• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I guru sebagai profesi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB I guru sebagai profesi"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

GURU SEBAGAI PROFESI A. PROFESI KEPENDIDIKAN

1. Definisi profesi

Secara estimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu profession atau bahasa latin, profecus, yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan, juga dalam bahasa Yunani “erayyenia” yang bermakna : “janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara tetap/permanen. Sedangkan secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental; yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual (Danin, 2002). Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik.

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer, teknik, guru dan desainer.

Berikut ini beberapa istilah profesi yang dikemukakan oleh para ahli : a. Shein, E.H (1962)

Profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu set norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya yang khusus di masyarakat. b. Hughes, E.C (1963)

Profesi menyatakan bahwa ia mengetahui lebih baik dari kliennya tentang apa yang diderita atau terjadi pada kliennya.

c. Daniel Bell (1973)

Profesi adalah aktivitas intelektual yang dipelajari termasuk pelatihan yang diselenggarakan secara formal atapun tidak formal dan memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oleh sekelompok / badan yang bertanggung jawab pada keilmuan tersebut dalam melayani masyarakat, menggunakan etika layanan profesi dengan mengimplikasikan kompetensi mencetuskan ide, kewenangan ketrampilan teknis dan moral serta bahwa perawat mengasumsikan adanya tingkatan dalam masyarakat.

d. Paul F. Comenisch (1983)

Profesi adalah “komunitas moral” yang memiliki cita-cita dan nilai bersama. e. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejujuran, dan sebagainya tertentu).

f. K. Bertens

Profesi adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang memiliki cita-cita dan nilai-nilai bersama.

(2)

Profesi adalah suatu pekerjaan yang dikerjakan sebagai sarana untuk mencari nafkah hidup sekaligus sebagai sarana untuk mengabdi kepada kepentingan orang lain (orang banyak) yang harus diiringi pula dengan keahlian, ketrampilan, profesiaonalisme, dan tanggung jawab.

h. Doni Koesoema A.

Profesi merupakan pekerjaan, dapat juga berwujud sebagai jabatan di dalam suatu hierarki birokrasi, yang menuntut keahlian tertentu serta memiliki etika khusus untuk jabatan tersebut serta pelayanan baku terhadap masyarakat.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau keterampilan dari pelakunya. Biasanya sebutan “profesi” selalu dikaitkan dengan pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh seseorang, akan tetapi tidak semua pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi karena profesi menuntut keahlian para pemangkunya. Hal ini mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, akan tetapi memerlukan suatu persiapan melalui pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan khusus untuk itu.

Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh masyarakat awam adalah sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi. Profesi memiliki mekanisme serta aturan yang harus dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit seperti itu. Hal inilah yang harus diluruskan di masyarakat, karena hampir semua orang menganggap bahwa pekerjaan dan profesi adalah sama.

Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :

1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun. 2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap

pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.

3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.

4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.

5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

Suatu pekerjaan dapat dikatakan sebagai profesi, apabila memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Memerlukan lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku profesi tersebut dengan standar kualitas.

b. Standar unjuk kerja.

c. Akademik yang bertanggung jawab. d. Organisasi profesi

(3)

g. Pengakuan masyarakat. 2. Perbedaan definisi profesi

Istilah profesi

istilah Definisi

Profesi Suatu pekerjaan tertentu yang menuntut persyaratan khusus dan istimewa sehingga meyakinkan dan memperoleh kepercayaan pihak yang memerlukan.

Profesionalisasi Proses usaha menuju ke arah terpenuhinya persyaratan suatu jenis model pekerjaan ideal.

Profesional Memadai persyaratan sebagai suatu profesi. Profesionalitas Ukuran kadar keprofesiannya.

Profesionalisme Konsepsi keprofesian telah menjadi budaya, pandangan, faham dan pedoman hidup seseorang atau sekelompok orang atau masyarakat tertentu.

3. Guru sebagai profesi

Guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia dan mengabdikan diri serta berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan, bahwa guru adalah: tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi (pasal 39 ayat 1).

Di dalam profesi dituntut adanya keahlian dan etika khusus serta standar layanan. Pengertian ini mengandung implikasi bahwa profesi hanya dapat dilakukan oleh orang-orang secara khusus di persiapkan untuk itu. Dengan kata lain profesi bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak memperoleh pekerjaan lain.

Sebagai sebuah profesi, untuk membentuk seorang guru yang profesional diperlukan pendidikan guru yang baik. Urgenitas profesi guru sebagai profesi kunci dalam pendidikan di suatu negara menyebabkan pendidikan guru penting untuk diselenggarakan oleh lembaga yang profesional dengan tenaga-tenaga ahli di dalamnya.

Menyiapkan seseorang untuk menjadi guru memerlukan waktu yang cukup, lingkungan yang kondusif, dan materi yang memadai. Pembentukan profesi guru memerlukan proses yang berjalan selaras agar menghasilkan guru yang berkarakter. Proses ini berawal dari “panggilan” terhadap seseorang untuk menjadi guru, karena bila seseorang tidak terpanggil sebagai guru, dia akan menjadi guru yang bukan guru.

(4)

merupakan pendidikan kedinasan, berasrama, dengan seragam yang menjadikan peserta didik bangga. Dengan proses pembentukan yang memerlukan waktu panjang setelah menjadi guru diharapkan karakter yang ditanamkan masih tetap dapat terpelihara dengan baik.

Pendidikan guru harus mampu menyiapkan sumber daya manusia calon guru yang berkualitas, beriman, berilmu pengetahuan, dan memahami teknologi. Hal ini diperlukan karena kelangsungan hidup suatu bangsa berada di tangan guru-guru yang mendidik calon pemimpin masa depan. Di tangan para guru pula diharapkan terjadi proses pewarisan budaya dan peradaban suatu generasi.

Pendidikan guru diselenggarakan dalam bentuk pendidikan formal dan dapat didukung dengan pendidikan nonformal. Dalam hal pendidikan formal seorang guru harus memiliki pendidikan formal strata satu (S1) minimal dan pendidikan profesi keguruan. Oleh karena itu pendidikan guru harus diselenggarakan di perguruan tinggi yang menyelenggarakan program-program studi yang dibutuhkan oleh sekolah-sekolah dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA, dan SMK-SMK. Hal ini perlu disadadri, bila kebutuhan itu telah berkembang karena perkembagan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penyelenggaraan pendidikan guru juga harus berkembang untuk memenuhi tuntutan tersebut. Selain hal itu pengkondisian proses belajar calon-calon guru perlu pula diperhatikan bukan hanya melalui program PPL tetapi proses belajar tersebut inklusif dalam kehidupan sehari-hari dalam program bersama semisal “asrama” seperti pendidikan kedinasan calon camat, calon polisi, calon TNI maupun calon penyuluh lapangan.

Pendidikan formal guru hendaknya mengarah pada “refleksi panggilan” dan pembentukan “kepribadian” karena dari situlah akan diketemukan guru-guru ang prospektif untuk menyiapkan anak bangsa yang berkualitas.

