• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam Pembinaan Narapidana Anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam Pembinaan Narapidana Anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan."

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

Pedoman Wawancara

Peran Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam Pembinaan Narapidana Anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan.

A. Karakteristik Identitas Informan

1. INFORMAN KUNCI (Kepala Seksi Pembinaan dan Petugas Lembaga Pembinaan Khusus Anak)

Identitas Informan

a. Nama :

b. Umur :

c. Pendidikan :

d. Jenis kelamin :

e. Agama :

f. Suku :

B. Asesmen

1. Bagaimana pendekatan yang dilakukan kepada anak binaan agar mereka

merasa nyaman mengikuti pembinaan?

2. Apakah semua anak binaan mendapatkan pembinaan yang sama?

3. Bagaimana metode pelaksanaan pembinaan di lembaga pembinaan khusus

anak?

4. Bagaimana tahapan-tahapan pembinaan di lembaga pembinaan khusus anak?

5. Pembinaan keterampilan apa saja yang ada di lembaga pembinaan khusus

(2)

6. Apakah ada pengawasan khusus bagi anak binaan yang mengikuti

pembinaan? misalanya terhadap anak binaan kasus berat atau ringan?

7. Apakah keuntungan yang didapat anak binaan dari pembinaan di lembaga

pembinaan khusus anak?

8. Apakah ada faktor pendukung dalam melaksanakan pembinaan bagi anak

binaan?

9. Apa saja hambatan-hambatan dalam melaksanankan pembinaan bagi anak

binaa di lembaga pembinaan khusus anak?

10. Apakah menurut Ibu/Bapak pembinaan di lembaga pembinaan khusus anak

ini sudah cukup baik?

11.Bagaimana harapan Ibu/Bapak terhadap anak binaan setelah mengikuti

pembinaan di lembaga pembinaan khusus anak?

A. Karakteristik Identitas Informan

2. INFORMAN UTAMA (Narapidan Anak) Identitas Informan

a. Nama :

b. Umur :

c. Pendidikan :

d. Jenis kelamin :

e. Agama :

f. Suku :

B. Asesmen

1. Apa yang menyebabkan anda sehingga berada di lembaga pembinaan khusus

(3)

2. Sudah berapa lama anda berada di lembaga pembinaan khusus anak?

3. Apakah anda mengetahui pembinaan apa saja yang ada lembaga pembinaan

khusus anak?

4. Apakah anda mengikuti semua pembinaan yang ada lembaga pembinaan

khusus anak?

5. Pembinaan keterampilan apa yang anda ikuti di lembaga pembinaan khusus

anak?

6. Apa manfaat yang ada terima selama mengikuti pembinaan di lembaga

pembinaan khusus anak?

7. Menurut anda bagaimana sikap petugas lembaga pembinaan dalam membina

anak disini?

8. Selama mengikuti pembinaan di lembaga pembinaan khusus anak ini apakah

hubungan adik dengan petugas pembinaan cukup baik?

9. Selama mengikuti pembinaan apakah hubungan anda dengan anak binaan

yang lain cukup baik?

10.Apakah anda pernah berkonflik dengan anak binaan yang lain saat mengikuti

pembinaan?

11.Bagaimana petugas disini mengatasi konflik yang terjadi antar sesama anak

binaan?

12.Selama mengikuti pembinaan di lembaga pembinaan khusus anak ini

perubahan apa yang anda alami?

13.Bagaimana harapan anda untuk pembinaan yang di lembaga pembinaan

khusus anak ini kedepannya?

14.Apakah keluarga anda selalu mendukung anda selama mengikuti pembinaan

(4)

A. Karakteristik Identitas Informan

3. INFORMAN TAMBAHAN (TAMPING) Identitas Informan

a. Nama :

b. Umur :

c. Pendidikan :

d. Jenis kelamin :

e. Agama :

f. Suku :

B. Asesmen

1. Sudah berapa lama anda menjadi tamping di lembaga pembinaan khusus

anak tanjung gusta?

2. Bagaimana anda bisa menjadi tamping di lembaga pembinaan khusus anak

tanjung gusta?

3. Kegiatan apa yang anda lakaukan setelah menajdi tamping?

4. Menurut anda apakah peran lembaga pembinaan khusus anak dalam

pembinaan anak sudah cukup baik?

5. Apakah manfaat yang anda terima setelah mengikuti pembinaan yang ada di

lembaga pembinaan khusus anak ?

6. Apa harapan anda kedepannya untuk pembinaan di lembaga pembinaan

(5)

Dokumentasi Foto

(6)
(7)
(8)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 2002. Sosiologi (skema teori dan terapan). Jakarta : PT. Bumi Aksara

Bagong, Suyanto J. Dwi Narwoko. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Media Group.

Gunawan, Ari H. 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Harsono Hs, C.I. 1995. Sistem Baru Pembinaan Narapidana. Jakarta: Djambatan

Prints, Darwan. 1997. Hukum Anak Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Poernomo, Bambang. 1986. Pelaksanaan Pidana Penjara Dengan Sistem Pemasyarakatan. Yogyakarta: Liberty

Mangunhardjana, AM. 1991. Pembinaan Arti dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius

Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Grafindo Persada

Susilowati, Ima. Pengertian Konvensi Hak Anak. UNICEF untuk Indonesia. Jakarta: PT. Enka Parahiyangan. 2003.

Sarbaguna, Boy. 2008. Analisis Data pada Penelitian Kualitatif. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial, Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Kesehatan. Medan: PT. Grasindo Monoratama.

Suyanto, Bagong dan Sutinah 2005. Metode Penelitian Sosial: Aplikasi dalam praktik. Jakarta: EGC

Volz, Anna. 2009. Advocay Strategies Training Manual: General Comment No. 10: Children’s Rights in Juvenile Justice. Defence for Children International

Sumber lain :

(http://banten.kemenkumham.go.id/2015/08/07/diakses pada tanggal 8 Maret 2016 pukul 00:12)

(http://www.antaranews.com/jumlah-anak-berhadapan-dengan-hukum-meningkat diakses pada tanggal 5 Maret 2016 pukul 20:56)

(9)

(http://hukumham.info/index.php?option=com_content&task=view&id/ diakses pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 22:15)

(http//www.kksp.or.id/ diakses pada tanggal 9 maret 2016)

(e-journal.uajy.ac.id diakses pada tanggal 18 mei 2016)

(http://dbagus.com/ diakses pada tanggal 18 mei 2016)

(http://belajarpsikologi.com/ diakses pada tanggal 18 mei 2016).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1974 Tentang Kesejahteraan Anak

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak

(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan

dengan tujuan menggambarkan dan mendeskripsikan obejek dan fenomena yang

diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel

penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan ada pula produk interaksi yang

berlangsung ( Siagian, 2011 : 52 ).

