BAB II KAJIAN PUSTAKA
3.4 Teknik Analisis Data
Menurut Miles, Huberman dan Saldana (2014) dalam model terdapat tiga komponen analisis yaitu kondensasi data (data condensation), penyajian
data (data display), dan m e n a r i k
kesimpulan/ v e r i f i k a s i ( c o n c l u s i o n d r a w i n g / v e r i f i c a t i o n ) . Cara kerja analisis interaktif berbentuk interaksi antar komponen dengan proses pengumpulan data sebagai proses yang berbentuk siklus. Proses siklus interaktif tersebut digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Analisis Model Interaktif oleh Miles, Huberman dan Saldana (2014)
Data collection
Data display
Conclusions:
drawing/
verifying Data
condensation
1. Kondensasi data (Data reduction)
Kondensasi data merujuk pada proses memilih, menyederhanakan, mengabstrakkan, dan/atau mentransformasikan data. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengelompokkan data sesuai dengan teknik penerjemahan berdasarkan teori Molina dan Albir (2002:509).
2. Penyajian data (Data display)
Penyajian data adalah sebuah pengorganisasian, penyatuan dari informasi yang memungkinkan penyimpulan dan aksi. Penyajian data membantu dalam memahami apa yang terjadi dan untuk melakukan sesuatu, termasuk analisis yang lebih mendalam atau mengambil aksi berdasarkan pemahaman.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menganalisis data penelitian yang berupa 75 kata, frasa, klausa dan kalimat terminologi politik dalam bahasa Indonesia dan terjemahannya dalam bahasa Inggris yang kemudian dianalisis untuk mendapatkan teknik penerjemahan dan tingkat keberterimaan pada buku pelajaran bilingual Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SMA kelas X.
3. Penarikan kesimpulan/verifikasi (Conclusion drawing/verifying)
Kegiatan analisis yang terakhir adalah penarikan simpulan. Kegiatan yang dilakukan adalah menarik simpulan dari hasil analisis teknik penerjemahan dan tingkat keberterimaan terhadap terjemahan buku pelajaran bilingual Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SMA kelas X.
47
ANALISIS DATA
Bab IV pada penelitian ini terdiri atas dua bagian. Bagian pertama merupakan paparan data mengenai teknik penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan terminologi politik yang terdapat pada buku pelajaran bilingual Pendidikan kewarganegaraan (PKn) SMA kelas X. Bagian kedua menyajikan data yang berhubungan dengan kualitas terjemahan dari segi keberterimaan terjemahan.
Pemaparan tentang teknik-teknik penerjemahan dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui teknik penerjemahan apasaja yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan terminologi politik dan teknik apa yang paling dominan.
Kemudian pemaparan tentang tingkat terjemahan dari segi keberterimaan.
Data dalam penelitian ini berupa 75 data terminologi politik dalam buku pelajaran bilingual Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SMA kelas X. Sumber data adalah buku pelajaran bilingual Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SMA kelas X yang di terbitkan oleh Yudistira.
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Teknik Penerjemahan
Di dalam penelitian ini diidentifikasi data yang diterjemahkan dengan menerapkan satu teknik penerjemahan (penerjemahan tunggal), dua teknik penerjemahan (penerjemahan kuplet), dan tiga teknik penerjemahan (penerjemahan triplet). Dari data yang dianalisis, teridentifikasi sebanyak 50 (66,67%) data yang diterapkan dengan menggunakan teknik penerjemahan tunggal, 21 (28,00%) data yang diterjemahkan dengan menggunakan teknik
penerjemahan kuplet dan 4 (5,33%) data yang diterjemahkan dengan menggunakan teknik penerjemahan triplet.
4.1.1.1 Teknik Penerjemahan Tunggal
Teknik penerjemahan tunggal merujuk pada pemaparan satu teknik semata dalam menerjemahkan data penelitian baik yang berwujud kata, frasa, klausa dan kalimat dari Bsu ke Bsa. Pada penelitian ini bahasa sumbernya yaitu bahasa Indonesia dan bahasa sasaran nya bahasa Inggris. Terdapat 6 teknik penerjemahan tunggal yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik harfiah, adaptasi, kesepadanan lazim, generalisasi, modulasi, peminjaman murni, dan partikularisasi.