Pada masa “lampau” guru dapat dihasilkan dari pendidikan non formal. Pendidikan non formal dapat diperoleh dari proses “nyantrik” atau pendidikan singkat karena kondisi darurat bila pendidikan formal sulit dijangkau. Dapat juga dilakukan model pendampingan bagi calon guru. Namun demikian model pendidikan non formal ini seringkali tidak terlaksana secara teratur dan terencana dengan baik. Nampaknya lebih pada intuisi naluri dan belah pihak antara yang mendampingi dan didampingi.

Dari sisi lain guru hendaknya memiliki kesadaran untuk meningkatkan dan mengembangkan panggilannya sebagai guru melalui pendidikan-pendidikan non formal. Hal itu diharapkan menjawab segala keterbatasan yang dihadapi dunia pendidikan dewasa ini.

B. KARAKTERISTIK KEPROFESIAN 1. Karakteristik keprofesian

Menurut Liberman profesi memiliki beberapa karakteristik yang wajib dimiliki, yaitu sebagai berikut:

a. Unik, pasti, layanan penting

b. Menekankan teknik intelektual dalam memberikan pelayanan

c. Membutuhkan waktu panjang untuk pendidikan dan eplatihan khusus

(5)

e. Adanya organisassi profesi yang mengatur praktik atau pekerjaan yang dilakukan f. Adanya kode etik yang harus dipatuhi

2. Hakekat profesi

Setiap profesi memiliki hakekakt yang dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Janji terbuka

b. Menuntut tanggung jawab sosial c. Bentuk pengabdian

d. Jabatan atau pekerjaa

e. Membutuhkan keahlian khusus f. Menungut kesejawatan

3. Syarat-syarat Profesi Keguruan

Jabatan guru harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Berijazah guru (lulusan LPTK) dengan kriteria tertentu, misal, pendidikan jenjang S1 untuk guru pendidikan dasar dan menengah.

b. Berjiwa Pancasila, religius, dan berkebudayaan kebangsaan Indonesia. c. Menghormati setiap aliran agama dan keyakinan hidup.

d. Susila dan cakap, demokratis serta bertanggung jawab. e. Menguasai bahasa Indonesia.

f. Sehat jasmani dan rohani termasuk juga tidak mempunyai cacat fisik dan mental yang dapat mengganggu tugasnya sebagai seorang guru.

C. DASAR HUKUM GURU SEBAGAI PROFESI

Sebagai pekerjaan profesional, profesi guru diatur dalam UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat (2) yang menjelaskan pendidik merupakan tenaga profesional, ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang tersebut dirinsi lagi dalam UU No 14 rahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Profesi guru dan profesi dosen dijelaskan lebih lanjut pada pasal 7 UU No. 14 tahun 2005 dengan beberapa poin penting yang harus ada dalam diri seorang guru atau dosen, yaitu:

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme

b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan ketaqwaan, dan akhlak mulia

c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas

d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas e. Memiliki tanggung jawab atas lpekasanaan tugas keprofesionlan f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja

g. Memiliki keksempatan untuk mengembangkan kerpofesionlan secara berkelanjutan dengan belajr sepanjang hayat

h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas kerpofesionlan i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang

berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru

(6)

kompetensi guru dapat pula digolongkan berdasarkan indikator dalam Aat Penilaian Kinerja Guru (APKG), yaitu meliputi: perencanaan pengajaran, pelaksanaan pengajaran, hubungan antar pribadi, dan evaluasi.

Kegiatan perencanaan pengajaran sebagai indikator alat penilaian kinerja guru (APKG) meliputi beberapa aktivitas, diantaranya adalah:

a. Merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran b. Merencanakan pengeloalaan KBM

c. Merencanakan pengelolaan kelas

d. Merencanakan penggunaan media dan sumber belajar

Kegiatan pelaksanaan pengajaran sebagai indikator alat penilaian kinerja guru (APKG) meliputi beberapa aktivitas, diantaranya:

a. Penggunaan metode media, dan bahan pengajaran b. Berkomunikasi dengan siswa

c. Mendemonstrasikan khasanah metode mengajar d. Mendorong dan menggalakkan ketertiban siswa e. Mendemonstrasikan penguasaan mata pelajaran f. Pengorganisasian waktu

Indikator hubungan antar pribadi dalam indikator alat penilaian kinerja guru (APKG) dapat diterjemahkan dalam berbagai aktivitas meliputi:

a. Mengembangkan sikap positif b. Bersikap terbuka pada siswa

c. Menampilkan kegairahan dalam pembelajaran d. Mengelola interaksi perilaku dalam kelas

Indikator alat penilaian kinerja guru (APKG) yang terakhir adalah evaluasi. Beberapa hal yang terkait dengan kegiatan evealuasi diantaranya adalah:

a. Merencanakan penilaian prestasi siswa untuk keperluan pengajaran b. Melaksanakan evaluasi

Kriteria seorang guru yang telah dilegalisasi oleh konstitusi tersebut semakin menguatkan posisi guru sebagai sebuah profesi yang sangat penting. Beban berat dipikul gur sebagai tenaga profesional yang bertugas untuk menyiapkan SDM yang berkualitas, beriman, bertaqwa, berilmu lpengetahuan, dan memahami teknologi; menjaga kelangsungan hidup bangsa (pemimpin masa depan); dan menjaga keberlangsungan budaya dan peradaban suatu generasi. Oleh karena itu pendidikan guru ang telah ada sangat pentingn untuk terus dikaji dan diperbaiki dari masa ke masa untuk kepentingan pemenuhan tugas guru yang sangat vital bagi banggsa dan negara tersebut.

D. KOMPETENSI GURU

(7)

penerapannya. Menurut Maister (1997) mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki ketrampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan.

Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh guru profesional antara lain : a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan yang berkaitan dalam performans pribadi seorang pendidik, seperti berpribadi mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

c. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional.

d. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif, dengan : peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

E. KODE ETIK GURU INDONESIA

Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa,Bangsa, dan negara,serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada Undang-undang Dasar 1945, turut bertanggungjawab atas terwujdunya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.

a. Isi Kode Etik Guru Indonesia

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, maka organisasi profesi guru Indonesia (PGRI) menetapkan kode etik guru sebagai berikut :

1. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.

2. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan danpembinaan.

(8)

4. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat di sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggungjawab bersama terhadap pendidikan.

5. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.

6. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.

7. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.

8. Guru melaksanakan segala kebijakan Pemerintah dalam bidang pendidikan. (Sumber: Kongres Guru ke XVI, 1989 di Jakarta).

b. Penetapan Kode Etik

Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku dan mengikat para anggotanya, lazimnya dilakukan dalam suatu kongres organisasi profesi. Dengan demikian, penetapan kode etik tidak boleh dilakukan secara perorangan, tetapi harus dilakukan oleh organisasi, sehingga orang-orang yang tidak menjadi anggota profesi, tidak dapat dikenankan.

