• Tidak ada hasil yang ditemukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Copied!
274
0
0

Teks penuh

(1)

i

IMPLEMENTASI MEDIA PEGS FOR THE ALGEBRAIC PEG BOARD TERHADAP MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN

SISWA KELAS I SD KANISIUS GANJURAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Maria Dina Pratiwi NIM: 111134122

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

 Tuhan Yesus Kristus Sumber Segala Pengharapan.

 Kedua orangtuaku, Bapak Simon Suharyanta dan Ibu Ignatia Suwarsi.

 Kedua kakakku, Mbak Cicilia Ika Puspitasari dan Mbak Emiliana Anggriyani.

 Almamater PGSD Sanata Dharma Yogyakarta.

 Dunia pendidikan.

(5)

v

HALAMAN MOTTO

“Sebab Engkaulah harapanku, ya Tuhan, kepercayaanku sejak masa muda, ya ALLAH “

( Mazmur 71:5 )

“ Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu “

( Lukas 1:38 )

“ Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya “ ( Pengkhotbah 3:11 )

“ Kita hidup untuk saat ini, kita bermimpi untuk masa depan, dan kita belajar untuk kebenaran abadi “

( Chiang Kai Shek )

“ Semuanya harus dibuat sesederhana mungkin tetapi tidak sederhana “ ( Albert Einstein )

(6)

vi

(7)

vii

(8)

viii ABSTRAK

IMPLEMENTASI MEDIA PEGS FOR THE ALGEBRAIC PEG BOARD TERHADAP MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN

SISWA KELAS I SD KANISIUS GANJURAN Oleh:

Maria Dina Pratiwi NIM: 111134122

Matematika merupakan pelajaran yang diberikan kepada siswa sejak di kelas I. Siswa kelas I memerlukan pembelajaran yang menggunakan media sesuai dengan perkembangan intelegensinya. Materi yang diajarkan diawal pembelajaran matematika adalah penjumlahan dan pengurangan sehingga pada materi tersebut hendaknya dapat dikuasai siswa dengan baik dengan menggunakan media yang sesuai.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi media pegs for the algebraic peg board dan hasil belajarnya pada materi penjumlahan dan pengurangan siswa kelas I SD Kanisius Ganjuran.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah 20 siswa kelas I. Instrumen pengumpulan data berupa soal pretest dan posttest, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, dan lembar observasi aktivitas siswa.

Hasil dari penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran menunjukkan nilai 2,8 dan aktivitas siswa menunjukkan nilai 2,5 yang berarti memberikan hasil yang baik. Hasil belajar siswa juga menunjukkan hasil yang baik dengan berubahnya nilai rata-rata siswa dari 6,5 menjadi 7,1.

Kata kunci: Implementasi, media Montessori, penjumlahan dan pengurangan.

(9)

ix ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF THE MEDIA OF PEGS FOR THE ALGEBRAIC PEG BOARD ON THE ADDITION AND SUBTRACTION

MATERIALS FOR THE FIRST GRADE STUDENTS OF KANISIUS GANJURAN ELEMENTARY SCHOOL

By:

Maria Dina Pratiwi 111134122

Mathematics is one of the subject which is given to the students since they are in the first grade. The first grade students need a learning which uses the media related to their intelligence development. The beginning materials of mathematics are the addition and subtraction. Thus, the student should be able to master those materials well by using the suitable media.

This research aimed to describe the implementation of the media of pegs for algebraic peg board and its study results on the addition and subtraction materials of the first grade students Kanisius Ganjuran Elementary School.

This research belonged to the descriptive quantitative research. The research subject were the first grade students. The data gathering instrument included the pretest, the posttest, the observation sheet of the learning implementation, and the observation sheet of the student’s activities.

The results of this research was that the learning implementation showed score of 2,8. The students’s activities also showed score of 2,5. Those indicated the good result. Besides, the study result of the student showed the good result since the average score of the students increased from 6,5 into 7,1.

Keywords: Implementation, Montessori media, addition and subtraction.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul Implementasi Media Pegs for the Algebraic Peg Board terhadap Materi Penjumlahan dan Pengurangan Siswa Kelas

I SD Kanisius Ganjuran dengan tepat pada waktunya. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Dalam kesempatan ini perkenankanlah peneliti mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terimakasih tersebut disampaikan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, yang selalu memberkati dan menjadi sumber kekuatan dalam kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

3. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., Kaprodi PGSD.

4. Christiyanti Aprinastuti, M.Pd., Wakaprodi PGSD.

5. Maria Melani Ika Susanti., S.Pd., M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik yang mendampingi saya selama beberapa semester yang lalu.

6. Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd., dan Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A., dosen pembimbing skripsi yang mendampingi saya selama proses penelitian dan penulisan.

7. HY. Budi Santoso, S.Sos., Kepala SD Kanisius Ganjuran yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan penelitian.

(11)

xi

8. Monica Latrisariasih, S.Pd., guru kelas IB yang telah bersedia kelas IB digunakan untuk penelitian.

9. Dra. YF. Budi Utami dan Hermi Murwanti, S.Pd., guru kelas IA dan II yang telah memberikan informasi dan kesempatan untuk melakukan ujicoba soal di kelas.

10. Siswa kelas I dan II SD Kanisius Ganjuran yang telah bersedia membantu selama proses penelitian.

11. Kedua orangtuaku, Bapak Simon Suharyanta dan Ibu Ignatia Suwarsi yang selalu mendukung dan mendoakan setiap saat.

12. Kedua kakakku, Mbak Cicilia Ika Puspitasari dan Mbak Emiliana Anggriyani yang selalu memotivasi dan memberikan semangat tanpa lelah.

13. Pakdhe Romo Yusuf Suharyoso, SJ., yang selalu mendoakan dan memotivasi setiap kesempatan.

14. Mas Stevanus Hari Trihartanto yang selalu mendorong dan menasihati dalam segala hal.

15. Sahabat-sahabatku, Mentari, Ambar, Tikah, Tyas, Nisy, Risti, Dhaning yang selalu memberikan semangat.

16. Teman-teman Kelas A 2011 yang memberikan dukungan.

17. Segenap pihak, sahabat, teman yang telah membantu dan tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.

(12)

xii

(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS …... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Definisi Operasional ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Kajian Pustaka ... 6

