi, 2006: 5).
3.2 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Jika semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian diteliti, penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 1996: 115). Populasi penelitian ini adalah siswa kelas 6 SD Negeri 1 dan 2 Patoman Kabupaten Tanggamus-Lampung tahun ajaran 2006/2007. Jumlah siswa SD 1 Patoman yang menjadi populasi penelitian ini 48 orang dan SD 2 Patoman 18 orang. Jumlah keseluruhan ada 66 orang. Semua anggota populasi tersebut dijadikan subjek penelitian.
32
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes mengarang, lembar kuesioner, dan wawancara. Siswa kelas 6 SD Negeri 1 dan 2 Patoman Kabupaten Tanggamus-Lampung diberi tugas untuk membuat karangan narasi yaitu menceritakan kembaliceritarakyat“Malin Kundang SiAnak Durhaka”. Petunjuk penulisan karangan :
1. Tulislah nama dan no. urut Anda di sudut kanan atas kertas karangan!
2. Ceritakan kembaliceritarakyat“Malin Kundang SiAnak Durhaka”! 3. Panjang karangan minimal 1,5 halaman!
4. Gunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar!
5. Waktu untuk mengarang adalah 2 jam pelajaran (2 x 45 menit)
Setelah siswa selesai mengerjakan karangan narasi, lembar kuesioner dibagi- kan kepada siswa dan instrumen wawancara diberikan kepada guru untuk menge- tahui sebab-sebab kesalahan kalimat pada karangan narasi siswa.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Ada tiga langkah dalam pengumpulan data. Langkah pertama, siswa men- dengarkan cerita rakyat yang dibacakan oleh. Langkah yang pertama ini dibagi lagi menjadi enam yaitu: siswa diberi tugas untuk membuat karangan narasi, lembar folio dibagikan kepada siswa, siswa mendengarkan cerita rakyat yang di- bacakan oleh guru, siswa membuat karangan narasi yaitu menceritakan kembali cerita rakyat yang telah dibacakan, waktu untuk mengarang adalah 2 jam pe- lajaran (2 x 45 menit), peneliti mengawasi pelaksanaan pengumpulan data,
karangan yang telah selesai dikerjakan siswa kemudian dikumpul dan diteliti.
Langkah kedua yaitu siswa diberi lembar kuesioner. Langkah ketiga yaitu me- lakukan wawancara dengan guru bahasa Indonesia. Lembar kuesioner dan wawancara ini bertujuan untuk mengetahui sebab-sebab kesalahan kalimat pada karangan narasi siswa.
3.5 Teknik Analisis Data
Hasil karangan narasi siswa kemudian dianalisis. Adapun tahap-tahap meng- analisis hasil karangan narasi siswa sebagai berikut:
1. Setiap hasil karangan siswa diberi nomor dari 1-48 untuk SD Negeri 1 Patoman dan 1-18 untuk SD Negeri 2 Patoman.
2. Hasil karangan siswa dibaca.
3. Kesalahan kalimat siswa diidentifikasikan ke dalam jenis-jenis kesalahan kalimat, yaitu kesalahan predikat (KP), subjek (KS), objek (KO), pelengkap (KPel), dan keterangan (KKet).
4. Frekuensi kesalahan siswa dihitung sesuai jenis-jenis kesalahan struktur kalimatnya.
5. Jenis-jenis kesalahan kalimat diurutkan mulai dari jumlah kesalahan kalimat yang tinggi ke yang rendah.
6. Sebab-sebab kesalahan kalimat yang dilakukan oleh siswa dideskripsikan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data Kesalahan Kalimat
Berdasarkan langkah-langkah penelitian pada bab III akan disajikan data tentang kesalahan berbahasa bidang sintaksis, khususnya struktur kalimat. Selain itu akan dideskripsikan pula sebab-sebab kesalahan kalimat yang dilakukan siswa melalui hasil angket dan wawancara.
Ada 3 macam data yang terkumpul. Pertama, data kesalahan kalimat yang terdapat di dalam 66 buah karangan narasi. Kedua, data hasil angket yang telah di- kerjakan oleh siswa. Hasil angket yang diperoleh berjumlah 66 buah. Ketiga, data hasil wawancara dengan guru bidang studi bahasa Indonesia. Data hasil angket dan wawancara akan disajikan pada lembar lampiran. Data hasil angket dan wawancara berguna untuk mengetahui sebab-sebab kesalahan siswa dalam mem- buat kalimat.
Dari 66 karangan, yang diteliti hanya 61 karangan karena ada 5 karangan yang tidak memenuhi kriteria dan untuk data angket, peneliti akan meneliti data secara keseluruhan dengan jumlah 66 angket. Untuk kesalahan kalimat ditemukan sebanyak 342 kesalahan. Jenis kesalahan itu meliputi: (1) kesalahan subjek ada 108, (2) kesalahan predikat ada 95 kesalahan, (3) kesalahan subjek dan predikat ada 9 kesalahan, (4) kesalahan objek ada 39 kesalahan, (5) kesalahan pelengkap ada 15 kesalahan, dan (6) kesalahan keterangan ada 76 kesalahan.