Kode etik hanya akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin ditangan profesi tersebut, jika semua orang yang menjalankan profesi tersebut bergabung dalam profesi yang bersangkutan. Jika setiap orang yang menjalan kan suatu profesi secara otomatis bergabung dalam suatu organisasi, maka ada jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan secara murni dan baik, karena setiap anggota profesi yang melakukan pelanggaran serius terhadap kode etik dapat dikenakan sanksi.

c. Sanksi Pelanggaran Kode Etik

Dalam setiap penetapan aturan atau tata tertib, maka tidak lepas dengan yang namanya sanksi bagi para pelanggar peraturan atau tata tertib tersebut. Begitu juga dalam penetapan kode etik sebuah profesi, maka juga ada sanksi-sanksi yang bagi anggota yang melanggar kode etik tersebut. Menurut Mulyana (2007:46) menjelaskan bahwa sanksi pelanggaran kode etik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sanksi moral, berupa celaan dari rekan-rekannya, karena pada umumnya kode etik merupakan landasan moral, pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan. 2. Sanksi yang dikeluarkan dari organisasi, merupakan sanksi yang dianggap

terberat

(9)

BAB II

KOMPETENSI KEPRIBADIAN

A. DEFINISI KOMPETENSI KEPRIBADIAN

Kompetensi berasal dari bahasa inggris ”canpeteney” yang berarti kecakapan, kemampuan dan wewenang. Kompetensi kepribadian adalah kecakapan / kemampuan / wewenang yang berkaitan erat dengan tingah laku pribadi guru itu sendiri yang memiliki nilai-nilai luhur sehingga terlihat dari perilakunya sehari-hari. Dalam arti sederhana, kepribadian berarti sikap hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lain. Menurut tinjauan psikologi, kepribadian pada prinsipnya adalah susunan atau kesatuan antara aspek prilaku mental (pikiran perasaan dan sebagainya) dengan aspek behavioral (perbuatannya) aspek – aspek ini berkaitan secara fungsional dalam diri seorang individu, sehingga membuatnya bertingkah laku secara khas dan tetap. Dalam kamus besar bahasa indonesia disebutkan arti kepribadian adalah sifat yang dimiliki oleh seseorang atau suatu bangsa.

Fungsi kompetensi kepribadian diantaranya : 1. Setiap subjek mempunyai peribadi yang unik 2. Memberikan bimbingan dan suri teladan 3. Sebagai panutan yang harus digugu dan ditiru

4. Secara bersama-sama mengembangkan kreaktipitas dan membagkitkan motif belajar serta dorongan untuk maju pada anak didik.

Aspek-aspek kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu: 1. Mantap dan stabil yang memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma hukum,

norma sosial, dan etika yang berlaku, dan bangga sebagai guru.

2. Dewasa, yang berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.

3. Arif dan bijaksana, yaitu perilaku yang menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak, menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat.

4. Berwibawa, yaitu perilaku guru yang disegani sehingga berpengaruh positif terhadap peserta didik.

5. Memiliki akhlak mulia dan memiliki perilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik, bertindak sesuai norma religious, jujur, ikhlas, dan suka menolong.

B. ARTI PENTING KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU

Penguasaan kompetensi kepribadian guru memiliki arti penting, baik bagi guru yang bersangkutan, sekolah dan terutama bagi siswa. Berikut ini disajikan beberapa arti penting penguasaan kompetensi kepribadian guru:

(10)

2. Guru adalah pendidik profesional yang bertugas untuk mengembangkan kepribadian siswa atau sekarang lebih dikenal dengan karakter siswa. Penguasaan kompetensi kepribadian yang memadai dari seorang guru akan sangat membantu upaya pengembangan karakter siswa. Dengan menampilkan sebagai sosok yang bisa di-gugu (dipercaya) dan ditiru, secara psikologis anak cenderung akan merasa yakin dengan apa yang sedang dibelajarkan gurunya. Misalkan, ketika guru hendak membelajarkan tentang kasih sayang kepada siswanya, tetapi di sisi lain secara disadari atau biasanya tanpa disadari, gurunya sendiri malah cenderung bersikap tidak senonoh, mudah marah dan sering bertindak kasar, maka yang akan melekat pada siswanya bukanlah sikap kasih sayang, melainkan sikap tidak senonoh itulah yang lebih berkesan dan tertanam dalam sistem pikiran dan keyakinan siswanya. 3. Di masyarakat, kepribadian guru masih dianggap hal sensitif dibandingkan dengan

kompetensi pedagogik atau profesional. Apabila ada seorang guru melakukan tindakan tercela, atau pelanggaran norma-norma yang berlaku di masyarakat, pada umumnya masyarakat cenderung akan cepat mereaksi. Hal ini tentu dapat berakibat terhadap merosotnya wibawa guru yang bersangkutan dan kepercayaan masyarakat terhadap institusi sekolah, tempat dia bekerja.

4. Bukti-bukti ilmiah menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru berpengaruh terhadap perkembangan belajar dan kepribadian siswa. Studi kuantitatif yang dilakukan Pangky Irawan (2010) membuktikan bahwa kompetensi kepribadian guru memiliki hubungan erat dan signifikan dengan motivasi berprestasi siswa. Sementara studi kualitatif yang dilakukan Sri Rahayu (2008) menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru memiliki kontribusi terhadap kondisi moral siswa. Hasil studi lain membuktikan tampilan kepribadian guru akan lebih banyak mempengaruhi minat dan antusiasme anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (Iis Holidah, 2010)

C. MACAM-MACAM KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU 1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Dalam hal ini guru harus pasti beragama dan taat dalam menjalankan ibadahnya. Contoh : seorang guru laki-laki yang beragama islam pada hari jumat melaksanakan ibadah salat jumat ditempat dia tinggal.

2. Percaya kepada diri sendiri

Guru memiliki kelebihan dibandingkan dengan yang lain. Oleh karena itu dikembangkan rasa percaya diri sendiri tanggung jawab bahwa ia memiliki potensi besar dalam bidang keguruan dan mampu untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi. Contoh : seorang guru yang telah mengikuti penataan tentang metode CBSA berani untuk menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar dikelas.

3. Tenggang rasa dan toleran

(11)

4. Bersikap terbuka dan demokratis

Guru diharapkan dapat menjadi fasilitator dalam menumbuh kembangkan budaya berpikir kritis di masyarakat., selalu menerima dalam perbedaan pendapat. Maka dituntut seorang guru untuk bersikap demokratis dalam mengeluarkan dan menerima gagasan-gagasan mengenai permasalahan yang ada disekitar sehingga guru menjadi terbuka dan tidak menutup diri dari hal-hal yang berada diluar dirinya. Contoh : seorang guru berperan sebagai moderator dalam acara diskusi.

5. Sabar dalam menjalani profesi keguruannya

Menjadi guru yang baik tidak semudah membalik telapak tangan, hal ini menuntut kesabaran dalam mencapainya. Contoh : seorang guru memberikan materi pelajaran IPA kepada murid dikelas melalui kegiatan tatap muka membimbing murid untuk melakukan percobaan laboratorium.

6. Mengembangkan diri bagi kemajuan profesional

Guru mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan pembaharuan, baik dalam bidang profesinya maupun dalam spesialisasinya. Contoh : dalam bidang teknologi seorang guru masih merasa kurang dalam memperoleh tambahan pengetahuan.

7. Memahami tujuan pendidikan

Guru mampu menghayati tujuan-tujuan pendidikan baik secara nasional, kelembagaan, kurikuler, sampai tujuan mata pelajaran yang diberikannya. Contoh : sebagai seorang guru harus mengetahui tujuan pendidikan dalam undang-undang sistem pendidikan nasional.

