• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan teori dari Creswell (1998). Dalam bukunya yang berjudul Qualitative Inquiry and Research Design; Choosing Among Five Traditions, Creswell mengemukakan teknik analisis data untuk penelitian fenomenologi sebagai berikut:

1. Pertama, deskripsikan pengalaman pribadi terhadap fenomena yang diteliti. Peneliti memulai dengan deskripsi menyeluruh tentang pengalamannya yang berkaitan dengan fenomena tersebut. Hal ini merupakan suatu usaha untuk mengesampingkan pengalaman pribadi

44

peneliti sehingga fokus pada analisis data ini akan langsung terhadap subjek penelitian ini.

2. Kembangkan sebuah daftar pernyataan-pernyataan penting dari subjek. Peneliti kemudian menemukan pernyataan yang berasal dari data wawancara atau sumber data lainnya mengenai bagaimana subjek mengalami suatu topik, buat daftar dari pernyataan-pernyataan penting tersebut. Proses ini disebut horizonalizing data dan selanjutnya peneliti kembangkan daftar pernyataan dengan tidak melakukan pengulangan atau tumpang tindih pernyataan.

3. Ambil pernyataan-pernyataan penting dari proses horizonalizing kemudian gabungkan pernyataan-pernyataan tersebut ke dalam unit-unit bermakna, disebut “meaning unit”.

4. Peneliti kemudian menuliskan sebuah deskripsi tentang “apa” yang subjek penelitian alami terhadap fenomena. Proses ini disebut “textural description”, yaitu peneliti menuliskan sebuah penjelasan teks tentang pengalaman apa yang dialami oleh subjek. Contoh verbatimnya juga dimasukan ke dalam proses ini.

5. Selanjutnya, peneliti mendeskripsikan “bagaimana” pengalaman tersebut dapat terjadi. Tahap ini disebut “structural description”. Peneliti merefleksikan latar dan keadaan yang mana fenomena tersebut dialami oleh subjek. Sebagai contoh, Creswell menyebutkan suatu penelitian fenomenologi mengenai perilaku merokok pada anak SMA. Pada penelitian yang dilakukan oleh Creswell dan beberapa koleganya tersebut, ia menyajikan sebuah “structural description” tentang di mana fenomena merokok yang dikaji dalam penelitiannya itu timbul, seperti misalnya di tempat parkir, di luar sekolah, di loker-loker murid, di lokasi terpencil sekitar sekolah, dan sebagainya.

6. Tahap terakhir, peneliti menuliskan sebuah deskripsi gabungan (composite description) yang menggabungkan kedua deskripsi pada tahap sebelumnya, yaitu textural description dan structural description. Bagian ini merupakan esensi dari pengalaman dan menggambarkan aspek puncak

45

dari penelitian fenomenologi. Tahap ini berbentuk sebuah paragraf panjang yang memberitahu pembaca “apa” pengalaman subjek dengan fenomena tersebut dan “bagaimana” mereka mengalaminya.

Secara lebih singkat, teknik analisis data pada penelitian fenomenologi disajikan oleh Cresswel (1998) dalam bentuk tabel di bawah ini:

Tabel 3.1 Teknik Analisis Data Fenomenologi Creswell (1998)

Analisis dan Representasi Data Penelitian Fenomenologi

Pengelolaan data Membuat dan mengorganisasikan berkas atau catatan-catan untuk data penelitian.

Membaca dan mengingat data Membaca teks, membuat batasan-batasan catatan, dan membuat bentuk kode-kode inisial.

Menggambarkan data  Gambarkan pengalaman pribadi melalui epoche.

 Gambarkan esensi dari fenomena tersebut.

Klasifikasi data  Mengembangkan

pernyataan-pernyataan penting dari subjek  Mengembangkan sebuah deskripsi

struktural (structural description), “bagaimana” fenomena dialami oleh subjek.

 Mengembangkan esensi

Penggambaran dan visualisasi Menyajikan narasi dari esensi pengalaman dalam bentuk tabel, gambar, atau diskusi.

46

F. Teknik Keabsahan Data

Setiap penelitian membutuhkan uji keabsahan untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Dalam penelitian kuantitatif, untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel yang diuji validitas dan reliabilitasnya adalah instrumen penelitiannya, sedangkan dalam penelitian kualitatif, yang diuji adalah datanya. Oleh karena itu, Susan Staick (dalam Sugiyono, 2013) menyatakan bahwa penelitian kuantitatif lebih menekankan pada aspek reliabilitas, sedangkan penelitian kualitatif lebih pada aspek validitas.

