• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode Partisipatori yang Berbasis Kecerdasan Kinestetik untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara (Studi Eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas VII MTs Negeri 38 Jakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Metode Partisipatori yang Berbasis Kecerdasan Kinestetik untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara (Studi Eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas VII MTs Negeri 38 Jakarta."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PARTISIPATORI

YANG BERBASIS KECERDASAN KINESTETIK

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

(Studi Eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas VII MTs Negeri 38 Jakarta)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

oleh

Hilda Nurul Mawaddah

NIM 1201413

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

==================================================================

PENERAPAN METODE PARTISIPATORI

YANG BERBASIS KECERDASAN KINESTETIK

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

(Studi Eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas VII MTs Negeri 38 Jakarta)

Oleh

Hilda Nurul Mawaddah

S.Pd Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

© Hilda Nurul Mawaddah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

HILDA NURUL MAWADDAH

PENERAPAN METODE PARTISIPATORI YANG BERBASIS KECERDASAN KINESTETIK

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

(Studi Eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas VII MTs Negeri 38 Jakarta)

disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Prof. Dr. Hj. Yoce Aliah Darma, M.Pd. NIP 130256690

Pembimbing II

Dr. Hj. Vismaia S. Damaianti, M.Pd. NIP 196704151992032001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

(4)
(5)

i

Hilda Nurul Mawaddah, 2015

PENERAPAN METODE PARTISIPATORI YANG BERBASIS KECERDASAN KINESTETIK UNTUK

ABSTRAK

Tesis ini berjudul “Penerapan Metode Partisipatori yang Berbasis Kecerdasan Kinestetik untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara (Studi Eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas VII MTs Negeri 38 Jakarta)”.

Penelitian ini dilakukan untuk menguji keefektifan penerapan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik dalam meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu rumusan metode pembelajaran dalam pembelajaran keterampilan berbicara yang lebih menarik dan bermanfaat bagi peserta didik dalam upaya menciptakan perbaikan dan peningkatan kualitas dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara. Maka dibutuhkan metode pembelajaran yang mampu melibatkan peserta didik secara aktif dan turut berpartisipasi dalam pembelajaran.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian studi eksperimen dengan desain the randomized pretest-postest control group design. Metode penelitian ini digunakan untuk memberikan perlakuan yang berbeda pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain teknik tes, observasi, angket, dan wawancara. Penelitian ini dilakukan pada peserta didik kelas VII di MTs Negeri 38 Jakarta yang berjumlah 30 orang pada kelas eksperimen dan 30 orang pada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan penerapan metode pembelajaran partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik dan pada kelas kontrol dengan diberikan metode pembelajaran terlangsung.

Melalui penelitian ini, diperoleh temuan bahwa rata-rata nilai peserta didik pada tes akhir dalam kelas eksperimen sebesar 82,5667, sedangkan rata-rata nilai tes akhir dalam kelas kontrol sebesar 70,7333. Artinya, rata-rata-rata-rata nilai tes akhir pada kelas eksperimen lebih besar dari rata-rata nilai tes akhir pada kelas kontrol. Diperoleh thitung = 6,294 dengan df=58. Dari tabel distribusi t diperoleh pula nilai t0,025;58 = 2,00172. Karena terlihat bahwa t = 6,294 > t0,025;58 = 2,00172, maka H0 ditolak. Begitu pula dengan nilai probabilitasnya, =5% = 0,05 > Sig.= 0,000, maka H0 ditolak. Artinya, H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan kata lain, terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil keterampilan berbicara peserta didik dengan penerapan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik dengan hasil keterampilan berbicara peserta didik dengan penggunaan metode terlangsung pada kelas kontrol.

(6)

ABSTRACT

This thesis entitled "Application of Participatory Method Based on

Kinesthetic Intelligence to Improve Speaking Skills (Experimental Study on Students Class VII MTs Negeri 38 Jakarta)". This study was conducted to test

the effectiveness of the implementation of the participatory method based on kinesthetic intelligence to improve the skills of speaking learners. This research is expected to produce a formulation method of learning in learning conversational skills more attractive and useful for learners as an effort to create quality improvement in the learning process of speaking’s skills. Therefore, learning method that is able to engage learners actively and participate in learning is needed.

The method used is the experimental research study design with the randomized pretest-posttest control group design. This research method is used to provide different treatment in the experimental class and control class. The techniques used in data collection techniques include tests, observations, questionnaires, and interviews. Research was conducted on students in class VII MTs Negeri 38 Jakarta, consisting of 30 students in the experimental class and 30 in the control class. The experimental class treatment was given the application of participatory learning methods based on kinesthetic intelligence and control class was provided straight learning methods.

Through this research, it is found that the average value of students in the final test in the experimental class of 82,5667, while the average value of the final test in the control class is 70,7333. That is, the average value of the final test at the experimental class is greater than the average value of the final test on the control class. Obtained tarithmetic = 6,294 with df = 58. T table

distribution obtained from the value t0,025;58 = 2,00172. Because it appears that t

= 6,294 >

t0,025;58

= 2,00172, then H0 is rejected. Similarly, the probability value, =5% = 0,05 > Sig.= 0,000, then H0 is rejected. That is, H0 is rejected and H1 accepted. In other words, there is a significant difference between the results of the speaking skills of students with the application of participatory methods based on kinesthetic intelligence with the results of speaking skills of students with the use of straight methods in the control class.

(7)

iii

(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH ... ABSTRAK ...

A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ... C. Pembatasan Masalah ... D. Perumusan Masalah ... E. Tujuan Masalah ... F. Manfaat Penelitian ... G. Anggapan Dasar ... H. Hipotesis ... I. Definisi Operasional ... J. Sistematika Penelitian ... BAB II LANDASAN TEORETIS

A. Pengertian Metode Pembelajaran ... B. Metode Partisipatori ...

1. Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Metode Pembelajaran Partisipatori ...

2. Tahapan Pembelajaran dalam Penerapan Metode Partisipatori ... C. Kecerdasan Kinestetik ... D. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa ... 1. Pengertian Keterampilan Berbicara ... 2. Jenis Keterampilan Berbicara ...

(9)

ii

Hilda Nurul Mawaddah, 2015

3. Tujuan Keterampilan Berbicara ... 4. Pencapaian Keterampilan Berbicara ... 5. Penilaian dalam Tes Keterampilan Berbicara ... 6. Hubungan antara Berbicara dengan Membaca ... E. Hakikat Membaca Sastra ... F. Penceritaan Kembali... G. Hakikat Legenda... H. Unsur-unsur yang Membangun Sebuah Cerita ... I. Tujuan Pengajaran Sastra Di Sekolah Menengah Pertama ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... B. Desain Penelitian ... C. Sumber Data Penelitian ... 1. Populasi ... 2. Sampel ... D. Teknik Pengumpulan Data ...

E. Instrumen Penelitian ... 1. Pedoman Penilaian Tes ... 2. Pedoman Lembar Observasi ... 3. Pedoman Wawancara ... 4. Pedoman Angket ... F. Deskripsi Perencanaan Model Pembelajaran ... G. Prosedur Penelitian ... H. Teknik Analisis Data ... BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Pelaksanaan dan Penerapan Metode Partisipatori yang Berbasis Kecerdasan Kinestetik ... 1. Pertemuan Pertama ... 2. Pertemuan Kedua ... 3. Pertemuan Ketiga ... 4. Pertemuan Keempat ...

(10)

B. Data dan Deskripsi Hasil Pembelajaran Keterampilan Berbicara dengan Penerapan Metode Partisipatori yang Berbasis Kecerdasan Kinestetik ... 1. Faktor Kebahasaan ... a. Pilihan Kata/Diksi ... b. Struktur Kalimat ... c. Penggunaan Pelafalan ... d. Penggunaan Intonasi ... 2. Faktor Nonkebahasaan ... a. Sikap yang Wajar, Tenang, dan Tidak Kaku ... b. Penguasaan Medan ... c. Penguasaan (Pemahaman Isi Cerita) ... d. Gerak/mimik ... C. Hasil Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara dengan Penerapan Metode Partisipatori yang Berbasis Kecerdasan Kinestetik ...

