• Tidak ada hasil yang ditemukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

i

POLA PEMBENTUKAN DAN JENIS REFEREN

SLOGAN KOTA DAN KABUPATEN DI JAWA TENGAH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Oktavianus Jalu Dwi Prasetyo

NIM: 114114017

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv MOTO

Jangan menyerah. Tak ada yang memalukan dari terjatuh, yang memalukan

adalah kalau tidak berdiri lagi (Midorima-Kuroko no basuke)

Hidup ini takkan pernah adil jika kau terus menerus membandingkan dirimu

dengan yang lain. (Monkey D Luffy-One Peice)

Karya sederhana ini saya persembahkan kepada:

Bapak Markus Wijianto, Ibu Ristituta Miyatun, serta mbak Nina

Dek Nita

Prodi Sastra Indonesia

(5)
(6)
(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis uncapkan kepada Tuhan Yang Maha kasih atas berkat dan rahmatNya yang melimpah selama penulis menyusun tugas akhir ini dari awal mencari topik hingga akhir penyelesaiannya.

Skripsi berjudul “Pola Pembentukan dan Jenis Referen Slogan Kota dan Kabupaten di Jawa Tengah” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana S 1 pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Setelah melalui proses yang panjang, skripsi ini akhirnya terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih beserta doa yang tulus kepada pihak-pihak yang telah menjadi perpanjangan Tangan Tuhan berikut.

1. Drs. Hery Antono, M.Hum. yang berkenan menjadi pembimbing I penyusunan skripsi ini. Beliau memberikan banyak inspirasi, masukan, pinjaman buku referensi, dan pesan-pesan yang berguna baik untuk penyusunan skripsi ini maupun untuk kehidupan sehari-hari penulis. 2. Dr. Paulus Ari Subagyo, M.Hum. yang berkenaan menjadi pembimbing II

penulis dalam menyusun skripsi ini. Beliau memberikan banyak masukan-masukan untuk membuat skripsi ini menjadi lebih baik.

3. Para dosen Program Studi Sastra Indonesia USD yang belum disebut: Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., Dra. F. Tjandrasih Adji, M.Hum., S.E. Peni Adji, S.S, M.Hum., (dosen pembimbing akademik penulis), Dr. Yapi Taum M.Hum., dan Drs. F.X. Santosa , M.S., serta dosen-dosen pemgampu mata kuliah tertentu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Pengabdian mereka untuk dunia pendidikan sangat berharga dan patut dihormati.

4. Sfat Sekretariat Program Studi Sastra Indonesia dan Fakultas Sastra yang selama ini mengurus keperluan akademis penulis.

5. Pengelola dan segenap staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang membantu penulis menyediakan buku-buku yang penulis butuhkan untuk penelitian ini pada khususnya dan untuk keperluan kuliah pada umumnya. 6. Bapak Markus Wijianto dan Ibu Ristituta Miyatun serta kakak Christina

Nur Wijayanti, keluarga tercinta yang telah membiayai dan selalu mendoakan penulis hampir 22 tahun penulis hidup di dunia ini. Semoga karya ini dapat menjadikan sedikit kebangaan bagi mereka.

7. Anita Kumala Dewi yang selalu memberi semangat dan doa untuk penulis 8. Teman-teman Prodi Sastra Indonesia angkatan 2011. Tanpa disadari,

mereka semua bukan sekedar teman seperjalanan, melainkan juga inspirasi dan penyemangat penulis.

(8)
(9)

ix

ABSTRAK

Jalu Dwi Prasetyo, Oktavianus. 2015 – Pola Pembentukan dan Jenis Referen Slogan Kota dan Kabupaten di Jawa Tengah. Skripsi Strata 1 (S1). Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Skripsi ini membahas pola slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah dan Jenis referen slogan Kota dan Kabupaten di Jawa Tengah.

Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, mengumpulkan data dari sumber online (internet) dan offline (gapura kota atau kabupaten yang memuat slogan). Teknik yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah teknik simak bebas cakap dengan mengamati dan mencatat data berupa akronim-akronim yang digunakan kota di Jawa Tengah untuk menjadi slogan. Selain teknik simak penulis juga menggunakan teknik rekam. Teknik rekam adalah teknik penjaringan data dengan merekam penggunaan bahasa. Di sini penulis memfoto slogan-slogan kota dan kabupaten yang ada di Jawa Tengah. Data yang sudah terkumpul diklasifikasikan berdasarkan kategori dan jenisnya.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pola slogan yang terdapat dalam slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah dan mendiskripsikan jenis referen berdasarkan slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah.

Hasil penelitian ini juga memberi sumbangan untuk bidang morfologi dan semantik. Untuk bidang morfologi penelitian ini memberikan pola-pola akronim dan untuk semantik penelitian ini memberikan bentukan-bentukan baru jenis referen. Hasil penelitian tentang pola akronim dalam slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah bermanfaat untuk memberikan penjelasan tentang bagaimana pola-pola yang digunakan untuk membuat slogan kota di Jawa Tengah. Dengan mengetahui pola-pola akronim, seseorang dapat membuat akronim yang bervariasi sehingga tidak membosankan. Hasil penelitian tentang jenis referen berdasarkan slogan tempat yang diwakilinya bermanfaat untuk memberi penjelasan tentang jenis referen berdasarkan slogan apa saja yang terdapat dalam slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah kepada masyarakat.

Hasil dari penelitian ini meliputi dua hal yaitu pola slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah dan jenis slogan berdasarkan referen. Dari pembahasan masalah pertama dapat disimpulkan pola slogan memiliki dua pola yaitu kata dan kalimat. Kata memiliki dua jenis yaitu kata ulang dan akronim. Untuk akronim penulis menemukan 14 pola. Pembahasan kedua penulis menemukan 12 jenis referen yang terdapat di slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah.

(10)

x

ABSTRACT

Jalu Dwi Prasetyo, Oktavianus. 2015 - The Pattern Formation and Rerefent Types of The Slogan Town and District in Central Java. Thesis Strata 1 (S1) Skripsi. Indonesian Literary Studies Program, Sanata Dharma University.

This thesis discusses the slogan pattern of cities and counties in Central Java and type of City and County slogan referents in Central Java.

The steps in this study are as follows. First, collect data from online sources (internet) and offline (gate city or county that contains the slogan). Techniques used in the data collection phase is freely refer techniques capable by observing and recording the data in the form of acronyms used in the Central Java town to be a slogan. In addition the authors also refer to the technique of using recording technique. Recording technique is a data networking techniques to record the use of language. Here the author photograph slogans cities and districts in Central Java. Data already collected classified by category and type.

The purpose of this study was to describe the pattern contained in the slogan cities and counties in Central Java and describe the types of referents based on the slogan of cities and districts in Central Java.

The results also contributed to the field of morphology and semantics. This study provides patterns of acronyms in the field of morphology, whereas in the field of semantics, this study provides new types of formations referents. Results of research on pattern slogan acronym in cities and counties in Central Java is useful to provide an explanation of how the patterns used to create the slogan of the city in Central Java. By knowing the patterns of acronyms, one can create an acronym which vary so it is not boring. Results of research on the type referents represented by a slogan useful to shed some light on the type of referents based slogan anything contained in the slogan cities and counties in Central Java to the public.

Results from this research include two things: pattern slogans cities and counties in Central Java and type of slogan patterns based referents. The first issue of the discussion can be inferred patterns that slogan has two patterns of words and sentences. The word has two types of repeated words and acronyms. To acronym authors find 14 patterns. The second discussion the authors find 12 types of referents contained in the slogan of the city and district in Central Java.