Tabel 4.1 Teknik Penerjemahan Tunggal
No Varian Teknik Tunggal Jumlah
1. Harfiah 39
2. Adaptasi 1
3. Kesepadanan Lazim 1
3. Generalisasi 6
4. Modulasi 1
5. Peminjaman Murni 1
6. Partikularisasi 1
Total 50
Dari ke tujuh teknik penerjemahan tunggal tersebut, teknik harfiah paling dominan dilakukan yaitu 39 data, kemudian diikuti teknik generalisasi sebanyak 6 data, kesepadanan lazim sebanyak 1 data, teknik adaptasi sebanyak 1 data, teknik modulasi 1 data, teknik peminjaman murni sebanyak 1 data, dan yang terakhir teknik partikularisasi sebanyak 1 data.
4.1.1.1.1 Teknik Harfiah
Teknik harfiah merupakan teknik penerjemahan dimana penerjemah menerjemahkan suatu ungkapan secara harfiah. Teknik ini mempersyaratkan pemadanan leksikal yang masih terikat dengan bahasa sumber tetapi susunan leksikal yang membentuk suatu ungkapan sudah disesuaikan dengan kaidah bahasa sasaran.
Di dalam penelitian ini terdapat 39 data bahasa sumber yang diterjemahkan dengan menggunakan teknik harfiah. Berikut ini adalah contoh-contoh analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan harfiah:
Data 4
4 Negara kesatuan merupakan negara merdeka dan berdaulat
Unitary state is an independent and sovereign state
Harfiah
Analisis terminologi politik pada data 4 yaitu frasa „ Negara kesatuan‟
diterjemahkan secara harfiah menjadi „unitary state‟. Pada analisis data di atas tampak jelas bahwa pemadanan kata-kata yang membentuk frasa-frasa sangat terikat dengan bahasa sumbernya tanpa mengubah fungsi serta tanpa mengurangi atau menambahi informasi apapun dan hasil penerjemahan tidak mengalami perubahan dari segi maknanya.
Data 5
05 Negara federasi adalah suatu bentuk negara yang terdiri dari gabungan beberapa negara bagian
Federation state is a state from that consists of several states
Harfiah
Pada analisis data 5 yaitu frasa „Negara federasi‟ diterjemahkan secara harfiah menjadi „federation state‟. Pada analisis data di atas tampak jelas bahwa pemadanan kata-kata yang membentuk frasa-frasa sangat terikat dengan bahasa sumbernya tanpa mengubah fungsi serta tanpa mengurangi atau menambahi informasi apapun dan hasil penerjemahan tidak mengalami perubahan dari segi maknanya.
Data 6
06 Serikat negara adalah perserikatan beberapa negara yang merdeka dan berdaulat penuh
State confederation is a union of several independent and sovereign states
Harfiah
Analisis data di atas tampak jelas bahwa pemadanan kata-kata yang membentuk frasa-frasa sangat terikat dengan bahasa sumbernya tanpa mengubah fungsi serta tanpa mengurangi atau menambahi informasi apapun dan hasil penerjemahan tidak mengalami perubahan dari segi maknanya.
Data 7
7 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan contoh bentuk serikat bangsa
The United Nations is an example of state union
Harfiah
Frasa „Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)‟ diterjemahkan secara harfiah menjadi „The United Nation‟. Pada analisis data di atas tampak jelas bahwa pemadanan kata-kata yang membentuk frasa-frasa sangat terikat dengan bahasa sumbernya tanpa mengubah fungsi serta tanpa mengurangi atau menambahi informasi apapun dan hasil penerjemahan tidak mengalami perubahan dari segi maknanya.