Pada penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada konstruksi manusia, dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap indivdiu dengan berbagai latar belakangnya (Sugiyono, 2013). Jadi pengertian reliabilitas pada penelitian kualitatif berbeda dengan kuantitatif karena realitas selalu berubah sehingga tidak ada yang konsisten dan berulang seperti semula.

Sugiyono (2013) juga mengemukakan beberapa cara untuk melakukan uji kredibilitas data, diantarnya perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman, analisis kasus negatif, dan member check.

Dalam penelitian ini pengujian kredibilitas data penelitian dilakukan dengan cara:

1. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. Dalam penelitian ini hanya

47

digunakan triangulasi sumber sebagai teknik keabsahan data. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Misalnya, dalam penelitian ini peneliti ingin menguji kredibilitas data tentang aspek creative value yang berhubungan dengan pekerjaan subjek, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dilakukan ke rekan-rekan kerja subjek. Demikian pula untuk aspek lainnya, dilakukan uji keabsahan data menggunakan cara triangulasi sumber.

2. Member check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data dengan tujuan agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan (Sugiyono, 2013). Dengan melakukan member check, peneliti dapat mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

Jika dari data yang ditemukan kemudian disepakati oleh para pemberi data, maka data tersebut dinyatakan valid sehingga semakin kredibel atau dipercaya. Sebaliknya, apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data. Apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam logoterapi, manusia dipandang memiliki kebebasan berkehendak (the freedom of will), hasrat hidup bermakna (the will to meaning), dan makna hidup (the meaning of life). Ketiga landasaran filosofis logoterapi tersebut dapat mengantarkan manusia pada taraf kehidupan bermakna. Berikut ini gambaran kebermaknaan hidup pada masing-masing subjek: 1. Subjek satu (IS) telah mampu memandang kehidupannya saat ini

dengan pemaknaan yang lebih positif dibandingkan dengan kehidupan sebelum menjadi penyandang disabilitas fisik. Nilai-nilai kreatif (creative value) dihayati subjek melalui pekerjaan sebagai seorang pembuat kaki palsu sehingga mampu merasakan hidup yang lebih bermanfaat karena dapat membantu sesama penyandang disabilitas fisik. Nilai-nilai pengalaman (experiential value) dihayati subjek dari dukungan keluarga dan masyarakat sehingga subjek mampu bangkit dari musibah yang dihadapainya. Nilai-nilai bersikap (attitudinal value) dihayati subjek melalui kemampuan mengambil sikap positif terhadap peristiwa negatif dalam hidup yaitu dengan memandang peristiwa kecelakaan yang dialami sebagai takdir Tuhan yang tidak dapat diubah. Kehendak untuk memiliki kehidupan yang bermakna menjadi motivasi bagi subjek IS senantiasa berusaha melakukan hal-hal yang lebih bermanfaat lagi bagi dirinya dan orang lain.

2. Subjek dua (YS) yang sempat merasakan penderitaan akibat pandangan negatif dari orang tua kini menjalani kehidupannya dengan lebih bermakna. Subjek YS tidak lagi merasa frustrasi seperti yang pernah ia rasakan dulu. Perubahan yang dirasakan subjek YS dalam menyikapi kondisinya dulu dengan sekarang didasari oleh adanya hasrat hidup

143

bermakna yang dimilikinya. Dengan berwirausaha, subjek YS menghayati nilai-nilai kreatif (creative value) sehingga merasa kepercayaan dirinya meningkat, dihargai banyak orang, dan dapat menjadi contoh untuk anak-anaknya melalui pekerjaan. Keikutsertaan subjek dua di beberapa organisasi penyandang disabilitas juga mampu memberikan manfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain. Nilai-nilai pengalaman (experiential value) dihayati melalui keyakinan subjek akan kebesaran Tuhan memberikan semangat untuk tidak putus aja dalam menjalani hidup. Nilai-nilai bersikap (attitudinal value) dihayati subjek dengan memilih sikap menerima kepergian suami tanpa larut dalam kesedihan sehingga mampu bangkit dari keterpurukan ekonomi untuk menghidupi kedua anaknya.