Penelitian deskriptif bersifat menggambarkan dan menuliskan suatu hal berupa

gambar atau foto yang didapat dari data lapangan dan kemudian menjelaskannya

dengan kata-kata. Pendekatan penelitian ini adalah berupa pendekatan kualitatif,

yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah,

menyusun dalam suatu satuan. Melalui penelitian deskriptif ini, penulis membuat

gambaran kondisi secara menyeluruh tentang Peran Lembaga Pembinaan Khusus

Anak dalam Pembinaan Narapidana Anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak

Klas I Tanjung Gusta Medan.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I yang

berlokasi di Jalan Pemasyarakatan Tanjug Gusta, Medan. Alasan peneliti memilih

lokasi ini adalah karena Lembaga Pembinaan Khusus Anak ini merupakan

(11)

3.3 Informan Penelitian

Informan adalah orang yang bermanfaat untuk memberikan informasi tentang

situasi dan kondisi latar penelitian. Ia mempunyai banyak pengalaman tentang latar

penelitian. Informan berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian

walaupun hanya bersifat informal. Informan dengan kebaikannya dan

kesukarelaannya dapat memberikan pandangannya dari segi orang dalam nilai-nilai,

sikap dan suatu proses yang menjadi latar penelitian tersebut.

Pada penelitian ini, penulis tidak menggunakan populasi dan sampel tapi

menggunakan subyek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian.

Subyek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi

yang diperlukan selama proses penelitian (Suyanto, 2005: 171-172). Informan

penelitian ini meliputi tiga macam informan yaitu:

1. Informan kunci yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai

informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan kunci dalam

penelitian ini adalah 3 Petugas Lembaga Pembinaan Khusus Anak Tanjung

Gusta.

2. Informan Utama yaitu mereka yang terlibat langsung dalam penelitian ini

yaitu 5 narapidana di Lembaga Pembinaan Khusu Anak Tanjung Gusta.

3. Informan tambahan yaitu mereka yang dapat menguatkan informasi

walaupun tidak langsung terlibat dalam interasksi sosial yang diteliti.

Informan tambahan dalam penelitian ini adalah 2 tamping di Lembaga

(12)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan

data-data dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data atau informasi menyangkut

masalah yang akan diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku serta

tulisan yang ada pada kaitannya terhadap masalah yang diteliti.

2. Studi lapangan yaitu pengumpulan data atau informasi yang diperoleh

melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk

mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti

adalah:

a. Observasi, yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu yang

dilakukan dengan mengamati, mendengar, dan mencatat kejadian yang

menjadi sasaran penelitian.

b. Wawancara, yaitu cara pengumpulan data dimana penelitian dan

responden hadir dalam waktu dan tempat yang sama dalam rangka

memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam suatu penelitian (

Siagian, 2011 : 211 ). Dalam penelitian ini, wawancara yang dimaksud

yaitu mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan responden yang

bertujuan untuk melengkapi data yang diperlukan.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian

sebagaimana adanya. Data-data yang telah di tetapkan dari hasil penelitian lapangan

(13)

dengan menggambarkan dan menjelaskan serta memberikan komentar dengan jelas

sehingga dapat dipahami dengan mudah untuk mengetahui jawaban dari masalah

yang diteliti (Sarbaguna, 2008).

Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif,

artinya untuk analisis data tidak diperlukan model uji statistik dengan memakai

rumus-rumus tertentu, melainkan lebih ditujukan sebagai tipe penelitian deskriptif.

Kutipan hasil wawancara dan observasi sejauh mungkin akan ditampilkan untuk

mendukung analisis yang disampaikan, sehingga pada akhirnya dapat ditarik

(14)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lembaga Pembinaan Khusus Anak Tanjung Gusta Medan

4.1.1. Sejarah Lembaga Lembaga Pembinaan Khusus Anak Tanjung Gusta Medan

Medan, narapidana anak (anak pidana) digabung dengan narapidana dewasa di

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Tanjung Gusta Medan. Namun karena adanya

pelanggaran yang dilakukan anak yang belum genap berusia 18 (delapan belas)

tahun yang termasuk dalam kategori anak, yang tidak baik jika ditempatkan bersama

dengan narapidana dewasa maka pemerintah membangun gedung khusus narapidana

anak setelah dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI No.

M.01.PR.07.03 tanggal 26 Februari 1985 tentang didirikannya Lembaga Pembinaan

Khusus Anak Klas I Medan (selanjutnya disebut LPKA). Pembangunan gedung

LPKA Medan tepat berada di depan/ berhadapan dengan Lapas kelas II-A wanita

dan dilakukan secara bertahap hingga akhirnya diresmikan pada tanggal 24 Oktober

1986.

Sebenarnya Lembaga Pembinaan Khusus Anak diperuntukkan bagi narapidana

anak (anak pidana) namun dikarenakan tidak adanya rumah tahanan khusus anak di

Sumatera Utara maka tahanan anak juga ditempatkan di Lembaga Pembinaan

Khusus Anak. Lembaga Pembinaan Khusus Anak tidak hanya berfungsi sebagai

tempat pembinaan dan perawatan bagi narapidana melainkan juga sebagai tempat

perawatan tahanan. Hal ini jelas dicantumkan dalam penjelasan Pasal 22 ayat (1)

(15)

ditempat yang bersangkutan, maka penahanan dilakukan di Kantor Kepolisian

Negara, di Kantor Kejaksaan, di Lembaga Pemasyarakatan, di Rumah Sakit dan

dalam keadaan memaksa di tempat lain”. Selain sebagai tempat melaksanakan

pembinaan bagi anak pidana, Lembaga Pembinaan Khusus Anak juga berfungsi

sebagai tempat melaksanakan perawatan bagi tahanan anak. Perihal penempatan

tahanan dan narapidana, Lembaga Pembinaan Khusus Anak menerima tahanan dan

narapidana yang berumur hingga 21 tahun. Hal ini disebabkan karena Lapas dan

Rutan di sekitar Kota Medan melebihi kapasitasnya. Oleh sebab itu hingga kini

Lembaga Pembinaan Khusus Anak tidak hanya dihuni oleh narapidana anak yang

berumur hingga 18 (delapan belas) tahun melainkan terdapat juga narapidana dan

tahanan yang berumur diatas 18 (delapan belas) tahun hingga 21 (dua puluh satu)

tahun. Lembaga Pembinaan Khusus Anak berlokasi di Kelurahan Tanjung Gusta

Medan Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan, berada di sekitar perumahan yang

padat penduduk dan berjarak ± 3 km dari jalan Asrama di samping Perumnas

Helvetia Medan.

4.2. Visi, Misi dan Motto Lembaga Pembinaan Khusus Anak

1. Visi Lembaga Pembinaan Khusus Anak Medan adalah memulihkan

kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan warga binaan

pemasyarakatan sebagai individu, anggota masyarakat dan makhluk Tuhan

Yang Maha Esa (Membangun Manusia Mandiri).

