Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mungkin pernah kita dapati seorang dokter yang pandai, tetapi emosional,
seorang perawat yang terampil, tetapi judes, seorang arsitek yang lihai, tetapi culas,
seorang pejabat yang hebat, tetapi koruptor, dan seorang akuntan yang piawai, tetapi
ceroboh ? Mungkin juga anda pernah menjumpai yang sebaliknya , seorang dokter yang
kurang pandai, tetapi mau belajar, seorang arsitek yang kurang cerdas, tetapi
komunikatif, seorang pejabat yang biasa saja tetapi jujur, dan seorang akuntan yang
kurang andal tetapi jujur ? Dari dua perbandingan tersebut, mana yang layak dipilih ?
Dalam dunia pendidikan, pernahkah kita menjumpai seseorang guru yang cerdas
tetapi tidak menyenangkan, seseorang pustakawan yang terampil, tetapi menakutkan,
seorang karyawan administrasi yang pintar tapi sombong ? Mudah – mudahan kita tidak termasuk dalam kategori ini. Mungkin anda bertanya – Tanya, mengapa hal semacam ini ditanyakan ? Apa urgensinya bagi profesi guru ? Berbagai pertanyaan tersebut akan
dilihat apa urgensinya bagi profesi guru yang akan dibahas dalam makalah ini.
Sebagai seorang guru tentu kita menghadapi berbagai persoalan pembelajaran,
baik ketika dikelas, luar kelas, bahkan luar sekolah. Kok bisas diluar sekolah juga ? ya,
tugas seorang guru yang paling pokok adalah mendidik, BUKAN mengajar. Kita tentu
tahu perbedaan kedua istilah tersebut, mendidik adalah proses transfer nilai sedangkan
Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 2 berlangsung dikelas, sedangkan mengajar hanya berlangsung di kelas. Kita tentu lebih
sepakat bahwa tugas guru adalah mendidik, bukan mengajar. Mengajar merupakan
bagian dari mendidik saja . Dengan dua istilah yang berbeda orientasi tersebut, apa
implikasi kompetensi yang harus kita miliki sebagai seorang guru ? Dalam makalah ini
akan dibahas lebih rinci.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari apa yang menjadi latar belakang penulisan makalah ini maka, ada
beberapa hal yang akan saya tarik menjadi rumusan masalah sebagai berikut :
a. Siapa guru itu ?
b. Kompetensi apa yang harus dimiliki oleh seorang guru ?
c. Seperti apa itu softskill ?
d. Apa pentingnya softskill bagi profesi guru ?
C. TUJUAN PENULISAN
Setiap penulisan makalah pasti memiliki tujuan memecahkan point – point yang ada pada rumusan masalah sebagai berikut :
a. Mengetahui siapa sebenarnya yang disebut dengan guru
b. Mengetahui kompetensi yang harus dimiliki seorang guru
c. Mengetahui seperti apa itu softskill
Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Siapa Itu Guru ?
Guru merupakan pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur
pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat
profesionalitas tertentu yang tercermin dan kompetensi, kemahiran, kecakapan atau
keterampilan yang memenuhi standar mutu atau norma etik tertentu.
Di dalam UU No. 20 Tahun 2003, kata guru dimasukkan ke dalam genus
pendidik. Sesungguhnya guru dan pendidik merupakan dua hal yang berbeda. Kata
pendidik ( bahasa Indonesia ) merupakan padanan dan kata educator ( bahasa Inggris ).
Dalam kamus Webster kata educator berarti educationist atau educationalist yang
padanannya dalam bahasa atau ahli pendidikan. Kata guru ( bahasa Indonesia )
merupakan padanan dan kata teacher bermakna sebagai “ The person who teach,
especially in school “ atau guru adalah seorang yang mengajar khususnya di sekolah.
Dalam peraturan pemerintah ( PP ) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, sebutan
guru mencakup :
1. Guru itu sendiri, baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan dan
konseling atau guru bimbingan karier.
