• Tidak ada hasil yang ditemukan

Definisi Operasional

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 24-0)

BAB I PENDAHULUAN

E. Definisi Operasional

1. Matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.

2. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

3. Pegboard adalah papan plastik atau kayu dengan lubang untuk meletakkan pasak.

4. Penjumlahan adalah menggabungkan dua atau lebih bilangan atau kuantitas.

5. Pengurangan adalah mencari perbedaan di antara dua bilangan dengan cara menghilangkan sebuah bilangan dari bilangan yang lain.

6 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II ini diuraikan segala sesuatu yang mendasari teori penelitian, yaitu kajian pustaka, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir. Berikut adalah uraian dari landasan teori.

A. Kajian Pustaka

1. Pembelajaran Matematika

Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sangat menarik dan menyenangkan bila cara pembelajarannya menarik. Selama ini pelajaran matematika cenderung diberikan secara text book dan monoton sehingga siswa malas belajar karena membosankan (Auliya, 2009: 3).

Hal tersebut dibuktikan oleh Permatasari (2012: 152) dengan melaksanakan pembelajaran matematika melalui pendekatan pemecahan masalah. Hal tersebut terbukti dapat meningkatkan kemampuan matematis siswa, terutama mengenai materi perkalian bilangan cacah di kelas IV SD.

Selain itu, prinsip-prinsip praktis dalam matematika adalah belajar matematika harus berarti, belajar matematika adalah proses perkembangan, matematika adalah pengetahuan yang sangat terstruktur, anak aktif terlibat dalam pembelajaran matematika, anak harus

7

mengetahui apa yang akan dipelajari dalam kelas matematika, komunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan belajar, menggunakan berbagai bentuk atau model matematika, variasi matematika membantu siswa belajar matematika, metakognisi memengaruhi anak belajar, pemberian bantuan pada kemampuan yang terbentuk atau retension (Runtukahu, 2014: 31).

Berdasarkan definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika memerlukan sebuah pendekatan pembelajaran yang terbukti dapat mengaktifkan siswa sehingga siswa menjadi tertarik dan senang dalam belajar matematika. Ketika siswa telah tertarik dan senang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan matematis siswa sehingga pembelajaran matematika tetap memiliki arti.

2. Penjumlahan dan Pengurangan

Penjumlahan dan pengurangan merupakan dua dari empat buah operasi aritmatik(Vonderman, 2009: 75). Matematika memberikan pengalaman seorang individu untuk dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-harinya (Runtukahu, 2014: 191). Hal tersebut ditegaskan kembali oleh Runtukahu (2014: 111) bahwa konsep penjumlahan dan pengurangan harus dikembangkan dari pengalaman nyata.

Berdasarkan definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penjumlahan dan pengurangan adalah operasi aritmatik dalam

8

matematika yang digunakan individu dalam pengalaman nyata untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

3. Alat Peraga Montessori

Berbagai macam alat peraga Montessori dapat mengasah dan melatih daya berpikir anak sehingga membantu anak dapat tumbuh menjadi anak yang cerdas dan teliti (Sari, 2014: 80). Selain itu juga membentuk anak memiliki kepribadian yang matang serta untuk melatih konsentrasi anak (Sari, 2014: 78)

Menurut Magini (2013: 51) alat peraga Montessori disiapkan dengan pengendali kesalahan yang ada dalam alat peraga tersebut. Jika sang anak tidak melakukan latihan secara benar, dia akan gagal dalam tugas tersebut. Hanya ketika sang anak menggunakan bahan tersebut secara benar tugas tersebut dapat diselesaikan, di mana keberhasilan itu sendiri menjadi penghargaannya (Montessori, 2013: 92).

Penggunaan bahan-bahan pembelajaran yang bersifat mengoreksi diri didasarkan pada keyakinan Montessori bahwa anak-anak akan mencapai disiplin diri dan kemandirian jika mereka memiliki kesempatan untuk menyadari kesalahan mereka sendiri dan mengulang sebuah tugas tertentu hingga mereka menguasai tugas tersebut dengan baik (Montessori, 2013: 27).

