• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

B. Temuan Khusus

1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam menanamkan pembiasaan sholat berjama’ah

Shalat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang telah mukallaf.

Shalat yang diwajibkan dalam sehari semalam adalah lima waktu sebagaimana yang dipahami dari ajaran Islam. Barangsiapa yang mengingkarinya maka ia termasuk orang kafir. (Syaikh M. Arsyad Al Banjari, 2008 hal. 305)

Dalam proses pembelajaran guru sebagai pendidik dalam lembaga pendidikan selain menggunakan metode belajar juga harus senantiasa menggunakan strategi tertentu dengan tujuan agar materi pelajaran yang diajarkan dapat dipahami secara sistematis dan mencapai tujuan, salah satu faktor yang melatar belakangi adalah strategi yang digunakan dalam mengajar.

Kegiatan shalat Dzuhur berjama‟ah yang dilaksanakan di SMPN 20 Tanjung Jabung Timur bertujuan untuk membiasakan siswa dalam melaksanakan shalat serta menanamkan kedalam diri siswa akan pentingnya melaksanakan kewajiban melaksanakan perintah Allah SWT yang utama.

Adapun strategi yang dilakukan oleh guru pendidikan agama islam adalah membagikan jadwal masing masing kelas untuk melaksanakan Shoat berjama‟ah. sebagaimana wawancara penulis dengan bapak (HB), mengatakan:

Setiap hari 2 kelas secara bergiliran melaksanakan shalat dzuhur berjama‟ah dengan jadwal yang sudah diatur. Kenapa cuma dua kelas saja, ini disebabkan keterbatasan kapasitas mushala yang berukuran 8 M x 8 M, serta agar pengkordinasian lebih mudah, maka cukup dilaksanakan 2 kelas setiap harinya. Pada kegiatan ini yang bertugas tidak hanya guru PAI tetapi dibantu oleh guru lain yang dianggap mampu. (Wawancara, Guru PAI (HB) 12/04/2017)

Permasalahan shalat lima waktu pada usia anak dan remaja saat ini sangat memperihatinkan, banyak sekali diantara anak seusia sekolah belum mampu melaksanakan shalat lima waktu. Padahal ini kewajiban utama umat Islam. Pembinaan shalat dzuhur berjama‟ah ini diharapkan memberikan

kesadaran bagi siswa yang sudah mendekati baligh, atau bahkan pada kelas IX yang rata-rata sudah baligh bisa melaksanakan yang lima waktu.

Secara keseluruhan, berdasarkan penelitian yang ada, pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah berjalan dengan tertib dan baik, meskipun diawal penerapan pembiasaan ini semua warga sekolah harus bekerja keras secara bersama-sama mengajak dan mengawasi kegiatan sholat dzuhur berjama‟ah ini, seperti adanya bantuan dari kepala sekolah dan guru-guru lainnya bukan hanya guru PAI saja. Dalam kegiatan pembelajaranpun guru mengingatkan, menjeaskan dan nasihat secara rutin, dan juga disaat upacara bendera pembina upacara juga ikut menyampaikan betapa pentingnya sholat berjama‟ah kepada seuruh siswa.

Pelaksanaan sholat berjama‟ah ini pun harus dilakukan secara kontinyu, agar seluruh siswa menyadari jadwal mereka dan benar-benar menjadi terbiasa nantinya, seperti yang dijelaskan ibu (SP) selaku guru Bahasa Indonesia di SMPN 20 Tanjung Jabung Timur :

Kami warga sekolah bekerja sama dalam mengajak dan mengawasi sholat berjama‟ah siswa, karena kami sadar, bahwa kalau hanya guru PAI saja yang bertindak, maka pasti akan sangat keropotan, apalagi siswa-siswi disini sangat susah diatur dan diajak untuk sholat berjama‟ah dengan berbagai alasan yang mereka lontarkan. (Wawancara dengan ibu (SP) selaku guru bahasa Indonesia 12/04/2017)