8. Mampu menjalin hubungan insani

Kemampuan guru untuk dapat berhubungan dengan orang lain atas dasar saling menghormati antar satu dengan yang lainnya. Contoh : seorang guru menjalin kemitraan dengan rekan guru lain tanpa memandang perbedaan suku maupun agama. 9. Memahami kelebihan dan kekurangan diri

Kemampuan untuk memahami berbagai aspek dirinya baik yang positif maupun negatif. Contoh : seorang guru merasa kurang mampu untuk dapat bekerja dan belajar tanpa bantuan orang lain.

10. Kreatif dan inovatif dalam bekerja

Guru mampu melakukan perubahan-perubahan dalam mengembangkan profesinya sebagai inovator dan kreator. Contoh : seorang guru menyampaikan materi pelajaran dikelas tidak terpaku pada suatu metode saja.

D. INDIKATOR KOMPETENSI KEPRIBADIAN

Mengacu pada standar nasional pendidikan, kompetensi kepribadian guru meliputi: 1. Kepribadian yang mantap dan stabil

Yaitu bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma yang berlaku.

2. Kepribadian yang dewasa

Yaitu menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja yang tinggi sebagai guru.

3. Kepribadian yang aktif

(12)

4. Kepribadian yang berwibawa

Memiliki perilaku yang berpengaruh prositif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.

5. Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan

Yaitu bertindak sesuai dengan norma religius iman dan taqwa, jujur, ikhlas, dan suka menolong serta memiliki perilaku yang dapat dicontoh atau diteladani peserta didik.

Esensi kompetensi kepribadian guru semuanya bermuara ke dalam intern pribadi guru. Kompetensi pedagogik, profesional, dan sosial yang dimiliki seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran, pada akhirnya akan lebih banyak ditentukan oleh kompetensi kepribadian yang dimilikinya. Tampilan kepribadian guru akan lebih banyak memengaruhi minat dan antusiasme anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pribadi guru yang santun, respek terhadap siswa, jujur, ikhlas dan dapat diteladani, mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan pembelajaran.

Oleh karena itu, dalam beberapa kasus tidak jarang seorang guru yang mempunyai kemampuan mumpuni secara pedagogis dan profesional dalam mata pelajaran yang diajarkannya, tetapi implementasinya dalam pembelajaran kurang optimal. Hal ini boleh jadi disebabkan tidak terbangunnya jembatan hati antara pribadi guru yang bersangkutan sebagai pendidik dan siswanya, baik di kelas maupun di luar kelas.

Pada pedoman sertifikasi kompetensi pendidik (2004) memuat standar kompetensi kepribadian guru terkait dengan profesionalismenya, yakni kemampuan:

1. Menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya 2. Menilai kinerjanya sendiri

3. Bekerja mandiri dan bekerjasama dengan orang lain 4. Mencari sumber-sumber baru dalam bidang studinya 5. Komitmen terhadap profesi dan tugas profesional 6. Berkomunikasi dengan teman sejawat dan peserta didik 7. Meningkatkan diri dalam kinerja profesinya

Secara lebih spesifik kompetensi kepribadian guru tersebut dijabarkan sebagai berikut:

a. Selalu menampilkan diri sebagai pribadi mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa yang ditandai, antara lain melalui pembiasaan diri dalam; menerima dan memberi kritik dan saran, mentaati peraturan, konsisten dalam bersikap dan bertindak, meletakkan persoalan sesuai pada tempatnya; dan melaksanakan tugas secara mandiri, tuntas, dan bertanggung jawab

b. Selalu menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi murid dan masyarakat yang tercermin melalui pembiasaan diri dalam berperilaku santun, berperilaku mencerminkan ketaqwaan, dan berperilaku yang dapat diteladani oleh murid dan masyarakat

(13)

d. Mampu mengembangkan diri secara terus menerus sebagai pendidik yang dicirikan keinginan melatih diri dalam memanfaatkan berbagai kegiatan yang menunjang pengembangan profesi keguruan, melakukan berbagai kegiatan yang memupuk kebiasaan membaca dan menulis, mengembangkan dan menyelenggarakan kegiatan yang menunjang profesi guru

e. Mampu menilai kinerjanya sendiri yang dikaitkan dalam pencapaian utuh pendidikan yang dicirikan antara lain: mengkaji strategi berfikir reflektif untuk melakukan penilaian kinerja sendiri, memecahkan masalah dan meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pendidikan, membiasakan diri menilai kinerjanya sendiri dan melakukan refleksi untuk perbaikan di masa depan, dan menindaklanjuti hasil penilaian kinerjanya untuk kepentingan peserta didik

f. Mampu meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas, dan riset lainnya

g. Mampu berkomunikasi secara efektif dengan orang tua peserta didik, sesama pendidik, dan masyarakat dalam program pembelajaran khususnya dan peningkatan kualitas pendidikan umumnya, bersikap inovatif, adaptif, dan kritis terhadap lingkungan.

E. STANDAR KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU

Berdasarkan permendiknas nomor 16 tahun 2007 , standar kompetensi kepribadian guru mencakup lima hal, yaitu:

1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional indonesia.

a. Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender.

b. Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional indonesia yang beragam. 2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi

peserta didik dan masyarakat.

a. Berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi

b. Berperilaku yang mencerminkan ketaqwaan dan akhlak mulia

c. Berperilaku yang dapat diteladan oleh peserta didikk dan anggota masyarakat di sekitarnya

3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa a. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil

b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa

4. Menunjukkan etos kerja, bertanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri

a. Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi b. Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri c. Bekerja mandiri secara profesional

5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru a. Memahami kode etik profesi guru b. Menerapkan kode etik profesi guru

c. Berperilaku sesuai dengan kode etik profesi guru

(14)

Kepribadian guru pada saat ini dianggap “kurang hidup”. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kepribadian guru yang “kurang hidup” saat ini, antara lain:

1. Proses rekrutmen guru yang mengedepankan kemampuan teknis (hardskill) tanpa memperhatikan kemampuan non teknis (softskill) seperti kemampuan memanajemen diri dan orang lain malahan tidak sedikit lembaga pendidikan merekrut guru dengan tidak memperhatikan kedua keterampilan tersebut

2. Pendidikan dan pelatihan guru yang menekankan pada kemampuan guru menguasai kurikulum

3. Tidak dipahaminya profesi guru sebagai profesi panggilan hidup (call to teach), artinya guru merupakan pekerjaan yang membantu mengembangkan orang lain dan mengembangkan guru tersebut sebagai pribadi.

(15)

BAB III

KOMPETENSI SOSIAL

A. DEFINISI KOMPETENSI SOSIAL

Guru juga manusia. Guru adalah individu yang merupakan bagian dari masyarakat. Guru membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan dan menjalankan perannya sebagai seorang pengajar dan pendidik. Orang lain itu bisa peserta didiknya, tenaga kependidikan di sekolah maupun instansi, dan masyarakat pada umumnya dimana tempat tinggal seorang guru. Peranan dan segala tingkah laku seorang guru di sekolah dan di masyarakat akan senantiasa dipantau oleh orang lain, baik itu peserta didik, sesama tenaga kependidikan maupun masyarakat.