9

Berdasarkan definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa alat peraga Montessori disiapkan dengan pengendali kesalahan yang membuat anak memiliki konsentrasi tinggi, cerdas, dan teliti.

4. Penggunaan Media Pembelajaran

Mengenai kondisi dan kinerja guru terdapat beberapa permasalahan yang berkaitan dengan kurangnya motivasi siswa, yaitu penggunaan media pembelajaran yang guru lakukan adalah berintensitas kurang (Fechera, 2012: 119). Hal tersebut menurut Yohana (2011: 38) disebabkan karena penggunaan sebuah media pembelajaran dalam proses belajar mengajar itu penting karena media merupakan alat untuk menyampaikan informasi pengetahuan kepada siswa.

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar (Yohana, 2011: 73). Sedangkan menurut Nurseto (2011: 34) media pembelajaran adalah wahana penyalur pesan dan informasi belajar. Media pembelajaran yang dirancang secara baik akan sangat membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.

Kelebihan penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran adalah membantu siswa dalam memahami materi pelajaran, membantu guru dalam proses pembelajaran, menarik antusias dan motivasi siswa untuk belajar (Fechera, 2012: 122). Namun Yohana (2011: 75)

10

menambahkan bahwa perencanaan penggunaan media juga harus mempertimbangkan karakteristik siswa karena pada berbeda usia, berbeda wilayah, berbeda pula karakteristik yang dimiliki. Sehingga guru dituntut untuk dapat mengenali karakteristik siswa mereka, hal ini dalam usaha mengefektifkan penggunaan dari sebuah media pembelajaran.

Berdasarkan definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran adalah penting karena media pembelajaran adalah penyalur informasi belajar yang menarik dan memotivasi siswa untuk lebih memahami pelajaran yang diberikan namun harus sesuai dengan karakteristik siswa.

5. Pembelajaran Metode Montessori

Prinsip-prinsip metode Montessori (1) Prinsip mendidik diri sendiri, pada prinsip ini menekankan pada kreativitas seorang anak, dengan dibiarkan bebas bermain sendiri sehingga seorang guru dapat melihat perkembangan anak tersebut. (2) Prinsip lingkungan yang disiapkan, pada kelas-kelas montessori disiapkan lingkungan yang dikondisikan secara khusus. (3) Prinsip pentingnya kebebasan, kebebasan merupakan kunci terjadinya perkembangan yang optimal. (4) Struktur dan keteraturan, dengan lingkungan yang dirancang secara tepat dan benar seorang anak dapat membentuk pemahaman yang benar terhadap realitas dunia. (5) Realistis dan alami, seorang anak memerlukan gambaran dunia yang akan mereka hadapi kelak melalui alam. (6)

11

Keindahan dan nuansa, di dalam kelas Montessori dirancang dengan desain yang menarik dengan tema warna yang hangat dan santai sehingga membuat anak dapat belajar dengan gembira. (7) Prinsip permainan Montessori, alat-alat permainan disajikan dan diberikan pada momen yang sesuai dengan tahap perkembangan anak (Sari, 2014: 77).

Dalam pembelajaran dalam model pendidikan Montessori ini ada tanggungjawab setiap siswa untuk bersama-sama menginvestigasi masalah matematika yang diberikan dan bagaimana untuk menyelesaikannya. Selain itu, siswa yang mengalami kesulitan banyak yang melakukan kegiatan negosiasi, sharing dengan yang lainnya dan dengan gurunya. Suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif dan efektif karena adanya proses kolaborasi antar siswa. Tahap pembelajaran di kelas siswa menjadi terlatih untuk berpendapat dan berkomentar mengenai jawaban dari masalah matematika yang dikerjakannya dengan alasan yang meyakinkan (Wahyuningsih, 2011: 80).

