• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.4 Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra. Berikut teknik analisis data novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El shirazy.

1. Data awal, yaitu novel Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy dibaca berkali-kali untuk menemukan data yang diinginkan dengan didukung oleh peranan data sekunder yang relavan terhadap penelitian.

2. Ungkapan atau kalimat yang berhubungan dengan karakter kerja keras digarisbawahi dan dicatat.

3. Ungkapan atau kalimat yang berkaitan dengan karakter kerja keras dikelompokkan berdasarkan pembagiannya.

4. Setelah itu, peneliti menarik kesimpulan dari hasil analisis tersebut.

BAB IV

KARAKTER KERJA KERAS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BIDADARI BERMATA BENING KARYA HABIBURRAHMAN EL

SHIRAZY

4.1 Kerja Keras

Menurut Elfindri, dkk (dalam Sulastri, 2017:3) menjelaskan bahwa kerja keras adalah sifat seseorang yang tidak mudah berputus asa yang disertai kemauan keras dalam berusaha untuk mencapai tujuan dan cita-citanya. Sedangkan menurut Zubaedi kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Zubaedi, 2011: 75).

Pokok dari pembahasan dalam penelitian ini adalah karakter kerja keras pada tokoh utama dalam novel Bidadari Bermata Bening. Menurut Angelica Ardi (2012) terdapat sepuluh ciri kerja keras yaitu tekun, ulet, teliti, cermat, bekerja keras, bekerja cerdas, disiplin, sabar, ikhlas, pantang menyerah. Namun, dalam penelitian ini peneliti hanya menemukan tujuh ciri dari kerja keras yaitu tekun, teliti bekerja cerdas, disiplin, sabar, ikhlas, pantang menyerah.

Novel ini menceritakan tentang perjuangan tokoh Ayna dalam menjalani kehidupan dan usahanya untuk menggapai cita-citanya. Perjalanan Ayna seorang anak yatim piatu yang juga merupakan anak dari seorang TKW di Arab, membuatnya banyak diragukan kemampuannya, terutama teman sepesantrennya.

Namun, Ayna tidak marah dan tidak berputus asa, Ayna terus berjuang keras tidak peduli apa yang dikatakan orang terhadapnya.

Perjalanan hidup Ayna dimulai ketika ia lulus dari pesantren dan dipaksa menikah oleh pakde dan budenya dengan seorang lelaki yang tidak ia cintai.

Seiring berjalannya waktu ini perjalanan ini membawanya kepada seseorang yang banyak mengajarinya tentang bisnis. Mengawali sebagai seorang pembisnis kecil-kecilan ia sukses membanguntokoh roti yang ia beri nama „Roti Barokah‟ ia tekun menjanai bisnis itu dengan pelan-pelan. Dengan kesabaran menjalani lika-liku perjalanan hidupnya dan kerja kerasnya Ayna mampu menjadi seorang wanita yang sukses bukan hanya sukses dalam berbisnis Ayna juga bisa melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. Hal-hal yang tak pernah Ayna bayangkan semua dapat terwujud dengan kerja kerasnya selama ini.

Kerja keras yang dilakukan tokoh dalam novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy ditunjukkan dalam bentuk deskripsi cerita, dialog antartokoh, penjelasan dari tokoh lain maupun cara tokoh bertindak dalam menjalani kehidupan dan upayanya meraih cita-citanya. Adapun beberapa ciri kerja keras tokoh utama yang terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening karya Habibiburrahman El Shirazy yaitu, tekun, teliti, bekerja cerdas, disiplin, sabar, ikhlas, pantang menyerah.

4.1.1 Tekun

Tekun dalam menjalani suatu pekerjaan dengan bersungguh-sungguh merupakan salah satu ciri pekerja keras. Dengan selalu bersungguh-sungguh memusatkan perhatian dan tenaga untuk melakukan pekerjaan yang dihadapi sehingga pekerjaan itu dapat selesai tepat waktu dengan hasil yang maksimal.

Dalam novel ini, Habiburrahman menggambarkan hal tersebut kepada tokoh

utama. Saat adanya dialog antartokoh Ayna, Mbak Ningrum, Mbak Romlah, Mbak Titin, dan Zulfa. Berikut kutipan yang menggambarkan karakter kerja keras yang terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening yang berkaitan dengan ciri pekerja keras yaitu tekun.