1. Pembelajaran Matematika ... 6

2. Penjumlahan dan Pengurangan ... 7

3. Alat Peraga Montessori ... 8

4. Penggunaan Media Pembelajaran ... 9

5. Pembelajaran Metode Montessori ... 10

(14)

xiv

6. Pegs for the Algebraic Peg Board ... 12

7. Ciri Pembelajaran Montessori ... 13

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 13

C. Kerangka Berpikir ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

A. Jenis Penelitian ... 17

B. Setting Penelitian ... 17

1. Tempat Penelitian ... 17

2. Subjek Penelitian ... 18

3. Objek Penelitian ... 18

C. Rancangan Penelitian ... 18

1. Mempelajari Penelitian Sebelumnya ... 18

2. Membuat Instrumen Penelitian ... 19

3. Validasi Instrumen Penelitian ... 19

4. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 19

5. Implementasi ... 20

D. Jenis Data ... 21

E. Teknik Pengumpulan Data ... 21

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 21

1. Soal Pretest Posttest ... 21

2. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran ... 24

3. Lembar Observasi Pelaksanaan Aktivitas Siswa ... 26

G. Teknik Analisis Data ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Hasil Penelitian ... 28

1. Pelaksanaan Penelitian ... 28

a. Pertemuan I ... 28

b. Pertemuan II ... 29

c. Pertemuan III ... 31

d. Pertemuan IV ... 32

e. Pertemuan V ... 33

(15)

xv

2. Penilaian Keterlaksanaan Penelitian ... 33

a. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran ... 33

b. Hasil Observasi Pelaksanaan Aktivitas Siswa ... 34

c. Hasil Pretest Posttest ... 35

B. Pembahasan ... 36

1. Hasil Implementasi ... 36

2. Hasil Belajar Siswa ... 38

BAB V PENUTUP ... 40

A. Kesimpulan ... 40

B. Keterbatasan Penelitian ... 41

C. Saran ... 41

DAFTAR REFERENSI ... 42

LAMPIRAN ... 44

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Uji Coba Pretest Posttest ... 22

Tabel 3.2 Validitas Item ... 23

Tabel 3.3 Pedoman Observasi Pelaksanaan Pembelajaran ... 24

Tabel 3.4 Pedoman Observasi Pelaksanaan Aktivitas Siswa ... 26

Tabel 3.5 Kriteria Hasil Observasi ... 27

Tabel 4.1 Nilai Observasi Pelaksanaan Pembelajaran ... 34

Tabel 4.2 Nilai Observasi Pelaksanaan Aktivitas Siswa ... 34

Tabel 4.3 Nilai Pretest Posttest ... 35

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Rumus Soal Pretest Posttest... 27 Gambar 3.2 Rumus Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran ... 27 Gambar 3.3 Rumus Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 27

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Validasi Soal Pretest Posttest ... 44

Lampiran 2 Hasil Validasi Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran ... 54

Lampiran 3 Hasil Validasi Lembar Observasi Pelaksanaan Aktivitas Siswa ... . 58

Lampiran 4 Soal Pretest Posttest Sebelum dan Sesudah Validasi ... 61

Lampiran 5 Hasil Pekerjaan Siswa Uji Coba Soal ... 72

Lampiran 6 Hasil Perhitungan SPSS ... 88

Lampiran 7 Soal Pretest Posttest ... 107

Lampiran 8 RPP ... 112

Lampiran 9 Hasil Pekerjaan Siswa Pretest ... 176

Lampiran 10 Hasil Pekerjaan Siswa Posttest ... 186

Lampiran 11 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran ... 196

Lampiran 12 Hasil Observasi Pelaksanaan Aktivitas Siswa ... 211

Lampiran 13 Dokumentasi ... 251

Lampiran 14 Surat Ijin Penelitian ... 253

Lampiran 15 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 254

Lampiran 16 Biodata Mahasiswa ... 255

(19)

1

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I ini diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. Berikut adalah uraian dari pendahuluan.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia diatur dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan dalam Undang-Undang tersebut adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pengertian tersebut dengan jelas mengatakan bahwa suasana pembelajaran dan proses pembelajaran merupakan hal yang diperlukan untuk membentuk peserta didik yang nantinya dapat memberikan kontribusi untuk masyarakat, bangsa, dan negaranya.

Proses pembelajaran tidak bisa lepas dari sarana pendidikan karena sarana pendidikan berguna untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam mencapai tujuan pendidikan (Rosivia, 2014: 663). Sedangkan suasana pembelajaran

(21)

2

adalah keadaan dan lingkungan yang diciptakan untuk mendukung proses pembelajaran.

Sarana pendidikan adalah semua perangkat, peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah.

Pada jenjang sekolah dasar, sarana pendidikan yang berupa media menjadi hal yang sangat penting karena sesuai dengan tahap perkembangan intelegensi. Jenjang sekolah dasar berisi peserta didik yang berumur antara 6- 12 tahun. Perkembangan intelegensi menurut Jean Piaget pada tingkat operasional dibagi menjadi dua tahap. Pada tahap pertama (7-11 tahun) inteligensi betul-betul menjadi operasional, tetapi operasi-operasinya masih konkret. Artinya, masih diadakan dalam penerapan langsung pada obyek- obyek konkret (Veuger, 1983: 80). Berdasarkan hal tersebut jelas bahwa peserta didik di jenjang sekolah dasar hendaknya melakukan pembelajaran dengan melibatkan benda-benda konkret yaitu melalui suatu media.

Media menjadi sarana yang menghantarkan peserta didik yang masih berpikiran konkret untuk mempunyai gambaran nyata tentang hal yang sedang dipelajarinya. Matematika bukanlah pelajaran yang bisa dibayangkan sehingga tidak efektif jika pembelajaran matematika disampaikan dengan metode ceramah. Matematika merupakan pelajaran yang diberikan sejak dini untuk mempersiapkan individu menghadapi permasalahan dalam kehidupan nyata (Runtukahu, 2014: 191). Oleh sebab itu, pelajaran matematika yang diberikan sejak dari kelas I hendaknya menjadi pembelajaran yang dikuasai oleh siswa. Cara agar pelajaran matematika dapat dikuasai siswa salah

(22)

3

satunya dengan memberikan suasana pembelajaran yang menyenangkan, kondusif, dan efektif.

Pengamatan yang dilakukan peneliti di kelas I SD Kanisius Ganjuran pada pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan menunjukkan bahwa guru belum menerapkan proses pembelajaran dan suasana pembelajaran yang diharapkan. Proses pembelajaran yang seharusnya menggunakan media belum dilakukan guru secara maksimal karena sering guru langsung memberikan soal secara lisan dan tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan benda-benda yang digunakan sebagai contoh. Suasana pembelajaran juga belum menunjukkan suasana menyenangkan karena selama pembelajaran siswa hanya duduk di kursinya, mendengarkan penjelasan guru, dan mengerjakan soal.

Oleh sebab itu, peneliti mencoba untuk mengimplementasikan media pegs for the algebraic peg board pada materi penjumlahan dan pengurangan

di kelas I SD Kanisius Ganjuran. Media pegs for the algebraic peg board tersebut adalah sebuah alat peraga Montessori yang telah dikembangkan pada penelitian sebelumnya dan telah diujicobakan secara terbatas. Media Montessori tersebut memiliki ciri gradasi, menarik, auto-education, dan auto correction yang mendukung terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan, kondusif, dan efisien.

(23)

4 B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hasil implementasi media pegs for the algebraic peg boardpada materi penjumlahan dan pengurangan siswa kelas I SD

Kanisius Ganjuran?

2. Bagaimana hasil belajar pada implementasi media pegs for the algebraic peg board pada materi penjumlahan dan pengurangan siswa kelas I SD Kanisius Ganjuran?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan hasil implementasi media pegs for the algebraic peg boardpada materi penjumlahan dan pengurangan siswa kelas I SD

Kanisius Ganjuran.

2. Mendeskripsikan hasil belajar pada implementasi media pegs for the algebraic peg board pada materi penjumlahan dan pengurangan siswa kelas I SD Kanisius Ganjuran.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa

Memberikan pengalaman belajar menggunakan media pegs for the algebraic peg board.

