• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam sebuah penelitian, tentu saja memerlukan analisis data berdasarkan apa yang didapat di lapangan. Menurut Boglan dan Biklen, analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilih-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan

apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. (Moleong, 2009 : 248).

Berdasarkan teknik analisis data di lapangan model Miles and Huberman, peneliti menganalisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut (Sugiyono, 2005 : 92) :

1. Melakukan Reduksi Data. Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Dalam hal ini, mereduksi artinya adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. 2. Penyajian Data. Dalam melakukan penyajian data, selain dengan teks yang

naratif, juga dapat grafik, matriks, network (jaringan), dan chart (Grafik). 3. Penarikan Kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan

masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti- bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi, apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan adalah kesimpulan yang kredibilitas.

Kegiatan analisis data dalam penelitian ini, akan dimulai dengan menelaah semua data yang terkumpul dengan baik data primer maupun data sekunder berupa wawancara, pengamatan, serta catatan lapangan. Hasil data yang diperoleh berdasarkan teknik analisis data yang telah dijelaskan sebelumnya, akan disususun membentuk laporan secara sistematis. Selanjutnya data yang disusun akan dibagi menjadi data utama dan data penjelas.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

4.1.1 Proses penelitian

Bab ini membahas mengenai hasil penelitian baik observasi maupun wawancara langsung yang telah dilakukan kepada informan yang telah ditetapkan. Penelitian ini telah berlangsung selama lebih kurang tiga bulan dari bulan Juli 2015 hingga September 2015. Penelitian ini dilakukan kepada setiap keluarga yang memiliki anggota keluarga yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia di desa Stabat Lama. Sebelum melakukan penelitian penulis harus melakukan observasi terlebih dahulu kepada subjek yang ingin dijadikan informan. Adapun karakterisitk informan yang akan dijadikan subjek penelitian adalah:

1. Subjek berasal dari setiap keluarga di desa Stabat Lama yang memiliki anggota keluarga yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia.

2. Subjek yang difokuskan adalah orang tua atau suami/ isteri atau orang terdekat dari Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di Malaysia. Orang tua atau suami/isteri adalah orang paling dekat TKI yang akan memberikan data yang lebih akurat dan terpercaya.

Proses awal penelitian diawali dengan mengajukan judul kepada Jurusan dan disetujui oleh dosen pembimbing. Setelah mendapatkan persetujuan untuk melakukan penelitian, peneliti melakukan segala persiapan yang berhubungan dengan penelitian. Persiapan awal diawali dengan melakukan observasi terhadap keluarga yang memiliki anggota keluarga yang bekerja sebagai TKI di lingkungan desa Stabat Lama. Persiapan selanjutnya, peneliti membuat pedoman wawancara yang berguna sebagai acuan dalam mengajukan pertanyaan- pertanyaan kepada informan mengenai penggunaan teknologi komunikasi antarpribadi yang digunakan informan.

Peneliti melanjutkan penelitian dengan mencari informan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Peneliti melakukan pendekatan dengan calon-calon informan. Peneliti mendatangi rumah calon informan satu per satu dan menanyakan kesediaan mereka untuk diwawancarai mengenai penggunaan teknologi komunikasi antarpribadi keluarga denga TKI di Malaysia. Keempat calon informan yang diobservasi menyatakan setuju untuk diwawancara. Meskipun diawal perjumpaan peneliti dengan calon informan, dua diantaranya menolak untuk diwawancarai dikarenakan merasa takut untuk ditanyai hal yang tidak diketahui calon informan. Kemudian, peneliti menjelaskan kepada calon informan untuk tidak perlu takut dan khawatir karena hal yang ditanyakan hanya berhubungan dengan anggota keluarga yang menjadi TKI. Akhirnya, Peneliti menetapkan jumlah informan utama yang menjadi subjek penelitian sebanyak empat orang ditambah tiga orang informan tambahan yang juga berasal dari keluarga TKI. Penambahan informan digunakan untuk melakukan proses triangulasi.