Strategi guru PAI dan juga warga sekolah telah diterapkan agar siswa-siswi SMPN 20 Tanjung Jabung Timur dapat menanamkan pembiasaan sholat berjama‟ah ini, termasuk memberikan peringatan kepada siswa-siswi yang tidak melaksanakan sholat berjama‟ah sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Peringatan tersebut ada yang berupa teguran saja dan ada juga yang berupa sanksi, seperti yang dijelaskan oleh bapak (HB) Berikut ini :

Biasanya, bagi kelas yang anggota kelasnya paling sedikit mengikuti sholat berjama‟ah, maka ketua kelasnya akan dipanggil untuk mendata nama-nama siswa yang tidak mengikuti sholat berjama‟ah, setelah itu anak-anak yang tidak sholat berjama‟ah akan dipanggil keruangan dan ditanyakan apa alasan mereka tidak sholat, setelah diperingatkan.

Biasanya mereka akan mendapatkan sanksi untuk memungut sampah, membersihkan WC, serta membersihkan Mushollah.(wawancara dengan Guru PAI (HB) 14/04/2017)

Seperti yang dijelaskan oleh bapak (HB) dalam hasil wawancara diatas adalah, hal ini dilakukan agar menjadikan suatu efek jera bagi siswa-siswi agar rajin mengikuti sholat berjama‟ah. namun, bukan hanya hukuman strategi yang diberikan, tetapi juga berupa penghargaan atau reward, hal ini dibuktikan dengan banyaknya siswa yang mendapatkan penghargaan berupa hadiah mukenah bagi yang perempuan dan sarung serta baju muslim bagi yang laki-laki. Biasanya SMPN 20 Tanjung Jabung Timur melakukan evaluasi berupa praktek sholat yang diadakan setiap menjelang ujian semester dan dinilai langsung oleh guru PAI. Hal tersebut diharapkan agar menjadi pemicu bagi siswa-siswa agar lebih giat mengikuti sholat berjama‟ah disekolah.

Dengan pendidikan agama Islam, maka tumbuh kebiasaan shalat pada siswa semakin bertambah. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai tumbuhnya kebiasaan shalat berjamaah pada siswa, maka dalam hal ini, dapat dilihat melalui hasil observasi yang telah dilakukan di lapangan. Observasi yang berorientasi pada aspek pendidikan agama Islam. Hal ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana kebiasaan shalat berjamaah siswa, sebagaimana yang telah dikemukakan lebih awal.

Guru sebagai seorang pendidik harus memberikan pengetahuan melalui proses belajar mengajar. Dalam proses tersebut, siswa diharapkan mengalami perubahan menuju tingkat kedewasaan. Dengan demikian, guru merupakan penentu dalam proses pendidikan terhadap pembentukan, pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh siswa. Tanpa bimbingan guru, siswa tidak akan mengalami perubahan kearah yang lebih baik dan berkembang.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, peneliti menemukan:

1. Siswa diberi arahan oleh guru sebelum melaksanakan shalat berjamaah.

2. Siswa Melaksanakan shalat berjamaah di sekolah setiap hari sebelum pulang ke rumah.

Adapun yang di lakukan oleh guru sebelum siswa melaksanakan shalat berjamaah di sekolah yaitu:

1. Pengawasan guru yang dilakukan secara intensif

Guru adalah orang yang diberi kepercayaan untuk mengarahkan anak didiknya agar tumbuh menjadi manusia yang berguna. Di samping fungsinya sebagai tenaga pengajar, ia juga mempunyai fungsi sebagai pengarah, pembimbing dan pengawas dan pengontrol terhadap siswanya. Terhadap fungsi yang terakhir pengawas dan pengontrol dalam konteks ini, seorang guru harus mempunyai kepekaan dan sikap bijak terhadap siswanya, sehingga fungsi pengawasan ini tidak menganggap sebagai momok yang seingatnya memata-matai ataupun menakut-nakuti, melainkan dapat menjadi sarana untuk memacu prestasi mereka secara optimal. Jadi pengawasan yang dilakukan guru secara intensif, antara lain :

a. Mengontrol kebiasaan siswa untuk shalat berjamaah.

b. Mengawasi siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.

c. Mengawasi atau mengontrol dalam pergaulan siswa dengan sesamanya.

