Pedoman Wawancara
Peran Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam Pembinaan Narapidana Anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan.
A. Karakteristik Identitas Informan
1. INFORMAN KUNCI (Kepala Seksi Pembinaan dan Petugas Lembaga Pembinaan Khusus Anak)
Identitas Informan
a. Nama :
b. Umur :
c. Pendidikan :
d. Jenis kelamin :
e. Agama :
f. Suku :
B. Asesmen
1. Bagaimana pendekatan yang dilakukan kepada anak binaan agar mereka
merasa nyaman mengikuti pembinaan?
2. Apakah semua anak binaan mendapatkan pembinaan yang sama?
3. Bagaimana metode pelaksanaan pembinaan di lembaga pembinaan khusus
anak?
4. Bagaimana tahapan-tahapan pembinaan di lembaga pembinaan khusus anak?
5. Pembinaan keterampilan apa saja yang ada di lembaga pembinaan khusus
6. Apakah ada pengawasan khusus bagi anak binaan yang mengikuti
pembinaan? misalanya terhadap anak binaan kasus berat atau ringan?
7. Apakah keuntungan yang didapat anak binaan dari pembinaan di lembaga
pembinaan khusus anak?
8. Apakah ada faktor pendukung dalam melaksanakan pembinaan bagi anak
binaan?
9. Apa saja hambatan-hambatan dalam melaksanankan pembinaan bagi anak
binaa di lembaga pembinaan khusus anak?
10. Apakah menurut Ibu/Bapak pembinaan di lembaga pembinaan khusus anak
ini sudah cukup baik?
11.Bagaimana harapan Ibu/Bapak terhadap anak binaan setelah mengikuti
pembinaan di lembaga pembinaan khusus anak?
A. Karakteristik Identitas Informan
2. INFORMAN UTAMA (Narapidan Anak) Identitas Informan
a. Nama :
b. Umur :
c. Pendidikan :
d. Jenis kelamin :
e. Agama :
f. Suku :
B. Asesmen
1. Apa yang menyebabkan anda sehingga berada di lembaga pembinaan khusus
2. Sudah berapa lama anda berada di lembaga pembinaan khusus anak?
3. Apakah anda mengetahui pembinaan apa saja yang ada lembaga pembinaan
khusus anak?
4. Apakah anda mengikuti semua pembinaan yang ada lembaga pembinaan
khusus anak?
5. Pembinaan keterampilan apa yang anda ikuti di lembaga pembinaan khusus
anak?
6. Apa manfaat yang ada terima selama mengikuti pembinaan di lembaga
pembinaan khusus anak?
7. Menurut anda bagaimana sikap petugas lembaga pembinaan dalam membina
anak disini?
8. Selama mengikuti pembinaan di lembaga pembinaan khusus anak ini apakah
hubungan adik dengan petugas pembinaan cukup baik?
9. Selama mengikuti pembinaan apakah hubungan anda dengan anak binaan
yang lain cukup baik?
10.Apakah anda pernah berkonflik dengan anak binaan yang lain saat mengikuti
pembinaan?
11.Bagaimana petugas disini mengatasi konflik yang terjadi antar sesama anak
binaan?
12.Selama mengikuti pembinaan di lembaga pembinaan khusus anak ini
perubahan apa yang anda alami?
13.Bagaimana harapan anda untuk pembinaan yang di lembaga pembinaan
khusus anak ini kedepannya?
14.Apakah keluarga anda selalu mendukung anda selama mengikuti pembinaan
A. Karakteristik Identitas Informan
3. INFORMAN TAMBAHAN (TAMPING) Identitas Informan
a. Nama :
b. Umur :
c. Pendidikan :
d. Jenis kelamin :
e. Agama :
f. Suku :
B. Asesmen
1. Sudah berapa lama anda menjadi tamping di lembaga pembinaan khusus
anak tanjung gusta?
2. Bagaimana anda bisa menjadi tamping di lembaga pembinaan khusus anak
tanjung gusta?
3. Kegiatan apa yang anda lakaukan setelah menajdi tamping?
4. Menurut anda apakah peran lembaga pembinaan khusus anak dalam
pembinaan anak sudah cukup baik?
5. Apakah manfaat yang anda terima setelah mengikuti pembinaan yang ada di
lembaga pembinaan khusus anak ?
6. Apa harapan anda kedepannya untuk pembinaan di lembaga pembinaan
Dokumentasi Foto
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. 2002. Sosiologi (skema teori dan terapan). Jakarta : PT. Bumi Aksara
Bagong, Suyanto J. Dwi Narwoko. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Media Group.
Gunawan, Ari H. 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Harsono Hs, C.I. 1995. Sistem Baru Pembinaan Narapidana. Jakarta: Djambatan
Prints, Darwan. 1997. Hukum Anak Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Poernomo, Bambang. 1986. Pelaksanaan Pidana Penjara Dengan Sistem Pemasyarakatan. Yogyakarta: Liberty
Mangunhardjana, AM. 1991. Pembinaan Arti dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius
Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Grafindo Persada
Susilowati, Ima. Pengertian Konvensi Hak Anak. UNICEF untuk Indonesia. Jakarta: PT. Enka Parahiyangan. 2003.
Sarbaguna, Boy. 2008. Analisis Data pada Penelitian Kualitatif. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial, Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Kesehatan. Medan: PT. Grasindo Monoratama.
Suyanto, Bagong dan Sutinah 2005. Metode Penelitian Sosial: Aplikasi dalam praktik. Jakarta: EGC
Volz, Anna. 2009. Advocay Strategies Training Manual: General Comment No. 10: Children’s Rights in Juvenile Justice. Defence for Children International
Sumber lain :
(http://banten.kemenkumham.go.id/2015/08/07/diakses pada tanggal 8 Maret 2016 pukul 00:12)
(http://www.antaranews.com/jumlah-anak-berhadapan-dengan-hukum-meningkat diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pukul 20:56)
(http://hukumham.info/index.php?option=com_content&task=view&id/ diakses pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 22:15)
(http//www.kksp.or.id/ diakses pada tanggal 9 maret 2016)
(e-journal.uajy.ac.id diakses pada tanggal 18 mei 2016)
(http://dbagus.com/ diakses pada tanggal 18 mei 2016)
(http://belajarpsikologi.com/ diakses pada tanggal 18 mei 2016).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1974 Tentang Kesejahteraan Anak
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan
dengan tujuan menggambarkan dan mendeskripsikan obejek dan fenomena yang
diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel
penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan ada pula produk interaksi yang
berlangsung ( Siagian, 2011 : 52 ).
Penelitian deskriptif bersifat menggambarkan dan menuliskan suatu hal berupa
gambar atau foto yang didapat dari data lapangan dan kemudian menjelaskannya
dengan kata-kata. Pendekatan penelitian ini adalah berupa pendekatan kualitatif,
yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah,
menyusun dalam suatu satuan. Melalui penelitian deskriptif ini, penulis membuat
gambaran kondisi secara menyeluruh tentang Peran Lembaga Pembinaan Khusus
Anak dalam Pembinaan Narapidana Anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak
Klas I Tanjung Gusta Medan.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I yang
berlokasi di Jalan Pemasyarakatan Tanjug Gusta, Medan. Alasan peneliti memilih
lokasi ini adalah karena Lembaga Pembinaan Khusus Anak ini merupakan
3.3 Informan Penelitian
Informan adalah orang yang bermanfaat untuk memberikan informasi tentang
situasi dan kondisi latar penelitian. Ia mempunyai banyak pengalaman tentang latar
penelitian. Informan berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian
walaupun hanya bersifat informal. Informan dengan kebaikannya dan
kesukarelaannya dapat memberikan pandangannya dari segi orang dalam nilai-nilai,
sikap dan suatu proses yang menjadi latar penelitian tersebut.
Pada penelitian ini, penulis tidak menggunakan populasi dan sampel tapi
menggunakan subyek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian.
Subyek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi
yang diperlukan selama proses penelitian (Suyanto, 2005: 171-172). Informan
penelitian ini meliputi tiga macam informan yaitu:
1. Informan kunci yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai
informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan kunci dalam
penelitian ini adalah 3 Petugas Lembaga Pembinaan Khusus Anak Tanjung
Gusta.
2. Informan Utama yaitu mereka yang terlibat langsung dalam penelitian ini
yaitu 5 narapidana di Lembaga Pembinaan Khusu Anak Tanjung Gusta.
3. Informan tambahan yaitu mereka yang dapat menguatkan informasi
walaupun tidak langsung terlibat dalam interasksi sosial yang diteliti.