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tebel 1 : Pola Akronim yang Terdapat dalam slogan Kota dan

Kabupaten Jawa Tengah ... 42

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan Pola Slogan : ... 46

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Daftar Pola Pembentukan Akronim ... 67

Lampiran 2 : Arti Leksikal Slogan ... 69

Lampiran 3 : Jenis Referen Berdasarkan Slogan Kota dan Kabupaten

di Jawa Tengah ... 72

(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRAK .... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 7 1.3 Tinjauan Pustaka ... 9 1.4 Landasan Teori ... 11 1.4.1 Kota …………... 11 1.4.2 Kabupaten ... 11 1.4.3 Slogan ………... 12 1.4.4.1 Kependekan ... 13 1.4.4.2 Abreviasi ... 13 1.4.4.3 Akronim ……... 14 1.4.5 Kata………... 14 1.4.6 Kalimat ... 14 1.4.7 Referen ... 15

(13)

xiii

1.5.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 16

1.5.2 Metodologi dan Tahap Analisis Data ... 17

1.5.3 Metode Penyajian Hasil Analisi ...20

1.6 Sistematika Penyajian ... 20

BAB II POLA SLOGAN KOTA DAN KABUPATEN DI JAWA TENGAH ... 22 2.1 Pengantar ... 22 2.2 Kata ... 22 2.2.2 Kata Ulang ... 22 2.2.3 Akronim ... 23 2.2.3.1 Pola Akronim ... 23

2.2.3.1.1 Pengekalan huruf pertama akronim setiap komponen ... 23

2.2.3.1.2 Pengekalan huruf pertama dan dua huruf pertama ... 29

2.2.3.1.3 Pengekalan suku terakhir, huruf pertama, dan suku pertama dan hururf kelima .…....………… 31

2.2.3.1.4 Pengekalan suku pertama dan huruf pertama dari komponen selanjutnya .…..…...………… 31

2.2.3.1.5 Pengekalan Suku Pertama dan Dua Huruf Pertama ... 34

2.2.3.1.6 Pengekalan dua huruf pertama dan huruf pertama dari komponen selanjutnya ……...… 34

2.2.3.1.7 Pengekalan suku pertama serta dua huruf Pertama dan huruf pertama .………... 35

2.2.3.1.8 Pengekalan huruf pertama, huruf pertama dan terkhir, dan dua huruf terakhir…….………....… 36

2.2.3.1.9 Pengekalan huruf pertama, huruf pertama dan terakhir, dan huruf pertama, ketiga dan kelima ...… 37

2.2.3.1.10 Pengekalan suku kata pertama, huruf pertama dan huruf kedua dan ketiga …………...…….. 38

2.2.3.1.11 Pengekalan suku pertama, huruf pertama, dan dua huruf pertama …….………... 39

2.2.3.1.12 Pengekalan suku pertama, huruf pertama, dan dua huruf terakhir………….…...……... 40

2.2.3.1.13 Pengekalan tiga huruf pertama, huruf ke dua, dan suku kata terakhir, ……….………... 40

(14)

xiv

2.2.3.1.14 Pengekalan Huruf pertama dan tiga huruf

Pertama ...…….. 41

2.4 Kalimat ... 46

BAB III JENIS REFEREN BERDASARKAN SLOGAN KOTA DAN KABUPATEN DI JAWA TENGAH ... 47

3. Jenis Slogan Berdasarkan Referen ... 47

3.1 Referen Keadaan ...……..…...…... 47

3.2 Referen Pangkat/Tingkatan ……....……....……... 49

3.3 Referen Kondisi Sosial ..……….…….…...….. 50

3.4 Referen Ekspresi ...………...……...….... 51 3.5 Referen Perbuatan ... 52 3.6 Referen Benda ... 54 3.7 Referen Perasaan ... 56 3.8 Referen Hasil ... 57 3.9 Referen Proses ... 58 3.10 Referen Pancaran ... 59 3.11 Referen Penggunaan ... 60 3.12 Referen Kepemilikan ...…... 61 BAB IV PENUTUP ... 63 4. Kesimpulan ... 63 5. Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA ... 65

DAFTAR SUMBER ONLINE ... 66

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Objek penelitian ini adalah slogan-slogan kota dan kabupaten di Jawa

Tengah. Kata slogan berasal dari istilah dalam bahasa Gaelik, sebuah bahasa dari

Skotlandia kuno, yaitu slough-ghairm yang berarti teriakan bertempur (wikipedia.com). Menurut Widyatama (2011 : 117) secara sederhana slogan

diartikan sebagai motto atau frasa yang dipakai sebagai ekspresi ide atau tujuan

yang mudah diingat dan mengandung arti khusus. Di tengah masyarakat, slogan

sering diartikan sebagai semboyan atau motto.

Menurut Moeliono slogan adalah perkataan atau kalimat yang menarik,

mencolok dan mudah diingat untuk menyampaikan sesuatu. Slogan dibuat untuk

memberitahu, mengajak atau mempengaruhi pembacanya.

(http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/17/jhptump-a-ferynadama-807-2-babii.pdf)

Slogan kota dan kabupaten biasanya berupa akronim. Awal mula slogan

kota dan kabupaten muncul karena adanya penghargaan adipura yang

dicanangkan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1986. Dengan adanya

penghargaan adipura hampir setiap kota berlomba-lomba membuat slogan untuk

membuat identitas dan harapan dari kotanya masing-masing. Penghargaan adipura

adalah sebuah penghargaan bagi kota di Indonesia yang berhasil dalam kebersihan

serta pengelolaan lingkungan perkotaan yang diselenggarakan oleh Kementrian

Negara Lingkungan Hidup.

(16)

Kabupaten adalah wilayah administrasi di Indonesia setelah provinsi, yang

dipimpin oleh seorang bupati (wikipedia). Selain kabupaten, pembagian wilayah

administratif setelah provinsi adalah kota. Secara umum, baik kabupaten dan kota

memiliki wewenang yang sama. Kabupaten bukanlah bawahan dari provinsi,

karena itu bupati atau wali kota tidak bertanggung jawab kepada gubernur.

Kabupaten maupun kota merupakan daerah otonom yang diberi wewenang

mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya sendiri. Dahulu istilah

kabupaten dikenal dengan Daerah Tingkat II Kabupaten. Sejak diberlakukannya

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, istilah

Daerah Tingkat II dihapus, sehingga Daerah Tingkat Kabupaten disebut

Kabupaten saja.

Kota adalah suatu wadah yang memiliki batas administrasi wilayah yang

seperti kotamadya dan kota administratif. Kota juga berarti suatu lingkungan

kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri non agraris, misalnya ibu kota

kabupaten, ibu kota kecamatan yang berfungsi sebagai pusat petumbuhan

(Peraturan Mendagri RI No. 4 th. 1980).

Jawa Tengah sebagai provinsi dibentuk sejak zaman Hindia Belanda.

Hingga tahun 1905, Jawa Tengah terdiri atas 5 wilayah yakni Semarang, Kudus,

Kedu, Banyumas, dan Pekalongan. Surakarta masih merupakan daerah swapraja

kerajaan yang berdiri sendiri dan terdiri dari dua wilayah, Kasunanan Surakarta

dan Mangkunegaran, sebagaimana Yogyakarta. Masing-masing wilayah terdiri

(17)

Secara administratif, Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 29 kabupaten dan

6 kota. Administrasi pemerintahan kabupaten dan kota ini terdiri atas 545

kecamatan dan 8.490 desa/kelurahan. Sebelum diberlakukannya Undang-undang

Nomor 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, Jawa Tengah juga terdiri atas 3

kota administratif, yaitu Kota Purwokerto, Kota Cilacap, dan Kota Klaten. Namun

sejak diberlakukannya Otonomi Daerah tahun 2001 kota-kota administratif

tersebut dihapus dan menjadi bagian dalam wilayah kabupaten. Menyusul

otonomi daerah, 3 kabupaten memindahkan pusat pemerintahan ke wilayahnya

sendiri, yaitu Kabupaten Magelang, Kota Tegal, serta Kabupaten Pekalongan.

Akronimisasi adalah proses pembentuk sebuah kata dengan cara

menyingkat sebuah konsep yang direalisasikan dalam sebuah konstruksi lebih dari

sebuah kata. Proses ini menghasilkan sebuah kata yang disebut akronim (Chaer,

2008:236). Akronim adalah seluruh kependekan yang dapat dilafalkan sebagai

kata yang wajar (Kridalaksana, 2010:169). Berikut ini contoh akronim yang

digunakan dalam slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah.

(1) Boyolali TERSENYUM

(2) Brebes BERHIAS

(3) DemakBERAMAL

Kata tersenyum, berhias, dan, beramal pada contoh (1), (2), dan (3) termasuk akronim karena merupakan kependekan yang berupa gabungan huruf

atau suku kata yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata (KBBI). Kata

tersenyum, berhias, dan beramal sudah wajar dilafalkan dalam komunikasi

(18)

Untuk Masyarakat. Kata BERHIAS (2) merupakan kependekan dari BERsih

Hijau Indah Aman dan Lestari. Kata BERAMAL (3) merupakan kependekan dari

Bersih Elok Rapi Anggun Maju Aman dan Lestari.

Slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah dipilih sebagai topik dalam

penelitian ini karena alasan berikut. Pertama, hampir setiap kota di Indonesia

memiliki slogan bahkan slogan kota bisa ditemukan di bak truk dan mobil

pengangkut barang. Slogan kota tersebut juga hampir semuanya berupa akronim

yang menurut penulis menarik untuk dikaji. Kedua slogan-slogan kota tersebut

menimbulkan masalah morfologi yaitu pola akronim yang bermacam-macam.

Ketiga slogan-slogan kota juga menimbulkan masalah sematik yaitu referen yang

bermacam-macam. Penulis hanya meneliti slogan kota yang ada di Jawa Tengah

karena untuk pembatasan masalah.

Hal pertama yang dibahas dalam skripsi ini adalah pola slogan dan

akronim yang terdapat dalam slogan-slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah,

seperti tampak dalam contoh-contoh berikut ini:

(4) Gilar-Gilar

Kabupaten di Jawa Tengah yang menggunakan kata ulang untuk slogan adalah

Kabupaten Banjarnegara yaitu Gilar-Gilar

(5) Trus Karyo Tataning Bumi

Slogan Kabupaten Jepara berupa kalimat yaitu Trus Karyo Tataning Bumi,

(19)

Dengan melihat paparan di atas bisa dikatakan slogan kabupaten dan kota

memiliki beberapa pola. Masalahnya adalah apa saja pola slogan kabupaten dan

kota di Jawa Tengah.

Karena kebanyakan slogan kabupaten dan kota di Jawa Tengah berupa

akronim maka penulis juga akan meneliti pola-pola akronim pada slogan kota dan

kabupaten.

Contoh :

(6) Brebes BERHIAS

(7) Demak BERAMAL

Kata pada slogan BERHIAS dan BERAMAL memiliki pola

pengakroniman yang berbeda. Akronim BERHIAS (4) pada slogan Kota Brebes

merupakan pola akronim yang berupa Pengekalan suku pertama dan huruf

pertama dari komponen selanjutnya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat

pola yang digunakan pada pengakroniman slogan BERHIAS seperti berikut ini:

Pengekalan suku pertama pada kata,

(a) BERsih

dan huruf pertama pada kata,

(b) Hijau (c) Indah (d) Aman (e) Sehat

Akronim BERAMAL (5) pada Kota Demak merupakan akronim yang

(20)

dibuktikan dengan melihat pola yang digunakan pada pengakroniman slogan

BERAMAL berikut ini :

Pengekalan huruf pertama pada kata,

(a) Bersih (b) Elok (c) Rapi (d) Anggun (e) Maju (f) Aman (g) Lestari

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa akronim yang digunakan untuk

membuat slogan kabupaten dan kota di Jawa Tengah memiliki pola tertentu.

Masalahnya adalah apa saja pola akronim yang terdapat dalam slogan-slogan kota

di Jawa Tengah.

Masalah yang kedua yang dikaji dalam penelitian ini adalah jenis referen kota

berdasarkan slogan, seperti terlihat dalam contoh :

(6) Kabupaten Kudus SEMARAK

Contoh (6) dikatakan slogan kota atau kabupaten yang memiliki referen „suasana‟

karena Kabupaten Kudus menggunakan akronim SEMARAK untuk membuat

slogan dan semarak memiliki arti „suasana' yang meriah atau ramai. Kata semarak

mengacu pada sebuah suasana yang sangat meriah. Kabupaten Kudus memilih

(21)

Selain mengadung harapan untuk Kota Kudus kata semarak juga citra Kota

Kudus.

(7) Kabupaten Purbalingga PERWIRA

Dalam contoh (7) Kabupaten Purbalingga menggunakan kata PERWIRA

untuk slogan kotanya. Kata perwira merupakan tingkatan dalam organisasi

ketentaraan, oleh sebab itu Kabupaten Purbalingga dikategorikan slogan kota

yang menyatakan pangkat, karena PERWIRA adalah suatu pangkat dalam

ketentaraan. Selain pangkat dalam sebuah kententaraan kata perwira juga dipakai

oleh orang Jawa untuk menyebut atas menjuluki orang yang baik, sopan,

pemberani, dan taat. Jadi kata perwira juga dimasukkan dalam kategori slogan

kota yang menyatakan julukan.

1.2RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dalam butir 1.1, permasalahan yang dibahas

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.2.1 Apa saja pola slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah ?

1.2.2 Apa saja jenis referen berdasarkan slogan Kota dan Kabupaten di Jawa

Tengah ?

1.3TUJUAN PENELITIAN

Secara umum tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan slogan-slogan

kota dan kabupaten di Jawa Tengah. Secara khusus, tujuan penelitian ini dapat

(22)

1.3.1 Mendeskripsikan pola slogan yang terdapat dalam slogan kota dan

kabupaten Jawa Tengah.

1.3.2 Mendiskripsikan jenis referen berdasarkan slogan kota dan kabupaten di

Jawa Tengah.

1.4MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Teoritis

Hasil penelitian ini juga memberi sumbangan untuk bidang morfologi dan

semantik. Untuk bidang morfologi penelitian ini memberikan pola-pola akronim

dan untuk semantik penelitian ini membertikan bentukan-bentukan baru jenis

referen.

1.4.2 Praktis

Hasil penelitian ini adalah pola akronim dan jenis slogan berdasarkan

referen tempat yang diwakilinya. Hasil penelitian tentang pola akronim dalam

slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah beramanfaat untuk memberikan

penjelasan tentang bagaimana pola-pola yang digunakan untuk membuat slogan

kota di Jawa Tengah. Dengan mengetahui pola-pola akronim, seseorang dapat

membuat akronim yang bervariasi sehingga tidak membosankan. Hasil penelitian

tentang jenis referen berdasarkan slogan tempat yang diwakilinya bermanfaat

untuk memberi penjelasan tentang jenis referen berdasarkan slogan apa saja yang

(23)

1.5TINJAUAN PUSTAKA

Topik tentang slogan pernah diteliti oleh Elysabeth mahasiswa Sanata

Dharma dalam skrisinya yang berjudul “Analisis Hubungan Antara Penggunaan

Slogan Pada Iklan Dengan Kesadaran Konsumen terhadap Merek Surat Kabar

Bernas : Studi Kasus Pada PT Bernas Yogyakarta” (2002).

Candra dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Slogan

Pada Iklan terhadap Minat Beli Ulang Konsumen: Studi Kasus Pada Kentucky

Fried Chicken Galeria Mall Yogyakarta” menggunakan slogan obyek penelitiannya.

Topik tentang slogan juga pernah diteliti oleh Sari dalam skripsinya yang

berjudul “Hubungan Antara Persepsi terhadap Slogan Dalam Iklan Rokok Sampoerna A Mild di Televisi Dengan Intensi Membeli Rokok Sampoerna A

Mild” (2005).

Rini dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Slogan dan Bintang Iklan Sabun Lux terhadap Minat Pembelian Ulang Konsumen: Studi Kasus pada

Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Angkatan 2002-2004”

menggunakan slogan sebagai obyek penelitiannya (2006).

Veronica Dharma dalam skripsinya yang berjudul “Kalimat-Kalimat

Slogan Iklan Standar dalam Media Televisi” juga pernah mengunakan slogan

sebagai obyek penelitiannya (2006).

Slogan pernah dibahas oleh Prasetyawati dalam skripsinya yang berjudul

(24)

Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta Pengguna

Produk-Produk Adidas” (2007).

Topik tentang slogan juga pernah dibahas oleh Henny dalam skripsinya

yang berjudul “Pengaruh Slogan, Logo, Simbol dan Format Pesan Iklan Bilboard terhadap Minat Beli Konsumen : Studi Kasus Iklan Billboard Rokok A Mild

Menthol”. Dalam skripsi ini Henny memfokuskan penelitianya pada analisis data

yang alat penentunya ada di luar bahasa (2007).

Asmoro juga membahas slogan dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Slogan, Iklan Luar Ruang, dan Iklan Display terhadap Minat Beli Konsumen A

Mild : Studi Kasus Pada Gardena Yogyakarta” (2007).

Slogan juga pernah dibahas oleh Kurniawan dalam skripsinya yang

berjudul “Pengaruh Slogan dan Bintang Iklan Jamu Tolak Angin terhadap Minat Pembelian Ulang Konsumen: Studi Kasus pada Kelurahan Baciro,

Gondokusuman, Yogyakarta”. Dalam skripsi ini Kurniawan memfokuskan

penelitianya pada analisis data yang alat penentunya ada di luar bahasa (2008).

