• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTER KERJA KERAS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BIDADARI BERMATA BENING KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KARAKTER KERJA KERAS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BIDADARI BERMATA BENING KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA SKRIPSI"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTER KERJA KERAS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BIDADARI BERMATA BENING KARYA HABIBURRAHMAN

EL SHIRAZY: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA

SKRIPSI

OLEH SELLA PEBRINA

150701013

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)
(3)
(4)

KARAKTER KERJA KERAS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL

PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sella Pebrina NIM : 150701013 Jurusan : Sastra Indonesia Fakultas : Ilmu Budaya USU

Judul : Karakter Kerja Keras Tokoh Utama Dalam Novel Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy: Kajian Psikologi Sastra

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memeroleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang saya kutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, 2019 Penulis

Sella Pebrina

(5)

KARAKTER KERJA KERAS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BIDADARI BERMATA BENING KARYA HABIBURRAHMAN EL

SHIRAZY: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA

Sella pebrina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Sastra merupakan suatu hasil karya seni para pengarang atau sastrawan berupa prosa, puisi, drama. Satra sebagai sesuatu yang dipelajari atau sebagai pengalaman kemanusiaan. Seorang pengarang tidak pernah lupa untuk memasukkan nilai-nilai kehidupan dalam karyanya. Salah satu karya satra berupa fiksi yang banyak mengandung pengajaran adalah novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy. Nilai pengajaran yang disampaikan dalam novel Bidadari Bermata Bening adalah muatan karakter kerja keras yang sangat cocok dijadikan sebagai bahan bacaan remaja untuk membentuk karakter pekerja keras. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan karakter kerja keras tokoh utama yang terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening. Teori yang diterapkan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi sastra yang dikemukakan oleh Heymans. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ditemukan bahwa kerja keras yang terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy, yaitu tekun, teliti, bekerja cerdas, disiplin, sabar, ikhlas, pantang menyerah. Peneliti menyarankan agar novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy dibaca oleh setiap kalangan muda dan tua karena terdapat banyak sekali pengajaran mengenai kehidupan terutama untuk membentuk karakter pekerja keras dan hendaknya penelitian selanjutnya agar meneliti novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi.

Kata Kunci: sastra, karakter, kerja keras, dan psikologi sastra.

(6)

PRAKATA

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah Swt. karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Karakter Kerja Keras Tokoh Utama Dalam Novel Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy: Kajian Psikologi Sastra”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memeroleh gelar Sarjana Sastra di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, peneliti telah banyak menerima bantuan, bimbingan, pengarahan, saran-saran, dan dukungan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, peneliti mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1. Dr. Budi Agustono, M.S. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Prof. Drs. Mauly Purba, M.A. Ph.D. sebagai Wakil Dekan I, Dra. Heristina Dewi, M.Pd. sebagai Wakil Dekan II, dan Prof. Dr.

Ikhwanuddin Nasution, M.Si. sebagai Wakil Dekan III.

2. Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P. sebagai Ketua Program Studi Sastra Indonesia sekaligus sebagai dosen pembimbing yang sangat sabar membimbing dan memberikan arahan dari awal peneliti menentukan judul hingga penyelesaian skripsi ini. Bapak Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum.

sebagai Sekretaris Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Hariadi Susilo, M.Si. dan Drs. Isma Tantawi, M.A. sebagai dosen penguji yang telah memberi masukan kepada peneliti sehingga penelitian skripsi ini lebih baik lagi.

(7)

4. Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara yang banyak memberikan ilmu yang bermanfaat kepada peneliti. Bapak Joko yang banyak membantu peneliti mengurus keperluan administrasi selama proposal dan membantu peneliti mengurus keperluan administrasi selama penyusunan skripsi.

5. Keluarga yang sangat peneliti cintai yang telah menyemangati, mendukung dan mendoakan peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Ayahanda peneliti, Sumaryono, terima kasih telah membiayai peneliti sampai saat ini. Ibunda, Siti Aminah S, terima kasih atas kesabaran yang tidak ada habisnya dan selalu menyemangati dan mendoakan peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

Kepada Kakak Novita Silvia, Bang Putra Insani, Adik Anggara Pangestu, terima kasih telah menjadi sebaik-baiknya saudara.

6. Abangda Habiburrahman El Shirazy telah menulis novel Bidadari Bermata Bening yang sangat menarik untuk dikaji. Kepada teman spesial Hafiz Reza Pratama yang telah memberikan novel ini sabagai hadiah. Kepada sahabat peneliti Ema, Devi, Rina, Sisilia, Abdul, Anju, Immanuel, Seven, Andre yang telah banyak membantu dan memotivasi peneliti. Teman-teman stambuk 2015 yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu namanya.

7. Kepada keponakan peneliti Alzavair Pramoedya Insani yang sangat peneliti sayangi terima kasih karena setiap hari selalu memberikan senyuman yang membuat peneliti selalu semangat untuk mengerjakan skripsi.

8. Kepada Senior 2013 dan 2014 yang membagi pengalaman, memberi masukan. Junior stambuk 2016, 2017 yang selalu menyemangati peneliti.

(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

PRAKATA ... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 5

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Sastra ... 7

2.2 Novel ... 7

2.3 Psikologi ... 8

2.4 Tokoh Utama ... 8

(9)

2.5 Karakter ... 9

2.6 Kerja Keras ... 10

2.7 Landasan Teori ... 10

2.7.1 Psikologi Sastra ... 10

2.7.2 Kerja Keras ... 13

2.8 Tinjauan Pustaka... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

3.1 Metode Penelitian ... 18

3.2 Sumber Data ... 18

3.2.1 Sumber Data Primer ... 18

3.2.2 Sumber Data Sekunder ... 19

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 19

3.4 Teknik Analisis Data ... 20

BAB IV KARAKTER KERJA KERAS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BIDADARI BERMATA BENING KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ... 21

4.1 Kerja Keras ... 21

4.1.1 Tekun ... 22

4.1.2 Teliti ... 24

(10)

4.1.3 Bekerja Cerdas ... 25

4.1.4 Disiplin ... 27

4.1.5 Sabar ... 29

4.1.6 Ikhlas ... 31

4.1.7 Pantang Menyerah ... 34

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 38

5.1 Simpulan ... 38

5.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

LAMPIRAN ... 43

1. Sinopsis ... 43

2. Daftar Riwayat Hidup Pengarang ... 48

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra adalah hasil karya seni para pengarang atau sastrawan, yang antara lain berupa prosa (cerita pendek dan novel), puisi, drama (naskah drama atau pementasan drama) atau sastra adalah ilmu pengetahuan atau bidang ilmu yang mempelajari karya-karya sastra (prosa, puisi, dan drama), yang dikenal dengan nama ilmu sastra atau sastra ilmiah (Sehandi, 2016 :1). Secara sederhana Horace mengatakan bahwa sastra itu dulce et utile, artinya indah dan bermakna. Sastra sebagai sesuatu yang dipelajari atau sebagai pengalaman kemanusiaan dapat berfungsi sebagai bahan renungan dan refleksi kehidupan karena sastra karena sastra bersifat koekstensif dengan kehidupan, artinya sastra berdiri sejajar dengan hidup. Dalam kesusastraan dapat ditemukan berbagai gubahan yang mengungkapkan nilai-nilai kehidupan, nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai sosial budaya, di antaranya yang terdapat dalam puisi, prosa, dan drama (Ismawati, 2013:3).

Menurut Endraswara (2008:22) Sastra, pada dasarnya akan mengungkapkan kejadian. Namun, kejadian tersebut bukanlah “fakta sesungguhnya”, melainkan sebuah fakta mental pencipta. Pencipta sastra telah mengelolah halus fakta obyektif menggunakan daya imajinasi, sehingga tercipta fakta mental imajinatif.

Karya sastra memiliki wujud yang beragam, salah satunya ialah berbentuk prosa.

Dalam Nurgiantoro (2012:2) prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi

(12)

(fiction), teks naratif (narrative text) atau wacana naratif (narrative discource) (dalam pendekatan struktural dan semiotik atau cerita khayalan. Dapat disimpulkan bahwa fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyarankan pada kebenaran sejarah.

Fiksi pertama-tama menyarankan pada prosa naratif, yang dalam hal ini adalah novel dan cerpen, bahkan menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro,2012:4) fiksi sering dianggap bersinonim dengan novel. Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya tentu saja juga bersifat imajinatif. Kesemuanya itu walau bersifat noneksistensial, karena dengan sengaja dikreasikan oleh pengarang dibuat mirip, dimitasikan dan atau dianalogikan dengan dunia nyata lengkap dengan peristiwa- peristiwa dan latar aktualnya sehingga tampak seperti sungguh ada dan terjadi terlihat berjalan dengan sistem koherensinya sendiri. Kebenaran dalam karya fiksi, dengan demikian tidak harus sama dan memang tak perlu disamakan dengan kebenaran yang belaku di dunia nyata. Hal ini disebabkan dunia fiksi yang imajinatif dengan dunia nyata masing-masing memiliki sistem hukumnya sendiri (Nurgiantoro, 2012:4).