Informan tambahan dalam penelitian ini adalah 2 tamping di Lembaga
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan
data-data dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data atau informasi menyangkut
masalah yang akan diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku serta
tulisan yang ada pada kaitannya terhadap masalah yang diteliti.
2. Studi lapangan yaitu pengumpulan data atau informasi yang diperoleh
melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk
mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti
adalah:
a. Observasi, yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu yang
dilakukan dengan mengamati, mendengar, dan mencatat kejadian yang
menjadi sasaran penelitian.
b. Wawancara, yaitu cara pengumpulan data dimana penelitian dan
responden hadir dalam waktu dan tempat yang sama dalam rangka
memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam suatu penelitian (
Siagian, 2011 : 211 ). Dalam penelitian ini, wawancara yang dimaksud
yaitu mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan responden yang
bertujuan untuk melengkapi data yang diperlukan.
3.5 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian
sebagaimana adanya. Data-data yang telah di tetapkan dari hasil penelitian lapangan
dengan menggambarkan dan menjelaskan serta memberikan komentar dengan jelas
sehingga dapat dipahami dengan mudah untuk mengetahui jawaban dari masalah
yang diteliti (Sarbaguna, 2008).
Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif,
artinya untuk analisis data tidak diperlukan model uji statistik dengan memakai
rumus-rumus tertentu, melainkan lebih ditujukan sebagai tipe penelitian deskriptif.
Kutipan hasil wawancara dan observasi sejauh mungkin akan ditampilkan untuk
mendukung analisis yang disampaikan, sehingga pada akhirnya dapat ditarik
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lembaga Pembinaan Khusus Anak Tanjung Gusta Medan
4.1.1. Sejarah Lembaga Lembaga Pembinaan Khusus Anak Tanjung Gusta Medan
Medan, narapidana anak (anak pidana) digabung dengan narapidana dewasa di
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan. Namun karena adanya
pelanggaran yang dilakukan anak yang belum genap berusia 18 (delapan belas)
tahun yang termasuk dalam kategori anak, yang tidak baik jika ditempatkan bersama
dengan narapidana dewasa maka pemerintah membangun gedung khusus narapidana
anak setelah dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI No.
M.01.PR.07.03 tanggal 26 Februari 1985 tentang didirikannya Lembaga Pembinaan
Khusus Anak Klas I Medan (selanjutnya disebut LPKA). Pembangunan gedung
LPKA Medan tepat berada di depan/ berhadapan dengan Lapas kelas II-A wanita
dan dilakukan secara bertahap hingga akhirnya diresmikan pada tanggal 24 Oktober
1986.
Sebenarnya Lembaga Pembinaan Khusus Anak diperuntukkan bagi narapidana
anak (anak pidana) namun dikarenakan tidak adanya rumah tahanan khusus anak di
Sumatera Utara maka tahanan anak juga ditempatkan di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak. Lembaga Pembinaan Khusus Anak tidak hanya berfungsi sebagai
tempat pembinaan dan perawatan bagi narapidana melainkan juga sebagai tempat
perawatan tahanan. Hal ini jelas dicantumkan dalam penjelasan Pasal 22 ayat (1)
ditempat yang bersangkutan, maka penahanan dilakukan di Kantor Kepolisian
Negara, di Kantor Kejaksaan, di Lembaga Pemasyarakatan, di Rumah Sakit dan
dalam keadaan memaksa di tempat lain”. Selain sebagai tempat melaksanakan
pembinaan bagi anak pidana, Lembaga Pembinaan Khusus Anak juga berfungsi
sebagai tempat melaksanakan perawatan bagi tahanan anak. Perihal penempatan
tahanan dan narapidana, Lembaga Pembinaan Khusus Anak menerima tahanan dan
narapidana yang berumur hingga 21 tahun. Hal ini disebabkan karena Lapas dan
Rutan di sekitar Kota Medan melebihi kapasitasnya. Oleh sebab itu hingga kini
Lembaga Pembinaan Khusus Anak tidak hanya dihuni oleh narapidana anak yang
berumur hingga 18 (delapan belas) tahun melainkan terdapat juga narapidana dan
tahanan yang berumur diatas 18 (delapan belas) tahun hingga 21 (dua puluh satu)
tahun. Lembaga Pembinaan Khusus Anak berlokasi di Kelurahan Tanjung Gusta
Medan Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan, berada di sekitar perumahan yang
padat penduduk dan berjarak ± 3 km dari jalan Asrama di samping Perumnas
Helvetia Medan.
4.2. Visi, Misi dan Motto Lembaga Pembinaan Khusus Anak
1. Visi Lembaga Pembinaan Khusus Anak Medan adalah memulihkan
kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan warga binaan
pemasyarakatan sebagai individu, anggota masyarakat dan makhluk Tuhan
Yang Maha Esa (Membangun Manusia Mandiri).
2. Misi Lembaga Pembinaan Khusus Anak adalah melaksanakan perawatan
tahanan, pembinaan dan perlindungan warga binaan pemasyarakatan dalam
kerangka penegakan hukum, pencegahan dan penanggulangan kejahatan serta
3. Tujuan Lembaga Pembinaan Khusus Anak yaitu:
a. Membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya,
menyadari kesalahan, memperbaiki diri, mandiri, dan tidak mengulangi tindak
pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat
berperan aktif dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai
warga yang baik dan bertanggung jawab.
b. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi bagi tahanan yang ditahan di
Lapas dalam rangka memperlancar proses penyidikan, penuntutan dan
pemeriksaan di sidang pengadilan. Tampak jelas di dalam penjelasan di atas
dapat disimpulkan bahwa Lembaga Pembinaan Khusus Anak dapat dikatakan
juga sebagai Rutan khusus bagi anak-anak yang berusia hingga 21 (dua puluh
satu) tahun karena Lembaga Pembinaan Khusus Anak tidak hanya terdiri dari
narapidana anak melainkan juga terdapat tahanan anak yang berasal dari
Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah
Agung.
4.3. Struktur Lembaga Pembinaan Khusus Anak Tanjung Gusta Medan Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI
Nomor: M.01.PR.07.10 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, dijelaskan bahwa Kepala Lembaga
Pemasyarakatan (KaLapas), bertugas untuk mengkoordinasikan kegiatan
administrasi keamanan dan tata tertib serta pengelolaan tata usaha yang meliputi
urusan kepegawaian, keuangan, dan rumah tangga sesuai dengan peraturan yang
berlaku dalam mencapai tujuan pemasyarakatan narapidana, anak didik, atau
Dalam garis komando pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pembinaan serta
pengamanan narapidana anak dan tahanan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak
Tanjung Gusta Medan bertanggung jawab langsung pada Kepala Pemasyarakatan
Anak Tanjung Gusta Medan. Adapun struktur organisasi Lembaga Pembinaan
Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan berdasarkan Keputusan Menteri di atas
terdiri dari :
1. Kepala Lembaga Pemasyarakata KaLapas sebagai pimpinan dan
penanggung jawab tunggal atas seluruh isi dan keberadaan Lapas, karena
KaLapas sebagai koordinator pelaksanaan pembina anak pidana serta
memelihara kamanan serta pengelolaan tata usaha yang meliputi urusan
kepegawaian, keuangan dan rumah tangga. Dalam melaksanakan tugasnya,
KaLapas dibantu oleh beberapa bidang yaitu, Sub bagian Tata Usaha, Seksi
Bimbingan Napi/Anak didik, Seksi Kegiatan Kerja, Seksi Administrasi,
Keamanan dan Tata Tertib dan Kesatuan Pengamanan Lapas (KPLP).
2. Sub bagian Tata Usaha Sub bagian tata usaha mempunyai tugas
melaksanakan urusan tata usaha dan kerumah tanggaan Lapas dibantu oleh 2
kepala urusan dibidang :
a) Urusan Kepegawaian dan Keuangan Berfungsi melaksanakan urusan
kepegawaian dan keuangan sesuai dengan peraturan dan prosedur demi
kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Lembaga Pembinaan Khusus Anak
Klas I Tanjung Gusta Medan.
b) Urusan Umum Berfungsi melaksanakan urusan surat menyurat,
perlengkapan, pemeliharaan serta rumah tangga Lapas Anak Medan sesuai
dan fungsi dalam Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta
Medan.