Setiastuti juga pernah meneliti slogan dalam skripsinya yang berjudul “A

Stylistics Study On Mcdonald`S Slogan During 1960s-2008” (2011).

Dalam skripsinya yang berjudul “A Study On Pragmatics Presuppositions In Countries` And States` Slogans” Destin juga meneliti tentang slogan (2013).

Akronim telah pernah dibahas oleh Goreti dalam skripsinya yang berjudul

“Akronim Bahasa Indonesia Dalam Surat Kabar Harian Kompas: Tinjauan terhadap Pola Pembentukan, Tipe Frase Yang Dibentuk, Proses Morfologis Yang

(25)

memfokuskan pada analisis data yang alat penentunya ada di dalam dan

merupakan bagian dari bahasa yang diteliti.

Setelah melihat data di atas bisa disimpulkan belum ada penelitian yang

membahas pola slogan dan jenis referen slogan kota dan kabupaten di Jawa

Tengah dalam karya ilmiahnya.

1.6LANDASAN TEORI

Dalam landasan teori ini akan dipaparkan (a) kota (b) kabupaten, (c),

slogan, (d) akronim (e) pemendekan, (f) abreviasi (g) kata (h) kalimat (i) referen.

Landasn teori poin (a), (b), (c), (d), (e), (f), (g), dan (h) digunakan sebagai dasar

analisi kajian pola slogan. Sementara itu, landasan teori butir (c), dan (i) menjadi

dasar dalam mengkaji jenis-jenis slogan berdasarkan referen.

1.6.1 Kota

Kota adalah suatu wadah yang memiliki batas administrasi wilayah yang

seperti kotamadya dan kota administrasi. Kota juga berarti suatu lingkungan

kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri non agraris, misalnya ibu kota

kabupaten, ibu kota kecamatan yang berfungsi sebagai pusat petumbuhan

(Peratutan Mendagri RI No. 4 th. 1980).

1.6.2 Kabupaten

Kabupaten adalah pembagian wilayah administrasi di Indonesia setelah

(26)

wilayah administratif setelah provinsi adalah kota. Secara umum, baik kabupaten

dan kota memiliki wewenang yang sama. Kabupaten bukanlah bawahan dari

provinsi, karena itu bupati atau wali kota tidak bertanggung jawab kepada

gubernur. Kabupaten maupun kota merupakan daerah otonom yang diberi

wewenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya sendiri. Dahulu

istilah kabupaten dikenal dengan Daerah Tingkat II Kabupaten. Sejak

diberlakukannya undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah, istilah Daerah Tingkat II dihapus, sehingga Daerah Tingkat Kabupaten

disebut Kabupaten saja.

1.6.3 Slogan

Menurut Widyatama (2011 : 117) sacara sederhana, slogan diartikan

sebagai motto atau frasa yang dipakai sebagai ekspresi ide atautujuan yang mudah

diingat dan mengandung arti khusus. Ditengah masyarakat, slogan sering

diartikan sebagai semboyan atau motto.

Menurut Moeliono (Ed) ( 2007: 1080) slogan adalah perkataan atau

kalimat yang menarik, mencolok dan mudah diingat untuk menyampaikan

sesuatu.

(http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/17/jhptump-a-ferynadama-807-2-babii.pdf) Slogan dibuat untuk memberitahu, mengajak atau mempengaruhi

pembacanya Pengertian slogan menurut situs ensiklopedia online terbesar

Wikipedia adalah sebuah frase, kata-kata, kalimat atau motto yang digunakan

individu maupun kelompok dalam berbagai macam konteks seperti politik,

(27)

sebuah ide dan tujuan yang mudah diingat. Perlu diketahui bersama bahwa kata

"slogan" berasal dari kata "sluagh-ghairm" (bahasa Gaelik) yang artinya teriakan bertempur.

1.6.4 Kependekan

Bentuk kependekan dalam bahasa Indonesia muncul karena terdesak oleh

kebutuhan untuk berbahasa secara praktis dan cepat. Kebutuhan ini paling terasa

di bidang teknis, seperti cabang-cabang ilmu, kepaduan, angkatan bersenjata, dan

kemudian menjalar ke bahasa sehari-hari.

Kependekan memiliki 4 jenis yaitu singkatan, penggalan, akronim, dan kontraksi. Singkatan yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf maupun yang tidak dieja huruf demi huruf. Penggalan yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem. Akronim yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik Indonesia. Kontraksi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem. (Kridalaksana, 1989:161-162)

1.6.5 Abreviasi

Dalam buku Kridalaksana (1989:159), abreviasi adalah proses

penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga

jadilah bentuk baru yang berstatus kata. Istilah lain abreviasi ialah pemendekan

(28)

1.6.6 Akronim

Akronimisasi adalah proses pembentuk sebuah kata dengan cara menyingkat sebuah konsep yang direalisasikan dalam sebuah konstruksi lebih dari sebuah kata. Proses ini menghasilkan sebuah kata yang disebut akronim. Jadi, sebetulnya akronim juga sebuah singkatan, namun yang “diperlukan” sebagai sebuah kata atau sebuah butir (Chaer, 2008:236).

Akronim yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku

kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit

banyak memenuhi kaidah fonotaktik Indonesia (Kridalaksana, 2010:169).

1.6.7 Kata

Kata dalam sintaksis merupakan satuan terkecil yang biasa dapn dapat

menduduki salah satu fungsi sintaksis (subyek, predikat, obyek atau keterangan);

dalam morfologi merupakan satuan terbesar, dibentuk melalui salah satu proses

morfologi (afiksasi, reduplikasi, komposisi, akronimisasi, dan konversi.) (Cher,

2008:5)

1.6.8 Kalimat

Kalimat adalah satuan sintaksis yang dibangun oleh konstituen dasar

(biasanya berupa klausa), dilengkapi dengan konjungsi (bila diperlukan), disertai

dengan intonasi fina (deklaratif, interogatif, imperatif, atau interjektif) ( Chaer,

(29)

1.6.9 Referen

Referen adalah benda atau orang yang diacu oleh kata atau untaian kata di

kalimat atau konteks tertentu. Referen merupakan konsep yang lazimnya

berhubungan dengan sesuatu hal yang ada di luar bahasa (Wijana, 2008:4)

Bentuk kebahasaan memiliki hubungan dengan konsep dalam pikiran

manusia yang disebut makna (sense), dan konsep ini lazim berhubungan dengan

sesuatu atau hal yang ada di luar bahasa yang disebut referen (referent). Dikatakan

lazimnya karena tidak semua kata yang memiliki makna memiliki referen. Makna

bersifat umum dan tidak tertentu, sedangkan referen bersifat tertentu. Referen

adalah sesuatu yang diacu oleh konsep bentuk bahasa yang bersangkutan. Bentuk

bahasa berhubungan secara langsung dengan konsep pikiran (makna).

Selanjutnya, makna berhubungan langsung dengan referen. Akan tetapi, bentuk

kebahasaan berhubungan secara tidak langsung dengan garis putus-putus, relasi

antara bentuk, makna, dan referen itu akan tergambar sebagai berikut

Konsep/makna (referens)

(30)

1.6 Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yakni (i) pengumpulan data, (ii)

analisis data, dan (iii) penyajian hasil analisis data. Berikut ini akan diuraikan

masing-masing tahap dalam penelitian ini.

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Objek penelitian ini adalah slogan. Objek ini berada dalam data yang

berupa kalimat. Data diperoleh dari sumber tertulis yaitu slogan kota dan

kabupaten di Jawa Tengah yang terdapat di gapura, tugu, bak mobil dan sumber

online. Slogan adalah perkataan atau kalimat pendek yang menarik atau mencolok

dan mudah diingat untuk memberitahu sesuatu (KBBI). Slogan sering dipakai

untuk menggambarkan ciri khas sesuatu yang diwakilinya, sebuah organisasi,

kota, instasi, dan lain-lain.

Data yang dikumpulkan adalah berupa slogan kota dan kabupaten di Jawa

Tengah. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak.

Metode simak adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan

menggunakan cara mengamati dan menyimak langsung penggunaan bahasa.

Teknik yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah teknik simak bebas

cakap dengan mengamati dan mencatat data berupa akronim-akronim yang

digunakan kota di Jawa Tengah untuk dijadikan slogan. Selain teknik simak

penulis juga mengunakan teknik rekam. Teknik rekam adalah teknik penjaringan

(31)

kota dan kabupaten di Jawa Tengah yang terdapat di gapura dan tugu. Data yang

sudah terkumpul diklasifikasikan berdasarkan kategori dan jenisnya.