2. Misi Lembaga Pembinaan Khusus Anak adalah melaksanakan perawatan

tahanan, pembinaan dan perlindungan warga binaan pemasyarakatan dalam

kerangka penegakan hukum, pencegahan dan penanggulangan kejahatan serta

(16)

3. Tujuan Lembaga Pembinaan Khusus Anak yaitu:

a. Membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya,

menyadari kesalahan, memperbaiki diri, mandiri, dan tidak mengulangi tindak

pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat

berperan aktif dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai

warga yang baik dan bertanggung jawab.

b. Memberikan jaminan perlindungan hak asasi bagi tahanan yang ditahan di

Lapas dalam rangka memperlancar proses penyidikan, penuntutan dan

pemeriksaan di sidang pengadilan. Tampak jelas di dalam penjelasan di atas

dapat disimpulkan bahwa Lembaga Pembinaan Khusus Anak dapat dikatakan

juga sebagai Rutan khusus bagi anak-anak yang berusia hingga 21 (dua puluh

satu) tahun karena Lembaga Pembinaan Khusus Anak tidak hanya terdiri dari

narapidana anak melainkan juga terdapat tahanan anak yang berasal dari

Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah

Agung.

4.3. Struktur Lembaga Pembinaan Khusus Anak Tanjung Gusta Medan Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI

Nomor: M.01.PR.07.10 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen

Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, dijelaskan bahwa Kepala Lembaga

Pemasyarakatan (KaLapas), bertugas untuk mengkoordinasikan kegiatan

administrasi keamanan dan tata tertib serta pengelolaan tata usaha yang meliputi

urusan kepegawaian, keuangan, dan rumah tangga sesuai dengan peraturan yang

berlaku dalam mencapai tujuan pemasyarakatan narapidana, anak didik, atau

(17)

Dalam garis komando pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pembinaan serta

pengamanan narapidana anak dan tahanan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak

Tanjung Gusta Medan bertanggung jawab langsung pada Kepala Pemasyarakatan

Anak Tanjung Gusta Medan. Adapun struktur organisasi Lembaga Pembinaan

Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan berdasarkan Keputusan Menteri di atas

terdiri dari :

1. Kepala Lembaga Pemasyarakata KaLapas sebagai pimpinan dan

penanggung jawab tunggal atas seluruh isi dan keberadaan Lapas, karena

KaLapas sebagai koordinator pelaksanaan pembina anak pidana serta

memelihara kamanan serta pengelolaan tata usaha yang meliputi urusan

kepegawaian, keuangan dan rumah tangga. Dalam melaksanakan tugasnya,

KaLapas dibantu oleh beberapa bidang yaitu, Sub bagian Tata Usaha, Seksi

Bimbingan Napi/Anak didik, Seksi Kegiatan Kerja, Seksi Administrasi,

Keamanan dan Tata Tertib dan Kesatuan Pengamanan Lapas (KPLP).

2. Sub bagian Tata Usaha Sub bagian tata usaha mempunyai tugas

melaksanakan urusan tata usaha dan kerumah tanggaan Lapas dibantu oleh 2

kepala urusan dibidang :

a) Urusan Kepegawaian dan Keuangan Berfungsi melaksanakan urusan

kepegawaian dan keuangan sesuai dengan peraturan dan prosedur demi

kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Lembaga Pembinaan Khusus Anak

Klas I Tanjung Gusta Medan.

b) Urusan Umum Berfungsi melaksanakan urusan surat menyurat,

perlengkapan, pemeliharaan serta rumah tangga Lapas Anak Medan sesuai

(18)

dan fungsi dalam Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta

Medan.

3. Seksi Bimbingan Narapidana/Anak didik Seksi bimbingan narapidana/anak

didik mempunyai tugas melaksanakan bimbingan kepada anak pidana sesuai

dengan peraturan dan prosedur yang berlaku dalam rangka mewujudkan dan

mempersiapkan anak pidana kembali kedalam masyarakat dengan dibantu oleh

2 (dua) sub seksi yaitu:

a) Sub seksi Registrasi

Bertugas melakukan pencatatan terhadap segala yang berkaitan dengan warga

binaan meliputi identitas,masa penahanan, penghitungan habisnya masa

hukuman, statistik serta dokumentasi dan sidik jari anak pidana.

b) Sub seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan

Bertugas memberikan bimbingan kemasyarakatan, bimbingan penyuluhan

rohani dan sosial serta memberikan pelatihan olahraga, pemahaman dalam

asimilasi, cuti menjelang bebas, cuti mengunjungi keluarga, pembebasan

bersyarat, mengurus kesehatan anak pidana serta memberikan perawatan bagi

anak pidana.

4. Seksi Kegiatan Kerja Seksi kegiatan kerja mempunyai tugas memberikan

bimbingan kerja, mempersiapkan sarana kerja dan mengelola hasil kerja

dengan dibantu oleh dua sub seksi yaitu:

a) Sub seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil Kerja Berfungsi

memberikan petunjuk dan bimbingan latihan kerja bagi anak pidana serta

mengelola hasil kerja.

b) Sub seksi Sarana Kerja Berfungsi untuk mempersiapkan sarana kerja,

(19)

5. Seksi Administrasi Keamanan dan Tatib

Seksi administrasi keamanan dan tatib bertugas mengkoordinasikan kegiatan

administrasi keamanan dan tata tertib, mengatur jadwal tugas, mengatur

penggunaan perlengkapan, pembagian tugas pengamanan, menerima laporan

harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta menyusun

laporan dibidang keamanan dan menegakkan tata tertib di Lembaga Pembinaan

Khusus Anak dengan bantuan dua subseksi, yaitu:

a) Sub seksi Keamanan

Bertugas untuk menyelenggarakan tugas keamanan dan ketertiban, mengatur

dan membuat jadwal keamanan.

b) Sub seksi Pelaporan dan Tata Tertib

Bertugas untuk membuat laporan keamanan dan ketertiban berdasarkan

laporan petugas keamanan yang bertugas di Lembaga Pembinaan khusus

Anak.

6. Kesatuan Pengamanan Lapas (KPLP)

Kesatuan pengamanan Lapas bertugas menjaga keamanan dan ketertiban di

Lembaga Pembinaan khusus Anak. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut

KPLP mempunyai fungsi melakukan penjagaan dan pengamanan atau

pengawasan terhadap anak pidana, melakukan pemeliharaan keamanan dan

ketertiban, melakukan pengawalan pada waktu penerimaan dan pengeluaran

anak pidana.

Pelaksanaan tugas pembinaan kepada Warga Binaan di Lembaga Pembinaan

Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan dilaksanakan oleh petugas yang

diklasifikasikan berdasarkan golongan.