3. Seksi Bimbingan Narapidana/Anak didik Seksi bimbingan narapidana/anak
didik mempunyai tugas melaksanakan bimbingan kepada anak pidana sesuai
dengan peraturan dan prosedur yang berlaku dalam rangka mewujudkan dan
mempersiapkan anak pidana kembali kedalam masyarakat dengan dibantu oleh
2 (dua) sub seksi yaitu:
a) Sub seksi Registrasi
Bertugas melakukan pencatatan terhadap segala yang berkaitan dengan warga
binaan meliputi identitas,masa penahanan, penghitungan habisnya masa
hukuman, statistik serta dokumentasi dan sidik jari anak pidana.
b) Sub seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan
Bertugas memberikan bimbingan kemasyarakatan, bimbingan penyuluhan
rohani dan sosial serta memberikan pelatihan olahraga, pemahaman dalam
asimilasi, cuti menjelang bebas, cuti mengunjungi keluarga, pembebasan
bersyarat, mengurus kesehatan anak pidana serta memberikan perawatan bagi
anak pidana.
4. Seksi Kegiatan Kerja Seksi kegiatan kerja mempunyai tugas memberikan
bimbingan kerja, mempersiapkan sarana kerja dan mengelola hasil kerja
dengan dibantu oleh dua sub seksi yaitu:
a) Sub seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil Kerja Berfungsi
memberikan petunjuk dan bimbingan latihan kerja bagi anak pidana serta
mengelola hasil kerja.
b) Sub seksi Sarana Kerja Berfungsi untuk mempersiapkan sarana kerja,
5. Seksi Administrasi Keamanan dan Tatib
Seksi administrasi keamanan dan tatib bertugas mengkoordinasikan kegiatan
administrasi keamanan dan tata tertib, mengatur jadwal tugas, mengatur
penggunaan perlengkapan, pembagian tugas pengamanan, menerima laporan
harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta menyusun
laporan dibidang keamanan dan menegakkan tata tertib di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak dengan bantuan dua subseksi, yaitu:
a) Sub seksi Keamanan
Bertugas untuk menyelenggarakan tugas keamanan dan ketertiban, mengatur
dan membuat jadwal keamanan.
b) Sub seksi Pelaporan dan Tata Tertib
Bertugas untuk membuat laporan keamanan dan ketertiban berdasarkan
laporan petugas keamanan yang bertugas di Lembaga Pembinaan khusus
Anak.
6. Kesatuan Pengamanan Lapas (KPLP)
Kesatuan pengamanan Lapas bertugas menjaga keamanan dan ketertiban di
Lembaga Pembinaan khusus Anak. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut
KPLP mempunyai fungsi melakukan penjagaan dan pengamanan atau
pengawasan terhadap anak pidana, melakukan pemeliharaan keamanan dan
ketertiban, melakukan pengawalan pada waktu penerimaan dan pengeluaran
anak pidana.
Pelaksanaan tugas pembinaan kepada Warga Binaan di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan dilaksanakan oleh petugas yang
diklasifikasikan berdasarkan golongan.
I. PEJABAT STRUKTURAL
1. KALAPAS ANAK : 1 ORANG
2. KASUB BAG.TU : 1 ORANG
3. KASI BINADIK : 1 ORANG
4. KASI KEG. KERJA : 1 ORANG
5. KASI ADM. KAMTIB : 1 ORANG
6. KA. KPLP : 1 ORANG
7. KARUS KEPEGAWAIAN/ KEUANGAN : 1 ORANG
8. KARUS UMUM : 1 ORANG
9. KASUBSI REGISTRASI : 1 ORANG
10. KASUBSI BIMPAS : 1 ORANG
11. KASUBSI BIMBINGAN KERJA : 1 ORANG
12. KASUBSI SARANA KERJA : 1 ORANG
13. KASUBSI PELAPORAN/ TATA TERTIB : 1 ORANG
14. KASUBSI KEAMANAN : 1 ORANG
II TINGKAT PENDIDIKAN
1. SD : -
2. SMP : 4 ORANG
3. SMA : 41 ORANG
4. D3 : 6 ORANG
5. S1 : 27 ORANG
6. S2 : 6 ORANG
7. S3 : -
III. GOLONGAN
2. II : 39 ORANG
3. III : 38 ORANG
4. IV : 4 ORANG
IV. STAF / PENJAGAAN
1. KPLP : 5 ORANG
2. BINADIK : 20 ORANG
3. ADM. KAMTIB : 11 ORANG
4. TU : 7 ORANG
5. RUPAM : 18 ORANG
6. GIATJA : 5 ORANG
7. DETASER : 1 ORANG
V. JENIS KELAMIN
1. LAKI-LAKI : 58 ORANG
2. PEREMPUAN : 23 ORANG
VI. AGAMA
1. ISLAM : 36 ORANG
2. KRISTEN : 45 ORANG
4.4. Gambaran Fisik dan Fasilitas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Tanjung Gusta Medan
Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan terletak di
jalan Pemasyarakatan kelurahan Tanjung Gusta kecamatan Medan Helvetia,
dibangun tepat di depan Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II-A Tanjung Gusta
2850 m². Secara umum bangunan Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung
Gusta Medan dikelompokkan menjadi 3 fungsi:
(1) bangunan yang digunakan untuk kegiatan perkantoran;
(2) bangunan yang digunakan untuk hunian warga binaan pemasyarakatan;
(3) bangunan yang digunakan untuk kegiatan pembinaan bagi warga binaan
pemasyarakatan. Adapun fasilitas dan bangunan yang ada di dalam Lapas
Anak Medan adalah:
1. Ruang untuk kantor (KaLapas, Kepegawaian, Registrasi, Bimpas, Tata
Usaha, Keuangan, Kesatuan Pengaman Lembaga Pemasyarakatan (KPLP),
Klinik.
2. Ruang untuk pembinaan ( Ruang kelas kejar paket A,B,C; Ruang Doa;
Gudang; Audio musik;R. Staff pembinaan;Gereja; Mesjid;Cetiya Ananda
(ruang ibadah untuk agama Hindu dan Budha); Dapur; Ruang bimbingan
kerja; Ruang keterampilan;Perpustakaan;Ruang Keterampilan; Aula serba
guna; Kantin,2 buah Bak penampungan air untuk anak pidana, Lapangan olah
raga (bola kaki, volly); tenis meja; dll.
3. Ruang untuk hunian terdiri dari 4 Blok yaitu :
a. Blok A terdiri dari 6 kamar digunakan untuk anak pidana yang mengidap
penyakit tertentu dan harus dipisahkan.
b. Blok B terdiri dari 17 kamar
c. Blok C terdiri dari 12 kamar, 2 diantaranya digunakan untuk kamar isolasi
(kamar kereng) bagi anak pidana yang mendapatkan hukuman disiplin.
d. Blok D terdiri dari 15 kamar, 4 diantaranya digunakan sebagai kamar bagi
anak pidana yang masih menjalani masa Mapnaling (masa pengenalan
Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan juga memiliki
tempat mencuci pakaian di luar kamar hunian untuk Warga Binaan namun
masih dalam pembangunan dan hampir selesai. Tujuan pembangunan tempat
mencuci pakaian yang berada di luar kamar agar para Warga Binaan lebih
leluasa mencuci pakaiannya.
4.5 Jumlah Penghuni Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan
Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan adalah
Lembaga pembinaan khusus bagi anak yang bermasalah dengan hukum. Berdasarkan
data yang diperoleh oleh penulis pada Mei 2015 diketahui bahwa Lembaga
Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan dihuni oleh 457 orang anak
BAB V ANALISIS DATA
5.1. Pengantar
Melalui wawancara dan observasi, peneliti berhasil mengumpulkan data
mengenai peran Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam pembinaan narapidana
anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan.
Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:
1. Penelitian dilakukan atau diawali dengan melakukan observasi ke lokasi
penelitian. Adapun lokasi yang telah diobservasi peneliti adalah Lembaga
Pembinaan Khusu Anak Klas I Tanjung Gusta Medan.
2. Melakukan wawancara mendalam dengan 3 orang petugas LPKA, 5 orang
Narapidana anak dan 2 orang tamping mengenai peran Lembaga Pembinaan
Khusus Anak dalam pembinaan narapidana anak di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan.
Hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan diperoleh berbagai data.
Untuk melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka penulis mencoba
menguraikan petikan wawancara dengan informan serta narasi penulis tentang
data-data tersebut, diteliti, ditelaah, maka selanjutnya adalah mengadakan kategorisasi
perbandingan-perbandingan sebelum akhirnya menarik kesimpulan.