2. Memberikan nasehat/bimbingan kepada siswa

Guru sebagai pendidik di sekolah, tidak hanya menyampaikan ilmu kepada siswa-siswinya, akan tetapi juga berfungsi sebagai pembimbing atau pemberi nasehat. Sebagai seorang pembimbing, guru harus mengetahui karakter siswanya agar siswa dapat belajar dengan baik, dapat mempergunakan waktunya seefisien mungkin dan sebagainya. Begitu pula siswa yang malas ataupun kurang bergairah dalam belajar, sebagai seorang guru yang baik dan bijak dapat membantu siswa tersebut sehingga ia merasa ringan dari persoalan yang dihadapinya.

Dalam rangka menanamkan kebiasaan shalat berjamaah pada siswa, bimbingan atau nasehat seorang guru mempunyai arti seperti yang dikemukakan oleh Guru Bidang Studi Sejarah Kebudayaan Islam sebagai berikut:

Setelah mereka diberikan bimbingan atau nasehat, perhatian mereka sangat baik, karena mereka berupaya untuk mendalami tentang ajaran agama Islam seperti shalat, puasa dan lain sebagainya dengan melalui kegiatan-kegiatan kultum (kuliah tujuh menit) atau pada proses pembelajaran di kelas.

Dari keterangan tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwa betapa pentingnya arti bimbingan dan nasehat terhadap siswa dalam menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Jadi kongkritnya bimbingan dan nasehat guru, yaitu :

a. Memberikan arahan dan latihan-latihan kepada siswa serta memberikan petunjuk dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti ibadah shalat, puasa, pesantren kilat dan peringatan hari besar Islam

b. Memberikan bimbingan dalam memahami arti dan pentingnya pendidikan agama Islam terutama yang berkaitan dengan ibadah.

3. Memberikan motivasi kepada siswa

Dalam proses belajar mengajar, yang patut diperhatikan adalah menciptakan kondisi atau proses yang mengarahkan siswa untuk melakukan aktifitas belajar, dalam hal ini seorang guru hendaknya melakukan suatu usaha, seperti memberikan motivasi kepada siswa dengan melakukan aktifitas belajar, seperti yang diungkapkan Guru Bidang Studi Sejarah Kebudayaan Islam yang mengatakan bahwa :

Mengadakan kegiatan shalat berjamaah setiap hari agar menjadi kebiasaan siswa, memberikan pandangan-pandangan tentang shalat berjamaah dibanding shalat Sendiri. Jadi konkritnya motivasi seorang guru kepada siswa-siswi.

Pada dasarnya pembiasaan sholat berjama‟ah disekolah ini diharapkan dapat tertanam dalam diri siswa untuk dapat menjalankan ibadah sholat lima waktu sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT,terumata bagi siswa kelas IX, karena mereka dikategorikan siswa yang paling besar diantara kelas lainnya, maka mereka diemban kewajiban menjadi imam disetiap sholat dzuhur berjama‟ah, hal tersebut agar dapat memicu siswa agar lebih berani dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. sebagaimana yang disampaikan oleh guru kelas IX ibu (S) berikut ini:

Pembiasaan sholat dzuhur berjama‟ah ini diharapkan ada kesadaran bagi mereka untuk melaksanakan shalat lima waktu, tidak hanya shalat dzuhur saja ketika dapat jadwal tapi bisa istiqomah untuk yang di rumah di serahkan ke orang tua masing-masing. Saya sebagai guru kelas hanya menasehati dan memberi masukan kepada siswa-siswi kita. dan khusus bagi siswa kelas IX, mereka diwajibkan menjadi imam secara bergantian

setiap harinya, agar mereka bisa dan terbiasa. (wawancara dengan guru kelas IX ibu (S) 14/04/017)

2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat pembiasaan shalat berjama’ah pada siswa

a. Faktor Pendukung

Faktor pendukung dalam kegiatan pembiasaan sholat berjama‟ah ini adalah Mayoritas siswa-siswi SMPN 20 Tanjung Jabung Timur bergama islam, sehingga hal tersebut menjadi tolak ukur bahwa mereka harus bisa dan menjadi pembiasaan untuk melaksanakan sholat lima waktu dan bukan hanya sholat dzuhur saja, sholat dzuhur berjama‟ah disekolah ini agar siswa-siswi terbiasa dalam menjalankan kewajibannya selaku umat islam, seperti hasil wawancara penulis kepada salah satu siswa kelas IX berikut ini:

Jujur saja, saya jarang sholat dirumah buk, kalaupun sholat itu masih bolong-bolong, dari lima waktu sholat yang sering saya kerjakan hanyalah shoat maghrib, itupun karena saya langsung belajar ngaji.