2. Guru denegan tugas tambahan sebagai kepala sekolah
Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 4 Sebagai perbandingan atas “ cakupan” sebutan guru ini, kata guru dalam makna
luas adalah semua tenaga kependidikan yang menyelenggarakan tugas – tugas pembelajaran di kelas untuk beberapa mata pelajaran termasuk praktik atau seni
vokasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Istilah guru juga mencakup
individu – individu yang melakukan tugas bimbingan dan konseling, supervise pembelajaran di institusi pendidikan atau sekolah – sekolah dan tenaga layanan bantu sekolah untuk urusan - urusan administrative. Guru juga bermakna lulusan pendidikan
yang telah lulus ujian Negara untuk menjadi guru , meskipun belum secara actual
bekerja sebagai guru.
Secara formal, untuk menjadi professional guru disyaratkan memenuhi
kualifikasi akademik minimum dan bersertifikat pendidik. Guru – guru yang memenuhi kriteria professional inilah yang akan mampu menjalankan fungsi utama secara efektif
dan efisien untuk mewujudkan proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional , yakni berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
berilmu, cakap, kreatif , mandiri serta menjadi warga Negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Guru yang hebat adalah guru yang kompeten secara metodologi pembelajaran
dan keilmuan. Tautan antara keduanya tercermin dalam kinerja selama pembelajaran .
Pada konteks pembelajaran inilah guru harus memiliki kompetensi dalam mengelola
semua sumber daya kelas, seperti ruang kelas, fasilitas pembelajaran, suasana kelas,
siswa dan interaksi sinergisnya. Disinilah esensi bahwa guru harus kompeten di bidang
Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 5
B. Kompetensi yang Harus Di Miliki Guru
Sebagai seorang guru, kita harus memperkuat kompetensi yang relevan dengan
tugas mendidik. Adapun kompetensi yang wajib dimiliki seorang guru yaitu ada empat
kompetensi, kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi professional. Keempat kompetensi tersebut saling berhubungan satu sama
lain. Hanya saja kompetensi tersebut dapat kita kelompokkan menjadi dua, yaitu hard
competence dan soft competence. Yang termasuk hard competence adalah kompetensi
pedagogic dan kompetensi professional, sementara yang termamsuk soft competence
adalah kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Menurut penelitian, berdasarkan
pengalaman dilapangan, soft competence jauh lebih penting dari pada hard
competence. Bahkan, perbandingan keduanya bisa mencapai 80 % berbanding 20 %.
Dalam hal ini hard competence dikenal juga dengan istilah hard skills dan soft
competence biasa juga disebut dengan soft skills.
Dengan hasil persentase diatas, kita menyadari arti penting soft skill bagi guru.
Berkaitan dengan hal tersebut, kita dapat meminjam pandangan tokoh kecerdasan
emosi, yaitu Daniel Goleman dengan karyanya Emotional Intelligence, dan seorang
guru manajemen sekaligus pencetus budaya unggul, yaitu Stephen R. Covey dengan
karyanya The Seven Habits of Highly Effective People. Keduanya agak punya
pandangan yang sama tentang arti penting pengembangan intrapersonal dalam arti
penguatan kepribadian secara ke dalam, dan pengembangan interpersonal dalam
pengertian membangun relasi keluar.
Dalam pandangannya tentang kecerdasan emosi ( Emotional Intelligence ) Daniel
Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 6 yaitu kesadaran diri (self-awareness), pengaturan diri (sef-regulation), motivasi
(motivation), empati (empathy) dan keterampilan sosial (sosial skills). Tiga yang pertama,
yakni kesadaran diri, pengaturan diri dan motivasi lebih terkait dengan kecerdasan
intrapersonal dalam pandangan Howard Garner, sang pencetus kecerdasan majemuk
(Multiple Intelligences). Sementara itu, dua yang terakhir, yakni empati dan
keterampilan sosial lebih terkait dengan kecerdasan interpersonal dalam pandangan
Gardner.
Sementara itu, dalam karya inspiratif Sthepen Covey, yaitu 7 Habits of Highly
Effective People, dia menyarankan perlunya melakukan tujuh langkah pembiasaan untuk
menjadi manusia unggul, yaitu proaktif, menentukan tujuan akhir, memulai dari yang
utama, berfikir menang – menang ( win – win ) , berusaha untuk memahami terlebih dahulu bukan untuk dipahami, melakukan sinergi, dan mengasah diri secara terus
menerus.