Pembelajaran dengan model pendidikan Montessori lebih membuat siswa aktif, kreatif, kooperatif, adanya proses negoisasi, kolaborasi, dan sharing antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru. Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran dan menggali informasi dari berbagai sumber serta kreatif menyampaikan ide-ide terutama dalam mencari alternatif pemecahan masalah yang ditawarkan melalui permasalahan yang dihadapkan pada mereka. Dalam pembelajaran dengan menggunakan model pendidikan Montessori memberikan peluang pada

12

siswa untuk menemukan pemahaman matematika mereka sendiri melalui proses berfikir, bertanya dan berkomunikasi dalam situasi matematik (Wahyuningsih, 2011: 81). Hasil belajar matematika siswa yang diberi model pendidikan Montessori lebih tinggi daripada siswa yang diberi model pembelajaran konvensional (Wahyuningsih, 2011: 79).

Berdasarkan definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Montessori lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar matematika daripada menggunakan metode konvensional karena metode Montessori membuat siswa menjadi lebih aktif dan senang belajar matematika.

6. Pegs for the Algebraic Peg Board

Peg for the Algebraic Peg Board adalah alat peraga Montessori

yang telah dikembangkan. Alat peraga tersebut berupa papan penjumlahan dan pengurangan. Alat peraga ini berfungsi untuk membantu siswa mengenal dan memahami konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan satu angka hingga enam angka (Widyaningrum, 2015: 12).

Berdasarkan definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pegs for the algebraic peg board adalah alat peraga Montessori yang digunakan untuk membantu siswa belajar penjumlahan dan pengurangan.

13 7. Ciri Pembelajaran Montessori

Landasan metode Montessori adalah kemerdekaan sang anak.

Disiplin harus muncul melalui kemerdekaan. Anak menyiapkan dirinya bukan hanya untuk sekolah, tetapi untuk kehidupan, untuk mampu, melalui pembiasaan dan melalui latihan, melakukan dengan mudah dan benar tugas-tugas sederhana dalam kehidupan sosial atau kehidupan bermasyarakat. Tugas pendidik adalah membantu anak dalam melakukan kegiatannya sehingga mampu menguasai ketrampilan-ketrampilan secara alami (Montessori, 2013: 173).

Dari definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa ciri dari pembelajaran Montessori adalah disiplin, kebebasan, dan mandiri.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian Widyaningrum (2015) yang berjudul Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika SD Materi Penjumlahan dan Pengurangan Berbasis Metode Montessori merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk mengembangkan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan berbasis metode Montessori sesuai dengan ciri-ciri spesifik dan dengan kualitas baik yang ditetapkan untuk siswa kelas II. Subjek penelitiannya adalah 2 siswa putri dan 3 siswa putra kelas II semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 di SD BOPKRI Gondolayu. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, observasi, wawancara, tes. Hasil dari wawancara disimpulkan bahwa ketersediaan dan penggunaan alat peraga masih terbatas.

14

Hasil observasi menunjukkan bahwa salah satu kesulitan belajar siswa kelas II terletak pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500.

Hasil kuesioner menunjukkan bahwa alat peraga yang digunakan tidak terkait dengan materi dan dari hasil tes menunjukkan bahwa kualitas produk yang dihasilkan yaitu papan penjumlahan dan pengurangan termasuk dalam kategori yang sangat baik.

Penelitian Wahyuningsih (2011) yang berjudul Pengaruh Model Pendidikan Montessori Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa merupakan penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui apakah model pendidikan Montessori berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa.

Subjek penelitiannya adalah seluruh siswa kelas IV SDN Jati Asih 03 Bekasi semester genap tahun ajaran 2010/2011. Pengumpulan datanya menggunakan tes. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran pendidikan Montessori lebih tinggi daripada siswa yang diberi model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan kedua hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas produk alat peraga Montessori berupa papan penjumlahan dan pengurangan dalam kategori sangat baik dan hasil belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran pendidikan Montessori lebih tinggi daripada siswa yang diberi model pembelajaran konvensional. Hal tersebut memberikan masukan kepada peneliti untuk melakukan penelitian dengan menggunakan alat peraga Montessori yang telah dikembangkan tersebut pada pelajaran matematika yaitu pada materi penjumlahan dan pengurangan.