(20)

I. PEJABAT STRUKTURAL

1. KALAPAS ANAK : 1 ORANG

2. KASUB BAG.TU : 1 ORANG

3. KASI BINADIK : 1 ORANG

4. KASI KEG. KERJA : 1 ORANG

5. KASI ADM. KAMTIB : 1 ORANG

6. KA. KPLP : 1 ORANG

7. KARUS KEPEGAWAIAN/ KEUANGAN : 1 ORANG

8. KARUS UMUM : 1 ORANG

9. KASUBSI REGISTRASI : 1 ORANG

10. KASUBSI BIMPAS : 1 ORANG

11. KASUBSI BIMBINGAN KERJA : 1 ORANG

12. KASUBSI SARANA KERJA : 1 ORANG

13. KASUBSI PELAPORAN/ TATA TERTIB : 1 ORANG

14. KASUBSI KEAMANAN : 1 ORANG

II TINGKAT PENDIDIKAN

1. SD : -

2. SMP : 4 ORANG

3. SMA : 41 ORANG

4. D3 : 6 ORANG

5. S1 : 27 ORANG

6. S2 : 6 ORANG

7. S3 : -

III. GOLONGAN

(21)

2. II : 39 ORANG

3. III : 38 ORANG

4. IV : 4 ORANG

IV. STAF / PENJAGAAN

1. KPLP : 5 ORANG

2. BINADIK : 20 ORANG

3. ADM. KAMTIB : 11 ORANG

4. TU : 7 ORANG

5. RUPAM : 18 ORANG

6. GIATJA : 5 ORANG

7. DETASER : 1 ORANG

V. JENIS KELAMIN

1. LAKI-LAKI : 58 ORANG

2. PEREMPUAN : 23 ORANG

VI. AGAMA

1. ISLAM : 36 ORANG

2. KRISTEN : 45 ORANG

4.4. Gambaran Fisik dan Fasilitas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Tanjung Gusta Medan

Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan terletak di

jalan Pemasyarakatan kelurahan Tanjung Gusta kecamatan Medan Helvetia,

dibangun tepat di depan Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II-A Tanjung Gusta

(22)

2850 m². Secara umum bangunan Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung

Gusta Medan dikelompokkan menjadi 3 fungsi:

(1) bangunan yang digunakan untuk kegiatan perkantoran;

(2) bangunan yang digunakan untuk hunian warga binaan pemasyarakatan;

(3) bangunan yang digunakan untuk kegiatan pembinaan bagi warga binaan

pemasyarakatan. Adapun fasilitas dan bangunan yang ada di dalam Lapas

Anak Medan adalah:

1. Ruang untuk kantor (KaLapas, Kepegawaian, Registrasi, Bimpas, Tata

Usaha, Keuangan, Kesatuan Pengaman Lembaga Pemasyarakatan (KPLP),

Klinik.

2. Ruang untuk pembinaan ( Ruang kelas kejar paket A,B,C; Ruang Doa;

Gudang; Audio musik;R. Staff pembinaan;Gereja; Mesjid;Cetiya Ananda

(ruang ibadah untuk agama Hindu dan Budha); Dapur; Ruang bimbingan

kerja; Ruang keterampilan;Perpustakaan;Ruang Keterampilan; Aula serba

guna; Kantin,2 buah Bak penampungan air untuk anak pidana, Lapangan olah

raga (bola kaki, volly); tenis meja; dll.

3. Ruang untuk hunian terdiri dari 4 Blok yaitu :

a. Blok A terdiri dari 6 kamar digunakan untuk anak pidana yang mengidap

penyakit tertentu dan harus dipisahkan.

b. Blok B terdiri dari 17 kamar

c. Blok C terdiri dari 12 kamar, 2 diantaranya digunakan untuk kamar isolasi

(kamar kereng) bagi anak pidana yang mendapatkan hukuman disiplin.

d. Blok D terdiri dari 15 kamar, 4 diantaranya digunakan sebagai kamar bagi

anak pidana yang masih menjalani masa Mapnaling (masa pengenalan

(23)

Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan juga memiliki

tempat mencuci pakaian di luar kamar hunian untuk Warga Binaan namun

masih dalam pembangunan dan hampir selesai. Tujuan pembangunan tempat

mencuci pakaian yang berada di luar kamar agar para Warga Binaan lebih

leluasa mencuci pakaiannya.

4.5 Jumlah Penghuni Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan

Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan adalah

Lembaga pembinaan khusus bagi anak yang bermasalah dengan hukum. Berdasarkan

data yang diperoleh oleh penulis pada Mei 2015 diketahui bahwa Lembaga

Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan dihuni oleh 457 orang anak

(24)

BAB V ANALISIS DATA

5.1. Pengantar

Melalui wawancara dan observasi, peneliti berhasil mengumpulkan data

mengenai peran Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam pembinaan narapidana

anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan.

Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:

1. Penelitian dilakukan atau diawali dengan melakukan observasi ke lokasi

penelitian. Adapun lokasi yang telah diobservasi peneliti adalah Lembaga

Pembinaan Khusu Anak Klas I Tanjung Gusta Medan.

2. Melakukan wawancara mendalam dengan 3 orang petugas LPKA, 5 orang

Narapidana anak dan 2 orang tamping mengenai peran Lembaga Pembinaan

Khusus Anak dalam pembinaan narapidana anak di Lembaga Pembinaan

Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan.

Hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan diperoleh berbagai data.

Untuk melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka penulis mencoba

menguraikan petikan wawancara dengan informan serta narasi penulis tentang

data-data tersebut, diteliti, ditelaah, maka selanjutnya adalah mengadakan kategorisasi

perbandingan-perbandingan sebelum akhirnya menarik kesimpulan.

. Informan yang menjadi sumber data penelitian ini adalah 3 orang informan

kunci, 5 orang informan utama, dan 2 orang informan tambahan. Lokasi dari

Lembaga Pembinaan Khusus Anak ini terletak di Jalan Pemasyarakatan Tanjug

(25)

5.2. Hasil Temuan

5.2.1. Informan Kunci 1

1. Nama : Sahduriman, Amd. IP. S.Sos, Msi

2. Umur : 43 Tahun

3. Pendidikan : S2

4. Jenis Kelamin : Laki-Laki

5. Agama : Islam

6. Suku : Jawa

Sahudirman merupakan kasi binadik di Lembaga Pembinaan Khusus Anak

Klas I Tanjung Gusta yang mengetahui berbagai informasi tentang pembinaan yang

ada. Peneliti menjumpai pak Sahudirman untuk wawancara saat itu sedang di adakan

acara pembagian hadiah bagi narapidana anak yang menang atas perlombaan yang

diadakan di LPKA karena menyambut hari Pemasyarakatan Indonesia, kegiatan ini

juga merupakan salah satu program pembinaan disini yaitu kegiatan rekreasi. Berikut

penuturrannya:

Karena menyambut hari Pemasyarakatan Indonesia jadi disini di adakan

berbagai kegiatan perlombaan dek mulai dari LPKA idol, kebersihan kamar,

futsal dan banyak lagi lah dek inilah sekarang puncak acaranya sekalian

pemberian hadiah bagi yang menang perlombaan. Ini dilakukan juga buat

anak-anak disini kan agar mereka ga bosan juga mereka kan juga butuh

hiburan jadi ya biasanya setiap hari besar lah diadakan acara seperti ini.’’

Sahudirman juga menjelaskan berbagai pembinaan yang ada di LPKA,

pembinaan yang ada di LPKA terbagi dua yaitu pembinaan kepribadian dan

(26)

keagamaan, pendidikan umum, dan kepramukaan. Pendidikan keagamaan biasanya

dilakukan didalam lingkungan LPKA dimana mempunyai satu masjid dan satu

ruangan ibadah untuk napi anak yang beragama kristen, pembina agama islam

berasal dari pihak dalam dan luar LPKA serta melibatkan berbagai warga binaan

yang ada di LPKA yang dianggap sudah benar-benar mengetahui/mendalami agama

islam, Sedangkan pembina dari luar yaitu hasil kerjasama dengan Universitas Islam

Negeri Sumatera Utara. Sedangkan untuk yang beragama kristen diadakan kebaktian

setiap hari rabu, kamis dan minggu. Berikut penuturannya Sahudirman:

Pembinaan keagamaan biasanya dilakukan hampir setiap hari yaitu

melibatkan pihak dalam dan luar LPKA ,biasanya pihak dalam yaitu para

petugas disini sedangkan pihak luar hasil kerja sama dengan

penyuluh-penyuluh agama dari luar sebagai pembicaranya.”

