• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMA’AH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMA’AH "

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMA’AH

DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 20 TANJUNG JABUNG TIMUR

SKRIPSI

OLEH:

NUR LAILA NIM : TP.120 414

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2018

(2)

STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN PEMBIASAAN SHALAT BERJAMA’AH

DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 20 TANJUNG JABUNG TIMUR

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

OLEH:

NUR LAILA NIM : TP.120 414

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2018

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

PERSEMBAHAN

Alhamdulllahirabbil’alamin…

Alhamdulllahirabbil’alamin…

Alhamdulllahirabbil’alamin…

Akhirnya aku sampai ke tiik ini,secuil keberhasilan yang Engkau hadiahkan padaku ya RabbTak henti-hentinya aku mengucap syukur pada_Mu ya Rabb. Shalawat dan salam

kepada idola ku Rasulullah SAW.

Semoga sebuah karya mungil ini menjadi amal shaleh bagiku dan menjadi kebanggaan bagi keluargaku tercinta

Ibundaku tersayang ( Hj. Salmi (Alm) ) Ayahandaku tercinta (H. M. Nuh) Adikku tersayang (Nur Su’adah ) Suamiku Tercinta (Agus Widodo) Anakku tersayang (M. Rizky Albughori)

Kepada teman-teman seperjuangan khususnya rekan-rekan PAI “12” dan rekan rekan kampus UIN STS Jambi yang tak bisa tersebutkan namanya satu persatu terima kasih

yang tiada tara ku ucapakan.

(8)

MOTTO















































Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(Attahrim : 6)

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. sebagai Pencipta, Pengatur, dan Pemelihara alam semesta ini, dan Yang Maha Kuasa serta Maha Berkehendak atas apa yang di kehendakinya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini bertujuan sebagai satu syarat untuk meraih sarjana program S.1 Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS jambi, dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih jauh dari kesempurnaan. Namun berkah dari Allah Swt. serta usaha-usaha penulis, skripsi ini juga dapat diselesaikan. Selama pembuatan skripsi ini banyak halangan dan rintangan yang penulis hadapi. Tetapi berkat kerja keras, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga semuanya masih bisa di atasi. Pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hadri Hasan, MA. Selaku Rektor UIN STS Jambi 2. Bapak Dr. Hj. Armida, M.Pd Selaku Dekan FTK UIN STS Jambi

3. Bapak Ridwan, S.Psi, M. PSi Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) dan segenap staf yang telah memberikan fasilitas dan layanan administrasi dengan baik selama perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Ridwan. S.Psi., M.Psi Selaku Ketua sidang Munaqasah 5. Ibu Dra. Hj. Hadijah, M.Pd Selaku Penguji I sidang Munaqasah 6. Ibu Hj. Hindun, M.Pd.I Selaku penguji II sidang Munaqasah 7. Bapak Saparuddin M.Pd selaku sekretaris Sidang Munaqasah

8. Bapak Dr. H. M. Saman Sulaiman, M.Ag sebagai pembimbing I dan Bapak Jaya, M.Pd sebagai pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan penulis dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan rasa tanggung jawab, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

9. Pimpinan Perpustakaan Institut dan Fakultas Tarbiyah serta karyawan/I yang telah membantu penulis dalam melengkapi referensi dalam penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan hikmah dan manfaat bagi semua pihak dan khususnya bagi penulis sendiri. Amin ya Rabbal „Alamin.

Jambi, November 2018 Penulis

Nur Laila

NIM.TP.120414

(10)

ABSTRAK

Nama : Nur Laila NIM : TP.120414

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul :Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan Pembiasaan Shalat Berjama‟ah Di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur

Siswa-siswi SMPN 20 Tanjabtim tidak mempunyai motivasi untuk mengerjakan sholat dzuhur berjama‟ah disekolah, terlebih lagi guru pendidikan agama islam terlihat tidak memiliki upaya atau strategi apapun untuk menyikapi hal tersebut, seharusnya Guru pendidikan agama islam menjadi faktor utama yang harus berperan untuk menerapkan pembiasaan sholat bagi siswa nya disekolah, guru haruslah mempunyai strategi untuk membuat siswa mau atau terbiasa menjalankan perintah sholat ini terutama sholat dzuhur yang dilakukan disekolah.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Tahap teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian data dan verifikasi data, sedangkan pengecekan keterpercayaan data dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketelitian pengamatan, triangulasi, dan melakukan konsultasi ke pembimbing.

Strategi peningkatan pembiasaan shalat berjama‟ah pada siswa di SMPN 20 Tanjung Jabung Timur adalah Adanya pelaksanaan shalat dzuhur berjama‟ah secara kontinyu, Faktor-faktor pendukung peningkatan pembiasaan shalat berjama‟ah pada siswa di SMPN 20 Tanjung Jabung Timur adalah Mayoritas siswa-siswi SMPN 20 Tanjung Jabung Timur bergama islam, Faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam meningkatkan pembiasaan shalat berjama‟ah adalah Faktor intern.

Saran atau usulan sebagai masukan untuk lebih meningkatkan kegiatan pembiasaan shalat berjama‟ah di SMPN 20 Tanjung Jabung Timur bagi Kepala Sekolah , bagi Guru dan bagi siswa.

Kata Kunci : Strategi Guru, Pembiasaan, Sholat Berjama‟ah

(11)

ABSTRACT

Name : Nur Laila NIM : TP.120414 Department : Islamic Education

Title : The Strategy of Islamic Education Teachers in Embedding the Habit of Congregational Prayers at State Junior High Schools (SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur

Students of Tanjabtim Junior High School 20 do not have the motivation to do the midnight prayers at the school, moreover the Islamic religious education teacher does not seem to have any efforts or strategies to address this, the Islamic religious education teacher should be the main factor that must play a role in applying habituation prayer for students at school, the teacher must have a strategy to make students want or are accustomed to carrying out this prayer command especially dzuhur prayers which are conducted at school.

This research is qualitative research using data collection methods of observation, interviews, and documentation. Stages of data analysis techniques include data reduction, data presentation and data verification, whereas checking of data reliability is done with extension of participation, observation accuracy, triangulation, and consultation to supervisor

The strategy of increasing the habit of congregational prayer in students at Tanjung Jabung Timur Junior High School 20 is that there is a continuous Dhul'ah congregation in congregation, the supporting factors of increasing congregational prayer in students at Tanjung Jabung Timur 20 Public High School are the majority of junior high school students 20 Tanjung Jabung Timur is in Islam, the factors that inhibit increasing habitual congregational prayer are internal factors.

Suggestions or suggestions as input to further enhance the activities of praying in congregation at the Tanjung Jabung Timur Public High School 20 for the Principal, for the Teachers and for students.

