• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya. Data-data yang telah di tetapkan dari hasil penelitian lapangan melalui observasi dan wawancara kemudian dikumpulkan lalu diolah dan dianalisis

dengan menggambarkan dan menjelaskan serta memberikan komentar dengan jelas sehingga dapat dipahami dengan mudah untuk mengetahui jawaban dari masalah yang diteliti (Sarbaguna, 2008).

Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif, artinya untuk analisis data tidak diperlukan model uji statistik dengan memakai rumus-rumus tertentu, melainkan lebih ditujukan sebagai tipe penelitian deskriptif. Kutipan hasil wawancara dan observasi sejauh mungkin akan ditampilkan untuk mendukung analisis yang disampaikan, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian.

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lembaga Pembinaan Khusus Anak Tanjung Gusta Medan

4.1.1. Sejarah Lembaga Lembaga Pembinaan Khusus Anak Tanjung Gusta Medan

Medan, narapidana anak (anak pidana) digabung dengan narapidana dewasa di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan. Namun karena adanya pelanggaran yang dilakukan anak yang belum genap berusia 18 (delapan belas) tahun yang termasuk dalam kategori anak, yang tidak baik jika ditempatkan bersama dengan narapidana dewasa maka pemerintah membangun gedung khusus narapidana anak setelah dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.01.PR.07.03 tanggal 26 Februari 1985 tentang didirikannya Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Medan (selanjutnya disebut LPKA). Pembangunan gedung LPKA Medan tepat berada di depan/ berhadapan dengan Lapas kelas II-A wanita dan dilakukan secara bertahap hingga akhirnya diresmikan pada tanggal 24 Oktober 1986.

Sebenarnya Lembaga Pembinaan Khusus Anak diperuntukkan bagi narapidana anak (anak pidana) namun dikarenakan tidak adanya rumah tahanan khusus anak di Sumatera Utara maka tahanan anak juga ditempatkan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak. Lembaga Pembinaan Khusus Anak tidak hanya berfungsi sebagai tempat pembinaan dan perawatan bagi narapidana melainkan juga sebagai tempat perawatan tahanan. Hal ini jelas dicantumkan dalam penjelasan Pasal 22 ayat (1) KUHAP yang menyatakan bahwa “ Selama belum ada rumah tahanan negara

ditempat yang bersangkutan, maka penahanan dilakukan di Kantor Kepolisian Negara, di Kantor Kejaksaan, di Lembaga Pemasyarakatan, di Rumah Sakit dan dalam keadaan memaksa di tempat lain”. Selain sebagai tempat melaksanakan pembinaan bagi anak pidana, Lembaga Pembinaan Khusus Anak juga berfungsi sebagai tempat melaksanakan perawatan bagi tahanan anak. Perihal penempatan tahanan dan narapidana, Lembaga Pembinaan Khusus Anak menerima tahanan dan narapidana yang berumur hingga 21 tahun. Hal ini disebabkan karena Lapas dan Rutan di sekitar Kota Medan melebihi kapasitasnya. Oleh sebab itu hingga kini Lembaga Pembinaan Khusus Anak tidak hanya dihuni oleh narapidana anak yang berumur hingga 18 (delapan belas) tahun melainkan terdapat juga narapidana dan tahanan yang berumur diatas 18 (delapan belas) tahun hingga 21 (dua puluh satu) tahun. Lembaga Pembinaan Khusus Anak berlokasi di Kelurahan Tanjung Gusta Medan Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan, berada di sekitar perumahan yang padat penduduk dan berjarak ± 3 km dari jalan Asrama di samping Perumnas Helvetia Medan.

4.2. Visi, Misi dan Motto Lembaga Pembinaan Khusus Anak

1. Visi Lembaga Pembinaan Khusus Anak Medan adalah memulihkan kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan warga binaan pemasyarakatan sebagai individu, anggota masyarakat dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa (Membangun Manusia Mandiri).

2. Misi Lembaga Pembinaan Khusus Anak adalah melaksanakan perawatan tahanan, pembinaan dan perlindungan warga binaan pemasyarakatan dalam kerangka penegakan hukum, pencegahan dan penanggulangan kejahatan serta pemajuan dan perlindungan HAM.