Data 8
8 Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara kesatuan
The Unitary State of the Republic of Indonesia is a unitary state
Harfiah
Analisis frasa „Negara Kesatuan Republik Indonesia‟ diterjemahkan secara harfiah menjadi „The Unitary State of the Republic of Indonesia‟. Pada analisis data di atas tampak jelas bahwa pemadanan kata-kata yang membentuk frasa-frasa sangat terikat dengan bahasa sumbernya tanpa mengubah fungsi serta tanpa mengurangi atau menambahi informasi apapun dan hasil penerjemahan tidak mengalami perubahan dari segi maknanya.
4.1.1.1.3 Teknik Adaptasi
Teknik ini dikenal sebagai teknik adaptasi budaya. Teknik ini dilakukan dengan mengganti unsur-unsur budaya yang ada bahasa sumber dengan unsur budaya yang mirip dan ada pada bahasa sasaran. Hal tersebut bisa dilakukan karena unsur budaya dalam bahasa sumber tidak ditemukan dalam bahasa sasaran, ataupun unsur budaya pada bahasa sasaran lebih akrab bagi pembaca sasaran.
Di dalam penelitian ini terdapat 1 data yang diterjemahkan dengan menggunakan teknik adaptasi. Berikut contoh terminologi politik yang menggunakan teknik adaptasi:
Data 3
3 Bhinneka Tunggal Ika merupakan faktor kesadaran
Penerjemah menggunakan teknik adaptasi dalam menerjemahkan frasa
„Bhinneka Tunggal Ika‟. Hal ini dikarenakan „Bhinneka Tunggal Ika‟ mempunyai makna „kesatuan dalam perbedaan‟. Maka dari itu penerjemah menerjemahkan berdasarkan maknanya yaitu „unity in diversity‟.
4.1.1.1.4 Teknik Kesepadanan Lazim
Teknik kesepadanan lazim merupakan teknik dengan penggunaan istilah atau ungkapan yang sudah lazim (berdasarkan kamus atau penggunaan sehari-hari).
Pada penelitian ini terdapat 2 data yang diterjemahkan menggunakan teknik kesepadanan lazim. Berikut contohnya:
Data 23
23 Meminta keterangan dan
pertimbangan dari Jaksa Agung
Asking
information and advices from Attorney General
Kesepadanan lazim
Teknik penerjemahan yang digunakan pada data 23 adalah teknik kesepadanan lazim. Frasa „Jaksa Agung‟ diterjemahkan menjadi „Attorney General‟. Hal ini dikarenakan ungkapan tersebut sudah lazim digunakan. Jika diterjemahkan secara harfiah „Attorney General‟ mempunyai arti „pengacara umum‟.
4.1.1.1.5 Teknik Generalisasi
Teknik penerjemahan generalisasi menggunakan istilah yang lebih umum pada Bsa dan Bsu yang lebih spesifik. Hal tersebut dilakukan karena Bsa tidak
memiliki padanan yang spesifik. Teknik ini sama dengan teknik penerimaan (acceptation). Di dalam teknik penerjemahan tunggal terdapat 2 data yang diterjemahkan dengan menggunakan teknik penerjemahan generalisasi. Berikut ini analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan generalisasi:
Data 24
24 Putusan Mahkamah Konstitusi (MK)
Constitutional court’s judgment
Generalisasi
Perubahan frasa „mahkamah konstitusi‟ pada Bsu menjadi „constitutional court‟ dimana dalam hal ini penerjemahan mengambil istilah yang lebih umum ke dalam tatanan Bsa nya.
Data 25
25 Peradilan Umum General court Generalisasi
Teknik generalisasi digunakan pada analisis data 25. Hal tersebut dapat dilihat pada kata „peradilan‟ dalam Bsu yang diterjemahkan menjadi „court‟dalam Bsa, dimana penerjemah mengambil istilah yang lebih umum ke dalam tatanan Bsa nya.