Proses wawancara dilakukan di tempat sesuai dengan permintaan masing-masing informan. Lokasi wawancara lebih banyak dilakukan di rumah informan dan terkadang di rumah peneliti. Waktu penelitian terlebih dahulu ditetapkan bersama-sama dengan cara mencari waktu senggang, sehingga proses wawancara dapat berlangsung dengan lancar tanpa banyak mengalami intervensi. Proses wawancara berlangsung sesuai dengan pedoman wawancara, yaitu dengan memberikan pertanyaan kepada informan yang menyangkut tujuan penelitian. Melalui proses wawancara, peneliti akan memperoleh data mengenai informan secara lebih mendalam.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai teknologi komunikasi antarpribadi yang digunakan informan dan komunikasi antarpribadi dalam menjalin dan menjaga hubungan dengan keluarga serta bagaimana hambatan penggunaan teknologi komunikasi dan komunikasi antarpribadi keluarga TKI tersebut.

Informan pertama yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah Bapak Zulkifli. Ditengah kesibukan menarik becak setiap harinya, beliau menyempatkan waktu untuk datang ke rumah peneliti.

Pada hari itu, perjumpaan pertama antara peneliti dan informan ini ketika peneliti ingin menuju rumah tante peneliti di kota Stabat. Peneliti menggunakan jasa informan untuk mengantarkan peneliti ke tempat tujuan. Di dalam perjalanan, peneliti membuat janji wawancara dengan informan. “Wak, nanti siang selepas Dzuhur ada waktu untuk wawancara soal yang kemarin?” Informan menjawab, oke, bisa, bisa..” Pada awalnya peneliti menyarankan untuk bertemu di kediaman informan tetapi informan menolak dan ia menyarankan untuk melakukan wawancara di kediaman peneliti saja.

Pukul 13.30 WIB, peneliti sudah menunggu kedatangan informan sambil menonton tv dan setelah 30 menit berlalu, sebuah becak masuk di depan rumah. Peneliti langsung membuka pintu. “jadi ?”, tanya informan. Peneliti menjawab “Jadi, masuk Wak…”. Peneliti mempersilahkan informan masuk dan duduk.

Setelah informan duduk, informan melakukan sedikit percakapan sembari peneliti telah mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk wawancara seperti alat perekam, pedoman wawancara, buku dan alat tulis. Sebelum memulai wawancara, peneliti mengutarakan maksud dan tujuan penelitian tersebut kepada informan secara jelas. Peneliti melakukan wawancara dengan informan sesuai dengan pedoman wawancara yang telah peneliti siapkan. Dalam proses wawancara, peneliti menanyakan data diri lengkap informan terlebih dahulu dan latar belakang dirinya.

Ketika Wak Zul sampai di rumah peneliti, Wak Zul tampak sangat lelah karena informan baru saja mengantarkan sewa ke Stabat. Dari wawancara yang peneliti lakukan, Wak Zul memiliki seorang isteri bernama Fauziah yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia. Ibu Fauziah ini bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT). Ibu Fauziah sudah menjadi TKI selama 10 tahun. Beliau betah bekerja dikarenakan majikannya di Malaysia sangat sayang

kepada dirinya. Wak Zul mengatakan bahwa isterinya tersebut sangat rajin bekerja. Terakhir kali Ibu Fauziah ini pulang adalah sebelum Lebaran tahun ini.

Pada saat peneliti menanyakan tentang isteri Wak Zul yang bekerja sebagai TKI, informan sangat antusias dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan istrinya tersebut. Berdasarkan penuturan Wak Zul, isteri Wak Zul ini tidak pernah pindah dari pekerjaannya di Malaysia selama sepuluh tahun. Isterinya tersebut merasa betah dan nyaman terhadap majikannya yang sangat menyanyanginya. Wak Zul juga menyampaikan tentang rutinitas isterinya yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Isterinya tersebut memulai pekerjaannya pada pukul enam pagi dengan melakukan rutinitas membersihkan rumah dan memasak. Jika malam hari, isteri Wak Zul terkadang harus memasakkan makanan untuk anak majikan tersebut. Wak Zul juga berpendapat semua pekerjaan yang dilakukan isterinya tersebut wajar sehingga jika pekerjaan keseharian isterinya tersebut telah selesai lebih awal, isterinya tersebut dapat pergi mengunjungi para tetangga majikannya tersebut.