Secara etimologi istilah psikologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata psyche yang berarti “jiwa”, dan logos yang berarti ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan (Sobur, 2003:19).

(13)

Sastra dapat dikaji melalui beberapa pendekatan salah satunya melalui pendekatan psikologi sastra. Menurut Endraswara (2008: 96) psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis yang menampilkan aspek- aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh jika kebetulan teks berupa drama maupun prosa. Psikologi sastra merupakan gabungan antara ilmu sastra dan psikologi.

Secara definitif, psikologi sastra adalah analisis terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan relevansi aspek-aspek psikologis atau kejiwaan yang terkandung di dalamnya. Psikologi sastra lebih banyak berkaitan dengan tokoh dan penokohan, dengan tiga wilayah analisis, yakni psikologi pengarang, psikologi tokoh-tokoh dalam karya sastra, dan psikologi pembaca sastra (Sehandi, 2016:46).

Novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahhman El Shirazy yang diterbitkan tahun 2017 di dalamnya novel tersebut terdapat karakter kerja keras bagaimana tokoh utama meraih kesuksesan dan kesungguhan meraih cita-cita. Di dalam novel ini Habiburrahman menceritakan tentang sosok santriwati santun yang menjadi khadimah atau pembantu dirumah pak kyai dan Bu Nyai yang memiliki pondok pesantren. Ayna adalah seorang yatim piatu, banyak yang meragukan kemampuan dan menganggap remeh dirinya karena dia hanya seorang khadimah di pondok pesantren. Namun ia terus berjuang keras, dan mampu meraih prestasi sebagai sisiwi dengan nilai UN tertinggi se-Jawa Tengah. Ayna adalah sosok perempuan yang tangguh, bersih dan bagus hatinya serta keistiqomahnya, selalu bersama dengan Allah Swt dan membuat akhlak dan adabnya layak ditiru dan itu ditunjukkan Ayna kepada guru, kyai dan orangtua,

(14)

termasuk ke pamannya yang sedikit jahat. Kebaikan yang pasti dibalas kebaikan pula, keyakinan ini yang membuat Ayna tidak pesimis berbuat baik kepada orang lain.

Novel ini berjudul Biadari Bermata Bening menceritakan seorang wanita bernama Ainul Mardhiyah yang dalam Al-qur‟an dikisahkan sebagai ratunya bidadari. Ayna seorang gadis yang cantik jelita matanya memancarkan ketulusan serta keikhlasan dalam menjalani kehidupan. Seorang wanita yang ditinggalkan kedua orangtuanya tetapi mampu menggapai cita-citanya dengan penuh kerja keras. Ayna seorang gadis yang pintar, baik, dan juga sholehah, ayna terus berjuang keras ia mampu berprestasi. Tidak hanya finansial, tetapi juga secara pendidikan ia mampu kuliah di Yordania.

Perjalanan hidup Ayna dimulai ketika Ayna menolak lamaran dari anak Kyai dan Bu Nyai yaitu Gus Afif. Ayna menolak karena merasa bahwa dirinya tidak pantas bersanding dengan Afif karena dia hanya seorang khadimah, Ayna mengubur cintanya dalam-dalam. Ayna dipaksa menikah oleh pakdenya dengan seorang laki-laki bernama Yoyok, Ayna terpaksa menerima perjodohan ini karena tidak ingin menentang keinginan pakdenya, karena keluarga satu-satunya yang ia punya hanyalah keluarga pakdenya. Namun, rumah tangga Ayna tidak bertahan lama, karena Yoyok bukanlah laki-laki baik yang Ayna harapkan sebagai seorang suami yang kelak bisa membimbingnya. Perjuangan Ayna dalam menjalani hidup untuk meraih kesuksesan dan cita-citanya sangatlah panjang dan penuh liku-liku namun, Ayna tidak pernah berputus asa ia terus berjuang keras untuk melanjutkan hidup. Ia juga selalu menyerahkan segalanya kepada Allah Swt, perjalanan

(15)

panjangnya mengadu nasib dan perpindah-pindah tempat mengantarkannya bertemu seseorang yang menolongnya dan menjadikan Ayna wanita yang sukses.

Muatan karakter kerja keras dalam novel Bidadari Bermata Bening ini sangat cocok dijadikan sebagai bahan bacaan remaja khususnya dalam membentuk karakter pekerja keras. Dalam novel tersebut disajikan perjuangan tokoh Ayna dalam menjalani kehidupan dan usahanya untuk menggapai cita-cita dengan cara bekerja keras dan tidak mudah berputus asa mengantarkan peneliti memilih judul

“ Karakter Kerja Keras Tokoh Utama dalam Novel Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy” dalam penelitian ini.

1.2 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah pada karakter kerja keras tokoh utama protagonis yaitu tokoh Ayna dalam novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, rumusan masalah adalah bagaimanakah karakter kerja keras pada tokoh utama dalam novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakter kerja keras pada tokoh utama yang terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy.

(16)

1.4.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dibedakan menjadi dua macam yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis (Ratna,2016: 273):

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas khasanah ilmu pengetahuan, khususnya tentang karakter kerja keras tokoh utama dalam novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy.

2. Manfaat Praktis

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca, khususnya tentang karakter kerja keras tokoh utama dalam novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy.

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya, guna memperluas wawasan dalam bidang psikologi sastra.

(17)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

Konsep

Dalam karya ilmiah jelas konsep memegang peranan penting. Seperti komponen lain, konsep tercantum secara eksplisit, dijelaskan secara ilmiah dalam rangka menopang komponen lain, khususnya teori. Menurut Strauss dan Corbin (2003:56) tanpa konsep ilmu pengetahuan dianggap tidak ada (Ratna, 2016:2768).

Dalam penelitian ini terdapat beberapa kosep, sebagai berikut :

2.1 Sastra

Sastra adalah hasil karya seni para pengarang atau sastrawan, yang antara lain berupa prosa(cerita pendek dan novel), puisi, drama (naskah drama atau pementasan drama) atau sastra adalah ilmu pengetahuan atau bidang ilmu yang mempelajari karya-karya sastra(prosa, puisi, dan drama), yang dikenal dengan nama ilmu sastra atau sastra ilmiah (Sehandi, 2016:1). Menurut Endraswara (2008:22) sastra pada dasarnya akan mengungkapkan kejadian. Namun kejadian tersebut bukanlah “fakta sesungguhnya”, melainkan sebuah fakta mental pencipta.

2.2 Novel

Novel merupakan suatu karya fiksi, yaitu karya dalam bentuk kisah atau cerita yang melukiskan tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa rekaan (Azies,2010:2). Menurut Nurgiantoro (2012:9) novel (novel) dan cerita pendek (short story) merupakan dua bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi.

Bahkan dalam perkembangannya yang kemudian, novel dianggap bersinonim

(18)

dengan fiksi. Dengan demikian, pengertian fiksi seperti dikemukkan di atas, juga berlaku untuk novel. Sebutan novel dalam bahasa inggris yang kemudian masuk ke Indonesia berasal dari bahasa Itali novella(yang dalam bahasa Jerman:novelle).

Secara harfiah novella berarti „sebuah barang baru yang kecil‟, dan kemudian diartikan sebagai „cerita pendek dalam bentuk prosa‟.

2.3 Psikologi

Secara etimologis, istilah psikologis berasal dari Yunani, yaitu dari kata psyche yang berarti “jiwa”, dan logos yang berarti “ilmu”. Jadi, secara harfiah, psikologi berarti ilmu jiwa, atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan (Sobur, 2003:19). Menurut Robert S. Woodworth dan Marquis DG psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas atau tingkah laku individu dalam hubungan dengan alam sekitarnya. (Sobur, 2003:32).

2.4 Tokoh Utama

Menurut Sayuti (2009:6) terdapat dua macam jenis tokoh dalam setiap karya fiksi, menurut keterlibatannya terhadap karya fiksi itu sendiri, yaitu tokoh utama (sentral) dan tokoh penunjang (periferal). Cara menemtukan yang mana tokoh utama dan yang mana tokoh penunjang adalah dengan membandingkan setiap tokoh di dalam cerita. Adapun kriteria tokoh utama adalah bertindak sebagai pusat pembicaraan dan sering diceritakan, sebagai pihak yang paling dekat kaittannya dengan tema cerita, dan lebih sering melakukan interaksi dengan tokoh lain.

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam novel yang bersangkutan. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak

(19)

diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam tiap halaman novel yang bersangkutan. Karena tokoh utama paling banyak diceritakan dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, tokoh utama juga sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Ia selalu hadir sebagai pelaku atau yang dikenai kejadian dan konflik penting yang mempengaruhi perkembangan plot (Nurgiyantoro, 2012: 177).

