• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

H. Teknik Analisis Data

Terdapat dua bentuk data yang akan diolah pada penelitian ini, antara lain data proses dan data hasil. Data proses dapat dianalisis melalui angket, observasi, dan wawancara. Data hasil belajar pada penelitian ini berupa data hasil tes keterampilan berbicara melalui pemberian tes awal dan tes akhir. Tes awal dilaksanakan sebelum perlakuan, sedangkan tes akhir dilaksanakan setelah diberikan perlakuan. Data hasil tes tersebut akan dianalisis dengan mengacu pada pedoman penilaian. Selanjutnya data tersebut akan diolah dan dianalisis secara statistik dengan menggunakan bantuan perangkat lunak (software) berupa program IBM SPSS 20. Olah data dengan program IBM SPSS 20 ini dilakukan untuk menguji normalitas data, menguji homogenitas variansi data, menguji signifikansi perbedaan skor rata-rata gain, dan menguji hipotesis dengan uji-t. Berikut dipaparkan langkah-langkah proses pengolahan data dalam penelitian ini:

1. Memberikan skor berdasarkan bobot dari setiap aspek yang dinilai dalam keterampilan berbicara, sesuai dengan pedoman penilaian yang telah ditentukan. Pemberian skor mengacu pada tingkat pencapaian dalam rubrik penilaian keterampilan berbicara yang diadaptasi dari Nurgiyantoro (2012, hlm. 410) bahwa terdapat skor sebagai berikut:

Tabel 3.2 Skor Jawaban

Skor Tingkat Pencapaian

5 Baik sekali, tepat sekali

4 Baik

3 Sedang

2 Kurang

1 Kurang sekali

Selanjutnya skor tersebut dikalikan dengan bobot dari setiap aspek kebahasaan dan nonkebahasaan yang menjadi penilaian dalam keterampilan berbicara. Hasil kali dari seluruh aspek tersebut dapat dijumlahkan untuk mengetahui jumlah skor/nilai akhir.

61

Tabel 3.3 Skor Ideal

Aspek Bobot Skor Jumlah Skor Ideal dari Setiap Aspek

Kebahasaan 3 5 15 3 5 15 2 5 10 2 5 10 Nonkebahasaan 2 5 10 2 5 10 3 5 15 3 5 15 Jumlah skor 100

2. Melakukan uji normalitas data melalui hasil tes awal pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji normalitas dilakukan untuk menyelidiki apakah data yang dikumpulkan mengikuti dugaan mengikuti distribusi normal atau tidak (Pramesti, 2014, hlm. 24). Dalam uji normalitas data, terdapat teknik

Kogmogorov-smirnov dan Shapiro-Wilks. Teknik Kogmogorov-smirnov

merupakan uji normalitas untuk sampel dalam jumlah besar. Dengan taraf nyata  = 0,05 < nilai Sig, maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal. Sementara teknik Shapiro-Wilks merupakan uji normalitas data untuk sampel yang kecil. Dengan taraf nyata  = 0,05 < nilai Sig, maka dapat dikatakan pula bahwa data berdistribusi normal. Hipotesis pengujian uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

- Jika Sig < maka H0 ditolak, dengan  = 0,05

- Jika Sig ≥  maka H0 diterima, dengan  = 0,05

3. Melakukan uji homogenitas variansi data melalui hasil tes awal pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji homogenitas dilakukan untuk menguji data tes awal dan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians data yang sama. Dengan taraf nyata  = 0,05 < nilai Sig, maka dapat dikatakan bahwa variansi skor kemampuan keterampilan berbicara kedua

62

Hilda Nurul Mawaddah, 2015

kelas adalah homogen/sama. Hipotesis pengujian uji homogenitas adalah sebagai berikut:

H0: Variansi skor keterampilan berbicara kedua kelas homogen H1: Variansi skor keterampilan berbicara kedua kelas tidak homogen

Perhitungan uji homogenitas dilakukan dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:

-Jika Sig < maka H0 ditolak, dengan  = 0,05

-Jika Sig ≥  maka H0 diterima, dengan  = 0,05

4. Menghitung peningkatan (gain) antara skor tes awal dan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Gain adalah selisih antara skor postes dan skor pretes, yang kemudian jumlah skor tersebut dihitung rata-ratanya.