(11)

iv

Hilda Nurul Mawaddah, 2015

DAFTAR TABEL

Pedoman Penilaian Hasil Berbicara dengan Penerapan Metode Partisipatori yang Berbasis Kecerdasan Kinestetik ... Skor Jawaban ... Penggunaan Diksi/Pilihan Kata pada Tes Awal di Kelas Kontrol .. Penggunaan Diksi/Pilihan Kata pada Tes Akhir di Kelas Kontrol . Penggunaan Struktur Kalimat pada Tes Awal di Kelas Eksperimen ... Penggunaan Struktur Kalimat pada Tes Akhir di Kelas Eksperimen ... Penggunaan Struktur Kalimat pada Tes Awal di Kelas Kontrol .... Penggunaan Struktur Kalimat pada Tes Akhir di Kelas Kontrol ... Penggunaan Pelafalan pada Tes Awal di Kelas Eksperimen ... Penggunaan Pelafalan pada Tes Akhir di Kelas Eksperimen ...

Penggunaan Pelafalan pada Tes Awal di Kelas Kontrol ... Penggunaan Pelafalan pada Tes Akhir di Kelas Kontrol ...

(12)

Tabel 4.18 Perbedaan Pemahaman/Penguasaan Isi Cerita pada Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Eksperimen ... Perbedaan Pemahaman/Penguasaan Isi Cerita pada Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Kontrol ... Perbedaan Gerak/Mimik pada Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Eksperimen ... Perbedaan Gerak/Mimik pada Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Kontrol ... Hasil Observasi pada Pendidik dalam Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara dengan Penerapan Metode Partisipatori yang Berbasis Kecerdasan Kinestetik ... Hasil Observasi pada Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara dengan Penerapan Metode Partisipatori

(13)

vi

Hilda Nurul Mawaddah, 2015

DAFTAR GAMBAR

Gambarl 4.1

Gambar 4.2

Gambar 4.3

Gambar 4.4

Gambar 4.5

Gambar 4.6

Gambar 4.7

Gambar 4.8

Gambar 4.9

Grafik Penggunaan Diksi/Pilihan Kata pada Tes Awal dan Tes

Akhir di Kelas Eksperimen ... Grafik Penggunaan Struktur Kalimat pada Tes Awal dan Tes Akhir di Kelas Eksperimen ...

Grafik Penggunaan Pelafalan pada Tes Awal dan Tes Akhir di Kelas Eksperimen ... Grafik Penggunaan Intonasi pada Tes Awal dan Tes Akhir di Kelas Eksperimen ... Grafik Perbedaan Sikap dalam Berbicara pada Tes Awal dan Tes Akhir di Kelas Eksperimen ... Grafik Penguasaan Medan pada Tes Awal dan Tes Akhir di Kelas Eksperimen ... Grafik Pemahaman/Penguasaan Isi Cerita pada Tes Awal dan Tes Akhir di Kelas Eksperimen ... Grafik Gerak/Mimik pada Tes Awal dan Tes Akhir di Kelas Eksperimen ... Grafik Gain dan Peningkatan Rata-rata Hasil Pembelajaran pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ...

79

91

102

110

118

123

130

138

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Lampiran

Lampiran

Lampiran

Lampiran

Lampiran

Lampiran

Lampiran

Lampiran

Lampiran

Lampiran

Lampiran

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pembelajaran Keterampilan

Berbicara dengan Penerapan Metode Partisipatori yang Berbasis Kecerdasan Kinestetik

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pembelajaran Keterampilan

Berbicara dengan Penerapan Metode Pembelajaran Terlangsung

3. Lembar Observasi pada Pendidik dalam Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara dengan Penerapan Metode Partisipatori yang Berbasis Kecerdasan Kinestetik

4. Lembar Observasi pada Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara dengan Penerapan Metode Partisipatori yang Berbasis Kecerdasan Kinestetik

5. Lembar Angket Respon Peserta Didik dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara dengan Penerapan Metode Partisipatori yang Berbasis Kecerdasan Kinestetik

6. Pedoman Wawancara dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara dengan Penerapan Metode Partisipatori yang Berbasis Kecerdasan Kinestetik

7. Lembar Penilaian Keterampilan Berbicara Peserta Didik pada Kelas Kontrol

8. Lembar Penilaian Keterampilan Berbicara Peserta Didik pada Kelas Eksperimen

9. Skor gain Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen

10. Pengolahan Data (uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis dengan tabel t)

(15)

viii

Hilda Nurul Mawaddah, 2015

Lampiran

Lampiran

Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran

13. Hasil Observasi pada Pendidik dalam Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara dengan Penerapan Metode Partisipatori yang Berbasis Kecerdasan Kinestetik

14. Hasil Observasi pada Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara dengan Penerapan Metode Partisipatori yang Berbasis Kecerdasan Kinestetik

15. Foto Kegiatan Penelitian

16. Surat Keterangan dan Lembar Validasi Instrumen

17. Surat Keputusan Perpanjangan Pembimbing Penulisan Tesis 18. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian

19. Tabel t

20. Bahan Ajar Legenda Si Pitung dan Si Mirah

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Manusia tidak pernah lepas dari aktivitas berbahasa dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa digunakan seseorang sebagai alat komunikasi antar sesamanya. Kegiatan komunikasi tersebut merupakan salah satu bentuk aktivitas seseorang sebagai makhluk sosial. Dengan kata lain, bahasa memegang peran yang sangat penting dalam berkomunikasi.

Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang perlu dikuasai dengan baik untuk menunjang kegiatan berkomunikasi antara individu dengan yang lainnya. Dengan penguasaan keterampilan berbicara yang baik, peserta didik dapat dengan mudah mengomunikasikan ide yang mereka miliki baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari dengan orang-orang di

sekitanya.

Keterampilan berbahasa dapat diperoleh seseorang melalui latihan secara terus-menerus. Dengan latihan, maka keterampilan tersebut akan semakin baik dimiliki. Tanpa latihan dengan terus menerus, keterampilan seseorang diragukan akan mengalami kemajuan. Dalam hal ini, pembelajaran keterampilan berbahasa merupakan salah satu pembelajaran yang sangat penting bagi peserta didik. Pembelajaran keterampilan berbahasa yang baik di sekolah merupakan salah satu cara untuk mengasah keterampilan berbahasa yang dimiliki oleh peserta didik.

(17)

2

Hilda Nurul Mawaddah, 2015

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi seharusnya ditunjang oleh kemampuan pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu terapan maupun ilmu pengetahuan dasar secara seimbang. Salah satu usaha untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan dasar adalah dengan meningkatkan keterampilan berbahasa. Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia antara lain terdapat beberapa aspek kemampuan berbahasa yang meliputi aspek mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Melalui pembelajaran bahasa Indonesia, peserta didik diharapkan memiliki kemampuan untuk menangkap makna dari sebuah pesan atau informasi yang disampaikan, serta memiliki kemampuan untuk menalar dan mengemukakan kembali pesan atau informasi yang diterimanya. Peserta didik pula diharapkan memiliki kemampuan untuk mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik. Kompetensi tersebut dapat dicapai melalui proses pemahiran yang dilatih dan dialami dalam kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada hakikatnya bertujuan untuk

mengajarkan, melatih, dan mengarahkan peserta didik dalam berbahasa dan berinteraksi dalam masyarakat. Melalui interaksi tersebut, peserta didik dapat berkomunikasi untuk menyampaikan ide maupun pendapatnya melalui bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan kata lain, secara tidak langsung pembelajaran bahasa Indonesia mengharapkan peserta didik terampil dalam berbahasa baik secara lisan maupun tertulis.

Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan pengungkapan pikiran, gagasan, dan pendapat tersebut adalah keterampilan berbicara. Berbicara sebagai keterampilan berbahasa yang bersifat produktif-aktif merupakan salah satu kompetensi dasar berbahasa yang harus dimiliki peserta didik agar terampil berkomunikasi secara lisan.