Sebagaimana dengan kompetensi, pengertian kompetensi sosial pun relatif banyak karena masing-masing ahli membuat definisi sendiri-sendiri menurut latar belakang ilmu yang ditekuninya. Sumardi (2006) misalnya, dalam tulisannya “Tantangan Baru Dunia Pendidikan” menyatakan kompetensi sosial adalah kemampuan seseorang bekomunikasi, bergaul, bekerja sama, dan memberi kepada orang lain. Ia pun mengutip pendapatnya Gardner (1983) bahwa kompetens sosial sebagai social intellegence atau kecerdasan sosial, di mana kecerdasan sosial merupakan salah satu dari sembilan kecerdasan (logika, bahasa, musik, raga, ruang, pribadi, alam, dan kuliner) yang berhasil diidentifikasi oleh Gadner.

Senada dengan pengertian tersebut di atas, St. Makmur Muin (2004) dalam karyanya “Atase Ketenagakerjaan” yang dapat diakses dalam situs http://www.nakertrans.go.id menyatakan yang dimaksud kompetensi sosial adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru sehingga mampu mengaktualisasi diri di lingkungan masyarakat maupun lingkungan tempat kerja. Sedangkan Suwarna, dkk.(2007) dalam bukunya “Pengajaran Mikro” yang diterbitkan oleh Tiara Wacana menyatakan bahwa kompetensi sosial secara implisit tercakup di dalam penguasaan kompetensi mengajar. Dalam arti, guru dengan kompetensi mengajar yang baik dan bertanggung jawab diasumsikan akan secara simultan menguasai kompetensi profesional dan kompetensi sosial.

Asian Institut for Teacher Education, menjelaskan kompetensi sosial guru adalah salah satu daya atau kemampuan guru untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Untuk dapat melaksanakan peran sosial kemasyarakatan, guru harus memiliki kompetensi :

1. Aspek normatif kependidikan, yaitu untuk menjadi guru yang baik tidak cukup digantungkan kepada bakat, kecerdasan, dan kecakapan saja, tetapi juga harus beritikad baik sehingga hal ini bertautan dengan norma yang dijadikan landasan dalam melaksanakan tugasnya

2. Pertimbangan sebelum memilih jabatan guru

(16)

Johnson sebagaimana dikutip Anwar mengemukakan kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.

Selanjutnya di dalam dokumen “Panduan Pelaksanaan Sertifikasi Guru Tahun 2006” yang telah disusun bersama Direktorat Ketenagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dengan Direktorat Profesi Pendidik Direktorat Jenderal PMPTK Depdiknas (2006) disajikan pengertian yang lengkap. Pada halaman 1 s/d 7 dokumen ini disebutkan bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan orang tua / wali dan masyarakat sekitar.

Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esebsial sebagai berikut: 1. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.

2. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.

3. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua / wali peserta didik dan masyarakat.

Seperti yang sudah dijelaskan mengenai kompetensi sosial seorang guru, bahwa guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan lingkungan mereka. Dengan kata lain, guru harus bisa berkomunikasi, bergaul dan berinteraksi secara harmonis dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan wali peserta didik, serta masyarakat sekitar.

Sekolah merupakan tempat guru melakukan tugas-tugas pendidikan dan pembelajaran atau bisa disebut juga sebagai miniatur sistem sosial. Komunitas sekolah banyak dan beragam. Banyak karena disini berkumpul orang dengan multistatus, seperti guru, kepala sekolah, staf tata usaha, tenaga teknisi, tenaga satuan pengaman, siswa, pengurus komite sekolah dan pihak lain yang berhubungan dengan sekolah. Beragam, karena komunitas sekolah berasal dari latar belakang budaya, jenis kelamin, suku bangsa, agama, kecerdasan, ketrampilan, ketahanan fisik, emosi, status sosial, kondisi ekonomi dan jenis pekerjaan orang tua.

Hal ini mengharuskan seorang guru ketika berkecimpung di dalamnya haruslah dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekolahnya. Demikian juga masyarakat, lebih banyak dan lebih beragam. Masyarakat terdiri dari berbagai latar belakang, baik budaya, jenis kelamin, jenjang pendidikan, suku bangsa, agama, kecerdasan, ketrampilan, ketahanan fisik, emosi, status sosial, kondisi ekonomi dan jenis pekerjaan. Sehingga menuntut guru harus pandai berinteraksi dengan baik. Kompetensi sosial seorang guru tidak bisa lepas dari kompetensi kepribadian.

(17)

Misi yang diemban oleh seorang guru adalah misi kemanusiaan. Mengajar dan menididik adalah tugas memanusiakan manusia. Lebih tajam ditulis oleh Ir. Soekarno dallam tulisan “Guru dalam Masa Pembangunan” menyebutkan pentingnya guru dalam masa pembangunan adalah menjadi masyarakat. Oleh karena itu, tugas guru adalah tugas pelayanan manusia.

B. ASPEK-ASPEK KOMPETENSI SOSIAL

Menurut Argyle (1994, h.117-121) kompetensi sosial memiliki beberapa aspek yaitu: a. Model ketrampilan sosial

Dalam setiap keadaan, individu mencari tujuan yang jelas, membuat respon dan menerima umpan balik. Semua tergantung dari proses belajar melalui modelling yang melibatkan tujuan yang ingin dicapai oleh individu, tingkah laku utama dari orang lain yang ada di lingkungan individu, dan siapa yang menjadi model belajar serta pengaruhnya terhadap individu.

b. Pemberian reward

Reward merupakan kunci menuju pertemanan dan ketertarikan, individu lebih memilih untuk dapat diterima dalam kelompok ketika menunjukkan tingkah laku yang positif, memiliki sifat sosial positif, dan tidak bertindak agresif (Newcomb dkk dalam Argyle, 1994, h.119). Reward yang dimaksud bisa berupa verbal, seperti pujian, kalimat menyetujui, simpati dan non verbal seperti senyuman, anggukan dan sentuhan, tidka selalu berupa hadiah.

c. Empati

Berada pada peran orang lain dan merasakan apa yang dirasakan orang lain. Melibatkan kognitif untuk melihat dan menganalisis apa yang ditunjukkan oleh orang lain, emosi untuk berbagi dan mengutarakan perasaan serta kegiatan kooperatif, yakni membantu orang lain mencapai tujuannya dan mengendalikan tingkah laku. d. Kecerdasan sosial dan pemecahan masalah

Perilaku yang ditampilkan memiliki aspek penting berupa pengetahuan dan pemikiran, dimana individu yang kurang berpengalaman tidak mengerti untuk apa sebuah pertemuan dilakukan atau tidak dapat memperkirakan apa yang akan terjadi saat wawancara kerja. Beberapa individu tidak dapat memahami persahabatan, cinta, tidak menyadari pentingnya loyalitas dan komitmen.

e. Asertivitas

Pada setiap hubungan yang terjadi membutuhkan tingkat asertivitas tertentu karena asertivitas membuat individu mampu mengontrol apa yang terjadi dalam kondisi sosial yang dihadapi agar sesuai dengan tujuannya, mempengaruhi orang lain tanpa tindakan agresi dan tanpa merusak hubungan.

f. Komunikasi non verbal

Dibutuhkan dalam pemberian respon sebagai reinforcement, ucapan akan lebih berarti jika didukung oleh mimik muka dan tingkah laku yang mendukung. g. Komunikasi verbal

Dalam beberapa hubungan, komunikasi verbal merupakan hal pokok karena ada beberapa individu yang tidak dapat memberikan komunikasi non verbal dengan baik.