Berikut kutipan yang menggambarkan karakter kerja keras yang terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening yang berkaitan dengan ciri pekerja keras yaitu tekun.

“Mbak Ningrum menyerahkan kertas itu pada Ayna. Kedua mata Ayna berkaca-kaca membaca isi surat hasil UN miliknya. Zulfa ikut membaca dengan wajah berbinar bangga. Sejurus kemudian Ayna bertakbir dan sujud syukur di lantai dapur itu.

“Tak terasa air mata Mbak Ningrum, Mbak Romlah dan Mbak Titin meleleh haru. Baru kali ini ada seorang khadimah bisa meraih nilai tertinggi di Pesantren. Ayna seolah-olah mewakili mereka. Ayna bangkit dari sujud syukurnya dan langsung memeluk Mbak Ningrum”

“Terima kasih, Mbak. Ini semua juga karena jasa kalian semua.”

“Ini karena kamu telah belajar sungguh-sungguh dan berusaha sangat keras.

Aku tahu itu. Di atas segalanya adalah taufik dari Allah.”(Habiburrahman, 2017:13)

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Ayna merupakan seseorang yang tekun dalam belajar. Ia bersungguh-sungguh dan bekerja keras sehingga mendapat nilai tertinggi di Pesantren hal ini membuatnya bersyukur dan sujud syukur. Ayna seolah-olah mewakili mereka sebagai seorang khadimah baru kali ini ada seorang khadimah yang bisa meraih nilai tertinggi. Hal tersebut merupakan hasil dari ketekunannya dalam belajar. Berikut kutipan lain yang menggambarkan sifat tekun.

“Ayna bekerja dengan penuh kesungguhan. Semua tugasnya ia kerjakan

segala keperluan Bu Rosidah. Keramahan dan keanggunannya membuat semua tetamu Bu Rosidah memberikan pujian. Ayna bukan jenis pekerja yang hanya menunggu perintah atasan. Ia adalah pekerja yang kreatif dan pikirannya jalan. Dalam waktu tidak lama, ia tahu jenis-jenis kue kesukaan sang majikan. Maka diam-diam di kamar kos-nya ia membuat adonan dan ia bawa ke kantor lalu ia masak dengan oven yang ada di dapur kantor. Begitu kue matang, ia hidangkan pada Bu Rosidah, dan tamu yang datang. Juga ia bagi pada teman-teman. Tak heran jika dirinya disayang oleh majikan dan dicintai oleh hampir semua karyawan”. (Habiburrahman, 2017:259)

Kutipan di atas terlihat Ayna melakukan pekerjaanya dengan sungguh-sungguh ini merupakan ketekunan Ayna dalam bekerja. Semua tugasnya ia kerjakan dengan baik dan penuh perhatian sehingga ia mendapat pujian dari Bu Rosidah. Ayna juga merupakan pekerja yang kreatif dan pekerja yang tidak hanya menunggu perintah atasannya.

4.1.2 Teliti

Teliti merupakan salah satu ciri dari pekerja keras. Teliti maksudnya adalah mengerjakan suatu pekerjaan dengan cermat, sasksama, hati-hati atau ingat-ingat. Dalam novel ini, Habiburrahman menggambarkan bagaimana tokoh utama melakukan suatu tindakan ataupun pekerjaan saat adanya kutipan yang menggambarkan bagaimana tokoh utama yakni Ayna sangat teliti dalam mengerjakan pekerjaannya.

Berikut kutipan yang menggambarkan karakter kerja keras yang terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening yang berkaitan dengan ciri pekerja keras yaitu teliti.

“Hujan terus turun. Sayup-sayup terdengar adzan shubuh berkumandang.

Ayna shalat di mushalla rumah itu menjadi imam. Semua makmumnya perempuan; Bu Risidah, Mbok Mur dan Mbok Ginah. Usai shalat dan

wiridan, Ayna memimpin mereka tadarusan Al-Qur‟an. Masing-masing membaca tiga ayat. Ayna menyimak dengan teliti dan meluruskan jika ada bacaan yang bengkong”. (Habiburrahman, 2017: 243)

Kutipan di atas menggambarkan situasi ketika Ayna menjadi imam semua makmum saat shalat shubuh di mushallah itu. Setelah menyelesaikan shalatnya Ayna tidak lupa memimpin mereka untuk tadarus Al-Qur‟an. Saat itu Ayna sangat teliti menyimak setiap ayat Al-Qur‟an yang dibacakan dan tidak lupa meluruskan jika ada bacaan yang salah. Berikut kutipan lain yang menggambarkan sifat teliti.