Berdasarkan penuturan Wak Zul, dirinya tidak tega melihat isterinya yang bekerja untuk keluarga terlepas dirinya juga bekerja. Pada awalnya Wak Zul lah yang ingin bekerja ke Malaysia namun lowongan pekerjaan bagi laki- laki di Malaysia sangat terbatas pada saat itu, sehingga isterinya yang menyanggupi untuk merantau ke Malaysia. Mereka sepakat agar Wak Zul tetap bekerja di Indonesia dan isteri bekerja ke Malaysia.

Semua keterangan tentang isterinya tersebut Wak Zul dapatkan dengan melakukan komunikasi yang baik. komunikasi antara Wak Zul dan isterinya terpisah oleh jarak sehingga komunikasi antara keduanya menggunakan media komunikasi handphone. Menurut Wak Zul, handphone menjadi satu-satunya alat komunikasi yang ia gunakan untuk berkomunikasi dengan isterinya tersebut.

Ibu Rismawati adalah informan kedua peneliti. Rumah informan dekat dengan rumah peneliti. Sebelumnya peneliti telah membuat janji kepada informan untuk melakukan wawancara. Wawancara peneliti lakukan setelah peneliti menyelesaikan rutinitas mengajar murid peneliti di dekat rumah informan.

Ketika peneliti sampai di rumah informan, Ibu Ris sedang duduk bersantai di pekarangan rumahnya bersama cucu-cucunya. Informan memangku satu cucunya dan cucu lain bermain dengan sepeda mainan yang dapat mengeluarkan suara mengelilingi teras rumahnya. “masuk”, kata informan. Peneliti yang masih berdiri di depan pagar langsung menghampiri informan. “maaf Bu, mengganggu santainya”, kata peneliti. “ Alah, gak apa- apa, sini duduk” , jawab informan sambil menyeret kursi plastik di dekatnya.

Sebelum wawancara dimulai, peneliti menyatakan maksud dan tujuan wawancara kepada informan. Informan pun menyetujui untuk diwawancara pada saat itu. Peneliti juga mempersiapkan alat- alat yang digunakan untuk wawancara. Peneliti melakukan wawancara sesuai dengan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya. Proses wawancara diawali peneliti dengan menanyakan data diri dan latar belakang informan. Pada saat itu, keadaan wawancara agak sedikit terganggu dengan suara lagu dari sepeda kecil yang dimainkan satu cucu informan.

Ibu Ris mempunyai seorang anak yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia. Anaknya tersebut memutuskan untuk pergi setelah berpisah dengan suaminya. Sebagai orang tua tunggal, anak Ibu Ris tersebut mempunyai tanggung jawab besar terhadap kedua anaknya. Anak Ibu Ris tersebut telah bekerja di Malaysia selama dua tahun di sebuah pabrik pembuatan mainan. Sepeninggal anaknya ke Malaysia, Ibu Ris yang menjaga dan mengasuh kedua cucunya tersebut.

Menurut Ibu Ris dengan semakin mahalnya kebutuhan hidup dan pendidikan, tanggungan sebagai orang tua tunggal sangat berat. Pekerjaan sangat sulit didapatkan anaknya di Indonesia. Jika pun ada, gajinya sangat kecil. Hal tersebut tidak mencukupi kebutuhan makan dan sekolah anak- anaknya.

“Tidak ada mata pencarian disini, dia (anak) kan pisah dengan suaminya, tidak ada mata pencarian disini, kerjaan pun gak ada yang tetap disini, gajinya pun 800 ribu, 500 ribu di swalayan kan sementara anaknya dua yang mau dihidupinya.”

