i
POLA PEMBENTUKAN DAN JENIS REFEREN
SLOGAN KOTA DAN KABUPATEN DI JAWA TENGAH
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Oktavianus Jalu Dwi Prasetyo
NIM: 114114017
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv MOTO
Jangan menyerah. Tak ada yang memalukan dari terjatuh, yang memalukan
adalah kalau tidak berdiri lagi (Midorima-Kuroko no basuke)
Hidup ini takkan pernah adil jika kau terus menerus membandingkan dirimu
dengan yang lain. (Monkey D Luffy-One Peice)
Karya sederhana ini saya persembahkan kepada:
Bapak Markus Wijianto, Ibu Ristituta Miyatun, serta mbak Nina
Dek Nita
Prodi Sastra Indonesia
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis uncapkan kepada Tuhan Yang Maha kasih atas berkat dan rahmatNya yang melimpah selama penulis menyusun tugas akhir ini dari awal mencari topik hingga akhir penyelesaiannya.
Skripsi berjudul “Pola Pembentukan dan Jenis Referen Slogan Kota dan Kabupaten di Jawa Tengah” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana S 1 pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Setelah melalui proses yang panjang, skripsi ini akhirnya terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih beserta doa yang tulus kepada pihak-pihak yang telah menjadi perpanjangan Tangan Tuhan berikut.
1. Drs. Hery Antono, M.Hum. yang berkenan menjadi pembimbing I penyusunan skripsi ini. Beliau memberikan banyak inspirasi, masukan, pinjaman buku referensi, dan pesan-pesan yang berguna baik untuk penyusunan skripsi ini maupun untuk kehidupan sehari-hari penulis. 2. Dr. Paulus Ari Subagyo, M.Hum. yang berkenaan menjadi pembimbing II
penulis dalam menyusun skripsi ini. Beliau memberikan banyak masukan-masukan untuk membuat skripsi ini menjadi lebih baik.
3. Para dosen Program Studi Sastra Indonesia USD yang belum disebut: Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., Dra. F. Tjandrasih Adji, M.Hum., S.E. Peni Adji, S.S, M.Hum., (dosen pembimbing akademik penulis), Dr. Yapi Taum M.Hum., dan Drs. F.X. Santosa , M.S., serta dosen-dosen pemgampu mata kuliah tertentu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Pengabdian mereka untuk dunia pendidikan sangat berharga dan patut dihormati.
4. Sfat Sekretariat Program Studi Sastra Indonesia dan Fakultas Sastra yang selama ini mengurus keperluan akademis penulis.
5. Pengelola dan segenap staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang membantu penulis menyediakan buku-buku yang penulis butuhkan untuk penelitian ini pada khususnya dan untuk keperluan kuliah pada umumnya. 6. Bapak Markus Wijianto dan Ibu Ristituta Miyatun serta kakak Christina
Nur Wijayanti, keluarga tercinta yang telah membiayai dan selalu mendoakan penulis hampir 22 tahun penulis hidup di dunia ini. Semoga karya ini dapat menjadikan sedikit kebangaan bagi mereka.
7. Anita Kumala Dewi yang selalu memberi semangat dan doa untuk penulis 8. Teman-teman Prodi Sastra Indonesia angkatan 2011. Tanpa disadari,
mereka semua bukan sekedar teman seperjalanan, melainkan juga inspirasi dan penyemangat penulis.
ix
ABSTRAK
Jalu Dwi Prasetyo, Oktavianus. 2015 – Pola Pembentukan dan Jenis Referen Slogan Kota dan Kabupaten di Jawa Tengah. Skripsi Strata 1 (S1). Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Skripsi ini membahas pola slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah dan Jenis referen slogan Kota dan Kabupaten di Jawa Tengah.
Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, mengumpulkan data dari sumber online (internet) dan offline (gapura kota atau kabupaten yang memuat slogan). Teknik yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah teknik simak bebas cakap dengan mengamati dan mencatat data berupa akronim-akronim yang digunakan kota di Jawa Tengah untuk menjadi slogan. Selain teknik simak penulis juga menggunakan teknik rekam. Teknik rekam adalah teknik penjaringan data dengan merekam penggunaan bahasa. Di sini penulis memfoto slogan-slogan kota dan kabupaten yang ada di Jawa Tengah. Data yang sudah terkumpul diklasifikasikan berdasarkan kategori dan jenisnya.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pola slogan yang terdapat dalam slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah dan mendiskripsikan jenis referen berdasarkan slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah.
Hasil penelitian ini juga memberi sumbangan untuk bidang morfologi dan semantik. Untuk bidang morfologi penelitian ini memberikan pola-pola akronim dan untuk semantik penelitian ini memberikan bentukan-bentukan baru jenis referen. Hasil penelitian tentang pola akronim dalam slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah bermanfaat untuk memberikan penjelasan tentang bagaimana pola-pola yang digunakan untuk membuat slogan kota di Jawa Tengah. Dengan mengetahui pola-pola akronim, seseorang dapat membuat akronim yang bervariasi sehingga tidak membosankan. Hasil penelitian tentang jenis referen berdasarkan slogan tempat yang diwakilinya bermanfaat untuk memberi penjelasan tentang jenis referen berdasarkan slogan apa saja yang terdapat dalam slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah kepada masyarakat.
Hasil dari penelitian ini meliputi dua hal yaitu pola slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah dan jenis slogan berdasarkan referen. Dari pembahasan masalah pertama dapat disimpulkan pola slogan memiliki dua pola yaitu kata dan kalimat. Kata memiliki dua jenis yaitu kata ulang dan akronim. Untuk akronim penulis menemukan 14 pola. Pembahasan kedua penulis menemukan 12 jenis referen yang terdapat di slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah.
x
ABSTRACT
Jalu Dwi Prasetyo, Oktavianus. 2015 - The Pattern Formation and Rerefent Types of The Slogan Town and District in Central Java. Thesis Strata 1 (S1) Skripsi. Indonesian Literary Studies Program, Sanata Dharma University.
This thesis discusses the slogan pattern of cities and counties in Central Java and type of City and County slogan referents in Central Java.
The steps in this study are as follows. First, collect data from online sources (internet) and offline (gate city or county that contains the slogan). Techniques used in the data collection phase is freely refer techniques capable by observing and recording the data in the form of acronyms used in the Central Java town to be a slogan. In addition the authors also refer to the technique of using recording technique. Recording technique is a data networking techniques to record the use of language. Here the author photograph slogans cities and districts in Central Java. Data already collected classified by category and type.
The purpose of this study was to describe the pattern contained in the slogan cities and counties in Central Java and describe the types of referents based on the slogan of cities and districts in Central Java.
The results also contributed to the field of morphology and semantics. This study provides patterns of acronyms in the field of morphology, whereas in the field of semantics, this study provides new types of formations referents. Results of research on pattern slogan acronym in cities and counties in Central Java is useful to provide an explanation of how the patterns used to create the slogan of the city in Central Java. By knowing the patterns of acronyms, one can create an acronym which vary so it is not boring. Results of research on the type referents represented by a slogan useful to shed some light on the type of referents based slogan anything contained in the slogan cities and counties in Central Java to the public.
Results from this research include two things: pattern slogans cities and counties in Central Java and type of slogan patterns based referents. The first issue of the discussion can be inferred patterns that slogan has two patterns of words and sentences. The word has two types of repeated words and acronyms. To acronym authors find 14 patterns. The second discussion the authors find 12 types of referents contained in the slogan of the city and district in Central Java.