2.5 Karakter

Karakter berasal dari bahasa Yunani yakni charas sein, yang berarti (mula-mula) coretan, atau goresan. Kemudian berarti setempel atau gambaran yang ditinggalkan oleh setempel itu. Karakterologie dalam istilah Belanda, berasal dari kata karakter, yang berarti watak, dan logos yang berarti ilmu. Jika diistilahkan ke dalam bahasa Indonesia juga berarti ilmu watak (Sujanto, 2014:

101). Karakter menurut Griek dapat didefinisikan sebagai paduan daripada segala tabiat manusia yang bersifat tetap, sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan orang satu dengan yang lain (Zubaedi, 2011: 9).

Sedangkan karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia „karakter‟

berarti „sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak (Saptono, 2011: 17).

(20)

2.6 Kerja Keras

Menurut Elfindri, dkk (dalam Sulastri, 2017:158) menjelaskan bahwa kerja keras adalah sifat seseorang yang tidak mudah berputus asa yang disertai kemauan keras dalam berusaha untuk mencapai tujuan dan cita-citanya.

Sedangkan menurut Zubaedi kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Zubaedi, 2011: 75).

2.7 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi sastra dengan teori tipologi kepribadian Heymans yang berteori tentang watak-watak manusia berdasarkan sifat-sifat pokok dari jiwa manusia.

2.7.1 Psikologi Sastra

Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis yang menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh jika kebetulan teks berupa drama maupun prosa (Endraswara, 2008:96). Menurut Sehandi (2016:46) Psikologi sastra merupakan gabungan antara ilmu sastra dan psikologi. Secara definitif, psikologi sastra adalah analisis terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan relevansi aspek-aspek psikologis atau kejiwaan yang terkandung di dalamnya. Psikologi sastra lebih banyak berkaitan dengan tokoh dan penokohan, dengan tiga wilayah analisis, yakni psikologi pengarang, psikologi tokoh-tokoh dalam karya sastra, dan psikologi pembaca sastra. Sebagai ilmu yang berkaitan dengan manusia (humaniora), karya sastra memberi intensitas

(21)

yang cukup besar terhadap hakikat psikologi sekaligus memanfaatkanya dalam memahami berbagai permasalahan kehidupan.

Teori yang dianggap relavan terhadap penelitian ini ialah teori tipologi Heymans yang berteori tentang watak-watak manusia (Sujanto, 2014: 107). Ia membat pembagian kepribadian manusia berdasasrkan sifat psikis yang menurut pendapatnya, merupakan sifat-sifat pokok dari jiwa manusia. Sifat pikis tersebut ialah emosionalitas, aktivitas, dan sekunder-fungsi (proses pengiring).

Sifat- sifat daripada unsur dasar aspek jiwa itu ialah

1. Orang yang emosionalitas bersifat:

Lekas memihak, fantasinya kuat, tulisan dan bicaranya agak aneh. Kurang mencintai kebenaran, mudah marah, mudah mencitai dan senang sensasional.

2. Orang yang berfungsi sekunder bersifat:

konsekuen, besar rasa terimakasih, tenang, tak lekas putus asa, teliti, ingatan baik, bijaksana dan suka menolong.

3. Orang yang aktif bersifat:

Suka bekerja, mudah bertindak, berhobbi banyak, mudah mengatasi kesulitan, dan sebaigainya.

Gerart Heymans membagi tipe kepribadian manusia, berdasarkan kuatlemahnya ketiga unsur di atas dalam diri setiap orang, menjadi tujuh tipe (Sobur, 2013:317).

1. Gapasioneerden (Orang hebat): orang aktif dan emosionalnya serta fungsi sekundernya kuat. Orang ini selalu bersikap keras, emosional, gila kuasa,

(22)

egois suka mengecam. Mereka dalah patriot yang baik, memiliki rasa kekeluargaan yang kuat, dan suka menolong orang yang lemah.

2. Cholerici (orang garang): orang yang aktif dan emosional, tetapi fungsi sekundernya lemah. Orang ini lincah, rajin bekerja, periang, pemberani, optimis, suka pada hal-hal yang faktual. Mereka suka kemewaha, pemboros dan sering bertindak ceroboh tanpa pikir panjang.

3. Sentimentil (orang perayu): orang yang tidak aktif, emosional, dan fungsi sekundernya kuat. Orang ini suka bersikap emosional, sering impulsif (menurutkan kata hati), pintar bicara sehingga mudah memengaruhi orang lain, senang terhadap kehidupan alam, dan menjauhkan diri dari kebisingan dan keramaian.

4. Nerveuzen (orang penggugup): orang yang tidak aktif dan fungsi sekundernya lemah, tetapi emosinya kuat.. Orang-orang tipe ini sifatnya emosional (mudah naik darah, tetapi cepat menjadi dingin), suka memprotes atau mengecam orang lain, tidak sabar, tidak mau berpikir panjang, agresif, tetapi tidak pendendam.

5. Flegmaciti (orang tenang): orang yang tidak aktif dan fungsi sekundernya kuat. Orang-orang tipe ini selalu bersikap tenang, sabar, tekun bekerja, teliti, tidak lekas putus asa, berbicara singkat, tetapi mantap. Mereka berpandangan luas, berbakat matematika, senang membaca dan memiliki ingatan yang baik.

Orang tipe ini rajin bekerja dan cekatan serta mampu berdiri sendiri tanpa memerlukn banyak bantuan orang lain.

6. Sanguinici (orang kekanak-kanakan): orang yang tidak aktif, tidak emosional, tetapi fungsi sekundernya kuat. Orang ini antara lain, sukar mengambil

(23)

keputusan, kurang berani atau ragu-ragu bertindak, pemurung, pendiam, suka menyendiri, berperang teguh pada pendiriannya, pendendam, tidak gila hormat dan kuasa, dan dalam bidang politik selalu berpandangan konservatif.

7. Amorfem (orang tak berbentuk): orang-orang yang tidak aktif, tidak emosional dan fungsi sekundernya lemah. Sifat-sifat tipe orang ini antara lain, intelektualnya kurang, picik, tidak praktis, selalu membeo, canggung, dan ingatan buruk. Mereka termasuk orang yang perisau, peminum, pemboros, dan cenderung membiarkan dirinya dibimbing dan dikuasai orang lain.

Berdasarkan unsur dan tipe-tipe di atas penelitian menyimpulkan bahwa tokoh Ayna termasuk ke dalam tipe Flegmaciti (orang tenang) orang yang idak aktif dan fungsi sekundernya kuat. Orang-orang tipe ini selalu bersikap tenang, sabar, tekun bekerja secara teratur, teliti, tidak lekas putus asa, berbicara singkat, tetapi mantap. Mereka berpandangan luas, berbakat matematika, senang membaca dan memiliki ingatan yang baik. Orang tipe ini rajin bekerja dan cekatan serta mampu berdiri sendiri tanpa memerlukan banyak bantuan orang lain.. Berdasarkan ciri- ciri di atas menggambarkan tipe orang yang bekerja keras.

2.7.2 Kerja Keras

Menurut Elfindri, dkk (dalam Sulastri, 2017:3) menjelaskan bahwa kerja keras adalah sifat seseorang yang tidak mudah berputus asa yang disertai kemauan keras dalam berusaha untuk mencapai tujuan dan cita-citanya. Sedangkan menurut Zubaedi kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Zubaedi, 2011: 75). Menurut Angelica Ardi (2012) terdapat sepuluh ciri dari pekerja keras yaitu tekun, ulet, teliti, cermat, bekerja

(24)

keras, bekerja cerdas, disiplin, sabar, ikhlas, pantang menyerah. Namun, peneliti hanya menemukan tujuh ciri kerja keras pada tokoh Ayna yang terdapat dalam novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy yaitu:

1. Tekun

Tekun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah rajin, keras hati, dan bersungguh-sungguh (bekerja, belajar berusaha, dsb).

2. Teliti

Telliti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cermat, saksama, hati- hati, atau ingat-ingat.

3. Bekerja Cerdas

Bekerja cerdas maksudnya adalah mampu bekerja dengan menghargai waktu, memaksimalkan waktu yang ada dan bekerja penuh semangat.

4. Disiplin

Disiplin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tata tertib, ketaatan, kepatuhan kepada peraturan (tata tertib dsb). Disiplin juga merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan (Zubaedi, 2011: 75).

5. Sabar

Sabar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati). Tenang tidak tergesa-gesa, tidak terburu nafsu.

(25)

6. Ikhlas

Ikhlas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bersih hati, tulus hati.

Ikhlas juga merupakan sebuah sikap yang menerima dengan hati yang tulus, tanpa pamrih dalam melakukan sesuatu.