3. Tujuan Lembaga Pembinaan Khusus Anak yaitu:

a. Membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, mandiri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat berperan aktif dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.

b. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi bagi tahanan yang ditahan di Lapas dalam rangka memperlancar proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan. Tampak jelas di dalam penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Lembaga Pembinaan Khusus Anak dapat dikatakan juga sebagai Rutan khusus bagi anak-anak yang berusia hingga 21 (dua puluh satu) tahun karena Lembaga Pembinaan Khusus Anak tidak hanya terdiri dari narapidana anak melainkan juga terdapat tahanan anak yang berasal dari Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung.

4.3. Struktur Lembaga Pembinaan Khusus Anak Tanjung Gusta Medan Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI Nomor: M.01.PR.07.10 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, dijelaskan bahwa Kepala Lembaga Pemasyarakatan (KaLapas), bertugas untuk mengkoordinasikan kegiatan administrasi keamanan dan tata tertib serta pengelolaan tata usaha yang meliputi urusan kepegawaian, keuangan, dan rumah tangga sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam mencapai tujuan pemasyarakatan narapidana, anak didik, atau penghuni Lapas.

Dalam garis komando pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pembinaan serta pengamanan narapidana anak dan tahanan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Tanjung Gusta Medan bertanggung jawab langsung pada Kepala Pemasyarakatan Anak Tanjung Gusta Medan. Adapun struktur organisasi Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan berdasarkan Keputusan Menteri di atas terdiri dari :

1. Kepala Lembaga Pemasyarakata KaLapas sebagai pimpinan dan penanggung jawab tunggal atas seluruh isi dan keberadaan Lapas, karena KaLapas sebagai koordinator pelaksanaan pembina anak pidana serta memelihara kamanan serta pengelolaan tata usaha yang meliputi urusan kepegawaian, keuangan dan rumah tangga. Dalam melaksanakan tugasnya, KaLapas dibantu oleh beberapa bidang yaitu, Sub bagian Tata Usaha, Seksi Bimbingan Napi/Anak didik, Seksi Kegiatan Kerja, Seksi Administrasi, Keamanan dan Tata Tertib dan Kesatuan Pengamanan Lapas (KPLP).

2. Sub bagian Tata Usaha Sub bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan tata usaha dan kerumah tanggaan Lapas dibantu oleh 2 kepala urusan dibidang :

a) Urusan Kepegawaian dan Keuangan Berfungsi melaksanakan urusan kepegawaian dan keuangan sesuai dengan peraturan dan prosedur demi kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan.

b) Urusan Umum Berfungsi melaksanakan urusan surat menyurat, perlengkapan, pemeliharaan serta rumah tangga Lapas Anak Medan sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku demi kelancara pelaksanaan tugas

dan fungsi dalam Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan.

3. Seksi Bimbingan Narapidana/Anak didik Seksi bimbingan narapidana/anak didik mempunyai tugas melaksanakan bimbingan kepada anak pidana sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku dalam rangka mewujudkan dan mempersiapkan anak pidana kembali kedalam masyarakat dengan dibantu oleh 2 (dua) sub seksi yaitu:

a) Sub seksi Registrasi

Bertugas melakukan pencatatan terhadap segala yang berkaitan dengan warga binaan meliputi identitas,masa penahanan, penghitungan habisnya masa hukuman, statistik serta dokumentasi dan sidik jari anak pidana.

b) Sub seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan

Bertugas memberikan bimbingan kemasyarakatan, bimbingan penyuluhan rohani dan sosial serta memberikan pelatihan olahraga, pemahaman dalam asimilasi, cuti menjelang bebas, cuti mengunjungi keluarga, pembebasan bersyarat, mengurus kesehatan anak pidana serta memberikan perawatan bagi anak pidana.

4. Seksi Kegiatan Kerja Seksi kegiatan kerja mempunyai tugas memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan sarana kerja dan mengelola hasil kerja dengan dibantu oleh dua sub seksi yaitu:

a) Sub seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil Kerja Berfungsi memberikan petunjuk dan bimbingan latihan kerja bagi anak pidana serta mengelola hasil kerja.

b) Sub seksi Sarana Kerja Berfungsi untuk mempersiapkan sarana kerja, mengeluarkan dan menyimpan peralatan kerja berdasarkan kebutuhan.