Tetapi disekolah kami diberi jadwal buat melaksanakan sholat dzuhur berjama‟ah, dan selaku kelas IX, saya pernah mendapatkan tugas menjadi imam, dan hal ini menjadikan saya lebih giat untuk menghafalkan doa, agar nanti tidak salah ketika menjadi imam.(wawancara dengan siswa kelas IX (KHY) 15/04/2017)

Adanya kerjasama yang baik antara Kepala Sekolah dengan guru serta karyawan yang ada di SMPN 20 Tanjung Jabung Timur menjadi faktor pendukung lainnya. Pengawasan dilakukan oleh para guru dengan secara langsung bergerak menuju kelas yang menjadi tanggung jawabnya untuk menuju masjid dan mushola sebagai tempat pelaksanaan ibadah, guru diberikan tugas masing –masing dalam pelaksanaan sholat dzuhur berjama‟ah, ada guru yang bertugas didalam mushollah untuk mengatur siswa sebelum sholat dzuhur dilaksanakan, ada juga guru yang melakukan pengecekan siswa siswi dikelas, Bukan hanya mengingatkan dan mengawasi saja, guru juga harus ikut dalam kegiatan ini agara hal tersebut menjadi contoh yang dapat ditiru oleh siswa-siswi, seperti halnya yang disampaikan oleh bapak (H) selaku kepala sekolah SMPN 20 Tanjung Jabung Timur.

Kegiatan sholat berjama‟ah ini adalah kegiatan yang sekolah kami nomorsatukan, karena kami selaku guru dan saya khususnya selaku kepala sekolah sangat prihatin dengan kebanyakan anak-anak zaman sekarang yang dengan entengnya meninggalkan sholat, padahal sholat tersebut sangatlah utama dilakukan oleh umat islam, selain membagikan jadwal setiap kelas yang bertugas menjalankan sholat berjama‟ah, kami juga mempunyai guru piket untuk mengontrol langsung ke kelas-kelas dan sekitar sekitar gedung sekolah untuk siswa yang tidak shalat, hal ini kami lakukan agar siswa-siswi kami menyadari betapa pentingnya sholat berjama‟ah ini untuk dilakukan. ( wawancara dengan kepala sekolah (H), 14/04/2017)

Tenaga pengajar yang kompeten di SMPN 20 Tanjung Jabung Timur yang mempunyai ijazah S1 dan bidangnya adalah Pendidikan Agama Islam sehingga dapat kompeten melaksanakan tugasnya menjadi faktor pendukung dalam menanamkan pembiasaan sholat berjama‟ah ini, Seorang guru Pendidikan Agama Islam di samping sebagai seorang guru yang menyampaikan materi pembelajaran juga terdapat tugas berat ketika berada di kelas saat proses pembelajaran di lingkungan sekolah bahkan di lingkungan masyarakat tugas berat itu adalah harus memberi teladan bagi orang-orang sekitar bagaimana berperilaku yang baik. Mengenai hal ini peneliti mewawancarai kepala sekolah SMPN 20 Tanjung Jabung Timur tentang keadaan guru-guru disekolah yang beliau pimpin:

Alhamdulillah, rata-rata guru SMPN 20 Tanjung Jabung Timur semuanya tamatan S1 dan kalaupun ada yang belum sarjana, mereka dalam proses perkuliahan, sehingga semua guru dianggap berkompeten dibidangnya masing-masing. (wawancara dengan kepala sekolah (H) 12/042017)