(18)

Berpengaruh pada proses penerimaan informasi dari tanda-tanda sosial yang diberikan orang lain dan bagaimana mengartikan serta memilih perilaku yang sesuai untuk respon dari kondisi yang dihadapi.

Gullota dkk (1990 : 100), secara spesifik menyebutkan aspek-aspek kompetensi sosial terdiri dari:

a. Kapasitas kognitif, merupakan hal yang mendasari keterampilan sosial dalam menjalin dan menjaga hubungan interpersonal yang positif.

Kapasitas kognitif meliputi:

1) Harga diri yang positif, adalah penghormatan atau penghargaan dari diri sendiri, dan penghargaan dari orang lain. Individu yakin bahwa dirinya berharga, mampu mengatasi segala tantangan dalam hidupnya, serta memperoleh penghargaan atas apa yang dilakukannya. Harga diri yang positif memberikan kepercayaan diri untuk menjalin hubungan yang lebih baik dengan lingkungan sosialnya.

2) Kemampuan memandang sesuatu dari sudut pandang sosial, merupakan kemampuan untuk memahami lingkungan dan menjadi lebih peka terhadap orang lain.

3) Keterampilan memecahkan masalah interpersonal, adalah sebuah proses perilaku yang menyediakan sejumlah respon alternatif yang potensial bagi pemecahan masalah yang dihadapi, serta meningkatkan kemungkinan pemilihan respon yang paling efektif dari bermacam-macam kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi.

b. Keseimbangan antara kebutuhan bersosialisasi dan kebutuhan akan privacy, meliputi:

1) Kebutuhan bersosialisasi, merupakan kebutuhan individu untuk terlibat dalam sebuah kelompok dan menjalin hubungna dengan orang lain.

2) Kebutuhan akan privacy, adalah keinginan untuk menjadi individu yang unik, berbeda, dan bebas melakukan tindakan tanpa pengaruh orang lain.

c. Keterampilan sosial dengan teman sebaya aalah kecakapan individu dalam menjalin hubungan dengan teman sebaya sehingga tidak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kelompok dan dapat terlibat dalam kegiatan kelompok. Berdasarkan penjelasan beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa aspek kompetensi sosial yang digunakan dalam penelitian ialah aspek yang dikemukakan oleh Gullota dkk, yaitu harga diri positif, kemampuan memandang sesuatu dari sudut pandang sosial, keterampilan memecahkan masalah interpersonal, kebutuhan bersosialisasi, kebutuhan akan privacy, dan keterampilan sosial dengan teman sebaya.

Hubungan antar pribadi dalam proses belajar mengajar (KBM) penting artinya mengingat komunikasi yang lancar dan suasana yang baik dan akan memudahkan siswa menangkap apa yang diajarkan. Hubungan antar pribadi dapat dilihat dari kemampuan guru mengembangkan sikap positif siswa, bersikap terbuka, menampilkan kegairahan dalam mengajar dan mampu mengelola kelas.

C. INDIKATOR KOMPETENSI SOSIAL

(19)

a. Berkomunikasi lisan, tulisan, dan/atau isyarat secara santun

b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional

c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pemimpin satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik.

d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma secara sistem nilai yang berlaku

e. Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan Mulyasa (2008:176) kompetensi sosial guru meliputi beberapa hal, yaitu: a. Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat, baik sosial maupun agama b. Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi

c. Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi d. Memiliki pengetahuan tentang estetika e. Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial

f. Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan g. Setia terhadap harkat dan martabat manusia

D. STANDAR KOMPETENSI SOSIAL GURU

Standar kompetensi sosial guru mata pelajaran SMA/MA/SMK sesuai dengan Undang-Undang Guru dan Dosen adalah sebagai berikut:

a. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang, dan status sosial ekonomi. b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua dan masyarakat.

c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayan republik indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.

d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

E. PERAN PENTING KOMPETENSI SOSIAL GURU

(20)

BAB IV

KOMPETENSI PEDAGOGIK A. DEFINISI KOMPETENSI

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas keprofesional. Berdasarkan UU guru dan dosen, kompetensi guru dibagi menjadi empat, yaitu kompetensi pedagogi, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

B. DEFINISI KOMPETENSI PEDAGOGIK

Menurut UU no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, dikemukakan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Depdiknas (2004:9) menyebutkan kompetensi ini merupakan kompetensi pengelola pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar dan kemampuan melakukan penilaian.

C. MACAM-MACAM KOMPETENSI PEDAGOGIK

Kompetensi pedagogik dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru: 1. Kompetensi menyusun rencana pembelajaran

Menurut Joni (1984:12), kemampuan menyusun program belajar mengajar mencakup kemampuan:

a. Merencanakan pengoorganisasian bahan-bahan pengajaran. b. Merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar. c. Merencanakan pengelolaan kelas.

d. Merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran.

e. Merencanakan penilaian prestasi siwa untuk kepentingan pengajaran

Sedangkan menurut Depdiknas (2004:9), kemampuan menyusun program belajar mengajar mencakup kemampuan:

a. Mampu mendeskripsikan tujuan. b. Mampu memilih materi.

c. Mampu menentukan metode/strategi pembelajaran.

d. Mampu menentukan sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran. e. Mampu menyusun perangkat penilaian.

f. Mampu menentukan teknik penilaian. g. Mampu mengalokasikan waktu.

Berdasarkan uraian diatas, merencanakan program belajar mengajar merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung, yang mencakup: merumuskan tujuan, menguraikan deskripsi, satuan bahasan, merancang kegiatan belajar megajar, memilih berbagai media dan sumber belajar, dan merencanakan penilaian penguasaan tujuan.

2. Kompetensi melaksanakan proses belajar mengajar

(21)

guru menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun. Guru harus mampu mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan belajar mengajar dicukupkan, apakah metodenya diubah,apakah kegiatan yang lalu perlu diulang,, manakala siswa belum dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Pada tahap ini, disamping pengetahuan teori belajar mengajar, pengetahuan tentang siswa, diperlukan pula kemahiran dan ketrampilan teknik belajar, seperti prinsip-prinsip mengajar, penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, dan ketrampilan menilai hasil belajar.

Dalam proses belajar mengajar menyangkut pengelolaan pembelajaran, dalam menyampaikan materi pelajaran harus dilakukan secara terencana dan sistematis, sehingga tujuan pembelajaran dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan efisien. Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar terlihat dalam mendentifikasikan karakteristik dan kemampuan awal siswa, kemudian mendiagnosis, menilai dan merespon setiap perubahan perilaku siswa.

Melaksanakan proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan dimana berlangsung hubungan antara manuia dengan tujuan membantu perkembangan dan menolong keterlibatan siswa dalam pebelajaran. Pada dasarnya melaksanakan proses belajar mengajar adalah adalah menciptakan lingkungan dan suasana yang menimbulkan perubahan struktur kognitif para siswa.