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tebel 1 : Pola Akronim yang Terdapat dalam slogan Kota dan
Kabupaten Jawa Tengah ... 42
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan Pola Slogan : ... 46
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Daftar Pola Pembentukan Akronim ... 67
Lampiran 2 : Arti Leksikal Slogan ... 69
Lampiran 3 : Jenis Referen Berdasarkan Slogan Kota dan Kabupaten
di Jawa Tengah ... 72
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
ABSTRAK .... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
DAFTAR ISI ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 7 1.3 Tinjauan Pustaka ... 9 1.4 Landasan Teori ... 11 1.4.1 Kota …………... 11 1.4.2 Kabupaten ... 11 1.4.3 Slogan ………... 12 1.4.4.1 Kependekan ... 13 1.4.4.2 Abreviasi ... 13 1.4.4.3 Akronim ……... 14 1.4.5 Kata………... 14 1.4.6 Kalimat ... 14 1.4.7 Referen ... 15
xiii
1.5.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 16
1.5.2 Metodologi dan Tahap Analisis Data ... 17
1.5.3 Metode Penyajian Hasil Analisi ...20
1.6 Sistematika Penyajian ... 20
BAB II POLA SLOGAN KOTA DAN KABUPATEN DI JAWA TENGAH ... 22 2.1 Pengantar ... 22 2.2 Kata ... 22 2.2.2 Kata Ulang ... 22 2.2.3 Akronim ... 23 2.2.3.1 Pola Akronim ... 23
2.2.3.1.1 Pengekalan huruf pertama akronim setiap komponen ... 23
2.2.3.1.2 Pengekalan huruf pertama dan dua huruf pertama ... 29
2.2.3.1.3 Pengekalan suku terakhir, huruf pertama, dan suku pertama dan hururf kelima .…....………… 31
2.2.3.1.4 Pengekalan suku pertama dan huruf pertama dari komponen selanjutnya .…..…...………… 31
2.2.3.1.5 Pengekalan Suku Pertama dan Dua Huruf Pertama ... 34
2.2.3.1.6 Pengekalan dua huruf pertama dan huruf pertama dari komponen selanjutnya ……...… 34
2.2.3.1.7 Pengekalan suku pertama serta dua huruf Pertama dan huruf pertama .………... 35
2.2.3.1.8 Pengekalan huruf pertama, huruf pertama dan terkhir, dan dua huruf terakhir…….………....… 36
2.2.3.1.9 Pengekalan huruf pertama, huruf pertama dan terakhir, dan huruf pertama, ketiga dan kelima ...… 37
2.2.3.1.10 Pengekalan suku kata pertama, huruf pertama dan huruf kedua dan ketiga …………...…….. 38
2.2.3.1.11 Pengekalan suku pertama, huruf pertama, dan dua huruf pertama …….………... 39
2.2.3.1.12 Pengekalan suku pertama, huruf pertama, dan dua huruf terakhir………….…...……... 40
2.2.3.1.13 Pengekalan tiga huruf pertama, huruf ke dua, dan suku kata terakhir, ……….………... 40
xiv
2.2.3.1.14 Pengekalan Huruf pertama dan tiga huruf
Pertama ...…….. 41
2.4 Kalimat ... 46
BAB III JENIS REFEREN BERDASARKAN SLOGAN KOTA DAN KABUPATEN DI JAWA TENGAH ... 47
3. Jenis Slogan Berdasarkan Referen ... 47
3.1 Referen Keadaan ...……..…...…... 47
3.2 Referen Pangkat/Tingkatan ……....……....……... 49
3.3 Referen Kondisi Sosial ..……….…….…...….. 50
3.4 Referen Ekspresi ...………...……...….... 51 3.5 Referen Perbuatan ... 52 3.6 Referen Benda ... 54 3.7 Referen Perasaan ... 56 3.8 Referen Hasil ... 57 3.9 Referen Proses ... 58 3.10 Referen Pancaran ... 59 3.11 Referen Penggunaan ... 60 3.12 Referen Kepemilikan ...…... 61 BAB IV PENUTUP ... 63 4. Kesimpulan ... 63 5. Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA ... 65
DAFTAR SUMBER ONLINE ... 66
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Objek penelitian ini adalah slogan-slogan kota dan kabupaten di Jawa
Tengah. Kata slogan berasal dari istilah dalam bahasa Gaelik, sebuah bahasa dari
Skotlandia kuno, yaitu slough-ghairm yang berarti teriakan bertempur (wikipedia.com). Menurut Widyatama (2011 : 117) secara sederhana slogan
diartikan sebagai motto atau frasa yang dipakai sebagai ekspresi ide atau tujuan
yang mudah diingat dan mengandung arti khusus. Di tengah masyarakat, slogan
sering diartikan sebagai semboyan atau motto.
Menurut Moeliono slogan adalah perkataan atau kalimat yang menarik,
mencolok dan mudah diingat untuk menyampaikan sesuatu. Slogan dibuat untuk
memberitahu, mengajak atau mempengaruhi pembacanya.
(http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/17/jhptump-a-ferynadama-807-2-babii.pdf)
Slogan kota dan kabupaten biasanya berupa akronim. Awal mula slogan
kota dan kabupaten muncul karena adanya penghargaan adipura yang
dicanangkan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1986. Dengan adanya
penghargaan adipura hampir setiap kota berlomba-lomba membuat slogan untuk
membuat identitas dan harapan dari kotanya masing-masing. Penghargaan adipura
adalah sebuah penghargaan bagi kota di Indonesia yang berhasil dalam kebersihan
serta pengelolaan lingkungan perkotaan yang diselenggarakan oleh Kementrian
Negara Lingkungan Hidup.
Kabupaten adalah wilayah administrasi di Indonesia setelah provinsi, yang
dipimpin oleh seorang bupati (wikipedia). Selain kabupaten, pembagian wilayah
administratif setelah provinsi adalah kota. Secara umum, baik kabupaten dan kota
memiliki wewenang yang sama. Kabupaten bukanlah bawahan dari provinsi,
karena itu bupati atau wali kota tidak bertanggung jawab kepada gubernur.
Kabupaten maupun kota merupakan daerah otonom yang diberi wewenang
mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya sendiri. Dahulu istilah
kabupaten dikenal dengan Daerah Tingkat II Kabupaten. Sejak diberlakukannya
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, istilah
Daerah Tingkat II dihapus, sehingga Daerah Tingkat Kabupaten disebut
Kabupaten saja.
Kota adalah suatu wadah yang memiliki batas administrasi wilayah yang
seperti kotamadya dan kota administratif. Kota juga berarti suatu lingkungan
kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri non agraris, misalnya ibu kota
kabupaten, ibu kota kecamatan yang berfungsi sebagai pusat petumbuhan
(Peraturan Mendagri RI No. 4 th. 1980).
Jawa Tengah sebagai provinsi dibentuk sejak zaman Hindia Belanda.
Hingga tahun 1905, Jawa Tengah terdiri atas 5 wilayah yakni Semarang, Kudus,
Kedu, Banyumas, dan Pekalongan. Surakarta masih merupakan daerah swapraja
kerajaan yang berdiri sendiri dan terdiri dari dua wilayah, Kasunanan Surakarta
dan Mangkunegaran, sebagaimana Yogyakarta. Masing-masing wilayah terdiri
Secara administratif, Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 29 kabupaten dan
6 kota. Administrasi pemerintahan kabupaten dan kota ini terdiri atas 545
kecamatan dan 8.490 desa/kelurahan. Sebelum diberlakukannya Undang-undang
Nomor 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, Jawa Tengah juga terdiri atas 3
kota administratif, yaitu Kota Purwokerto, Kota Cilacap, dan Kota Klaten. Namun
sejak diberlakukannya Otonomi Daerah tahun 2001 kota-kota administratif
tersebut dihapus dan menjadi bagian dalam wilayah kabupaten. Menyusul
otonomi daerah, 3 kabupaten memindahkan pusat pemerintahan ke wilayahnya
sendiri, yaitu Kabupaten Magelang, Kota Tegal, serta Kabupaten Pekalongan.
Akronimisasi adalah proses pembentuk sebuah kata dengan cara
menyingkat sebuah konsep yang direalisasikan dalam sebuah konstruksi lebih dari
sebuah kata. Proses ini menghasilkan sebuah kata yang disebut akronim (Chaer,
2008:236). Akronim adalah seluruh kependekan yang dapat dilafalkan sebagai
kata yang wajar (Kridalaksana, 2010:169). Berikut ini contoh akronim yang
digunakan dalam slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah.
(1) Boyolali TERSENYUM
(2) Brebes BERHIAS
(3) DemakBERAMAL
Kata tersenyum, berhias, dan, beramal pada contoh (1), (2), dan (3) termasuk akronim karena merupakan kependekan yang berupa gabungan huruf
atau suku kata yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata (KBBI). Kata
tersenyum, berhias, dan beramal sudah wajar dilafalkan dalam komunikasi
Untuk Masyarakat. Kata BERHIAS (2) merupakan kependekan dari BERsih
Hijau Indah Aman dan Lestari. Kata BERAMAL (3) merupakan kependekan dari
Bersih Elok Rapi Anggun Maju Aman dan Lestari.
Slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah dipilih sebagai topik dalam
penelitian ini karena alasan berikut. Pertama, hampir setiap kota di Indonesia
memiliki slogan bahkan slogan kota bisa ditemukan di bak truk dan mobil
pengangkut barang. Slogan kota tersebut juga hampir semuanya berupa akronim
yang menurut penulis menarik untuk dikaji. Kedua slogan-slogan kota tersebut
menimbulkan masalah morfologi yaitu pola akronim yang bermacam-macam.
Ketiga slogan-slogan kota juga menimbulkan masalah sematik yaitu referen yang
bermacam-macam. Penulis hanya meneliti slogan kota yang ada di Jawa Tengah
karena untuk pembatasan masalah.
Hal pertama yang dibahas dalam skripsi ini adalah pola slogan dan
akronim yang terdapat dalam slogan-slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah,
seperti tampak dalam contoh-contoh berikut ini:
(4) Gilar-Gilar
Kabupaten di Jawa Tengah yang menggunakan kata ulang untuk slogan adalah
Kabupaten Banjarnegara yaitu Gilar-Gilar
(5) Trus Karyo Tataning Bumi
Slogan Kabupaten Jepara berupa kalimat yaitu Trus Karyo Tataning Bumi,
Dengan melihat paparan di atas bisa dikatakan slogan kabupaten dan kota
memiliki beberapa pola. Masalahnya adalah apa saja pola slogan kabupaten dan
kota di Jawa Tengah.
Karena kebanyakan slogan kabupaten dan kota di Jawa Tengah berupa
akronim maka penulis juga akan meneliti pola-pola akronim pada slogan kota dan
kabupaten.
Contoh :
(6) Brebes BERHIAS
(7) Demak BERAMAL
Kata pada slogan BERHIAS dan BERAMAL memiliki pola
pengakroniman yang berbeda. Akronim BERHIAS (4) pada slogan Kota Brebes
merupakan pola akronim yang berupa Pengekalan suku pertama dan huruf
pertama dari komponen selanjutnya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat
pola yang digunakan pada pengakroniman slogan BERHIAS seperti berikut ini:
Pengekalan suku pertama pada kata,
(a) BERsih
dan huruf pertama pada kata,
(b) Hijau (c) Indah (d) Aman (e) Sehat
Akronim BERAMAL (5) pada Kota Demak merupakan akronim yang
dibuktikan dengan melihat pola yang digunakan pada pengakroniman slogan
BERAMAL berikut ini :
Pengekalan huruf pertama pada kata,
(a) Bersih (b) Elok (c) Rapi (d) Anggun (e) Maju (f) Aman (g) Lestari
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa akronim yang digunakan untuk
membuat slogan kabupaten dan kota di Jawa Tengah memiliki pola tertentu.
Masalahnya adalah apa saja pola akronim yang terdapat dalam slogan-slogan kota
di Jawa Tengah.
Masalah yang kedua yang dikaji dalam penelitian ini adalah jenis referen kota
berdasarkan slogan, seperti terlihat dalam contoh :
(6) Kabupaten Kudus SEMARAK
Contoh (6) dikatakan slogan kota atau kabupaten yang memiliki referen „suasana‟
karena Kabupaten Kudus menggunakan akronim SEMARAK untuk membuat
slogan dan semarak memiliki arti „suasana' yang meriah atau ramai. Kata semarak
mengacu pada sebuah suasana yang sangat meriah. Kabupaten Kudus memilih
Selain mengadung harapan untuk Kota Kudus kata semarak juga citra Kota
Kudus.
(7) Kabupaten Purbalingga PERWIRA
Dalam contoh (7) Kabupaten Purbalingga menggunakan kata PERWIRA
untuk slogan kotanya. Kata perwira merupakan tingkatan dalam organisasi
ketentaraan, oleh sebab itu Kabupaten Purbalingga dikategorikan slogan kota
yang menyatakan pangkat, karena PERWIRA adalah suatu pangkat dalam
ketentaraan. Selain pangkat dalam sebuah kententaraan kata perwira juga dipakai
oleh orang Jawa untuk menyebut atas menjuluki orang yang baik, sopan,
pemberani, dan taat. Jadi kata perwira juga dimasukkan dalam kategori slogan
kota yang menyatakan julukan.
1.2RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dalam butir 1.1, permasalahan yang dibahas
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa saja pola slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah ?
1.2.2 Apa saja jenis referen berdasarkan slogan Kota dan Kabupaten di Jawa
Tengah ?
1.3TUJUAN PENELITIAN
Secara umum tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan slogan-slogan
kota dan kabupaten di Jawa Tengah. Secara khusus, tujuan penelitian ini dapat
1.3.1 Mendeskripsikan pola slogan yang terdapat dalam slogan kota dan
kabupaten Jawa Tengah.
1.3.2 Mendiskripsikan jenis referen berdasarkan slogan kota dan kabupaten di
Jawa Tengah.
1.4MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Teoritis
Hasil penelitian ini juga memberi sumbangan untuk bidang morfologi dan
semantik. Untuk bidang morfologi penelitian ini memberikan pola-pola akronim
dan untuk semantik penelitian ini membertikan bentukan-bentukan baru jenis
referen.
1.4.2 Praktis
Hasil penelitian ini adalah pola akronim dan jenis slogan berdasarkan
referen tempat yang diwakilinya. Hasil penelitian tentang pola akronim dalam
slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah beramanfaat untuk memberikan
penjelasan tentang bagaimana pola-pola yang digunakan untuk membuat slogan
kota di Jawa Tengah. Dengan mengetahui pola-pola akronim, seseorang dapat
membuat akronim yang bervariasi sehingga tidak membosankan. Hasil penelitian
tentang jenis referen berdasarkan slogan tempat yang diwakilinya bermanfaat
untuk memberi penjelasan tentang jenis referen berdasarkan slogan apa saja yang
1.5TINJAUAN PUSTAKA
Topik tentang slogan pernah diteliti oleh Elysabeth mahasiswa Sanata
Dharma dalam skrisinya yang berjudul “Analisis Hubungan Antara Penggunaan
Slogan Pada Iklan Dengan Kesadaran Konsumen terhadap Merek Surat Kabar
Bernas : Studi Kasus Pada PT Bernas Yogyakarta” (2002).
Candra dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Slogan
Pada Iklan terhadap Minat Beli Ulang Konsumen: Studi Kasus Pada Kentucky
Fried Chicken Galeria Mall Yogyakarta” menggunakan slogan obyek penelitiannya.
Topik tentang slogan juga pernah diteliti oleh Sari dalam skripsinya yang
berjudul “Hubungan Antara Persepsi terhadap Slogan Dalam Iklan Rokok Sampoerna A Mild di Televisi Dengan Intensi Membeli Rokok Sampoerna A
Mild” (2005).
Rini dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Slogan dan Bintang Iklan Sabun Lux terhadap Minat Pembelian Ulang Konsumen: Studi Kasus pada
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Angkatan 2002-2004”
menggunakan slogan sebagai obyek penelitiannya (2006).
Veronica Dharma dalam skripsinya yang berjudul “Kalimat-Kalimat
Slogan Iklan Standar dalam Media Televisi” juga pernah mengunakan slogan
sebagai obyek penelitiannya (2006).
Slogan pernah dibahas oleh Prasetyawati dalam skripsinya yang berjudul
Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta Pengguna
Produk-Produk Adidas” (2007).
Topik tentang slogan juga pernah dibahas oleh Henny dalam skripsinya
yang berjudul “Pengaruh Slogan, Logo, Simbol dan Format Pesan Iklan Bilboard terhadap Minat Beli Konsumen : Studi Kasus Iklan Billboard Rokok A Mild
Menthol”. Dalam skripsi ini Henny memfokuskan penelitianya pada analisis data
yang alat penentunya ada di luar bahasa (2007).