Selain itu Tata tertib sekolah yang ditindak lanjuti dengan adanya sanksi pelanggaran dengan tegas, seperti ditegur saat pertama tidak mengikuti shalat berjama‟ah juga merupakan hal yang mendukung dalam terlaksananya pembiasaan sholat berjama‟ah ini, seperti hasil wawancara penulis dengan siswa kelas VIII berikut ini:

Saya pernah dihukum guru piket dan disuruh membersihkan WC saat saya tidak sholat berjama‟ah, saat itu saya malas, dan hanya nongkrong dikantin, lalu saya dipanggil kekantor. Dan disuruh membersikan WC saat jam pulang. Setelah kejadian itu, saya tidak pernah absen untuk

sholat berjama‟ah karena saya takut jika dihukum lagi. (wawancara dengan siswa kelas VIII (AQ) 15/04/2017)

b. Faktor Penghambat

Faktor penghambat pembiasaan sholat berjama‟ah ini adalah Faktor intern atau faktor yang datang dari dalam, yakni siswa mempunyai pemahaman agama yang berbeda-beda, dan kebanyakan dari mereka adalah kurang mendalam pemahamannya sehingga konsekuensinya guru-guru harus memberikan perhatian yang ekstra kepada siswa-siswa tersebut, seperti yang disampaikan Guru PAI berikut ini:

Siswa-siswi SMPN 20 Tanjung Jabung Timur ini memiliki latar belakang yang berbeda-beda, ada yang orangtuanya sangat peka terhadap shoat anaknya, ada juga yang orangtuanya tidak memperhatikan apakah anaknya bisa sholat atau tidak, nah hal ini menjadi kendala tersendiri bagi saya selaku guru PAI, karena berarti saya harus lebih ekstra memperhatikan pemahaman mereka terhadap betapa pentingnya sholat berjama‟ah ini.( wawancara dengan guru PAI 15/04/2017)

Sebagaimana wawancara dengan Guru PAI diatas SMPN 20 Tanjung Jabung Timur merupakan sekolah yang terletak di daerah pedesaan yang tingkat ekonomi masyarakatnya rata-rata menengah ke bawah, Sehingga keseharian dari wali murid atau orangtua mereka semua rata-rata bekerja di kebundari pagi sampai sore, hingga sedikit sekali waktu orangtua untuk memperhatikan dan menanyakan apakah anaknya sudah bisa melaksanakan sholat atau belum, bahkan menurut wawancara penulis dengan (ELS) orangtuanya tidak pernah menanyakan atau mengajak dia untuk mengerjakan sholat.

Ibu dan Ayah saya bekerja di kebun, mereka pulang kalau sudh mau maghrib, dan selama ini mereka tidak pernah menanyakan apakah saya sudah sholat atau belum.(wawancara dengan siswi SMPN 20 Tanjung Jabung Timur 15/04/2017)

Maka kurangnya Pemahaman anak tentang betapa pentingnya Sholat tersebut menjadi faktor penghambat dalam kegiatan pembiasaan sholat berjama‟ah ini, serta ketidakperhatian orangtua terhadap anak mereka menjadi

faktor yang ikut memberatkan suksesnya kegiatan pembiasaan sholat berjama‟ah di SMPN 20 Tanuung Jabung Timur ini.

Berbagai hal yang terkait dengan penanaman pembiasaan sholat berjama‟ah telah diupayakan oleh guru PAI dengan dibantu oleh seluruh warga sekolah, namun ada saja hal yang menghambat lancarnya kegiatan tersebut, Sekolah akan berjalan dengan baik jika memiliki aturan yang di taati oleh semua. Aturan – aturan tersebut bertujuan untuk acuan dalam melaksanakan aktivitas sehingga tujuan pendidikan yang sesungguhnya akan berjalan dengan baik dan lancar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan beberapa keterangan yang ada

Bagi siswa yang melanggar tata tertib diatas akan dikenakan sanksi sebagai berikut:

1. Teguran

2. Hukuman membersihkan lingkungan sekolah 3. Pemanggilan orang tua

4. Surat pernyataan

5. Dikembalikan kepada orang tua.

Dari tata tertib yang ada sebenarnya cukup efektif untuk mendisiplinkan siswa, namun tetap saja ada beberapa siswa yang berani melanggar tata tertib sekolah dengan berbagai alasan yang dilontarkan. Seperti yang dikatakan oleh RF :

Saya tidak sholat itu buk karena malas ngantri untuk berwudhu, siswanya banyak, tapi tempat wudhunya sedikit, terus airnya kadang tidak ada, terus kami mau wudhu dimana lagi, makanya saya sering tidak sholat berjama‟ah (wawancara dengan siswa (RF) 15/04/017)

Hal senada juga disampaikan oleh RA yang sering melihat teman-temannya tidak sholat berjama‟ah.