3. Subjek tiga (ZJ) menemukan kebermaknaan hidupnya melalui rasa syukur terhadap nikmat Tuhan yang telah diberikan kepadanya dalam bentuk kehadiran seorang istri dan anak. Subjek ZJ ingin memiliki kehidupan yang lebih bermakna tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga anaknya. Nilai-nilai kreatif (creative value) dihayati subjek ZJ melalui pekerjaannya di bidang wirausaha dan hobinya di bidang musik dan fotografi. Nilai-nilai pengalaman (experiential value) dihayati subjek dengan merasakan cinta kasih dari istri dan keluarganya serta hubungan sosial dengan sesama penyandang disabilitas fisik di organisasi yang diikutinya. Melalui penghayatan nilai-nilai bersikap (attitudinal value), subjek ZJ mampu menyikapi penderitaan dengan menciptakan pikiran positif sehingga tidak mudah tertekan dengan keadaan yang tidak menyenangkan. Subjek ZJ saat ini berusaha menjalani kehidupan yang hanya dimiliki satu kali ini dengan apa adanya tanpa harus menyesali keadaan diri dan mengisi kehidupannya dengan kegiatan yang bermanfaat.

Penemuan makna hidup pada ketiga subjek mampu menjadikan subjek menikmati dan merasa bahagia dalam menjalani hidup. Hal

144

inilah yang membuat subjek tidak bosan dan tidak putus asa hidup sebagai seorang penyandang disabilitas fisik.

B. Saran

1. Bagi peneliti selanjutnya yang menggunakan tema serupa, disarankan agar melakukan proses pengumpulan data dan analisis yang lebih mendalam serta dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat memahami secara menyeluruh pemahaman fenomenologis subjek. 2. Bagi masing-masing subjek, peneliti memberikan saran sebagai

berikut:

a. Subjek satu, agar tidak bosan untuk mencari inspirasi lagi dalam hidup sehingga diharapkan mampu menghasilkan hasil karya-karya inovatif lainnya melalui kemampuan kreatif yang dimiliki subjek. b. Subjek dua, agar mengembangkan potensinya di dunia bisnis

sehingga diharapkan gagasannya untuk memberikan hunian yang aksesibel bagi penyandang disabilitas dapat diwujudkan menjadi sesuatu yang nyata dan dapat dinikmati oleh orang lain.

c. subjek tiga, agar tidak memaksakan diri melakukan suatu hal yang tidak sesuai dengan kehendaknya. Sebaiknya subjek tiga berpikir panjang terlebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu agar tidak ada penyesalan di kemudian hari.

3. Bagi masyarakat, hendaknya tidak memberikan paradigma negatif terhadap individu penyandang disabilitas fisik dan melakukan diskriminasi dalam bentuk apapun karena pada dasarnya penyandang disabilitas fisik sama seperti manusia lain yang patut dihormati hak-haknya.

4. Bagi pemerintah, disarankan untuk membentuk suatu mekanisme pengawasan yang berkaitan dengan implementasi kuota 1 % bagi penyandang disabilitas demi terpenuhinya kesamaan kesempatan di bidang pekerjaan dan memberi sanksi tegas bagi instansi yang belum menjalankan peraturan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. (2007). Analisis Eksistensial: Sebuah Pendekatan Alternatif untuk Psikologi dan Psikiatri. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Adinda, T. (2010). Menggugat Kebijakan dan Pengadaan Fasilitas Umum Untuk Difabel. Jurnal Perempuan: Mencari Ruang Untuk Difabel. 65, 77-88.

Alma, B. (2001). Kewirausahaan. Bandung: CV Alfabeta.

Anoraga, P. (2009). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Anthikad, J. (2007). Psychology for Graduate Nurses (General and Educational Psychology). New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher.

Astamoen, M.P. (2008). Entrepreneurship Dalam Perspektif Kondisi Bangsa Indonesia. Bandung: Alfabeta.

Astati. (2010). Karakteristik dan Pendidikan Anak Tunadaksa dan Tunalaras. Bandung: PLB FIP UPI.

Atkinson, et.al. (1996). Introduction to Psychology: Pengantar Psikologi Jilid Dua. Jakarta: Interaksa.

Bastaman, H.D. (2005). Integrasi Psikologi dengan Islam. Yogyakarta: Yayasan Insan Kamil.

Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi: psikologi untuk menemukan makna hidup dan meraih hidup bermakna. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Bastaman, H.D. (1996). Meraih hidup bermakna: Kisah pribadi dengan pengalaman tragis. Jakarta: Paramadina.

Batti, G. (2009). Manajemen Job Stress Guru Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) khusus Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Jakarta (studi kasus pada tiga guru Sekolah Menengah Pertama Khusus YPAC Jakarta). Skripsi Universitas Indonesia Fakultas Ilmu

146

Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Kesejahteraan Sosial: tidak diterbitkan.

Black, H & Kenyon, G. (2007). “Soul Pain: The Meaning of Suffering in Later Life”. Canadian Journal on Aging. (26), 2, 163-165.

Bruyère, S et al. (2005). The International Classification of Functioning, Disability and Health: Contemporary Literature Overview. Educational Publishing Foundation: Originally published in Rehabilitation Psychology, a publication of the American Psychological Association.

Corey, G. (1999). Teori dan praktek : Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Rafika Aditama.

Creswell, J. W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design; Choosing Among Five Traditions. The United States of America: Sage Publications, Inc.

Efendi, M. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

Frankl, V. (2008). Optimisme di Tengah Tragedi: Analisis Logoterapi. Bandung: Nuansa.

Frankl, V. (1967). Psychotherapy and Existentialism: Selected Papers on Logotherapy. New York: Simon & Schuster, Inc.

Frankl, V. (1969). The Will to Meaning: Foundations and Applicastions of Logotherapy. Plume Books: USA.

Hasan, A. (2008). Pengantar Psikologi Kesehatan Islami. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Hendro. (2011). Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E.B. (1973). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

147

Kazarian, S. & Evans, D. (2001). Handbook of Cultural Health Psychology. London: Academic Press.

Klerk, JJ, Boshoff, A.B & Van Wyk, R. (2006). “Spirituality in Practice: Relationships Between Meaning in life, Commitment and Motivation”. Journal of Management, Spirituality & Religion. 3, (4), 319-347.

Koeswara, E. (1987). Psikologi eksistensial, suatu pengantar. Bandung: Rosda Offset.

Komalasari, G. (1995). Kecemasan Menghadapi Pensiun (Studi mengenai hubungan Antara Makna Hidup, Dukungan Sosial, dan Sikap Dengan Kecemasan Menghadapi Pensiun Pada Pegawai Negeri Sipil di DKI Jakarta). Thesis memeroleh Gelar Magister Psikologi Program Pascasarjana Universitas Indonesia.

Komardjaja, I. (2010). “Perempuan Penyandang Cacat dan Lingkungan Binaan yang Penuh Hambatan.” Jurnal Perempuan: Mencari Ruang Untuk Difabel. 65, 31-42.

Kuper, A & Kuper, J. (2008). Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.

Kuswarno, E. (2009). Fenomenologi: Konsepsi, Pedoman, dan Contoh Penelitiannya. Bandung: Widya Padjajaran.

Laverty, S. (2003). “Hermeneutic Phenomenology and Phenomenology: A comparison Historicaland Methodological Considerations”. International Journal of Qualitative Methods. 2, (3), 1-29.

Machdan, D & Hartini, N. (2012). “Hubungan Antara Penerimaan Diri Dengan Kecemasan Menghadapi Dunia Kerja Pada Tunadaksa di UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Tubuh Pasuruan”. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental. 1, (2), 79-85.

148

Mardiani, D. (2012). Perusahaan Yang Pekerjakan Penyandang Cacat Masih

Minim. [Online] Tersedia dalam:

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/12/09/mergy2-perusahaan-yang-pekerjakan-penyandang-cacat-masih-minim [10 Desember 2012].

Marjuki, Dr. ____. “Penyandang Cacat Berdasarkan Klasifikasi International Classification of Functioning for Disability and Health (ICF)”. Makalah Kabadiklit Kesos: Departemen Sosial Republik Indonesia.

Masduqi, B.F. (2010). “Kecacatan: Dari Tragedi Personal Menuju Gerakan Sosial”. Jurnal Perempuan: Mencari Ruang Untuk Difabel. 65, 17-29. Misiak, H & Sexton, V. (2005). Psikologi Fenomenologi, Eksistensial dan

Humanistik: Suatu Survei Historis. Bandung: PT. Refika Aditama.