(18)

3

sekolah, peserta didik diharapkan tidak hanya mampu menguasai dan menghapal teori yang mereka pelajari, tetapi juga memiliki kemampuan menggunakan bahasa sebagaimana tujuan utamanya, dalam hal ini bercerita dapat digunakan untuk mengasah keterampilan berbicara peserta didik.

Cerita dan tradisi bercerita sudah dikenal jauh sebelum manusia mengenal tulisan. Cerita merupakan salah satu sarana penting untuk mempertahankan eksistensi diri. Bercerita tidak hanya digunakan untuk memahami dunia dan mengekspresikan gagasan, ide-ide, dan nilai-nilai, melainkan juga sebagai sarana penting untuk memberikan pemahaman tentang dunia kepada orang lain, menyimpan, dan mewariskan gagasan serta nilai-nilai tersebut dari generasi ke generasi berikutnya (Nurgiyantoro, 2005, hlm. 164).

Bercerita merupakan salah satu jenis berbicara untuk melaporkan. Menurut Tarigan (1981, hlm. 27), pembicaraan-pembicaraan yang bersifat informatif ini menyandarkan diri pula pada lima sumber utama, antara lain: 1) Pengalaman-pengalaman yang harus dihubung-hubungkan seperti perjalanan, petualangan, cerita roman/novel; 2) proses-proses yang harus dijelaskan, seperti

pembuatan sebuah buku, mencampur pigmen-pigmen untuk membuat warna-warna, merekam serta memotret bunyi; 3) tulisan-tulisan yang harus dijelaskan/dipahami; 4) ide-ide atau gagasan-gagasan yang harus disingkapkan seperti makna estetika; 5) instruksi-instruksi atau pengajaran-pengajaran yang harus digambarkan dan diragakan. Berdasarkan pengklasifikasian tersebut, bercerita merupakan salah satu jenis keterampilan berbicara untuk melaporkan yang tujuannya menanamkan informasi mengenai sebuah cerita/fiksi.

(19)

4

Hilda Nurul Mawaddah, 2015

wawancara langsung kepada salah satu guru bahasa Indonesia yang mengajar di MTs Negeri 38 Jakarta tersebut. Ternyata diketahui bahwa peserta didik sulit sekali untuk menyimpulkan materi atau bahkan hanya berbicara dengan tema bebas dengan menggunaakan bahasa Indonesia yang baik di depan kelas. Hal tersebut dapat pula dilihat dari hasil pembelajaran peserta didik dalam keterampilan berbicara yang kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimum.

Meninjau dari hal tersebut, alangkah baiknya jika terdapat metode atau cara yang tepat untuk memperbaiki proses pembelajaran keterampilan berbicara peserta didik. Maka dibutuhkan metode pembelajaran yang mampu melibatkan peserta didik secara aktif dan turut berpartisipasi dalam pembelajaran. Peserta didik tidak lagi menjadi tempat guru mencurahkan seluruh ilmu pengetahuannnya. Peserta didik dituntut aktif dan saling bekerja sama dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran pula seharusnya mampu menjaga minat dan motivasi peserta didik untuk terus tertarik, serta berperan aktif dalam pembelajaran. Hal ini penting untuk tercapainya tujuan dalam pembelajaran.

Melalui observasi tersebut, peneliti mencoba menerapkan metode

pembelajaran keterampilan berbicara yang sesuai dengan karakteristik peserta didik kelas tujuh Sekolah Menengah Pertama yang belum baik keterampilan berbicaranya. Metode pembelajaran yang akan peneliti terapkan adalah metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik untuk meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik.

(20)

5

pembelajaran. Oleh karena itu, peserta didik diharapkan terlibat aktif dalam mempraktikkan dan melatih lebih lagi keterampilan berbicaranya dengan awalnya menggunakan teknik membaca sastra yaitu membaca legenda tokoh Si Pitung yang disediakan oleh peneliti. Kemudian peserta didik dan peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan tahapan dalam metode partisipatori. Setelah itu peserta didik menceritakan kembali dengan turut melibatkan anggota tubuh sebagai alat untuk mengekspresikan sesuai dengan apa yang ia baca dari legenda tokoh tersebut.

Metode partisipatori yang beorientasi kecerdasan kinestetik ini merupakan metode yang melibatkan peran peserta didik secara aktif dengan menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaannya dalam proses belajar mengajar. Kecerdasan kinestetik merupakan salah satu kecerdasan dalam kecerdasan majemuk (multiple intelligence). Menurut Yaumi (2012, hlm. 18), Kecerdasan kinestetik memungkinkan manusia membangun hubungan yang penting antara pikiran dan tubuh. Kecerdasan kinestetik pula dapat merangsang kemampuan seseorang untuk mengolah tubuh secara ahli, atau untuk

mengekspresikan gagasan dan emosi melalui gerakan. Oleh karena itu, metode ini diharapkan dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan atau meningkatkan keterampilannya dalam berbicara.

Penelitian terdahulu yang mengambil keterampilan berbicara sebagai keterampilan yang diteliti, di antaranya adalah Penggunaan Multimedia

Bermuatan Budaya Lokal dalam Pembelajaran Berbicara, yang dilakukan oleh

Marfuah (2013). Marfuah mengadakan penelitian yang bertujuan untuk menguji keefektifan penggunaan multimedia bermuatan budaya lokal dalam pembelajaran berbicara.

Dari hasil penelitian mengenai penggunaan multimedia bermuatan budaya lokal dalam pembelajaran berbicara, ditemukan adanya berbagai hal-hal berikut: 1) Dengan multimedia yang diterapkan dapat menumbuhkan motivasi dan

membantu siswa dalam berbicara.

(21)

6

Hilda Nurul Mawaddah, 2015

kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai thitung lebih besar dari ttabel

(5,972 > 1,995). Dengan demikian, hipotesis yang diajukan dapat diterima 3) Terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berbicara siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan menggunakan multimedia bermuatan budaya lokal dengan kemampuan berbicara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan media visual bermuatan budaya lokal.

Zaenur Rokhman (2011), melakukan penelitian Peningkatan Keterampilan

Berbicara Dialog Bahasa Indonesia melalui Penerapan Model Respons Verbal

dilengkapi dengan Gambar. Rokhman mengadakan penelitian tersebut dengan

tujuan mengembangkan potensi berbicara peserta didik dengan seluas-luasnya. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan model respons verbal dilengkapi gambar dapat meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik. Sebesar 7,8%, nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik sebesar 73,4%, sedangkan hasil yang dicapai sebesar 8,52%. Perilaku yang ditunjukkan peserta didik pun berubah setelah diberi perlakuan. Peserta didik lebih antusias mengikuti pembelajaran, bekerja sama dengan baik

dalam kelompoknya, tidak gugup dan semakin percaya diri ketika berbicara di depan kelas.

Roni Nugraha Syafroni (2012), mengadakan penelitian mengenai Studi

tentang Register Penyiar Radio sebagai Bahan Pembelajaran Berbicara serta

Pelaksanaannya pada Siswa. Syafroni mengadakan penelitian tersebut dengan

tujuan membangkitkan ketertarikan peserta didik pada saat pembelajaran berbicara berlangsung di kelas.

Hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa:

1) Peserta didik termotivasi untuk lebih percaya diri pada saat berbicara di depan umum dengan cara melaporkan berita.

2) Peserta didik mengetahui teori baru saat belajar melaporkan berita.

3) Peserta didik mengetahui manfaat pembelajaran berbicara berdasarkan hasil rekaman register penyiar radio.

(22)

7

partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik untuk meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik. Metode ini berbeda dengan ketiga penelitian terdahulu.

Berdasarkan paparan di atas, peneliti memberi judul pada tesis ini yaitu "Penerapan Metode Partisipatori yang Berbasis Kecerdasan Kinestetik untuk

Meningkatkan Keterampilan Berbicara (Studi Eksperimen terhadap Peserta Didik

Kelas VII MTs Negeri 38 Jakarta)".