Saya ikut-ikutan kawan saja buk, mereka biasanya kabur saat yang laiinya sholat berjama‟ah, mereka nongkrong dikantin, jadi saya juga ikutan.(wawancara dengan siswa (RA) 15/04/2017)

Berbagai alasan yang penulis temui ketika mencoba mendekati mereka dan menanyakan alasan mereka tidak sholat berjama‟ah, seperti keterangan diatas, Hal ini dibenarkan oleh waka kesiswaan (HB) yang mengatakan:

Saya sering mendapati siswa bersembunyi dikantin sekolah saat kelasnya sedang melaksanakan sholat berjama‟ah, jika ditanya, mereka menjawab dengan bermaam-macam jawaban. Namun, bagi saya hal tersebut tetap harus kita tindak lanjuti karena kalau dibiarkan, nanti bakalan menjadi kebiasaan buruk bagi mereka. (wawancara dengan bapak (HB) 15/04/2017)

Selain itu, sekolah seharusnya juga menyediakan sarana prasarana yang layak dalam kegiatan ini. Sarana prasarana mampu menjadi penunjang kelancaran pelaksanaan program. Diantaranya adalah musholllah. Mushola berfungsi sebagai tempat melaksanakan program pembiasaan Sholat Dzuhur berjama‟ ah. Dukungan mental dan material bermanfaat dalam membantu pelaku program dalam agar pelaksanaan kebijakan Sholat Dzuhur berjamaah dapat berjalan dengan baik, namun hal terseut sepertinya sangat jauh dari harapan. SMPN 20 Tanjung Jaung Barat ini belum memiliki bagunan khusus untuk Musholah sebagaimana sekolah-sekolah pada umumnya, seperti yang sudah penulis jelaskan diatas, bahwa SMPN 20 Tanjung Jabung Barat menjadikan laboratorium sebagai Mushollah sementara, sebagaimana wawancara penulis dengan bapak kepala sekolah berikut ini :

Iya, sekolah ini memang belum memiliki bangunan khusus untuk mushollah maka dari itu kami sementara menggunakan ruang laboratorium yang dialih fungsikan menjadi mushollah, karena memang kami belum memiliki bagunan mushollah seperti kebanyakan disekolah-sekolah lain, akan tetapi selaku pimpinan disekolah-sekolah, saya akan tetap berusaha agar kedepannya sekolah ini memiliki bangunan mushollah tersendiri. (wawancara dengan kepala sekolah 15/04/2017)

Adanya kesulitan dalam melaksanakan shalat berjama‟ah yang berhubungan dengan strategi yang lebih efektif untuk digunakan dalam melaksanakan shalat berjama‟ah ini diakui oleh Guru PAI, sebagaimana wawancara penulis berikut ini:

Saya menyadari, terkadang saya sendiri kewalahan dan bingung untuk mengatasi permasalahan anak-anak yang tidak mau mengikuti sholat berjama‟ah ini, dan kedepannya saya berencarana akan mengadakan lomba antar kelas untuk kegiatan sholat berjama‟ah ini, agar hal tersebut menjadi dorongan agar mereka mau mengikuti sholat.(wawancara dengan Guru PAI 15/04/2017)

3. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Faktor Penghambat Dalam Menanamkan Pembiasaan Sholat Berjama’ah

Berdasarkan hasil wawancara diatas, banyak sekali faktor yang menjadi penghambat tidak terwujudnya kebiasaan sholat dzuhur berjama‟ah dikalangan siswa SMPN 20 Tanjung Jabung Timur ini, namun jika semua warga sekolah dan orangtua menyadari betapa pentingnya penanaman kebiasaan sholat dzuhur berjama‟ah ini maka faktor penghambat tersebut bisa dijadikan motivasi agar kegiatan ini benar-benar dapat menjadikan siswa taat melaksanakan sholat.