Asmoro juga membahas slogan dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Slogan, Iklan Luar Ruang, dan Iklan Display terhadap Minat Beli Konsumen A
Mild : Studi Kasus Pada Gardena Yogyakarta” (2007).
Slogan juga pernah dibahas oleh Kurniawan dalam skripsinya yang
berjudul “Pengaruh Slogan dan Bintang Iklan Jamu Tolak Angin terhadap Minat Pembelian Ulang Konsumen: Studi Kasus pada Kelurahan Baciro,
Gondokusuman, Yogyakarta”. Dalam skripsi ini Kurniawan memfokuskan
penelitianya pada analisis data yang alat penentunya ada di luar bahasa (2008).
Setiastuti juga pernah meneliti slogan dalam skripsinya yang berjudul “A
Stylistics Study On Mcdonald`S Slogan During 1960s-2008” (2011).
Dalam skripsinya yang berjudul “A Study On Pragmatics Presuppositions In Countries` And States` Slogans” Destin juga meneliti tentang slogan (2013).
Akronim telah pernah dibahas oleh Goreti dalam skripsinya yang berjudul
“Akronim Bahasa Indonesia Dalam Surat Kabar Harian Kompas: Tinjauan terhadap Pola Pembentukan, Tipe Frase Yang Dibentuk, Proses Morfologis Yang
memfokuskan pada analisis data yang alat penentunya ada di dalam dan
merupakan bagian dari bahasa yang diteliti.
Setelah melihat data di atas bisa disimpulkan belum ada penelitian yang
membahas pola slogan dan jenis referen slogan kota dan kabupaten di Jawa
Tengah dalam karya ilmiahnya.
1.6LANDASAN TEORI
Dalam landasan teori ini akan dipaparkan (a) kota (b) kabupaten, (c),
slogan, (d) akronim (e) pemendekan, (f) abreviasi (g) kata (h) kalimat (i) referen.
Landasn teori poin (a), (b), (c), (d), (e), (f), (g), dan (h) digunakan sebagai dasar
analisi kajian pola slogan. Sementara itu, landasan teori butir (c), dan (i) menjadi
dasar dalam mengkaji jenis-jenis slogan berdasarkan referen.
1.6.1 Kota
Kota adalah suatu wadah yang memiliki batas administrasi wilayah yang
seperti kotamadya dan kota administrasi. Kota juga berarti suatu lingkungan
kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri non agraris, misalnya ibu kota
kabupaten, ibu kota kecamatan yang berfungsi sebagai pusat petumbuhan
(Peratutan Mendagri RI No. 4 th. 1980).
1.6.2 Kabupaten
Kabupaten adalah pembagian wilayah administrasi di Indonesia setelah
wilayah administratif setelah provinsi adalah kota. Secara umum, baik kabupaten
dan kota memiliki wewenang yang sama. Kabupaten bukanlah bawahan dari
provinsi, karena itu bupati atau wali kota tidak bertanggung jawab kepada
gubernur. Kabupaten maupun kota merupakan daerah otonom yang diberi
wewenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya sendiri. Dahulu
istilah kabupaten dikenal dengan Daerah Tingkat II Kabupaten. Sejak
diberlakukannya undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah, istilah Daerah Tingkat II dihapus, sehingga Daerah Tingkat Kabupaten
disebut Kabupaten saja.
1.6.3 Slogan
Menurut Widyatama (2011 : 117) sacara sederhana, slogan diartikan
sebagai motto atau frasa yang dipakai sebagai ekspresi ide atautujuan yang mudah
diingat dan mengandung arti khusus. Ditengah masyarakat, slogan sering
diartikan sebagai semboyan atau motto.
Menurut Moeliono (Ed) ( 2007: 1080) slogan adalah perkataan atau
kalimat yang menarik, mencolok dan mudah diingat untuk menyampaikan
sesuatu.
(http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/17/jhptump-a-ferynadama-807-2-babii.pdf) Slogan dibuat untuk memberitahu, mengajak atau mempengaruhi
pembacanya Pengertian slogan menurut situs ensiklopedia online terbesar
Wikipedia adalah sebuah frase, kata-kata, kalimat atau motto yang digunakan
individu maupun kelompok dalam berbagai macam konteks seperti politik,
sebuah ide dan tujuan yang mudah diingat. Perlu diketahui bersama bahwa kata
"slogan" berasal dari kata "sluagh-ghairm" (bahasa Gaelik) yang artinya teriakan bertempur.
1.6.4 Kependekan
Bentuk kependekan dalam bahasa Indonesia muncul karena terdesak oleh
kebutuhan untuk berbahasa secara praktis dan cepat. Kebutuhan ini paling terasa
di bidang teknis, seperti cabang-cabang ilmu, kepaduan, angkatan bersenjata, dan
kemudian menjalar ke bahasa sehari-hari.
Kependekan memiliki 4 jenis yaitu singkatan, penggalan, akronim, dan kontraksi. Singkatan yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf maupun yang tidak dieja huruf demi huruf. Penggalan yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem. Akronim yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik Indonesia. Kontraksi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem. (Kridalaksana, 1989:161-162)
1.6.5 Abreviasi
Dalam buku Kridalaksana (1989:159), abreviasi adalah proses
penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga
jadilah bentuk baru yang berstatus kata. Istilah lain abreviasi ialah pemendekan
1.6.6 Akronim
Akronimisasi adalah proses pembentuk sebuah kata dengan cara menyingkat sebuah konsep yang direalisasikan dalam sebuah konstruksi lebih dari sebuah kata. Proses ini menghasilkan sebuah kata yang disebut akronim. Jadi, sebetulnya akronim juga sebuah singkatan, namun yang “diperlukan” sebagai sebuah kata atau sebuah butir (Chaer, 2008:236).
Akronim yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku
kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit
banyak memenuhi kaidah fonotaktik Indonesia (Kridalaksana, 2010:169).
1.6.7 Kata
Kata dalam sintaksis merupakan satuan terkecil yang biasa dapn dapat
menduduki salah satu fungsi sintaksis (subyek, predikat, obyek atau keterangan);
dalam morfologi merupakan satuan terbesar, dibentuk melalui salah satu proses
morfologi (afiksasi, reduplikasi, komposisi, akronimisasi, dan konversi.) (Cher,
2008:5)
1.6.8 Kalimat
Kalimat adalah satuan sintaksis yang dibangun oleh konstituen dasar
(biasanya berupa klausa), dilengkapi dengan konjungsi (bila diperlukan), disertai
dengan intonasi fina (deklaratif, interogatif, imperatif, atau interjektif) ( Chaer,
1.6.9 Referen
Referen adalah benda atau orang yang diacu oleh kata atau untaian kata di
kalimat atau konteks tertentu. Referen merupakan konsep yang lazimnya
berhubungan dengan sesuatu hal yang ada di luar bahasa (Wijana, 2008:4)
Bentuk kebahasaan memiliki hubungan dengan konsep dalam pikiran
manusia yang disebut makna (sense), dan konsep ini lazim berhubungan dengan
sesuatu atau hal yang ada di luar bahasa yang disebut referen (referent). Dikatakan
lazimnya karena tidak semua kata yang memiliki makna memiliki referen. Makna
bersifat umum dan tidak tertentu, sedangkan referen bersifat tertentu. Referen
adalah sesuatu yang diacu oleh konsep bentuk bahasa yang bersangkutan. Bentuk
bahasa berhubungan secara langsung dengan konsep pikiran (makna).
Selanjutnya, makna berhubungan langsung dengan referen. Akan tetapi, bentuk
kebahasaan berhubungan secara tidak langsung dengan garis putus-putus, relasi
antara bentuk, makna, dan referen itu akan tergambar sebagai berikut
Konsep/makna (referens)
1.6 Metode dan Teknik Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yakni (i) pengumpulan data, (ii)
analisis data, dan (iii) penyajian hasil analisis data. Berikut ini akan diuraikan
masing-masing tahap dalam penelitian ini.
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Objek penelitian ini adalah slogan. Objek ini berada dalam data yang
berupa kalimat. Data diperoleh dari sumber tertulis yaitu slogan kota dan
kabupaten di Jawa Tengah yang terdapat di gapura, tugu, bak mobil dan sumber
online. Slogan adalah perkataan atau kalimat pendek yang menarik atau mencolok
dan mudah diingat untuk memberitahu sesuatu (KBBI). Slogan sering dipakai
untuk menggambarkan ciri khas sesuatu yang diwakilinya, sebuah organisasi,
kota, instasi, dan lain-lain.