Informan juga turut prihatin terhadap keadaan dan pekerjaan anaknya tersebut, pekerjaaan yang melelahkan, penuh resiko dan berat. Ibu Ris menuturkan bahwa beliau terkadang kasihan dengan anaknya tersebut, pekerjaan anaknya tersebut disana termasuk kepada pekerjaan yang utama dan paling berat, anaknya tersebut bertugas di bagian dekat mesin, mengangkat timah kedalam. Ibu Ris juga menambahkan bahwa ia sering terpikir anaknya tersebut, apalagi jika menjelang tidur di malam hari, ia berpikir bahwa anaknya pasti sedang bekerja di Malaysia. Namun, Ibu Ris terus mendukung anaknya tersebut, dikarenakan keadaan anaknya tersebut, tidak apa-apa jika terpaksa jauh dari keluarga.

Teknologi komunikasi yang sering digunakan Ibu Ris hanya terbatas pada handphone saja, teknologi komunikasi bagi Ibu Ris sangat membantu keluarganya berkomunikasi dengan anaknya di Malaysia. Informan dapat menggunakan alat komunikasi handphone tersebut dengan baik. ibu Ris juga menunjukan handphone milikinya kepada peneliti. Handphone yang digunakan informan berwarna putih dengan dibalut dengan karet pelindung handphone berwarna biru. Ibu Ris mengaku handphone merk ‘nokia’ tersebut sudah lama ia beli karena kebutuhan untuk komunikasi. Menurutnya terkadang kita berada dalam hubungan jarak jauh satu sama lain sehingga handphone sangat dibutuhkan.

Informan saya yang ketiga adalah Ibu Khadijah atau akrab dipanggil Alang Ijah. Alang merupakan panggilan bagi anak kedua dalam suku melayu. Peneliti sebelumnya belum membuat janji untuk wawancara dengan Beliau. Menemui Alang Ijah sedikit sulit karena Beliau akan pergi bekerja mengambil upahan memotong tebu. Mulai pukul enam pagi hingga pukul enam sore. Peneliti hanya mempunyai kesempatan menemui informan pada malam hari. Sebelum berangkat ke rumah informan peneliti telah menyiapkan segala hal yang diperlukan dalam wawancara tersebut, seperti alat tulis, buku dan alat perekam.

Malam sekitar pukul tujuh malam, peneliti berangkat menuju rumah informan. Rumah informan tidak jauh dari rumah peneliti sehingga peneliti dapat menjangkaunya dengan berjalan kaki. Rumah informan berada tidak jauh dari depan gang. Ketika sampai disana, informan sedang menonton televisi sambil lesehan bersama suami Beliau. Peneliti mengucapkan salam dan Alang Ijah

ditanyakan”, “Tanya maya ?”, balasnya. Peneliti pun dipersilahkan masuk dan bergabung dengan informan duduk di atas sebuah tikar berwana merah. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan kedatangannya.

Informan pun bersedia untuk diwawancarai. Meskipun pada awalnya informan enggan untuk diwawancarai dikarenakan merasa tidak mengerti atas apapun yang akan ditanyai. Peneliti pun berusaha memberikan penjelasan kepada informan untuk tidak perlu merasa kaku karena peneliti hanya akan bertanya seputar komunikasi antara Alang Ijah dan anaknya. Peneliti pun memanfaatkan waktu yang ada sehingga tidak terkesan mengganggu waktu istirahat informan. Alang Ijah mempunyai seorang anak perempuan yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia. Anak perempuannya bernama Rusmala atau biasa dipanggil Mala. Anak Alang Ijah ini bekerja di sebuah kilang (pabrik) Kuala Lumpur. Wak Ijah menuturkan bahwa anaknya tersebut sudah sangat betah bekerja disana. Selama lebih dari tiga tahun, anaknya telah berada di Malaysia.