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Berbicara merupakan salah satu keterampilan yang sulit dikuasai peserta didik dibandingkan keterampilan yang lainnya. Peserta didik terbiasa dengan kurang memahami dan menguasai apa yang akan ia tuturkan. 2. Pada umumnya, peserta didik kurang lancar dalam berbicara. Maka ia

kurang merespons dengan positif pembelajaran keterampilan berbicara. Hal ini berkaitan pula dengan kesulitan siswa dalam mencari dan

merangkai kata-kata yang baik dan benar. Sehingga yang timbul dalam dirinya adalah perasaan malu untuk berbicara.

3. Metode dan media pembelajaran keterampilan berbicara di sekolah kurang bervariasi.

4. Tidak beraninya siswa untuk menyampaikan ide, gagasan, dan pendapatnya ketika ia berbicara.

C.Pembatasan Masalah

(23)

8

Hilda Nurul Mawaddah, 2015

beberapa tahapan pembelajaran dengan menggunakan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik, dengan kemudian mampu mengasah keterampilan berbicara dengan pula menceritakan dan mengekspresikan legenda tokoh tersebut.

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah, maka dapat dirumuskan berbagai masalah dalam penelitian, seperti berikut ini.

1. Bagaimana perencanaan penerapan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik untuk meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik kelas tujuh di Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta?

2. Bagaimana pelaksanaan penerapan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik untuk meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik kelas tujuh di Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta?

3. Apakah penerapan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik efektif dalam meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik kelas tujuh di Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta?

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. mengetahui perencanaan penerapan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik untuk meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik kelas tujuh di Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta.

2. mengetahui pelaksanaan penerapan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik untuk meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik kelas tujuh di Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta.

3. mengetahui keefektifan dari penerapan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik dalam meningkatkan keterampilan berbicara

(24)

9

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan pada umumnya, khususnya bagi guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan peserta didik tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Manfaat bagi penulis, dapat menambah pengalaman dan pengetahuan mengenai pembelajaran berbicara, serta mengetahui proses pembelajaran dengan penggunaan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik.

2. Manfaat bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran berbicara, serta menjadi saran bagi guru untuk menggunakan metode dalam pembelajaran yang lebih bervariasi.

3. Manfaat bagi peserta didik, diharapkan peserta didik memperoleh pengalaman dan pengetahuan dalam pembelajaran, sehingga mampu meningkatkan kemampuan berbicara, khususnya menceritakan kembali dan mengekspresikan legenda yang dibacanya.

4. Manfaat bagi bidang keilmuan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

referensi untuk melengkapi pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia dan pembelajaran berbicara khususnya menceritakan kembali dan mengekspresikan legenda yang dibacanya melalui penggunaan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik.

G.Anggapan Dasar

Penelitian ini dilakukan berdasarkan beberapa anggapan dasar sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam proses dan tujuan pembelajaran.

2. Pembelajaran keterampilan berbicara akan berhasil dengan baik jika dilengkapi dengan penerapan metode pembelajaran yang mendukung peserta didik turut terlibat aktif dalam pembelajaran.

(25)

10

Hilda Nurul Mawaddah, 2015

H.Hipotesis

Berdasar pada latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian, maka hipotesis pada penelitian ini yaitu:

H0 : tidak terdapat perbedaan antara hasil belajar peserta didik yang menggunakan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik dengan hasil belajar peserta didik yang hanya menggunakan metode pembelajaran terlangsung dalam keterampilan berbicara peserta didik kelas tujuh Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta.

H1 : terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar peserta didik yang menggunakan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik dengan hasil belajar peserta didik yang hanya menggunakan metode pembelajaran terlangsung dalam keterampilan berbicara peserta didik kelas tujuh Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta.

I. Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini antara lain adalah: 1. Metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik dalam penelitian

ini merupakan metode yang menempatkan peserta didik untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, peserta didik sebagai pelaku sentral yang menceritakan kembali bahan yang disajikan oleh guru. Hal ini menitikberatkan pada kemampuan peserta didik dalam berekspresi menggunakan gerak anggota badan pada saat proses berbicara.

2. Langkah-langkah dalam metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik antara lain: a) tahap pembinaan keakraban, b) tahap identifikasi kebutuhan, sumber, dan kemungkinan hambatan, c) tahap perumusan tujuan belajar, d) tahap penyusunan program kegiatan pembelajaran, e) tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dan f) tahap penilaian proses, hasil, dan pengaruh kegiatan pembelajaran.

(26)

11

4. Penilaian dalam tes keterampilan berbicara meliputi faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan. Faktor kebahasaan antara lain pilihan kata (diksi), ketepatan sasaran pembicaraan (pemakaian kalimat), pelafalan/ketepatan ucapan, penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai (intonasi). Sedangkan faktor nonkebahasaan meliputi sikap yang wajar, penguasaan medan, penguasaan materi (pemahaman), dan gerak-gerik atau mimik.

J. Sistematika Penulisan

Berdasarkan kajian seluruh data yang ada sesuai dengan rancangan penelitian tesis ini disusun dalam lima bab, yang terdiri atas:

- BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian, anggapan dasar, hipotesis, definisi operasional, dan sistematika penelitian.

- BAB II LANDASAN TEORETIS

Pengertian metode pembelajaran, metode partisipatori, kecerdasan

kinestetik, berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa, hakikat membaca sastra, penceritaan kembali, hakikat legenda, unsur-unsur yang membangun sebuah cerita, dan tujuan pengajaran sastra di Sekolah Menengah Pertama.

- BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian, desain penelitian, sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, deskripsi perencanaan model pembelajaran, prosedur penelitian, dan teknik analisis data.

- BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Deskripsi pelaksanaan dan penerapan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik, data dan deskripsi hasil pembelajaran keterampilan berbicara dengan penerapan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik, data hasil akhir pada kelas kontrol dan eksperimen, dan deskripsi analisis data.

- BAB V PENUTUP

(27)

40

Hilda Nurul Mawaddah, 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian, diperlukan sebuah metode penelitian untuk mencapai tujuan penelitian. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melihat keefektifan metode pembelajaran partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu rumusan metode pembelajaran dalam pembelajaran keterampilan berbicara yang lebih menarik dan bermanfaat bagi peserta didik dalam upaya menciptakan perbaikan dan peningkatan kualitas dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara. Dengan itu, maka dibutuhkan metode penelitian yang fokus pada upaya dihasilkannya suatu solusi praktis dalam proses pembelajaran. Maka metode yang dianggap tepat adalah metode penelitian studi eksperimen. Dalam studi eksperimen,

pengukuran kemampuan berbicara peserta didik dilakukan sebelum dan sesudah sampel penelitian diberi perlakuan dengan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik dalam bentuk mengekspresikan dan menceritakan kembali legenda tokoh. Pengukuran yang dilakukan sebelum perlakuan disebut tes awal, sedangkan pengukuran sesudah perlakuan disebut tes akhir.

B.Desain Penelitian

Desain rancangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah The

Randomized Pretest-Postest Control Group Design, yang digambarkan sebagai

berikut:

Teatment group R1 O1 X Oa

Control group R2 O2 C Ob

(Wallen, 2012, hlm. 116) Keterangan:

R1 = Sampel acak kelas eksperimen

R2 = Sampel acak kelas kontrol

O1 = Tes awal (tes kemampuan keterampilan berbicara) kelas eksperimen

(28)

41

O2 = Tes awal (tes kemampuan keterampilan berbicara) kelas kontrol sebelum

perlakuan

X = Perlakuan dalam pembelajaran kemampuan keterampilan berbicara dengan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik

C = Perlakuan dalam pembelajaran kemampuan keterampilan berbicara dengan

metode terlangsung

Oa = Tes akhir (tes kemampuan keterampilan berbicara) kelas eksperimen

setelah perlakuan

Ob = Tes akhir (tes kemampuan keterampilan berbicara) kelas kontrol

Penelitian ini dilakukan pada dua kelas yang dipilih secara random, berupa dua kelas yang memiliki kemampuan sama dengan pemberian perlakuan dengan metode pembelajaran yang berbeda. Pada kelompok pertama (kelompok eksperimen) mendapatkan perlakuan dengan penerapan pembelajaran dengan metode partisipatori berbasis kecerdasan kinestetik, sedangkan kelompok kedua (kelompok kontrol) diterapkan pembelajaran dengan metode terlangsung.