Data yang dikumpulkan adalah berupa slogan kota dan kabupaten di Jawa
Tengah. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak.
Metode simak adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
menggunakan cara mengamati dan menyimak langsung penggunaan bahasa.
Teknik yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah teknik simak bebas
cakap dengan mengamati dan mencatat data berupa akronim-akronim yang
digunakan kota di Jawa Tengah untuk dijadikan slogan. Selain teknik simak
penulis juga mengunakan teknik rekam. Teknik rekam adalah teknik penjaringan
kota dan kabupaten di Jawa Tengah yang terdapat di gapura dan tugu. Data yang
sudah terkumpul diklasifikasikan berdasarkan kategori dan jenisnya.
1.7.2 Metodologi dan Tahap Analisis Data
Langkah kedua adalah menganalisis data. Setelah data terklasifikasikan,
kemudian dianalisis dengan mengunakan metode agih dan padan. Metode agih
yaitu metode analisis yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian
dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993:15). Teknik yang dipakai dalam
penelitian ini adalah teknik bagi unsur langsung atau yang sering disebut dengan
teknik BUL. Teknik BUL adalah teknik dasar metode agih yang membagi satu
lingual data menjadi beberapa bagian atau dan yang bersangkutan dipandang
sebagai bagian yang langsung membentuk satuan yang dimaksud (Sudaryanto,
1993;31). Teknik lanjutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
sisip. Teknik sisip dilaksanakan dengan menyisipkan “unsur” tertentu di antara
unsur-unsur lingual yang ada. Karena akronim itu menyangkut masalah perbedaan pola penggunaan kata yang digunakan untuk menciptannya, maka metode agih,
teknik bagi unsur langsung, dan teknik lanjutan teknik sisip dipandang sebagai
metode dan teknik yang tepat untuk mengkaji pola-pola akronim slogan Kota dan
Kabupaten di Jawa Tengah.
Teknik sisip digunakan untuk membagi pola-pola akronim yang digunakan
untuk menciptakn slogan Kota dan Kabupaten di Jawa Tengah.
Akronim BERKEMBANG pada slogan Kota Batang adalah akronim yang
dibentuk berdasarkan gabungan suku kata awal, suku kata akhir, dan a huruf
pertama. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat pola yang digunakan pada
pengakroniman slogan BERKEMBANG seperti berikut ini:
Pemengalan suku pertama dari kata,
(a) BERsih
huruf pertama dari kata,
(b) Kencar-kencar
(c) Eyub
(d) Menuju
(e) Bebrayan
(f) Aman
dan suku terakhir dari kata
(g) tenaNG
Dalam penelitian ini juga digunakan metode padan, yaitu metode yang alat
penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan. Alat penentunya adalah kenyataan yang ditunjukkan oleh bahasa
(Sudaryanto dalam Kesuma, 1993:13-14).
Teknik yang digunakan adalah teknik pilah unsur tertentu. Menurut
Sudaryanto dalam Kesuma (2007:51) teknik pilah unsur penentu adalah teknik
analisis data dengan cara memilah-milah satuan kebahasaan yang dianalisis
dengan alat penentu yang berupa daya pilah yang bersifat mentah yang dimiliki
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan
referensial. Metode padan referensial adalah metode yang menggunakan referen
atau sosok yang diacu oleh satuan kebahasaan sebagai alat penentu. Referen itu
dapat berupa benda, tempat, kerja, sifat, dan keadaan yang diacu oleh satuan
kebahasaan yang diidentifikasi (Sudaryanto dalam Kesuma, 2007:52).
Metode padan referensial akan digunakan untuk membagi jenis slogan
menurut referen. Slogan merupakan satuan lingual yang memiliki makna leksikal.
Untuk itu penulis menentukan makna leksikan dengan menggunakan Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Makna leksikal merupakan makna kata yang ada
dalam kamus.
(9) Purbalingga PERWIRA
Dalam contoh (9) diperoleh akronim PERWIRA (Pengabdian, Ramah,
Wibawa, Indah, Rapi, Aman. Akronim PERWIRA dapat dirujuk pada kata
leksikal perwiara. Untuk mengetahui referen yang ditunjuk oleh akronim
PERWIRA penulis menggunakan makna leksikal tersebut sebagai acuan. Yaitu
tingkatan dalam organisasi ketentaraan. Makna leksikal menunjukan referen kata
perwira yaitu pangkat. Selanjutnya slogan PERWIRA dipadankan dengan makan
leksikal kata perwira. Setelah dipadankan terlihat seacara umum perwira
merupakan bagian dari pangkat keorganisasian. Jadi referen slogan PERWIRA
1.7. 3 Metode Penyajian Hasil Analisis
Setelah tahap analisis data, tahap selanjutnya adalah tahap penyajian hasil
analisis data. Analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan
metode informal dan metode formal. Hasil penelitian ini disajikan dengan
menggunakan metode formal, yaitu memanfaatkan tanda, tulisan dan sejenisnya.
(Sudaryanto, 1993: 145). Tanda yang digunakan meliputi tanda garis bawah
( __ ), tanda kurung buka kurung tutup () (Sudaryanto, 1993: 145).
1.7 Sistematis Penyajian
Laporan hasil penelitian ini disusun dalam empat bab. Bab I merupakan
pendahuan. Bab pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode
penelitian, dan sistematis penelitian. Latar belakang masalah memaparkan
pernyataan tentang objek penelitian ini beserta alasan-alasanya. Rumusan masalah
berisi paparan masalah-masalah yang berkenaan dengan obyek penelitian ini.
Tujuan penelitian mendiskripsikan tujuan umum dan tujuan khusus yang terdapat
pada penelitian ini. Manfaat penelitian menjelaskan manfaat yang diambil dari
hasil penelitian. Tinjauan pustaka mengemukakan tentang hasil kajian pustaka
yang pernah mengkaji tentang akronim dan slogan. Landasan teori menyampaikan
teori yang digunakan sebagai landasan penelitian ini. Metode penelitian memuat
teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyampaian hasil
analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini. Sistematis penyajian
Bab II berisi tentang pola slogan yang digunakan dalam slogan kota-kota
di Jawa Tengah. Bab III berisi tentang jenis slogan berdasarkan referen. Bab IV
BAB II
POLA SLOGAN KABUPATEN DAN KOTA JAWA TENGAH 2.1 Pengantar
Hampir setiap kota dan kabupaten di Indonesia ini memiliki slogan, dan
hampir semua slogan tersebut berupa akronim. Kota dan kabupaten mulai
membuat slogan kota ketika pemerintah memberi penghargaan Adipura pada
tahun 1986. Slogan kota dan kabupaten tersebut memiliki pola tertentu seperti :
2.2 Pola Slogan Kota dan Kabupaten di Jawa Tengah 2.2.1 Kata
Kata dalam sintaksis merupakan satuan terkecil yang biasa dapn dapat
menduduki salah satu fungsi sintaksis (subyek, predikat, obyek atau keterangan);
dalam morfologi merupakan satuan terbesar, dibentuk melalui salah satu proses
morfologi (afiksasi, reduplikasi, komposisi, akronimisasi, dan konversi.) (Cher,
2008:5). Dalam penelitian ini penulis menemukan dua pola kata yaitu kata ulang
dan akronim seperti terlihat pada pemjelasan dibawah ini:
2.2.1.1 Kata Ulang
Kabupaten di Jawa Tengah yang menggunakan kata ulang untuk slogan
kabupatennya adalah Kabupaten Banjarnegara dengan slogan Gilar-Gilar.
2.2.1.2 Akronim
Akronim adalah proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau
suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang
sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik Indonesia. (Kridalaksana, 2010:169).