5. Seksi Administrasi Keamanan dan Tatib

Seksi administrasi keamanan dan tatib bertugas mengkoordinasikan kegiatan administrasi keamanan dan tata tertib, mengatur jadwal tugas, mengatur penggunaan perlengkapan, pembagian tugas pengamanan, menerima laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta menyusun laporan dibidang keamanan dan menegakkan tata tertib di Lembaga Pembinaan Khusus Anak dengan bantuan dua subseksi, yaitu:

a) Sub seksi Keamanan

Bertugas untuk menyelenggarakan tugas keamanan dan ketertiban, mengatur dan membuat jadwal keamanan.

b) Sub seksi Pelaporan dan Tata Tertib

Bertugas untuk membuat laporan keamanan dan ketertiban berdasarkan laporan petugas keamanan yang bertugas di Lembaga Pembinaan khusus Anak.

6. Kesatuan Pengamanan Lapas (KPLP)

Kesatuan pengamanan Lapas bertugas menjaga keamanan dan ketertiban di Lembaga Pembinaan khusus Anak. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut KPLP mempunyai fungsi melakukan penjagaan dan pengamanan atau pengawasan terhadap anak pidana, melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban, melakukan pengawalan pada waktu penerimaan dan pengeluaran anak pidana.

Pelaksanaan tugas pembinaan kepada Warga Binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan dilaksanakan oleh petugas yang diklasifikasikan berdasarkan golongan.

I. PEJABAT STRUKTURAL

1. KALAPAS ANAK : 1 ORANG

2. KASUB BAG.TU : 1 ORANG

3. KASI BINADIK : 1 ORANG

4. KASI KEG. KERJA : 1 ORANG

5. KASI ADM. KAMTIB : 1 ORANG

6. KA. KPLP : 1 ORANG

7. KARUS KEPEGAWAIAN/ KEUANGAN : 1 ORANG

8. KARUS UMUM : 1 ORANG

9. KASUBSI REGISTRASI : 1 ORANG

10. KASUBSI BIMPAS : 1 ORANG

11. KASUBSI BIMBINGAN KERJA : 1 ORANG

12. KASUBSI SARANA KERJA : 1 ORANG

13. KASUBSI PELAPORAN/ TATA TERTIB : 1 ORANG

14. KASUBSI KEAMANAN : 1 ORANG

II TINGKAT PENDIDIKAN 1. SD : - 2. SMP : 4 ORANG 3. SMA : 41 ORANG 4. D3 : 6 ORANG 5. S1 : 27 ORANG 6. S2 : 6 ORANG 7. S3 : - III. GOLONGAN 1. I : -

2. II : 39 ORANG

3. III : 38 ORANG

4. IV : 4 ORANG

IV. STAF / PENJAGAAN

1. KPLP : 5 ORANG

2. BINADIK : 20 ORANG

3. ADM. KAMTIB : 11 ORANG

4. TU : 7 ORANG 5. RUPAM : 18 ORANG 6. GIATJA : 5 ORANG 7. DETASER : 1 ORANG V. JENIS KELAMIN 1. LAKI-LAKI : 58 ORANG 2. PEREMPUAN : 23 ORANG VI. AGAMA 1. ISLAM : 36 ORANG 2. KRISTEN : 45 ORANG

4.4. Gambaran Fisik dan Fasilitas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Tanjung Gusta Medan

Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan terletak di jalan Pemasyarakatan kelurahan Tanjung Gusta kecamatan Medan Helvetia, dibangun tepat di depan Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II-A Tanjung Gusta Medan yang dibangun di atas tanah seluas ± 15.000 m² dengan luas bangunan ±

2850 m². Secara umum bangunan Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan dikelompokkan menjadi 3 fungsi:

(1) bangunan yang digunakan untuk kegiatan perkantoran;

(2) bangunan yang digunakan untuk hunian warga binaan pemasyarakatan; (3) bangunan yang digunakan untuk kegiatan pembinaan bagi warga binaan pemasyarakatan. Adapun fasilitas dan bangunan yang ada di dalam Lapas Anak Medan adalah:

1. Ruang untuk kantor (KaLapas, Kepegawaian, Registrasi, Bimpas, Tata Usaha, Keuangan, Kesatuan Pengaman Lembaga Pemasyarakatan (KPLP), Klinik.