2. Bagi Guru

Memberikan tambahan wawasan tentang metode pembelajaran Montessori.

(24)

5 3. Bagi Sekolah

Memberikan masukan mengenai pengembangan metode pembelajaran Montessori untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

4. Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media pegs for the algebric peg board.

E. Definisi Operasional

1. Matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.

2. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

3. Pegboard adalah papan plastik atau kayu dengan lubang untuk meletakkan pasak.

4. Penjumlahan adalah menggabungkan dua atau lebih bilangan atau kuantitas.

5. Pengurangan adalah mencari perbedaan di antara dua bilangan dengan cara menghilangkan sebuah bilangan dari bilangan yang lain.

(25)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II ini diuraikan segala sesuatu yang mendasari teori penelitian, yaitu kajian pustaka, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir. Berikut adalah uraian dari landasan teori.

A. Kajian Pustaka

1. Pembelajaran Matematika

Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sangat menarik dan menyenangkan bila cara pembelajarannya menarik. Selama ini pelajaran matematika cenderung diberikan secara text book dan monoton sehingga siswa malas belajar karena membosankan (Auliya, 2009: 3).

Hal tersebut dibuktikan oleh Permatasari (2012: 152) dengan melaksanakan pembelajaran matematika melalui pendekatan pemecahan masalah. Hal tersebut terbukti dapat meningkatkan kemampuan matematis siswa, terutama mengenai materi perkalian bilangan cacah di kelas IV SD.

Selain itu, prinsip-prinsip praktis dalam matematika adalah belajar matematika harus berarti, belajar matematika adalah proses perkembangan, matematika adalah pengetahuan yang sangat terstruktur, anak aktif terlibat dalam pembelajaran matematika, anak harus

(26)

7

mengetahui apa yang akan dipelajari dalam kelas matematika, komunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan belajar, menggunakan berbagai bentuk atau model matematika, variasi matematika membantu siswa belajar matematika, metakognisi memengaruhi anak belajar, pemberian bantuan pada kemampuan yang terbentuk atau retension (Runtukahu, 2014: 31).

Berdasarkan definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika memerlukan sebuah pendekatan pembelajaran yang terbukti dapat mengaktifkan siswa sehingga siswa menjadi tertarik dan senang dalam belajar matematika. Ketika siswa telah tertarik dan senang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan matematis siswa sehingga pembelajaran matematika tetap memiliki arti.

2. Penjumlahan dan Pengurangan

Penjumlahan dan pengurangan merupakan dua dari empat buah operasi aritmatik(Vonderman, 2009: 75). Matematika memberikan pengalaman seorang individu untuk dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-harinya (Runtukahu, 2014: 191). Hal tersebut ditegaskan kembali oleh Runtukahu (2014: 111) bahwa konsep penjumlahan dan pengurangan harus dikembangkan dari pengalaman nyata.

Berdasarkan definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penjumlahan dan pengurangan adalah operasi aritmatik dalam

(27)

8

matematika yang digunakan individu dalam pengalaman nyata untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

3. Alat Peraga Montessori

Berbagai macam alat peraga Montessori dapat mengasah dan melatih daya berpikir anak sehingga membantu anak dapat tumbuh menjadi anak yang cerdas dan teliti (Sari, 2014: 80). Selain itu juga membentuk anak memiliki kepribadian yang matang serta untuk melatih konsentrasi anak (Sari, 2014: 78)

Menurut Magini (2013: 51) alat peraga Montessori disiapkan dengan pengendali kesalahan yang ada dalam alat peraga tersebut. Jika sang anak tidak melakukan latihan secara benar, dia akan gagal dalam tugas tersebut. Hanya ketika sang anak menggunakan bahan tersebut secara benar tugas tersebut dapat diselesaikan, di mana keberhasilan itu sendiri menjadi penghargaannya (Montessori, 2013: 92).

Penggunaan bahan-bahan pembelajaran yang bersifat mengoreksi diri didasarkan pada keyakinan Montessori bahwa anak-anak akan mencapai disiplin diri dan kemandirian jika mereka memiliki kesempatan untuk menyadari kesalahan mereka sendiri dan mengulang sebuah tugas tertentu hingga mereka menguasai tugas tersebut dengan baik (Montessori, 2013: 27).

(28)

9

Berdasarkan definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa alat peraga Montessori disiapkan dengan pengendali kesalahan yang membuat anak memiliki konsentrasi tinggi, cerdas, dan teliti.

4. Penggunaan Media Pembelajaran

Mengenai kondisi dan kinerja guru terdapat beberapa permasalahan yang berkaitan dengan kurangnya motivasi siswa, yaitu penggunaan media pembelajaran yang guru lakukan adalah berintensitas kurang (Fechera, 2012: 119). Hal tersebut menurut Yohana (2011: 38) disebabkan karena penggunaan sebuah media pembelajaran dalam proses belajar mengajar itu penting karena media merupakan alat untuk menyampaikan informasi pengetahuan kepada siswa.

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar (Yohana, 2011: 73). Sedangkan menurut Nurseto (2011: 34) media pembelajaran adalah wahana penyalur pesan dan informasi belajar. Media pembelajaran yang dirancang secara baik akan sangat membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.

Kelebihan penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran adalah membantu siswa dalam memahami materi pelajaran, membantu guru dalam proses pembelajaran, menarik antusias dan motivasi siswa untuk belajar (Fechera, 2012: 122). Namun Yohana (2011: 75)

(29)

10

menambahkan bahwa perencanaan penggunaan media juga harus mempertimbangkan karakteristik siswa karena pada berbeda usia, berbeda wilayah, berbeda pula karakteristik yang dimiliki. Sehingga guru dituntut untuk dapat mengenali karakteristik siswa mereka, hal ini dalam usaha mengefektifkan penggunaan dari sebuah media pembelajaran.

Berdasarkan definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran adalah penting karena media pembelajaran adalah penyalur informasi belajar yang menarik dan memotivasi siswa untuk lebih memahami pelajaran yang diberikan namun harus sesuai dengan karakteristik siswa.

5. Pembelajaran Metode Montessori

Prinsip-prinsip metode Montessori (1) Prinsip mendidik diri sendiri, pada prinsip ini menekankan pada kreativitas seorang anak, dengan dibiarkan bebas bermain sendiri sehingga seorang guru dapat melihat perkembangan anak tersebut. (2) Prinsip lingkungan yang disiapkan, pada kelas-kelas montessori disiapkan lingkungan yang dikondisikan secara khusus. (3) Prinsip pentingnya kebebasan, kebebasan merupakan kunci terjadinya perkembangan yang optimal. (4) Struktur dan keteraturan, dengan lingkungan yang dirancang secara tepat dan benar seorang anak dapat membentuk pemahaman yang benar terhadap realitas dunia. (5) Realistis dan alami, seorang anak memerlukan gambaran dunia yang akan mereka hadapi kelak melalui alam. (6)

(30)

11

Keindahan dan nuansa, di dalam kelas Montessori dirancang dengan desain yang menarik dengan tema warna yang hangat dan santai sehingga membuat anak dapat belajar dengan gembira. (7) Prinsip permainan Montessori, alat-alat permainan disajikan dan diberikan pada momen yang sesuai dengan tahap perkembangan anak (Sari, 2014: 77).