Peneliti mengawali wawancara tersebut dengan sedikit berbasa-basi dengan menanyakan pertanyaan di luar tujuan penelitian. Hal ini untuk mencairkan suasana yang tampak sedikit tegang dan tidak bersemangat. Peneliti menanyakan tentang bagaimana pekerjaannya berladang dan memotong tebu. Informan mengeluhkan pekerjaannya memotong tebu, menurut Alang Ijah, pekerjaannya tersebut sangat berat dan ia berniat untuk berhenti. Setelah peneliti menganggap suasana sudah sedikit membaik, penelti mengawali menanyakan mengenai alasan kepergian anaknya tersebut. Anak Alang Ijah tersebut pergi atas kemauannya sendiri. Anaknya tersebut mengatakan bahwa ia ingin membantu Alang Ijah dan Abahnya untuk hidup lebih baik. Alang Ijah pun merelakan anaknya tersebut pergi walaupun Alang Ijah merasa berat.

Pada awal kepergian anaknya tersebut, Alang Ijah sangat intens mengetahui kabar anaknya tersebut. Alang Ijah selalu menyuruh Erna (anak) untuk menelepon anaknya tersebut. Teknologi komunikasi yang digunakan oleh Alang Ijah adalah handphone.

Informan terakhir peneliti adalah Ibu Soraya. Rutinitas setiap harinya beliau berdagang. Di tengah kesibukannya, informan menyambut baik peneliti ketika mengutarakan keinginan untuk melakukan wawancara. Peneliti merasa

sedikit sulit untuk mendapatkan waktu wawancara dengan informan. Peneliti saat itu juga ingin membeli sesuatu untuk dimakan dan melihat melihat keadaan kedai yang lenggang. Peneliti langsung mengambil kesempatan meminta waktu Ibu Soraya untuk wawancara. “ Bu, Bisa wawancara sebentar, gak lagi sibuk kan? Tanya peneliti kepada informan. “ ya, ya, ayo masuk”, jawab informan ambil menuntun ke arah ruang tamu informan. Rumah informan bergabung dengan kedai yang Ibu Soraya miliki. Wawancara tersebut sedikit agak terganggu dengan banyaknya pembeli yang memanggil dari arah depan. Namun, semua dapat teratasi ketika suami Ibu Soraya tersebut yang mengambil alih pembeli.

Sebelum memulai wawancara, seperti yang dilakukan peneliti ketika wawancara sebelumnya, peneliti menyiapkan segala hal yang diperlukan untuk wawancara, seperti pedoman wawancara, alat tulis dan perekam suara. Setelah itu, peneliti menyampaikan tujuan dan maksud dari wawancara tersebut kepada informan. sebelum wawancara dimulai, Ibu Soraya tampak sibuk menyiapakan minuman untuk peneliti.

Mengawali wawancara, informan menanyakan bagaimana kuliah peneliti, apakah berjalan baik atau tidak dan informan juga menanyakan tentang kabar ibu peneliti yang juga bekerja di Malaysia. Peneliti pun merespon pertanyaan informan dengan baik dan sopan. Hal ini wajar karena informan termasuk orang yang sangat dekat dengan ibu peneliti. Berdasarkan penuturan Ibu Soraya, ia mempunyai seorang adik perempuan yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia di Malaysia. Adik Ibu Soraya bernama Jamila. Adik Ibu Soraya tersebut bekerja di sebuah pabrik pembuatan alat elektronik. Adik Ibu Soraya tersebut telah bekerja di Malaysia selama dua tahun.

Berdasarkan pengakuan Ibu Soraya, adiknya tersebut bekerja ke Malaysia tanpa adanya rencana sedikit pun sebelumnya. Kepergian adiknya tersebut terjadi begitu saja. Awal mula kepergian adik informan bekerja ke Malaysia akibat dari perceraian yang dialami adik informan tersebut. Perceraian itu sangat memukul keadaan adik informan sehingga dalam beberapa minggu saja, adik Ibu Soraya ini memutuskan untuk pergi bekerja ke Malaysia. Alasan dalam diri yang sangat kuat untuk melupakan mantan suaminya tersebut menjadi alasan pertama kepergian

Untuk membantu komunikasi yang lancar antara keduanya. Ibu Soraya ini menggunakan teknologi komunikasi handphone. Ibu Soraya ini dapat handphone tersebut dengan baik. informan juga menunjukan handphone yang biasanya informan gunakan untuk berkomunikasi sehari-hari.