Kebiasaan bersikap proaktif mempunyai makna kemampuan seseorang dalam
mengontrol lingkungan, bukan lingkungan yang mengontrol dirinya. Kebiasaan
menentukan tujuan akhir berarti bahwa sebaiknya setiap orang menetukan tujuan akhir
yang akan diraih sehingga dia dapat mengembangkan kebiasaan berkonsentrasi dengan
berbagai aktivitas yang relevan. Hal ini diperlukan untuk menghindari penyimpangan
dan menjadikan seseorang lebih produktif dan berhasil. Kebiasaan mulai dari yang
utama oleh Covey disebut dengan kebiasaan manajemen personal/ Hal ini terkait
dengan pengorganisasian dan pelaksanaan berbagai aktivitas yang sejalan dengan
tujuan yang ditetapkan pada kebiasaan yang kedua. Kalau kebiasaan yang kedua lebih
Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 7 Kalau kebiasaan pertama samapai ketiga lebih terkait dengan pengembangan
intrepersonal, maka kebiasaan keempat sampai keenam tentang pengembangan
interpersonal. Kebiasaan keempat, yakni win-win thingking, yang oleh Covey disebut
dengan kebiasaan kepemimpinan interpersonal. Kebiasaan ini penting dilakukan karena
prestasi setiap orang pada dasarnya sangat ditentukan oleh atau bergantung pada usaha
kooperatife dengan orang lain. Paradigma menang – menang didasarkan pada asumsi bahwa ada banyak orang yang terlibat dalam keberhasilan seseorang, sehingga
keberhasilan lebih mengacu pada pendekatan kooperatife yang lebih alami ketimbang
konfrontasi menang – kalah.
Kebiasaan kelima adalah mengedepankan memahami orang lain terlebih dahulu
daripada minta untuk dipahami oleh orang lain. Oleh Covey, kebiasaan ini disebut
dengan kebiasaan membangun komunikasi. Kebiasaan tersebut sangat penting untuk
membangun komunikasi yang efektif dan posited dengan orang lain. Kebiasaan keenam
terkait dengan kebiasaan membangun sinergi dengan pihak lain atau yang disebut
Covey dengan istilah kerja sama kreatif. Artinya, kerja sama ini dilakukan atas dasar
prinsip bahwa kesatuan adalah lebih hebat dari pada sekedar penjumlahan antarbagian.
Sebagai ilustrasi, satu kelebihan di tambah satu kelebihan bukan berarti dua kelebihan,
namun bisa berarti sepuluh kelebihan. Inilah yang disebut sinergi, bukan kompromi.
Akhirnya kebiasaan yang ketujuh adalah mengasah diri secara terus menerus atau
disebut pembaharuan diri sendiri secara berkelanjutan agar berbagai kebiasaan positif
terus tumbuh dan berkembang . Dalam hal ini, Covey menyebut empat hal yang perlu
Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 8 Dari uraian diatas, ada dua aspek soft skills yang perlu dikembangkan dalam
diri kita, sebagai seorang guru, yaitu intapersonal dan interpersonal. Bagian soft skills
yang dimiliki seorang guru tampak pada bagan berikut :
SOFT SKILLS GURU
Intrapersonal Skills Interpersonal Skills
Awarennes Communication
Goal Setting Motivation Skill
Belife Team Building
Love Mediation
Positive Energy
Consentration
Decision Making
Berkaitan dengan urgensi soft skills bagi profesi guru, dengan makalah ini kita
akan mempelajari tentang pentingnya soft skills yang dikaitkan dengan profesi guru
disekolah.
C. Seperti Apa Itu Softskill ?
Tahu kah kita apa yang dimaksud softskill itu ? kita perhatikan defenisi Berthal
tentang soft skills, yaitu perilaku personal dan interpersonal yang mengembangkan dan
memaksimalkan kinerja manusia seperti membangun tim, pembuatan keputusan, inisiatif
dan komunikasi. Dengan kata lain softskill mencakup pengertian non-teknis,
keterampilan yang didapat melengkapi kemampuan akademik, dan kemampuan yang
Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 9 polisi,, dokter, akuntan, petani, pedagang, perawat, arsitek dan nelayan harus
mempunyai softskill.
Perhatikan beberapa contoh softskill berikut ini, yaitu kejujuran, tanggung jawab,
berlaku adil, kemampuan berkomunikasi, toleran, hormat, terhadap sesama, kemampuan
mengambil keputusan dan kemampuan memecahkan masalah. Soft skill pada dasarnya
merupakan keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (
interpersonal skill ) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri yang mampu
mengembangkan unjuk kerja secara maksimal.