Dalam pembelajaran dalam model pendidikan Montessori ini ada tanggungjawab setiap siswa untuk bersama-sama menginvestigasi masalah matematika yang diberikan dan bagaimana untuk menyelesaikannya. Selain itu, siswa yang mengalami kesulitan banyak yang melakukan kegiatan negosiasi, sharing dengan yang lainnya dan dengan gurunya. Suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif dan efektif karena adanya proses kolaborasi antar siswa. Tahap pembelajaran di kelas siswa menjadi terlatih untuk berpendapat dan berkomentar mengenai jawaban dari masalah matematika yang dikerjakannya dengan alasan yang meyakinkan (Wahyuningsih, 2011: 80).

Pembelajaran dengan model pendidikan Montessori lebih membuat siswa aktif, kreatif, kooperatif, adanya proses negoisasi, kolaborasi, dan sharing antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru. Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran dan menggali informasi dari berbagai sumber serta kreatif menyampaikan ide-ide terutama dalam mencari alternatif pemecahan masalah yang ditawarkan melalui permasalahan yang dihadapkan pada mereka. Dalam pembelajaran dengan menggunakan model pendidikan Montessori memberikan peluang pada

(31)

12

siswa untuk menemukan pemahaman matematika mereka sendiri melalui proses berfikir, bertanya dan berkomunikasi dalam situasi matematik (Wahyuningsih, 2011: 81). Hasil belajar matematika siswa yang diberi model pendidikan Montessori lebih tinggi daripada siswa yang diberi model pembelajaran konvensional (Wahyuningsih, 2011: 79).

Berdasarkan definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Montessori lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar matematika daripada menggunakan metode konvensional karena metode Montessori membuat siswa menjadi lebih aktif dan senang belajar matematika.

6. Pegs for the Algebraic Peg Board

Peg for the Algebraic Peg Board adalah alat peraga Montessori

yang telah dikembangkan. Alat peraga tersebut berupa papan penjumlahan dan pengurangan. Alat peraga ini berfungsi untuk membantu siswa mengenal dan memahami konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan satu angka hingga enam angka (Widyaningrum, 2015: 12).

Berdasarkan definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pegs for the algebraic peg board adalah alat peraga Montessori yang digunakan untuk membantu siswa belajar penjumlahan dan pengurangan.

(32)

13 7. Ciri Pembelajaran Montessori

Landasan metode Montessori adalah kemerdekaan sang anak.

Disiplin harus muncul melalui kemerdekaan. Anak menyiapkan dirinya bukan hanya untuk sekolah, tetapi untuk kehidupan, untuk mampu, melalui pembiasaan dan melalui latihan, melakukan dengan mudah dan benar tugas-tugas sederhana dalam kehidupan sosial atau kehidupan bermasyarakat. Tugas pendidik adalah membantu anak dalam melakukan kegiatannya sehingga mampu menguasai ketrampilan-ketrampilan secara alami (Montessori, 2013: 173).

Dari definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa ciri dari pembelajaran Montessori adalah disiplin, kebebasan, dan mandiri.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian Widyaningrum (2015) yang berjudul Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika SD Materi Penjumlahan dan Pengurangan Berbasis Metode Montessori merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk mengembangkan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan berbasis metode Montessori sesuai dengan ciri-ciri spesifik dan dengan kualitas baik yang ditetapkan untuk siswa kelas II. Subjek penelitiannya adalah 2 siswa putri dan 3 siswa putra kelas II semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 di SD BOPKRI Gondolayu. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, observasi, wawancara, tes. Hasil dari wawancara disimpulkan bahwa ketersediaan dan penggunaan alat peraga masih terbatas.

(33)

14

Hasil observasi menunjukkan bahwa salah satu kesulitan belajar siswa kelas II terletak pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500.

Hasil kuesioner menunjukkan bahwa alat peraga yang digunakan tidak terkait dengan materi dan dari hasil tes menunjukkan bahwa kualitas produk yang dihasilkan yaitu papan penjumlahan dan pengurangan termasuk dalam kategori yang sangat baik.

Penelitian Wahyuningsih (2011) yang berjudul Pengaruh Model Pendidikan Montessori Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa merupakan penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui apakah model pendidikan Montessori berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa.

Subjek penelitiannya adalah seluruh siswa kelas IV SDN Jati Asih 03 Bekasi semester genap tahun ajaran 2010/2011. Pengumpulan datanya menggunakan tes. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran pendidikan Montessori lebih tinggi daripada siswa yang diberi model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan kedua hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas produk alat peraga Montessori berupa papan penjumlahan dan pengurangan dalam kategori sangat baik dan hasil belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran pendidikan Montessori lebih tinggi daripada siswa yang diberi model pembelajaran konvensional. Hal tersebut memberikan masukan kepada peneliti untuk melakukan penelitian dengan menggunakan alat peraga Montessori yang telah dikembangkan tersebut pada pelajaran matematika yaitu pada materi penjumlahan dan pengurangan.

(34)

15 C. Kerangka Berpikir

Matematika adalah pelajaran yang sering menjadi momok bagi bagi para siswa, terutama siswa sekolah dasar. Pelajaran matematika dianggap terlalu abstrak dan susah dipahami oleh siswa sekolah dasar yang pada dasarnya masih pada perkembangan untuk belajar secara konkret. Padahal matematika merupakan pelajaran yang nantinya digunakan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Materi yang menjadi dasar matematika di sekolah dasar adalah operasi aritmatik yang didalamnya termasuk penjumlahan dan pengurangan. Jika pada dasarnya siswa telah menganggap materi penjumlahan dan pengurangan adalah materi yang susah tentu nantinya akan semakin sulit untuk menguasai materi-materi selanjutnya.

Oleh karena itu, pembelajaran matematika hendaknya dikemas menggunakan pembelajaran yang menarik.

Pembelajaran yang menarik dapat dilaksanakan dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik karena media merupakan penyalur pesan informasi belajar kepada siswa sehingga siswa dapat mencapai tujuan belajarnya. Media pembelajaran menjadi begitu penting sehingga dibutuhkan media pembelajaran yang efisien salah satunya media pembelajaran dalam metode Montessori. Metode Montessori mengembangkan alat-alat peraga yang menarik dan memiliki pengendali kesalahan sehingga siswa dapat menjadi lebih aktif dan tertarik belajar matematika dengan menggunakan alat peraga tersebut.

(35)

16

Oleh karena itu, peneliti ingin mengimplementasikan alat peraga Montessori yaitu pegs for the algebraic peg board pada materi penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I SD Kanisius Ganjuran. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan hasil implementasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan media pegs for the algebraic peg board pada materi penjumlahan dan pengurangan siswa kelas I SD Kanisius Ganjuran. Alat peraga Montessori yang digunakan tersebut diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi penjumlahan dan pengurangan.

(36)

17 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab III ini akan diuraikan tentang jenis, setting, rancangan penelitian, jenis data, teknik, instrumen pengumpulan, dan analisis data. Berikut adalah uraian dari metode penelitian.