Menurut Sahudirman Pembinaan keagamaan di LPKA Tanjung Gusta sudah

cukup baik, ini dibuktikan dengan sudah ada jadwal pembinaan yang teratur.

Pembinaan ini bertujuan agar narapidana anak memperoleh pengetahuan lebih

banyak tentang agama dan dapat sebagai penyejuk jiwa bagi narapidana anak serta

diharapkan setelah memperoleh pembinaan ini narapidana akan bertaubat dan tidak

akan kembali melakukan tindak kejahatan.

Sahudirman juga mengatakan bahwa pendidikan umum disini juga sudah

cukup baik dimana bekerja sama dengan MTSN dan PKBM PUSPA dengan

diadakannya ujian paket A,B dan C setiap tahunnya. Di mana kegiatan MTSN

diadakan setiap hari sabtu pagi. Menurutnya anak yang dibina juga butuh sekolah

agar setelah keluar dari LPKA ini dapat menjadi orang yang sukses berguna bagi

bangsa dan negaranya. namun tidak ada paksaan dalam pembinaan ini tapi di

(27)

“Baru aja bulan 4 kemarin diadakan ujian paket C yang di ikuti oleh 13 anak

binaan di sini dan 2 anak binaan yang sudah bebas dan mungkin bulan 5 ini

akan diadakan lagi ujian paket B”

Sahudirman juga menjelaskan bahawa pembinaan keterampilan disini juga

bermacam-macam mulai dari pertanian, bercocok tanam, pembuatan kapal-kapalan,

menjahit, las, membuat bunga, dan membuat sabun cuci piring. Pembinaan ini tidak

dipaksakan bagi siapa yang mempunyai bakat boleh ikut dalam pembinaan

keterampilan yang mereka minati. Berikut penuturannya:

“Pembinaan keterampilan rutin dilakukan setiap hari dek , itu biasanya

dilatih sendiri oleh petugas yang ada disini hasilnya juga nanti bisa dijual

antara sesama anak binaan disini dan petugas yang ada di LPKA, saya

berharap dengan adanya pembinaan keterampilan ini setelah keluar dari sini

dapat mengembangkan ketrampilan yang telah diperoleh ketika sudah keluar

dari LPKA. Dengan kata lain ketrampilan yang diikuti selama di LPKA dapat

dijadikan sebagai mata pencaharian agar tidak berbuat kejahatan lagi.”

Peneliti juga menanyakan bagaimana pendekatan yang dilakukan agar napi

anak di sini merasa nyaman mengikuti pembinaan yang ada di LPKA. Sahudirman

menjelaskan bahwa pendeketan yang dilakukan petugas disini dengan interaksi

langsung yang sifatnya kekeluargaan, Petugas LPKA memahami keadaan narapidana

anak yang terenggut kebebasannya dari masyarakat. Sebab narapidana anak masuk

ke LPKA dengan kasus yang berbeda dan memiliki latar belakang yang berbeda

pula. Petugas LPKA dalam membina narapidana anak dengan interaksi langsung

yang sifatnya kekeluargaan agar narapidana anak merasa tidak diasingkan dan

narapidana anak dapat menerima pembinaan yang diberikan. Berikut penuturan

(28)

“Pendekatanya ya secara kekeluargaan gitu dek, dari hati ke hatilah, kita

anggap aja anak sendiri, kan biasanya anak-anak susah untuk terbuka apalagi

dengan keadaan mereka yang seperti sekarang, kita anggap mereka sebagai

teman aja agar mereka mau terbuka mengeluarkan keluh kesahnya dan agar

tau karakter masing-masing dari mereka secara mendalam lagi.”

Sahudirman juga menjelaskan ada beberapa tahapan-tahapan dalam melakukan

pembinaan narapidana anak disini, Tahap pertama setiap anak yang masuk di

Lembaga Pembinaan khusus anak dilakukan penelitian untuk mengetahui segala hal

ikhwal perihal dirinya termasuk sebab-sebab ia melakukan pelanggaran dan segala

keterangan mengenai dirinya yang dapat diperoleh dari keluarga, atasannya, teman,

si korban dari perbuatannya serta dari petugas instansi lain yang telah menangani

perkaranya. Berikut penuturannya:

“Pembinaan awal yang didahului dengan masa pengamatan, penelitian, dan

pengenalan lingkungan sejak diterima sampai sekurangkurangnya 1/3 dari

masa pidana yang sesungguhnya.”

Pada tahap ini narapidana yang baru masuk akan memperoleh pembinaan awal

berupa pengenalan lingkungan. Selain itu, tahap ini merupakan tahap yang

diharapkan mampu mengarahkan narapidana anak dalam memilih pembinaan yang

diminati.

Tahap kedua, jika proses pembinaan terhadap narapidana anak yang

bersangkutan telah berlangsung sepertiga ( 1/3 ) dari masa pidananya dan menurut

pendapat petugas LPKA sudah dicapai cukup kemajuan, antara lain menunjukkan

keinsyafan, perbaikan, disiplin dan patuh pada tata tertib yang berlaku di LPKA

(29)

ditempatkan di Lingkungan LPKA dengan Medium Security. Berikut penuturan

Sahudirman:

“Pembinaan tahap kedua merupakan lanjutan pembinaan di atas 1/3 sampai

sekurang-kurangnya ½ dari masa pidana yang sebenarnya, dalam 48 kurun

waktu tersebut narapidana anak menunjukkan sikap dan perilakunya atas

hasil pengamatan petugas”

Tahap ketiga, jika proses pembinaan terhadap narapidana telah dijalani

setengah ( ½ ) dari masa pidana yang sebenarnya dan menurut petugas LPKA telah

dicapai cukup kemajuan-kemajuan, baik secara fisik maupun mental dan segi

ketrampilannya maka wadah proses pembinaannya diperluas dengan

diperbolehkannya mengadakan asimilasi dengan masyarakat luar dan dalam

pelaksanaannya tetap berada di bawah pengawasan dan bimbingan petugas LPKA.

Berikut penuturan Sahudirman:

“Tapi kegiatan asimilasi di LPKA ini hanya sebatas asimilasi ke dalam saja

dek, mengingat jika kita memberikan asimilasi keluar resikonya cukup besar

kita takut jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti anak binaan

kabur contohnya.”

Tahap keempat, jika proses pembinaannya telah dijalani dua pertiga ( 2/3 ) dari

masa 49 pidananya atau sekrang-kurangnya 9 ( sembilan ) bulan, maka kepada

narapidana yang bersangkutan dapat diberikan lepas bersyarat dan pengusulan lepas

bersyarat. Dalam tahap keempat atau terakhir ini, narapidana akan ditempatkan

sebagai tamping atau tenaga yang ditunjuk LPKA untuk bekerja sebagai pembantu

petugas seperti sebagai tamping parkir, tamping dapur dan lain-lainnya. Selain itu,

dalam tahap ini juga narapidana mendapat PB atau pembebasan bersyarat jika

(30)

“Merupakan pembinaan lanjutan di atas 2/3 sampai selesai masa pidananya dan

jika dinilai sudah siap dikembalikan ke masyarakat maka narapidana dapat

diusulkan untuk mendapatkan pembebasan bersyarat (PB) dan cuti menjelang bebas

(CMB).”

