• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini memakai metode interpretasi atau tafsir teks. Menurut Kaelan, interpretasi merupakan proses menafsirkan atau menunjukkan arti, yaitu mengungkap, menuturkan, serta mengatakan

sesuatu yang merupakan esensi relitas. Maka pada hakikatnya, penafsiran adalah memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep dan menggambarkan perpekstif penelitian (M.S. Kaelan, 2012). Adapun metode interpretasi yang digunakan di sini adalah metode hermeneutika.

Metode hermeneutika (hermeneutiqu; dalam bahasa Yunani) merupakan satu kata yang mengarah kepada seni atau teknik menetapkan makna. Menurut M. Quraish Shihab (2013), hermeneutika adalah alat-alat yang digunakan terhadap teks dalam menganalisis dan memahami maksudnya serta menampakkan nilai yang dikandungnya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ia adalah cara kerja yang harus ditempuh oleh siapa pun yang hendak memahami suatu teks, baik yang terlihat nyata dari teksnya, maupun yang kabur, bahkan yang tersembunyi akibat perjalanan sejarah atau pengaruh ideology dan kepercayaan. Karena itu, persoalan pokok yang secara umum dibahas melalui metode hermeneutika adalah teks-teks sejarah atau agama, baik sifatnya maupun hubungannya dengan adat dan budaya serta hubungan peneliti dengan teks itu di dalam konteks melakukan studi kritis atasnya.

Hermeneutika yang diusung oleh Fredich Schleirmacher (1768-1834 M) adalah hermeneutika yang akan dipakai dalam menginterpretasikan teks dalam teknik analisis data ini. Hermeneutika Schleirmacher ini menurut Quraish Shihab (2013), merupakan memahami teks sebagaimana yang dimaksud pengarang, sebab apa yang disebut teks adalah ungkapan jiwa pengarangnya. Makna atau tafsiran atasnya tidak didasarkan atas kesimpulan

penafsiran dan pandangannya, melainkan diturunkan dari teks dan bersifat intsruktif.

Setidaknya ada dua sisi yang harus diperhatikan menurut M. Quraish Shihab (2013) dalam meneliti teks dengan menggunakan metode interpretasi hermeneutika ini, yaitu:

1. Sisi kebahasaan. Ini menuntut adanya pengetahuan tata bahasa dan susastranya. Sisi ini berkaitan dan berhubungan erat dengan kedua pihak, yaitu penulis teks atau pengarang dan penakwil atau penafsir;

2. Sisi pengarang/pengucap teks. Ini berkaitan dengan makna pikiran dan tujuan yang dirasakan oleh pengarang atau pengucap ketika ia menulis atau menyampaikan teks. Ini tentu saja berada dalam diri/benak dan hati pengarang teks. Nah, “sisi dalam” pengarang itu harus diselami melalui teks, karena teks yang terucap atau tertulis bercampur di dalamnya perasaan, niat dan keinginan penulisnya yang tertuang dalam wadah teks yang digunakannya.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode hermeneutika di atas menekankan pada suatu pemahaman kepada makna yang sesungguhnya dari teks, caranya yaitu dengan menelisik autor (penafsir), teks dan konteks. Jadi metode ini bukan akan digunakan untuk memahami ayat al-Qur`an secara langsung, melainkan memahami penafsiran al-Ghazali terhadap ayat al-Qur`an maupun hadis yang terdapat di dalam kitab Ihyâ `Ulûmiddîn terkait dengan manajemen kompensasi guru. Sehingga nantinya di sini akan

diketahui seperti apa dan bagaimana pemikiran al-Ghazali yang sesungguhnya tentang manajemen kompensasi guru dalam kitab Ihyâ `Ulûmiddîn.

Terakhir sebagai metode analisis data di sini, peneliti menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif digunakan untuk menganalisis data yang bersifat umum kepada persoalan yang lebih khusus. Yaitu memetakan persoalan manajemen kompensasi guru yang digali dari pemikiran Imam al-Ghazali dengan mengklasifikasikan tema struktur bahasan umum kepada yang lebih spesial terkait pemikiran al-Ghazali tentang manajemen kompensasi guru di dalam kitab Ihya `Ulûmiddîn. Di dalam penelitian ini misalnya:

1. Diungkap terlebih dahulu mulai dari pengertian dan fungsi manajemen, pengertian kompensasi, jenis-jenis kompensasi, hingga fungsi dari kompensasi;

2. Selanjutnya dipaparkan tentang model manajemen kompensasi guru secara umum yang diterapkan di mayoritas lembaga pendidikan di Indonesia saat ini;

3. Kemudian diungkap biografi Imam al-Ghazali, disebutkan karya-karyanya, terutama diungkap karya monumentalnya yaitu kitab Ihya

`Ulûmiddîn serta korelasinya dengan hadis-hadis di dalam kitab tersebut;

4. Mengungkap setting historis, sosial-intelektual dan sosial-politik kehidupan al-Ghazali;

5. Selanjutnya masuk kepada pembahasan mengenai pemikiran atau konsepsi al-Ghazali tentang kompensasi guru dalam kitab Ihya `Ulûmiddîn;

6. Kemudian langsung mengungkap sekaligus menganalisis tentang konsep manajemen kompensasi guru menurut al-Ghazali dalam kitab Ihya

`Ulûmiddîn, dengan ditopang oleh pemikiran al-Ghazali dalam

karya-karyanya yang lain;

7. Setelah itu baru mengkomparasikan model manajemen kompensasi guru al-Ghazali tersebut dengan model manajamen kompensasi kontemporer, sehingga di sana akan ditemukan relevansi di antara keduanya.

Adapun metode induktif di sini digunakan untuk menganalisis persoalan khusus lalu merangkainya ke dalam prinsip-prinsip yang bersifat umum. Di mana dalam studi ini adalah dengan melihat fakta-fakta dan gejala yang terjadi pada pemikiran al-Ghazali yang notabene seorang pengajar di Madrasah Nidzamiyah, untuk kemudian ditarik kepada kesimpulan ke ranah pendidikan yang dalam hal ini berkorelasi dengan makna hadis maupun ayat tentang kompensasi guru dalam kitab Ihya `Ulûmiddîn dan manajemen kompensasi guru secara umum.

Jadi, sikap al-Ghazali ketika memahami hadis ataupun ayat tentang kompensasi guru dalam kitab Ihya `Ulûmiddîn dan konsepsinya tentang manajemen kompensasi guru dalam kitab tersebut dapat menjadi pedoman dalam menyimpulkan manajemen kompensasi guru yang proporsional dalam perspektif Islam secara umum. Karena dari sikap al-Ghazali yang dualisme (sebelum menjadi sufi yakni sebagai filosof dan sesudah menjadi sufi atau ahli tasawuf) dalam arti telah menyelami berbagai ranah keilmuan, menurut penulis sudah dapat mewakili kalangan kaum muslimin secara mayoritas di

Indonesia yang notabene terdiri dari kalangan yang senang akan dunia tasawuf maupun dari kalangan yang kurang setuju dengan ajaran tasawuf (ahlu

al-syariat). Dengan demikian para pengajar Muslim tidak lagi bingung dan

khawatir akan hal kompensasi guru yang didapatkannya. Bahkan instansi atau lembaga pendidikan Islam mampu memenej, mengelola dan mengorganisir kompensasi guru dengan baik dan benar sesuai dengan etika dan kebijaksanaan dalam kitab Ihya `Ulûmiddîn karya al-Ghazali.

BAB IV

KONSEPSI MANAJEMEN KOMPENSASI GURU MENURUT AL-GHAZALI

Dokumen terkait