A. Jenis Penelitian

Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Sumanto (2014: 179) penelitian deskriptif berusaha mendeskripsi dan menginterpretasi apa yang ada (bisa mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembang). Oleh sebab itu, hasil dari penelitian ini akan dijelaskan dalam bentuk deskripsi berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian.

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Kanisius Ganjuran yang beralamat di Jogodayoh, kelurahan Sumbermulyo, kecamatan Bambanglipuro, kabupaten Bantul, propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

(37)

18 2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IB SD Kanisius Ganjuran pada semester genap tahun ajaran 2014/2015.

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah implementasi alat peraga Montessori pegs for the algebraic peg board pada materi penjumlahan dan

pengurangan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan dan tanpa teknik menyimpan.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari lima tahap yaitu mempelajari penelitian sebelumnya, membuat instrumen penelitian, validasi instrumen penelitian, uji coba instrumen penelitian, implementasi. Tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut.

1. Mempelajari Penelitian Sebelumnya

Tahap pertama dalam penelitian ini adalah mempelajari penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh satu orang peneliti di kelas II SD BOPKRI Gondolayu. Penelitian tersebut menghasilkan suatu produk pengembangan alat peraga Montessori yaitu pegs for the algebraic peg board yang digunakan dalam pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan.

(38)

19 2. Membuat Instrumen Penelitian

Tahap kedua dalam penelitian ini adalah membuat instrumen penelitian. Instrumen yang dibuat oleh peneliti terdiri dari soal pretest dan posttest, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, dan lembar observasi aktivitas siswa. Soal pretest dan posttest dibuat sesuai dengan materi yang akan diteliti sedangkan lembar observasi dibuat dengan memperhatikan aspek-aspek yang terdapat dalam pembelajaran Montessori.

3. Validasi Instrumen Penelitian

Tahap ketiga dalam penelitian ini adalah validasi instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang telah dibuat oleh peneliti divalidasi oleh seorang dosen ahli. Validasi dilakukan terhadap soal pretest dan posttest, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, dan lembar

observasi aktivitas siswa, sehingga instrumen penelitian tersebut menjadi valid dan dapat digunakan dalam pelaksanaan penelitian.

4. Uji Coba Instrumen Penelitian

Tahap keempat dalam penelitian ini adalah uji coba instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang diujicobakan adalah soal pretestposttest. Instrumen tersebut diujicobakan pada siswa kelas II di

sekolah yang sama. Ujicoba dilaksanakan di kelas II yang siswanya telah memperoleh materi penjumlahan dan pengurangan di kelas satu pada tahun sebelumnya. Ujicoba ini dilakukan untuk memperoleh soal-soal

(39)

20

yang layak digunakan untuk pelaksanaan penelitian di kelas penelitian (Lampiran 7).

5. Implementasi

Tahap kelima dari penelitian ini adalah implementasi alat peraga Montessori pegs for the algebraic peg board pada materi penjumlahan dan pengurangan. Implementasi dilakukan di kelas IB SD Kanisius Ganjuran. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama lima kali pertemuan (Lampiran 8). Pada pertemuan pertama peneliti memberikan pengantar tentang penjumlahan dan pengurangan dan memberikan soal pretest kepada siswa untuk dikerjakan. Pertemuan kedua materi yang

diberikan adalah melakukan penjumlahan dengan menggunakan alat peraga. Pertemuan ketiga peneliti memberikan penguatan kembali tentang melakukan penjumlahan dengan menggunakan alat peraga dan juga melakukan pengurangan dengan menggunakan alat peraga.

Pertemuan keempat materi yang diberikan adalah melakukan pengurangan dengan menggunakan alat peraga. Pertemuan kelima peneliti mengajak siswa untuk mengulang kembali melakukan penjumlahan dan pengurangan menggunakan alat peraga dan juga memberikan soal posttest. Pada setiap pertemuan dilakukan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan alat peraga Montessori.

(40)

21 D. Jenis Data

Penelitian ini menghasilkan data kuantitatif. Data kuantitatif tersebut terdiri dari hasil pretest dan posttest, hasil observasi pelaksanaan pembelajaran dan hasil observasi aktivitas siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes dan non tes.

Tes menurut Riduwan (2002: 30) adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, inteligensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Sedangkan non tes adalah teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yang tidak dapat dikumpulkan dengan teknik tes.

F. Instrumen Pengumpulan Data 1. Soal Pretest Posttest

Sebelum melakukan penelitian di kelas I, peneliti melakukan uji coba soal pretest dan posttest di kelas II. Peneliti melakukan uji coba soal pretest dan posttest di kelas II dengan mengingat bahwa materi yang

diteliti oleh peneliti yaitu tentang penjumlahan dan pengurangan sudah didapatkan siswa yang saat ini berada di kelas II.

Soal uji coba pretest dan posttest berjumlah 30 soal dengan kisi- kisi sebagai berikut.

(41)

22

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal Uji Coba Pretest Posttest Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar

Kelas / Semester

Materi Pokok Indikator Soal Nomor Soal 4. Melakukan

penjumlahan dan

pengurangan bilangan sampai dua angka dalam pemecahan masalah

4.4 Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka

I / 2 Penjumlahan dan

pengurangan dua angka

- Melakukan penjumlahan dua angka tanpa teknik menyimpan

3, 7, 18, 19, 21, 22 - Melakukan

penjumlahan dua angka dengan teknik menyimpan

4, 5, 6, 17, 20

- Melakukan pengurangan dua angka tanpa teknik menyimpan

10, 11, 12, 13, 14, 24, 25 - Melakukan

pengurangan dua angka dengan teknik menyimpan

23, 26, 27, 28

- Melakukan penjumlahan dengan menghitung gambar

2

- Melakukan pengurangan dengan menghitung gambar

9

4.5

Menggunakan sifat operasi pertukaran dan pengelompokan

- Melakukan sifat operasi pertukaran

15 - Melakukan sifat

operasi

pengelompokan

16

4.6

Menyelesaikan masalah yang melibatkan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka

- Menyelesaikan masalah berkaitan dengan operasi hitung penjumlahan

1

- Menyelesaikan masalah berkaitan dengan operasi hitung pengurangan

8, 29, 30

(42)

23

Soal uji coba pretest dan posttest yang berjumlah 30 soal tersebut sebelum diujicobakan ke siswa divalidasi oleh ahli (Lampiran 1). Soal uji coba pretest dan posttest kemudian direvisi sesuai dengan catatan dari validator (Lampiran 4).

Soal uji coba pretest dan posttestyang telah direvisi tersebut kemudian diujicobakan ke siswa kelas II SD Kanisius Ganjuran yang berjumlah 33 anak pada hari Senin, 8 Juni 2015 (Lampiran 5). Hasil pengerjaan siswa tersebut kemudian dikoreksi dan dihitung kevalidannya (Lampiran 6).

Hasil penghitungan menunjukkan bahwa dari 30 soal yang diujicobakan terdapat 23 soal yang valid. Soal dinyatakan valid jikanilai koefisien korelasi hitung lebih dari 0,344.