Keywords: Teacher Strategy, Habituation, Prayer berjama'ah

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

NOTA DINAS ... ii

PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN ORISINALITAS ... v

PERSEMBAHAN ... vi

MOTTO ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI. ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. ... 1

B. Fokus penelitian ... 6

C. Rumusan Masalah. ... 6

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.. ... 7

BAB II KERANGKA TEORI A. Kajian Teoritik ... 9

B. Studi Relevan... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 29

B. Setting Dan Subjek Penelitian ... 29

C. Jenis dan sumber Data ... 30

D. Metode Pengumpulan Data ... 31

E. Teknik Analisis Data. ... 32

F. Uji Keterpercayaan Data. ... 34

G. Jadwal Penelitian ... 36

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan umum ... 37

B. Temuan Khusus ... 46 BAB V PENUTUP

(13)

A. Kesimpulan. ... 59 B. Saran. ... 61

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

xi

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1: Jadwal Penelitian ... 36

Tabel 4.1:Keadaan Sarana dan Prasarana SMPN 20 Tanjung Jabung Timur ... 40

Tabel 4.2:Keadaan Tenaga Pendidik SMPN 20 Tanjung Jabung Timur. ... 43

Tabel 4.3: Keadaan Peserta Didik SMPN 20 Tanjung Jabung Timur…………... 45

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Instrumen Pengumpulan Data Lampiran 2: Foto Kegiatan

(16)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia. Suatu proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan semua upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang handal dan berkualitas. Sesuai dengan harapan dan tujuan pendidikan nasional itu sendiri.Berbicara tentang pendidikan tentu tidak lepas dari masalah pengajaran, karena pengajaran atau mengajar merupakan istilah yang tidak luput dari pembahasan pendidikan, pengajaran sebagai aktivitas pendidik yang tugas utamanya mendidik.

Pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat diprioritaskan dalam pembangunan nasional, karena akan mewujudkan cita-cita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah untuk peningkatan mutu pendidikan, seperti perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana, penataran guru, metode serta perbaikan kurikulum.

Pendidikan secara umum bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang utuh dan handal, tetapi seringkali sangat kurang idealitis dan tanpa arah, sehingga kurang relevan dengan kebutuhan dilapangan.Hanya manusia berdaya yang mampu mengatasi problema dalam hidup ini.Oleh karena itu diperlukan manusia-manusia yang tangguh, handal, cerdas, berwatak dan kompetitif. Hal ini sangat dipengaruhi oleh tiga factor yakni sifat bawaan, lingkungan dan latihan

Peran pendidkan tentunya pada factor lingkungan dan latihan yakni mampu menciptakan suasana yang terkondiskan dan memberikan latihan-latihan yang diperlukan yang berkaitan dengan permasalahan dalam kehidupan.Oleh karena itu dibutuhkan suatu pembelajaran yang kreatif untuk menghasilkan manusia yang kreatif dan pendidikan manusia yang seutuhnya (whole-person education) untuk menghasilkan manusia yang memiliki keterampilan (life skill) dan berkarakter.

Manusia dan pendidikan adalah dua hal yang terkait erat. Siapapun dia, mulai dari bayi hingga dewasa dan tua selalu terlibat dalam proses pendidikan atau belajar untuk mengenal, mengetahui, memikirkan, memahami,

mempertimbangkan atau memutuskan, dan berbuat untuk dilaksanakan. Dengan demikian urusan pendidikan, seolah tanpa proses pendidikan manusia tidak mampu berbuat atau bertindak dengan baik dan benar. Dengan demikian

(17)

pendidikan menjadi persoalan utama dan pertama yang harus dialami oleh setiap manusia sebelum melakukan aktivitas apapun.

Pendidikan merupakan aktivitas jasmani dan ruhani yang rumit, yang menyatukan semua potensi dan keistimewaan manusia. Nabi Muhammad SAW dalam sebuah sabdanya mengingatkan manusia “Menuntut ilmu itu dimulai dari bulian sampai ke liang lahat Pepatah ini merupakan sebuah lompatan besar dalam dunia pendidikan, ketika rasul yang mulia itu lebigh dari 14 abad yang lalu menginspirasikan manusia agar mereka menuntut ilmu dari sejak dalam buaian – perut – ibunya sampai datangnya ajal. Tentu saja himbauan ini ditujukan kepada orang tua, agar anak-anak mereka diberi pelajaran dan pendidikan sejak dalam perut ibunya.

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan suatu bangsa dan Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi yang melibatkan dosen sebagai pendidik dan mahasiswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran.

Pembelajaran adalah usaha yang dilakukan oleh pendidikan atau orang dewasa lainnya untuk membuat siswa dapat belajar dan mencapai hasil belajar yang maksimal. Akan tetapi mengajar tidak semudah itu, tiap mata pelajaran dan pokok bahasan dalam kegiatan proses pembelajaran membutuhkan metode dan teknik yang bervariasi, pemilihan metode dan teknik tidak dapat begitu saja ditentukan oleh selera dan kemauan guru. Pemilihan tersebut juga tergantung pada pokok bahasan tujuan belajar yang harus dicapai disisi lain bakat, minat dan usia kemampuan siswa juga ikut mempengaruhi.

Guru dituntut untuk aktif dan kreatif menciptakan suasana pembelajaran yang efektif agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai secara optimal. Guru juga harus dapat menerapkan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan sesuai pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat.

Pembelajaran sebaliknya diselenggarakan dalam suasana yang menyenangkan karena pembelajaran yang menyenangkan tentunya akan mendorong peserta didik untuk belajar dan tertarik terhadap pembelajaran tersebut.

Guru harus profesional dalam dalam membentuk kompetensi peserta didik sesuai dengan karakteristik, individual masing-masing. Guru juga harus

menyenangkan, tidak saja bagi peserta didik, tetapi juga bagi dirinya.Artinya, belajara dan pembelajaran harus menjadi makanan pokok guru sehari-hari, garus dicintai, agar dapat membentuk dan membangkitkan rasa cinta dan nafsu belajar peserta didik.Dalam kondisi dan perubahan yang bagaimanapun dahsyat, guru harus tetap guru; guru jangan terpengaruh oleh isu, dan jangan bertindak terburu.

(18)

Pendidikan agama merupakan salah satu bidang studi yang diharapkan dapat memberi peranan dalam usaha menumbuh kembangkan sikap beragama siswa.Sikap dan kemampuan siswa dalam beragama merupakan cerminan dari keberhasilan guru agama disekolah dalam menyalurkan ajaran agama melalui usaha pendidikan.

Karena itu para pendidik harus dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga proses pendewasaan tersebut dapat terselenggara dan tujuan bisa

tercapai. Guru harus bisa mengajar dengan baik agar supaya pengajaran bisa berhasil. Ciri pengajaran yang berhasil salah satu diantaranya dilihat dari kadar kegiatan siswa belajar. Makin tinggi kegiatan belajar siswa makin tinggi peluangberhasilnya pengajaran. Ini berarti kegiatan guru mengajar harus

merangsang kegiatan siswa melakukan berbagai kegiatan belajar (Nana Sudjana, 1989: 72)

Begitu pentingnya shalat untuk umat Islam, tetapi ketika melihat realita zaman sekarang, banyak anak yang meninggalkan shalat, padahal mereka tahu hukum shalat yakni wajib, dan mereka tahu bagaimana tata caranya untuk beribadah shalat. Dan lebih tragisnya terkadang malah ada anak yang bacaan shalatnya ada yang tidak tahu. Padahal anak-anak adalah generasi penerus, dan bagaimana nantinya Islam dimasa mendatang ketika realita generasi umat Islam seperti itu.