Miyahara, M & Piek, J. (2006). “Self-esteem of children and adolescents with Physical Disabilities: Quantitative Evidence from Meta-Analysis”. Journal of Development and Physical Disabilites. 18, (3), 219-233.

Moleong, L. J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

___________. (2013). Berbagi Peluang: Tantangan Warga Berkebutuhan Khusus di Metropolitan. National Geography Indonesia. Vol.2.

Patton, M. (1990). Qualitative Evaluation and Research Methods. Beverly Hills, CA: Sage.

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat. (2006). Peraturan Nomor 10 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Penyandang Cacat dan Nomor 11 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Biro hukum sekretaris daerah provinsi Jawa Barat.

149

__________. (2012). Akses Penyandang Cacat ke Dunia Industri Masih Sangat Minim. Pikiran Rakyat [Online] Tersedia dalam: http://www.pikiran-rakyat.com/node/196166 [2 Oktober 2012].

Porter, L. et al. (2002). Motivation and Work Behavior. 7th ed. New York: McGraw-Hill/Irwin

Prasethyo, B. (2013). Bisnis Konveksi Tunanetra yang Sigap. [Online] Tersedia dalam: http://majalahdiffa.com/index.php/wirausaha/230-bisnis-konveksi-tunanetra-yang-sigap [25 April 2013].

Psarra, E & Kleftaras, G. (2013). “Adaptation to Physical Disabilities: The Role of Meaning in Lufe and Depression”. The European Journal of Counselling Psychology. 2, (1), 79-99.

Puspasari, D. & Alfian, I. (2012). “Makna Hidup Penyandang Cacat Fisik Postnatal karena kecelakaan”. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental. 1, (2), 151-157.

Putri, S. (2010). “Gambaran Makna Hidup Narapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang”. Inquiry: Jurnal Ilmiah Psikologi.

3, (1) 1-19.

Sandelowski, M. (1986). “The Problem of Rigor in Qualitative Research”. Journal of Science. (8), 3, 27-37.

Santrock, J. W. (2002), Life-span development: Perkembangan masa hidup (Jilid 2). Jakarta: Erlangga.

Seligman, M. E. P. (2002). Authentic Happiness. Bandung: Mizan Media Utama.

Semium, Y. (2010). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius.

Silvia, V. (2010). Aku Pasti Bisa. Surabaya: PT Kawan Pustaka.

Smith, D. (2006). Inklusi, Sekolah Ramah Untuk Semua. Bandung: Penerbit Nuansa

150

Steger, K. et al. (2008). “Understanding the Search for Meaning in Life: Personality, Cognitive Style, and the Dynamic Between Seeking and Experiencing Meaning”. Journal of Personality. 76, (2) 199-228. Sugiyono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

Sulastri. (2006). Kinerja Karyawan Tunarungu (Studi Kasus Terhadap Karyawan di McDonald’s Buah Batu. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Suryana. (2003). Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat, dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.

Suryawan, Y & Bayu, K. (2003). Kewirausahaan: Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sundberg et.al. (2007). Clinical Psychology: Evolving Theory, Practice, and Research. New Jersey: Prentice Hall

Taylor, S. et al. (2012). Psikologi Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tentama, F. (2010). “Berpikir Positif dan Penerimaan Diri Pada Remaja Penyandang Cacat Tubuh Akibat Kecelakaan”. Jurmal Humanitas. 7, (1), 66-75.

Turmusani, M. (2001). Work and Adulthood: Economic Survival in the Majority World. United Kingdom: Cambridge University Press

_________. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat. [Online] Tersedia dalam: http://portal.mahkamahkonstitusi.go.id/eLaw/mg58ufsc89hrsg/UU_4_1 997.pdf [7Oktober 2012].

Widiasari, A. (2012). Tubuh dan Persepsi Sebagai Sarana Epistemologis: Diskursus Tubuh Difabel Dalam Kerangka Pikir Marleau-Ponty.

151

Skripsi Ilmu Filsafat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia: tidak ditebitkan.

Yovinus. (2012). Keripik Singkong Tunadaksa Isnawati. [Online] Tersedia dalam: http://majalahdiffa.com/index.php/wirausaha?start=12 [25 April 2013].

Zulifiana, U. (2013). Menjanda pasca kematian pasangan hidup. Jurnal Psikologi Online [Online] Tersedia: http://ejournal.umm.ac.id [1 September 2013]

Dokumen terkait