4.1.1.1.6 Teknik Modulasi
Teknik modulasi merupakan teknik penerjemahan yang dimana penerjemah mengubah sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam kaitannya dengan teks bahasa sumber. Perubahan sudut pandang tersebut bersifat leksikal atau struktural. Di dalam teknik penerjemahan tunggal terdapat 3 data yang
diterjemahkan dengan teknik modulasi. Berikut ini adalah analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan modulasi:
Data 47
47 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) mempunyai peran yang tidak sedikit
Non-Government Organization have a significant role
Modulasi
Analisis data 47 diterjemahkan dengan menggunakan teknik modulasi dengan mengubah sudut pandang penerjemahan. Pengubahan sudut pandang tersebut tidak menimbulkan distorsi makna. Frasa „Lembaga Swadaya Masyarakat‟ diterjemahkan menjadi „Non-Government Organization‟ yang jika diterjemahkan secara harfiah yaitu bukan lembaga pemerintahan.
4.1.1.1.7 Teknik Peminjaman Murni
Teknik peminjaman (borrowing) adalah teknik penerjemahan dimana penerjemah meminjam kata atau ungkapan dari Bsu. Peminjaman itu bisa bersifat murni (pure) atau alamiah (naturalized). Peminjaman murni merujuk pada peminjaman kata atau ungkapan BSa secara utuh tanpa disertai dengan penyesuaian pelafalan.
Berikut ini adalah analisis data yang menggunakan teknik peminjaman murni:
Data 41
41 Pancasila mempunyai fungsi regulatif dan konstitutif
Pancasila has regulative and constitutive function
Peminjaman Murni
Kata „pancasila‟ diterjemahkan dengan menggunakan teknik peminjaman
dalam kamus bahasa Inggris kata „pancasila‟ diterjemahkan menjadi „the five basic principles of the Republic of Indonesia‟.
4.1.1.1.8 Teknik Partikularisasi
Teknik partikularisasi adalah teknik yang menggunakan istilah yang lebih konkrit atau spesifik (superordinat ke subordinat). Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik generalisasi.
Data 70
70 Pemilihan bupati dilakukan setiap lima tahun
Head of distric election are helds every five years
Partikularisasi
Teknik partikularisasi digunakan dalam menganalisis data 70, dimana kata
„bupati‟ diterjemahkan menjadi „head of distric‟ yang memiliki makna „kepala daerah‟. Hal tersebut dilakukan karena penerjemah membuat terjemahan yang lebih spesifik.
4.1.1.2 Teknik Penerjemahan Kuplet
Selain teknik penerjemahan tunggal ditemukan pula teknik penerjemahan kuplet, yaitu perpaduan dua teknik penerjemahan yang diterapkan dalam menentukan padanan dalam BSa. Dalam penelitian ini terdapat 10 teknik kuplet yang digunakan, yaitu teknik harfiah dan transposisi, harfiah dan modulasi, harfiah dan reduksi, harfiah dan penambahan. harfiah dan kesepadanan lazim, harfiah dan generalisasi, harfiah dan deskripsi, deskripsi dan penambahan, generalisasi dan penambahan, dan penambahan dan kesepadanan lazim.
Tabel 4.2 Teknik Penerjemahan Kuplet
No Varian Teknik Kuplet Jumlah
1. Harfiah + Transposisi 3
2. Harfiah + Modulasi 3
3. Harfiah + Reduksi 1
4. Harfiah + Penambahan 1
5. Harfiah + Kesepadanan Lazim 4
6. Harfiah + Generalisasi 3
7. Harfiah + Deskripsi 1
8. Deskripsi + Penambahan 1
9. Generalisasi + Penambahan 1
10. Penambahan + Kesepadanan Lazim 1
Total 21
Pada tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa dari 10 teknik varian kuplet, perpaduan antara teknik harfiah dan kesepadanan lazim paling dominan digunakan yaitu sebanyak 4 data, kemudian diikuti oleh perpaduan teknik harfiah dan transposisi sebanyak 3 data, teknik harfiah dan modulasi sebanyak 3 data, teknik harfiah dan penambahan sebanyak 3 data, teknik harfiah dan generalisasi sebanyak 3 data, teknik harfiah dan reduksi sebanyak 1 data, teknik harfiah dan deskripsi sebanyak 1 data, dan teknik deskripsi dan penambahan sebanyak 1 data, teknik generalisasi dan penambahan 1 data, dan teknik penambahan dan kesepadanan lazim sebanyak 1 data. Semua varian teknik tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
4.1.1.2.1 Teknik Harfiah + Transposisi
Di dalam penelitian ini terdapat 3 data yang diterjemahkan dengan menggunakan teknik penerjemahan kuplet dengan varian teknik harfiah
penerapan teknik harfiah yang ditunjukkan oleh penyesuaian susunan kata berdasarkan kaidah yang berlaku pada bahasa sasaran. Penyesuaian dilakukan karena adanya perbedaan struktur kalimat antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Berikut contoh-contoh data yang menggunakan perpaduan teknik harfiah dan transposisi:
Data 16
16 Hak Asasi Manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia
Human Right are basic right that every human being
Harfiah Transposisi
Analisis data 16 teknik yang digunakan adalah teknik harfiah yang dapat dilihat dalam menerjemahkan kata „manusia‟ menjadi „human‟. Teknik transposisi juga digunakan pada data 16 yang dapat dilihat dari frasa „hak asasi‟
pada bahasa sumber berubah menjadi kata „right‟ pada bahasa sasaran.