Dari pengertian tersebut, soft skill merupakan kualitas diri yang bersifat
kedalam dan keluar. Jika berbagai kualitas ini kita miliki maka kita akan menjadi
manusia hebat, sukses dan maju.
Sebagai guru, interpersonal skill sangat penting untuk dimiliki. Keterampilan ini,
sebagaimana telah disebutkan sebagian diatas, antara lain mencakup kemampuan dalam
menghatamkan hubungan, membuat pendekatan yang mudah membangun hubungan
secara kontruktif, menggunakan diplomasi dan teknik untuk mencairkan situasi yang
sedang tegang, dan menggunakan gaya yang dapat menghentikan permusuhan.
Thomas F. Mader dan Diane C. Mader membedakan antara komunikasi
impersonal dan komunikasi interpersonal. Dalam komunikasi impersonal, masing – masing orang saling memahani, namun tidak ada keterlibatan emosi. Komunikasi
impersonal mempunyai kualitas kedekatan yang lebih tinggi dari impersonal.
Intrapersonal adalah komunikasi antara dua orang atau lebih di mana masing – masing orang mempunyai keterlibatan emosi dan komitmen dalam menjalin hubungan.
Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 10 Dalam teori kompetensi, keahlian interpersonal diartikan sebagai keinginan untuk
memahami orang lain.
Dengan pengertian diatas, kita bisa membedakan perbedaan antara soft skill dan
hard skill. Hard skill menggambarkan perilaku dan keterampilan seseorang yang dapat
dilihat dengan mata ( eksplisit ). Hard skill adalah skill yang dapat menghasilkan
sesuatu yang sifatnya visible dan immediate. Hard skill dapat kita lihat dari
intelligence quotion thinking yang mempunyai indikator kemampuan menghitung,
menganalisis, mendesain, wawasan dan pengetahuan yang luas, membuat model dan
kritis. Sementara itu, Soft skill merujuk kepada indikator seperti kreativitas, sensitivits
dan intuisi yang lebih mengarah pada kualitas personal yang berada di balik perilaku
seseorang.
Kita sudah tau tentang perbedaan soft skills daaan hard skills, sekarang
perhatikan kehebatan orang yang mempunyai soft skill tinggi. Menurut studi yang
pernah dilakukan Philip Humbret ( 1996 ), hamper semua pemimpin di dunia punya
keahlian interpersonal yang bagus. Salah satu buktinya adalah kemampuan mereka
dalam menjaga hubungan yang cukup lama dengan kenalan, sahabat, dan mitranya.
Orang – orang yang prestasinya bagus dibidangnya juga rata – rata punya keahlian interpersonal yang bagus. Mereka mampu menjaga kesepakatan, menjaga perasaan,
menghormati orang lain dan mampu menempatkan orang lain. Menurut hasil telaah
Abraham Maslow, sebagian ciri orang – orang yang telah atau sedang mengaktualkan diri, memiliki potensi : Deep loving relationship ( hubungan yang mendalam ),
mempunyai privasi, tetapi tidak angkuh, dan mempunyai rasa humor tinggi yang
Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 11
D. Pentingnya Soft Skill Bagi Profesi Guru
Pada bagian ini kita akan mempelajari tentang arti penting soft skills bagi
profesi guru.
Sebagaimana disebutkan di atas , jika hard skills dipersentasekan sebesar 20%,
maka soft skills di persentasekan sebesar 80%. Kompetensi guru yang termasuk soft
skills adalah kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Kompetensi kepribadian
lebih mengacu pada kematangan pribadi guru secara intrapersonal antara lain
mencakup kematangan moral, etika komitmen, tanggung jawab, kearifan, wibawa,
inklusif, toleransi, dan disiplin. Sementara itu, kompetensi sosial lebih mengacu pada
kematangan guru dalam membangun relasi dengan pihak lain dalam konteks
pendidikan seperti peserta didik, kolega, orang tua murid, asosialsi profesi lain, dan
komunitas lain pada umumnya.
Ada beberapa alas an tentang peran kompetensi kepribadian dan sosial sebagai
soft skill bagi guru.