“ Ayna seorang pembaca keadaan yang cermat. Sebulan hidup bersama Yoyok ia sudah tahu beberapa bisnis yang dilakoni suaminya, menurutnya semuanya tidak benar. Kecuiali satu, jualan beras di pasar”.(Habiburrahman, 2017:188)

Kutipan di atas menggambarkan Ayna sangat cermat dalam membaca keadaan dan sangat teliti dalam menerima informasi. Informasi yang selama ini ia terima dari orang-orang tentang suaminya Yoyok dan mertuanya. Dari sebulan hidup bersama Yoyok menurutnya semua bisnis yang dijalani sang suami tidaklah benar kecuali satu bisnis menjual beras di pasar.

4.1.3 Bekerja Cerdas

Bekerja cerdas juga merupakan ciri pekerja keras. Dengan menghargai waktu, memaksimalkan waktu dan memanfaatkan waktu dengan tepat waktu tidak akan terbuang sia-sia sehingga beberapa pekerjaan dapat dilakukan secara bersamaan dan menghasilkan hasil yang baik. Dalam novel ini, Habiburrahman menggambarkan hal tersebut kepada tokoh utama.

Berikut kutipan yang menggambarkan karakter kerja keras yang terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening yang berkaitan dengan ciri pekerja keras yaitu bekerja cerdas.

“Dua bulan bekerja, Ayna merasa gajinya lebih dari cukup untuk hidup di perantauan. Ia berpikir harus menambah ilmu pengetahuan. Melihat ketangkasan Bu Rosidah mengelola bisnis dan menjadi penyebab orang lain dapat makan, ia tertarik untuk belajar yang serupa. Bukankah Sayyidah Khadijah, istri Rasullulah Saw juga pembisnis ulung, yang denan kekayaannya bisa nenbantu dakwah?”.

“Awal bulan ketiga, ia putuskan untuk kuliah D1 Managemen Admisistrasi di sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Yogiatama Bogor. Ia tidak muluk-muluk harus S1, dan tidak muluk-muluk harus di kampus terkenal. Yang paling penting baginya adalah paling terjangkau, paling memungkinkan dan nyaman belajar. Kampus yang ia pilih itu dekat dari tempatnya bekerja, juga dekat dari tempat kos-nya. Ia bisa kuliah di kelas akhir pekan. Biayanya terjangkau.

Yang iya perlukan adalah kunci-kunci mengembangkan diri. Selanjutnya sambil bekerja ia akan banyak belajar. Dan dengan kuliah, meskipun Cuma D1, ia sudah merasakan bangku perguruan tinggi.”(Habiburrahman, 2017:259)

Kutipan di atas dapat menggambarkan bahwa Ayna sangat pintar dalam membagi dan memaksimalkan waktu. Ini terlihat ketika Ayna memutuskan untuk membagi waktu antara bekerja dan kuliah. Ia mengambil D1 managemen administrasi di Yogyakarta Bogor. Ayna membagi waktunya, Ayna juga tidak muluk-muluk harus di kampus yang terkenal tetapi yang terpenting bagaimana ia bisa terus mengembangkan diri dan menjalankan keduanya yaitu bekerja dan kuliah. Hal ini membuktikan bahwa Ayna bekerja dengan cerdas. Berikut kutipan lain yang menggambarkan sifat bekerja cerdas.

“Ayna diam menunduk. Ibarat perang, ia adalah jenderal perang yang kini memimpin pasukan dan berhadapan dengan musuh. Maka ia harus waspada, cerdas dan menang. Pulang dari situ yang pertama kali ia lakukan adalah membayar semua hutangnya, terutama kepada para petani yang setor beras di pasar. Lalu menagih semua piutang. Lalu diam-diam ia menggadaikan BPKB motornya. Selebihnya ia beraktivitas normal seperti biasanya.”(Habiburrahman, 2017:216)

Dari kutipan di atas Ayna sedang berpikir untuk menyelamatkan masa depannya. Setelah mendengar permintaan mertuanya Ayna diam dan tertunduk. Ia harus segera melakukan pekerjaanya dalam satu waktu dan dengan memaksimalkan waktu yang ada. Ia hartus waspada dan cerdas. Sepulang dari situ Ayna pertama kali membayar semua hutang yang ada, lalu menagih semua hutang piutang. Kemudian ia menggadaikan BPKB motornya, ia memanfaatkan waktu yang tersisa selebinya ia beraktivitas seperti biasanya. Berikut kutipan lain yang menggambarkan sifat kerja cerdas.