2. Ruang untuk pembinaan ( Ruang kelas kejar paket A,B,C; Ruang Doa; Gudang; Audio musik;R. Staff pembinaan;Gereja; Mesjid;Cetiya Ananda (ruang ibadah untuk agama Hindu dan Budha); Dapur; Ruang bimbingan kerja; Ruang keterampilan;Perpustakaan;Ruang Keterampilan; Aula serba guna; Kantin,2 buah Bak penampungan air untuk anak pidana, Lapangan olah raga (bola kaki, volly); tenis meja; dll.

3. Ruang untuk hunian terdiri dari 4 Blok yaitu :

a. Blok A terdiri dari 6 kamar digunakan untuk anak pidana yang mengidap penyakit tertentu dan harus dipisahkan.

b. Blok B terdiri dari 17 kamar

c. Blok C terdiri dari 12 kamar, 2 diantaranya digunakan untuk kamar isolasi (kamar kereng) bagi anak pidana yang mendapatkan hukuman disiplin.

d. Blok D terdiri dari 15 kamar, 4 diantaranya digunakan sebagai kamar bagi anak pidana yang masih menjalani masa Mapnaling (masa pengenalan lingkungan)

Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan juga memiliki tempat mencuci pakaian di luar kamar hunian untuk Warga Binaan namun masih dalam pembangunan dan hampir selesai. Tujuan pembangunan tempat mencuci pakaian yang berada di luar kamar agar para Warga Binaan lebih leluasa mencuci pakaiannya.

4.5 Jumlah Penghuni Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan

Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan adalah Lembaga pembinaan khusus bagi anak yang bermasalah dengan hukum. Berdasarkan data yang diperoleh oleh penulis pada Mei 2015 diketahui bahwa Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan dihuni oleh 457 orang anak yang terdiri dari narapidana anak dan tahanan anak.

BAB V ANALISIS DATA

5.1. Pengantar

Melalui wawancara dan observasi, peneliti berhasil mengumpulkan data mengenai peran Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam pembinaan narapidana anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan. Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:

1. Penelitian dilakukan atau diawali dengan melakukan observasi ke lokasi penelitian. Adapun lokasi yang telah diobservasi peneliti adalah Lembaga Pembinaan Khusu Anak Klas I Tanjung Gusta Medan.

2. Melakukan wawancara mendalam dengan 3 orang petugas LPKA, 5 orang Narapidana anak dan 2 orang tamping mengenai peran Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam pembinaan narapidana anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan.

Hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan diperoleh berbagai data. Untuk melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka penulis mencoba menguraikan petikan wawancara dengan informan serta narasi penulis tentang data-data tersebut, diteliti, ditelaah, maka selanjutnya adalah mengadakan kategorisasi perbandingan-perbandingan sebelum akhirnya menarik kesimpulan.

. Informan yang menjadi sumber data penelitian ini adalah 3 orang informan kunci, 5 orang informan utama, dan 2 orang informan tambahan. Lokasi dari Lembaga Pembinaan Khusus Anak ini terletak di Jalan Pemasyarakatan Tanjug Gusta, Medan.

5.2. Hasil Temuan

5.2.1. Informan Kunci 1

1. Nama : Sahduriman, Amd. IP. S.Sos, Msi

2. Umur : 43 Tahun

3. Pendidikan : S2

4. Jenis Kelamin : Laki-Laki

5. Agama : Islam

6. Suku : Jawa

Sahudirman merupakan kasi binadik di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta yang mengetahui berbagai informasi tentang pembinaan yang ada. Peneliti menjumpai pak Sahudirman untuk wawancara saat itu sedang di adakan acara pembagian hadiah bagi narapidana anak yang menang atas perlombaan yang diadakan di LPKA karena menyambut hari Pemasyarakatan Indonesia, kegiatan ini juga merupakan salah satu program pembinaan disini yaitu kegiatan rekreasi. Berikut penuturrannya:

Karena menyambut hari Pemasyarakatan Indonesia jadi disini di adakan berbagai kegiatan perlombaan dek mulai dari LPKA idol, kebersihan kamar, futsal dan banyak lagi lah dek inilah sekarang puncak acaranya sekalian pemberian hadiah bagi yang menang perlombaan. Ini dilakukan juga buat anak-anak disini kan agar mereka ga bosan juga mereka kan juga butuh hiburan jadi ya biasanya setiap hari besar lah diadakan acara seperti ini.’’ Sahudirman juga menjelaskan berbagai pembinaan yang ada di LPKA, pembinaan yang ada di LPKA terbagi dua yaitu pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian, dimana pembinaan kepribadian meliputi pendidikan

keagamaan, pendidikan umum, dan kepramukaan. Pendidikan keagamaan biasanya dilakukan didalam lingkungan LPKA dimana mempunyai satu masjid dan satu ruangan ibadah untuk napi anak yang beragama kristen, pembina agama islam berasal dari pihak dalam dan luar LPKA serta melibatkan berbagai warga binaan yang ada di LPKA yang dianggap sudah benar-benar mengetahui/mendalami agama islam, Sedangkan pembina dari luar yaitu hasil kerjasama dengan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Sedangkan untuk yang beragama kristen diadakan kebaktian setiap hari rabu, kamis dan minggu. Berikut penuturannya Sahudirman:

Pembinaan keagamaan biasanya dilakukan hampir setiap hari yaitu melibatkan pihak dalam dan luar LPKA ,biasanya pihak dalam yaitu para petugas disini sedangkan pihak luar hasil kerja sama dengan penyuluh-penyuluh agama dari luar sebagai pembicaranya.”

Menurut Sahudirman Pembinaan keagamaan di LPKA Tanjung Gusta sudah cukup baik, ini dibuktikan dengan sudah ada jadwal pembinaan yang teratur. Pembinaan ini bertujuan agar narapidana anak memperoleh pengetahuan lebih banyak tentang agama dan dapat sebagai penyejuk jiwa bagi narapidana anak serta diharapkan setelah memperoleh pembinaan ini narapidana akan bertaubat dan tidak akan kembali melakukan tindak kejahatan.

Sahudirman juga mengatakan bahwa pendidikan umum disini juga sudah cukup baik dimana bekerja sama dengan MTSN dan PKBM PUSPA dengan diadakannya ujian paket A,B dan C setiap tahunnya. Di mana kegiatan MTSN diadakan setiap hari sabtu pagi. Menurutnya anak yang dibina juga butuh sekolah agar setelah keluar dari LPKA ini dapat menjadi orang yang sukses berguna bagi bangsa dan negaranya. namun tidak ada paksaan dalam pembinaan ini tapi di harapkan semua anak dapat ikut dalam pendidikan umum. Berikut penuturannya:

“Baru aja bulan 4 kemarin diadakan ujian paket C yang di ikuti oleh 13 anak binaan di sini dan 2 anak binaan yang sudah bebas dan mungkin bulan 5 ini akan diadakan lagi ujian paket B”

Sahudirman juga menjelaskan bahawa pembinaan keterampilan disini juga bermacam-macam mulai dari pertanian, bercocok tanam, pembuatan kapal-kapalan, menjahit, las, membuat bunga, dan membuat sabun cuci piring. Pembinaan ini tidak dipaksakan bagi siapa yang mempunyai bakat boleh ikut dalam pembinaan keterampilan yang mereka minati. Berikut penuturannya:

“Pembinaan keterampilan rutin dilakukan setiap hari dek , itu biasanya dilatih sendiri oleh petugas yang ada disini hasilnya juga nanti bisa dijual antara sesama anak binaan disini dan petugas yang ada di LPKA, saya berharap dengan adanya pembinaan keterampilan ini setelah keluar dari sini dapat mengembangkan ketrampilan yang telah diperoleh ketika sudah keluar dari LPKA. Dengan kata lain ketrampilan yang diikuti selama di LPKA dapat dijadikan sebagai mata pencaharian agar tidak berbuat kejahatan lagi.” Peneliti juga menanyakan bagaimana pendekatan yang dilakukan agar napi anak di sini merasa nyaman mengikuti pembinaan yang ada di LPKA. Sahudirman menjelaskan bahwa pendeketan yang dilakukan petugas disini dengan interaksi langsung yang sifatnya kekeluargaan, Petugas LPKA memahami keadaan narapidana anak yang terenggut kebebasannya dari masyarakat. Sebab narapidana anak masuk ke LPKA dengan kasus yang berbeda dan memiliki latar belakang yang berbeda pula. Petugas LPKA dalam membina narapidana anak dengan interaksi langsung yang sifatnya kekeluargaan agar narapidana anak merasa tidak diasingkan dan narapidana anak dapat menerima pembinaan yang diberikan. Berikut penuturan Sahudirman:

“Pendekatanya ya secara kekeluargaan gitu dek, dari hati ke hatilah, kita anggap aja anak sendiri, kan biasanya anak-anak susah untuk terbuka apalagi dengan keadaan mereka yang seperti sekarang, kita anggap mereka sebagai teman aja agar mereka mau terbuka mengeluarkan keluh kesahnya dan agar tau karakter masing-masing dari mereka secara mendalam lagi.”