Shalat adalah satu-satunya ibadah dalam Islam yang langsung diwajibkan hukumnya di langit, berbeda dengan ibadah-ibadah yang lain yang ditetapkan hukumnya dibumi. Shalat juga satu-satunya ibadah yang tidak bisa diganti baik dengan denda atau fidyah, serta dalam konsidi apapun tidak ada hal yang bisa menggugurkan kewajiban shalat. Dari konteks tersebut, sebagai orang tua sudah seharusnya untuk tidak bosan-bosan menyuruh anaknya untuk shalat. Seperti sabda nabi yang artinya“perintahkanlah kepada anak yang telah mencapai usia tujuh tahun untuk mengerjakan shalat dan apabila telah mencapai sepuluh tahun maka pukulalah jika ia meninggalkan shalat.”(H.R Turmudzi)

Pembiasaan merupakan bagian penting dalam tahapan peserta didik untukmulai bersosialisasi, berinteraksi sosial di lingkungan sekolahnya, dimana mulamula mengembangkan ketrampilan hidupnya yang masih tergantung pada faktor ekstenal. Oleh karena itu, peran guru sebagai pengganti orang tua yang berada di sekolah sangat dibutuhkan dalam mengembangkan pembiasaan berperilaku yang dikehendaki (misalnya disiplin, tertib, menghargai sesama dan mencintai sesama makhluk ciptaan Tuhan) melalui contoh dan tindakan nyata.

Secara lebih rinci rinci tugas guru adalah mendidik anak dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun

(19)

jangka panjang, memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai, serta membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilainilai dan penyesuaian diri (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004:

104).

Sedangkan pembiasaan terbentuk melalui pengulangan dan memperoleh bentuknya yang tetap apabila disertai dengan kepuasan. Anak yang sering mendengar orang tuanya mengucapkan nama Allah, umpamannya, akan mulai mengenal nama Allah. Hal itu kemudian mendorong tumbuhnya jiwakeagamaan pada anak tersebut. Demikian pula anak dapat berdisiplin dengan berlatih

mematuhi peraturan yang secara berulang-ulang di lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan lainnya (Hery Noer Aly, 1999: 189)

Pembiasaan shalat berjama‟ah pada siswa di sekolah pada hakikatnya adalah upaya pendidik dalam mewujudkan nilai-nilai agama sebagai tradisi dalam berperilaku yang diikuti oleh siswa maupun warga sekolah yang lainnya. Dengan menjadikan agama sebagai tradisi di sekolah, maka secara sadar maupun tidak sadar ketika siswa telah mengikuti tradisi yang sudah tertanam tersebut berarti mereka sudah menjalankan ajaran agama. (Asmaun Sahlan, 2009: 77).

Maka dari itu semua tugas pendidik muslim harus bisa benar-benar merealisasikan pengalaman shalat bagi generasi muda Islam agar bisa

mengamalkan shalat bagi generasi muda Islam agar bisa mengamalkan ajaran Islam terutama dalam kehidupan sehari-hari mengingat urgensi dari ibadah sholat itu sendiri.

Perkembangan zaman yang serba materi seperti saat ini banyak umat islam yang begitu ringan meninggalkan shalat berjama‟ah, umat lebih sibuk dengan kepentingan dunia. Padahal dengan shalat berjama‟ah paling tidak mengandung hikmah. Dapat membangun persatuan umat, mamaklumatkan syiar islam, mengikis kesenjangan sosial antara anggota masyarakat, memupuk semangat ukhuwah umat islam dan masih banyak lagi.

Guru di sekolah, selain sebagai pendidik juga menjadi orang tua untuk peserta didiknya, yakni sebagai orang tua kedua.Pendidikan di sekolah tentu harus bisa menggantikan pendidikan keluarga, kerana orang tua sudahmengamanatkan anaknya kepada pihak sekolah untuk mendidik anak-anak mereka ketika tidak berada dalam pengawasan orang tuanya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa-siswanya untuk turut serta melakukan shalat bersama-sama. Sebab dengan kebiasaan ini siswa diharapkan akan mengerti bahwa shalat itu merupakan keharusan bagi seiap orang Islam,bila dewasa kelak menjadi kebiasaan yang

(20)

sudah berakar dalam kehidupannya sehingga menjadi tanggung jawab moral dalam melaksanakannya.

Guru memberikan kesempatan kepada siswa-siswanya untuk turut serta melakukan shalat bersama-sama. Sebab dengan pembiasaan ini siswa diharapkan akan mengerti bahwa shalat itu merupakan keharusan bagi setiap orang Islam, bila dewasa kelak menjadi kebiasaan yang sudah berakar dalam kehidupannya

sehingga menjadi tanggung jawab moral dalam melaksanakannya.

Dari hasil observasi awal yang dilakukan oleh penulis, peneliti menemukan bahwa banyak sekali siswa-siswa SMPN 20 Tanjabtim tidak melaksanakan sholat dzuhur berjama‟ah di mushollah sekolah dengan berbagai alasan, bahkan mereka lebih suka berkumpul dikantin dan kelas saat sholat berjama‟ah dilaksanakan, padahal di SMPN 20 Tanjabtim ini seluruh siswa-siswi nya mayoritas beragama islam.

Jika ditanya mengapa mereka tidak melaksanakan sholat, kebanyakan sisi mengatakan mereka sedang berhalangan/haid, lupa membawa mukenah.

Sedangkan siswa yang ditanya beralasan bahwa air sering mati disekolah sehingga mereka tidak bisa berwudhu‟. Hasil kecil seperti inilah yang membuat mushollah sekolah SMPN 20 Tanjabtim lengang.

Siswa-siswi tidak mempunyai motivasi untuk mengerjakan sholat dzuhur berjama‟ah disekolah, terlebih lagi guru pendidikan agama islam terlihat tidak memiliki upaya atau strategi apapun untuk menyikapi hal tersebut, seharusnya Guru pendidikan agama islam menjadi faktor utama yang harus berperan untuk menerapkan pembiasaan sholat bagi siswa nya disekolah, guru haruslah

mempunyai strategi untuk membuat siswa mau atau terbiasa menjalankan perintah sholat ini terutama sholat dzuhur yang dilakukan disekolah.

Berdasarkan pemaparan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul : STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN PEMBIASAAN SHOLAT

BERJAMA’AH DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI (SMPN) 20 TANJUNG JABUNG TIMUR.

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini agar tidak menyimpang dari tujuan semula, maka perlu adanya pembatasan masalah : penelitian ini difokuskan pada Stratrgi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan Pembiasaan Sholat Dzuhur Berjama‟ah Di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung jabung timur.

(21)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka yang menjdi pokok- pokok permasalahan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Strategi guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan Pembiasaan Sholat Berjama‟ah Di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur?

2. Apa Saja Faktor Pendukung dan Penghambat yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan Pembiasaan Sholat Berjama‟ah Di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur?

3. Apa Saja Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Faktor Penghambat Dalam Menanamkan Pembiasaan Sholat Berjama‟ah Di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Ingin mengetahui bagaimana Strategi guru Pendidikan Islam Dalam Menanamkan Pembiasaan Sholat Berjama‟ah Di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur.

b. Ingin mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi guru Pendidikan Islam Dalam Menanamkan pembiasaan Sholat Berjama‟ah Di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur.

c. Ingin Mengetahui Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Faktor Penghambat Dalam Menanamkan Pembiasaan Sholat Berjama‟ah Di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan penelitian ini adalah:

(22)

a. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata satu (S.1) dalam Ilmu Tarbiyah dan keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam pada IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

b. Untuk mengetahui bagaimana strategi guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan Pembiasaan Sholat Berjama‟ah Di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur

c. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan Pembiasaan Sholat Berjama‟ah Di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur.