7. Pantang Menyerah

Pantang menyerah maksudnya adalah tidak mudah menyerah dan putus asa menghadapi suatu pekerjaan, seberat apapun pekerjaan yang dilakukan.

2.8 Tinjauan Pustaka

Penelitian terhadap novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy sebelumnya sudah pernah diteliti oleh Setiani (2017) dengan judul Karakter Tokoh Novel Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy . Menurut Setiani penokohan dalam novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman el Shirazy meliputi tokoh dan penokohan berdasarkan teknik analitik dan teknik dramatik. Kemudian karakter tokoh novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy yakni meliputi tokoh Ayna yang pintar dan prestasi. Afifudin baik hati, Bu Rodiyah yang baik dan suka menolong, neneng yang suka memfitnah, Yoyok yang tidak terpuji, Mat Darsun pemarah, Kusmono mengambil hak orang lain, Zulfa yang baik objektif, serta adil, dan Pak Projo sebagai penengah konflik.

Selain itu penelitian terhadap novel Bidadari Bermata Bening ini juga diteliti Umilia Mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNTAN, Pontianak, dengan judul Psikologi Tokoh Dalam Novel Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy. Menurut Umilia masalah yang diteliti yaitu, pikiran tokoh utama, perilaku tokoh utama, pikiran tokoh

(26)

utama, pikiran tokoh tambahahan, dan perilaku tokoh tambahan. Berdasarkan pikiran tokoh utama yakni berkhayal, kerinduan, berangan-angan. Berdasrkan perilaku tokoh utama yakni cekatan, nekat, berprestasi. Kemudian berdasarkan pikiran tokoh tambahan yakni memecahkan masalah, menyesal, ragu. Kemudian berdasarkan perilaku tokoh tambahan yakni amanah, ringan tangan.

Azmi, Nurul (2019) Mahasiswi Universitas Syiah Kuala juga meneliti novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy dengan judul Analisis Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy . Menurut Azmi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter dan nilai pendidikan karakter yang dominan digunakan dalam novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy adalah nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Nilai pendidikan karakter yang dominan dalam novel ini adalah karakter religius.

Selain itu penelitian terhadap novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy ini juga diteliti oleh Fauzan (2018) Program Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Surakarta dengan judul Nilai-Nilai Karakter Remaja Muslim dalam Kandungan Novel Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy . Menurut Fauzan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua puluh dua poin karakter remaja

(27)

muslim yang terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening, poin-poin tersebut dikelompokkan kedalam tiga induk karakter utama, yakni: 1) Nilai karakter kepada Allah dan rasul: mencitai Allah, mencintai rasul, rajin beribadah, berbakti kepada Allah . 2) Nilai karakter kepada diri sendiri: bercita-cita mulia, kreatif, bersikap adil, mencintai ilmu, menjauhi sikap iri, bersikap rendah hati, senantiasa bersyukur, memanfaatkan waktu dan kesempatan, bertanggung jawab, bersikap gigih dan tidak muda berputus asa, berperilaku sabar, menepati janji. 3) Karakter kepada sesama manusia: memuliakan orang tua dan guru, menjaga hubungan baik dengan sesama manusia, berbakti kepada bangsa dan negara.

Selain dari penelitian di atas, sepengetahuan penulis belum pernah ada yang meneliti mengenai karakter kerja keras dalam novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy. sehingga penulis merasa perlu diadakan penelitian tentang karakter kerja keras tokoh utama terhadap novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy.

(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara untuk memperoleh pengetahuan mengenai objek tertentu dan karenanya, harus sesuai dengan kodrat keberadaan objek itu sebagaimana yang dinyatakan oleh teori (Faruk, 2017:55).

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif yang berarti data yang dihasilkan berupa kata-kata dalam bentuk kutipan-kutipan.

Dalam teori sastra (Kristeva dalam Culler, 1997:139), setiap teks adalah mosaik kutipan yang dianggap berasal dari semestaan yang anonim (Ratna, 2016:97).

Dalam hal ini data hasil penelitian diungkapkan melalui kalimat dan kutipan dari teks yang ada dalam novel Bidadari Bermata Bening.

3.2 Sumber Data

Data dibagi menjadi dua bagian yaitu data primer dan data sekunder (Ratna, 2016:143). Dalam penelitian ini sumber data dibagi dua, yaitu sumber data primer dan sekunder.

3.2.1 Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan sumber data utama dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian sastra, seperti novel, maka objeknmya adalah teks atau wacana, sedangkan sumber objeknya adalah naskah, yaitu novel itu sendiri (Ratna, 2016:144). Data primer dalam penelitian ini adalah novel Bidadari Bermata Bening.

(29)

Judul Novel : Bidadari Bermata Bening

Pengarang : Habiburrahman El Shirazy Tahun Terbit : 2017

Tebal Buku : 337 Halaman Ukuran Buku : 13.5 x 20.5 cm

Penerbit : Republika

Warna Sampul : Merah muda, dengan judul berwarna putih.

Gambar Sampul : Setangkai bunga mawar putih.

3.2.2 Sumber Data Sekunder

Penelitian terhadap sebuah novel, misalnya data primernya adalah teks, wacana, sedangkan data sekundernya adalah buku-buku referensi yang berkaitan dengan teori dan metode.keberhasilan suatu penelitian ditentukan melalui kemampuan peneliti untuk mengumpulkan sekaligus menganalisis data primer yang dibantu dengan data sekunder (Ratna, 2016: 145). Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku, jurnal, skripsi, situs internet, dan artikel- artikel yang berhubungan dengan karya sastra, psikologi sastra, karakter, kerja keras.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pembacaan heuristik dan hermeneutik. Menurut Pradopo (dalam Tantawi, 2015:61) metode heuristik adalah pembacaan karya sastra berdasarkan struktural bahasanya,

(30)

sedangkan hermeneutik adalah pembacaan karya sastra berdasarkan konvensi sastranya.

Pada metode heuristik, peneliti membaca novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy secara berulang dan teliti. Novel dipahami berdasarkan konvensi bahasa-bahasa yang digunakan pengarang dalam menyampaikan pesan kepada pembaca.

Pada metode hermeneutik, peneliti membaca novel objek penelitian dilakukan dengan cara memahami konvensi-konvensi sastra serta budaya yang terdapat dalam novel Bidadari Bermata Bening.

3.4 Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra. Berikut teknik analisis data novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El shirazy.

1. Data awal, yaitu novel Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahman El Shirazy dibaca berkali-kali untuk menemukan data yang diinginkan dengan didukung oleh peranan data sekunder yang relavan terhadap penelitian.

2. Ungkapan atau kalimat yang berhubungan dengan karakter kerja keras digarisbawahi dan dicatat.

3. Ungkapan atau kalimat yang berkaitan dengan karakter kerja keras dikelompokkan berdasarkan pembagiannya.

4. Setelah itu, peneliti menarik kesimpulan dari hasil analisis tersebut.

(31)

BAB IV

KARAKTER KERJA KERAS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BIDADARI BERMATA BENING KARYA HABIBURRAHMAN EL

SHIRAZY

4.1 Kerja Keras

Menurut Elfindri, dkk (dalam Sulastri, 2017:3) menjelaskan bahwa kerja keras adalah sifat seseorang yang tidak mudah berputus asa yang disertai kemauan keras dalam berusaha untuk mencapai tujuan dan cita-citanya. Sedangkan menurut Zubaedi kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Zubaedi, 2011: 75).

Pokok dari pembahasan dalam penelitian ini adalah karakter kerja keras pada tokoh utama dalam novel Bidadari Bermata Bening. Menurut Angelica Ardi (2012) terdapat sepuluh ciri kerja keras yaitu tekun, ulet, teliti, cermat, bekerja keras, bekerja cerdas, disiplin, sabar, ikhlas, pantang menyerah. Namun, dalam penelitian ini peneliti hanya menemukan tujuh ciri dari kerja keras yaitu tekun, teliti bekerja cerdas, disiplin, sabar, ikhlas, pantang menyerah.

Novel ini menceritakan tentang perjuangan tokoh Ayna dalam menjalani kehidupan dan usahanya untuk menggapai cita-citanya. Perjalanan Ayna seorang anak yatim piatu yang juga merupakan anak dari seorang TKW di Arab, membuatnya banyak diragukan kemampuannya, terutama teman sepesantrennya.

Namun, Ayna tidak marah dan tidak berputus asa, Ayna terus berjuang keras tidak peduli apa yang dikatakan orang terhadapnya.

(32)

Perjalanan hidup Ayna dimulai ketika ia lulus dari pesantren dan dipaksa menikah oleh pakde dan budenya dengan seorang lelaki yang tidak ia cintai.