. Informan yang menjadi sumber data penelitian ini adalah 3 orang informan
kunci, 5 orang informan utama, dan 2 orang informan tambahan. Lokasi dari
Lembaga Pembinaan Khusus Anak ini terletak di Jalan Pemasyarakatan Tanjug
5.2. Hasil Temuan
5.2.1. Informan Kunci 1
1. Nama : Sahduriman, Amd. IP. S.Sos, Msi
2. Umur : 43 Tahun
3. Pendidikan : S2
4. Jenis Kelamin : Laki-Laki
5. Agama : Islam
6. Suku : Jawa
Sahudirman merupakan kasi binadik di Lembaga Pembinaan Khusus Anak
Klas I Tanjung Gusta yang mengetahui berbagai informasi tentang pembinaan yang
ada. Peneliti menjumpai pak Sahudirman untuk wawancara saat itu sedang di adakan
acara pembagian hadiah bagi narapidana anak yang menang atas perlombaan yang
diadakan di LPKA karena menyambut hari Pemasyarakatan Indonesia, kegiatan ini
juga merupakan salah satu program pembinaan disini yaitu kegiatan rekreasi. Berikut
penuturrannya:
“Karena menyambut hari Pemasyarakatan Indonesia jadi disini di adakan
berbagai kegiatan perlombaan dek mulai dari LPKA idol, kebersihan kamar,
futsal dan banyak lagi lah dek inilah sekarang puncak acaranya sekalian
pemberian hadiah bagi yang menang perlombaan. Ini dilakukan juga buat
anak-anak disini kan agar mereka ga bosan juga mereka kan juga butuh
hiburan jadi ya biasanya setiap hari besar lah diadakan acara seperti ini.’’
Sahudirman juga menjelaskan berbagai pembinaan yang ada di LPKA,
pembinaan yang ada di LPKA terbagi dua yaitu pembinaan kepribadian dan
keagamaan, pendidikan umum, dan kepramukaan. Pendidikan keagamaan biasanya
dilakukan didalam lingkungan LPKA dimana mempunyai satu masjid dan satu
ruangan ibadah untuk napi anak yang beragama kristen, pembina agama islam
berasal dari pihak dalam dan luar LPKA serta melibatkan berbagai warga binaan
yang ada di LPKA yang dianggap sudah benar-benar mengetahui/mendalami agama
islam, Sedangkan pembina dari luar yaitu hasil kerjasama dengan Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara. Sedangkan untuk yang beragama kristen diadakan kebaktian
setiap hari rabu, kamis dan minggu. Berikut penuturannya Sahudirman:
“Pembinaan keagamaan biasanya dilakukan hampir setiap hari yaitu
melibatkan pihak dalam dan luar LPKA ,biasanya pihak dalam yaitu para
petugas disini sedangkan pihak luar hasil kerja sama dengan
penyuluh-penyuluh agama dari luar sebagai pembicaranya.”
Menurut Sahudirman Pembinaan keagamaan di LPKA Tanjung Gusta sudah
cukup baik, ini dibuktikan dengan sudah ada jadwal pembinaan yang teratur.
Pembinaan ini bertujuan agar narapidana anak memperoleh pengetahuan lebih
banyak tentang agama dan dapat sebagai penyejuk jiwa bagi narapidana anak serta
diharapkan setelah memperoleh pembinaan ini narapidana akan bertaubat dan tidak
akan kembali melakukan tindak kejahatan.
Sahudirman juga mengatakan bahwa pendidikan umum disini juga sudah
cukup baik dimana bekerja sama dengan MTSN dan PKBM PUSPA dengan
diadakannya ujian paket A,B dan C setiap tahunnya. Di mana kegiatan MTSN
diadakan setiap hari sabtu pagi. Menurutnya anak yang dibina juga butuh sekolah
agar setelah keluar dari LPKA ini dapat menjadi orang yang sukses berguna bagi
bangsa dan negaranya. namun tidak ada paksaan dalam pembinaan ini tapi di
“Baru aja bulan 4 kemarin diadakan ujian paket C yang di ikuti oleh 13 anak
binaan di sini dan 2 anak binaan yang sudah bebas dan mungkin bulan 5 ini
akan diadakan lagi ujian paket B”
Sahudirman juga menjelaskan bahawa pembinaan keterampilan disini juga
bermacam-macam mulai dari pertanian, bercocok tanam, pembuatan kapal-kapalan,
menjahit, las, membuat bunga, dan membuat sabun cuci piring. Pembinaan ini tidak
dipaksakan bagi siapa yang mempunyai bakat boleh ikut dalam pembinaan
keterampilan yang mereka minati. Berikut penuturannya:
“Pembinaan keterampilan rutin dilakukan setiap hari dek , itu biasanya
dilatih sendiri oleh petugas yang ada disini hasilnya juga nanti bisa dijual
antara sesama anak binaan disini dan petugas yang ada di LPKA, saya
berharap dengan adanya pembinaan keterampilan ini setelah keluar dari sini
dapat mengembangkan ketrampilan yang telah diperoleh ketika sudah keluar
dari LPKA. Dengan kata lain ketrampilan yang diikuti selama di LPKA dapat
dijadikan sebagai mata pencaharian agar tidak berbuat kejahatan lagi.”
Peneliti juga menanyakan bagaimana pendekatan yang dilakukan agar napi
anak di sini merasa nyaman mengikuti pembinaan yang ada di LPKA. Sahudirman
menjelaskan bahwa pendeketan yang dilakukan petugas disini dengan interaksi
langsung yang sifatnya kekeluargaan, Petugas LPKA memahami keadaan narapidana
anak yang terenggut kebebasannya dari masyarakat. Sebab narapidana anak masuk
ke LPKA dengan kasus yang berbeda dan memiliki latar belakang yang berbeda
pula. Petugas LPKA dalam membina narapidana anak dengan interaksi langsung
yang sifatnya kekeluargaan agar narapidana anak merasa tidak diasingkan dan
narapidana anak dapat menerima pembinaan yang diberikan. Berikut penuturan
“Pendekatanya ya secara kekeluargaan gitu dek, dari hati ke hatilah, kita
anggap aja anak sendiri, kan biasanya anak-anak susah untuk terbuka apalagi
dengan keadaan mereka yang seperti sekarang, kita anggap mereka sebagai
teman aja agar mereka mau terbuka mengeluarkan keluh kesahnya dan agar
tau karakter masing-masing dari mereka secara mendalam lagi.”
Sahudirman juga menjelaskan ada beberapa tahapan-tahapan dalam melakukan
pembinaan narapidana anak disini, Tahap pertama setiap anak yang masuk di
Lembaga Pembinaan khusus anak dilakukan penelitian untuk mengetahui segala hal
ikhwal perihal dirinya termasuk sebab-sebab ia melakukan pelanggaran dan segala
keterangan mengenai dirinya yang dapat diperoleh dari keluarga, atasannya, teman,
si korban dari perbuatannya serta dari petugas instansi lain yang telah menangani
perkaranya. Berikut penuturannya:
“Pembinaan awal yang didahului dengan masa pengamatan, penelitian, dan
pengenalan lingkungan sejak diterima sampai sekurangkurangnya 1/3 dari
masa pidana yang sesungguhnya.”
Pada tahap ini narapidana yang baru masuk akan memperoleh pembinaan awal
berupa pengenalan lingkungan. Selain itu, tahap ini merupakan tahap yang
diharapkan mampu mengarahkan narapidana anak dalam memilih pembinaan yang
diminati.
Tahap kedua, jika proses pembinaan terhadap narapidana anak yang
bersangkutan telah berlangsung sepertiga ( 1/3 ) dari masa pidananya dan menurut
pendapat petugas LPKA sudah dicapai cukup kemajuan, antara lain menunjukkan
keinsyafan, perbaikan, disiplin dan patuh pada tata tertib yang berlaku di LPKA
ditempatkan di Lingkungan LPKA dengan Medium Security. Berikut penuturan
Sahudirman:
“Pembinaan tahap kedua merupakan lanjutan pembinaan di atas 1/3 sampai
sekurang-kurangnya ½ dari masa pidana yang sebenarnya, dalam 48 kurun
waktu tersebut narapidana anak menunjukkan sikap dan perilakunya atas
hasil pengamatan petugas”
Tahap ketiga, jika proses pembinaan terhadap narapidana telah dijalani
setengah ( ½ ) dari masa pidana yang sebenarnya dan menurut petugas LPKA telah
dicapai cukup kemajuan-kemajuan, baik secara fisik maupun mental dan segi
ketrampilannya maka wadah proses pembinaannya diperluas dengan
diperbolehkannya mengadakan asimilasi dengan masyarakat luar dan dalam
pelaksanaannya tetap berada di bawah pengawasan dan bimbingan petugas LPKA.