Data 37
37 Komnas HAM diharapkan dapat meningkatkan perlindungan dan penegakan hukum
The National Commission of Human Right is expected to improve law enforcement and protection
Harfiah Transposisi
Teknik penerjemahan yang digunakan pada data 37 adalah teknik harfiah yang dapat ditemukan dalam menerjemahkan frasa „komisi nasional‟ menjadi „the national commission‟ dan kata „manusia‟ menjadi „human‟. Teknik transposisi
juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari frasa „hak asasi‟ pada bahasa sumber berubah menjadi kata „right‟ pada bahasa sasaran.
Data 40
40 Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM ) Indonesia 1998-2003
menetapkan beberapa perangkat Internasional
Indonesian Human Right national action plan 1998-2003 gradually ratified several international
Harfiah Transposisi
Frasa „rencana aksi‟ menjadi „action plan‟ dan kata „manusia‟ menjadi
„human‟ diterjemahkan dengan menggunakan teknik harfiah. Teknik transposisi juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari frasa „hak asasi‟ pada bahasa sumber berubah menjadi kata „right‟ pada bahasa sasaran.
4.1.1.2.2. Teknik Harfiah + Modulasi
Di dalam penelitian ini terdapat 3 data yang diterjemahkan dengan menggunakan teknik penerjemahan kuplet varian teknik harfiah dan modulasi.
Berikut ini adalah analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan harfiah dan modulasi:
Data 1
1 Hakikat bangsa The nature of
Nation
Harfiah Modulasi
Pada data 1 penerjemah menggunakan teknik harfiah dalam menerjemahkan kata „bangsa‟ menjadi „nation‟. Teknik modulasi digunakan dalam menerjemahkan kata „hakikat‟ yang dapat dilihat pada perubahan struktur kalimat atau sudut pandang dalam menerjemahkan kata „hakikat‟ menjadi „the nature‟
pada bahasa sasaran. „The nature‟ memiliki makna yang sebenarnya yaitu „sifat dasar, alam‟.
Data 2
2 Hakikat negara The nature of
State
Harfiah Modulasi
Dalam menerjemahkan kata „negara‟ menjadi „state‟ penerjemah menggunakan teknik penerjemahan harfiah. Teknik modulasi digunakan dalam menerjemahkan kata „hakikat‟ yang dapat dilihat pada perubahan struktur kalimat atau sudut pandang dalam menerjemahkan kata „hakikat‟ menjadi „the nature‟
pada bahasa sasaran. „The nature‟ memiliki makna yang sebenarnya yaitu „sifat dasar, alam‟.
Data 18
18 Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR)
The people’s consultative assembly decree
Harfiah Modulasi
Teknik yang digunakan dalam menerjemahkan kata „majelis‟ menjadi
„assembly‟ adalah teknik harfiah. Teknik modulasi juga dapat dilihat dari perubahan struktur kalimat atau sudut pandang pada penerjemahan frasa
„permusyawaratan rakyat‟ menjadi „people consultative‟ pada Bsa.