“Yang penting sudah akad. Sah secara agama dan negara. Sah sebagai suami istri, ujar Pak Brams Margojaduk penih keyakinan. Pakdenya menyetujuiannya. Ayna pura-pura menyetujui”.

“Waktu terus berjalan. Ayna diam-diam telah menyusun rencananya dengan rapi. Satu hari sebelum akad nikah dilaksanakan terjadi peristiwa yang tidak diprediksi oleh Pak Kusmono maupun Brams Margojaduk. Untung saja, Mbak Rosa meneleponnya pagi-pagi saat ia pulang dari shalat shubuh.”(Habiburrahman, 2017:219)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Ayna telah memaksimalkan waktu yang ada sebelum kejadian yang tak diinginkan terjadi. Ayna dan Mbak Rosa telah membuat dan menyusun rencana dengan rapi. Ayna berpura-pura setuju dengan rencana pernikahan ini namun, di balik itu Ayna telah merencanakan semuanya agar bisa terbebas dari pernikahan itu.

4.1.4 Disiplin

Disiplin juga merupakan ciri dari pekerja keras. Disiplin merupakan sikap patuh kepada peraturan yang ada. Disiplin berarti selalu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dengan peraturan yang ada. Dalam novel ini, Habiburrahman

menggambarkan hal tersebut kepada tokoh utama yaitu Ayna yang selalu disiplin dalam mengerjakan pekerjaan dan selalu patuh terhadap peraturan yang ada.

Berikut kutipan yang menggambarkan karakter kerja keras yang terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening yang berkaitan dengan ciri pekerja keras yaitu disiplin.

“Ada satu kejadian yang membuat Bu Rosidah semakin percaya padanya.

Sudah menjadi etika, bahwa dirinya tidak akan meninggalkan kantor sebelum jam kerja habis dan Bu Rosidah telah meninggalkan kantor. Jika jam kerja habis tapi Bu Rosidah masih di kantor, ia dengan setia tetap berada di kantor.”( Habiburrahman, 2017:261)

Kutipan di atas menggambar bahwa Ayna merupakan pekerja yang disiplin. Ia menjadi karyawan yang dipercaya oleh Bu Rosidah karena kedisiplinannya di kantor. Sudah menjadi etika sebelum jam kerja habis ia tidak akan meninggalkan kantor. Kemudian jika jam kerja habis ketika Bu Rosidah masih ada di kantor Ayna dengan setia tetap berada di kantor. Berikut kutipan lain yang menggambarkan sifat disiplin.

“Selama di pesantren ini saya dihina dan direndahkan, saya masih bisa bersabar. Dan selama di sini, saya tidak pernah berkelahi dengan siapapun, saya juga tidak pernah usil dan bikin masalah dengan siapapun. Saya berusaha menjadi santriwati dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan adab dan etika yang Ummi, Pak Kyai dan para ustadzah ajarkan. Saya juga berusaha menjadi sebaik-baiknya teman bagi semua santriwati di sini, kakak bagi yang lebih muda, dan adik bagi yang lebih tua”(Habiburrahman, 2017: 25)

Kutipan di atas telah menggambarkan bahwa Ayna merupakan seorang santriwati yang disiplin tidak pernah melanggar aturan-aturan yang telah dibuat oleh Pak Kyai dan Ustadzah. Ia merupakan santriwati yang patuh. Hal ini tergambar ketika selama di Pesantern ia tidak pernah berkelahi, tidak pernah usil

dan berbuat masalah dengan santri-santri lainnya. Ia berusaha menjadi santriwati yang baik sesuai adab dan tika, Pak Kyai dan Ustadzah ajarakan.