Berikut penuturan Sahudirman:
“Tapi kegiatan asimilasi di LPKA ini hanya sebatas asimilasi ke dalam saja
dek, mengingat jika kita memberikan asimilasi keluar resikonya cukup besar
kita takut jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti anak binaan
kabur contohnya.”
Tahap keempat, jika proses pembinaannya telah dijalani dua pertiga ( 2/3 ) dari
masa 49 pidananya atau sekrang-kurangnya 9 ( sembilan ) bulan, maka kepada
narapidana yang bersangkutan dapat diberikan lepas bersyarat dan pengusulan lepas
bersyarat. Dalam tahap keempat atau terakhir ini, narapidana akan ditempatkan
sebagai tamping atau tenaga yang ditunjuk LPKA untuk bekerja sebagai pembantu
petugas seperti sebagai tamping parkir, tamping dapur dan lain-lainnya. Selain itu,
dalam tahap ini juga narapidana mendapat PB atau pembebasan bersyarat jika
“Merupakan pembinaan lanjutan di atas 2/3 sampai selesai masa pidananya dan
jika dinilai sudah siap dikembalikan ke masyarakat maka narapidana dapat
diusulkan untuk mendapatkan pembebasan bersyarat (PB) dan cuti menjelang bebas
(CMB).”
Sahudirman juga menjelaskan mayoritas narapidana disini terlibat kasus
narkoba lalu setelah nya pencurian, pencurian dengan kekerasan dan yang terakhir
perlindungan anak. Dengan kasus yang berbeda-beda itu dalam melaksanakan
pembinaan tidak ada pembedaan diantara para narapidan anak dengan kasus berat
ataupun kasus ringan, pengawasan juga sama tidak di beda-bedakan tapi karena
jumlah narapidana disini sudah over kapasitas dan juga kurangnya petugas yang
mengawasi maka dibantu oleh tamping-tamping yang ada di LPKA. Berikut
penuturannya:
“Kalo pembedaan dalam pembinaan sih tidak ada, semua narapidana anak
disini boleh ikut semua pembinaan yang ada, namun tetap di awasi oleh
petugas dan di bantu oleh para tamping-tamping yang ada disini, soalnya kan
jumlah narapidana disini sudah melebihi kapasitas dan petugasnya juga masih
kurang.”
5.2.2. Informan Kunci 2
1. Nama : Leonardo Pandjaitan
2. Umur : 35 Tahun
3. Pendidikan : S1
4. Jenis Kelamin : Laki-Laki
5. Agama : Kristen
Leonardo Pandjaitan merupakan kasubsie bimbingan kemasyarakatan di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta. Pertama kali peneliti
menjumpai Leonardo Pandjaitan saat itu sedang diadakan perlombaan LPKA Idol
dimana peneliti di izinkan untuk melihat acara tersebut. Kegiatan seperti LPKA idol
ini rutin di adakan setiap tahunnya untuk menyambut hari-hari besar seperti hari
pemasyarakatan, 17 Agustus dan hari besar lainnya. Lembaga Pembinaan Khusus
Anak juga mempunyai band yang anggotanya terdiri dari anak binaan LPKA.
Berikut Penuturan Leonardo Pandjaitan:
“Anak-anak di sini seperti yang kita liat mereka ternyata memang punya bakat
dengan adanya LPKA Idol kami jadi tau anak-anak di sini ternyata suaranya
bagus-bagus, bulan lalu LPKA Band sempat tampil di MICC, terus mereka
dapet piala. Coba aja adek liat youtube ada itu videonya, ya kami di sini
ikut senang dengan adanya event-event seperti itu jadi membuat mereka
termotivasi lagi untuk berkarya biar mereka juga ga bosan kan.”
Sebelum peneliti menjumpai Leonardo Pandjaitan di tempat diadakannya
acara LPKA Idol, peneliti sempat melewati kamar-kamar dari anak-anak yang dibina
di LPKA peneliti melihat beberapa narapidana berjemur di bawah matahari, peneliti
sempat bertanya-tanya apa yang sedang mereka lakukan dan bertanya kepada
Leonardo Pandjaitan saat melakukan wawancara. Berikut penuturan Leonardo
Panjaitan:
“Mereka begitu agar terhindar dari penyakit kulit dek, soalnya kapasitas
narapidana di sini udah melebihi jumlah yang seharusnya, jadi setiap kamar
itu ya tidur sempit-sempitan kan, belum lagi laki-laki kan biasanya males
makanya mereka berjemur gitu, ya harus kita arahkan juga agar mau
menjaga kesehatan dan kebersihan kamar masing-masing.”
Leonardo Pandjaitan juga menjelaskan berapa kapasitas LPKA untuk
menampung narapidana anak. Seharusnya LPKA hanya bisa menampung 250 anak
menjadi 457 anak itu disebabkan karena narapidana anak dan narapidana remaja
atau bisa disebut juga pemuda digabung di satu LPKA ini. Leonardo Pandjaitan
menjelaskan digabungkannya narapidana anak dan narapidana remaja itu disebabkan
karena belum adanya lembaga pembinaan khusus untuk remaja di Medan ini. Berikut
penuturannya:
“Ya mau bagaimana lagi dek, kenapa jadi over kapasitas begini karena
belum adanya lembaga pembinaan khusus buat remaja di Medan, jadi di
gabung di sini, paling di sini narapidana anak nya hanya sekitar 70 orang
sangat besar kan perbandingannya daripada narapidana remaja, dengan
jumlah kamar yang hanya 50 an.”
Peneliti juga sempat bertanya bagaimana kalau anak-anak di sini sakit,
Leonardo Pandjaitan mengatakan bahwa anak-anak di LPKA apabila sakit dan
mempunyai BPJS itu bisa langsung di bawa kerumah sakit, LPKA bekerja sama
dengan rumah sakit Bina Kasih, tapi tidak semua anak di LPKA mempunyai BPJS
karena banyak dari narapidana anak di LPKA berasal dari luar Medan. Berikut
penuturan Leonardo Pandjaitan:
“Ya kalau sakit parah anak di sini yang mempunyai BPJS bisa dibawa ke
rumah sakit, kalau sakit ringan bisa dibawa ke klinik LPKA, di sini kita juga
punya klinik kok. Tapi menurut saya sih BPJS merugikan daripada ASKES,
kalau BPJS ngurusnya kan ribet soalnaya anak di sini ga semua berasal dari
seadanya di klinik. Dana yang diberikan pemerintah buat kesehatan anak di
LPKA juga sangat minim pertahunnya hanya Rp. 2.500 jadi setiap anak yang
sakit hanya di berikan obat yang sama.”
Selanjutnya peneliti menanyakan bagaimana pendekatan-pendekatan awal
yang dilakukan kepada anak binaan di LPKA agar mereka tertarik atau merasa
nyaman mengikuti pembinaan ya ada. Leonardo pandjaitan mengatakan kepada
penliti bahwa pendekatan yang dilakukan kepada anak-anak harus lebih lembut
karena anak-anak biasanya susah untuk terbuka kepada orang lain apalagi dengan
masalah yang mereka hadapi, jadi leonardo pandjaitan berusaha berbaur dengan
mereka bukan sebagai petugas LPKA tetapi sebagai keluarga atau teman yang bisa
menjadi tempat keluh-kesah para anak binaan di LPKA. Berikut penuturannya:
“Ya kita dekati mereka bukan sebagai petugas dek, sebagai teman aja biar
meraka mau terbuka dengan masalah-masalahnya, di sini juga banyak anak
hilang dek, maksudnya anak yang ga punya orang tua lagi, jadi kami di sini
berperan juga sebagai orang tua mereka, mendengar curhatan dan keluh k
esah mereka baru setelah itu kami kasi solusi untuk mereka.”
Leonardo Pandjaitan juga menjelaskan metode-metode pelakasanaan
pembinaan, Ia menjelaskan yang pertama yaitu harus memahami keadaan narapidana
anak, mengenali karakter masing-masing dari anak tersebut agar mereka merasa
tidak diasingkan dan mau mengikuti pembinaan di LPKA, selanjutnya petugas di
LPKA juga berusaha merubah tingkah laku mereka melalui keteladanan dan
memperlakukan adil diantara sesama mereka sehingga menggugah hatinya untuk
melakukan hal-hal yang terpuji, menempatkan narapidana anak sebagai manusia
yang memiliki potensi dan memiliki harga diri dengan hak-hak dan kewajibannya
yang lebih baik lagi setelah bebas dari LPKA. Petugas tidak membeda-bedakan
narapidana satu dengan yang lainnya agar tidak terjadi kesenjangan diantara
narapidana. Berikut penuturan Leonardo Pandjaitan:
“Kami di sini tidak membeda-bedakan antara narapidana anak satu dengan
yang lainnya semua mendapat pembinaan yang sama, kan tujuannya juga
sama mereka dibina untuk merubah tingkah lakunya menjadi lebih baik
lagi setelah keluar dari LPKA dan agar tidak mengulangi kesalahan yang
sama.”