Sahudirman juga menjelaskan ada beberapa tahapan-tahapan dalam melakukan pembinaan narapidana anak disini, Tahap pertama setiap anak yang masuk di Lembaga Pembinaan khusus anak dilakukan penelitian untuk mengetahui segala hal ikhwal perihal dirinya termasuk sebab-sebab ia melakukan pelanggaran dan segala keterangan mengenai dirinya yang dapat diperoleh dari keluarga, atasannya, teman, si korban dari perbuatannya serta dari petugas instansi lain yang telah menangani perkaranya. Berikut penuturannya:

“Pembinaan awal yang didahului dengan masa pengamatan, penelitian, dan pengenalan lingkungan sejak diterima sampai sekurangkurangnya 1/3 dari masa pidana yang sesungguhnya.”

Pada tahap ini narapidana yang baru masuk akan memperoleh pembinaan awal berupa pengenalan lingkungan. Selain itu, tahap ini merupakan tahap yang diharapkan mampu mengarahkan narapidana anak dalam memilih pembinaan yang diminati.

Tahap kedua, jika proses pembinaan terhadap narapidana anak yang bersangkutan telah berlangsung sepertiga ( 1/3 ) dari masa pidananya dan menurut pendapat petugas LPKA sudah dicapai cukup kemajuan, antara lain menunjukkan keinsyafan, perbaikan, disiplin dan patuh pada tata tertib yang berlaku di LPKA maka kepada narapidana yang bersangkutan diberikan kebebasan lebih banyak dan

ditempatkan di Lingkungan LPKA dengan Medium Security. Berikut penuturan Sahudirman:

“Pembinaan tahap kedua merupakan lanjutan pembinaan di atas 1/3 sampai sekurang-kurangnya ½ dari masa pidana yang sebenarnya, dalam 48 kurun waktu tersebut narapidana anak menunjukkan sikap dan perilakunya atas hasil pengamatan petugas”

Tahap ketiga, jika proses pembinaan terhadap narapidana telah dijalani setengah ( ½ ) dari masa pidana yang sebenarnya dan menurut petugas LPKA telah dicapai cukup kemajuan-kemajuan, baik secara fisik maupun mental dan segi ketrampilannya maka wadah proses pembinaannya diperluas dengan diperbolehkannya mengadakan asimilasi dengan masyarakat luar dan dalam pelaksanaannya tetap berada di bawah pengawasan dan bimbingan petugas LPKA. Berikut penuturan Sahudirman:

“Tapi kegiatan asimilasi di LPKA ini hanya sebatas asimilasi ke dalam saja dek, mengingat jika kita memberikan asimilasi keluar resikonya cukup besar kita takut jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti anak binaan kabur contohnya.”

Tahap keempat, jika proses pembinaannya telah dijalani dua pertiga ( 2/3 ) dari masa 49 pidananya atau sekrang-kurangnya 9 ( sembilan ) bulan, maka kepada narapidana yang bersangkutan dapat diberikan lepas bersyarat dan pengusulan lepas bersyarat. Dalam tahap keempat atau terakhir ini, narapidana akan ditempatkan sebagai tamping atau tenaga yang ditunjuk LPKA untuk bekerja sebagai pembantu petugas seperti sebagai tamping parkir, tamping dapur dan lain-lainnya. Selain itu, dalam tahap ini juga narapidana mendapat PB atau pembebasan bersyarat jika dianggap selama di LPKA berkelakuan baik. Berikut penuturan Sahudirman:

“Merupakan pembinaan lanjutan di atas 2/3 sampai selesai masa pidananya dan jika dinilai sudah siap dikembalikan ke masyarakat maka narapidana dapat diusulkan untuk mendapatkan pembebasan bersyarat (PB) dan cuti menjelang bebas (CMB).”

Sahudirman juga menjelaskan mayoritas narapidana disini terlibat kasus narkoba lalu setelah nya pencurian, pencurian dengan kekerasan dan yang terakhir

Dokumen terkait