15 C. Kerangka Berpikir

Matematika adalah pelajaran yang sering menjadi momok bagi bagi para siswa, terutama siswa sekolah dasar. Pelajaran matematika dianggap terlalu abstrak dan susah dipahami oleh siswa sekolah dasar yang pada dasarnya masih pada perkembangan untuk belajar secara konkret. Padahal matematika merupakan pelajaran yang nantinya digunakan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Materi yang menjadi dasar matematika di sekolah dasar adalah operasi aritmatik yang didalamnya termasuk penjumlahan dan pengurangan. Jika pada dasarnya siswa telah menganggap materi penjumlahan dan pengurangan adalah materi yang susah tentu nantinya akan semakin sulit untuk menguasai materi-materi selanjutnya.

Oleh karena itu, pembelajaran matematika hendaknya dikemas menggunakan pembelajaran yang menarik.

Pembelajaran yang menarik dapat dilaksanakan dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik karena media merupakan penyalur pesan informasi belajar kepada siswa sehingga siswa dapat mencapai tujuan belajarnya. Media pembelajaran menjadi begitu penting sehingga dibutuhkan media pembelajaran yang efisien salah satunya media pembelajaran dalam metode Montessori. Metode Montessori mengembangkan alat-alat peraga yang menarik dan memiliki pengendali kesalahan sehingga siswa dapat menjadi lebih aktif dan tertarik belajar matematika dengan menggunakan alat peraga tersebut.

16

Oleh karena itu, peneliti ingin mengimplementasikan alat peraga Montessori yaitu pegs for the algebraic peg board pada materi penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I SD Kanisius Ganjuran. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan hasil implementasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan media pegs for the algebraic peg board pada materi penjumlahan dan pengurangan siswa kelas I SD Kanisius Ganjuran. Alat peraga Montessori yang digunakan tersebut diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi penjumlahan dan pengurangan.

17 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab III ini akan diuraikan tentang jenis, setting, rancangan penelitian, jenis data, teknik, instrumen pengumpulan, dan analisis data. Berikut adalah uraian dari metode penelitian.

A. Jenis Penelitian

Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Sumanto (2014: 179) penelitian deskriptif berusaha mendeskripsi dan menginterpretasi apa yang ada (bisa mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembang). Oleh sebab itu, hasil dari penelitian ini akan dijelaskan dalam bentuk deskripsi berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian.

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Kanisius Ganjuran yang beralamat di Jogodayoh, kelurahan Sumbermulyo, kecamatan Bambanglipuro, kabupaten Bantul, propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

18 2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IB SD Kanisius Ganjuran pada semester genap tahun ajaran 2014/2015.

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah implementasi alat peraga Montessori pegs for the algebraic peg board pada materi penjumlahan dan

pengurangan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan dan tanpa teknik menyimpan.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari lima tahap yaitu mempelajari penelitian sebelumnya, membuat instrumen penelitian, validasi instrumen penelitian, uji coba instrumen penelitian, implementasi. Tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut.

1. Mempelajari Penelitian Sebelumnya

Tahap pertama dalam penelitian ini adalah mempelajari penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh satu orang peneliti di kelas II SD BOPKRI Gondolayu. Penelitian tersebut menghasilkan suatu produk pengembangan alat peraga Montessori yaitu pegs for the algebraic peg board yang digunakan dalam pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan.

19 2. Membuat Instrumen Penelitian

Tahap kedua dalam penelitian ini adalah membuat instrumen penelitian. Instrumen yang dibuat oleh peneliti terdiri dari soal pretest dan posttest, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, dan lembar observasi aktivitas siswa. Soal pretest dan posttest dibuat sesuai dengan materi yang akan diteliti sedangkan lembar observasi dibuat dengan memperhatikan aspek-aspek yang terdapat dalam pembelajaran Montessori.