4. Untuk mengetahui Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Faktor Penghambat Dalam Menanamkan Pembiasaan Sholat Berjama‟ah Di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik

1. Strategi

Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategia, strategi merupakan sebuah perencanaan yang panjang untuk berhasil dalam mencapai suatu keuntungan. Strategi menurut bahasa (inggris) adalah siasat, kiat atau rencana.Dalam pembahasan mengenai PMB, strategi berarti prosedur atau langkah-langkah pelaksanaan mencapai sasaran.Samahalnya dengan strategi mengajar, strategi PMB juga memerlukan alokasi upaya kognitif

(pertimbangan akal).Secara cermat. (Supriyadi,2013: 59)

Strategi adalah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. (Djamarah dan Aswan Zain,2013 : 5 ). Strategi adalah

pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.

Didalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada umumnya orang sering kali mencampuradukan kedua kata tersebut

Contoh berikut menggambarkan perbedaannya, strategi untuk memenangkan keseluruhan satu pertandingan.Pada awalnya kata ini

dipergunakan untuk kepentingan militer saja tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang yang berbeda seperti strategi bisnis, dan olahraga.

(24)

2. Guru

Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal.tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, keakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar mutu atau norma etik tertentu.(Supradi,2013,11)

Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberkan lmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di mesjid, di surau/musholla, di rumah, dan sebagainya. (Djamarah, 2010,31)

Guru merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus.

Pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan pekerjaan sebagi guru.Profesi guru memerlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional, yang harus menguasai seluk- beluk pendidikan dan pembelajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan.Profesi ini juga pelu pembinaan dan pengembangan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan. (Ningrum,2013 : 101 )

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 pasal 2, dikatan sebagai tenaga

profesional yang mengadung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan pendidikan tertentu.

(Ningrum,2013 : 101 )

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran, serta mampu menata dan mengelola kelas agar siswa dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.

(Ningrum,2013 : 101 )

Saiful Bahri Djamarah secara keseluruhan guru adalah figur yang menarik perhatian semua orang, entah dalam keluarga, dalam masyarakat atau di sekolah. Tidak ada seorang pun yang tidak mengenal guru.Hal ini

(25)

dikarenakan figur seorang guru itu bermacam-macam seperti guru silat, guru ngaji, guru mata pelajaran, dan lain-lain. Ki Hajar Dewantara menyebutkan sosok guru sebagai berikut tut wuri handayani, ing madyo mangun karso, ing ngarso sung tulodo. (Martinis Yamin, Maisah, 2012 : 100)

Selain guru dalam pendidikan Islam menurut Ahmad Tafsir siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Dalam Islam, orang yang paling bertanggung tersebut adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik. Tanggung jawab itu disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hak;

pertama karena kodrat, yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua anaknya, dan karena itu dia ditakdirkan pula bertanggung jawab mendidik anaknya; kedua karena kepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya, sukses anaknya adalah sukses orang tua juga.(Martinis Yamin, Maisah, 2012 : 101 )

Menurut Mulyasa, semua orang yakni bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembengan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Kenyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir bahkan pada saat meninggal. Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya peserta didik; ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal.(Martinis Yamin, Maisah, 2012 : 102)

Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual, karena antara satu peserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar.

Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik.Mereka memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna

menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarkat, kemajuan negara dan bangsa.

Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan kompetensinya, secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagai berikut:

(26)

1. Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.

2. Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik.

3. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan, dan bakatnya.

4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahan.

5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.

6. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan (bersilaturrahmi) dengan lain secara wajar.

7. Mengembangkan proses sosialisai yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan lingkungannya.

8. Menjadi pembantu jika diperlukan.

Untuk memenuhi tuntutan diatas, guru harus mampu memaknai pembelajaran, serta menjadikan pembelajaran sebagai ajaran pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik.(Martinis Yamin, Maisah, 2012 : 102)

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. (Facruddin Saudagar, Ali idrus, 2009, 6)

Sedangkan menurut Zakiah Daradjat, dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, secara umum untuk menjadi guru yang baik dan diperkirakan dapat memenuhi tanggung jawab yang dibebankan kepadanya hendaknya memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:

a. Takwa kepada Allah

Guru, sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik anak agar bertakwa kepada Allah jika Ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya.

Sebab ia adalah teladan bagi muridnya sebagaimana rasulullah saw. Yang merupakan teladan bagi umatnya. Sejauh mana seorang guru mampu memberi teladan baik kepada murid-muridnya sejauh itu pulalah ia

diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.

(27)

b. Berilmu

Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa

pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan. Guru pun harus mempunyai ijazah supaya ia dibolehkan mengajar. Kecuali dalam keadaan darurat, misalnya jumlah murid sangat meningkat, sedang jumlah guru jauh daripada

mencukupi, maka terpaksa menyimpang untuk sementara, yakni menerima guru yang belum berijazah. Tetapi dalam keadaan normal ada patokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin baik mutu pendidikan dan pada gilirannya makin tinggi pula derajat masyarakat.

c. Sehat jasmani

Guru akan mampu menunaikan tugasnya dengan baik bila didukung dengan kesehatan yang baik. Kesehatan ini menjadi penting akan mempengaruhi semangat mengajar dan tercapainya tujuan pendidikan.

d. Berkelakuan baik

Budi pekerti guru sangat penting dalam pendidikan watak murid. Guru harus menjadi suri teladan karena anakanak bersifat suka meniru. Diantara tujuan pendidikan adalah membentuk akhlak baik kepada anak dan hal ini bisa terwujud jika guru berakhlak baik pula. (Zakiah Daradjat, 2011, 41-42)

Guru adalah tenaga profesional. Hal tersebut diperkuat dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dengan visi yaitu mewujudkan penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip- prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warga negara dalam memperoleh pendidikan yang bermutu. (Abd. Rahman Getteng, 14)

Tugas dan peran guru tidaklah terbatas dalam kelas atau sekolah tapi juga dalam masyarakat, bahkan guru pada hakikatnya merupakan komponen strategis yang memiliki peran yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan guru merupakan faktor condisio sine quanon yang tidak mungkin digantikan oleh komponen manapun, dalam kehidupan bangsa sejak dulu, terlebih pada era kontenporer ini.( Moh. Uzer Usman, 1999, 6-7)

Menurut Mahmud, istilah yang tepat untuk menyebut guru adalah mu‟ allim. Arti asli kata ini dalam bahasa Arab adalah menandai. Secara psikologis pekerjaan guru adalah mengubah perilaku murid. Pada dasarnya mengubah perilaku murid adalah memberi tanda, yaitu tanda perubahan.(

Mahmud, 2010, 289 )

Dalam khazanah pemikiran Islam, guru memiliki beberapa istilah, seperti “ustadz”, “mu„allim”, muaddib”, dan “murabbi”. Beberapa istilah