Selain itu, metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan data hasil nilai sebelum dan sesudah perlakuan pada subjek yang sama. Kedua kelas yang diteliti ini dilakukan tes awal dan tes akhir yang sama untuk mengetahui keefektifan perlakuan. Penelitian dilakukan dengan dua kelas atau dua kelompok sampel yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tes awal yang dilakukan sebelum perlakuan (O1/O2) disebut pretes, dan tes akhir yang dilakukan setelah perlakuan disebut postes (Oa/Ob).

C.Sumber Data Penelitian

1. Populasi

(29)

42

Hilda Nurul Mawaddah, 2015

berbicara, serta peserta didik di MTs Negeri 38 Jakarta diasumsikan homogen karena telah melalui tahap seleksi.

2. Sampel

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Random Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel secara acak, yang

memberikan peluang sama kepada seluruh anggota populasi karena populasi penelitian ini homogen dalam beberapa hal, di antaranya: 1) peserta didik telah memiliki pengetahuan dasar berkaitan dengan keterampilan berbicara; 2) peserta didik memiliki prestasi yang diperkirakan sama; 3) dan peserta didik memiliki rentang usia yang sama.

Peneliti memilih dua kelas untuk penelitian, yaitu kelas 7-1 (tujuh-satu) sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 30 orang dan kelas 7-2 (tujuh-dua) sebagai kelas kontrol berjumlah 30 orang. Maka seluruhnya berjumlah 60 orang.

D.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan pemberian tes, observasi, wawancara, dan angket.

1. Pemberian Tes

Tes digunakan untuk mengetahui kemampuan awal melalui tes awal peserta didik dan kemampuan akhir peserta didik melalui tes akhir setelah diberikan perlakuan dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara. Bentuk tes dilakukan secara lisan. Pengukuran ini dilakukan karena data utama yang dibutuhkan yaitu data mengenai keterampilan berbicara peserta didik.

Pemberian tes dilakukan pada kelas eksperimen yang berjumlah 30 orang dan kelas kontrol berjumlah 30 orang.

2. Observasi

(30)

43

Observasi dilakukan terhadap pendidik dan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Melakukan wawancara

Wawancara merupakan suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan

informasi dari pendidik mengenai respon dan gambaran proses pembelajaran dengan penerapan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik. Wawancara ini dilakukan dengan tanya bjawab sepihak, artinya dalam kegiatan tersebut pertanyaan hanya berasal dari peneliti sedangkan pendidik hanya bertugas menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.

4. Angket

Angket digunakan untuk memperoleh data atau informasi lebih efisien mengenai pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara yang selama ini berlangsung dan informasi mengenai pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara dengan penerapan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik.

E.Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan empat jenis instrumen, antara lain: tes, observasi, wawancara, dan angket (kuesioner).

1. Pedoman Penilaian Tes

Tes awal diberikan untuk melihat kemampuan awal keterampilan berbicara peserta didik. Sedangkan tes akhir dilakukan untuk melihat pencapaian peserta didik atas hasil penerapan metode partisipatori yang

berbasis kecerdasan kinestetik pada pembelajaran. Keefektifan dan keberhasilan penerapan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik dapat dilihat melalui perbandingan antara hasil tes awal dengan hasil tes akhir dalam penelitian.

(31)

44

Hilda Nurul Mawaddah, 2015

awal dan tes akhir akan dinilai dengan mengacu pada pedoman penilaian di bawah ini.

Tabel 3.1

Pedoman Penilaian Hasil Berbicara dengan Penerapan Metode Partisipatori

yang Berbasis Kecerdasan Kinestetik

1. Kebahasaan Ujaran mencerminkan hal-hal sebagai berikut:

a. Penggunaan diksi jelas dan bervariasi serta mendukung gagasan yang dipilih. b. Penggunaan struktur kalimat

yang jelas, utuh, dan sesuai dengan syarat-syarat kalimat efektif, seperti: kesatuan, perpautan, pemusatan, perhatian, kehematan, dan hubungan yang logis.

c. Pelafalan fonem/kata diucapkan secara jelas dengan

mengekspresikan ide sesuai dengan isi legenda yang dibaca. d. Intonasi bervariasi, tidak

monoton, dan menarik perhatian pendengar disertai dengan pengendalian gerak tubuh dan keterampilan dalam menangani

5 - Apabila pilihan kata yang digunakan jelas dan bervariasi, seluruh kata mendukung dan sesuai dengan isi legenda, unsur kedaerahan sama sekali tidak tampak.

- Apabila sama sekali tidak ada kesalahan dalam susunan kalimat, frasa, dan kata, sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan jelas, utuh dan sesuai dengan syarat-syarat kalimat efektif, seperti: kesatuan, perpautan, pemusatan, perhatian, kehematan, dan hubungan yang logis.

- Apabila sama sekali tidak ada kesalahan dalam pelafalan fonem dan kata, dan juga tidak ada pengaruh pelafalan bahasa daerah dan asing, disertai dengan mengekspresikan ide sesuai dengan isi legenda yang telah dibaca.

- Apabila terdapat peserta didik yang berbicara dengan sangat baik menerapkan intonasi yang bervariasi, tidak monoton, atau penerapan intonasinya tepat, disertai pengendalian gerak tubuh dan terampil dalam menangani benda sesuai dengan isi legenda yang dibaca, sehingga pendengar sedemikian rupa tertarik pada gaya bicaranya.

(32)

45

4 - Apabila pilihan kata digunakan dengan baik dan jelas digunakan (namun terdapat satu kata daerah, asing, dan kata yang tidak tepat pemakaiannya sehingga sedukit mengganggu menyampaikan informasi), namun sesuai dengan isi legenda.

- Apabila terdapat satu kesalahan struktur, baik pada kalimat, frasa, maupun penyusunan kata, sehingga pesan yang disampaikan masih dapat dipahami dengan jelas.

- Apabila terdapat satu kesalahan pelafalan fonem dan kata (misalnya pelafalan dari bahasa daerah). - Apabila baik dalam penerapan

intonasi, tepat, sudah tidak menggunakan nada suara yang monoton sehingga gaya bicaranya tidak membosankan pendengar. Intonasi diiringi dengan sudah baik dan terampil dalam mengendalikan gerak tubuh dan menangani benda yang berkaitan dengan isi legenda. 3 - Apabila terdapat pilihan kata yang kurang jelas digunakan (dua sampai tiga kata daerah, asing, dan kata yang tidak tepat pemakaiannya sehingga agak mengganggu menyampaikan informasi), namun sesuai dengan isi legenda.

- Apabila terdapat antara dua sampai tiga kesalahan struktur, baik pada kalimat, frasa, maupun penyusunan kata sehingga pesan yang

disampaikan kurang dapat dipahami dengan jelas karena kurang

memenuhi syarat-syarat kalimat efektif, seperti: kesatuan, perpautan, pemusatan, perhatian, kehematan, dan hubungan yang logis. - Apabila terdapat dua sampai tiga

kesalahan pelafalan fonem dan kata (misalnya pelafalan dari bahasa daerah), yang disertai dengan mengekspresikan ide sesuai dengan isi legenda yang telah dibaca. - Apabila penerapan intonasi cukup

tepat dan bervariasi, tetapi menggunakan nada suara yang monoton, sehingga gaya bicaranya masih membosankan pendengar. Namun intonasi disertai

(33)

46

Hilda Nurul Mawaddah, 2015

terampil dalam menangani benda sesuai dengan isi legenda yang telah dibaca.

2 - Apabila pilihan kata yang digunakan terdapat empat sampai lima kata daerah, asing, dan kata yang kurang jelas pemakaiannya, serta kurang sesuai dengan isi legenda, sehingga agak mengganggu menyampaikan informasi.

- Apabila terdapat antara empat sampai lima kesalahan struktur, baik pada kalimat, frasa, maupun penyusunan kata sehingga pesan yang disampaikan kurang dapat dipahami dengan jelas karena kurang memenuhi syarat-syarat kalimat efektif, seperti: kesatuan, perpautan, pemusatan, perhatian, kehematan, dan hubungan yang logis.