Setelah wawancara selesai dilakukan, maka penelitian dilanjutkan ketahap berikutnya yaitu tahap analisis data. Pada tahap ini, peneliti menguraikan hasil wawancara terhadap keempat informan. Kemudian peneliti melakukan reduksi data hasil wawancara yaitu dengan cara merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari pola serta tema data hasil wawancara. Kemudian peneliti melakukan penyajian data dan melakukan penarikan kesimpulan.

4.1.2 Profil Informan 4.1.2.1 Profil Zulkifli

Informan pertama dalam penelitian ini adalah Bapak Zulkifli. Bapak yang akrab dipanggil Wak Zul ini lahir di Tebasan, 27 November 1952. Wak Zul yang bersuku melayu ini menikah dengan Fauziah dan memiliki seorang anak laki- laki bernama Feri Ardiansyah.

Pria kurus penyuka gulai masam dan sayur lemak ini dalam kesehariannya bekerja sebagai penarik becak motor. Wak Zul ini tinggal dalam sebuah rumah kecil di desa Stabat Lama. Pria kurus tinggi ini tinggal seorang diri sepeninggal isteri yang bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga di Malaysia dan anak satu- satunya yang telah menikah dan tinggal di lain tempat.

Pria yang identik dengan kaca mata hitam ini sebelum bekerja sebagai penarik becak, beliau bekerja sebagai pedagang buah di pajak kota Stabat. Dikarenakan kurang modal, beliau memutuskan berhenti dan pindah ke desa Stabat Lama. Kemudian, di desa Stabat Lama, dengan modal yang diberikan isterinya, beliau membuka kedai sampah kecil dan hal itu hanya bertahan satu tahun. Beliau pun memutuskan untuk menarik becak hingga sekarang.

Dalam keseharian Wak Zul mulai menarik becak pukul 7 pagi , pria 63 tahun ini mendapatkan hasil yang tidak menentu sehingga tidak mampu menutupi kebutuhan keluarganya. Pendapatan satu hari Wak Zul berkisar 15 ribu rupiah hingga paling besar 50 ribu rupiah. Inilah alasan mengapa isteri Wak Zul ini rela merantau ke Malaysia. Hal yang sama juga dialami putra mereka yang baru menikah. Dengan alasan susahnya mencari pekerjaan dan tuntutan kebutuhan rumah tangga, anak mereka juga memutuskan mengadu nasib ke Malaysia meninggalkan anak dan isterinya.

4.1.2.2 Profil Rismawati

Informan kedua dalam penelitian ini adalah Ibu Rismawati Manurung. Wanita yang akrab dipanggil Ibu Ris ini lahir di Pematang Siantar, 7 Maret 1955. Wanita tambun berdarah batak ini menikah dengan pria Melayu bernama Zainal Abidin dan memiliki lima orang anak, tiga orang perempuan dan dua orang anak laki- laki. Tiga anak perempuan Ibu Ris ini sudah menikah dan satu diantaranya telah bercerai sedangkan kedua anak laki- lakinya mengalami keterbelakangan mental.

Beberapa bulan belakangan ini, Ibu Ris lebih banyak di rumah setelah 6 bulan lalu Beliau memutuskan untuk pensiun dari rutinitasnya sebagai guru di salah satu sekolah negeri di desa Stabat Lama setelah lebih dari 35 tahun mengajar. Beliau tinggal dengan suami, cucu dan dua anak laki- lakinya. Setiap harinya anak perempuannya yang lain akan berkunjung ke rumah Ibu Ris sehingga Ibu Ris akan banyak menghabiskan waktu bersama cucu- cucunya.

Anak beliau, Novita, telah bekerja sebagai TKI di Malaysia selama dua tahun. Ia bekerja di sebuah pabrik pembuatan mainan. Ia meninggalkan dua orang anak. Ibu Ris pun harus memberikan perhatiannya kepada dua orang cucunya

Dokumen terkait