Tabel 3.2 Validitas Item

Item r hitung r tabel Kesimpulan 1 0,286 0,344 Tidak valid 2 0,000 0,344 Tidak valid

3 0,576 0,344 Valid

4 0,708 0,344 Valid

5 0,632 0,344 Valid

6 0,262 0,344 Tidak valid

7 0,606 0,344 Valid

8 0,031 0,344 Tidak valid 9 0,056 0,344 Tidak valid

10 0,843 0,344 Valid

11 0,752 0,344 Valid

12 0,670 0,344 Valid

13 0,529 0,344 Valid

14 0,548 0,344 Valid

15 0,520 0,344 Valid

16 0,650 0,344 Valid

17 0,569 0,344 Valid

18 0,568 0,344 Valid

19 0,671 0,344 Valid

20 0,714 0,344 Valid

(43)

24

21 0,655 0,344 Valid

22 0,486 0,344 Valid

23 0,641 0,344 Valid

24 0,597 0,344 Valid

25 0,672 0,344 Valid

26 0,493 0,344 Valid

27 0,631 0,344 Valid

28 0,408 0,344 Valid

29 0,096 0,344 Tidak valid 30 -0,068 0,344 Tidak valid

Dari 23 soal yang valid tersebut digunakan 20 soal yang digunakan untuk melakukan pretest dan posttest di kelas IB yang menjadi subjek penelitian peneliti untuk melihat perubahan nilai siswa dari sebelum menggunakan media dan setelah menggunakan media.

2. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran

Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran digunakan observer untuk menilai peneliti dalam melaksanakan pembelajaran selama penelitian. Pedoman observasi pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3 Pedoman Observasi Pelaksanaan Pembelajaran

Aspek Hal yang diamati

1. Pra Pembelajaran 1. Memeriksa kesiapan ruang, alat, dan media pembelajaran 2. Memeriksa kesiapan siswa

2. Membuka Pelajaran 1. Melakukan kegiatan apersepsi

2. Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan

3. Kegiatan Inti Pembelajaran

1. Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran 2. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan

(44)

25

3. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai

4. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa

5. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media 6. Menghasilkan pesan yang menarik

7. Menggunakan media secaraefektif dan efisien 8. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media

9. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran 10. Merespons positif partisipasi siswa

11. Memfasilitasi terjadinya interaksi guru, siswa dan sumber belajar.

4. Kemampuan Khusus Montessori

1. Menumbuhkan sikap disiplin siswa dalam mengikuti pembelajaran.

3. Menumbuhkan sikap mandiri siswa dalam menyelesaikan masalah.

4. Mengembangkan kreatifitas siswa dengan memberikan kebebasan dalam menentukan cara belajar.

5. Meningkatkan rasa keingintahuan siswa dalam menemukan solusi dalam permasalahan yang muncul.

6. Menumbuhkan rasa pantang menyerah dalam mencari solusi dalam permasalahan yang muncul.

7. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam melaksanakan pembelajaran.

8. Menciptakan ketertarikan siswa dalam belajar.

9. Meminimalkan pemberian informasi.

5. Penutup 1. Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa 2. Menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa

3. Melaksanakan tindaklanjut

Hasil validasi lembar observasi pelaksanaan pembelajaran menunjukkan nilai 3,9 dari nilai maksimal 4 (Lampiran 2). Hasil tersebut menunjukkan bahwa instrumen tersebut layak digunakan untuk menilai pelaksanaan penelitian peneliti.

(45)

26

3. Lembar Observasi Pelaksanaan Aktivitas Siswa

Lembar observasi pelaksanaan aktivitas siswa digunakan observer untuk menilai aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran yang disampaikan oleh peneliti. Pedoman observasi pelaksanaan aktivitas siswa adalah sebagai berikut.

Tabel 3.4 Pedoman Observasi Pelaksanaan Aktivitas Siswa

Aspek Hal yang diamati

1.Disiplin 1. Tidak mengganggu teman ketika sedang belajar.

2. Menjaga benda-benda yang dipakai untuk belajar.

3. Mengembalikan benda-benda yang digunakan untuk belajar ketempat semula.

2.Kebebasan 1. Menggunakan seluruh ruangan kelas untuk belajar.

2. Tidak memiliki rasa takut untuk mencoba kembali hal yang belum dipahami.

3. Memiliki keleluasaan untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan yang diinginkan.

3.Mandiri 1. Memiliki inisiatif untuk memecahkan masalah sendiri.

2. Mampu menentukan keputusan setiap akan melakukan kegiatan.

3. Memiliki motivasi untuk melakukan perbaikan jika terjadi kesalahan.

Hasil validasi lembar observasi pelaksanaan aktivitas siswa menunjukkan nilai 3,8 (Lampiran 3). Dari hasil tersebut maka lembar instrumen tersebut sudah layak digunakan untuk menilai pelaksanaan penelitian peneliti.

(46)

27 G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian ini berupa angka-angka yang kemudian dianalisis secara deskripsi. Rumus yang digunakan sebagai berikut.

1. Rumus Soal Pretest Posttest

2. Rumus Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran

3. Rumus Lembar Observasi Pelaksanaan Aktivitas Siswa

Kriteria hasil perhitungan lembar observasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5 Kriteria Hasil Observasi Skor Kriteria

3 – 2,5 Baik 2,4 – 2 Cukup

< 1,9 Kurang

(47)

28 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan. Berikut uraian dari hasil penelitian dan pembahasan.

A. Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan Penelitian a. Pertemuan I

Peneliti memulai pertemuan pertama penelitian dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu dengan menyampaikan maksud dan tujuan mengapa mengisi kelas tersebut. Mengawali pembelajaran peneliti ingin menggali ketertarikan siswa tentang pelajaran matematika terutama penjumlahan dan pengurangan.

Pertama peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa tentang ketertarikannya pada pelajaran matematika. Hampir semua siswa mengangkat tangannya tanda mereka menyukai pelajaran matematika, tetapi ada 3 siswa yang tidak mengangkat tangannya. Ketika ditanya kenapa tidak suka pelajaran matematika mereka menjawab karena susah. Namun ketika peneliti mengajukan pertanyaan lagi mengenai kemampuan siswa mengerjakan penjumlahan pengurangan, semua siswa menjawab bisa dan ada beberapa siswa yang berseru mudah.

(48)

29

Untuk mengujinya peneliti memberikan dua contoh soal penjumlahan dan pengurangan untuk dikerjakan siswa di depan kelas kemudian dibahas bersama-sama. Mengakhiri pertemuan, peneliti memberikan soal pretest kepada siswa untuk dikerjakan (Lampiran 9).

b. Pertemuan II

Pertemuan kedua penelitian, peneliti memulai dengan mengajarkan siswa tentang materi penjumlahan. Kondisi kelas dibuat para siswa duduk di bawah menggunakan karpet dan peneliti berada di depan. Kondisi ini dimaksudkan agar semua siswa dapat melihat peneliti dan mempunyai posisi yang nyaman ketika belajar.

Peneliti pertama-pertama mengenalkan alat peraga Montessori yang digunakan yaitu bagaimana meletakkan alat tersebut sehingga mudah untuk digunakan. Setelah itu peneliti mengenalkan satuan puluhan ratusan masing-masing dengan warnanya. Kemudian peneliti menunjukkan lambang hitung penjumlahan dan pengurangan dan dimana meletakkannya. Sebelum memberikan contoh soal penjumlahan peneliti meminta siswa mengulangi terlebih dahulu penjelasan dari peneliti.