35
Berikut ini disajikan jumlah kalimat masing-masing siswa dan kesalahannya.
Tabel 1.
Jumlah Kalimat dan Kesalahan Siswa Kelas VI SDN 1 Patoman
No Nomor Data
Jumlah Kalimat
Jumlah
Kesalahan No Nomor Data
Jumlah Kalimat
Jumlah Kesalahan
1 K1 51 5 23 K23 26 5
2 K2 39 11 24 K24 27 6
3 K3 27 3 25 K25 39 2
4 K4 31 7 26 K26 21 5
5 K5 22 12 27 K27 26 6
6 K6 33 2 28 K28 21 13
7 K7 34 6 29 K29 24 2
8 K8 44 5 30 K30 20 3
9 K9 35 6 31 K31 28 2
10 K10 42 6 32 K32 18 8
11 K11 37 7 33 K33 51 8
12 K12 26 5 34 K34 45 6
13 K13 42 1 35 K35 47 8
14 K14 27 9 36 K36 41 10
15 K15 24 3 37 K37 31 4
16 K16 18 8 38 K38 32 3
17 K17 35 6 39 K39 27 15
18 K18 38 3 40 K40 22 10
19 K19 27 2 41 K41 46 6
20 K20 32 4 42 K42 48 4
21 K21 27 4 43 K43 25 10
22 K22 34 6 44 K44 37 3
Jumlah:
Kalimat: 1427 Kesalahan: 260
Tabel 2.
Jumlah Kalimat dan Kesalahan Siswa Kelas VI SDN 2 Patoman
No Nomor Data
Jumlah Kalimat
Jumlah Kesalahan
1 K1 31 7
2 K2 25 1
3 K3 31 4
4 K4 31 6
5 K5 22 3
6 K6 31 3
7 K7 37 5
8 K8 39 8
9 K9 37 2
10 K10 35 2
11 K11 35 10
12 K12 47 10
13 K13 30 4
14 K14 31 6
15 K15 26 4
16 K16 41 4
17 K17 22 3
Jumlah 551 82
4.2 Analisis Data
Untuk menjawab rumusan masalah tentang jenis-jenis kesalahan yang telah dikemukakan pada Bab I, kesalahan kalimat dianalisis berdasarkan kelengkapan unsur-unsur pengisi kalimat. Dalam sebuah kalimat, unsur-unsur pengisi kalimat harus ada subjek dan predikat.
Setelah diadakan analisis data, ditemukan kesalahan unsur kalimat pada karangan narasi siswa kelas VI SDN 1 Patoman sebanyak 260 kesalahan dan
siswa kelas VI SDN 2 Patoman sebanyak 82 kesalahan. Gambaran lengkap mengenai kesalahan-kesalahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.
Persebaran Kesalahan Struktur Kalimat Siswa SDN 1 dan 2 Patoman No Jenis Kesalahan Jumlah Kesalahan
1 Subjek 108
2 Predikat 95
3 Subjek dan Predikat 9
4 Objek 39
5 Pelengkap 15
6 Keterangan 70
Jumlah 342
4.2.1 Kesalahan Struktur Kalimat Siswa SDN 1 dan 2 Patoman
Hasil analisis data menunjukkan bahwa kesalahan struktur kalimat pada karangan narasi siswa kelas VI SDN 1 dan 2 Patoman Kabupaten Tanggamus Lampung Tahun Ajaran 2006/2007 sebanyak 342 kesalahan. Berikut disajikan jenis dan jumlah kesalahan siswa SDN 1 dan 2 Patoman.
Jumlah Kesalahan Unsur Kalimat No Nomor
Data S P S dan P O Pel Ket
1 K1 1 2 - 2 - -
2 K2 7 2 - - - 2
3 K3 1 1 - 1 - -
4 K4 - 5 - 1 - 1
5 K5 1 5 - - 2 4
6 K6 - - - 1 - 1
7 K7 1 3 - 1 - 1
8 K8 4 1 - - - -
9 K9 2 1 - 2 - 1
10 K10 - 3 2 - - 1
11 K11 1 2 - 2 - 2
12 K12 1 1 - - 1 2
13 K13 - 1 - - - -
14 K14 3 1 1 2 1 1
15 K15 1 1 - - - 1
16 K16 2 3 - - - 3
17 K17 3 1 - 1 - 1
18 K18 - 1 - 1 1 -
19 K19 - 1 1 - - -
20 K20 - 2 - 2 - -
21 K21 - - - 2 - 2
22 K22 5 1 - - - -
23 K23 2 2 - - - 1
24 K24 1 1 - 2 - 2
25 K25 1 1 - - - -
26 K26 2 2 - - - 1
27 K27 1 2 - 1 - 2
28 K28 5 2 - 2 2 2
29 K29 - - - 1 - 1
30 K30 - 2 - - - 1
31 K31 1 - - - 1 -
32 K32 7 - - 1 - -
33 K33 1 5 - - 1 1
34 K34 1 3 1 - - 1
35 K35 4 3 - - 1 -
36 K36 5 1 - 2 - 2
37 K37 1 1 - - - 2
38 K38 1 - 1 - - 1
39 K39 - 7 - - - 8
40 K40 2 6 - - 1 1
41 K41 3 1 1 - - 1
42 K42 1 1 - - - 2
43 K43 1 1 1 - - 7
44 K44 2 - - - - 1
Jumlah 75 79 8 27 11 60
Jumlah Kesalahan 260
Tabel 5.