3. Kompetensi melaksanakan penilaian proses belajar mengajar.

Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi penilaian belajar peserta didik meliputi kemampuan:

a. Memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran b. Memilih soal berdasaran tingkat pembeda c. Memperbaiki soal yang tidak valid

d. Memeriksa jawaban

e. Mengklasifikasi hasil-hasil penilaian f. Mengolah dan menganalisis hasil penilaian

g. Membuat interprestasi kecenderungan hasil penilaian h. Menentukan korelasi soal berdasarkan hasil penilaian i. Mengidentifikasi tingkat fariasi hasil penilaian

j. Menyimpulkan dari hasil penilaian secara jelas dan logis k. Menyusun program tindak lanjut hasil penilaian

l. Mengklasifikasi kemampuan siswa

m. Mengidentifikasi kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian n. Mempu melaksanakan tindak lanjut

o. Mampu mengevaluaisi hasil tindak lanjut

p. Menganalasis hasil evaluasi program tindak lanjut hasil penilaian

Berdasarkan uraian diatas kompetensi pedagogik tercermin dari indikator: a. Kemampuan merencanakan program belajar mengajar

b. Kemampuan melaksanakan interaksi atau pengelola proses belajar mengajar c. Kemampuan melakukan penilaian

D. INDIKATOR KOMPETENSI PEDAGOGIK

(22)

2. Pemahaman terhadap peserta didik. 3. Pengembangan kurikulum atau silabus. 4. Perancangan pembelajaran.

5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. 6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran.

7. Evaluasi hasil belajar.

8. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimilikinya.

E. STANDAR KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU

Standar kompetensi pedagogis guru sendiri telah dirinci dalam permendiknas No. 16 tahun 2007. Standar kompetensi pedagogis guru merupakan kemampuan minimal yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam menyelenggarakan pendidikan. Standarkompetensi guru mata pelajran di SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, dan SMK/MAK dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Menguasai karakteristik peserta didik

Guru mampu mencatat dan menggunakan informasi tentang karakteristik peserta didik untuk membantu proses pembelajaran. Karakteristik ini terkait dengan aspek fisik, intelektual, sosial, emosional, moral, dan latar belakang sosial budaya: 1. Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik di

kelasnya.

2. Guru memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

3. Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang sama pada semua peserta didik dengan kelainan fisik dan kemampuan belajar yang berbeda.

4. Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya. 5. Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan peserta

didik.

6. Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu agar dapat mengikuti aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut tidak termarjinalkan (tersisihkan, diolok‐olok, minder, dsb).

b. Menguasasi teori belajar dan prinsip‐prinsip pembelajaran yang mendidik

Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai dengan standar kompetensi guru. Guru mampu menyesuaikan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan memotivasi mereka untuk belajar:

1. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai materi pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi,

(23)

3. Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana, terkait keberhasilan pembelajaran,

4. Guru menggunakan berbagai teknik untuk memotiviasi kemauan belajar peserta didik,

5. Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun proses belajar peserta didik,

6. Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami materi pembelajaran yang diajarkan dan menggunakannya untuk memperbaiki rancangan pembelajaran berikutnya.

c. Pengembangan kurikulum

Guru mampu menyusun silabus sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum dan menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Guru mampu memilih, menyusun, dan menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik:

1. Guru dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum,

2. Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus untuk membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan,

3. Guru mengikuti urutan materi pembelajaran dengan memperhatikan tujuan pembelajaran,

4. Guru memilih materi pembelajaran yang: (1) sesuai dengan tujuan pembelajaran, (2) tepat dan mutakhir, (3) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik, (4) dapat dilaksanakan di kelas dan (5) sesuai dengan konteks kehidupan sehari‐hari peserta didik.

d. Kegiatan pembelajaran yang mendidik

Guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran yang mendidik secara lengkap. Guru mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru mampu menyusun dan menggunakan berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. Jika relevan, guru memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK) untuk kepentingan pembelajaran:

1. Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah disusun secara lengkap dan pelaksanaan aktivitas tersebut mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang tujuannya,

2. Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, bukan untuk menguji sehingga membuat peserta didik merasa tertekan,

3. Guru mengkomunikasikan informasi baru (misalnya materi tambahan) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik,

(24)

setuju/tidak setuju dengan jawaban tersebut, sebelum memberikan penjelasan tentang jawaban yamg benar,

5. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum dan mengkaitkannya dengan konteks kehidupan sehari‐hari peserta didik,

6. Guru melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan waktu yang cukup untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar dan mempertahankan perhatian peserta didik,

7. Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa mendominasi atau sibuk dengan kegiatannya sendiri agar semua waktu peserta dapat termanfaatkan secara produktif,

8. Guru mampu audio‐visual (termasuk tik) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menyesuaikan aktivitas pembelajaran yang dirancang dengan kondisi kelas,

9. Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik lain,

10. Guru mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara sistematis untuk membantu proses belajar peserta didik. Sebagai contoh: guru menambah informasi baru setelah mengevaluasi pemahaman peserta didik terhadap materi sebelumnya, dan

11. Guru menggunakan alat bantu mengajar, dan/atau audio‐visual (termasuk tik) untuk meningkatkan motivasi belajar pesertadidik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

e. Pengembangan potensi peserta didik

Guru mampu menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui program embelajaran yang mendukung siswa mengaktualisasikan potensi akademik, kepribadian, dan kreativitasnya sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi mereka:

1. Guru menganalisis hasil belajar berdasarkan segala bentuk penilaian terhadap setiap peserta didik untuk mengetahui tingkat kemajuan masing‐masing. 2. Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang mendorong

peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecakapan dan pola belajar masing‐ masing.

3. Guru merancang dan melaksanakan aktivitas pembelajaran untuk memunculkan daya kreativitas dan kemampuan berfikir kritis peserta didik. 4. Guru secara aktif membantu peserta didik dalam proses pembelajaran dengan

memberikan perhatian kepada setiap individu.

5. Guru dapat mengidentifikasi dengan benar tentang bakat, minat, potensi, dan kesulitan belajar masing-masing peserta didik.

6. Guru memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik sesuai dengan cara belajarnya masing-masing.

(25)

f. Komunikasi dengan peserta didik

Guru mampu berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik dan bersikap antusias dan positif. Guru mampu memberikan respon yang lengkap dan relevan kepada komentar atau pertanyaan peserta didik:

1. Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan menjaga partisipasi peserta didik, termasuk memberikan pertanyaan terbuka yang menuntut peserta didik untuk menjawab dengan ide dan pengetahuan mereka. 2. Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan dan

tanggapan peserta didik, tanpamenginterupsi, kecuali jika diperlukan untuk membantu atau mengklarifikasi pertanyaan/tanggapan tersebut.

3. Guru menanggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar, dan mutakhir, sesuai tujuan pembelajaran dan isi kurikulum, tanpa mempermalukannya. 4. Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kerja sama

yang baik antarpeserta didik.

5. Guru mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap semua jawaban peserta didik baik yang benar maupun yang dianggap salah untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik.

6. Guru memberikan perhatian terhadap pertanyaan peserta didik dan meresponnya secara lengkap dan relevan untuk menghilangkan kebingungan pada peserta didik.

g. Penilaian dan Evaluasi

Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas efektivitas proses dan hasil belajar dan menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan. Guru mampu menggunakan hasil analisis penilaian dalam proses pembelajarannya:

1. Guru menyusun alat penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang tertulis dalam RPP.

2. Guru melaksanakan penilaian dengan berbagai teknik dan jenis penilaian, selain penilaian formal yang dilaksanakan sekolah, dan mengumumkan hasil serta implikasinya kepada peserta didik, tentang tingkat pemahaman terhadap materi pembelajaran yang telah dan akan dipelajari.