4.1.1.2.3 Teknik Harfiah + Reduksi
Di dalam penelitian ini terdapat 1 data yang diterjemahkan dengan menggunakan teknik harfiah dan reduksi. Penerapan teknik tersebut dapat dilihat pada data berikut ini :
Data 65
65 Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) kurang berperan dalam sistem politik ini
Indonesian armed forces had limited role in this political system
Harfiah Reduksi
Teknik harfiah biasa digunakan baik dalam menerjemahkan kata maupun frasa. Pada analisis data 65, penerjemah menerjemahkan kata „angkatan‟,
„bersenjata‟, dan „Indonesia‟ dengan menggunakan teknik harfiah. Teknik reduksi juga digunakan pada data 65 dimana penerjemah mereduksi kata „republik‟ ke dalam bahasa sasaran dengan anggapan tidak menimbulkan distorsi makna.
4.1.1.2.4 Teknik Harfiah + Penambahan
Di dalam penelitian ini terdapat 3 data yang diterjemahkan dengan menggunakan teknik penerjemahan kuplet varian teknik harfiah dan penambahan.
Berikut ini adalah analisis data yang menggunakan perpaduan teknik harfiah dan penambahan :
Data 9
9 Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD 1945)
The preamble of the Indonesian 1945 constution
Harfiah Penambahan
Teknik harfiah digunakan dalam menerjemahkan frasa „undang-undang dasar‟ yang diterjemahkan menjadi „constitution‟. Teknik penambahan juga digunakan dalam menambahkan kata „Indonesian‟ ke dalam bahasa sasaran. Hal tersebut dimaksudkan untuk memperjelas makna yang ingin disampaikan ke dalam bahasa sasaran.
Data 22
22 Berkedudukan di ibu kota Jakarta Located in the state’s capital of Jakarta
Harfiah Penambahan
Pada analisis data 22, teknik yang digunakan dalam menerjemahkan frasa
„ibu kota‟ yang diterjemahkan menjadi „capital‟ adalah teknik harfiah. Teknik penambahan juga digunakan dalam menambahkan kata „state‟s‟ ke dalam bahasa sasaran. Hal tersebut dimaksudkan untuk memperjelas makna yang ingin disampaikan ke dalam bahasa sasaran.
Data 55
12 Tidak ada Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi warga negara kelas satu
None of
Indonesian citizen status is regarded as first class citizen
Harfiah Penambahan
Analisis pada data 55 menggunakan teknik harfiah dalam menerjemahkan frasa„warga negara Indonesia‟ yang diterjemahkan menjadi „Indonesian citizen‟.
Teknik penambahan dapat dilihat pada bahasa sasaran yaitu kata „status‟ yang tidak ada dalam bahasa sumber.
4.1.1.2.5 Teknik Harfiah + Kesepadanan Lazim
Di dalam penelitian ini terdapat 4 data yang diterjemahkan dengan menggunakan teknik penerjemahan kuplet variasi harfiah dan kesepadanan lazim.
Perpaduan teknik tersebut dapat dilihat pada analisis data berikut ini :
Data 12
12 Sumpah pemuda 1928 adalah peristiwa yang sangat penting dalam mendorong semangat
Dalam menerjemahkan kata„pemuda‟ yang diterjemahkan menjadi „youth‟
penerjemah menggunakan teknik harfiah. Teknik kesepadanan lazim juga digunakan dalam menerjemahkan kata „sumpah‟ menjadi „pledge‟ ke dalam bahasa sasaran. Hal ini dikarenakan ungkapan atau istilah tersebut sudah lazim digunakan.
Data 45
45 Mahkamah militer Internasional dibentuk di London pada tahun 1945
International
Frasa „militer Internasional‟ yang diterjemahkan menjadi „International military‟ diterjemahkan dengan menggunakan teknik harfiah. Teknik kesepadanan lazim juga dapat dilihat pada kata „mahkamah‟ yang diterjemahkan menjadi
„tribunal‟. Hal ini dikarenakan ungkapan atau istilah tersebut sudah lazim digunakan dalam menerjemahkan istilah militer.