Orang tua mendukung program ini dan merasakan dampak yang ditimbulkan terhadap rutinitas pelaksaan program pembisaan Sholat Dzuhur berjamaah yang menjadi kebijaksan SMPN 20 Tanjung Jabung Timur.

Pembisaan ini dikatakan berhasil, apabila peserta didik senantiasa melaksanakan pembiasaan ini di rumah bukan hanya disekolah saja. Jadi, baik di lingkungan masyarakat, peserta didik mampu mengaplikasikan pembiasaan sholat berjamaah dan berkarakter insanul karimah dengan baik. Program ini betul-betul bermanfaat baik untuk dirinya (peserta didik) maupun bagi orang lain (teman, guru, dan orang tua). Pelaksanaan pembiasaan Sholat Dzuhur berjamaah tidak hanya mengajak peserta didik untuk selalu sholat berjamaah, namun juga membimbing peserta didik agar selalu ingat kepada Tuhan YME, pembiasaan Sholat Dzuhur berjamaah, mempengaruhi peserta didik lebih bisa berinteraksi dengan sesama secara sopan, perilaku negatif mulai berkurang, saling gotong royong dan bersama-sama peduli terhadap sesama menciptakan suasana yang damai di lingkungan sekolah. Seperti yang dijelaskan oleh Guru PAI berikut ini:

Saya berharap orangtua siswa juga dpat ikut memantau anak mereka dirumah, karena kegiatan disekolah ini hanyalah sebagai pembiasaan bagi anak, namun, tetap harus adanya kerjasama dengan orangtua yang mengingatkan anak dirumah, percuma saja kalau disekolah mereka selalu kita pantau, tetapi dirumah tidak, maka hal tersebut menjadikan anak dengan gampang meninggalkan sholat. (wawancara dengan Guru PAI 16/04/2017)

Ketidakefektifan pelaksanaan pembiasaan Sholat Dhuhur berjamaah juga dikarenakan kurangnya pemahaman siswa terhadap bacaan sholat, maka hal tersebut menjadi pemicu bagi pihak sekolah untuk mengambil langkah agar anak-anak dapat hafal bacaan sholat, sehingga pembiasaan sholat dzuhur berjamaah ini dapat dilakukan dengan baik, sebagaimana yang dijelaskan oleh waka kurikulum berikut ini.

Kami pihak sekolah menyediakan buku saku Anak Sholeh. Buku Saku Anak Sholeh berfungsi sebagai alat untuk membantu pelaksanaan Sholat Dzuhur berjamaah, khususnya bagi siswa yang belum bisa sholat, sehingga pembiasaan Sholat Dzuhur berjamaah dapat berjalan dengan baik. Buku yang berjudul buku saku anak sholeh berisikan tata cara Sholat dan kumpulan doa-doa. Masing-masing peserta didik dan guru memiliki buku tersebut. Buku tersebut disediakan sekolah sebagai penunjang demi kelancaran pelaksanaan program pembiasaan Sholat Dzuhur berjamaah. (wawancara dengan waka kurikulum 16/04/2017)

Semua peraturan akan menjadi kebiasaan-kebiasaan yang baik bila dalam melaksanakan berbagai peraturan terwujud kondisi yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan berbuat sesuatu sesuai kemampuannya. Bahkan akan berkembang menjadi disiplin,bila peraturan itu dipegang secara konsisten. Hukuman yang diperlukan terhadap ketidaktaatan hanya akan mempunyai efek baik, bila bersifat mendidik dan sasaran yang jelas.

Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar, maka sarana prasarana sangat penting. Fungsinya adalah mempermudah tercapainya tujuan pendidikan. Apabila sarana dan prasarana kurang mendukung, maka penyelenggraan atau pelaksanaan proses pembelajaran tidak dapat berjalan dengan sempurna. Demikian sebaliknya, ketersediaan sarana dan prasarana

Dokumen terkait