Seiring berjalannya waktu ini perjalanan ini membawanya kepada seseorang yang banyak mengajarinya tentang bisnis. Mengawali sebagai seorang pembisnis kecil- kecilan ia sukses membanguntokoh roti yang ia beri nama „Roti Barokah‟ ia tekun menjanai bisnis itu dengan pelan-pelan. Dengan kesabaran menjalani lika-liku perjalanan hidupnya dan kerja kerasnya Ayna mampu menjadi seorang wanita yang sukses bukan hanya sukses dalam berbisnis Ayna juga bisa melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. Hal-hal yang tak pernah Ayna bayangkan semua dapat terwujud dengan kerja kerasnya selama ini.

Kerja keras yang dilakukan tokoh dalam novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy ditunjukkan dalam bentuk deskripsi cerita, dialog antartokoh, penjelasan dari tokoh lain maupun cara tokoh bertindak dalam menjalani kehidupan dan upayanya meraih cita-citanya. Adapun beberapa ciri kerja keras tokoh utama yang terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening karya Habibiburrahman El Shirazy yaitu, tekun, teliti, bekerja cerdas, disiplin, sabar, ikhlas, pantang menyerah.

4.1.1 Tekun

Tekun dalam menjalani suatu pekerjaan dengan bersungguh-sungguh merupakan salah satu ciri pekerja keras. Dengan selalu bersungguh-sungguh memusatkan perhatian dan tenaga untuk melakukan pekerjaan yang dihadapi sehingga pekerjaan itu dapat selesai tepat waktu dengan hasil yang maksimal.

Dalam novel ini, Habiburrahman menggambarkan hal tersebut kepada tokoh

(33)

utama. Saat adanya dialog antartokoh Ayna, Mbak Ningrum, Mbak Romlah, Mbak Titin, dan Zulfa. Berikut kutipan yang menggambarkan karakter kerja keras yang terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening yang berkaitan dengan ciri pekerja keras yaitu tekun.

Berikut kutipan yang menggambarkan karakter kerja keras yang terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening yang berkaitan dengan ciri pekerja keras yaitu tekun.

“Mbak Ningrum menyerahkan kertas itu pada Ayna. Kedua mata Ayna berkaca-kaca membaca isi surat hasil UN miliknya. Zulfa ikut membaca dengan wajah berbinar bangga. Sejurus kemudian Ayna bertakbir dan sujud syukur di lantai dapur itu.

“Tak terasa air mata Mbak Ningrum, Mbak Romlah dan Mbak Titin meleleh haru. Baru kali ini ada seorang khadimah bisa meraih nilai tertinggi di Pesantren. Ayna seolah-olah mewakili mereka. Ayna bangkit dari sujud syukurnya dan langsung memeluk Mbak Ningrum”

“Terima kasih, Mbak. Ini semua juga karena jasa kalian semua.”

“Ini karena kamu telah belajar sungguh-sungguh dan berusaha sangat keras.

Aku tahu itu. Di atas segalanya adalah taufik dari Allah.”(Habiburrahman, 2017:13)

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Ayna merupakan seseorang yang tekun dalam belajar. Ia bersungguh-sungguh dan bekerja keras sehingga mendapat nilai tertinggi di Pesantren hal ini membuatnya bersyukur dan sujud syukur. Ayna seolah-olah mewakili mereka sebagai seorang khadimah baru kali ini ada seorang khadimah yang bisa meraih nilai tertinggi. Hal tersebut merupakan hasil dari ketekunannya dalam belajar. Berikut kutipan lain yang menggambarkan sifat tekun.

“Ayna bekerja dengan penuh kesungguhan. Semua tugasnya ia kerjakan

(34)

segala keperluan Bu Rosidah. Keramahan dan keanggunannya membuat semua tetamu Bu Rosidah memberikan pujian. Ayna bukan jenis pekerja yang hanya menunggu perintah atasan. Ia adalah pekerja yang kreatif dan pikirannya jalan. Dalam waktu tidak lama, ia tahu jenis-jenis kue kesukaan sang majikan. Maka diam-diam di kamar kos-nya ia membuat adonan dan ia bawa ke kantor lalu ia masak dengan oven yang ada di dapur kantor. Begitu kue matang, ia hidangkan pada Bu Rosidah, dan tamu yang datang. Juga ia bagi pada teman-teman. Tak heran jika dirinya disayang oleh majikan dan dicintai oleh hampir semua karyawan”. (Habiburrahman, 2017:259)

Kutipan di atas terlihat Ayna melakukan pekerjaanya dengan sungguh- sungguh ini merupakan ketekunan Ayna dalam bekerja. Semua tugasnya ia kerjakan dengan baik dan penuh perhatian sehingga ia mendapat pujian dari Bu Rosidah. Ayna juga merupakan pekerja yang kreatif dan pekerja yang tidak hanya menunggu perintah atasannya.

4.1.2 Teliti

Teliti merupakan salah satu ciri dari pekerja keras. Teliti maksudnya adalah mengerjakan suatu pekerjaan dengan cermat, sasksama, hati-hati atau ingat-ingat. Dalam novel ini, Habiburrahman menggambarkan bagaimana tokoh utama melakukan suatu tindakan ataupun pekerjaan saat adanya kutipan yang menggambarkan bagaimana tokoh utama yakni Ayna sangat teliti dalam mengerjakan pekerjaannya.

Berikut kutipan yang menggambarkan karakter kerja keras yang terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening yang berkaitan dengan ciri pekerja keras yaitu teliti.

“Hujan terus turun. Sayup-sayup terdengar adzan shubuh berkumandang.

Ayna shalat di mushalla rumah itu menjadi imam. Semua makmumnya perempuan; Bu Risidah, Mbok Mur dan Mbok Ginah. Usai shalat dan

(35)

wiridan, Ayna memimpin mereka tadarusan Al-Qur‟an. Masing-masing membaca tiga ayat. Ayna menyimak dengan teliti dan meluruskan jika ada bacaan yang bengkong”. (Habiburrahman, 2017: 243)

Kutipan di atas menggambarkan situasi ketika Ayna menjadi imam semua makmum saat shalat shubuh di mushallah itu. Setelah menyelesaikan shalatnya Ayna tidak lupa memimpin mereka untuk tadarus Al-Qur‟an. Saat itu Ayna sangat teliti menyimak setiap ayat Al-Qur‟an yang dibacakan dan tidak lupa meluruskan jika ada bacaan yang salah. Berikut kutipan lain yang menggambarkan sifat teliti.

“ Ayna seorang pembaca keadaan yang cermat. Sebulan hidup bersama Yoyok ia sudah tahu beberapa bisnis yang dilakoni suaminya, menurutnya semuanya tidak benar. Kecuiali satu, jualan beras di pasar”.(Habiburrahman, 2017:188)

Kutipan di atas menggambarkan Ayna sangat cermat dalam membaca keadaan dan sangat teliti dalam menerima informasi. Informasi yang selama ini ia terima dari orang-orang tentang suaminya Yoyok dan mertuanya. Dari sebulan hidup bersama Yoyok menurutnya semua bisnis yang dijalani sang suami tidaklah benar kecuali satu bisnis menjual beras di pasar.

4.1.3 Bekerja Cerdas

Bekerja cerdas juga merupakan ciri pekerja keras. Dengan menghargai waktu, memaksimalkan waktu dan memanfaatkan waktu dengan tepat waktu tidak akan terbuang sia-sia sehingga beberapa pekerjaan dapat dilakukan secara bersamaan dan menghasilkan hasil yang baik. Dalam novel ini, Habiburrahman menggambarkan hal tersebut kepada tokoh utama.

(36)

Berikut kutipan yang menggambarkan karakter kerja keras yang terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening yang berkaitan dengan ciri pekerja keras yaitu bekerja cerdas.

“Dua bulan bekerja, Ayna merasa gajinya lebih dari cukup untuk hidup di perantauan. Ia berpikir harus menambah ilmu pengetahuan. Melihat ketangkasan Bu Rosidah mengelola bisnis dan menjadi penyebab orang lain dapat makan, ia tertarik untuk belajar yang serupa. Bukankah Sayyidah Khadijah, istri Rasullulah Saw juga pembisnis ulung, yang denan kekayaannya bisa nenbantu dakwah?”.

“Awal bulan ketiga, ia putuskan untuk kuliah D1 Managemen Admisistrasi di sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Yogiatama Bogor. Ia tidak muluk-muluk harus S1, dan tidak muluk-muluk harus di kampus terkenal. Yang paling penting baginya adalah paling terjangkau, paling memungkinkan dan nyaman belajar. Kampus yang ia pilih itu dekat dari tempatnya bekerja, juga dekat dari tempat kos-nya. Ia bisa kuliah di kelas akhir pekan. Biayanya terjangkau.