4.1.5 Sabar

Sabar merupakan ciri dari pekerja keras. Sabar maksudnya adalah tahan menghadapi suatu ujian ataupun cobaan tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati. Sabar dalam hal ini juga berarti tidak tergesa-gesa dan tidak terburu nafsu. Dalam novel ini, Habiburrahman menggambarkan hal tersebut saat adanya dialog antartokoh. Ayna sebagai tokoh utama dalam novel ini menggambarkan sifat sabar.

Berikut kutipan yang menggambarkan karakter kerja keras yang terkandung

“Tiba-tiba santriwati yang ada di belakang Rohmatun yang tadinya sibuk ngobrol dengan santriwati di belakagnya ikut nimbrung.”

“Kau sangat beruntung bisa lanjut kuliah, Tun. Lebih beruntung daripada Ayna! Ya kan, Na?”

“Ayna diam.”

“Kamu nggak lanjut kuliah, Na ? kamu kan pinter, lebih pinter daripada aku?

Mosok nggak kuliah”

“Bukan masalah pinter, tapi masalah mental dan habitus keluarga. Jika Ayna lulus

Aliyah, lalu lanjut mondok di sini jadi khadimah Bu Nyai, itu sebuah kemajuan luar biasa. Daripada lulus Aliyah jadi TKW di Arab, kayak ibunya!”

“Ayna terhenyak mendengar kalimat yang menusuk itu. Ia menahan emosinya.”

“Kamu nggak boleh ngomong gitu, Neng!” Rohmatun mengingatkan tegas.”

(Habiburrahman, 2017:3)

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Ayna bersikap sabar saat ada temannya yang merendahkan dirinya dan juga ibunya. Dengan mengatakan bahwa jika lulus Aliyah lalu melanjutkan mondok dan menjadi khadimah lebih baik daripada ketika lulus Aliyah ia menjadi TKW di Arab, seperti ibunya. Ketika mendengan kata-kata temannnya itu Ayna berusaha menahan dirinya dan menahan emosinya. Hal ini menggmbarkan bahwa Ayna sedang berupaya bersikap sabar . Berikut kutipan lain yang menggambarkan sifat sabar tokoh utama.

“Saya akan mulai dari usaha bikin roti, Bu. Modalnya tidak besar. Di rumah ini juga ada oven bagus dan jarang dipakai. Dari kecil dulu nitip di kantin-kantin perkantoran.”(Habiburrahman, 2017:263)

Kutipan di atas menggambarkan bahwa untuk memulai sebuah usaha hendaknya bersabar saat memulainya. Ayna tidak tergesa-gesa dan tidak terburu nafsu. Ayna memulai usaha rotinya dengan modal yang tidak besar. Ia juga memulai dari kecil dahulu dititip ke kantin-kantin perkantoran. Berikut kutipan lain yang menggambarkan sifat sabar tokoh utama.

“Ruang tamu Kyai Sobron itu biasanya adem dan lapang, tetapi siang itu suasananya terasa sumpek seolah dipenuhi asap menyesakkan dada. Kyai Sobron dan Bu Nyai Nur Fauziyah merasa seperti ada yang menyesak dalam dada mereka ketika mendengar kata-kata yang disampaikan Bu Tumijah mewakili Pak Darsun”

“Mereka berdua diam tak tahu harus darimana menata kata. Sementara Ayna hanya bisa menunduk dengan air mata tak bisa dibendungnya. Ia mati-matian menahan diri agar tangisnya tidak meledak saat itu.”

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Ayna berusaha menahan dirinya . Ayna harus bersabar mendengarkan kata-kata dari budenya. Saat

mendengarkan pernyataan budenya Ayna hanya bisa menunduk dengan air mata tak bisa dibendungnya. Sifat sabar yang digambarkan Ayna pada kutipan ini berhubungan dengan perjuangan Ayna dalam menjalani kehidupannya.

4.1.6 Ikhlas

Ikhlas merupakan salah satu ciri pekerja keras. Ikhlas merupakan sebuah sikap yang menerima dengan hati yang tulus. Ikhlas dalam kutipan ini berhubungan dengan perjuangannya dalam menjalani kehidupannya. Dalam novel ini, Habiburrahman menggambarkan hal tersebut. Saat adanya dialog antara tokoh Ayna dan Afif. Ayna sebagai tokoh utama dalam novel ini menggambarkan sifat ikhlas.

Berikut kutipan yang menggambarkan karakter kerja keras dalam novel Bidadari Bermata Bening yang berkaitan dengan ciri pekerja keras yaitu ikhlas.