- Apabila terdapat empat sampai lima kesalahan pelafalan fonem dan kata (misalnya pelafalan dari bahasa daerah), yang disertai dengan mengekspresikan ide yang kurang sesuai dengan isi legenda yang telah dibaca..

- Apabila penerapan intonasi yang kurang tepat/bervariasi,

menggunakan nada suara yang monoton, sehingga gaya bicaranya agak membosankan pendengar. Intonasi kurang disertai pengendalian gerak tubuh dan kurang terampil dalam menangani benda sehingga disesuaikan dengan isi legenda yang telah dibaca.

1 - Apabila dalam memilih kata tidak jelas dan tidak bervariasi, terdapat banyak kata daerah dan asing yang digunakan dan ada banyak kata yang tidak tepat penggunaannya, sehingga sangat mengganggu gagasan yang disampaikan, serta tidak sesuai dengan isi legenda yang telah dibaca. - Apabila terdapat sebanyak enam

kesalahan atau lebih, baik kesalahan yang menyangkut kalimat, frasa, maupun kata sehingga pesan yang disampaikan tidak dapat dipahami dengan jelas, tidak utuh, dan tidak memenuhi syarat-syarat kalimat efektif, seperti: kesatuan, perpautan, pemusatan, perhatian, kehematan, dan hubungan yang logis. - Apabila terdapat sebanyak enam

(34)

47

fonem dan kata yang dipengaruhi lafal bahasa daerahnya, asing, maupun oleh faktor lain, serta tidak dengan mengekspresikan ide yang sesuai dengan isi legenda yang telah dibaca.

- Apabila penerapan intonasi yang tidak tepat, tidak bervariasi, menggunakan nada suara yang monoton, sehingga gaya bicaranya membosankan bagi pendengar. Intonasi tidak disertai pengendalian gerak tubuh dan tidak terampil dalam menangani benda, sehingga tidak sesuai dengan isi legenda yang telah dibaca.

2. Nonkebahasaan Penampilan peserta didik

mencerminkan hal-hal sebagai berikut: a. Sikap yang wajar, tenang, dan

tidak kaku, serta mencoba berbagai alternatif yang sesuai saat berbicara.

b. Penguasaan medan dengan menyelesaikan dan

mengarahkan pandangannya pada seluruh pendengar. c. Menguasai isi cerita dengan

berbicara lancar, sistematis, tidak gugup, wajar, dan bersikap tenang.

d. Gerak-gerik anggota tubuh dan mimik melalui perubahan raut wajah/roman muka, serta ekspresi yang sesuai dengan isi legenda yang diceritakan.

2

2

3

3

5 - Apabila peserta didik sudah sangat baik dalam berbicara dengan bersikap wajar, tenang, tidak grogi dan kaku, serta mencoba berbagai alternatif yang sesuai pada saat berbicara.

- Apabila pandangan peserta didik yang sedang berbicara menyebar ke seluruh penjuru ruangan dan sangat menguasai situasi.

- Apabila peserta didik yang berbicara sangat menguasai isi cerita sehingga alur berbicaranya lancar, sistematis, dan tidak tersendat-sendat.

- Apabila gerak-gerik anggota badan sangat sesuai dengan isi legenda, serta menggunakan mimik yang sangat tepat untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran yang sesuai pula dengan isi legenda yang diceritakan.

(35)

48

Hilda Nurul Mawaddah, 2015

4 - Apabila sudah baik dalam ketiga sikap tersebut (wajar, tenang, tidak kaku) tampak jelas dilakukan oleh peserta didik yang sedang berbicara, serta mencoba berbagai alternatif yang sesuai pada saat berbicara. - Apabila pandangan peserta didik

yang sedang berbicara menyebar ke seluruh penjuru ruangan dan baik dalam menguasai situasi. - Apabila peserta didik baik dalam

menguasai isi cerita sehingga alur berbicaranya sudah sistematis. - Apabila gerak-gerik anggota badan

sudah sesuai dengan isi legenda, serta menggunakan mimik yang tepat untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran yang sesuai pula dengan isi legenda yang dibaca.

3 - Apabila salah satu dari ketiga sikap tersebut (wajar, tenang, tidak kaku) tampak jelas dilakukan oleh peserta didik yang sedang berbicara, serta mencoba berbagai alternatif yang sesuai pada saat berbicara. - Apabila pandangan peserta didik

yang sedang berbicara menyebar ke seluruh penjuru ruangan dan cukup menguasai situasi.

- Apabila peserta didik cukup menguasai isi cerita sehingga alur berbicaranya cukup sistematis, sehingga sesekali tersendat. - Apabila gerak-gerik anggota badan

yang cukup sesuai dengan isi legenda, serta menggunakan mimik yang cukup untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran yang sesuai pula dengan isi legenda yang dibaca. 2 - Apabila dua sikap dari ketiga sikap

tersebut (wajar, tenang, tidak kaku) tampak jelas dilakukan oleh pembicara, serta mencoba berbagai alternatif yang sesuai pada saat berbicara.

- Apabila pandangan peserta didik yang sedang berbicara kurang menyebar ke seluruh penjuru ruangan, serta kurang menguasai situasi.

- Apabila dalam berbicara peserta didik kurang menguasai isi legenda sehingga alur berbicaranya kurang sistematis, sehingga sering tersendat dalam berbicara.

(36)

49

serta menggunakan mimik yang kurang sesuai untuk

mengekspresikan perasaan dan pikiran sesuai dengan isi legenda yang dibaca.

1 - Apabila ketiga sikap tersebut (wajar, tenang, tidak kaku) sama sekali tidak tampak pada peserta didik dalam berbicara, serta peserta didik tidak mencoba berbagai akternatif yang sesuai pada saat berbicara. - Apabila pandangan peserta didik

yang sedang berbicara tertuju pada satu arah saja sehingga yang lain tidak terperhatikan dan tidak menguasai situasi.

- Apabila pembicara tidak menguasai dan memahami isi legenda, sehingga alur berbicaranya tidak lancar, tidak sistematis, dan peserta didik dapat terhenti beberapa saat tanpa makna apapun.

- Apabila sama sekali tidak ada gerak-gerik anggota badan, serta tidak ada perubahan ekspresi wajah/mimik untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran yang sesuai dengan legenda yang dibaca.

Catatan :

Pedoman penilaian ini digunakan pula untuk menilai hasil tulisan peserta didik di kelas kontrol.

2. Pedoman Lembar Observasi

Observasi meliputi lembar aktivitas pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran. Aktivitas pendidik dan peserta didik meliputi pengamatan kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran.

Aktivitas pendidik yang diamati mengenai cara menjelaskan materi, mengamati kegiatan peserta didik, memberi petunjuk kegiatan, memotivasi peserta didik, membahas tugas kelompok, dan menjelaskan prilaku yang tidak sesuai dengan kegiatan belajar mengajar. Sedangkan aktivitas siswa yang

diamati mengenai bagaimana peserta didik memperhatikan penjelasan pendidik dan teman, membaca lembar kerja siswa, menulis materi, dan berdiskusi dan berkoordinasi antar peserta didik (terlampir).

3. Pedoman Wawancara

(37)

50

Hilda Nurul Mawaddah, 2015

kepada pendidik adalah pertanyaan yang terkait dengan pelaksanaan metode pembelajaran yang diterapkan, yaitu pengetahuan dan kesiapan melaksanakan metode, manfaat yang ditimbulkan terhadap keefektifan pembelajaran dalam meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik.

Pedoman wawancara dibuat agar wawancara dapat terarah sesuai dengan informasi yang dibutuhkan Pedoman wawancara dibuat tidak terlalu

mengikat, agar dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan peneliti. Berikut tabel pedoman wawancara yang dijadikan acuan oleh peneliti untuk mendapatkan data respon (terlampir).

4. Pedoman Angket

Angket juga digunakan untuk memperoleh data mengenai komentar atau pendapat peserta didik terhadap komponen pembelajaran keterampilan berbicara di kelas VII MTs N 38 Jakarta yang meliputi materi pembelajaran, penuntun pembelajaran, cara belajar, penggunaan metode pembelajaran, dan cara pendidik mengajar (terlampir).