Data 46
46 Mahkamah pidana Internasional dibentuk
berdasarkan Statuna Roma 1998
International criminal court was formed as a result of the Rome statute 1998
Harfiah Kesepadanan Lazim
Teknik harfiah digunakan dalam menerjemahkan frasa „pidana Internasional‟ yang diterjemahkan menjadi „International criminal‟. Teknik kesepadanan lazim juga dapat dilihat pada kata „mahkamah‟ yang diterjemahkan menjadi „court‟. Hal ini dikarenakan ungkapan atau istilah tersebut sudah lazim digunakan.
4.1.1.2.6 Teknik Harfiah + Generalisasi
Di dalam penelitian ini terdapat 3 data yang diterjemahkan menggunakan teknik kuplet varian teknik harfiah dan generalisasi. Berikut ini analisis data yang menggunakan teknik harfiah dan generalisasi :
Data 27
27 Peradilan tata usaha negara adalah proses peradilan terhadap perkara-perkara yang terkait dengan kebijakan administratif negara
State
administrative court is trial process on cases that involve state administration
Harfiah Generalisasi
Analisis data 27 menggunakan teknik harfiah dalam menerjemahkan „tata usaha negara‟ menjadi „state administrative‟. Teknik generalisasi juga digunakan pada data di atas. Hal tersebut dapat dilihat pada kata „peradilan‟ dalam Bsu yang diterjemahkan menjadi „court‟ dalam Bsa, dimana penerjemah mengambil istilah yang lebih umum ke dalam tatanan Bsa nya.
Data 71
71 Menteri dalam negeri Minister of home affair
Harfiah Generalisasi
Penerjemah menggunakan teknik harfiah dalam menerjemahkan kata
„menteri‟ menjadi „minister‟ pada data 71. Teknik generalisasi juga dapat dilihat dari perubahan frasa „dalam negeri‟ pada bahasa sumber menjadi „home affair‟
menjelaskan lebih detail pada bahasa sasaran karena dalam hal ini penerjemahan bentuk bahasa tersebut mengambil istilah yang umum ke dalam tatanan bahasa sasaran nya.
Data 72
72 Menteri luar negeri Minister of foreign affair
Harfiah Generalisasi
Pada analisis data 72 menggunakan teknik penerjemahan harfiah dalam menerjemahkan kata „menteri‟ menjadi „minister‟. Teknik generalisasi juga dapat dilihat dari perubahan frasa „luar negeri‟ pada bahasa sumber menjadi „foreign affair‟ menjelaskan lebih detail pada bahasa sasaran karena dalam hal ini penerjemahan bentuk bahasa tersebut mengambil istilah yang umum ke dalam tatanan bahasa sasaran nya.
4.1.1.2.7 Teknik Harfiah + Deskripsi
Di dalam penelitian ini terdapat 1 data yang diterjemahkan dengan menggunakan teknik kuplet varian teknik harfiah dan deskripsi. Perpaduan antara
teknik harfiah dan deskripsi yang diterapkan dapat dilihat pada analisis data berikut ini :
Data 30
30 Pengadilan tinggi sebagai pengadilan tingkat banding
the appellate court at the appeal (higher) level
Harfiah Deskripsi
Kata ‟pengadilan‟ diterjemahkan dengan menggunakan teknik harfiah yaitu menjadi „court‟. Teknik deskripsi juga digunakan pada data di atas, dimana penerjemah mendeskripsikan kata „tinggi‟ yang terdapat pada Bsu menjadi
„appellate‟ ke dalam bahasa sasaran.
4.1.1.2.8 Teknik Deskripsi + Penambahan
Di dalam penelitian ini terdapat 1 data yang diterjemahkan dengan menggunakan teknik kuplet varian teknik deskripsi dan penambahan. Hal ini tampak pada analisis data berikut ini :
Data 35
35 Tindak Pidana Korupsi (Tipikor)
The court for corruption cases
Deskripsi Penambahan
Teknik deskripsi digunakan oleh penerjemah dalam mendeskripsikan frasa
Teknik deskripsi digunakan oleh penerjemah dalam mendeskripsikan frasa