1.7.2 Metodologi dan Tahap Analisis Data

Langkah kedua adalah menganalisis data. Setelah data terklasifikasikan,

kemudian dianalisis dengan mengunakan metode agih dan padan. Metode agih

yaitu metode analisis yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian

dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993:15). Teknik yang dipakai dalam

penelitian ini adalah teknik bagi unsur langsung atau yang sering disebut dengan

teknik BUL. Teknik BUL adalah teknik dasar metode agih yang membagi satu

lingual data menjadi beberapa bagian atau dan yang bersangkutan dipandang

sebagai bagian yang langsung membentuk satuan yang dimaksud (Sudaryanto,

1993;31). Teknik lanjutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

sisip. Teknik sisip dilaksanakan dengan menyisipkan “unsur” tertentu di antara

unsur-unsur lingual yang ada. Karena akronim itu menyangkut masalah perbedaan pola penggunaan kata yang digunakan untuk menciptannya, maka metode agih,

teknik bagi unsur langsung, dan teknik lanjutan teknik sisip dipandang sebagai

metode dan teknik yang tepat untuk mengkaji pola-pola akronim slogan Kota dan

Kabupaten di Jawa Tengah.

Teknik sisip digunakan untuk membagi pola-pola akronim yang digunakan

untuk menciptakn slogan Kota dan Kabupaten di Jawa Tengah.

(32)

Akronim BERKEMBANG pada slogan Kota Batang adalah akronim yang

dibentuk berdasarkan gabungan suku kata awal, suku kata akhir, dan a huruf

pertama. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat pola yang digunakan pada

pengakroniman slogan BERKEMBANG seperti berikut ini:

Pemengalan suku pertama dari kata,

(a) BERsih

huruf pertama dari kata,

(b) Kencar-kencar

(c) Eyub

(d) Menuju

(e) Bebrayan

(f) Aman

dan suku terakhir dari kata

(g) tenaNG

Dalam penelitian ini juga digunakan metode padan, yaitu metode yang alat

penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan. Alat penentunya adalah kenyataan yang ditunjukkan oleh bahasa

(Sudaryanto dalam Kesuma, 1993:13-14).

Teknik yang digunakan adalah teknik pilah unsur tertentu. Menurut

Sudaryanto dalam Kesuma (2007:51) teknik pilah unsur penentu adalah teknik

analisis data dengan cara memilah-milah satuan kebahasaan yang dianalisis

dengan alat penentu yang berupa daya pilah yang bersifat mentah yang dimiliki

(33)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan

referensial. Metode padan referensial adalah metode yang menggunakan referen

atau sosok yang diacu oleh satuan kebahasaan sebagai alat penentu. Referen itu

dapat berupa benda, tempat, kerja, sifat, dan keadaan yang diacu oleh satuan

kebahasaan yang diidentifikasi (Sudaryanto dalam Kesuma, 2007:52).

Metode padan referensial akan digunakan untuk membagi jenis slogan

menurut referen. Slogan merupakan satuan lingual yang memiliki makna leksikal.

Untuk itu penulis menentukan makna leksikan dengan menggunakan Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Makna leksikal merupakan makna kata yang ada

dalam kamus.

(9) Purbalingga PERWIRA

Dalam contoh (9) diperoleh akronim PERWIRA (Pengabdian, Ramah,

Wibawa, Indah, Rapi, Aman. Akronim PERWIRA dapat dirujuk pada kata

leksikal perwiara. Untuk mengetahui referen yang ditunjuk oleh akronim

PERWIRA penulis menggunakan makna leksikal tersebut sebagai acuan. Yaitu

tingkatan dalam organisasi ketentaraan. Makna leksikal menunjukan referen kata

perwira yaitu pangkat. Selanjutnya slogan PERWIRA dipadankan dengan makan

leksikal kata perwira. Setelah dipadankan terlihat seacara umum perwira

merupakan bagian dari pangkat keorganisasian. Jadi referen slogan PERWIRA

(34)

1.7. 3 Metode Penyajian Hasil Analisis

Setelah tahap analisis data, tahap selanjutnya adalah tahap penyajian hasil

analisis data. Analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan

metode informal dan metode formal. Hasil penelitian ini disajikan dengan

menggunakan metode formal, yaitu memanfaatkan tanda, tulisan dan sejenisnya.

(Sudaryanto, 1993: 145). Tanda yang digunakan meliputi tanda garis bawah

( __ ), tanda kurung buka kurung tutup () (Sudaryanto, 1993: 145).

1.7 Sistematis Penyajian

Laporan hasil penelitian ini disusun dalam empat bab. Bab I merupakan

pendahuan. Bab pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode

penelitian, dan sistematis penelitian. Latar belakang masalah memaparkan

pernyataan tentang objek penelitian ini beserta alasan-alasanya. Rumusan masalah

berisi paparan masalah-masalah yang berkenaan dengan obyek penelitian ini.

Tujuan penelitian mendiskripsikan tujuan umum dan tujuan khusus yang terdapat

pada penelitian ini. Manfaat penelitian menjelaskan manfaat yang diambil dari

hasil penelitian. Tinjauan pustaka mengemukakan tentang hasil kajian pustaka

yang pernah mengkaji tentang akronim dan slogan. Landasan teori menyampaikan

teori yang digunakan sebagai landasan penelitian ini. Metode penelitian memuat

teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyampaian hasil

analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini. Sistematis penyajian

(35)

Bab II berisi tentang pola slogan yang digunakan dalam slogan kota-kota

di Jawa Tengah. Bab III berisi tentang jenis slogan berdasarkan referen. Bab IV

(36)

BAB II

POLA SLOGAN KABUPATEN DAN KOTA JAWA TENGAH 2.1 Pengantar

Hampir setiap kota dan kabupaten di Indonesia ini memiliki slogan, dan

hampir semua slogan tersebut berupa akronim. Kota dan kabupaten mulai

membuat slogan kota ketika pemerintah memberi penghargaan Adipura pada

tahun 1986. Slogan kota dan kabupaten tersebut memiliki pola tertentu seperti :

2.2 Pola Slogan Kota dan Kabupaten di Jawa Tengah 2.2.1 Kata

Kata dalam sintaksis merupakan satuan terkecil yang biasa dapn dapat

menduduki salah satu fungsi sintaksis (subyek, predikat, obyek atau keterangan);

dalam morfologi merupakan satuan terbesar, dibentuk melalui salah satu proses

morfologi (afiksasi, reduplikasi, komposisi, akronimisasi, dan konversi.) (Cher,

2008:5). Dalam penelitian ini penulis menemukan dua pola kata yaitu kata ulang

dan akronim seperti terlihat pada pemjelasan dibawah ini:

2.2.1.1 Kata Ulang

Kabupaten di Jawa Tengah yang menggunakan kata ulang untuk slogan

kabupatennya adalah Kabupaten Banjarnegara dengan slogan Gilar-Gilar.

(37)

2.2.1.2 Akronim

Akronim adalah proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau

suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang

sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik Indonesia. (Kridalaksana, 2010:169).