“Ummi, lihat koko Afif nggak. Biasanya ditaruh disini sama Kang Bardi usai dia cucikan, kok nggak ada, ya?”

“Bardin-nya kan sedang ke Jakarta.”

“Waduh celaka, kok Kang Bardi nggak laporan, waduh kapiran aku. Terus dimana kokonya, waduh gimana ini”

“Nggak usah panik, itu semuanya sedang disetrikan sama Ayna”

“iya, dicucikan sama Ayna.”

“Astaghfirullah!” muka Gus Afifuddin langsung pucat.”

“lho, kenapa?”

“Kok dicucikan Ayna, malu aku, Mi. Wah, kang Bardi ngawur tenan!”

“Nggak usah malu, sana dilihat di kamar khadimah. Ayna nggak bakalan ngantar bajumu itu ke kamarmu. Kamu yang harus ke sana.”

“I..iya mi.”

“Ayna telah selesai menyetrika. Ia ragu untuk mengetuk pintu. Ia mengambil napas lalu berdehem. Seketika Ayna melihat ke asal suara dehem. Dan agak kaget melihat Gus Afif tak jauh dari pintu.”

“Em, alhamdulillah ini sudah selesai. Mohon maaf kalau baunya mungkin agak beda, soalnya belum terlalu kering terus disetrika, lirih Ayna menyerahkan lipatan baju, sarung dan serban.”

“Terima kasih, maaf sudah merepotkan, sahut Gus Afif sambil menerima pakaiannya.”

“Ah tidak, ini sudah tugas saya sebagai khadimah.”

“jangan bilang begitu,aku tidak pernah menganggapmu sebagai khadimah.

Aku selalu menganggapmu sebagai pelajar yang cerdas di Pesantren ini.”

“Terima kasih. Maaf Gus, saya harus membantu Mbak Ningrum dan teman-teman di dapur kantin.”(Habiburrahman, 2017:54)

Kutipan di atas menggambarkan situasi dimana Ayna sedang melakukan suatu pekerjaan yang bukan tugasnya yaitu menyetrika baju koko Gus Afif. Suatu ketika Afif sedang mencari-cari baju koko miliknya yang ditugaskan Afif kepada Kang Bardi untuk menyuci pakaiannya. Namun, Kang Bardi pergi ke Jakarta, Afif pun merasa panik dan menanyakan kepada ummi ternyata baju miliknya telah dicuci dan disetrika oleh Ayna. Afif merasa tidak enak akan hal itu. Dalam kutipan ini Ayna menggambarkan sikapnya yang tulus serta ikhlas menyuci dan menyetrika baju Gus Afif, meskipun pekerjaan itu seharusnya dikerjakan oleh Kang Bardi.

Berikut kutipan lain yang menggambarkan sifat ikhlas tokoh utama.

“Kalian ada yang lihat Neneng? Dia datang nggak?” tanya Rohmatun sambil berjalan pelan.”

“Dia datang, tadi kulihat ia datang bersama keluarganya di asra sebelah,”Sahut Azka.”

“Dia sudah minta maaf sama kamu belum, Na?”

“Ayna menghentikan langkah diikuti yang lain”

“Belum, tapi pas sidang itu pamannya sudah menyampaikan permintaan maaf mewakili Neneng dan keluarga. Sudahlah nggak usah dibahas. Sudah saya maafkan semuanya. Kita mau berpisah, kita lupakan semua masalah. Kita ini saudara kandung dalam ilmu. Kita sama-sama dikandung dalam rahim pesantren ini, kita harus saling membantu dan menjaga”(Habiburrahman, 2017:60)

Kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh utama Ayna merupakan seseorang yang ikhlas. Ayna ikhlas memaafkan kesalahan Neneng walaupun pamannya yang menyampaikan permintaan maaf mewakili Neneng dan Keluarganya. Ayna sudah memaafkan semuanya ia mengatakan bahwa kita semua adalah saudara kandung dalam ilmu, kita sama-sama dikandung dalam rahim pesantren dan harus saling membantu dan menjaga. Berikut kutipan lain yang menggambarkan sifat ikhlas.

“Bu Nurjannah menemuinya dan membayar dua belas ribu dinar ia hutang

“Bu Nurjannah menemuinya dan membayar dua belas ribu dinar ia hutang

Dokumen terkait