Yang iya perlukan adalah kunci-kunci mengembangkan diri. Selanjutnya sambil bekerja ia akan banyak belajar. Dan dengan kuliah, meskipun Cuma D1, ia sudah merasakan bangku perguruan tinggi.”(Habiburrahman, 2017:259)

Kutipan di atas dapat menggambarkan bahwa Ayna sangat pintar dalam membagi dan memaksimalkan waktu. Ini terlihat ketika Ayna memutuskan untuk membagi waktu antara bekerja dan kuliah. Ia mengambil D1 managemen administrasi di Yogyakarta Bogor. Ayna membagi waktunya, Ayna juga tidak muluk-muluk harus di kampus yang terkenal tetapi yang terpenting bagaimana ia bisa terus mengembangkan diri dan menjalankan keduanya yaitu bekerja dan kuliah. Hal ini membuktikan bahwa Ayna bekerja dengan cerdas. Berikut kutipan lain yang menggambarkan sifat bekerja cerdas.

“Ayna diam menunduk. Ibarat perang, ia adalah jenderal perang yang kini memimpin pasukan dan berhadapan dengan musuh. Maka ia harus waspada, cerdas dan menang. Pulang dari situ yang pertama kali ia lakukan adalah membayar semua hutangnya, terutama kepada para petani yang setor beras di pasar. Lalu menagih semua piutang. Lalu diam-diam ia menggadaikan BPKB motornya. Selebihnya ia beraktivitas normal seperti biasanya.”(Habiburrahman, 2017:216)

(37)

Dari kutipan di atas Ayna sedang berpikir untuk menyelamatkan masa depannya. Setelah mendengar permintaan mertuanya Ayna diam dan tertunduk. Ia harus segera melakukan pekerjaanya dalam satu waktu dan dengan memaksimalkan waktu yang ada. Ia hartus waspada dan cerdas. Sepulang dari situ Ayna pertama kali membayar semua hutang yang ada, lalu menagih semua hutang piutang. Kemudian ia menggadaikan BPKB motornya, ia memanfaatkan waktu yang tersisa selebinya ia beraktivitas seperti biasanya. Berikut kutipan lain yang menggambarkan sifat kerja cerdas.

“Yang penting sudah akad. Sah secara agama dan negara. Sah sebagai suami istri, ujar Pak Brams Margojaduk penih keyakinan. Pakdenya menyetujuiannya. Ayna pura-pura menyetujui”.

“Waktu terus berjalan. Ayna diam-diam telah menyusun rencananya dengan rapi. Satu hari sebelum akad nikah dilaksanakan terjadi peristiwa yang tidak diprediksi oleh Pak Kusmono maupun Brams Margojaduk. Untung saja, Mbak Rosa meneleponnya pagi-pagi saat ia pulang dari shalat shubuh.”(Habiburrahman, 2017:219)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Ayna telah memaksimalkan waktu yang ada sebelum kejadian yang tak diinginkan terjadi. Ayna dan Mbak Rosa telah membuat dan menyusun rencana dengan rapi. Ayna berpura-pura setuju dengan rencana pernikahan ini namun, di balik itu Ayna telah merencanakan semuanya agar bisa terbebas dari pernikahan itu.

4.1.4 Disiplin

Disiplin juga merupakan ciri dari pekerja keras. Disiplin merupakan sikap patuh kepada peraturan yang ada. Disiplin berarti selalu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu dengan peraturan yang ada. Dalam novel ini, Habiburrahman

(38)

menggambarkan hal tersebut kepada tokoh utama yaitu Ayna yang selalu disiplin dalam mengerjakan pekerjaan dan selalu patuh terhadap peraturan yang ada.

Berikut kutipan yang menggambarkan karakter kerja keras yang terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening yang berkaitan dengan ciri pekerja keras yaitu disiplin.

“Ada satu kejadian yang membuat Bu Rosidah semakin percaya padanya.

Sudah menjadi etika, bahwa dirinya tidak akan meninggalkan kantor sebelum jam kerja habis dan Bu Rosidah telah meninggalkan kantor. Jika jam kerja habis tapi Bu Rosidah masih di kantor, ia dengan setia tetap berada di kantor.”( Habiburrahman, 2017:261)

Kutipan di atas menggambar bahwa Ayna merupakan pekerja yang disiplin. Ia menjadi karyawan yang dipercaya oleh Bu Rosidah karena kedisiplinannya di kantor. Sudah menjadi etika sebelum jam kerja habis ia tidak akan meninggalkan kantor. Kemudian jika jam kerja habis ketika Bu Rosidah masih ada di kantor Ayna dengan setia tetap berada di kantor. Berikut kutipan lain yang menggambarkan sifat disiplin.

“Selama di pesantren ini saya dihina dan direndahkan, saya masih bisa bersabar. Dan selama di sini, saya tidak pernah berkelahi dengan siapapun, saya juga tidak pernah usil dan bikin masalah dengan siapapun. Saya berusaha menjadi santriwati dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan adab dan etika yang Ummi, Pak Kyai dan para ustadzah ajarkan. Saya juga berusaha menjadi sebaik-baiknya teman bagi semua santriwati di sini, kakak bagi yang lebih muda, dan adik bagi yang lebih tua”(Habiburrahman, 2017: 25)

Kutipan di atas telah menggambarkan bahwa Ayna merupakan seorang santriwati yang disiplin tidak pernah melanggar aturan-aturan yang telah dibuat oleh Pak Kyai dan Ustadzah. Ia merupakan santriwati yang patuh. Hal ini tergambar ketika selama di Pesantern ia tidak pernah berkelahi, tidak pernah usil

(39)

dan berbuat masalah dengan santri-santri lainnya. Ia berusaha menjadi santriwati yang baik sesuai adab dan tika, Pak Kyai dan Ustadzah ajarakan.

4.1.5 Sabar

Sabar merupakan ciri dari pekerja keras. Sabar maksudnya adalah tahan menghadapi suatu ujian ataupun cobaan tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati. Sabar dalam hal ini juga berarti tidak tergesa-gesa dan tidak terburu nafsu. Dalam novel ini, Habiburrahman menggambarkan hal tersebut saat adanya dialog antartokoh. Ayna sebagai tokoh utama dalam novel ini menggambarkan sifat sabar.

Berikut kutipan yang menggambarkan karakter kerja keras yang terkandung

“Tiba-tiba santriwati yang ada di belakang Rohmatun yang tadinya sibuk ngobrol dengan santriwati di belakagnya ikut nimbrung.”

“Kau sangat beruntung bisa lanjut kuliah, Tun. Lebih beruntung daripada Ayna! Ya kan, Na?”

“Ayna diam.”

“Kamu nggak lanjut kuliah, Na ? kamu kan pinter, lebih pinter daripada aku?

Mosok nggak kuliah”

“Bukan masalah pinter, tapi masalah mental dan habitus keluarga. Jika Ayna lulus

Aliyah, lalu lanjut mondok di sini jadi khadimah Bu Nyai, itu sebuah kemajuan luar biasa. Daripada lulus Aliyah jadi TKW di Arab, kayak ibunya!”

“Ayna terhenyak mendengar kalimat yang menusuk itu. Ia menahan emosinya.”

“Kamu nggak boleh ngomong gitu, Neng!” Rohmatun mengingatkan tegas.”

(Habiburrahman, 2017:3)

(40)

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Ayna bersikap sabar saat ada temannya yang merendahkan dirinya dan juga ibunya. Dengan mengatakan bahwa jika lulus Aliyah lalu melanjutkan mondok dan menjadi khadimah lebih baik daripada ketika lulus Aliyah ia menjadi TKW di Arab, seperti ibunya. Ketika mendengan kata-kata temannnya itu Ayna berusaha menahan dirinya dan menahan emosinya. Hal ini menggmbarkan bahwa Ayna sedang berupaya bersikap sabar . Berikut kutipan lain yang menggambarkan sifat sabar tokoh utama.

“Saya akan mulai dari usaha bikin roti, Bu. Modalnya tidak besar. Di rumah ini juga ada oven bagus dan jarang dipakai. Dari kecil dulu nitip di kantin- kantin perkantoran.”(Habiburrahman, 2017:263)

Kutipan di atas menggambarkan bahwa untuk memulai sebuah usaha hendaknya bersabar saat memulainya. Ayna tidak tergesa-gesa dan tidak terburu nafsu. Ayna memulai usaha rotinya dengan modal yang tidak besar. Ia juga memulai dari kecil dahulu dititip ke kantin-kantin perkantoran. Berikut kutipan lain yang menggambarkan sifat sabar tokoh utama.

“Ruang tamu Kyai Sobron itu biasanya adem dan lapang, tetapi siang itu suasananya terasa sumpek seolah dipenuhi asap menyesakkan dada. Kyai Sobron dan Bu Nyai Nur Fauziyah merasa seperti ada yang menyesak dalam dada mereka ketika mendengar kata-kata yang disampaikan Bu Tumijah mewakili Pak Darsun”

“Mereka berdua diam tak tahu harus darimana menata kata. Sementara Ayna hanya bisa menunduk dengan air mata tak bisa dibendungnya. Ia mati-matian menahan diri agar tangisnya tidak meledak saat itu.”