Sahudirman juga menjelaskan mayoritas narapidana disini terlibat kasus

narkoba lalu setelah nya pencurian, pencurian dengan kekerasan dan yang terakhir

perlindungan anak. Dengan kasus yang berbeda-beda itu dalam melaksanakan

pembinaan tidak ada pembedaan diantara para narapidan anak dengan kasus berat

ataupun kasus ringan, pengawasan juga sama tidak di beda-bedakan tapi karena

jumlah narapidana disini sudah over kapasitas dan juga kurangnya petugas yang

mengawasi maka dibantu oleh tamping-tamping yang ada di LPKA. Berikut

penuturannya:

“Kalo pembedaan dalam pembinaan sih tidak ada, semua narapidana anak

disini boleh ikut semua pembinaan yang ada, namun tetap di awasi oleh

petugas dan di bantu oleh para tamping-tamping yang ada disini, soalnya kan

jumlah narapidana disini sudah melebihi kapasitas dan petugasnya juga masih

kurang.”

5.2.2. Informan Kunci 2

1. Nama : Leonardo Pandjaitan

2. Umur : 35 Tahun

3. Pendidikan : S1

4. Jenis Kelamin : Laki-Laki

5. Agama : Kristen

(31)

Leonardo Pandjaitan merupakan kasubsie bimbingan kemasyarakatan di

Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta. Pertama kali peneliti

menjumpai Leonardo Pandjaitan saat itu sedang diadakan perlombaan LPKA Idol

dimana peneliti di izinkan untuk melihat acara tersebut. Kegiatan seperti LPKA idol

ini rutin di adakan setiap tahunnya untuk menyambut hari-hari besar seperti hari

pemasyarakatan, 17 Agustus dan hari besar lainnya. Lembaga Pembinaan Khusus

Anak juga mempunyai band yang anggotanya terdiri dari anak binaan LPKA.

Berikut Penuturan Leonardo Pandjaitan:

“Anak-anak di sini seperti yang kita liat mereka ternyata memang punya bakat

dengan adanya LPKA Idol kami jadi tau anak-anak di sini ternyata suaranya

bagus-bagus, bulan lalu LPKA Band sempat tampil di MICC, terus mereka

dapet piala. Coba aja adek liat youtube ada itu videonya, ya kami di sini

ikut senang dengan adanya event-event seperti itu jadi membuat mereka

termotivasi lagi untuk berkarya biar mereka juga ga bosan kan.”

Sebelum peneliti menjumpai Leonardo Pandjaitan di tempat diadakannya

acara LPKA Idol, peneliti sempat melewati kamar-kamar dari anak-anak yang dibina

di LPKA peneliti melihat beberapa narapidana berjemur di bawah matahari, peneliti

sempat bertanya-tanya apa yang sedang mereka lakukan dan bertanya kepada

Leonardo Pandjaitan saat melakukan wawancara. Berikut penuturan Leonardo

Panjaitan:

Mereka begitu agar terhindar dari penyakit kulit dek, soalnya kapasitas

narapidana di sini udah melebihi jumlah yang seharusnya, jadi setiap kamar

itu ya tidur sempit-sempitan kan, belum lagi laki-laki kan biasanya males

(32)

makanya mereka berjemur gitu, ya harus kita arahkan juga agar mau

menjaga kesehatan dan kebersihan kamar masing-masing.”

Leonardo Pandjaitan juga menjelaskan berapa kapasitas LPKA untuk

menampung narapidana anak. Seharusnya LPKA hanya bisa menampung 250 anak

menjadi 457 anak itu disebabkan karena narapidana anak dan narapidana remaja

atau bisa disebut juga pemuda digabung di satu LPKA ini. Leonardo Pandjaitan

menjelaskan digabungkannya narapidana anak dan narapidana remaja itu disebabkan

karena belum adanya lembaga pembinaan khusus untuk remaja di Medan ini. Berikut

penuturannya:

“Ya mau bagaimana lagi dek, kenapa jadi over kapasitas begini karena

belum adanya lembaga pembinaan khusus buat remaja di Medan, jadi di

gabung di sini, paling di sini narapidana anak nya hanya sekitar 70 orang

sangat besar kan perbandingannya daripada narapidana remaja, dengan

jumlah kamar yang hanya 50 an.”

Peneliti juga sempat bertanya bagaimana kalau anak-anak di sini sakit,

Leonardo Pandjaitan mengatakan bahwa anak-anak di LPKA apabila sakit dan

mempunyai BPJS itu bisa langsung di bawa kerumah sakit, LPKA bekerja sama

dengan rumah sakit Bina Kasih, tapi tidak semua anak di LPKA mempunyai BPJS

karena banyak dari narapidana anak di LPKA berasal dari luar Medan. Berikut

penuturan Leonardo Pandjaitan:

Ya kalau sakit parah anak di sini yang mempunyai BPJS bisa dibawa ke

rumah sakit, kalau sakit ringan bisa dibawa ke klinik LPKA, di sini kita juga

punya klinik kok. Tapi menurut saya sih BPJS merugikan daripada ASKES,

kalau BPJS ngurusnya kan ribet soalnaya anak di sini ga semua berasal dari

(33)

seadanya di klinik. Dana yang diberikan pemerintah buat kesehatan anak di

LPKA juga sangat minim pertahunnya hanya Rp. 2.500 jadi setiap anak yang

sakit hanya di berikan obat yang sama.”

Selanjutnya peneliti menanyakan bagaimana pendekatan-pendekatan awal

yang dilakukan kepada anak binaan di LPKA agar mereka tertarik atau merasa

nyaman mengikuti pembinaan ya ada. Leonardo pandjaitan mengatakan kepada

penliti bahwa pendekatan yang dilakukan kepada anak-anak harus lebih lembut

karena anak-anak biasanya susah untuk terbuka kepada orang lain apalagi dengan

masalah yang mereka hadapi, jadi leonardo pandjaitan berusaha berbaur dengan

mereka bukan sebagai petugas LPKA tetapi sebagai keluarga atau teman yang bisa

menjadi tempat keluh-kesah para anak binaan di LPKA. Berikut penuturannya:

“Ya kita dekati mereka bukan sebagai petugas dek, sebagai teman aja biar

meraka mau terbuka dengan masalah-masalahnya, di sini juga banyak anak

hilang dek, maksudnya anak yang ga punya orang tua lagi, jadi kami di sini

berperan juga sebagai orang tua mereka, mendengar curhatan dan keluh k

esah mereka baru setelah itu kami kasi solusi untuk mereka.”