5. Menguji hipotesis atau uji signifikansi perbedaan skor rata-rata gain data hasil tes awal dan tes akhir dari kelas eksperimen dan kontrol melalui uji-t. Taraf nyata pada uji-t ini sebesar = 0,05. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:

H0 : KK = KE

(Tidak terdapat perbedaan skor rata-rata gain hasil pembelajaran keterampilan berbicara pada kelas kontrol dan kelas eksperimen)

H1 : KK KE,

(Terdapat perbedaan skor rata-rata gain hasil pembelajaran keterampilan berbicara pada kelas kontrol dan kelas eksperimen)

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut: 1) Jika thitung < ttabel, maka H1 diterima

Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak

2) Jika asymp.Sig.(2-tailed) < , maka H0 ditolak, dengan  = 0,05 Jika asymp.Sig.(2-tailed) ≥ , maka H0 diterima, dengan  = 0,05 6. Menafsirkan hasil uji hipotesis.

162

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

1. Perencanaan dimulai dengan mempersiapkan bahan ajar berupa legenda tokoh si Pitung dan si Mirah, menyiapkan tahapan-tahapan yang akan dilalui peserta didik dalam pembelajaran keterampilan berbicara, menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan metode yang akan diterapkan, dan menyiapkan pedoman penilaian keterampilan berbicara dengan penerapan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik.

2. Proses pembelajaran keterampilan berbicara dengan penerapan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik berjalan dengan lancar dan kondusif. Pembelajaran ini dilakukan dalam 4 kali pertemuan. Pada pertemuan pertama dilaksanakan tes awal (sebelum perlakuan) dengan melihat keterampilan berbicara peserta didik. Pertemuan kedua, dan ketiga dilaksanakan perlakuan melalui penerapan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik. Kemudian pada pertemuan keempat dilaksanakan tes akhir (setelah perlakuan) dengan kembali melihat keterampilan berbicara peserta didik. Masing-masing pertemuan memiliki waktu sebanyak 2 x 40 menit (80 menit). Terdapat enam tahapan dalam penerapan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik, antara lain: 1) Tahap pembinaan keakraban, dalam tahap ini peserta didik dapat mengenal antara satu dengan yang lainnya, 2) Tahap identifikasi kebutuhan, sumber, dan kemungkinan hambatan, melalui tahapan ini sebagian besar peserta didik ingin mempelajari keterampilan berbicara, 3) Tahap perumusan tujuan belajar, tahapan ini membantu peserta didik untuk memaparkan beberapa tujuan dalam mempelajari keterampilan berbicara, 4) Tahap penyusunan program kegiatan pembelajaran, dalam tahap ini peserta didik diarahkan oleh pendidik untuk membuat program sederhana yang mungkin dilaksanakan dalam pembelajaran, 5) Tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran, melalui tahapan ini peserta didik

163

Hilda Nurul Mawaddah, 2015

mengetahui segala hal tentang legenda dan keterampilan berbicara melalui bahan ajar legenda si Mirah, dan 6) Tahap penilaian proses, hasil, dan pengaruh kegiatan pembelajaran, dalam tahapan ini peserta didik mencoba menilai dan mengevaluasi kelompok yang lain ketika maju ke depan kelas. Tahapan-tahapan tersebut telah dilaksanakan seluruhnya oleh pendidik. Hal tersebut dapat diketahui melalui lembar observasi. Selanjutnya, melalui lembar angket pun, sebagian besar dari peserta didik merasa antusias dalam mengikuti proses pembelajaran keterampilan berbicara dengan penerapan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik.

3. Metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik dalam pembelajaran keterampilan berbicara diakui oleh pendidik dan peneliti sebagai metode yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan partisipasi peserta didik (peserta didik lebih berperan aktif dalam pembelajaran), menumbuhkan keberanian untuk mengemukakan dan mengekspresikan pendapat secara terbuka pada peserta didik yang lain, melakukan upaya pemecahan terhadap pertentangan atau kesenjangan yang timbul akibat pembelajaran, bertanggung jawab dalam keterlibatannya pada pembelajaran yang telah disepakati dan ditetapkan bersama. Namun penggunaan metode ini cenderung menggunakan waktu yang lebih banyak dan menuntut pendidik untuk dapat lebih mengarahkan dan memberikan fasilitas pada peserta didik. Berdasarkan hasil analisis, pembelajaran keterampilan berbicara dengan penerapan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik telah efektif dalam meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik dalam bercerita dan mengekspresikan legenda tokoh Betawi yang menjadi bahan pembelajaran diperoleh rata-rata nilai tes awal (sebelum perlakuan) pada kelas eksperimen sebesar 64,83 dan mengalami peningkatan rata-rata nilai tes akhir (setelah diberikan perlakuan dengan penerapan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik) menjadi 82,46. Dapat dilihat pula,

gain pada kelas eksperimen mengalami rata-rata peningkatan sebesar

164

kelas eksperimen dan rata-rata nilai akhir kelas kontrol ini sangat tinggi. Nilai tes akhir kelas kontrol setelah proses belajar menggunakan metode terlangsung memiliki rata-rata 70,54. Selanjutnya, berdasarkan hasil uji-t dalam penghitungan statistik dengan menggunakan program IBM SPSS 20 diperoleh thitung = 6,294 dengan df=58. Dari tabel distribusi t diperoleh pula nilai

t0,025;58

= 2,00172. Karena terlihat bahwa t = 6,294 >

t0,025;58

= 2,00172, maka H0 ditolak. Begitu pula dengan nilai probabilitasnya, =5% = 0,05 > Sig.= 0,000, maka H0 ditolak. Artinya, H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan kata lain, terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil keterampilan berbicara peserta didik dengan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik dengan hasil keterampilan berbicara peserta didik dengan metode terlangsung pada kelas kontrol. Artinya, penerapan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik efektif dalam meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik.

B. Saran

1. Penerapan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik dalam pembelajaran keterampilan berbicara dibutuhkan persiapan dan perencanaan dengan sebaik-baiknya. Perencanaan dilakukan dengan menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai dengan tahapan-tahapan dalam metode yang akan diterapkan, menyiapkan bahan ajar yang mendukung proses pembelajaran keterampilan berbicara sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dengan maksimal, dan merencanakan pengelolaan waktu dengan sebaik-baiknya agar metode yang diterapkan akan berjalan dengan efektif.

2. Melalui penelitian ini, dengan penerapan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik pendidik diharapkan mampu menciptakan proses pembelajaran keterampilan berbicara yang dapat melibatkan peserta didik secara aktif dengan melibatkan gerak anggota tubuh. Sebaiknya proses pembelajaran pula dibentuk agar lebih menyenangkan bagi peserta didik, menyemangati, dan memotivasi peserta didik dalam pembelajaran.

165

Hilda Nurul Mawaddah, 2015

3. Metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik layak dipertimbangkan sebagai metode pembelajaran alternatif dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara. Metode yang diterapkan dalam pembelajaran sebaiknya dapat menumbuhkan dan mengembangkan partisipasi peserta didik, menumbuhkan keberanian untuk mengemukakan dan mengekspresikan pendapat peserta didik secara terbuka, melakukan upaya pemecahan terhadap pertentangan atau kesenjangan yang timbul akibat pembelajaran, dan bertanggung jawab dalam keterlibatannya pada pembelajaran yang telah disepakati dan ditetapkan bersama.

166

Dokumen terkait