Setelah itu peneliti mulai memberikan contoh pengerjaan penjumlahan dengan menggunakan alat peraga tersebut. Peneliti memberi contoh dalam menggunakan alat peraga tersebut dengan perlahan supaya siswa dapat menangkap dengan benar langkah-

(49)

30

langkah yang harus dilakukan. Setelah itu peneliti memberikan kesempatan dua siswa untuk mencoba menggunakan alat peraga Montessori tersebut untuk menyelesaikan soal penjumlahan.

Setelah itu peneliti membagi siswa menjadi empat kelompok dengan cara berhitung. Peneliti menggunakan cara berhitung juga untuk mengingatkan siswa untuk membilang angka. Kemudian siswa menyebutkan angka yang sama bergabung menjadi satu kelompok dan membentuk sebuah lingkaran. Peneliti meminta setiap kelompok mengambil alat peraga Montessori tersebut dan meletakkannya di kelompok. Kemudian peneliti mempersilahkan siswa untuk mencoba menyelesaikan soal yang ada dalam kartu soal dengan memilih secara bebas.

Ketika siswa mulai mencoba-coba sendiri, peneliti mulai berkeliling untuk mendampingi kelompok yang masih kesulitan dalam menyelesaikan penjumlahan. Permasalahan ditemui pada beberapa siswa yang belum paham bagaimana menyelesaikan penjumlahan dengan teknik menyimpan. Peneliti kemudian mencoba mengingatkan siswa kembali apa arti dari puluhan. Setelah mencoba-coba kembali siswa dapat mengerti cara melakukan penyimpanan. Permasalahan muncul ketika siswa menggunakan alat peraga karena ada beberapa siswa yang kemudian menjadi tidak mendapat giliran untuk menggunakan alat peraga tersebut. Mengatasi masalah tersebut peneliti memberikan cara jalan yang teratur kepada siswa yaitu

(50)

31

dengan setiap langkah dilakukan oleh seorang siswa dan dilakukan secara bergilir sesuai putaran jam. Dengan menggunakan cara tersebut semua siswa dapat merasakan menggunakan alat peraga tersebut dan setiap siswa dalam kelompok dapat fokus dalam memperhatikan langkah-langkah penggunaan alat peraga Montessori tersebut.

Siswa mencoba-coba sendiri sampai waktu belajar selesai. Tidak lupa siswa diberikan tanggungjawab untuk mengembalikan alat-alat yang mereka gunakan untuk belajar dengan benar dan rapi.

c. Pertemuan III

Pertemuan ketiga penelitian sudah mulai ada siswa yang meminta untuk tidak melakukan pelajaran matematika lagi, namun ketika peneliti memberitahu bahwa akan belajar pengurangan para siswa menjadi bersemangat kembali. Peneliti membuat kondisi kelas menjadi seperti hari kedua penelitian dan membagi kelompok lagi.

Untuk mengingatkan kembali tentang penjumlahan peneliti memberikan kesempatan siswa untuk mencoba-coba kembali menggunakan alat peraga Montessori. Setelah itu peneliti meminta siswa untuk duduk tidak secara berkelompok dan memberikan 5 soal penjumlahan yang dikerjakan setiap siswa sendiri tanpa menggunakan alat peraga Montessori.

Selesai mengerjakan soal peneliti berada di depan siswa memberikan pengantar tentang penggunaan pengurangan dalam

(51)

32

kehidupan sehari-hari. Dari pengantar tersebut siswa paham bahwa pengurangan adalah bisa berarti hilang, diberikan. Setelah itu peneliti mulai memberikan contoh menyelesaikan pengurangan dengan menggunakan alat peraga Montessori. Demonstrasi pengurangan lebih memakan waktu yang lama karena bagian mengurangi para siswa tidak bisa langsung paham. Akhirnya untuk menguji sampai mana siswa paham menyelesaikan pengurangan dengan menggunakan alat peraga, peneliti meminta dua siswa untuk menyelesaikan soal pengurangan dengan menggunakan alat peraga. Setelah itu pembelajaran selesai.

d. Pertemuan IV

Pertemuan keempat penelitian dilaksanakan sama seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya yaitu dengan membagi kelas menjadi empat kelompok. Setelah itu peneliti memberikan kesempatan siswa untuk mengingat kembali cara menyelesaikan soal pengurangan dengan menggunakan alat peraga Montessori. Setelah tidak ada lagi kesulitan pada setiap siswa, siswa merapikan alat peraga Montessori tersebut dan duduk tidak dalam kelompok lagi.

Kemudian peneliti memberikan 5 soal pengurangan yang harus dikerjakan siswa secara mandiri tanpa menggunakan alat peraga Montessori. Setelah selesai pembelajaran pun ditutup.

(52)

33 e. Pertemuan V

Pertemuan terakhir penelitian siswa diberikan kesempatan lagi untuk mencoba menggunakan alat peraga Montessori untuk menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan. Setelah para siswa cukup menggunakan alat peraga, mereka merapikan alat peraga tersebut dan duduk di tempat masing-masing.

Peneliti pun memberikan soal posttest kepada para siswa untuk melihat perubahan yang terjadi sebelum menggunakan alat peraga Montessori dan setelah menggunakannya (Lampiran 10). Setelah semua siswa selesai pelajaran ditutup.

2. Penilaian Keterlaksanaan Penelitian

a. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran

Selama peneliti melakukan penelitian, peneliti dinilai oleh observer dengan menggunakan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran yang menilai bagaimana peneliti melaksanakan pembelajaran di kelas (Lampiran 11). Hasil rekapan nilai observasi pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut.

(53)

34

Tabel 4.1 Nilai Observasi Pelaksanaan Pembelajaran

Pertemuan Nilai

I 2,7

II 2,8

III 2,8

IV 2,8

V 2,9

Rata-Rata 2,8

Tabel tersebut menunjukkan rata-rata nilai pelaksanaan pembelajaran menunjukkan angka 2,8 dari nilai maksimal 3. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran sudah menunjukkan kriteria baik dengan menampakkan aspek-aspek yang diharapkan namun belum terlalu optimal.

b. Hasil Observasi Pelaksanaan Aktivitas Siswa

Selain penilaian bagi peneliti, penilaian juga dilakukan bagi siswa. Penilaian dilakukan oleh 4 observer yang mengamati aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas (Lampiran 12). Hasil observasi pelaksanaan aktivitas siswa adalah sebagai berikut.