Pertama, kepribadian dan sosial lebih substantive ketimbang prodesional dan
pedagogic. Jika kedua kompetensi soft skills tersebut dimiliki guru, maka secara
otomatis kompetensi professional dan pedagogic akan teratasi. Sebab, di lapangan
banyak dijumpai guru yang sebenarnya bukan berlatar belakang lulusan pendidikan
keguruan , namun cukup berhasil karena mempunyai semangat belajar tinggi dan
mampu menjalin komunikasi efektif dengan stakeholder pendidikan lain. Ini bukan
berarti menjadi alasan untuk tidak memerlukan perguruan tinggi keguruan sebagai
Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 12 berhasil dengan menguasai kompetensi kepribadian dan sosial, terlebih alumni
keguruan, maka pasti akan lebih berhasil jika kedua kompetensi tersebut dikuasai.
Sebab, pengondisian alumni keguruan jauh lebih lama dibangingkan dengan guru dari
alumni non- keguruan. Yang menjadi masalah adalah bagaimana proses mematangkan
kedua kompetensi tersebut menjadi bahan evaluasi bagi para pengelola perguruan
tinggi pencetak sarjana keguruan.
Secara umum soft skill dimaknai sebagai keterampilan seseorang dalam
berhubungan dengan orang lain ( intrapersonal skills ) dan keterampilan dalam mengatur
dirinya sendiri ( intrapersonal skills ) yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara
maksimal. Dikaitkan dengan kompetensi guru, kompetensi kepribadian merupakan
bentuk dari intrapersonal skills, sementara kompetensi sosial merupakan wujud dari
interpersonal skills. Diantara contoh intrapersonal skills adalah jujur, tanggung jawab,
toleransi, menghargai orang lain, kemampuan bekerja sama, bersikap adil, kemampuan
mengambil keputusan, kemampuan memecahkan masalah, mengelolah perubahan,
mengelola stress, mengatur waktu, melakukan transformasi diri dan toleransi. Sementara
itu diantara wujud interpersonal skills adalah, kepemimpinan, berkomunikasi dengan
pihak lain dan berempati dengan pihak lain.
Kedua jenis soft skills tersebut sangat diperlukan oleh setiap orang, sebab setiap
orang harus memiliki komitmen, tanggung jawab, jujur, disiplin dan mampu mengambil
keputusan dan memecahkan masalah, apapun profesinya. Yang membedakan antara
profesi satu dan profesi lainnya justru hard skills . Sebab hard skills terkait dengan
penguasaan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan keterampilan teknis yang berhubungan
Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 13 Jika kompetensi kepribadian guru diurai, terutama yang relevan dengan
intrapersonal skills, maka indikator kompetensi tersebut adalah :
1. Bertindak sesuai dengan norma agama , hukum , sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia dengan indikator mampu menghargai peserta didik tanpa membedakan
keyakinan yang dianut, suku, adat – istiadat, daerah asal, dan gender, dan mampu bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan sosial yang berlaku
dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi
peserta didik dan masyarakat dengan indikator berprilaku jujur, tegas, dan
manusiawi, berprilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia dan
berprilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarkat
disekitarnya.
3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan beriwaba
dengan indikator mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil
dan menampilkan diri sebgai pribadi dewasa , arid, dan beriwaba.
4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi rasa bangga menjadi guru,
dan rasa percaya diri dengan indikator mampu menunjukkan etos kerja dan
tanggung jawab yang tinggi, bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri
dan bekerja secara professional.
5. Mampu menjunjung tinggi kode etik profesi guru dengan indikator memahami
kode etik profesi guru, mampu menerapkan kode etik profesi guru, dan berprilaku
Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 14 Jika kita cermati dari indikator kompetensi kepribadian tersebut, maka
munculnya kegelisahan problem pendidikan karakter Indonesia sebenarnya tidak perlu
terjadi jika setiap guru mampu menghayati kompetensi kepribadian ini. Guru
merupakan sosok panutan yang akan ditiru dan melakukan transformasi diri dan sosial
melalui proses pendidikan. Guru yang berhasil tidak didasarkan pada ukuran material
semata seperti ijazah formal, nilai IPK, jumlah jam mengajar atau bahkan besarnya gaji
yang diterima. Guru dianggap berhasil justru ketika ia mampu menjadi teladan bagi
setiap peserta didik. Jika dikaitkan dengan indikator kompetensi kepribadian maka guru
yang berhasil adalah ketika dia bertanggung jawab, bermoral, jujur, menghargai orang
lain, punya komitmen tinggi , mau terus belajar, beribawa arif dan bijaksana.