Dalam slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah terdapat berbagai pola akronim
seperti:
2.2.1.2.1 Pengekalan Huruf Pertama Akronim dari Setiap Komponen
Ada 14 Kabupaten di Jawa Tengah dan 1 Kota di Jawa Tengah yang
slogan kotanya termasuk dalam pola akronim dari pengekalan huruf pertama dari
setiap komponen seperti telihat pada contoh dibawah ini:
(11) Kabupaten Demak BERAMAL
Akronim BERAMAL pada contoh (11) merupakan pemendekan yang diambil
dari huruf pertama dari kata :
a) Bersih b) Elok c) Rapi d) Anggun e) Maju f) Aman g) Lestari
(12) Kabupaten Kudus SEMARAK
Akronim SEMARAK pada contoh (12) merupakan pemendekan yang diambil
a) Sehat b) Elok c) Maju d) Aman e) Rapi f) Asri g) Konstitual
(13) Kabupaten Pemalang IKHLAS
Akronim IKHLAS pada contoh (13) merupakan pemendekan yang diambil
dari huruf pertama pada kata
a) Indah b) Komunikatif c) Hijau d) Lancar e) Aman f) Sehat
(14) Kabupaten Sragen ASRI
(15) Kabupaten Wonosobo ASRI
Akronim ASRI pada contoh (14) dan (15) merupakan pemendekan yang
diambil dari huruf pertama pada kata :
a) Aman b) Sehat c) Rapi
d) Indah
(16) Kabupaten Sukoharjo MAKMUR
Akronim MAKMUR pada contoh (16) merupakan pemendekan yang diambil
dari huruf pertama kata :
a) Maju b) Aman c) Konstitusional d) Mantap e) Unggul f) Rapi
(17) Kota Semarang ATLAS
Pada contoh (17) Akronim ATLAS merupakan kependekan yang diambil dari
huruf kata pertama dari kata :
a) Aman b) Tertib c) Lancar
d) Asri e) Sehat
(18) Kabupaten Pekalongan SANTRI
Pada contoh (18) akronim SANTRI merupakan kependekan yang diambil dari
huruf pertama dari kata :
a) Sehat b) Aman c) Nyaman d) Tertib e) Rapi f) Indah
(19) Kabupaten Pekalongan Kota BATIK
Pada contoh (19) akronim BATIK merupakan kependekan yang diambil dari
huruf pertama dari kata :
a) Bersih b) Aman c) Tertib d) Indah e) Komunikatif
(20) Kabupaten Tegal BAHARI
Akronim BAHARI pada contoh (20) merupakan kependekan yang diambil
a) Bersih b) Asri c) Hias d) Aman e) Ramah f) Indah
(21) Kabupaten Blora MUSTIKA
Pada contoh (21) akronim MUSTIKA merupakan kependekan yang diambil
dari huruf pertama dari kata :
a) Maju b) Unggul c) Sehat d) Tertib e) Indah f) Kontinyu g) Aman
(22) Kabupaten Rembang BANGKIT
Akronim BANGKIT pada contoh (22) merupakan kependekan yang diambil
dari huruf pertama dari kata :
a) Bahagia b) Aman c) Nyaman
d) Gotong-royong e) Kerja keras f) Iman g) Taqwa
(23) Kabupaten Wonogiri SUKSES
Pada contoh (23) akronim SUKSES merupakan kependekan yang diambil dari
huruf pertama dari kata :
a) Stabilitas b) Undang-undang c) Koordinasi d) Sasaran e) Evaluasi f) Semangat
(24) Kabupaten Pati BUMI MINA TANI
Akronim BUMI, MINA, dan TANI pada contoh (24) merupakan kependekan
yang diambil dari huruf pertama dari kata :
a) Berdaya b) Upaya c) Menuju d) Identitas e) Makmur f) Ideal
g) Normatif h) Adi i) Tertib j) Aman k) Nyaman l) Indah
(25) Kabupaten Pemalang IKHLAS
Akronim IKHLAS pada contoh (25) merupakan kependekan yang diambil
dari huruf pertama dari kata :
a) Indah b) Komunikatif c) Hijau d) Lancar e) Aman f) Sehat
2.2.1.2.2 Pengekalan Huruf Pertama dan Dua Huruf Pertama
Pada pola pengekalan huruf pertama dan dua huruf pertama hanya ada satu
kabupaten di Jawa Tengah yang masuk dalam pola tersebut yaitu Kabuapeten
Boyolali, bisa dilihat dari penjelasan dibawah ini:
Akronim TERSENYUM pada contoh (26) merupakan kependekan yang
diambil dari huruf pertama dari kata :
a) Tertib b) Elok c) Rapi
dan dua huruf pertama kata:
d) SEhat e) NYaman
Serta huruf pertama kata :
f) Untuk g) Masyarakat
2.2.1.2.3 Pengekalan Suku Terakhir, Huruf Pertama, serta Suku Pertama dan Huruf Kelima
Hanya ada satu kota di Jawa Tengah yang slogannya termasuk pada pola
pengekalan suku terakhir, huruf pertama, serta suka pertama dan huruf kelima
yaitu Kota Salatiga yang bisa dilih dari contoh dibawah ini:
(27) Kota Salatiga HATI BERIMAN
Akronim HATI BERIMAN pada contoh (27) merupakan kependekan yang
diambil dari suku terakhir kata,
a) seHAT
huruf pertama kata,
b) Indah
Suku pertama dan huruf kelima kata,
c) BERsIh
dan suku terakhir kata
d) nyaMAN
2.2.1.2.4 Pengekalan Suku Pertama dan Huruf Pertama dari Komponen Selanjutnya
Ada tiga kabupaten di Jawa Tengah yang slogannya memiliki pola pengekalan
suku pertama dan huruf pertama dari setiap komponen seperti yang dapat dilihat
pada contoh dibawah ini:
(28) Kabupaten Brebes BERHIAS
Pada contoh (28) akronim BERHIAS merupakan kependekan yang diambil
a) BERsih
dan huruf pertama pada kata,
b) Hijau c) Indah d) Aman e) Sehat
(29) Kabupaten Semarang SERASI
Akronim SERASI pada contoh (29) merupakan kependekan yang diambil dari
suku pertama pada kata,
a) SEhat
dan huruf pertama kata,
b) Rapi c) Aman d) Sejahtera e) Indah.