(28)

untuk sebutan “guru” itu terkait dengan beberapa istilah untuk pendidikan, yaitu “ta„lim”, “ta‟dib”, dan “tarbiyah”. Istilah mu„allim lebih

menekankan guru sebagai pengajar dan menyampaikan pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science); istilah muaddib lebih menekankan guru sebagai pembina moralitas dan akhlak peserta didik dengan keteladanan sedangkan istilah murabbi lebih menekankan pengembangan dan pemeliharaan baik aspek jasmaniah maupun aspek ruhaniah. Sedangkan istilah yang umum dipakai dan memiliki cakupan makna yang luas dan netral adalah ustadz yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan guru.( Marno dan Idris, 2010 :15)

Guru memegang berbagai jenis peran yang mau tidak mau,harus dilaksanakannya sebagai seorang guru. Sardiman dalam bukunya yang berjudul Interaksi dan Motivasi Belajar dan Mengajar diterangk an ada beberapa berpendapat tentang peran guru antara lain :

a. Prey Katz menggambarkan peran guru sebagai kominator, sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai orang yang menguasai bahan yang diajarkan.

b. Havighurst menjelaskan bahwa peran guru disekolah sebagai pegawai (employee) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan (subardinate) terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya dengan teman sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua.

c. James W.Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peran guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.

d. Federasi dan Organisasi Profesional Guru Sedunia, mengungkapkan bahwa peran guru di sekolah, tidak hanya sebagai transmiter dari ide tetapi juga berperan sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan sikap. (Sardiman, 2011:143-144)

Guru bertanggung jawab melaksanakan sistem pembelajaran agar berhasil dengan baik. (Oemar Humalik, 2007:108) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru adalah salah satu komponen manusia dalam proses

(29)

pembelajaran yang ikut berperan dalam profesinya mengajar. (Departemen Pendidikan Nasional, 2002:785.) Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen, tergambar dengan jelas definisi guru sebagai berikut: Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidik formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. (UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I Pasal 1 ayat 1 dalam Abd. Rahman Getteng, 2012:93 )

Salah satu hal yang perlu dipahami guru untuk mengefektifkan proses pembelajaran adalah bahwa semua manusia (siswa) dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang tak pernah terpuaskan dan mereka semua memiliki potensi untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Oleh karena itulah, guru perlu

menciptkan lingkungan belajar yang kondusif dan menantang rasa ingin tahu siswanya.( E. Mulyasa, 2008: 49)

3. Pendidikan Agama Islam

Pengertian pendidikan agama Islam dalam GBPP SMU seperti yang dikutip oleh Akmal Hawi adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama islam melaluai kegiatan bimbingan, pengarahan, atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat

beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan kesatuan nasional.(Akmal Hawi : 19-20)

Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.2/1989 Pasal 39 ayat 2 ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat: (a) pendidikan Pancasila, (b) pendidikan agama, (c) pendidikan kewarganegaraan. Dari isyarat pasal tersebut dapat dipahami bahwa bidang studi pendidikan agama, baik agama Islam maupun agama lainnya merupakan komponen dasar/wajib dalam kurikulum pendidikan nasional.

(Akmal Hawi : 19-20)

Pendidikan Islam pada umumnya mengacu kepada term al-tarbiyah, al-ta‟dib, dan al-ta‟lim.Dari ketiga istilah tersebut term yang populer

digunakan dalam praktek pendidikan Islam ialah termal-tarbiyah sedangkan term al-ta‟dib dan al-ta‟lim jarang sekali digunakan.Padahal kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan

Islam.penggunaan al-tarbiyah berasal dari kata rabb. Walaupun kata ini memiliki banyak arti, akan tetapi pengertian dasarnya menunjukkan makna tumbuh, berkembang, memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian atau eksisensinya.

(30)

Uraian diatas, secara filosofis mengisyaratkan bahwa proses pendidikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah sebagai “ pendidik “ seluruh ciptaanNya.(Samsul Nizar,2002,25-26)

Pendidikan Islam mengantarkan manusia pada prilaku dan perbuatan manusia yang berpedoman pada syariat Allah. Artinya, manusia tidak merasa keberatan atas ketetapan Allah dan Rasul-Nya sebagaimana yang digambarkan Allah dalam firmannya ini :









































Artinya : maka demi tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka

perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (An-nisa‟ : 65)

Ayat diatas mengisyaratkan bahwa keselamatan manusia dari kerugian dan azab Allah dapat tercapai melalui tiga bentuk pendidikan berikut. Pertama, pendidikan individu yang membawa manusia pada keimanan dan ketundukan kepada syariat Allah SWT serta beriman kepada yang ghoib; kedua,

pendidikan diri yang membawa manusia pada amal shaleh dalam menjalani hidupnya sehari-hari; dan ketiga, pendidikan masyarakat yang membawa manusia pada sikap saling pesan dalam kebenaran dan saling memberi

kekuatan ketika menghadapi kesulitan yang pada intinya, semuanya ditujukan untuk beribadah kepada Allah.(Abdurrahman An nahlawi, 1995, 25-27)

Kongres sedunia ke 11 tentang pendidikan Islam tahun 1980 di islamabad, menyatakan bahwa :Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia (peserta

didik).Secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional; perasaan dan indera.

Karena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik; aspek spritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah, dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif; dan mendorong semua aspek tersebut berkembang kearah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia.(Samsul Nizar, 2002, 37-38)

(31)

Secara praktis, muhammad Athiya al-abrasyi, menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri atas lima sasaran, yaitu: (Samsul Nizar,2002, 37)

1) Membentuk akhlak mulia

2) Mempersiapkan kehidupan dunia dan akherat

3) Persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya 4) Menumbuhkan semangat ilmiah dikalangan peserta didik

5) Mempersiapkan tenaga profesional yang terampil.

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa berahlak mulia, mengamal ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur‟an dan al-Hadits, melalui kegitan bimbingan, pengajaran, latihan, serta pengunaan pengalaman. (Ramayulis, 2010 : 21)

Pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berahlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat berbangsa dan bernegara. (Ramayulis, 2010 : 22)

Dari beberapa pengertian pendidikan agama Islam di atas penulis menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk menyiapkan peserta didik untuk menyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.

Demikian beberapa pengertian guru menurut para pakar pendidikan.

Adapun pengertian Pendidikan Agama Islam itu sendiri peneliti mengutip dari beberapa sumber buku sebagai berikut:

PAI dibakukan sebagai nama kegiatan mendidikkan Agama Islam.