Kegiatan-kegiatan pembinaan untuk anak binaan di LPKA menurut Leonardo
Pandjaitan sudah cukup bagus dengan ada nya LPKA Idol, Pokjaluh atau
Penyuluhan agama, Band, Pramuka, MTSN, Football Plus dan
penyuluhan-penyuluhan dari LSM-LSM seperti charitas, LRPPN Narkoba serta pelatihan
keterampilan bagi narapidana anak yang berminat. Berikut penuturan Leonardo
Pandjaitan:
“Udah cukup baik kok menurut saya pembinaan di LPKA, saya juga sangat
senang dengan ada nya teman-teman dari LSM-LSM yang membantu kami,
berperan dalam memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang agama atau pun
bahaya dari narkoba, serta memberikan konseling, dan memberikan motivasi
pada anak bianaan di sini. Pembicara nya juga memang orang-orang hebat
yang di datangkan untuk memberikan penyuluhan. Football Plus nya juga
bagus biasanya setiap hari senin dan kami pelatihnya datang buat latihan, jadi
siapa yang berbakat bermain bola bisa di masukkan ke PSMS Junior. Kalau
untuk pendidikan kami berkerja sama dengan MTSN dan PKBM Puspa dengan
mengadakan ujian paket A,B, dan C, bulan kemaren baru aja diadakan ujian
Peneliti juga menanyakan apa saja yang menjadi faktor pendukung dan
hambatan-hambatan apa saja dalam melaksankan pembinaan di LPKA. Leonardo
Pandjaitan menjelaskan salah satu faktor pendukung berasal LSM-LSM yang mau
bekerja sama dengan LPKA, sedangkan hambatan-hambatan dalam melaksanaan
pembinaan Leonardo Pandjaitan mengatakan antara lain kurangnya sarana prasarana,
jumlah narapidana yang melebihi daya tampung, sumber daya manusia serta kurang
nya dukungan orang tua terhadap anak yang dibina di LPKA. Berikut penuturan
Leonardo Pandjaitan:
“Kalau faktor pendukung dari LSM-LSM, saya harap makain banyak lagi
LSM-LSM yang mau membantu dalam membina anak di sini. Kalau hambatan
sendiri ya itu dek sarana prasarana yang kurang, terus jumlah narapidana
yang terlalu banyak tidak sesuai dengan daya tampung LPKA, serta kurang
nya sumber daya manusia, bayangkan aja di sini petugas yang menangani
pembinaan hanya 4 orang dengan anak binaan yang berjumlah 457 anak,
makanya ini kami juga di bantu dengan dengan tamping-tamping yang ada,
terus dukungan orang tua juga sangat kurang.”
Sebelum mengakhiri wawancara Leonardo Pandjaitan juga memberikan
harapan kedepannya bagi anak yang telah mengikut pembinaan di LPKA. Ia
berharap semoga dengan di berikannya pembinaan bagi narapidana anak di LPKA,
mereka dapat merubah tingkah lakunya menjadi lebih baik, agar setelah keluar dari
LPKA tidak melakukan keselahan yang sama lagi dan dapat hidup dengan
5.2.3. Informan Kunci 3
1. Nama : Andre Silalahi Amd. IP. SH
2. Umur : 26 Tahun
3. Pendidikan : S1
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Agama : Kristen
6. Suku : Batak
Andre Silalahi merupakan staf petugas bimbingan kemasyarakatan yang turut
serta dalam membina narapidana anak di LPKA, sebelumnya Andre Silalahi juga
pernah bertugas di LAPAS dewasa di luar Medan. Saat peneliti pertama kali
menjumpai Andre Silalahi untuk melakukan wawancara peneliti di bawa ke ruangan
tempat wawancara yang berada tak jauh dari kamar-kamar para narapidana anak di
LPKA. Andre Silalahi juga sempat memperkenalkan peneliti ke pada para anak
binaan LPKA yang berada di ruangan tersebut, peneliti sangat terkesan melihat
anak-anak binaan LPKA yang sangat baik dan ramah.
Andre Silalahi dengan lancar menjawab semua pertanyaan yang ditanya
peneliti, Ia menjelaksan pembinaan apa saja yang ada di LPKA, pembinaan
keperibadian menurutnya bertujuan agar merubah tingkah laku anak disini dan
menyadari hukuman apa yang dapat di terima oleh mereka, serta menyadari
keselahan mereka. Sedangkan pembinaan keterampilan menurutnya agar anak
binaan di LPKA yang mempunyai bakat keterampilan tahu apa yang harus dilakukan
setelah keluar dari LPKA. Berikut penuturan Andre Silalahi:
“Kalo pembinaan kepribadian kan tujuannya untuk merubah tingkah laku
hukum kan terus ada nya kegiatan-kegiatan hiburan seperti band, sepak bola
gitu agar mereka ga bosan juga biar terhibur, dan kita dapat mengetahui
bakat-bakat mereka di bidang apa terus kita arahkan lah, band LPKA juga
udah pernah tampil di festival-festival gitu seperti kemaren itu di MICC dapet
piala mereka. Sepak bola nya juga sangat bagus, mereka dilatih sama
pelatih dari luar dan siapa anak binaan yang memang benar-benar
mempunyai bakat bermain sepak bola bisa di masukkan ke PSMS Junior.”
Andre Silalahi juga menjelaskan tentang pendidikan bagi anak binaan di
LPKA. Ia mengatakan bahwa LPKA bekerja sama dengan MTSN dan PKBM
PUSPA dimana setiap kamis dan sabtu kegiatan MTSN diadakan serta PKBM
PUSPA yang menyelenggarakan ujian paket A, B, dan C. Andre Silalahi juga
mengatakan pada bulan tiga baru saja di adakan ujian paket C yang di ikuti oleh 13
anak binaan dan 2 anak binaan yang sudah bebas yang sebelumnya sudah terdaftar
mengikuti ujian paket C, dan bulan 5 ini rencanannya juga akan di adakan ujian
paket B. Berikut penuturan Andre Silalahi:
“Untuk pendidikan kami bekerja sama dengan MTSN dan PKMB PUSPA yang
menyelenggarakan ujian paket A,B, dan C dek, ya bagus sekali kan kegiatan
seperti ini walau mereka udah terenggut kebebasannya tapi mereka juga masi
bisa sekolah dan belajar, malah ketika mereka berada di luar banyak dari
mereka yang sudah tidak bersekolah lagi tapi setelah di bina di sini
keluar-keluar sudah dapat ijazah, ya maksudnya ga menyarankan juga untuk buat
kesalahan agar masuk ke sini.”
Selanjutnya peneliti menanyakan bagaimana pendekatan awal yang dilakukan
terhadap narapidana anak di sini, Andre Silalahi menejelaskan bahwa pendekatan
membuat sesuatu yang menyenangkan kepada narapidana anak di sini agar mereka
merasa nyaman dan mau mengikuti pembinaan yang ada. Andre Silalahi juga
mengatakan bahwa metode pembinaan yang dilakukan yaitu pembinaan dilakukan
secara terus menurus, dan sistematis. Menurut Andre Silalahi pembinaan yang
dilakukan LPKA sudah terencana dengan baik, setiap pembinaan dilakukan terus
menerus sampai narapidana anak menguasai pembinaan yang diberikan. Setelah
narapidana anak sudah menguasai pembinaan yang ada maka di arahkan untuk
mengajari narapidan anak lain yang masi baru mengikuti pembinaan dengan di
dampingi petugas. Berikut Penuturan Andre Silalahi:
“Awalnya pendekatan yang dilakukan ya kita mengajak mereka mengikuti
pembinaan, mengenalkan pembinaan apa saja yang ada di LPKA, melihat
bakat apa yang dimiliki anak, lalu ya itu dek menempatkan dan mengarahkan
mereka untuk mengikuti kegiatan yang sesuai dengan bakatnya. Kalau metode
ya itu pembinaan di sini dilakukan secara terus menerus dan sistemati.