Akronim BERSINAR pada contoh (30) merupakan kependekan yang diambil
dari suku pertama dari kata,
a) BERsih
huruf pertama pada kata,
b) Sehat, c) Indah
dan huruf pertama pada kata,
d) Nyaman e) Aman f) Rapi
2.2.1.2.5 Pengekalan Suku Pertama dan Dua Huruf Pertama
Pada pola pengekalan suku pertama dan dua huruf pertama hanya ada satu
kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki pola tersebut, yaitu Kabupaten
Temanggung seperti yang telihat pada contoh dibawah ini:
(31) Kabupaten Temanggung BERSENYUM
Akronim BERSENYUM pada contoh (31) merupakan kependekan yang
diambil dari suku pertama pada kata,
a) BERsih
dua suku pertama pada kata,
b) SEhat c) NYaman d) Umum
2.2.1.2.6 Pengekalan Dua Huruf Pertama dan Huruf Pertama dari Komponen Selanjutnya
Ada satu kabupaten di Jawa tengah yang slogannya berpola pengekalan dua
huruf pertama dan huruf pertama dari komponen selanjutnya seperti telihat pada
contoh dibawah ini:
(32) Kabupaten Purbalingga PERWIRA
Pada contoh (32) akronim PERWIRA merupakan kependekan yang diambil
dari dua huruf pertama pada kata,
a) PEngabdian
b) Ramah c) Wibawa d) Indah e) Rapi f) Aman
2.2.1.2.7 Pengekalan Suku Pertama dan Dua Huruf Pertama serta Huruf Pertama
Untuk pola ketujuh yaitu pengekalan suku pertama dan dua huruf pertama
serta huruf pertama ada dua kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki pola
tersebut seperti telihat pada contoh dibawah ini:
(33) Kabupaten Purworejo BERIRAMA
Akronim BERIRAMA pada contoh (33) merupakan kependekan yang diambil
dari suku pertama dari kata,
a) BERsih,
huruf pertama pada kata
b) Indah c) Rapi d) Aman
dan dua huruf pertama pada kata,
e) MAkmur
(34) Kabupaten Grobogan BERSEMI
Akronim BERSEMI pada contoh (34) merupakan kependekan yang diambil
a) BERsih
dua huruf pertama kata,
b) SEhat
dan huruf pertama kata,
c) Mantap d) Indah
2.2.1.2.8 Pengekalan Huruf Pertama, Huruf Pertama dan Terakhir, dan Dua Huruf Terakhir
Kabupaten Cilacap merupan satu-satunya kabupaten di Jawa Tengah yang
slogannya berpola pengekalan huruf pertama, huruf pertama dan terakhir, dan dua
huruf terakhir. Seperti telihat pada contoh di bawah ini:
(35) Kabupaten Cilacap BERCAHAYA
Pada contoh (35) akronim BERCAHAYA merupakan kependekan yang
diambil dari huruf pertama pada kata,
a) Bersih b) Elok c) Rapi
huruf pertama dan terakhir dari kata,
d) CeriA
huruf pertama dari kata,
e) Hijau f) Aman
g) jaYA
2.2.1.2.9 Pengekalan Huruf Pertama, Huruf Pertama dan Terakhir, dan Huruf Pertama, Ketiga, dan Kelima
Pada pola ke 9 yaitu pengekalan huruf pertama, huruf pertama dan terakhir,
dan huruf pertama, ketiga dan kelima ada satu kabupaten di Jawa Tengah yang
memiliki pola tersebut. Seperti terlihat pada contoh di bawah ini:
(36) Kabupaten Banyumas SATRIA
Akronim SATRIA pada contoh (36) merupakan kependekan yang diambil dari
huruf pertama dan terakhir dari kata,
a) SejahterA,
huruf pertama, ketiga dan kelima pada kata
b) TeRtIb,
dan huruf pertama pada kata
c) Aman
2.2.1.2.10 Pengekalan Suku Pertama, Huruf Pertama, dan Huruf Kedua dan Ketiga
Kota Kebumen merupakan satu-satunya kota di Jawa Tengah yang slogan kotanya
memiliki pola pengekalan suku pertama, huruf pertama, dan huruf kedua dan
(37) Kota Kebumen BERIMAN
Akronim BERIMAN pada contoh (37) merupakan kependekan yang diambil
dari suku pertama pada kata
a) BERsih
huruf pertama pada kata,
b) Indah
huruf kedua dan ketiga pada kata,
c) aMAn
dan huruf pertama kata
d) Nyaman
2.2.1.2.11 Pengekalan Suku Pertama, Huruf Pertama, dan Dua Huruf Pertama
Ada satu kabupaten dan satu kota di Jawa Tengah yang slogan kotanya
berpola pengekalan suku pertama, huruf pertama, dan dua huruf pertama. Seperti
(38) Kabupaten Kendal BERIBADAT
Pada contoh (38) akronim BERIBADAT merupakan kependekan yang
diambil dari suku pertama pada kata,
a) BERsih,
huruf pertama pada kata,
b) Indah
dua huruf pertama pada kata,
c) BArokah
dan huruf pertama pada kata
d) Damai e) Aman f) Tertib
(39) Kota Surakarta BERSERI
Akronim BERSERI pada contoh (39) merupakan kependekan yang diambil
dari suku kata pertama pada kata,
a) BERsih
dua huruf pertama pada kata,
b) SEhat
dan huruf pertama pada kata
c) Rapi d) Indah
2.2.1.2.12 Pengekalan Suku Pertama, Huruf Pertama, dan Dua Huruf Terakhir
Pada pola pengekalan suku pertama, huruf pertama, dan dua huruf terakhir ada
satu kabupaten di Jawa Tengah yang masuk dalam pola tersebut. Seperti terlihat
pada contoh dibawah ini:
(40) Kabupaten Batang BERKEMBANG
Pada contoh (40) akronim BERKEMBANG merupakan kependekan yang
diambil dari suku pertama kata,
a) BERsih
huruf pertama dari kata,
b) Kencar-kencar c) Eyup
d) Menuju e) Bebrayat f) Aman
dan dua huruf terakhir dari kata
g) tenaNG
2.2.1.2.13 Pengekalan Tiga Huruf Pertama, Huruf ke Dua, dan Suku Terakhir
Ada satu kabupaten di Jawa Tengah yang slogannya berpola pengekalan tiga
huruf pertama, huruf pertama, dan suku terakhir seperti terlihat pada contoh di
(41) Kabupaten Magelang GEMILANG
Pada contoh (41) akronim GEMILANG merupakan kependekan yang diambil
dari tiga huruf pertama kata,
a) GEMah huruf kedua kata,
b) rIpah
dan suku terakhir kata,
c) cemerLANG
2.2.1.2.14 Pengekalan Huruf Pertama dan Tiga Huruf Pertama
Ada satu kabupaten dan satu kota di Jawa Tengah yang slogannya berpola
pengekalan huruf pertama dan tiga huruf pertama seperti telihat pada contoh di
bawah ini:
(42) Magelang Kota HARAPAN
Akronim HARAPAN pada contoh (42) merupakan kependekan yang diambil
dari huruf pertama dari kata :
a) Hidup b) Aman
tiga huruf pertama dari kata
c) RAPi
dan huruf pertama dari kata
d) Asri e) Nyaman
(43) Kabupaten Karanganyar TENTRAM
Akronim TENTRAM pada contoh (43) merupakan kependekan yang diambil
dari suku pertama pada kata,
a) TENang
dan huruf pertama pada kata,
b) Teduh c) Rapi d) Aman e) Makmur
1. Tabel Pola Akronim yang Terdapat dalam slogan Kota dan Kabupaten Jawa
Tengah
NO Pengekalan Contoh
1 Pengekalan Huruf
Pertama Akronim dari
Setiap Komponen
a) BERAMAL: Bersih, Elok, Rapi, Anggun,
Maju, Aman, Lestari.
b) SEMARAK: Sehat, Elok, Maju, Aman, Rapi,
Asri, Konstitual.
c) IKHLAS: Indah, Komunikatif, Hijau, Lancar,
Aman, dan Sehat.
d) ASRI: Aman, Sehat, Rapi, Indah.
e) MAKMUR: Maju, Aman, Konstitusional,
Mantap, Unggul, Rapi.
g) SANTRI: Aman, Nyaman, Tertib, Rapi, Indah. h) BATIK: Bersih, Aman, Tertib, Indah,
Komunikatif.
i) BAHARI: Bersih, Asri, Hias, Aman, Ramah,
Indah.
j) MUSTIKA: Maju, Unggul, Sehat, Tertib,
Indah, Kontinyu, Aman.
k) BANGKIT: Bahagia, Aman, Nyaman, G otong-royong, Kerja keras, Iman, Taqwa.
l) SUKSES: Stabilitas, Undang-undang,
Koordinasi, Sasaran, Evaluasi, Semangat. m)BUMI MINA TANI: Berdaya, Upaya, Menuju,
Identitas, Makmur, Ideal, Normatif, Adi,
Tertib, Aman, Nyaman, Indah.
n) IKHLAS: Indah, Komunikatif, Hijau, Lancar,
Aman, Sehat. 2 Pengekalan Huruf
Pertama dan Dua Huruf
Pertama
TERSENYUM: Tertib, Elok, Rapi, Sehat,
NYaman, Untuk, Masyarakat.
3 Pengekalan Suku
Terakhir, Huruf
Pertama, dan Suku
Pertama dan Huruf
HATI BERIMAN: seHAT, Indah, BERsIh, nyaMAN.
Kelima
4 Pengekalan Suku
Pertama dan Huruf
Pertama dari
Komponen Selanjutnya
a) BERHIAS: BERsih, Hijau, Indah, Aman,
Sehat.
b) TENTRAM: TENang, Teduh, Rapi, Aman,
Makmur.
c) SERASI: SEhat, Rapi, Aman, Sejahtera,
Indah. 5 Pengekalan Dua Huruf
Pertamadan Huruf
Pertama dari
Komponen Selanjutnya
PERWIRA: PEngabdian, Ramah, Wibawa,
Indah, Rapi, Aman.
6 Pengekalan Suku
Pertama dan Dua Huruf
Pertama serta Huruf
Pertama
a) BERSENYUM: BERsih, SEhat, NYaman,
Umum.
b) BERIRAMA: BERsih, Indah, Rapi. Aman,
MAkmur.
c) BERSINAR: BERsih, Sehat, INdah, Nyaman,
Aman, Rapi.
d) BERSEMI: BERsih, SEhat, Mantap, Indah. 7 Pengekalan Huruf
Pertama, Huruf
Pertama dan Terakhir,
dan Dua Huruf
BERCAHAYA: Bersih, Elok, Rapi, CeriA, Hijau, Aman, jaYA.