F. Deskripsi Perencanaan Model Pembelajaran

Berdasarkan hasil pengamatan pendidik Bahasa dan Sastra Indonesia, rencana pembelajaran keterampilan berbicara dengan penerapan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik pada peserta didik kelas VII MTs Negeri 38 Jakarta tahun pelajaran 2014-2015 sebagai berikut:

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pembelajaran Keterampilan

Berbicara dengan Penerapan Metode Partisipatori yang Berbasis

Kecerdasan Kinestetik

Sekolah : Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VII/1

Pertemuan Ke- : 1 s.d. 2 Alokasi Waktu : 2 × 40 menit

Standar Kompetensi : 7. Memahami isi berbagai teks bacaan sastra dengan membaca

(38)

51

A.Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta didik diharapkan mampu:

a) Menyebutkan hal-hal yang menarik dan tidak menarik dari legenda disertai alasan

b) Menceritakan kembali dengan mengekspresikan legenda yang sebelumnya didiskusikan dan dibacakan

c) Terlibat secara aktif dalam pembelajaran tahapan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik

d) Menggunakan pilihan kata, struktur/pemakaian kalimat, pelafalan, dan intonasi dengan tepat dalam bercerita dan mengekspresikan legenda. e) Bercerita dan mengekspresikan legenda dengan sikap yang tenang,

penguasaan medan, penguasaan materi (pemahaman), gerak-gerik serta mimik yang sesuai.

B.Materi Ajar

1. Keterampilan berbicara 2. Legenda

3. Unsur intrinsik dalam legenda 4. Keterampilan berbicara

5. Faktor kebahasaan dan nonkebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara

6. Cici-ciri kecerdasan kinestetik

C.Metode Pembelajaran

Metode Partisipatori berbasis Kecerdasan Kinestetik.

D.Langkah-langkah Pembelajaran

1. Kegiatan Awal

Apersepsi :

a. Menarik perhatian serta memotivasi peserta didik

b. Menyampaikan pengantar awal mengenai kegemaran membaca dan kesulitan berbicara.

2. Kegiatan Inti

a. Tahap Pembinaan Keakraban

(39)

52

Hilda Nurul Mawaddah, 2015

2) Peserta didik saling berkenalan untuk menjalin keakraban antara satu dengan yang lainnya dengan saling bertanya seputar nama, usia, tempat tinggal, hobi, cita-cita, dan alasan bersekolah di MTs.

3) Kemudian peserta didik dapat saling mengenalkan (bertukar informasi) kepada teman-teman dalam kelompok yang lainnya dengan suasana terbuka, akrab, dan gembira dengan bercerita dan

menggunakan bahasa tubuh atau sinyal-sinyal tangan dalam berkomunikasi.

b. Tahap Identifikasi Kebutuhan, Sumber, dan Kemungkinan

Hambatan

1) Pendidik menyusun pertanyaan mengenai kebutuhan belajar, sumber-sumber, dan kemungkinan-kemungkinan hambatan pembelajaran, seperti:

-Untuk meningkatkan kemampuan dalam belajar, menurut anak-anak apa pengetahuan dan keterampilan yang ingin kalian pelajari? -Untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran agar kebutuhan belajar

dapat dicapai, sumber apa saja yang dapat kita gunakan?

-Dalam melakukan kegiatan pembelajaran, hambatan-hambatan apa saja yang mungkin hadir?

2) Pendidik menyampaikan pertanyaan-pertanyaan di atas secara berurutan kepada seluruh peserta didik.

3) Pendidik menjelaskan aturan-aturan yang harus diperhatikan oleh peserta didik, yaitu:

-Setiap peserta didik menyampaikan satu pendapat.

-Mengemukakan pendapat atau gagasan dengan cepat dengan mengendalikan gerak tubuh.

-Menyampaikan jawaban secara langsung.

-Berkoordinasi dalam kelompok, dan menghindarkan diri untuk mengkritik atau menyela pendapat peserta didik yang lain.

(40)

53

5) Salah satu peserta didik mencatat pendapat dan jawaban yang dilontarkan oleh peserta didik.

c. Tahap Perumusan Tujuan Belajar

1) Pendidik beserta peserta didik membagi kelompok besar menjadi sub-sub kelompok yang masing-masing sub kelompok terdiri atas lima peserta didik.

2) Pendidik memberikan arahan singkat mengenai tema pertemuan. 3) Peserta didik pada setiap kelompok menuliskan pendapatnya pada

secarik kertas.

4) Peserta didik secara bergantian mengemukakan pendapatnya secara singkat terhadap arahan yang telah disampaikan oleh pendidik. 5) Salah satu peserta didik menuliskan pendapat peserta didik yang

lain.

6) Setiap pendapat yang telah ditulis di papan tulis, diberi bobot dan nomor prioritas.

7) Peserta didik belajar memberikan pendapat akhir berdasarkan urutan prioritas tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

d. Tahap Penyusunan Program Kegiatan Pembelajaran

1) Peserta didik mengidentifikasi berbagai masalah yang terdapat dalam pembelajaran keterampilan berbicara.

2) Setiap kelompok mengidentifikasi berbagai program kegiatan untuk memecahkan suatu masalah dalam usaha meningkatkan keterampilan berbicara peserta didik.

3) Pendidik dan peserta didik menetapkan satu program yang dianggap

paling mungkin dilaksanakan dalam pembelajaran.

4) Peserta didik menyusun komponen-komponen program secara komprehensif.

e. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

1) Pendidik menyiapkan beberapa legenda tokoh

(41)

54

Hilda Nurul Mawaddah, 2015

tersedia, program yang telah disusun, tujuan belajar yang akan dicapai, dan waktu kegiatan pembelajaran yang disediakan.

3) Peserta didik berkoordinasi dengan kelompoknya membaca bahan ajar legenda yang telah dipilih.

4) Peserta didik mengidentifikasi unsur intrinsik yang ada pada legenda yang telah dipilih.

5) Setiap kelompok menyebutkan hasil identifikasi dari setiap unsur yang berbeda.

6) Peserta didik dengan kelompoknya diberikan waktu 15 menit untuk berdiskusi kembali mengenai isi legenda tokoh yang telah dipilih, bagaimana mengekspresikannya dengan menggunakan gerakan, serta menyiapkan berbagai fasilitas dan alat bantu pembelajaran. 7) Setiap kelompok menceritakan kembali serta memperagakan setiap

gerakan pada legenda yang dipilih dengan gerak anggota tubuh yang sudah mereka diskusikan sebelumnya, dengan berurutan pada tiap kelompok yang berbeda.

8) Setiap peserta didik mempraktikkan cara menceritakan kembali dengan mengekspresikan gerakan secara runtut mengenai legenda tokoh yang dipilih.

f. Tahap Penilaian Proses, Hasil, dan Pengaruh Kegiatan

Pembelajaran

1) Peserta didik saling mengomentari cara berbicara peserta didik yang menggunakan gerakan dan ekspresi dalam bercerita.

2) Peserta didik setiap kelompoknya memaparkan hasil pembelajaran

yang mereka rasakan dari kebutuhan mereka dalam mempelajari keterampilan berbicara.