Hampir setiap hari ada saja kegiatan yang di lakukan di LPKA ini, entah itu
band, sepak bola, pramuka, penyuluhan agama dengan mendatangankan
pembicara dari luar, penyuluhan-penyuluhan tetang kesehatan atau
penyakit menular yang biasanya dibawakan oleh LSM seperti Caritas
atau LRPPN Narkoba, itu bisa adek lihat di papan jadwal-jadwal kegiatan di
sini, kalau untuk keterampilan kita punya banyak kegiatan seperti pertanian,
perbengkelan, pertukangan ataupun pembuatan sabun dan sendal.”
Andre Silalahi menjelaskan tentang kamar-kamar yang berada di LPKA, ia
mengatakan kamar-kamar yang berada di LPKA berjumlah 52 kamar, 50 kamar
untuk tempat beristirahat para narapidana anak serta 2 kamar lagi dijadikan klinik.
kamar besar setidaknya di isi oleh 15 anak, kamar kecil di isi oleh sektiar 6-7 orang
anak. Berikut penuturan Andre Silalahi:
“Kalau kamar setidaknya ada 52 kamar dek, 2 kamar dijadikan sebagai klinik.
tipe kamarnya ada dua besar dan kecil itu pun mereka masi tidur
sempit-sempitan karena jumlah daya tampung narapidana yang sudah melebihi
kapasitas.”
Selanjutnya Andre Silalahi juga menjelaskan tentang jadwal kunjungan untuk
narapidana anak di LPKA, Ia mengatakan keluarga boleh menjenguk kapan saja
pada jam-jam kerja LPKA, bagi keluarga juga diperbolehkan untuk memberi uang
atau makanan kepada narapidana anak di LPKA. Ruangan untuk menjenguk juga
sudah di sediakan di dalam LPKA. Di LPKA juga di sediakan telepon umum untuk
menelpon keluarga mereka. Berikut penuturan Andre Silalahi:
“Kalau keluarga sudah di sediakan kok jam-jam besuk nya juga ruangannya,
memberikan makanan atau uang juga tidak di larang, karena di dalam sini
juga ada kedai atau warung-warung gitu yang menjual makanan atau cemilan
dek, kalau mereka kangen sama keluarga juga bisa pakai telpon umum yang
tersedia, walaupun harus mengantri dan bergantian dengan anak yang lain.”
Masalah pengawasan kepada narapidana anak yang melakukan pembinaan
menurut Andre Silalahi harus ada, tapi tidak membeda bedakan antara anak dengan
kasus berat maupun ringan semua di awasi secara sama, tetapi dengan banyaknya
narapidana di LPKA pengawasan terhadap narapidana anak juga di bantu oleh
tamping-tamping yang sudah di percaya petugas. Berikut penuturan Andre Silalahi:
“Kalau pengawasan ya harus ada tapi kalau khusus tidak ada, kami
mengawasi napi secara sama rata tidak membeda-bedakan narapidana anak
yang menangani pembinaan sedangkan anak yang dibina 457 anak kami juga
di bantulah dek sama tamping-tamping untuk di megarahkan mereka.”
Peneliti juga menayakan apa yang menjadi hambatan-hambatan dalam
melaksanakan pembinaan di LPKA, Andre Silalahi menjelaskan bahwa
hambatan-hambatannya adalah kurangnya Sumber Daya Manusia atau jumlah petugas, sarana
prasarana, serta daya tampung narapidana yang sudah melebihi batas. Berikut
penuturan Andre Silalahi:
“Kalau hambatan dalam melaksankan pimbinaan yang pertama itu kurang
nya petugas, sarana prasana juga kurang memadai, terus dengan banyaknya
narapidana di sini yang sudah melebihi batas daya tampung kami agak
kesulitan juga untuk mengawasi mereka, makanya dengan penambahan SDM
seharusnya sangat penting untuk dilakukan, terus kamar seharusnya juga di
pisahkan antara anak dan remaja biar tidak ada penekanan yang ujung nya
menimbulkan konflik.”
5.2.4. Informan Utama 1
1. Nama : AM
2. Umur : 17 Tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Jenis Kelamin : Laki-Laki
5. Agama : Islam
6. Suku : Melayu
Peneliti pertama kali bertemu demgam informan utama didampingi dan
para narapidana. Informan utama dalam penelitian ini terdiri dari anak binaan dengan
kasus yang berbeda-beda, salah satunya AM dengan kasus perampokan.
AM berada di LPKA baru sekitar dua minggu. Ia mengaku masih sebagai
tahanan polisi, itu membuatnya belum mengetahui mengenai masa hukuman yang
akan didapatnya. karena masih baru AM mengaku sama sekali belum mengikuti
kegiatan ataupun pembinaan di LPKA. Berikut penuturannya:
“Aku di sini karena kasus perampokan kak, ya gitulah kak karena ikut-ikut
kawan ya ujung-ujungnya ke tangkap deh. Aku di sini masih 2 minggu masih
sebagai tahanan polisi belum sidang jadi belum tau keputusan masa
hukumannya kak. Jadi aku juga belum pernah mengikuti kegiatan ataupun
program pembinaan di LPKA ini.”
Peneliti tidak banyak mendapatkan informasi mengenai peran LPKA dalam
pembinaan narapidana anak pada inforaman AM, karena ia masih baru di LPKA jadi
belum paham dan belum mengikuti kegiatan ataupun pembinaan di LPKA.
Peneliti menanyakan bagaimana hubungan AM dengan narapidana yang lain
dan petugas di LPKA. AM mengatakan bahwa hubungannya dengan narapidana
yang lain dan petugas selama berada di LPKA cukup baik. Berikut penuturannya:
“Kalau hubungan dengan napi yang lain sih cukup baik kak, petugasnya juga
baik sangat peduli, kalau gak tahu kami di arahkan oleh mereka.”
Peneliti menanyakan bagaimana dukungan keluarga yang di berikan untuk AM
selama berada di LPKA. Saat keluarga mengetahui AM di tahan polisi karena kasus
perampokan dan di masukkan ke LPKA, awalnya keluarga sangat terkejut dan
kecewa dengan AM, namun keluarga tetap memberikan dukunganya kepada AM.
“Keluarga sih awalnya terkejut dan kecewa saat saya di tahan dan di
masukkan ke LPKA kak, tapi akhirnya kelurga juga tetap mendukung kok kak.
Biasanya hari sabtu kelurga sayang datang untuk menjenguk dengan
membawa makanan atau cemilan.”
Sebelum mengakhiri wawancara peneliti juga menanyakan harapan AM
setelah berada di LPKA, ia mengatakan bahwa harapannya adalah agar bisa cepat
keluar setelah di bina di LPKA, tidak melakukan kesalahan yang sama lagi dan dapat
mengikuti pembinaan dengan baik. Berikut penuturannya:
“Ya harapan aku sih kak agar bisa cepat-cepat keluar aja kak setelah dibina di
LPKA ini semoga juga masa hukuman ku tidak terlalu lama ,dan semoga
setelah aku dibina di sini aku sadar dengan perbuatan yang udah aku lakukan
dan tidak mengulanginya lagi kalau udah keluar dari LPKA ini.”
5.2.5. Informan Utama 2
1. Nama : FJ
2. Umur : 17 Tahun
3. Pendidikan : Tamat SD
4. Jenis Kelamin : Laki-Laki
5. Agama : Islam
6. Suku : Jawa
Peneliti pertama kali bertemu dengan informan FJ didampingi dan diarahkan
oleh petugas menuju ruangan wawancara yang berada di kawasan kamar para
tahun dan memiliki sisa hukuman 1 tahun 9 bulan lagi. FJ berada di LPKA
disebabkan oleh kasus pembunuhan. Berikut penuturannya:
“Aku di sini karena kasus pembunuhann kak. Ceritanya kan kak lagi ada
bentrok sesama teman, jadi aku waktu itu bela kawanku kan kak. Kami
keroyoklah dia kak habis itu kutikam dia sampe mati. Setelah itu kawan-kawan
ku kabur kak, jadilah aku ke tangkap sendiri. Aku dijatuhi hukuman 3 tahun
sekarang aku udah 1 tahun 3 bulan di sini, ya kira-kira 1 tahun 9 bulan lagi
lah kak aku baru keluar, tapi aku juga coba ngajuin PB”
Peneliti menanyakan kegiatan atau program pembinaan apa saja yang ada di
LPKA dan yang diikuti FJ. FJ menjelaskan bahwa ada banyak kegiatan ataupun
program pembinaan di LPKA namun ia hanya mengikuti beberapa kegiatan atau
program pembinaan seperti sekolah, pengajian, dan sepak bola. Berikut
penuturannya:
“Kalau program pembinaannya sih ada banyak kak, kalo yang aku ikuti cuma
sekolah, ngaji dan sepak bola sama keterampilan aku ikut pembuatan sabun
cuci piring sih kak, kalo sekolah itu basanya hari kamis dan sabtu, terus kalo
ngaji hampir setiap hari kak, biasanya yang ngajarin di datangkan dari luar,
kalau sepak bola itu pelatihnya juga di datangkan dari luar kak, siapa yang
berbakat nantinya bisa di masukkan ke PSMS Junior kak, makanya aku sangat
bersemangat dengan kegiatan sepak bola ini, siapa tahu nanti bisa masuk
PSMS Junior. Kalau pembuatan sabun itu kan nanti di ajari sama petugas di
sini kak terus hasil nya di jual kak di lingkungan LPKA ini biasanya sih satu
botol di jual Rp.5000.”