Sementara itu, kompetensi sosial guru, yang relevan dengan interpersonal skills
adalah :
1. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan
jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga dan status sosial
ekonomi dengan indikator menunjukkan sikap inklusif dan objektif terhadap peserta
didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran dan
tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawaat, orang tua
peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama , suku, jenis
kelamin, latar belakang keluarga dan status sosial – ekonomi.
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua, dan masayarakat dengan indikator mampu berkomunikasi
dengan teman sejawat dengan komunitas ilmiah lainnya secara santu, empatik dan
Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 15 santun, empatik, dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan peserta
didik, dan mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program
pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajara peserta didik.
3. Mampu beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang
memiliki keragaman sosial budaya dengan indicator kemampuan beradaptasi dengan
lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan efektivitas sebagai pendidik
dan dapat melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk
mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang
bersangkutan.
4. Mampu berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lau secara
lisan dan tulisan atau bentuk lain dengan indicator dapat berkomunikasi dengan
teman sejawat, profesi ilmiah dan komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media
dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dan mampu mengkomunikasikan
Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bagian ini penulis akan menyimpulkan beberapa point yang diangap
penting dari apa yang telah diuraikan pada pembahasan.
Terlepas dari semua pengertian tentang siapa yang pantas disebut dengan guru
yang berperan sebagai agen pembelajaran, guru pada makalah ini terkhusus pada
mereka yang berfungsi sebagai pembentuk karakter peserta didik dan penanam nilai – nilai karakter ( character building ), maka pengembangan dan pembinaan guru harus
merengkuh semua fungsi guru yaitu mengembangkan kecerdasan akal (IQ), kecerdasan
emosionalitas (EQ), moral dan spiritual (SQ) guru itu sendiri sebelum mereka membina
para siswanya.
Soft skills adalah kemampuan mengelola diri secara tepat dan kemampuan
membangun relasi dengan orang lain secara efektif. Kemampuan mengelola diri disebut
dengan Intrapersonal skills, sedangkan kemampuan membangun relasi dengan orang
lain disebut dengan interpersonal skills.
Soft skills berbeda dengan hard skills. Hard skills lebih terkait dengan
kemampuan seseorang secara teknis dalam menyelesaikan tugas – tugas tertentu menurut profesi masing – masing. Soft skills tiap profesi sama misalnya kejujuran, komitmen, tanggung jawab, semangat, kepercayaan, kesederhanaan, kerja sama, menghargai orang
lain, dan integritas. Berbagai karakter tersebut harus dimiliki setiap orang. Yang
Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 17 Kompetensi guru termasuk Soft skills adalah kepribadian dan sosial. Kompetensi
kepribadian disebut dengan intrapersonal skills , sedangkan kompetensi sosial disebut
interpersonal skills. Keberhasilan seorang guru 80% ditentukan oleh Soft skills (
kompetensi kepribadian dan sosial ), sementara 20% hard skills (kompetensi pedagogic
dan professional. Sejauh ini perguruan tinggi yang mencetak sarjana keguruan lebih
banyak menekankan hard skills ketimbang soft skills. Akibatnya, kita banyak
menjumpai guru yang lebih menekankan aspek formal administrasi ketimbang ruh
pendidikan.
B. Saran
Dari keseluruhan pentingnya soft skills yang telah dibahas dalam makalah ini,
penulis hanya menyarankan sebagai guru, kita harus mempunyai kesadaran tentang
profesi kita. Kesadaran ini penting agar profesi tersebut bermakna bagi kita, keluarga,
anak – anak, orang tua dan masyarakat, bahkan bangsa. Kekuatan kesadaran inilah yang menjadikan kita selalu menggali apa yang kurang dari kita, sehingga menjadikan
kegiatan kita selaku guru dimasa depan terus bermanfaat, bernilai, dan membawa
kemajuan. Kesadaran dapat dilakukan secara internal dan juga secara eksternal.
Kesadaran eksternal menjadikan guru menjadi kuat secara personal, sementara kesadaran
Urgensi Softskill Bagi Profesi Guru | 18
DAFTAR PUSTAKA
Mudlofir, Ali . 2012 . Pendidik Profesional . Surabaya : Rajawali Pers.