Terakhir
8 Pengekalan Huruf
Pertama, Huruf
Pertama dan Terakhir,
dan Huruf Pertama,
Ketiga, dan Kelima
SATRIA: SejahterA, TeRtIb, Aman.
9 Pengekalan Suku Kata
Pertama, Huruf
Pertama, dan Huruf
Kedua dan Ketiga
BERIMAN: BERsih, Indah, aMAn, Nyaman.
10 Pengekalan Suku
Pertama, Huruf
Pertama, dan Dua
Huruf Pertama
a) BERIBADAT: BERsih, Indah, Barokah,
Damai, Aman, Tertib.
b) BERSERI: BERsih, SEhat, Rapi, Indah.
11. Pengekalan Suku
Pertama, Huruf
Pertama, dan Dua
Huruf Terakhir
BERKEMBANG: BERsih, Kencar-kencar,
Eyup, Menuju, Bebrayat, Aman, tenaNG.
12 Pengekalan Tiga Huruf
Pertama, Huruf ke Dua,
dan Suku Terakhir
GEMILANG: GEMah, rIpah, cemerLANG.
13 Pengekalan Huruf
Pertama dan Tiga
HARAPAN: Hidup, Aman, RAPi, Asri,
Huruf Pertama
14 Pengekalan Suku
Pertama dan Dua Huruf
Pertama
BERSENYUM: BERsih, SEhat, NYaman,
Umum.
Akronim-akronim di atas digunakan oleh kota dan kabupaten di Jawa Tengah
karena dapat dilafalkan dengan wajar dan semua akronim di atas mengambarkan
harapan dan doa yang baik untuk kota atau kabupaten yang diwakilinya.
2.2.2 Kalimat
Hanya ada satu Kabupaten di Jawa Tengah yang mengunakan kalimat
untuk membuat slogan yaitu Kabupaten Jepara. Slogan Kabupaten Jepara adalah
Trus Karyo Tataning Bumi, berasal dari bahasa Jawa yang berarti terus bekerja
keras membangun daerah.
BAGAN POLA SLOGAN
Kata ulang Kata Akronim Pola Slogan Kalimat
BAB III
JENIS REFEREN BERDASARKAN SLOGAN 3. Jenis Slogan Berdasarkan Referen
Menurut Moeliono slogan adalah perkataan atau kalimat yang menarik,
mencolok dan mudah diingat untuk menyampaikan sesuatu. Slogan dibuat untuk
memberitahu, mengajak atau mempengaruhi pembacanya. Referen adalah benda
atau orang yang diacu oleh kata atau untaian kata di kalimat atau konteks tertentu.
Referen adalah sesuatu yang diacu oleh konsep bentuk bahasa yang bersangkutan.
(Wijana, 2008:5). Dalam slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah memiliki
berbagai jenis referen berdasarkan slogan seperti:
3.1 Referen Keadaan
keadaan adalah sifat perihal suatu benda. Contoh slogan kota yang
memiliki referen „keadaan‟ adalah:
(44) Kabupaten Kudus SEMARAK
(45) Kabupaten Banjarnegara Gilar-Gilar
(46) Kabupaten Sragen ASRI
(47) Kabupaten Wonosobo ASRI
(48) Kabupaten Semarang SERASI
SEMARAK pada contoh (44) merupakan slogan kota atau kabupaten yang
memiliki referen „keadaan‟. Karena kata Semarak memiliki arti kemuliaan atau kemegahan. Kata semarak mengacu pada sebuah keadaan yang sangat meriah.
Kabupaten Kudus memilih akronim SEMARAK dengan harapan kota mereka
menjadi kota yang ramai dan meriah. Selain mengadung harapan untuk kota
kudus akronim SEMARAK juga berguna sebagai citra kota Kudus. Gilar-gilar
pada contoh (45) juga termasuk slogan kota atau kabupaten yang memiliki referen
„keadaan‟. Karena Kabupaten Banjarnegara membuat slogan kabupatennya dengan kata ulang yang mengacu pada sebuah suasana yaitu gilar-gilar. Gilar-gilar
memiliki arti keadaan yang terang, menarik, luas, dan indah. Kabupaten
Banjarnegara memilih kata ulang gilar-gilar sebagai slogan dengan harapan kota
Bajarnegara menjadi kota yang menarik, luas dan indah. Selain mengandung
harapan kata ulang Gilar-gilar juga berguna sebagai citra Kabupaten
Banjarnegara.
ASRI pada contoh (46) dan (47) merupakan slogan kota yang menggunakan
referen „keadaan‟. Karena kata asri memiliki arti „keadaan‟ yang indah dan sedap dipandang mata. Dengan kata lain kata asri merupakan kata yang mengacu pada
keadaan. Kabupaten Sragen dan Wonosobo memilih akronim ASRI sebagai
slogan dengan harapan Kabupaten Sragen dan Wonosobo menjadi kabupaten
yang memiliki keadaan nyaman dan sedap dipandang mata. Selain mengandung
harapan, akronim ASRI juga berguna sebagai citra Kabupaten Sragen dan
Wonosobo.
SERASI pada contoh (48) termasuk slogan yang memiliki referen keadaan.
Karena kata serasi merupakan keadaan yang harmonis, sesuai, cocok, dan
selaras. Kabupaten Semarang memilih akronim SERASI sebagai slogan dengan
dan selaras. Selain mengandung harapan akronim SERASI juga berguna sebagai
citra Kabupaten Semarang.
3.2 Referen Pangkat atau Tingkatan
Pangkat merupakan tingkatan dalam jabatan kepegawaian. Contoh slogan kota
yang memiliki referen„pangkat‟:
(49) Kabupaten Purbalingga PERWIRA
PERWIRA pada contoh (49) termasuk dalam jenis slogan yang memiliki
referen pangkat. Karena kata PERWIRA mengacu pada tingkatan atau pangkat
dalam sebuah organisasi ketentaraan, oleh sebab itu Kota Purbalingga
dikategorikan slogan kota yang memiliki referen „pangkat‟. Kabupaten
Purbalingga memilih akronim PERWIRA sebagai slogan dengan harapan kota
mereka menjadi tertib dan disiplin seperti organisasi ketentaraan. Selain
mengandung harapan untuk Kabupaten Puralingga akronim PERWIRA juga
menjadi citra Kabupaten Purbalingga.
(51) Kabupaten Banyumas SATRIA
Slogan SANTRI pada contoh (50) termasuk slogan yang memiliki referen
„tingkatan‟. Karena kata santri memiliki arti orang yang mendalami agama Islam atau orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh. Dalam mendalami agama
santri merupakan tingkatan terendah, yaitu dibawah ustad dan kiai. Kabupaten
Pekalongan memilih akronim SANTRI sebagai slogan dengan harapan Kabupaten
Pekalongan menjadi kabupaten yang religius dan taat akan aturan seperti para
santi. Selain mengandung harapan akronim SANTRI juga berguna untuk julukan
Kabupaten Pekalongan bahkan sebagai citra Kabupaten Pekalongan.
SATRIA pada contoh (51) dikatakan slogan kota atau kabupaten yang
menyatakan „tingkatan‟. Makna leksikal dari satria tidak ada namun yang di
maksud dalam slogan Kabupaten Banyumas adalah kata kesatria yang memiliki
arti kasta kedua dalam masyarakat Hindu. Satria merupakan kata yang mengacu
pada tingkatan. Kabupaten Banyumas memilih akronim SATRIA sebagai slogan
dengan harapan Kabupaten banyumas menjadi kabupaten yang gagah berani
menghadapi persaingan dengan kabupaten lain. Selain mengandung harapan
akronim SATRIA juga berguna sebagai citra Kabupaten Banyumas
3.3 Referen Kondisi Sosial
Kondisi sosial adalah keadaan masyarakat suatu negara pada saat tertentu.
Contoh kota yang menggunakan slogan kota dengan referen „kondisi sosial‟
adalah :