3. Guru menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi topik/kompetensi dasar yang sulit sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan masing‐masing peserta didik untuk keperluan remedial dan pengayaan.

4. Guru memanfaatkan masukan dari peserta didik dan merefleksikannya untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya, dan dapat membuktikannya melalui catatan, jurnal pembelajaran, rancangan pembelajaran, materi tambahan, dan sebagainya.

(26)

BAB V

KOMPETENSI PROFESIONAL

A. DEFINISI KOMPETENSI PROFESIONAL

Kata profesional berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain, (Dr. Nana Sudjana, 1988).

Maka pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal. Atau dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya, (Agus F. Tamayong, 1987).

Menurut Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional.

Kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Guru yang kompeten dan profesional adalah guru piawai dalam melaksanakan profesinya. Berdasarkan uraian diatas kompetensi guru dapat didefinisikaan sebagai penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam menjalankan profesi sebagai guru.

Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Guru harus memahami dan menguasai materi ajar yang ada dalam kurikulum, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, guru juga harus menguasai langkah-langkah penelitian, dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan dan materi bidang studi.

Mengingat tugas dan tanggung jawab guru yang begitu kompleksnya, maka profesi ini memerlukan persyaratan khusus antara lain :

a. Menuntut adanya ketrampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam.

b. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya.

c. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.

d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya.

(27)

B. ASPEK-ASPEK KOMPETENSI PROFESIONAL

Gumelar dna dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education, mengemukanan kompetensi profesional guru mencakup kemampuan dalam hal:

1. Mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baik filosofis, psikologis, dan sebagainya

2. Mengerti dan menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan perilaku peserta didik

3. Mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan kepadanya

4. Mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai

5. Mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan median serta fasilitas belajar lain 6. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pengajaran

7. Mampu melaksanakan evaluasi belajar

8. Mampu menumbuhkan motivasi peserta didik

Johnson sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan profesional mencakup:

a. Penguasaan pelajaran yang terkini atas penguasaan bahan yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan bahan yang diajarkan tersebut

b. Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan

c. Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa.

Menurut Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi profesional meliputi Pengembangan profesi, pemahaman wawasan, dan penguasaan bahan kajian akademik.

Pengembangan profesi meliputi

a. Mengikuti informasi perkembangan iptek yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah

b. Mengalihbahasakan buku pelajaran/karya ilmiah

c. Mengembangkan berbagai model pembelajaran

d. Menulis makalah

(28)

f. Menulis buku pelajaran

g. Menulis modul h. Menulis karya ilmiah

i. Melakukan penelitian ilmiah (action research)

j. Menemukan teknologi tepat guna

k. Membuat alat peraga/media l. Menciptakan karya seni

m. Mengikuti pelatihan terakreditasi

n. Mengikuti pendidikan kualifikasi

o. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum

Pemahaman wawasan meliputi: a. Memahami visi dan misi

b. Memahami hubungan pendidikan dengan pengajaran

c. Memahami konsep pendidikan dasar dan menengah

d. Memahami fungsi sekolah

e. Mengidentifikasi permasalahan umum pendidikan dalam hal proses dan hasil belajar

f. Membangun sistem yang menunjukkan keterkaitan pendidikan dan luar sekolah

Penguasaaan bahan kajian akademik meliputi:

a. Memahami struktur pengetahuan

b. Menguasai substansi materi

c. Menguasai substansi kekuasaan sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan siswa

Berdasarkan uraian diatas, kompetensi profesional guru tercermin dari indikator:

1) Kemampuan penguasaan materi pelajaran

(29)

3) Kemampuan pengembangan profesi

4) Pemahaman terhadap wawasan dan landasan pendidikan C. INDIKATOR KOMPETENSI PROFESIONAL

Berdasarkan PP No. 74 tahun 2003 pasal 3, kompetensi profesional meliputi beberapa indikator yaitu:

a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu

b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif

d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri Guru yang efektif dan profesional tentulah memiliki karakter sebagai berikut: a. Memiliki kadar pengetahuan yang maju di mata pelajaran spesialisasinya.

Guru yang pengetahuannya sudah maju menghasilkan siswa yang nilainya lebih bagus dalam tes standar. Guru yang menguasai wilayah mata pelajarannya, lebih siap menjawab pertanyaan-pertanyan siswa dan menjelasakan konsep secara lebih baik. Tidak gugup dan penjelasannya tidak membingungkan.

b. Berpengalaman mengajar (paling sedikit tiga tahun). Guru yang berpengalaman cenderung tahu lebih baik apa aktivitas dan praktik mengajar yang harus dipakai saat mengajarkan konsep-konsep tertentu. Dia juga lebih mampu mengindividualisir pelajaran agar cocok dengan kebutuhan setiap siswa.

c. Ucapannya jelas. Guru dengan kemampuan verbal tinggi dan punya kosakata luas cenderung menghasilkan siswa yang dapat mengerjakan tes standar secara lebih baik.

d. Antusias. Jika anda menunjukkan antusiasme saat mengajar, maka akan memotivasi siswa untuk belajar. Antusiasme dapat ditandai dengan penyampaian vokal secara cepat dan bersemangat., dengan gerak tangan, kontak mata yang bervariasi dan tingkat energi tinggi. Antusiasme guru juga diikuti dengan meningkatnya penyimpanan memori di kalangan siswa.

e. Peduli. Tunjukkan kepedulian yang tulus. Benar-benar memperhatikan kesehatan dan kehidupan pribadi siswa. Bersikap ramah dan mau mendengarkan masalah siswa maupun orang tuanya. Sehingga suasana kelas terbangun menjadi hangat dan siswa berani ikut terlibat mengambil keputusan. guru peduli sering menghadiri ekstrakurikuler siswa, melihat kegiatan konser atau pertandingan olah raga.

f. Ceria dan santai. Kepribadiannya amat baik karena menikmati kegembiraan dari pekerjaannya sebagai pengajar. Ia berpartisipasi dalam kegiatan dengan siswa, punya rasa humor yang baik dan akan sering tertawa bersama siswa.

g. Siap bekerjasama dengan guru lain maupun orang tua siswa.

h. Berniat memperbaiki kecakapan mengajarnya dan memajukan pendidikannya. i. Kelasnya secara struktural teratur baik untuk memaksimalkan waktu mengajar. j. Menjaga waktu transisi antar kegiatan sesedikit mungkin.

Referensi

Dokumen terkait

Persepsi baik yang diberikan kepada guru penjasorkes ini ditunjukkan dengan kemampuan kinerja guru meliputi kompetensi pribadi, kompetensi professional dan kompetensi

Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d yang dikutip oleh Mulyasa menjelaskan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah kompetensi sosial. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif

• Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman terhadap peserta

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.... TUGAS

Kompetensi sosial, adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik,

banyak dipengaruhi oleh pengalaman panjang yang telah dilaluinya.. 9 Disamping itu, kemampuan sosial guru, khususnya dalam berinteraksi dengan peserta didik merupakan suatu hal

Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai aspek seperti fisik, moral,