3. Kegiatan Akhir

a. Mereview/menyimpulkan materi pembelajaran

b. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. c. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran

(42)

55

baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.

d. Pendidik menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya

E.Media Pembelajaran

1. Buku kumpulan cerita epos Betawi

2. Teks legenda

3. Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

F. Penilaian

1. Tes berbicara dengan menceritakan dan mengekspresikan kembali legenda 2. Pedoman penilaian keterampilan berbicara

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pembelajaran Keterampilan

Berbicara dengan Penerapan Metode Pembelajaran Terlangsung

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : MTs Negeri 38 Jakarta Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VII/1

Pertemuan Ke- : 1-3

Alokasi Waktu : 6 × 40 menit

Standar Kompetensi : 7. Memahami isi berbagai teks bacaan sastra dengan membaca

Kompetensi Dasar : 7.1. Menceritakan kembali cerita anak yang dibaca

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran ini, Peserta didik mampu

- Menyebutkan hal-hal yang menarik dan tidak menarik disertai alasan - Menceritakan kembali isi cerita

Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines) Tekun ( diligence )

Tanggung jawab ( responsibility ) Berani ( courage )

B. Materi Ajar

(43)

56

Hilda Nurul Mawaddah, 2015

C. Metode Pembelajaran

Contoh Tanya jawab Latihan

D. Langkah-Langkah Pembelajaran

1. Kegiatan Awal

a. Apersepsi :

Menyampaikan pengantar awal tentang kegemaran membaca dan segala b. Motivasi :

Hal yang berkaitan dengan cerita terjemahan

2. Kegiatan Inti

a. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, pendidik:

1) Mampu bercerita dengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gesture dan mimik yang tepat

2) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi pendidik dan belajar dari aneka sumber; 3) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media

pembelajaran, dan sumber belajar lain;

4) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan pendidik, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;

5) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan

pembelajaran; dan

6) memfasilitasi peserta didik Menceritakan buku cerita yang pernah dibaca.

b.Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, pendidik:

(44)

57

2) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;

3) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;

4) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;

5) memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;

6) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;

7) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;

8) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. 9) menanggapi cerita teman

10) membaca cerita ”Ikan bagi Sang Pendidik”

11) menyebutkan tokoh cerita disertai dengan bukti pendukung 12) bertanya jawab tentang hal-hal menarik pada cerita

13) mengidentifikasi peristiwa pada cerita 14) mengerjakan latihan pada buku siswa c. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, pendidik:

1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk

lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,

2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,

3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,

(45)

58

Hilda Nurul Mawaddah, 2015

- berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;

- membantu menyelesaikan masalah;

- memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;

- memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;

- memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.

3. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, pendidik:

a. Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;

b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;

e. menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

E. Sumber/Bahan/Alat

1) Cerita terjemahan dari majalah, surat kabar, buku kumpulan cerpen 2) VCD

3) Narasumber

4) Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

F. Penilaian cerita anak yang kamu baca!

(46)

59

cerita itu menjadi urutan cerita!

-Ceritakanlah secara tertulis dan/atau lisan de-ngan bahasamu sendiri cerita anak yang kamu baca!

Bentuk Tes: Lisan

No. Aspek Penilaian Bobot Nilai

1. Mengidentifikasi tema, latar, perwatakan, dan nilai dalam cerita anak terjemahan disertai bukti berupa kutipan cerita a. Semua benar (3)

b. Sebagian besar benar (2) c. Sebagian besar salah (1)

5

2. Mengapresiasi karya sastra 5 a. Baik (3)

b. Kurang baik (2) c. Tidak baik (1)

5

3. Membuat kalimat positif dan negatif a. Benar (3)

Langkah-langkah dalam penelitian studi eksperimen antara lain:

1. mengumpulkan informasi, meliputi pengamatan atas permasalahan yang akan diteliti yaitu keterampilan berbicara peserta didik atau observasi dan studi literatur yang berhubungan dengan keterampilan berbicara dan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik;

2. merencanakan penelitian, antara lain meliputi penentuan tujuan yang ingin dicapai dari proses pembelajaran, menentukan cakupan materi pembelajaran, menentukan metode dan langkah-langkah pembelajaran,

serta menentukan alat evaluasi keterampilan berbicara;

(47)

60

Hilda Nurul Mawaddah, 2015

4. menganalisis dan membahas hasil penelitian; 5. membuat laporan hasil penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Terdapat dua bentuk data yang akan diolah pada penelitian ini, antara lain data proses dan data hasil. Data proses dapat dianalisis melalui angket, observasi, dan wawancara. Data hasil belajar pada penelitian ini berupa data hasil tes

keterampilan berbicara melalui pemberian tes awal dan tes akhir. Tes awal dilaksanakan sebelum perlakuan, sedangkan tes akhir dilaksanakan setelah diberikan perlakuan. Data hasil tes tersebut akan dianalisis dengan mengacu pada pedoman penilaian. Selanjutnya data tersebut akan diolah dan dianalisis secara statistik dengan menggunakan bantuan perangkat lunak (software) berupa program IBM SPSS 20. Olah data dengan program IBM SPSS 20 ini dilakukan untuk menguji normalitas data, menguji homogenitas variansi data, menguji signifikansi perbedaan skor rata-rata gain, dan menguji hipotesis dengan uji-t. Berikut dipaparkan langkah-langkah proses pengolahan data dalam penelitian ini:

1. Memberikan skor berdasarkan bobot dari setiap aspek yang dinilai dalam keterampilan berbicara, sesuai dengan pedoman penilaian yang telah ditentukan. Pemberian skor mengacu pada tingkat pencapaian dalam rubrik penilaian keterampilan berbicara yang diadaptasi dari Nurgiyantoro (2012, hlm. 410) bahwa terdapat skor sebagai berikut:

Tabel 3.2 Skor Jawaban

Skor Tingkat Pencapaian

5 Baik sekali, tepat sekali

4 Baik

3 Sedang

2 Kurang

1 Kurang sekali

(48)

61

Tabel 3.3 Skor Ideal

Aspek Bobot Skor Jumlah Skor Ideal dari Setiap Aspek

Kebahasaan

3 5 15

3 5 15

2 5 10

2 5 10

Nonkebahasaan

2 5 10

2 5 10

3 5 15

3 5 15

Jumlah skor 100

2. Melakukan uji normalitas data melalui hasil tes awal pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji normalitas dilakukan untuk menyelidiki apakah data yang dikumpulkan mengikuti dugaan mengikuti distribusi normal atau tidak (Pramesti, 2014, hlm. 24). Dalam uji normalitas data, terdapat teknik

Kogmogorov-smirnov dan Shapiro-Wilks. Teknik Kogmogorov-smirnov

merupakan uji normalitas untuk sampel dalam jumlah besar. Dengan taraf

nyata  = 0,05 < nilai Sig, maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi

normal. Sementara teknik Shapiro-Wilks merupakan uji normalitas data untuk

sampel yang kecil. Dengan taraf nyata  = 0,05 < nilai Sig, maka dapat

dikatakan pula bahwa data berdistribusi normal. Hipotesis pengujian uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

- Jika Sig < maka H0 ditolak, dengan  = 0,05

- Jika Sig ≥  maka H0 diterima, dengan  = 0,05

3. Melakukan uji homogenitas variansi data melalui hasil tes awal pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji homogenitas dilakukan untuk menguji data tes awal dan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki

Gambar

Tabel 3.1 Pedoman Penilaian Hasil Berbicara
Tabel 3.2 Skor Jawaban
Tabel 3.3 Skor Ideal

Referensi

Dokumen terkait

Any annual wages Income Tax payment shortfall is to be computed on the basis of Annual Wages Income Tax should be paid before lodgment of the annual returns within 25 th of

1) Pikeun dijadikeun alternatif modél pangajaran di kelas ku guru sangkan bisa ngaronjatkeun minat siswa kana mata pelajaran basa Sunda hususna dina pangajaran nulis

(Kurniasih dan Sari, 2013) semakin besar perusahaan maka akan semakin rendah CETR yang dimilikinya, hal ini dikarenakan perusahaan besar lebih mampu menggunakan sumber

Master production schedule Management Return on investment Capital Engineering Design completion Aggregate production plan Procurement Supplier performance Human resources

Tata letak fasilitas adalah suatu perencanaan yang terintegrasi dari aliran atau arus komponen-komponen suatu produk (barang dan atau jasa) di dalam sebuah sistem

“Untuk menentukan APE yang akan digunakan dalam pembelajran sentra ini ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dan tidak boleh asal-asalan, yakni mengandung

Sholawat berangkai kan salam tak lupa kita hadiahkan kepada junjungan kita baginda Rasulullah SAW (Allahumma sholli wabraik alaih) , yang telah membawakan kita dari

The Next button is found on the Understanding Custom Components splash screen (this page is only shown if the Don't show this page again checkbox has not previously