Leonardo Pandjaitan juga menjelaskan metode-metode pelakasanaan

pembinaan, Ia menjelaskan yang pertama yaitu harus memahami keadaan narapidana

anak, mengenali karakter masing-masing dari anak tersebut agar mereka merasa

tidak diasingkan dan mau mengikuti pembinaan di LPKA, selanjutnya petugas di

LPKA juga berusaha merubah tingkah laku mereka melalui keteladanan dan

memperlakukan adil diantara sesama mereka sehingga menggugah hatinya untuk

melakukan hal-hal yang terpuji, menempatkan narapidana anak sebagai manusia

yang memiliki potensi dan memiliki harga diri dengan hak-hak dan kewajibannya

(34)

yang lebih baik lagi setelah bebas dari LPKA. Petugas tidak membeda-bedakan

narapidana satu dengan yang lainnya agar tidak terjadi kesenjangan diantara

narapidana. Berikut penuturan Leonardo Pandjaitan:

“Kami di sini tidak membeda-bedakan antara narapidana anak satu dengan

yang lainnya semua mendapat pembinaan yang sama, kan tujuannya juga

sama mereka dibina untuk merubah tingkah lakunya menjadi lebih baik

lagi setelah keluar dari LPKA dan agar tidak mengulangi kesalahan yang

sama.”

Kegiatan-kegiatan pembinaan untuk anak binaan di LPKA menurut Leonardo

Pandjaitan sudah cukup bagus dengan ada nya LPKA Idol, Pokjaluh atau

Penyuluhan agama, Band, Pramuka, MTSN, Football Plus dan

penyuluhan-penyuluhan dari LSM-LSM seperti charitas, LRPPN Narkoba serta pelatihan

keterampilan bagi narapidana anak yang berminat. Berikut penuturan Leonardo

Pandjaitan:

“Udah cukup baik kok menurut saya pembinaan di LPKA, saya juga sangat

senang dengan ada nya teman-teman dari LSM-LSM yang membantu kami,

berperan dalam memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang agama atau pun

bahaya dari narkoba, serta memberikan konseling, dan memberikan motivasi

pada anak bianaan di sini. Pembicara nya juga memang orang-orang hebat

yang di datangkan untuk memberikan penyuluhan. Football Plus nya juga

bagus biasanya setiap hari senin dan kami pelatihnya datang buat latihan, jadi

siapa yang berbakat bermain bola bisa di masukkan ke PSMS Junior. Kalau

untuk pendidikan kami berkerja sama dengan MTSN dan PKBM Puspa dengan

mengadakan ujian paket A,B, dan C, bulan kemaren baru aja diadakan ujian

(35)

Peneliti juga menanyakan apa saja yang menjadi faktor pendukung dan

hambatan-hambatan apa saja dalam melaksankan pembinaan di LPKA. Leonardo

Pandjaitan menjelaskan salah satu faktor pendukung berasal LSM-LSM yang mau

bekerja sama dengan LPKA, sedangkan hambatan-hambatan dalam melaksanaan

pembinaan Leonardo Pandjaitan mengatakan antara lain kurangnya sarana prasarana,

jumlah narapidana yang melebihi daya tampung, sumber daya manusia serta kurang

nya dukungan orang tua terhadap anak yang dibina di LPKA. Berikut penuturan

Leonardo Pandjaitan:

“Kalau faktor pendukung dari LSM-LSM, saya harap makain banyak lagi

LSM-LSM yang mau membantu dalam membina anak di sini. Kalau hambatan

sendiri ya itu dek sarana prasarana yang kurang, terus jumlah narapidana

yang terlalu banyak tidak sesuai dengan daya tampung LPKA, serta kurang

nya sumber daya manusia, bayangkan aja di sini petugas yang menangani

pembinaan hanya 4 orang dengan anak binaan yang berjumlah 457 anak,

makanya ini kami juga di bantu dengan dengan tamping-tamping yang ada,

terus dukungan orang tua juga sangat kurang.”

Sebelum mengakhiri wawancara Leonardo Pandjaitan juga memberikan

harapan kedepannya bagi anak yang telah mengikut pembinaan di LPKA. Ia

berharap semoga dengan di berikannya pembinaan bagi narapidana anak di LPKA,

mereka dapat merubah tingkah lakunya menjadi lebih baik, agar setelah keluar dari

LPKA tidak melakukan keselahan yang sama lagi dan dapat hidup dengan

(36)

5.2.3. Informan Kunci 3

1. Nama : Andre Silalahi Amd. IP. SH

2. Umur : 26 Tahun

3. Pendidikan : S1

4. Jenis Kelamin : Laki-laki

5. Agama : Kristen

6. Suku : Batak

Andre Silalahi merupakan staf petugas bimbingan kemasyarakatan yang turut

serta dalam membina narapidana anak di LPKA, sebelumnya Andre Silalahi juga

pernah bertugas di LAPAS dewasa di luar Medan. Saat peneliti pertama kali

menjumpai Andre Silalahi untuk melakukan wawancara peneliti di bawa ke ruangan

tempat wawancara yang berada tak jauh dari kamar-kamar para narapidana anak di

LPKA. Andre Silalahi juga sempat memperkenalkan peneliti ke pada para anak

binaan LPKA yang berada di ruangan tersebut, peneliti sangat terkesan melihat

anak-anak binaan LPKA yang sangat baik dan ramah.

Andre Silalahi dengan lancar menjawab semua pertanyaan yang ditanya

peneliti, Ia menjelaksan pembinaan apa saja yang ada di LPKA, pembinaan

keperibadian menurutnya bertujuan agar merubah tingkah laku anak disini dan

menyadari hukuman apa yang dapat di terima oleh mereka, serta menyadari

keselahan mereka. Sedangkan pembinaan keterampilan menurutnya agar anak

binaan di LPKA yang mempunyai bakat keterampilan tahu apa yang harus dilakukan

setelah keluar dari LPKA. Berikut penuturan Andre Silalahi:

“Kalo pembinaan kepribadian kan tujuannya untuk merubah tingkah laku

(37)

hukum kan terus ada nya kegiatan-kegiatan hiburan seperti band, sepak bola

gitu agar mereka ga bosan juga biar terhibur, dan kita dapat mengetahui

bakat-bakat mereka di bidang apa terus kita arahkan lah, band LPKA juga

udah pernah tampil di festival-festival gitu seperti kemaren itu di MICC dapet

piala mereka. Sepak bola nya juga sangat bagus, mereka dilatih sama

pelatih dari luar dan siapa anak binaan yang memang benar-benar

mempunyai bakat bermain sepak bola bisa di masukkan ke PSMS Junior.”

Andre Silalahi juga menjelaskan tentang pendidikan bagi anak binaan di

LPKA. Ia mengatakan bahwa LPKA bekerja sama dengan MTSN dan PKBM

PUSPA dimana setiap kamis dan sabtu kegiatan MTSN diadakan serta PKBM

PUSPA yang menyelenggarakan ujian paket A, B, dan C. Andre Silalahi juga

mengatakan pada bulan tiga baru saja di adakan ujian paket C yang di ikuti oleh 13

anak binaan dan 2 anak binaan yang sudah bebas yang sebelumnya sudah terdaftar

mengikuti ujian paket C, dan bulan 5 ini rencanannya juga akan di adakan ujian

paket B. Berikut penuturan Andre Silalahi:

“Untuk pendidikan kami bekerja sama dengan MTSN dan PKMB PUSPA yang

menyelenggarakan ujian paket A,B, dan C dek, ya bagus sekali kan kegiatan

seperti ini walau mereka udah terenggut kebebasannya tapi mereka juga masi

bisa sekolah dan belajar, malah ketika mereka berada di luar banyak dari

mereka yang sudah tidak bersekolah lagi tapi setelah di bina di sini

keluar-keluar sudah dapat ijazah, ya maksudnya ga menyarankan juga untuk buat

kesalahan agar masuk ke sini.”