3. Validasi Instrumen Penelitian

Tahap ketiga dalam penelitian ini adalah validasi instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang telah dibuat oleh peneliti divalidasi oleh seorang dosen ahli. Validasi dilakukan terhadap soal pretest dan posttest, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, dan lembar

observasi aktivitas siswa, sehingga instrumen penelitian tersebut menjadi valid dan dapat digunakan dalam pelaksanaan penelitian.

4. Uji Coba Instrumen Penelitian

Tahap keempat dalam penelitian ini adalah uji coba instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang diujicobakan adalah soal pretestposttest. Instrumen tersebut diujicobakan pada siswa kelas II di

sekolah yang sama. Ujicoba dilaksanakan di kelas II yang siswanya telah memperoleh materi penjumlahan dan pengurangan di kelas satu pada tahun sebelumnya. Ujicoba ini dilakukan untuk memperoleh soal-soal

20

yang layak digunakan untuk pelaksanaan penelitian di kelas penelitian (Lampiran 7).

5. Implementasi

Tahap kelima dari penelitian ini adalah implementasi alat peraga Montessori pegs for the algebraic peg board pada materi penjumlahan dan pengurangan. Implementasi dilakukan di kelas IB SD Kanisius Ganjuran. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama lima kali pertemuan (Lampiran 8). Pada pertemuan pertama peneliti memberikan pengantar tentang penjumlahan dan pengurangan dan memberikan soal pretest kepada siswa untuk dikerjakan. Pertemuan kedua materi yang

diberikan adalah melakukan penjumlahan dengan menggunakan alat peraga. Pertemuan ketiga peneliti memberikan penguatan kembali tentang melakukan penjumlahan dengan menggunakan alat peraga dan juga melakukan pengurangan dengan menggunakan alat peraga.

Pertemuan keempat materi yang diberikan adalah melakukan pengurangan dengan menggunakan alat peraga. Pertemuan kelima peneliti mengajak siswa untuk mengulang kembali melakukan penjumlahan dan pengurangan menggunakan alat peraga dan juga memberikan soal posttest. Pada setiap pertemuan dilakukan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan alat peraga Montessori.

21 D. Jenis Data

Penelitian ini menghasilkan data kuantitatif. Data kuantitatif tersebut terdiri dari hasil pretest dan posttest, hasil observasi pelaksanaan pembelajaran dan hasil observasi aktivitas siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes dan non tes.

Tes menurut Riduwan (2002: 30) adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, inteligensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Sedangkan non tes adalah teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yang tidak dapat dikumpulkan dengan teknik tes.

F. Instrumen Pengumpulan Data 1. Soal Pretest Posttest

Sebelum melakukan penelitian di kelas I, peneliti melakukan uji coba soal pretest dan posttest di kelas II. Peneliti melakukan uji coba soal pretest dan posttest di kelas II dengan mengingat bahwa materi yang

diteliti oleh peneliti yaitu tentang penjumlahan dan pengurangan sudah didapatkan siswa yang saat ini berada di kelas II.

Soal uji coba pretest dan posttest berjumlah 30 soal dengan kisi-kisi sebagai berikut.

22

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal Uji Coba Pretest Posttest Standar

Materi Pokok Indikator Soal Nomor Soal

23

Soal uji coba pretest dan posttest yang berjumlah 30 soal tersebut sebelum diujicobakan ke siswa divalidasi oleh ahli (Lampiran 1). Soal uji coba pretest dan posttest kemudian direvisi sesuai dengan catatan dari validator (Lampiran 4).

Soal uji coba pretest dan posttestyang telah direvisi tersebut kemudian diujicobakan ke siswa kelas II SD Kanisius Ganjuran yang berjumlah 33 anak pada hari Senin, 8 Juni 2015 (Lampiran 5). Hasil pengerjaan siswa tersebut kemudian dikoreksi dan dihitung kevalidannya (Lampiran 6).

Hasil penghitungan menunjukkan bahwa dari 30 soal yang diujicobakan terdapat 23 soal yang valid. Soal dinyatakan valid jikanilai koefisien korelasi hitung lebih dari 0,344.