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Ayna berusaha menahan dirinya . Ayna harus bersabar mendengarkan kata-kata dari budenya. Saat

(41)

mendengarkan pernyataan budenya Ayna hanya bisa menunduk dengan air mata tak bisa dibendungnya. Sifat sabar yang digambarkan Ayna pada kutipan ini berhubungan dengan perjuangan Ayna dalam menjalani kehidupannya.

4.1.6 Ikhlas

Ikhlas merupakan salah satu ciri pekerja keras. Ikhlas merupakan sebuah sikap yang menerima dengan hati yang tulus. Ikhlas dalam kutipan ini berhubungan dengan perjuangannya dalam menjalani kehidupannya. Dalam novel ini, Habiburrahman menggambarkan hal tersebut. Saat adanya dialog antara tokoh Ayna dan Afif. Ayna sebagai tokoh utama dalam novel ini menggambarkan sifat ikhlas.

Berikut kutipan yang menggambarkan karakter kerja keras dalam novel Bidadari Bermata Bening yang berkaitan dengan ciri pekerja keras yaitu ikhlas.

“Ummi, lihat koko Afif nggak. Biasanya ditaruh disini sama Kang Bardi usai dia cucikan, kok nggak ada, ya?”

“Bardin-nya kan sedang ke Jakarta.”

“Waduh celaka, kok Kang Bardi nggak laporan, waduh kapiran aku. Terus dimana kokonya, waduh gimana ini”

“Nggak usah panik, itu semuanya sedang disetrikan sama Ayna”

“iya, dicucikan sama Ayna.”

“Astaghfirullah!” muka Gus Afifuddin langsung pucat.”

“lho, kenapa?”

“Kok dicucikan Ayna, malu aku, Mi. Wah, kang Bardi ngawur tenan!”

“Nggak usah malu, sana dilihat di kamar khadimah. Ayna nggak bakalan ngantar bajumu itu ke kamarmu. Kamu yang harus ke sana.”

“I..iya mi.”

(42)

“Ayna telah selesai menyetrika. Ia ragu untuk mengetuk pintu. Ia mengambil napas lalu berdehem. Seketika Ayna melihat ke asal suara dehem. Dan agak kaget melihat Gus Afif tak jauh dari pintu.”

“Em, alhamdulillah ini sudah selesai. Mohon maaf kalau baunya mungkin agak beda, soalnya belum terlalu kering terus disetrika, lirih Ayna menyerahkan lipatan baju, sarung dan serban.”

“Terima kasih, maaf sudah merepotkan, sahut Gus Afif sambil menerima pakaiannya.”

“Ah tidak, ini sudah tugas saya sebagai khadimah.”

“jangan bilang begitu,aku tidak pernah menganggapmu sebagai khadimah.

Aku selalu menganggapmu sebagai pelajar yang cerdas di Pesantren ini.”

“Terima kasih. Maaf Gus, saya harus membantu Mbak Ningrum dan teman- teman di dapur kantin.”(Habiburrahman, 2017:54)

Kutipan di atas menggambarkan situasi dimana Ayna sedang melakukan suatu pekerjaan yang bukan tugasnya yaitu menyetrika baju koko Gus Afif. Suatu ketika Afif sedang mencari-cari baju koko miliknya yang ditugaskan Afif kepada Kang Bardi untuk menyuci pakaiannya. Namun, Kang Bardi pergi ke Jakarta, Afif pun merasa panik dan menanyakan kepada ummi ternyata baju miliknya telah dicuci dan disetrika oleh Ayna. Afif merasa tidak enak akan hal itu. Dalam kutipan ini Ayna menggambarkan sikapnya yang tulus serta ikhlas menyuci dan menyetrika baju Gus Afif, meskipun pekerjaan itu seharusnya dikerjakan oleh Kang Bardi.

Berikut kutipan lain yang menggambarkan sifat ikhlas tokoh utama.

“Kalian ada yang lihat Neneng? Dia datang nggak?” tanya Rohmatun sambil berjalan pelan.”

“Dia datang, tadi kulihat ia datang bersama keluarganya di asra sebelah,”Sahut Azka.”

“Dia sudah minta maaf sama kamu belum, Na?”

“Ayna menghentikan langkah diikuti yang lain”

(43)

“Belum, tapi pas sidang itu pamannya sudah menyampaikan permintaan maaf mewakili Neneng dan keluarga. Sudahlah nggak usah dibahas. Sudah saya maafkan semuanya. Kita mau berpisah, kita lupakan semua masalah. Kita ini saudara kandung dalam ilmu. Kita sama-sama dikandung dalam rahim pesantren ini, kita harus saling membantu dan menjaga”(Habiburrahman, 2017:60)

Kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh utama Ayna merupakan seseorang yang ikhlas. Ayna ikhlas memaafkan kesalahan Neneng walaupun pamannya yang menyampaikan permintaan maaf mewakili Neneng dan Keluarganya. Ayna sudah memaafkan semuanya ia mengatakan bahwa kita semua adalah saudara kandung dalam ilmu, kita sama-sama dikandung dalam rahim pesantren dan harus saling membantu dan menjaga. Berikut kutipan lain yang menggambarkan sifat ikhlas.

“Bu Nurjannah menemuinya dan membayar dua belas ribu dinar ia hutang dari ibunya, tunai. Dengan ditambah infak dari Bu Rosidah dan beberapa orang dermawan bisa untuk membeli dua rumah tipe 21 disebuah perumahan di pinggir kota Bogor. Rumah itu sepenuhnya diwakafkan untuk dakwah membina anak-anak jalanan dan dhuafah. Ayana meniatkan seluruh biaya yang ia keluarkan untuk Bait Ibni Sabil pahalanya untuk kedua orang tuanya.”(Habiburrahman, 2017:270)

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Ayna adalah seseorang yang ikhlas, ia membantu sesama manusia, tanpa disertai keinginan ingin dipuji sedikitpun hal ini terlihat ketika ia membeli dua tipe rumah untuk sepenuhnya diwakafkan untuk membina anak-anak jalanan dan dhuafah. Ayna meniatkan seluruh biaya yang ia keluarkan untuk Bait Ibni sabil dan pahalanya untuk kedua orang tuanya.

(44)

4.1.7 Pantang Menyerah

Pantang menyerah merupakan salah satu ciri dari pekerja keras. Pantang menyerah maksudnya adalah tidak mudah menyerah dan tidak mudah berputus asa menghadapi suatu pekerjaan dan keadaan. Pantang menyerah dalam novel ini berhubungan dengan perjuangan dalam menjalani kehidupannya. Dalam novel ini, Habiburrahman menggambarkan hal tersebut.

Berikut kutipan yang menggambarkan karakter kerja keras yang terkandung dalam novel Bidadari Bermata Bening yang berkaitan dengan ciri pekerja keras yaitu pantang menyerah.

“Dia santri yang luar biasa. Yatim piatu. Ditinggal wafat ayahnya sejak dalam kandungan ibunya. Di pesantren ini, dia memikul pekerjaan yang lebih berat dari teman-teman seusianya. Dia khadimah. Dialah dan khadimah-khadimah yang lainnya yang setiap hari bangun lebih pagi dari yang lain untuk menyiapkan sarapan pagi para santri. Demi Allah, setiap pekerjaan yang dibebankan kepadanya diselesaikan dengan tuntas. Dia tidak akan menyerah sampai amanahnya tertunaikan. Meski sedemikian bebannya, ia berhasil melukiskan sejarah emas pesantren ini. Ketika ia diberi waktu untuk fokus belajar saat menghadapi UN, dia mampu mencetak prestasi yang belum pernah dicetak santri-santri sebelumnya. Yaitu meraih nilai UN 55,60. Bahasa Indonesianya 8,9, Bahasa Inggris 9,5, Ekonomi 9,8, Matematika waduh ini edan banget, Matematika 10. Rata-rata nilainya 9,2. Ananda Ayna silahkan maju.”(Habiburrahman, 2017:69)

Dari kutipan di atas tergambar bahwa sosok Ayna pantang menyerah dan bekerja keras dalam menjalakan tugas-tugasnya baik sebagai khadimah maupun pelajar di pondok pesantren. Ayna mengerjakan tugasnya sebagai khadimah dengan mengerjakan semua tugas-tugas tanpa putus asa dan menyelesaikan dengan tuntas. Sebagai seorang pelajar Ayna juga mampu fokus dalam belajar sehingga Ayna mampu menjadi pelajar dengan nilai UN tertinggi di Pesantren

(45)

maupun tingkat Provinsi. Berikut kutipan lain yang menggambarkan sifat pantang menyerah.