PAI sebagai mata pelajaran seharusnya dinamakan “Agama Islam”, karena yang diajarkan adalah agama Islam bukan Pendidikan Agama Islam. Nama kegiatannya atau usaha-usaha dalam mendidikkan agama Islam disebut sebagai Pendidikan Agama Islam. Kata “pendidikan” ini ada pada dan mengikuti setiap mata pelajaran. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu bagian dari pendidikan Islam. (Muhaimin, 2012 : 163)

Menurut Muhaimin, Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT,

(32)

mewujudkan manusia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin bertoleransi menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah. (Wahab dkk, 2011, 65-66)

Guru PAI adalah sosok yang diharapkan menjadi pengubah tingkah laku dan pola pikir siswa serta masyarakat dari pribadi yang tidak baik menuju pribadi lebih baik melalui materi PAI yang diajarkannya. Oleh karena itu seorang guru Pendidikan Agama Islam hendaknya memiliki karakteristik yang dapat membedakannya dengan guru lain. Dengan karakteristik itu menjadi ciri dan sifat yang akan menyatu dalam seluruh totalitas kepribadiannya. Totalitas tersebut kemudian akan teraktualisasi melalui seluruh perkataan dan

perbuatannya. Karakteristik pendidik atau guru muslim dapat dilihat dalam beberapa bentuk yaitu:

a. Mempunyai watak dan sifat rabbaniyah yang terwujud dalam tujuan, tingkah laku dan pola pikirnya.

b. Untuk mencari keridhaan Alah dan penegakan kebenaran.

c. Bersifat sabar dalam mengajarkan bebagai pengetahuan kepada peserta didik.

d. Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya.

e. Mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi sesuai dengan prinsip-prinsip penggunaan metode pendidikan.

f. Berlaku adil terhadap peserta didiknya. (Samsul Nizar, 2002:45-46)

4. Pembiasaan

Menurut Bellefroid, pembiasaan merupakan semua peraturan yang meskipun tidak ditetapkan oleh pemerintah, tetapi ditaati oleh seluruh rakyat karena mereka yakin bahwa peraturan itu berlaku sebagai hukum. Agar kebiasaan itu mempunyia kekuatan dan dapat dijadikan sebagai sumber hukum, maka ditentukan oleh 2 faktor:

a. Adanya perbuatan yang dilakukan berulang kali dalam hal yang sama yang selalu diikuti dan diterima oleh orang yang lainnya.

b. Adanya keyakinan hukum dari orang-orang atau golongan-golongan yang berkepentingan. Maksudnya adanya keyakinan bahwa kebiasaan itu memuat hal-hal yang biak dan pantas ditaati serta mempunyai kekuatan mengikat (Budiyanto, 2003 : 124).

(33)

Secara Etimologi, pembiasaan berasal dari kata “biasa”. Dala kamus Besar Bahasa Indonesia, “biasa” adalah “(1) Lazim atau umum; (2) Seperti sedia kala; (3) Sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari”. Menurut Armai Arief dengan adanya prefiks “pe” dan sufiks “an”

menunjukkan arti proses. Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu/seseorang menjadi terbiasa.( Armai Arief, ,2002: 110) Sedangkan dalam pengertian yang lain, yang dimaksud pembiasaan adalah proses penanaman kebiasaan. Kebiasaan adalah pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang-ulang untuk hal yang sama.

Kartini Kartono dan Dali Gulo memberikan pengertian, bahwa kebiasaan (habit) adalah tingkah laku yang diperoleh dan dimanifestasikan secara konsisten atau tindakan yang telah dipelajari dan menjadi mapan serta relatif otomatis melalui pengulangan terus menerus. (Kartini Kartono dan Ghalio1987: 198)

Senada dengan pengertian yang telah diutarakan tersebut di atas, M.D.

Dahlan mengartikan bahwa yang dimaksud dengan kebiasaan atau habit adalah suatu cara-cara bertindak yang persistent, uniform, dan hampir-hampir

otomatis (hampir tidak disadari oleh pelakunya). Sedangkan menurut Dr.

Abdullah Nashih Ulwan, pembiasaan adalah dimensi praktis dalam upaya pembentukan (pembinaan) dan persiapan (M.A. Dahlan, 1979 : 7)

Kebiasaan terbentuk melalui pengulangan dan memperoleh bentuknya yang tetap apabila disertai dengan kepuasan. Menanamkan kebiasaan itu sulit dan kadang-kadang memerlukan waktu yang lama. Kesulitan itu disebabkan pada mulanya seseorang atau anak belum mengenal secara praktis sesuatu yang hendak dibiasakannya. Apalagi kalau yang dibiasakan itu dirasakan kurang menyenangkan. Oleh sebab itu dalam menanamkan kebiasaan diperlukan pengawasan. Pengawasan hendaknya digunakan, meskipun secara berangsur- angsur peserta didik diberi kebebasan. Dengan perkataan lain, pengawasan dilakukan dengan mengingat usia peserta didik, serta perlu ada keseimbangan antara pengawasan dan kebebasan. (Hery Noer Aly, 1999 : 189)

Kebiasaan ditempatkan oleh manusia sebagai suatu yang istimewa. Ia menghemat banyak sekali kekuatan manusia, karena sudah menjadi kebiasaan yang melekat dan spontan. Di samping mempunyai kedudukan yang amat penting di dalam kehidupan manusia, ia juga dapat dirubah menjadi faktor penghalang yang besar apabila ia kehilangan “penggerak”nya dan berubah menjadi kelambanan yang memperlemah dan mengurangi reaksi jiwa. (Abudin Nata, 1997: 100 – 101)

(34)

Pendekatan pembiasaan sesungguhnya sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai positif ke dalam diri anak didik, baik pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu pendekatan pembiasaan juga dinilai sangat efisien dalam mengubah kebiasaan negatif menjadi positif.

Namun demikian pendekatan ini akan jauh dari keberhasilan jika tidak diiringi dengan contoh tauladan yang baik dari si pendidik.

5. Sholat

a. Pengertian shalat

Shalat menurut bahasa berarti do‟a, sedangkan menurut syara‟

berarti menghadapkan jiwa dan raga kepada Allah SWT karena kepatuhan dan ketakwaan manusia kepadanya, mengagungkan kebesarannya dengan khusyu‟ dan ikhlas dalam bentuk perkataan dan perbuatan yang dimulai dengak takbir dan diakhiri dengan salam, menurut cara-cara dan syarat- syarat yang telah ditentukan. (Tim Dosen PAI universitas jambi,2015:219).

Pada dasarnya arti salat menurut bahasa adalah do`a. Allah SWT berfirman :

























































Artinya : dan di antara orang-orang Arab Badwi itu ada orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, dan memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai jalan untuk mendekatkannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh doa rasul. ketahuilah, Sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah). kelak Allah akan memasukan mereka kedalam rahmat (surga)Nya; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. At-Taubah : 99) (Anonim, Al-Qur`an dan Terjemahnya Special for Woman, 2009 : 202)

Sedang pengertiannya dalam agama dan syariah adalah ibadah yang kita kenal selama ini, dimana dituntut kesucian padanya yang mengandung ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan khusus, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

Shalat merupakan pilar dan salah satu dari lima rukun islam yang diisyaratkan oleh hadis yang mulia, “islam dibangun atas lima perkara:

kalimat syahadat, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa pada bulan ramdahan, dan haji ke Baitullah bagi yang mampu menempuhnya.