Selanjutnya peneliti menanyakan apa manfaat yang diterima oleh FJ selama
pembinaan di LPKA setidaknya membuat nya sadar akan kesalahannya serta tidak
ingin mengulangi kesalahan yang sama lagi. Berikut penuturannya:
“Menurutku sih kak manfaat nya banyak kak setelah aku dibina di sini, aku
jadi sadar dengan kesalahanku, terus dengan mengikuti pendidikan
keagamaan membuatku lebih rajin lagi beribadah serta membuat ku jadi lebih
bisa mengontrol emosi apabila berhadapan dengan orang banyak. Setelah aku
ikut kegiatan ataupun program pembinaan MTSN aku jadi bisa sekolah lagi
kak, soalnya aku kan cuma tamat SD sebelum masuk ke LPKA ini. Kata
tamping kan kan nnti kita bisa di ikutkan ujian paket B, terus karena aku hobi
bermain sepak bola jadi aku sangat senang dengan adanya kegiatan sepak
bola biar ga bosan dan membuat fisik sehat juga kan kak. Terus aku kan ikut
juga sama pembinaan keterampilan pembuatan sabun cuci miring kak, itu
sangat bermanfaat kak siapa tau keluar dari sini aku bisa bikin usaha kan
kak.”
Peneliti menanyakan bagaimana hubungan FJ dengan narapidana yang lain dan
petugas di LPKA. FJ mengatakan bahwa hubungannya dengan narapidana yang lain
dan petugas selama berada di LPKA cukup baik karena tidak pernah terlibat konflik.
Sikap petugas di LPKA juga baik mau mengarahkan dan peduli dengan FJ. Apabila
terjadi konflik antara sesama warga binaan petugas mendamaikan, lalu megasingkan
mereka. Berikut penuturannya:
“Hubunganku di sini baik kak, sama petugas maupun sama kawan yang lain
karena aku ga pernah berkonflik di sini jadi ya baik-baik aja sih kak. Kalau
misalnya ada yang berantam kak dan ketahuan sama petugas mereka
dipisahkan dibawa keruangan petugas untuk di damaikan, habis itu kak
mau membimbing dan mengarahkan kami apabila kami kurang paham dengan
program pembinaan di LPKA.”
FJ merupakan anak bungsu dari 6 besaudara. Orangtuanya bekerja sebagai
tukang becak dan ibunya telah meninggal dunia. Keluarga sudah mengetahui
masalah dan kasus FJ hingga ia masuk di LPKA. Awalnya keluarga sedih dan
kecewa dengan FJ namun keluarga tetap kalau mendukung FJ. Keluarga
mengunjungi FJ setiap 3 minggu sekali dengan membawa keperlusn FJ. Keluarga
juga mengusahakan PB untuk FJ. PB adalah Pembebasan bersyarat atau cuti
menjelang bebas, yaitu proses pembinaan narapidan dan anak pidana diluar lembaga
pemasyarakatan setelah menjalani sekurang-kurangnya 2/3 masa pidananya minimal
9 bulan. Berikut penuturan FJ:
“Kalau Ayah aku kan kak kerjanya tukang becak, mamaku udah meninggal
kak. Aku anak ke 6 kak dari 6 bersaudara, keluarga ku jenguk biasanya 3
minggu sekali kak, kalau jenguk biasanya keluargaku bawa makanan untuk
aku kak. Dari awal keluargaku kan kak udah tahu tentang kasus ku ini yang
aku nikam orang karena kan kak aku berantamnya memang di daerahku kak.
Inilah kak keluargaku lagi ngusahain ngurus PB supaya cepat keluar aku dari
sini kak.”
Peneliti juga menanyakan bagaimana harapan FJ mengenai pembinaan di
LPKA dan harapannya setelah keluar dan dibina di LPKA. FJ megatakan bahwa
harapannya untuk pembinaan di LPKA agar tetap berjalan dengan baik serta makin
banyak lagi LSM-LSM yang mau bekerja sama. Mengenai harapan FJ setelah keluar
dari LPKA, ia berharap agar dapat kembali bersekolah dan dapat beraktivitas
“Harapan aku kan kak kalau untuk pembinaan di LPKA ini supaya kegiatan
atau program pembinaannya berjalan dengan lebih baik lagi, terus makin
banyak lagi kak yang mau bekerja sama dengan LPKA, kaya LSM-LSM gitu
kak jadi lebih banyak lagi kegiatan di sini. Kalau harapan aku setelah keluar
dari sini kak supaya aku nanti bisa lanjut sekolah, terus biar aku dapat di
terima lagi sama lingkungan sekitarku.”
5.2.6. Informan Utama 3
1. Nama : MI
2. Umur : 19 Tahun
3. Pendidikan : Tamat SMP
4. Jenis Kelamin : Laki-Laki
5. Agama : Islam
6. Suku : Melayu
Peneliti pertama kali bertemu dengan informan MI didampingi dan diarahkan
oleh petugas menuju ruangan wawancara yang berada di kawasan kamar para
narapidana. MI sudah berada di LPKA sekitar 3 tahun 4 bulan dengan masa tahanan
5 tahun 1 bulan dan memiliki sisa hukuman 1 tahun 7 bulan lagi. MI berada di
LPKA disebabkan oleh kasus narkoba. Berikut penuturannya:
“Awal aku masuk sini itu karena inilah kak tergiur sama obat-obatan yang
buat candu ini kak, waktu itu kan kak aku lagi mau ambil barang yang udah
aku pesan sama bandarnya, kemaren itu kami janjian di warung dekat
pengkolan rumah. Kondisinya aku ambil barang tunggu orang di rumahku
aku mulai diam-diam keluar rumah buat ketemuan sama kurir yang
sebelumnya udah nunggu aku di warung pengkolan dekat rumah. Aku keluar
rumah harus diam-diam kali kak, soalnya taulah kakak kalo aku ketauan bisa
bahaya nanti kak soalnya kan orang rumah gatau kalo aku make. Soalnya
sempat mereka tau aku make barang haram kaya gini bisa dihabisin aku ka
sama mamaku, bahkan bisa-bisa diusir kali. Nah pas aku udah selesai
transaksi sialnya hari itu tau-tau aku udah di ikuti sama intel. Apeslah kak aku
ga ada mikir apa-apa, aku pikir yaelah palingan kaya biasanya ga bakal
ketauan,transaksi berjalan kaya biasanya aja gitu ga bakal ketauan. Eh pas
aku baru siap nerima barang pas mau bayar eh pas pula bisa ketauan. Aku
pikir itu orang biasa mau beli makanan di warung pengkolan rumah. Tiba-tiba
aja kejadiannya kak, tangan aku ditarik kebelakang sama juga digituin ke
kurirnya, tangan kami berdua diborgol terus dibawa ke kantor polisi. Gitulah
kak ceritanya kena hukuman 5 tahun lah aku jadinya kak.”
Dengan kasus yang di alami MI, peneliti sempat menanyakan apakah MI
pernah rehab sebelumnya atau tidak. MI mengatakan sebelum masuk dan dibina di
LPKA ia mengaku bahwa belum pernah di rahabilitasi sama sekali dan MI mengaku
memang baru pertama kali masuk ke LPKA. Berikut penuturan MI:
“Awalnya sih aku cuma coba-coba aja kak, makin lama makin kesini aku jadi
terbiasa make shabu, tapi aku ga pala sering kali aku make kak. Aku palingan
make kalo lagi banyak pikiran, itupun aku makenya ngumpet-ngumpet di
kamar. Ini dialah kak, kalo soal rehab aku belom pernah sama sekali, ya ini
baru pertama kalilah ngerasain ditangkap kaya gini. Seumur-umur ga pernah