Tabel 4.2 Nilai Observasi Pelaksanaan Aktivitas Siswa Pertemuan Nilai I Nilai II Nilai III Nilai IV Rata-Rata

I 2,3 2,7 2,2 2,0 2,3

II 2,5 2,8 2,2 2,1 2,4

III 2,5 2,9 2,4 2,2 2,5

IV 2,7 2,9 2,5 2,2 2,6

V 2,8 3 2,7 2,3 2,7

Rata-Rata 2,5

(54)

35

Tabel nilai rata-rata pelaksanaan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran tersebut menunjukkan nilai rata-rata 2,5 dari nilai maksimal 3. Hal tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa sudah menampakkan aspek-aspek yang diharapkan namun belum optimal.

c. Hasil Pretest Posttest

Pada awal dan akhir penelitian, peneliti melakukan pretest dan posttest pada objek penelitian. Hasil rekapan nilai pretest dan posttest adalah sebagai berikut

Tabel 4.3 Nilai Pretest dan Posttest

No Nama Nilai

Perubahan Pretest Posttest

1 A N D 5 7,5 + 2,5

2 A M T 9,5 8,5 - 1

3 B A L P 4 6,5 + 2,5

4 B P R 8 5 - 3

5 B H N 4 8 + 4

6 B K A 8 7,5 - 0,5

7 E N P M 4,5 5,5 + 1

8 E A C P 8 8 0

9 F B D P 9,5 8 - 0,5

10 F T P 8 8,5 + 0,5

11 G S - 8 -

12 G P P 8,5 8 - 0,5

13 J A P 6,5 5,5 - 1

14 J G H M - - -

15 K N 6,5 7 + 0,5

16 L A D 7,5 9,5 + 2

17 M P O 6,5 9 + 2,5

18 M A D P 7,5 7 - 0,5

19 M L R S - 8,5 -

20 N C A 2 4,5 + 2,5

21 R A A 7,5 4 - 3,5

(55)

36

22 S W W 5,5 7 + 1,5

23 V D K W 7 - -

24 V M S 6 - -

25 V N C S 3,5 6 + 2,5

Rata-rata 6,5 7,1 + 0,6

Tabel tersebut menunjukkan nilai rata-rata pretest yang semula 6,5 menjadi 7,1 ketika dilakukan posttest. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi perubahan nilai 0,6 yang berarti hasil implementasi media pegs for the algebraic peg board pada materi penjumlahan dan pengurangan kelas 1 memberikan hasil yang baik.

B. Pembahasan

1. Hasil Implementasi

Hasil implementasi media pegs for the algebraic peg board pada materi penjumlahan dan pengurangan dapat dilihat dari tabel-tabel hasil penelitian. Tabel 4.1 menunjukkan penilaian yang sama terjadi pada pertemuan kedua, ketiga, dan keempat. Hal ini disebabkan karena pada pertemuan ketiga dan keempat diberikan materi pengurangan. Materi pengurangan menjadi materi yang harus diberikan peneliti secara berulang-ulang karena siswa memerlukan waktu yang lama untuk lebih memahaminya. Secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran memperoleh nilai rata-rata 2,8 dari skor maksimal 3. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti memberikan hasil yang baik.

(56)

37

Tabel 4.2 tentang pelaksanaan aktivitas siswa menunjukkan nilai rata-rata 2,5 dari nilai maksimal 3. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa mengikuti pembelajaran dengan baik. Sikap disiplin siswa dalam pembelajaran telah nampak dari hari ke hari selama penelitian ini berlangsung. Siswa menggunakan setiap benda yang digunakan untuk belajar dengan semestinya walaupun harus diingatkan terlebih dahulu, mengembalikannya ketempat semula setelah selesai dan semakin sedikit siswa yang mengganggu temannya ketika belajar karena perhatian mereka tertuju untuk belajar dengan media yang telah disiapkan. Siswa juga menunjukkan adanya kebebasan yang diberikan kepada mereka selama mengikuti pembelajaran. Siswa bisa dengan bebas mengerjakan pekerjaan mereka di mana pun mereka mau dan dengan posisi yang mereka mau tetapi tetap tidak dengan mengganggu aktivitas teman yang lain. Pekerjaan yang akan mereka kerjakan pun sesuai dengan yang ingin mereka kerjakan terlebih dahulu. Selama belajar siswa juga menunjukkan sikap mandirinya dengan selalu memiliki motivasi untuk melakukan perbaikan jika terjadi kesalahan dalam siswa tersebut mengerjakan pekerjaannya meskipun beberapa kali masih meminta penjelasan dari guru. Semua sikap tersebut sekaligus juga menunjukkan bahwa peneliti telah melakukan pembelajaran yang mengandung kemampuan khusus dalam Montessori meskipun belum terlalu optimal.

(57)

38 2. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa menggunakan media pegs for the algebraic peg board pada materi penjumlahan dan pengurangan dapat dilihat dari tabel-

tabel hasil penelitian. Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 25 siswa kelas IB yang mengikuti pretest dan posttest ada 20 anak. Nilai tertinggi dalam pretest dan posttest tidak mengalami perubahan yaitu tetap sama dengan

nilai 9,5. Nilai tersebut menunjukkan hasil yang baik meskipun tidak mengalami perubahan.

Hasil pretest dan posttest juga menunjukkan bahwa terdapat 11 siswa yang mengalami peningkatan nilai yang berarti siswa mengalami pemahaman yang lebih setelah dilakukannya penelitian. Namun ada 8 anak yang mengalami penurunan nilai. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Siswa yang mengalami penurunan disebabkan karena kurang bisa bersosialisasi dengan temannya ketika berkelompok. Faktor yang lain adalah konsentrasi. Siswa yang mengalami penurunan memiliki tingkat konsentrasi yang kurang sehingga mereka tidak bisa mengikuti pembelajaran dengan baik. Selain terjadi peningkatan dan penurunan, terdapat 1 anak yang tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan.

Perubahan nilai naik dan turun juga dapat dilihat dari tabel tersebut. Siswa B H N mengalami kenaikan nilai yang paling banyak yaitu 4 poin. Sedangkan siswa R A D mengalami penurunan nilai yang paling banyak sebanyak 3,5 poin.

(58)

39

Keseluruhan rata-rata nilai akhir dari pretest dan posttest mengalami perubahan dari 6,5 menjadi 7,1. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa impementasi media pegs for the algebraic peg board memberikan hasil yang baik dalam materi penjumlahan dan pengurangan di kelas 1 SD Kanisius Ganjuran.

Referensi

Dokumen terkait

Denagan aneka makanan dan minuman yang enak dan segar dengan harga yang bias dicapai oleh semua golongan masyarakat sehingga hal tersebutlah yang menyebabkan ketertarikan saya

Fasilitas yang disediakan oleh penulis dalam perancangan ini adalah kapel sebagai tempat berdoa baik bagi komunitas maupun masyarakat sekitar, biara dengan desain interior

Kata hasud berasal dari berasal dari bahasa arab ‘’hasadun’’,yang berarti dengki,benci.dengki adalah suatu sikap atau perbuatan yang mencerminkan

[r]

“ STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SUBJECTIVE WELLBEING PADA LANSIA PENDERITA PENYAKIT KRONIS YANG MENGIKUTI PROLANIS DI PUSKESMAS ‘X’ KOTA BANDUNG “. Universitas Kristen

[r]

Konselor :”Sebagai kesimpulan akhir dari pembicaraan kita dapat Bapak simpulkan bahwa Anda mempunyai kesulitan untuk berkomunikasi dalam belajar oleh karena itu mulai besok anda

Asian Institut for Teacher Education, menjelaskan kompetensi sosial guru adalah salah satu daya atau kemampuan guru untuk mempersiapkan peserta didik