(35)

Imam ja‟far Shadiq (as) berkata, “Tidak ada jarak antara kekufuran dan keimanan kecuali meninggalkan shalat. Barangsiapa meninggalkan shalat dengan sengaja maka islam berlepas diri darinya.”Imam Shadiq (as) juga berkata, “sesungguhnya pezina dan peminum khamar itu diajak oleh syahwatnya. Tetapi orang yang meninggalkan shalat, tidak diajak melainkan oleh sikap merendahkannya.” Fukaha sepakat bahwa bila seorang muslim menyangkal kewajiban shalat maka ia kafir murtad yang wajib dibunuh, karena menciptakan agama selain islam. Jika seorang muslim meninggalkan shalat karena kefasikan dan malas maka hakim akan memberikan sanksi kepadanya sesuai dengan pandangan sihakim, berupa celaan, cambuk, atau penjara. Jika ia membuktikan kefasikannya maka ia di kenakan sanksi untuk kedua kalinya. Jika ia tidak bertaubat juga maka dikenakan sanksi yang lebih berat. Dan jika ia masih melangsungkan terus kefasikannya maka dikenakan sanksi keempat, maka dibunuh.

Shalat diwajibkan kepada setiap muslim, yang baliq,dan berakal, kecuali yang sedang haid dan nifas. Shalat tidak diwajibkan kepada orang- orang gila dan orang-orang kafir. Adapun kepada anak kecil, bagi orang tua atau para wali diwajibkan mengajarkan kepada mereka bagaimana tata cara shalat yang benar, kemudian mereka harus diperintahkan untuk

menunaikannya apabila telah menginjak usia tujuh tahun, dengan tujuan mendidik dan membiasakan mereka. Lalu setelah itu, mereka berhak untuk dipukul apabila telah berusia sepuluh tahun tapi ternyata masih tidak mau mengerjakan shalat, begitu pula terhadap anak perempuan. (Hasan Ayyub, 2002 : 116)

Tujuan dari itu semua adalah agar mereka terbiasa untuk

menunaikan kewajiban shalat dan tidak merasa asing dengan ibadah yang namanya shalat, agar mereka belajar terhadap sesuatu yang baik bagi dirinya, memahami terhadap sesuatu yang membawa bencana terhadap dirinya (apabila meninggalkan shalat, sehingga tatkala mereka telah menginjak usia baliq, tidak butuh lagi kesulitan belajar, karena memang sudah terbiasa dan terlatih. (Hasan Ayyub, 2002 : 116)

b. Pengertian shalat jama’ah

Pengertian shalat jama‟ah sendiri ialah mengerjakan shalat baik shalat wajib maupun shalat lainnya yang dilakukan secara bersama-sama yang terdiri dari beberapa orang-orang muslim baik perempuan maupun laki-laki yang sekurang-kurangnya atau minimal terdiri dari 2 (dua) orang dan maksimal tidak terbatas. Shalat secara berjama‟ah ini juga sering dikenal dengan sebutan shalat makmum kemudian untuk mengerjakan

(36)

shalat berjama‟ah ini bisa dilakukan di manapun seperti di masjid, rumah, tanah lapang dan lain-lain

Shalat berjamaah adalah shalat yang dilakukan oleh beberapa orang yang terdiri dari “Imam” dan “Makmum”. Imam adalah orang yang

memimpin shalat berjamaah. Sedangkan Makmum adalah orang yang berdiri dibelakang imam sebagai jamaah.Orang yang sah menjadi imam haruslah laki-laki kepada orang laki-laki, wanita makmum kepada laki-laki, wanita makmum kepada wanita, banci makmum kepada laki-laki, wanita makmum kepada banci.

“Makmum” merupakan beberapa orang yang mengikuti segala gerak-gerik imamnya dalam rangkaian sholat.Sholat berjamaah bila

dikerjakan mendapatkan pahala 27 derajat dari pada shalat sendiri. Apabila kita datang terlambat dalam shalat berjamaah, imam masih atau sedang membaca surat. Kita langsung saja Takbiratul Ihram dan membaca Al Fatihah sedapat mungkin.Tetapi jika kita sempat ikut sesudah rukuk atau sujud atau duduk diantara dua sujud atau Tasyahud awal, tidak terhitung dalam satu rakaat. Maka setelah imam memberi salam. Kita lanjut menambah kekurang rakaatnya

c. Ketentuan Sholat Berjamaah 1) Syarat Menjadi Imam

Jika kamu melaksanakan sholat berjamaah, paling sedikit harus ada dua orang atau lebih. Satu orang menjadi imam, dan yang lain menjadi makmum. Yang dimaksud imam dalam sholat adalah seseorang yang diangkat untuk memimpin pelaksanaan sholat berjamaah.Secara umum ketentuan untuk menjadi imam sholat meliputi:

a) Imam hendaklah orang yang lebih dalam ilmu agamanya

b) Imam hendaklah orang yang lebih fasih bacaan Al-Qur'annya dan banyak hafalannya

c) Imam hendaklah orang yang memahami hukum-hukum sholat d) Imam hendaklah berdiri di depan makmun

e) Imam hendaklah orang yang berakhlak mulia f) Imam hendaklah berniat menjadi imam d. Saf Sholat Berjamaah

Saf dalam sholat berjamaah artinya barisan sholat makmum di belakang imam.Sebelum sholat berjamaah dimulai, saf harus di tata agar rapi dan tertib.Saf yang baik adalah saf yang lurus, rapat, dan tertib. Oleh karena itu sebelum sholat berjamaah dimulai, imam disunahkan untuk

(37)

memerintahkan para makmun agar meratakan saf serta menutupi barisan yang masih lowong sebelum memulai sholat

e. Hikmah shalat berjama’ah

Sholat berjamaah juga memiliki fungsi dalam hubungan kemanusiaan.Hubungan ini ditunjukkan dengan simbol-simbol yang terdapat di dalamnya.Mulai dari keberadaan imam, makmum serta barisan dan lainnya.Dalam sholat berjamaah, imam diibaratkan sebagai pimpinan yang harus diikuti.Saat imam rukuk, makmum juga harus rukuk, demikian seterusnya. Proses ikutnya makmum kepada imam tidak dilakukan secara buta. Artinya, jika imam membuat kesalahan dalam bacaan, gerakan atau rukun sholat yang lain, makmum tidak boleh membiarkan, tetapi harus mengingatkannya. Begitu juga, sewaktu-waktu imam batal, tiba-tiba sakit atau mengalami kejadian luar biasa seperti lupa ingatan, maka makmum di belakangnya harus cekatan untuk maju mengganti posisi imam.

Saat sholat jamaah berlangsung saf atau barisan di mana makmum berdiri sholat harus lurus tidak boleh berbengkok-bengkok. Sebagaimana dikisahkan oleh Ibnu mas'ud, sahabat Nabi saw., suatu ketika saat hendak sholat berjamaah, Nabi menyentuh setiap bahu kami sambil bersabda:

"Luruskan safmu, jangan bengkok-bengkok. Saf yang bengkok-bengkok akan menyebabkan hatimu terpecah-pecah." (H.R.Muslim)

B. Studi Relevan

1. Penelitian Agus Riyadi yang berjudul “Ibadah Shalat Siswa MI Ma‟arif NU Banjarsari, Kecamatan Ajibarang”, skripsi tahun 2013 yang mana di dalam skripsi ini dijelaskan kasus ibadah shalat siswa wajib sehari semalam lima kali, dimana siswa mendapatkan pengobatan kasus yang terjadi dengan cara bimbingan dan penyuluhan agama, juga perlu mendapatkan bimbingan ataupun pengawasan dari orang tua. Penulis disini lebih menspesifikasikan yakni mengenai upaya pembiasaan pengamalan ibadah shalat siswa.