Tabel 3.2 Validitas Item

Item r hitung r tabel Kesimpulan

24

Dari 23 soal yang valid tersebut digunakan 20 soal yang digunakan untuk melakukan pretest dan posttest di kelas IB yang menjadi subjek penelitian peneliti untuk melihat perubahan nilai siswa dari sebelum menggunakan media dan setelah menggunakan media.

2. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran

Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran digunakan observer untuk menilai peneliti dalam melaksanakan pembelajaran selama penelitian. Pedoman observasi pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3 Pedoman Observasi Pelaksanaan Pembelajaran

Aspek Hal yang diamati

1. Pra Pembelajaran 1. Memeriksa kesiapan ruang, alat, dan media pembelajaran 2. Memeriksa kesiapan siswa

2. Membuka Pelajaran 1. Melakukan kegiatan apersepsi

2. Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan

3. Kegiatan Inti Pembelajaran

1. Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran 2. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan

25

3. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai

4. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa

5. Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media 6. Menghasilkan pesan yang menarik

7. Menggunakan media secaraefektif dan efisien 8. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media

9. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran 10. Merespons positif partisipasi siswa

11. Memfasilitasi terjadinya interaksi guru, siswa dan sumber belajar.

4. Kemampuan Khusus Montessori

1. Menumbuhkan sikap disiplin siswa dalam mengikuti pembelajaran.

3. Menumbuhkan sikap mandiri siswa dalam menyelesaikan masalah.

4. Mengembangkan kreatifitas siswa dengan memberikan kebebasan dalam menentukan cara belajar.

5. Meningkatkan rasa keingintahuan siswa dalam menemukan solusi dalam permasalahan yang muncul.

6. Menumbuhkan rasa pantang menyerah dalam mencari solusi dalam permasalahan yang muncul.

7. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam melaksanakan pembelajaran.

8. Menciptakan ketertarikan siswa dalam belajar.

9. Meminimalkan pemberian informasi.

5. Penutup 1. Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa 2. Menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa

3. Melaksanakan tindaklanjut

Hasil validasi lembar observasi pelaksanaan pembelajaran menunjukkan nilai 3,9 dari nilai maksimal 4 (Lampiran 2). Hasil tersebut menunjukkan bahwa instrumen tersebut layak digunakan untuk menilai pelaksanaan penelitian peneliti.

26

3. Lembar Observasi Pelaksanaan Aktivitas Siswa

Lembar observasi pelaksanaan aktivitas siswa digunakan observer untuk menilai aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran yang disampaikan oleh peneliti. Pedoman observasi pelaksanaan aktivitas siswa adalah sebagai berikut.

Tabel 3.4 Pedoman Observasi Pelaksanaan Aktivitas Siswa

Aspek Hal yang diamati

1.Disiplin 1. Tidak mengganggu teman ketika sedang belajar.

2. Menjaga benda-benda yang dipakai untuk belajar.

3. Mengembalikan benda-benda yang digunakan untuk belajar ketempat semula.

2.Kebebasan 1. Menggunakan seluruh ruangan kelas untuk belajar.

2. Tidak memiliki rasa takut untuk mencoba kembali hal yang belum dipahami.

3. Memiliki keleluasaan untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan yang diinginkan.

3.Mandiri 1. Memiliki inisiatif untuk memecahkan masalah sendiri.

2. Mampu menentukan keputusan setiap akan melakukan kegiatan.

3. Memiliki motivasi untuk melakukan perbaikan jika terjadi kesalahan.

Hasil validasi lembar observasi pelaksanaan aktivitas siswa menunjukkan nilai 3,8 (Lampiran 3). Dari hasil tersebut maka lembar instrumen tersebut sudah layak digunakan untuk menilai pelaksanaan penelitian peneliti.

27 G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian ini berupa angka-angka yang kemudian dianalisis secara deskripsi. Rumus yang digunakan sebagai berikut.

1. Rumus Soal Pretest Posttest

2. Rumus Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran

3. Rumus Lembar Observasi Pelaksanaan Aktivitas Siswa

3. Rumus Lembar Observasi Pelaksanaan Aktivitas Siswa

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 24-0)