Dalam slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah terdapat berbagai pola akronim

seperti:

2.2.1.2.1 Pengekalan Huruf Pertama Akronim dari Setiap Komponen

Ada 14 Kabupaten di Jawa Tengah dan 1 Kota di Jawa Tengah yang

slogan kotanya termasuk dalam pola akronim dari pengekalan huruf pertama dari

setiap komponen seperti telihat pada contoh dibawah ini:

(11) Kabupaten Demak BERAMAL

Akronim BERAMAL pada contoh (11) merupakan pemendekan yang diambil

dari huruf pertama dari kata :

a) Bersih b) Elok c) Rapi d) Anggun e) Maju f) Aman g) Lestari

(12) Kabupaten Kudus SEMARAK

Akronim SEMARAK pada contoh (12) merupakan pemendekan yang diambil

(38)

a) Sehat b) Elok c) Maju d) Aman e) Rapi f) Asri g) Konstitual

(13) Kabupaten Pemalang IKHLAS

Akronim IKHLAS pada contoh (13) merupakan pemendekan yang diambil

dari huruf pertama pada kata

a) Indah b) Komunikatif c) Hijau d) Lancar e) Aman f) Sehat

(14) Kabupaten Sragen ASRI

(15) Kabupaten Wonosobo ASRI

Akronim ASRI pada contoh (14) dan (15) merupakan pemendekan yang

diambil dari huruf pertama pada kata :

a) Aman b) Sehat c) Rapi

(39)

d) Indah

(16) Kabupaten Sukoharjo MAKMUR

Akronim MAKMUR pada contoh (16) merupakan pemendekan yang diambil

dari huruf pertama kata :

a) Maju b) Aman c) Konstitusional d) Mantap e) Unggul f) Rapi

(17) Kota Semarang ATLAS

Pada contoh (17) Akronim ATLAS merupakan kependekan yang diambil dari

huruf kata pertama dari kata :

a) Aman b) Tertib c) Lancar

(40)

d) Asri e) Sehat

(18) Kabupaten Pekalongan SANTRI

Pada contoh (18) akronim SANTRI merupakan kependekan yang diambil dari

huruf pertama dari kata :

a) Sehat b) Aman c) Nyaman d) Tertib e) Rapi f) Indah

(19) Kabupaten Pekalongan Kota BATIK

Pada contoh (19) akronim BATIK merupakan kependekan yang diambil dari

huruf pertama dari kata :

a) Bersih b) Aman c) Tertib d) Indah e) Komunikatif

(20) Kabupaten Tegal BAHARI

Akronim BAHARI pada contoh (20) merupakan kependekan yang diambil

(41)

a) Bersih b) Asri c) Hias d) Aman e) Ramah f) Indah

(21) Kabupaten Blora MUSTIKA

Pada contoh (21) akronim MUSTIKA merupakan kependekan yang diambil

dari huruf pertama dari kata :

a) Maju b) Unggul c) Sehat d) Tertib e) Indah f) Kontinyu g) Aman

(22) Kabupaten Rembang BANGKIT

Akronim BANGKIT pada contoh (22) merupakan kependekan yang diambil

dari huruf pertama dari kata :

a) Bahagia b) Aman c) Nyaman

(42)

d) Gotong-royong e) Kerja keras f) Iman g) Taqwa

(23) Kabupaten Wonogiri SUKSES

Pada contoh (23) akronim SUKSES merupakan kependekan yang diambil dari

huruf pertama dari kata :

a) Stabilitas b) Undang-undang c) Koordinasi d) Sasaran e) Evaluasi f) Semangat

(24) Kabupaten Pati BUMI MINA TANI

Akronim BUMI, MINA, dan TANI pada contoh (24) merupakan kependekan

yang diambil dari huruf pertama dari kata :

a) Berdaya b) Upaya c) Menuju d) Identitas e) Makmur f) Ideal

(43)

g) Normatif h) Adi i) Tertib j) Aman k) Nyaman l) Indah

(25) Kabupaten Pemalang IKHLAS

Akronim IKHLAS pada contoh (25) merupakan kependekan yang diambil

dari huruf pertama dari kata :

a) Indah b) Komunikatif c) Hijau d) Lancar e) Aman f) Sehat

2.2.1.2.2 Pengekalan Huruf Pertama dan Dua Huruf Pertama

Pada pola pengekalan huruf pertama dan dua huruf pertama hanya ada satu

kabupaten di Jawa Tengah yang masuk dalam pola tersebut yaitu Kabuapeten

Boyolali, bisa dilihat dari penjelasan dibawah ini:

(44)

Akronim TERSENYUM pada contoh (26) merupakan kependekan yang

diambil dari huruf pertama dari kata :

a) Tertib b) Elok c) Rapi

dan dua huruf pertama kata:

d) SEhat e) NYaman

Serta huruf pertama kata :

f) Untuk g) Masyarakat

(45)

2.2.1.2.3 Pengekalan Suku Terakhir, Huruf Pertama, serta Suku Pertama dan Huruf Kelima

Hanya ada satu kota di Jawa Tengah yang slogannya termasuk pada pola

pengekalan suku terakhir, huruf pertama, serta suka pertama dan huruf kelima

yaitu Kota Salatiga yang bisa dilih dari contoh dibawah ini:

(27) Kota Salatiga HATI BERIMAN

Akronim HATI BERIMAN pada contoh (27) merupakan kependekan yang

diambil dari suku terakhir kata,

a) seHAT

huruf pertama kata,

b) Indah

Suku pertama dan huruf kelima kata,

c) BERsIh

dan suku terakhir kata

d) nyaMAN

2.2.1.2.4 Pengekalan Suku Pertama dan Huruf Pertama dari Komponen Selanjutnya

Ada tiga kabupaten di Jawa Tengah yang slogannya memiliki pola pengekalan

suku pertama dan huruf pertama dari setiap komponen seperti yang dapat dilihat

pada contoh dibawah ini:

(28) Kabupaten Brebes BERHIAS

Pada contoh (28) akronim BERHIAS merupakan kependekan yang diambil

(46)

a) BERsih

dan huruf pertama pada kata,

b) Hijau c) Indah d) Aman e) Sehat

(29) Kabupaten Semarang SERASI

Akronim SERASI pada contoh (29) merupakan kependekan yang diambil dari

suku pertama pada kata,

a) SEhat

dan huruf pertama kata,

b) Rapi c) Aman d) Sejahtera e) Indah.

(47)

Akronim BERSINAR pada contoh (30) merupakan kependekan yang diambil

dari suku pertama dari kata,

a) BERsih

huruf pertama pada kata,

b) Sehat, c) Indah

dan huruf pertama pada kata,

d) Nyaman e) Aman f) Rapi

(48)

2.2.1.2.5 Pengekalan Suku Pertama dan Dua Huruf Pertama

Pada pola pengekalan suku pertama dan dua huruf pertama hanya ada satu

kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki pola tersebut, yaitu Kabupaten

Temanggung seperti yang telihat pada contoh dibawah ini:

(31) Kabupaten Temanggung BERSENYUM

Akronim BERSENYUM pada contoh (31) merupakan kependekan yang

diambil dari suku pertama pada kata,

a) BERsih

dua suku pertama pada kata,

b) SEhat c) NYaman d) Umum

2.2.1.2.6 Pengekalan Dua Huruf Pertama dan Huruf Pertama dari Komponen Selanjutnya

Ada satu kabupaten di Jawa tengah yang slogannya berpola pengekalan dua

huruf pertama dan huruf pertama dari komponen selanjutnya seperti telihat pada

contoh dibawah ini:

(32) Kabupaten Purbalingga PERWIRA

Pada contoh (32) akronim PERWIRA merupakan kependekan yang diambil

dari dua huruf pertama pada kata,

a) PEngabdian

(49)

b) Ramah c) Wibawa d) Indah e) Rapi f) Aman

2.2.1.2.7 Pengekalan Suku Pertama dan Dua Huruf Pertama serta Huruf Pertama

Untuk pola ketujuh yaitu pengekalan suku pertama dan dua huruf pertama

serta huruf pertama ada dua kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki pola

tersebut seperti telihat pada contoh dibawah ini:

(33) Kabupaten Purworejo BERIRAMA

Akronim BERIRAMA pada contoh (33) merupakan kependekan yang diambil

dari suku pertama dari kata,

a) BERsih,

huruf pertama pada kata

b) Indah c) Rapi d) Aman

dan dua huruf pertama pada kata,

e) MAkmur

(34) Kabupaten Grobogan BERSEMI

Akronim BERSEMI pada contoh (34) merupakan kependekan yang diambil

(50)

a) BERsih

dua huruf pertama kata,

b) SEhat

dan huruf pertama kata,

c) Mantap d) Indah

2.2.1.2.8 Pengekalan Huruf Pertama, Huruf Pertama dan Terakhir, dan Dua Huruf Terakhir

Kabupaten Cilacap merupan satu-satunya kabupaten di Jawa Tengah yang

slogannya berpola pengekalan huruf pertama, huruf pertama dan terakhir, dan dua

huruf terakhir. Seperti telihat pada contoh di bawah ini:

(35) Kabupaten Cilacap BERCAHAYA

Pada contoh (35) akronim BERCAHAYA merupakan kependekan yang

diambil dari huruf pertama pada kata,

a) Bersih b) Elok c) Rapi

huruf pertama dan terakhir dari kata,

d) CeriA

huruf pertama dari kata,

e) Hijau f) Aman

(51)

g) jaYA

2.2.1.2.9 Pengekalan Huruf Pertama, Huruf Pertama dan Terakhir, dan Huruf Pertama, Ketiga, dan Kelima

Pada pola ke 9 yaitu pengekalan huruf pertama, huruf pertama dan terakhir,

dan huruf pertama, ketiga dan kelima ada satu kabupaten di Jawa Tengah yang

memiliki pola tersebut. Seperti terlihat pada contoh di bawah ini:

(36) Kabupaten Banyumas SATRIA

Akronim SATRIA pada contoh (36) merupakan kependekan yang diambil dari

huruf pertama dan terakhir dari kata,

a) SejahterA,

huruf pertama, ketiga dan kelima pada kata

b) TeRtIb,

dan huruf pertama pada kata

c) Aman

2.2.1.2.10 Pengekalan Suku Pertama, Huruf Pertama, dan Huruf Kedua dan Ketiga

Kota Kebumen merupakan satu-satunya kota di Jawa Tengah yang slogan kotanya

memiliki pola pengekalan suku pertama, huruf pertama, dan huruf kedua dan

(52)

(37) Kota Kebumen BERIMAN

Akronim BERIMAN pada contoh (37) merupakan kependekan yang diambil

dari suku pertama pada kata

a) BERsih

huruf pertama pada kata,

b) Indah

huruf kedua dan ketiga pada kata,

c) aMAn

dan huruf pertama kata

d) Nyaman

2.2.1.2.11 Pengekalan Suku Pertama, Huruf Pertama, dan Dua Huruf Pertama

Ada satu kabupaten dan satu kota di Jawa Tengah yang slogan kotanya

berpola pengekalan suku pertama, huruf pertama, dan dua huruf pertama. Seperti

(53)

(38) Kabupaten Kendal BERIBADAT

Pada contoh (38) akronim BERIBADAT merupakan kependekan yang

diambil dari suku pertama pada kata,

a) BERsih,

huruf pertama pada kata,

b) Indah

dua huruf pertama pada kata,

c) BArokah

dan huruf pertama pada kata

d) Damai e) Aman f) Tertib

(39) Kota Surakarta BERSERI

Akronim BERSERI pada contoh (39) merupakan kependekan yang diambil

dari suku kata pertama pada kata,

a) BERsih

dua huruf pertama pada kata,

b) SEhat

dan huruf pertama pada kata

c) Rapi d) Indah

(54)

2.2.1.2.12 Pengekalan Suku Pertama, Huruf Pertama, dan Dua Huruf Terakhir

Pada pola pengekalan suku pertama, huruf pertama, dan dua huruf terakhir ada

satu kabupaten di Jawa Tengah yang masuk dalam pola tersebut. Seperti terlihat

pada contoh dibawah ini:

(40) Kabupaten Batang BERKEMBANG

Pada contoh (40) akronim BERKEMBANG merupakan kependekan yang

diambil dari suku pertama kata,

a) BERsih

huruf pertama dari kata,

b) Kencar-kencar c) Eyup

d) Menuju e) Bebrayat f) Aman

dan dua huruf terakhir dari kata

g) tenaNG

2.2.1.2.13 Pengekalan Tiga Huruf Pertama, Huruf ke Dua, dan Suku Terakhir

Ada satu kabupaten di Jawa Tengah yang slogannya berpola pengekalan tiga

huruf pertama, huruf pertama, dan suku terakhir seperti terlihat pada contoh di

(55)

(41) Kabupaten Magelang GEMILANG

Pada contoh (41) akronim GEMILANG merupakan kependekan yang diambil

dari tiga huruf pertama kata,

a) GEMah huruf kedua kata,

b) rIpah

dan suku terakhir kata,

c) cemerLANG

2.2.1.2.14 Pengekalan Huruf Pertama dan Tiga Huruf Pertama

Ada satu kabupaten dan satu kota di Jawa Tengah yang slogannya berpola

pengekalan huruf pertama dan tiga huruf pertama seperti telihat pada contoh di

bawah ini:

(42) Magelang Kota HARAPAN

Akronim HARAPAN pada contoh (42) merupakan kependekan yang diambil

dari huruf pertama dari kata :

a) Hidup b) Aman

tiga huruf pertama dari kata

c) RAPi

dan huruf pertama dari kata

d) Asri e) Nyaman

(56)

(43) Kabupaten Karanganyar TENTRAM

Akronim TENTRAM pada contoh (43) merupakan kependekan yang diambil

dari suku pertama pada kata,

a) TENang

dan huruf pertama pada kata,

b) Teduh c) Rapi d) Aman e) Makmur

1. Tabel Pola Akronim yang Terdapat dalam slogan Kota dan Kabupaten Jawa

Tengah

NO Pengekalan Contoh

1 Pengekalan Huruf

Pertama Akronim dari

Setiap Komponen

a) BERAMAL: Bersih, Elok, Rapi, Anggun,

Maju, Aman, Lestari.

b) SEMARAK: Sehat, Elok, Maju, Aman, Rapi,

Asri, Konstitual.

c) IKHLAS: Indah, Komunikatif, Hijau, Lancar,

Aman, dan Sehat.

d) ASRI: Aman, Sehat, Rapi, Indah.

e) MAKMUR: Maju, Aman, Konstitusional,

Mantap, Unggul, Rapi.

(57)

g) SANTRI: Aman, Nyaman, Tertib, Rapi, Indah. h) BATIK: Bersih, Aman, Tertib, Indah,

Komunikatif.

i) BAHARI: Bersih, Asri, Hias, Aman, Ramah,

Indah.

j) MUSTIKA: Maju, Unggul, Sehat, Tertib,

Indah, Kontinyu, Aman.

k) BANGKIT: Bahagia, Aman, Nyaman, G otong-royong, Kerja keras, Iman, Taqwa.

l) SUKSES: Stabilitas, Undang-undang,

Koordinasi, Sasaran, Evaluasi, Semangat. m)BUMI MINA TANI: Berdaya, Upaya, Menuju,

Identitas, Makmur, Ideal, Normatif, Adi,

Tertib, Aman, Nyaman, Indah.

n) IKHLAS: Indah, Komunikatif, Hijau, Lancar,

Aman, Sehat. 2 Pengekalan Huruf

Pertama dan Dua Huruf

Pertama

TERSENYUM: Tertib, Elok, Rapi, Sehat,

NYaman, Untuk, Masyarakat.

3 Pengekalan Suku

Terakhir, Huruf

Pertama, dan Suku

Pertama dan Huruf

HATI BERIMAN: seHAT, Indah, BERsIh, nyaMAN.

(58)

Kelima

4 Pengekalan Suku

Pertama dan Huruf

Pertama dari

Komponen Selanjutnya

a) BERHIAS: BERsih, Hijau, Indah, Aman,

Sehat.

b) TENTRAM: TENang, Teduh, Rapi, Aman,

Makmur.

c) SERASI: SEhat, Rapi, Aman, Sejahtera,

Indah. 5 Pengekalan Dua Huruf

Pertamadan Huruf

Pertama dari

Komponen Selanjutnya

PERWIRA: PEngabdian, Ramah, Wibawa,

Indah, Rapi, Aman.

6 Pengekalan Suku

Pertama dan Dua Huruf

Pertama serta Huruf

Pertama

a) BERSENYUM: BERsih, SEhat, NYaman,

Umum.

b) BERIRAMA: BERsih, Indah, Rapi. Aman,

MAkmur.

c) BERSINAR: BERsih, Sehat, INdah, Nyaman,

Aman, Rapi.

d) BERSEMI: BERsih, SEhat, Mantap, Indah. 7 Pengekalan Huruf

Pertama, Huruf

Pertama dan Terakhir,

dan Dua Huruf

BERCAHAYA: Bersih, Elok, Rapi, CeriA, Hijau, Aman, jaYA.

(59)

Terakhir

8 Pengekalan Huruf

Pertama, Huruf

Pertama dan Terakhir,

dan Huruf Pertama,

Ketiga, dan Kelima

SATRIA: SejahterA, TeRtIb, Aman.

9 Pengekalan Suku Kata

Pertama, Huruf

Pertama, dan Huruf

Kedua dan Ketiga

BERIMAN: BERsih, Indah, aMAn, Nyaman.

10 Pengekalan Suku

Pertama, Huruf

Pertama, dan Dua

Huruf Pertama

a) BERIBADAT: BERsih, Indah, Barokah,

Damai, Aman, Tertib.

b) BERSERI: BERsih, SEhat, Rapi, Indah.

11. Pengekalan Suku

Pertama, Huruf

Pertama, dan Dua

Huruf Terakhir

BERKEMBANG: BERsih, Kencar-kencar,

Eyup, Menuju, Bebrayat, Aman, tenaNG.