2. Penelitian Sangadah yang berjudul “Upaya Peningkatan Ibadah Shalat Bagi Siswa Di Madrasah Ibtidai‟ah Al Ikhlas Karang Pucung, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas”, skripsi tahun 2013 membahas tentang upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah kepada kelas III-VI dalam meningkatkan pengamalan Ibadah shalat di MI al Ikhlas Karang Pucung.

3. Penelitian yang berjudul “Upaya Pembiasaan Ibadah Shalat Siswa Di Mts Model Purwokerto Kabupaten Banyumas Pelajaran 2011/2012” oleh Izul

(38)

Musyafa Hadi, yang membahas tentang pembiasaan para siswa dalam melakukan ibadah shalat di sela-sela pelajaran yang ada di dalam kurikulum.

Berdasarkan skripsi di atas dengan judul skripsi yang penulis angkat memiliki kesamaan yaitu sama-sama membahas tentang peningkatan

pembiasaan ibadah shalat.Sementara perbedaan dengan ketiga skripsi tersebut adalah ketiga skripsi tersebut membahas upaya yang dilakukan oleh para guru dalam melakukan pembiasaan shalat.Sedangkan dalam skripsi penulis

membahas Strategi pembiasaan shalat jama‟ah di sekolah. Dalam skripsi yang penulis tulis lebih pada bagaimana Strategi pembiasaan shalat berjama‟ah di SMPN 20 Tanjabtim serta faktor penghambat dan pendukungnya.

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif yang dilihat melalui sudut pandang pendidikan dengan mengkaji tentang Strategi Guru Pendidikan

Agama Islam Dalam Menanamkan Sholat Berjama‟ah Di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur. Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan dianalisis secara kualitatif bukan dengan cara kuantitatif yang menggunakan alat ukur tertentu. Melalui pendekatan kualitatif ini diharapkan terangkat gambaran mengenai kualitas, realitas sosial dan persepsi sasaran peneliti tanpa tercemar oleh pengukuran formal.

Format desain penelitian kualitatif terdiri dari tiga model, yaitu format deskriptif, format verifikasi, dan format grounded research. Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif, yaitu penelitian yang memberi gambaran secara cermat mengenai individu atau kelompok tertentu tentang keadaan dan gejala yang terjadi (Koentjaraningrat, 1993:89).

Selanjutnya penelitian kualitatif menurut Moleong (2007:6) adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Menurut Bogdan dan Taylor (1975) yang dikutip oleh Moleong (2007:4) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Selanjutnya dijelaskan oleh David Williams (1995) seperti yang dikutip Moleong (2007:5) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah.

B. Setting dan Subjek Penelitian

1. Setting Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur, karena berdasarkan grand tour yang pernah peneliti

(40)

amati masih terdapat siswa yang tidak melaksanakan sholat terutama waktu zuhur di sekolah.

2. Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti adalah siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur yang diambil dengan menggunakan cara

“purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi. (Sugiyono, 2009 : 85 ) Maka ditetapkan informan kunci (key informan) adalah siswa sebagai

responden, sedangkan kepala sekolah Dan Guru Pendidikan Agama Islam dijadikan informan.

Subjek dalam penelitian ini sebagian didatangi dan diwawancarai, dan sebagian lagi didatangi untuk diamati atau diobservasi secara langsung.Hal ini dilakukan untuk penyesuaian informasi atau data yang diperoleh melalui wawancara dengan data yang diperoleh melalui observasi melalui teknik triangulasi, sehingga data atau informasi sampai pada titik jenuh.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Data merupakan sejumlah bukti dan fakta yang dikumpulkan dan disajikan untuk tujuan tertentu.berdasarkan sumbernya, data terdiri dari data primer dan data skunder.

a). Data Primer

“Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau obyek yang diteliti. Oleh karena itu, data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugas-petugasnya) dari sumber pertamanya. Data primer diperoleh melalui hasil wawancara, observasi dan dokumentasi mengenai Strategi Guru dalam Menanamkan Sholat

Berjama‟ah di Sekolah Mengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur

b). Data Sekunder

“Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri

pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah, koran keterangan-keterangan atau publikasi lainnya.(Mukhtar, 2007, 87) Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diambil mengenai gambaran

(41)

umum Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Tanjung Jabung Timur, seperti:

1) Historis dan geografis.

2) Struktur organisasi.

3) Keadaan guru dan siswa.

4) Keadaan sarana dan prasarana.

2. Sumber Data

Sumber data adalah dimana data diperoleh, sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat di peroleh. (Suharsimi Arikunto, 2010 : 172) Diantaranya :

1) Buku-buku yang bersangkutan dengan proposal ini seperti jurnal, skripsi- skripsi, dan sumber-sumber yang berkaitan dengan proposal ini.

2) Informan, seperti : Kepala sekolah, guru Sekolah Menengah Pertama, dan siswa-siswa Sekolah Menengah Pertama yang bersangkutan pada lokasi penelitian.

3) Dokumentasi yang diambil dari dokumentasi yang terdapat dilapangan lokasi penelitian.

4) Arsip

5) Peristiwa/kejadian

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam rangka memperoleh data yang di perlukan untuk penulisan proposal skripsi ini, ada beberapa metode yang peneliti gunakan untuk pengumpulan data, diantaranya:

1. Observasi

“Metode observasi atau disebut juga dengan pengamatan merupakan kegiatan pemuatan perhatian semua objek dengan menggunakan seluruh indera.(Suharsimi Arikunto,2006, 156)

Observasi dilakukan dengan menggunakan panduan observasi yang disiapkan untuk memudahkan dan membantu peneliti dalam memperoleh data.Panduan tersebut dikembangkan dan diperbaharui selama penulis berada di lokasi penelitian. Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi partisipan, yang mana melibatkan diri secara langsung dalam lingkungan penelitian Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan dasar peserta didik yang mengikuti pendidikan pra sekolah terhadap prestasi belajar di kelas I MIS DDI Baru-Baru Tanga

Our main contributions can be summarized as follows: (i) we show that classi fi er ensembles formed by diversi fi ed components are promis- ing for tweet sentiment analysis; (ii)

lah dalam memimpin Muslimin dan politiknya saja—344; Kha- lifah terpilih — 345; Mengapa Umar memakai gelar Amirul- mukminin — 345; Hubungan politik antar negeri-negeri Arab di

(4) Baik (3) Cukup (2) Perlu Bimbingan (1) Penulisan hasil identifikasi ditulis dengan benar, sistematis dan jelas, yang menunjukkan keterampilan penulisan yang

Biaya penggabungan usaha adalah keseluruhan nilai wajar (pada tanggal pertukaran) dari aset yang diperoleh, liabilitas yang terjadi atau yang ditanggung dan instrumen

Ciri khas yang paling menonjol dari bunga mawar adalah batangnya yang berduri, batang yang berduri ini memiliki fungsi utama sebagai alat untuk mempertahankan diri dari musuh alami

PEMBERIAN CORRECTIVE FEEDBACK DALAM PEMBIMBINGAN MENULIS KARYA ILMIAH: STUDI KASUS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 7 SURAKARTA Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu

After showing the tendency and majority of learning styles on the two faculties, there are some suggestions the writer would make for the learners and the