“Ternyata Pak Darsono tidak punya ikan tongkol. Ayna menyusuri seluruh bagian Pasar Pahing, tidak ia temukan ikan tongkol. Ia merasa bertanggung jawab untuk mendapatkan ikan tongkol ituu, maka setelah mendapatkan bumbu mangut dan bahan-bahan membuat bothok ia langsung mengendarai sepeda motornya ke rumah Bu Tumiah, bakul ikan tongkol, sayang, sampai di sana, Bu Tumiah, tidak punya stok ikan tongkol sama sekali.”

“Tanpa membuang waktu, Ayna meluncur ke Pasar Secang menembus derai hujan yang kembali turun. Akhirnya ia mendapatkan ikan tongkol dari lapak Yu darsih, meskipun harganya sedikit lebih mahal dibandingkan Bu Tumiah.”(Habiburrahman, 2017:9)

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Ayna adalah orang yang pantang menyerah, saat diberikan suatu pekerjaan . Saat itu Bu Nyai menyuruhnya untuk membeli ikan tongkol di Pasar Pahing. Namun, ia tidak menemukan ikan tongkol itu. Ayna terus berupaya mencarinya meskipun ia harus mencarinya ditempat lain.

Tanpa membuang waktu, Ayna pergi mencari ke Pasar Secang menembus derai hujan ia terus mencarinya sampai akhirnya ia mendapatkannya. Berikut kutipan lain yang menggambarkan sifat pantang menyerah tokoh utama.

“Perjalanan dirinya berliku dan panjang. Lari naik kereta ke Bandung. Sampai bandung sudah malam, tidak punya siapa-siapa di sana. Untung dia sudah beberapa kali menginap di hotel, jadi ada pengalaman. Ia mencari hotel terdekat dan menginap semalam di Bandung. Paginya ia meluncur ke Cianjur mencari alamat Bu Nurjanah, teman ibunya. Alhamdulillah ketemu. Bu Nurjanah kaget, bahagia bercampur sedih. Bahagia bertemu dengannya, dan sedih karena tidak ada yang bisa digunakan membayar hutang itu.”(Habiburrahman, 2017:249)

Kutipan di atas menggambarkan perjalanan hidup Ayna yang berliku-liku.

Bagaimana ia harus bisa melanjutkan hidupnya. Ketika pertama kali sampai di Bandung tidak memiliki keluarga ataupun siapa-siapa ia mencoba untuk mencari

(46)

alamat seseorang. Ayna tidak mudah putus asa menjalani semuanya. Ia jadikan semuanya sebagai pengalaman, hal ini menggambarkan bahwa Ayna adalah seseorang yang pantang menyerah. Berikut kutipan lain yang menggambarkan sifat pantang menyerah tokoh utama dalam menjalani hidup.

“Ayna jadi teringat perjalanan panjangnya hingga bis rebahan di kamar itu.

Perjalanan yang menegangkan, berliku, dan mendebarkan. Ia tak bisa melupakan saat dirinya diperlakukan sebagai alat transaksi oleh mantan mertua dan mantan suaminya. Saat itu ia pura-pura mau dijodohkan dengan si Bandot Tua Brams Margojaduk, SH. Itu adalah cara paling cepat ia bisa lepas dari cengkraman Yoyok dan Kusmono.

“Dalam kondisi tegang diliputi amarah, ia memanfaatkan keadaan. Yang paling penting baginya adalah secepat mungkin surat cerai secara resmi. Maka ia pura-pura mengiyakan dilamar Brams, supaya tidak menimbulkan curiga.

Supaya dirinya tampak sebagai gadis yang lugu dan manut saja. Ia sudah merencanakan akan minggat disaat yang tepat. Ketika Rosa pagi-pagi menelepon bahwa Yoyok dan Kusmono akan ditahan, maka pagi itu juga ia harus lari. Tak boleh terlambat sedikitpun. Itu waktu yang tepat, ketika buaya dan ular berbisa sedang sibuk bertarung ia harus bertindak.”(Habiburrahman, 2017:246)

Kutipan di atas menggambarkan perjalanan Ayna yang panjang dan berliku.

Bagaimana ia dijadikan sebagai alat transaksi oleh mantan mertuanya dan mantan suamninya. Dalam kondisi seperti itu ia tidak berputus asa ia berpura-pura mengiyakan dilamar Brams, supaya tidak menimbulkan kecurigaan. Ia harus cepat bertindak agar tidak dijadikan korban mereka. Berikut kutipan lain yang menggambarkan sifat pantang menyerah tokoh utama.

“Mas Afif aku yakin kau mendengarkan suaraku. Demi Allah, Mas, aku menunggu dirimu untuk menunaikan janjimu. Sekarang aku jualan beras di pasar, Mas. Hasilnya aku kumpulkan serupiah demi serupiah. Untuk apa? Aku masih yakin bahwa kita akan kesampaian belajar di Mesir. Aku kumpulkan hasil jualan beras tiap hari agar ketika tiba saatnya aku harus beli tiket untuk pergi ke Mesir, aku ada uang, Mas. Tapi apa yang kau lakukan? Apa yang kau kerjakan? Kenapa kau tidak bersemangat menatap hidup dan bekerja keras mengumpulkan modal?

Mana buktinya kau lelaki yang bertanggung jawab dan bisa dipegang kata- katanya.”

(47)

“Kau jangan salah sangka, Mas. Aku tidak marah padamu. Aku tidak meremehkanmu. Tidak, sama sekali tidak. Aku sampaikan ini semua karena aku sangat mencintaimu. Aku ingin bertemu denganmu sebagai Afifuddin yang sesungguhnya, bukan Afifuddin yang pesimis.” (Habiburrahman, 2017:201)

Kutipan di atas menggambarkan bagaimana Ayna pantang menyerah dalam menghadapi suatu keadaan dimana Afif terbaring koma. Ayna tidak berputus asa ia terus membisikkan kalimat-kalimat penuh cinta dan kesetiaannya menunggu Afif. Ayna berharap dengan itu Afif akan terbangun dari komanya. Ayna terus berjuang membisikkan kata-kata dan Ayna yakin bahwa Afifi akan mendengarkan suaranya. Ayna mengatakan bahwa Afif tidak boleh berputus asa ia tidak boleh pesimis. Ayna membisikkan kata-kata ia yakin semua impian yang mereka bayangkan akan menjadi kenyataan. Ayna selama ini terus berjuang untuk menunggu Afif, ia yakin suatu saat mereka akan dipertemukan, selama ini Ayna hidup dengan mengumpulkan serupiah demi rupiah karena yakin bahwa mereka akan kesampaian belajar di Mesir.

(48)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap karakter kerja keras tokoh utama dalam novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy, dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra dapat disimpulkan karakter kerja keras tokoh utama adalah sebagai berikut.

1. Tekun

Tokoh Ayna memiliki karakter pekerja keras yaitu tekun. Ayna bersungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan belajar ataupun mengerjakan pekerjaannya.

2. Teliti

Salah satu ciri dari pekerja keras yaitu teliti. Misalnya pada saat Ayna mencoba teliti dalam mengamati bacaan tadarus dan juga saat Ayna cermat memilih informasi-informasi yang ia terima tentang suami dan meruanya.

3. Bekerja Cerdas

Salah satu karakter kerja keras yang Ayna miliki adalah bekerja cerdas.

Ayna mampu memanfaatkan dan membagi waktunya untuk kerja dan kuliah.

Ayna juga terlihat mampu memaksimalkan waktu yang ada.

Referensi

Dokumen terkait

dimakan oleh hantu buta tersebut. Beberapa saat kemudian Alo pun tiba di depan rumahnya dan memanggll Toro sang adik. Tetapi suasana di rumah itu sangat sunyl dan Alo pun segera

Menurut Foucault, pandangan kita tentang suatu objek dibentuk dalam batas-batas yang telah ditentukan oleh struktur diskursif tersebut; wacana dicirikan oleh

Setelah penjadwalan berhasil selanjutnya adalah pembacaan pada berapa banyak air yang dibaca oleh perangkat dari hasil pembaccan server yang telah di kirim oleh aplikasi

Tujuan utama dari prinsip syariah adalah terhindar dari transaksi riba, maka produk yang ditawarkan berbeda dengan bank.. Perbedaan utama terletak pada prinsip

Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi kesalahan dan perbaikan dalam

Pada tugas akhir ini didapatkan kesimpulan yaitu hasil simulasi antena array 4 elemen dengan catuan feedline memiliki performansi yang lebih baik dibandingkan dengan catuan EMC

Presentation Explorer adalah sebuah tool yang efisien untuk mengatur struktur presentasi dan pengaturan lanjut, menambahkan media (audio, video, narasi atau

Wanita yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin DMPA adalah perempuan usia reproduksi, perempuan nulipra dan perempuan yang telah memiliki anak, perempuan