Kesalahan Struktur Kalimat Siswa Kelas VI SDN 2 Patoman Jumlah Kesalahan Unsur Kalimat
No Nomor
Data S P S dan P O Pel Ket
1 K1 3 - - 4
2 K2 - - - 1
3 K3 1 - - 3
4 K4 3 2 - 1
5 K5 - 1 - 1 1
6 K6 2 - - 1
7 K7 2 1 - 2
8 K8 - 4 1 2 1
9 K9 1 1 -
10 K10 1 - - 1
11 K11 2 2 - 1 3 2
12 K12 6 1 - 1 2
13 K13 1 2 - 1
14 K14 3 1 - 1 1
15 K15 4 - -
16 K16 3 - - - 1
17 K17 1 1 - 1
Jumlah 33 16 1 12 4 16
Jumlah Kesalahan 82
Berikut disajikan delapan contoh yang mewakili kesalahan struktur kalimat siswa SDN 1 Patoman.
(1) Dan badai besar menyambar kapal Malin Kundang. (K44) (2) Anak raja yang bernama Azizah. (K39)
(3) Sehingga tidak sempat minta izin pada ibunya. (K38) (4) Meskipun ibu sudah tua dan sakit-sakitan. (K10)
(5) Ketika ada kesempatan Malin Kundang pun melumpuhkan satu- persatu. (K42)
(6) Akhirnya Malin Kundang ikut pada mereka. (K5)
(7) Tak lama kemudian Malin memutuskan nahkoda untuk berlayar.
(K31)
(8) Dan akhirnya Malin Kundang bekerja menjadi nahkoda. (K39) Kalimat (1) merupakan kesalahan unsur subjek. Kata dan merupakan kata penghubung antara dua klausa. Penempatan kata dan di awal kalimat menyebab- kan unsur subjek menjadi salah. Kalimat tersebut akan menjadi benar jika kata dan dihilangkan. Dengan demikian kalimat yang benar adalah
Badai besar menyambar kapal Malin Kundang.
Kalimat (2) merupakan kalimat yang tidak mempunyai predikat. Kalimat yang tidak mempunyai predikat terjadi, antara lain, akibat adanya keterangan subjek yang beruntun. Misalnya sebelum predikat tersebut dicantumkan kata yang atau dan sehingga predikat kalimat menjadi hilang. Jadi, kalimat yang benar adalah
Anak raja bernama Azizah.
Kalimat (3) merupakan kalimat yang tidak bersubjek. Kekurangan unsur subjek mengakibatkan tidak jelas siapa yang tidak sempat minta izin. Kalimat ter- sebut akan menjadi lengkap apabila ada penambahan unsur subjek setelah kata sehingga. Kalimat yang benar adalah
Sehingga Malin Kundang tidak sempat minta izin pada ibunya.
Kalimat (4) hanya merupakan unsur keterangan. Ketidakhadiran unsur S dan P pada kalimat tersebut menyebabkan kalimat tidak jelas karena tidak di- ketahui siapa pelaku (S) dan melakukan tindakan apa pelaku tersebut (P). Unsur S dan P merupakan unsur pokok yang harus ada di dalam kalimat baku. Kalimat
tersebut akan menjadi lengkap apabila ada penambahan unsur subjek dan predikat. Kalimat yang benar adalah
Meskipun sudah tua dan sakit-sakitan, ibu tidak mungkin lupa.
Kalimat (5) merupakan kalimat transitif yang memerlukan unsur objek.
Ketidakhadiran unsur objek pada kalimat tersebut tidak dapat diketahui siapa yang menjadi objek penderitanya. Kalimat tersebut akan menjadi lengkap apabila ada penambahan unsur objek di belakang predikat kalimat. Kalimat yang benar adalah
Ketika ada kesempatan Malin Kundang pun melumpuhkan bajak laut satu persatu.
Kalimat (6) dan (7) merupakan kesalahan pemakaian pelengkap. Kalimat tersebut dapat diperbaiki apabila kata pada dan nahkoda dihilangkan. Kalimat yang benar adalah
Akhirnya Malin Kundang ikut mereka.
Tak lama kemudian Malin memutuskan untuk berlayar.
Kalimat (8) merupakan kesalahan unsur keterangan. Kata yang meng- awalinya berupa kata penghubung dan. Kata penghubung dan dipakai untuk menggabungkan dua klausa atau lebih yang masing-masing mempunyai keduduk- an yang setara. Pemakaian kata penghubung dan pada awal kalimat menyebabkan unsur keterangan menjadi salah. Kalimat yang benar adalah
Akhirnya Malin Kundang bekerja menjadi nahkoda.