12 Pengekalan Tiga Huruf

Pertama, Huruf ke Dua,

dan Suku Terakhir

GEMILANG: GEMah, rIpah, cemerLANG.

13 Pengekalan Huruf

Pertama dan Tiga

HARAPAN: Hidup, Aman, RAPi, Asri,

(60)

Huruf Pertama

14 Pengekalan Suku

Pertama dan Dua Huruf

Pertama

BERSENYUM: BERsih, SEhat, NYaman,

Umum.

Akronim-akronim di atas digunakan oleh kota dan kabupaten di Jawa Tengah

karena dapat dilafalkan dengan wajar dan semua akronim di atas mengambarkan

harapan dan doa yang baik untuk kota atau kabupaten yang diwakilinya.

2.2.2 Kalimat

Hanya ada satu Kabupaten di Jawa Tengah yang mengunakan kalimat

untuk membuat slogan yaitu Kabupaten Jepara. Slogan Kabupaten Jepara adalah

Trus Karyo Tataning Bumi, berasal dari bahasa Jawa yang berarti terus bekerja

keras membangun daerah.

BAGAN POLA SLOGAN

Kata ulang Kata Akronim Pola Slogan Kalimat

(61)

BAB III

JENIS REFEREN BERDASARKAN SLOGAN 3. Jenis Slogan Berdasarkan Referen

Menurut Moeliono slogan adalah perkataan atau kalimat yang menarik,

mencolok dan mudah diingat untuk menyampaikan sesuatu. Slogan dibuat untuk

memberitahu, mengajak atau mempengaruhi pembacanya. Referen adalah benda

atau orang yang diacu oleh kata atau untaian kata di kalimat atau konteks tertentu.

Referen adalah sesuatu yang diacu oleh konsep bentuk bahasa yang bersangkutan.

(Wijana, 2008:5). Dalam slogan kota dan kabupaten di Jawa Tengah memiliki

berbagai jenis referen berdasarkan slogan seperti:

3.1 Referen Keadaan

keadaan adalah sifat perihal suatu benda. Contoh slogan kota yang

memiliki referen „keadaan‟ adalah:

(44) Kabupaten Kudus SEMARAK

(45) Kabupaten Banjarnegara Gilar-Gilar

(46) Kabupaten Sragen ASRI

(47) Kabupaten Wonosobo ASRI

(48) Kabupaten Semarang SERASI

SEMARAK pada contoh (44) merupakan slogan kota atau kabupaten yang

memiliki referen „keadaan‟. Karena kata Semarak memiliki arti kemuliaan atau kemegahan. Kata semarak mengacu pada sebuah keadaan yang sangat meriah.

Kabupaten Kudus memilih akronim SEMARAK dengan harapan kota mereka

(62)

menjadi kota yang ramai dan meriah. Selain mengadung harapan untuk kota

kudus akronim SEMARAK juga berguna sebagai citra kota Kudus. Gilar-gilar

pada contoh (45) juga termasuk slogan kota atau kabupaten yang memiliki referen

„keadaan‟. Karena Kabupaten Banjarnegara membuat slogan kabupatennya dengan kata ulang yang mengacu pada sebuah suasana yaitu gilar-gilar. Gilar-gilar

memiliki arti keadaan yang terang, menarik, luas, dan indah. Kabupaten

Banjarnegara memilih kata ulang gilar-gilar sebagai slogan dengan harapan kota

Bajarnegara menjadi kota yang menarik, luas dan indah. Selain mengandung

harapan kata ulang Gilar-gilar juga berguna sebagai citra Kabupaten

Banjarnegara.

ASRI pada contoh (46) dan (47) merupakan slogan kota yang menggunakan

referen „keadaan‟. Karena kata asri memiliki arti „keadaan‟ yang indah dan sedap dipandang mata. Dengan kata lain kata asri merupakan kata yang mengacu pada

keadaan. Kabupaten Sragen dan Wonosobo memilih akronim ASRI sebagai

slogan dengan harapan Kabupaten Sragen dan Wonosobo menjadi kabupaten

yang memiliki keadaan nyaman dan sedap dipandang mata. Selain mengandung

harapan, akronim ASRI juga berguna sebagai citra Kabupaten Sragen dan

Wonosobo.

SERASI pada contoh (48) termasuk slogan yang memiliki referen keadaan.

Karena kata serasi merupakan keadaan yang harmonis, sesuai, cocok, dan

selaras. Kabupaten Semarang memilih akronim SERASI sebagai slogan dengan

(63)

dan selaras. Selain mengandung harapan akronim SERASI juga berguna sebagai

citra Kabupaten Semarang.

3.2 Referen Pangkat atau Tingkatan

Pangkat merupakan tingkatan dalam jabatan kepegawaian. Contoh slogan kota

yang memiliki referen„pangkat‟:

(49) Kabupaten Purbalingga PERWIRA

PERWIRA pada contoh (49) termasuk dalam jenis slogan yang memiliki

referen pangkat. Karena kata PERWIRA mengacu pada tingkatan atau pangkat

dalam sebuah organisasi ketentaraan, oleh sebab itu Kota Purbalingga

dikategorikan slogan kota yang memiliki referen „pangkat‟. Kabupaten

Purbalingga memilih akronim PERWIRA sebagai slogan dengan harapan kota

mereka menjadi tertib dan disiplin seperti organisasi ketentaraan. Selain

mengandung harapan untuk Kabupaten Puralingga akronim PERWIRA juga

menjadi citra Kabupaten Purbalingga.

(64)

(51) Kabupaten Banyumas SATRIA

Slogan SANTRI pada contoh (50) termasuk slogan yang memiliki referen

„tingkatan‟. Karena kata santri memiliki arti orang yang mendalami agama Islam atau orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh. Dalam mendalami agama

santri merupakan tingkatan terendah, yaitu dibawah ustad dan kiai. Kabupaten

Pekalongan memilih akronim SANTRI sebagai slogan dengan harapan Kabupaten

Pekalongan menjadi kabupaten yang religius dan taat akan aturan seperti para

santi. Selain mengandung harapan akronim SANTRI juga berguna untuk julukan

Kabupaten Pekalongan bahkan sebagai citra Kabupaten Pekalongan.

SATRIA pada contoh (51) dikatakan slogan kota atau kabupaten yang

menyatakan „tingkatan‟. Makna leksikal dari satria tidak ada namun yang di

maksud dalam slogan Kabupaten Banyumas adalah kata kesatria yang memiliki

arti kasta kedua dalam masyarakat Hindu. Satria merupakan kata yang mengacu

pada tingkatan. Kabupaten Banyumas memilih akronim SATRIA sebagai slogan

dengan harapan Kabupaten banyumas menjadi kabupaten yang gagah berani

menghadapi persaingan dengan kabupaten lain. Selain mengandung harapan

akronim SATRIA juga berguna sebagai citra Kabupaten Banyumas

3.3 Referen Kondisi Sosial

Kondisi sosial adalah keadaan masyarakat suatu negara pada saat tertentu.

Contoh kota yang menggunakan slogan kota dengan referen „kondisi sosial‟

adalah :

Referensi

Dokumen terkait

yang mengikuti semua standarisasi peralatan listrik seperti cara penggambaran dan kode- kode pengaman dalam pemasangannya, maka menjadi tanggung jawab kita untuk. menggunakan

Denagan aneka makanan dan minuman yang enak dan segar dengan harga yang bias dicapai oleh semua golongan masyarakat sehingga hal tersebutlah yang menyebabkan ketertarikan saya

Fasilitas yang disediakan oleh penulis dalam perancangan ini adalah kapel sebagai tempat berdoa baik bagi komunitas maupun masyarakat sekitar, biara dengan desain interior

Kata hasud berasal dari berasal dari bahasa arab ‘’hasadun’’,yang berarti dengki,benci.dengki adalah suatu sikap atau perbuatan yang mencerminkan

[r]

“ STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SUBJECTIVE WELLBEING PADA LANSIA PENDERITA PENYAKIT KRONIS YANG MENGIKUTI PROLANIS DI PUSKESMAS ‘X’ KOTA BANDUNG “. Universitas Kristen

[r]

Konselor :”Sebagai kesimpulan akhir dari pembicaraan kita dapat Bapak simpulkan bahwa Anda mempunyai kesulitan untuk berkomunikasi dalam belajar oleh karena itu mulai besok anda