Selanjutnya peneliti menanyakan bagaimana pendekatan awal yang dilakukan

terhadap narapidana anak di sini, Andre Silalahi menejelaskan bahwa pendekatan

(38)

membuat sesuatu yang menyenangkan kepada narapidana anak di sini agar mereka

merasa nyaman dan mau mengikuti pembinaan yang ada. Andre Silalahi juga

mengatakan bahwa metode pembinaan yang dilakukan yaitu pembinaan dilakukan

secara terus menurus, dan sistematis. Menurut Andre Silalahi pembinaan yang

dilakukan LPKA sudah terencana dengan baik, setiap pembinaan dilakukan terus

menerus sampai narapidana anak menguasai pembinaan yang diberikan. Setelah

narapidana anak sudah menguasai pembinaan yang ada maka di arahkan untuk

mengajari narapidan anak lain yang masi baru mengikuti pembinaan dengan di

dampingi petugas. Berikut Penuturan Andre Silalahi:

“Awalnya pendekatan yang dilakukan ya kita mengajak mereka mengikuti

pembinaan, mengenalkan pembinaan apa saja yang ada di LPKA, melihat

bakat apa yang dimiliki anak, lalu ya itu dek menempatkan dan mengarahkan

mereka untuk mengikuti kegiatan yang sesuai dengan bakatnya. Kalau metode

ya itu pembinaan di sini dilakukan secara terus menerus dan sistemati.

Hampir setiap hari ada saja kegiatan yang di lakukan di LPKA ini, entah itu

band, sepak bola, pramuka, penyuluhan agama dengan mendatangankan

pembicara dari luar, penyuluhan-penyuluhan tetang kesehatan atau

penyakit menular yang biasanya dibawakan oleh LSM seperti Caritas

atau LRPPN Narkoba, itu bisa adek lihat di papan jadwal-jadwal kegiatan di

sini, kalau untuk keterampilan kita punya banyak kegiatan seperti pertanian,

perbengkelan, pertukangan ataupun pembuatan sabun dan sendal.”

Andre Silalahi menjelaskan tentang kamar-kamar yang berada di LPKA, ia

mengatakan kamar-kamar yang berada di LPKA berjumlah 52 kamar, 50 kamar

untuk tempat beristirahat para narapidana anak serta 2 kamar lagi dijadikan klinik.

(39)

kamar besar setidaknya di isi oleh 15 anak, kamar kecil di isi oleh sektiar 6-7 orang

anak. Berikut penuturan Andre Silalahi:

“Kalau kamar setidaknya ada 52 kamar dek, 2 kamar dijadikan sebagai klinik.

tipe kamarnya ada dua besar dan kecil itu pun mereka masi tidur

sempit-sempitan karena jumlah daya tampung narapidana yang sudah melebihi

kapasitas.”

Selanjutnya Andre Silalahi juga menjelaskan tentang jadwal kunjungan untuk

narapidana anak di LPKA, Ia mengatakan keluarga boleh menjenguk kapan saja

pada jam-jam kerja LPKA, bagi keluarga juga diperbolehkan untuk memberi uang

atau makanan kepada narapidana anak di LPKA. Ruangan untuk menjenguk juga

sudah di sediakan di dalam LPKA. Di LPKA juga di sediakan telepon umum untuk

menelpon keluarga mereka. Berikut penuturan Andre Silalahi:

“Kalau keluarga sudah di sediakan kok jam-jam besuk nya juga ruangannya,

memberikan makanan atau uang juga tidak di larang, karena di dalam sini

juga ada kedai atau warung-warung gitu yang menjual makanan atau cemilan

dek, kalau mereka kangen sama keluarga juga bisa pakai telpon umum yang

tersedia, walaupun harus mengantri dan bergantian dengan anak yang lain.”

Masalah pengawasan kepada narapidana anak yang melakukan pembinaan

menurut Andre Silalahi harus ada, tapi tidak membeda bedakan antara anak dengan

kasus berat maupun ringan semua di awasi secara sama, tetapi dengan banyaknya

narapidana di LPKA pengawasan terhadap narapidana anak juga di bantu oleh

tamping-tamping yang sudah di percaya petugas. Berikut penuturan Andre Silalahi:

“Kalau pengawasan ya harus ada tapi kalau khusus tidak ada, kami

mengawasi napi secara sama rata tidak membeda-bedakan narapidana anak

(40)

yang menangani pembinaan sedangkan anak yang dibina 457 anak kami juga

di bantulah dek sama tamping-tamping untuk di megarahkan mereka.”

Peneliti juga menayakan apa yang menjadi hambatan-hambatan dalam

melaksanakan pembinaan di LPKA, Andre Silalahi menjelaskan bahwa

hambatan-hambatannya adalah kurangnya Sumber Daya Manusia atau jumlah petugas, sarana

prasarana, serta daya tampung narapidana yang sudah melebihi batas. Berikut

penuturan Andre Silalahi:

“Kalau hambatan dalam melaksankan pimbinaan yang pertama itu kurang

nya petugas, sarana prasana juga kurang memadai, terus dengan banyaknya

narapidana di sini yang sudah melebihi batas daya tampung kami agak

kesulitan juga untuk mengawasi mereka, makanya dengan penambahan SDM

seharusnya sangat penting untuk dilakukan, terus kamar seharusnya juga di

pisahkan antara anak dan remaja biar tidak ada penekanan yang ujung nya

menimbulkan konflik.”

5.2.4. Informan Utama 1

1. Nama : AM

2. Umur : 17 Tahun

3. Pendidikan : SMA

4. Jenis Kelamin : Laki-Laki

5. Agama : Islam

6. Suku : Melayu

Peneliti pertama kali bertemu demgam informan utama didampingi dan

(41)

para narapidana. Informan utama dalam penelitian ini terdiri dari anak binaan dengan

kasus yang berbeda-beda, salah satunya AM dengan kasus perampokan.

AM berada di LPKA baru sekitar dua minggu. Ia mengaku masih sebagai

tahanan polisi, itu membuatnya belum mengetahui mengenai masa hukuman yang

akan didapatnya. karena masih baru AM mengaku sama sekali belum mengikuti

kegiatan ataupun pembinaan di LPKA. Berikut penuturannya:

“Aku di sini karena kasus perampokan kak, ya gitulah kak karena ikut-ikut

kawan ya ujung-ujungnya ke tangkap deh. Aku di sini masih 2 minggu masih

sebagai tahanan polisi belum sidang jadi belum tau keputusan masa

hukumannya kak. Jadi aku juga belum pernah mengikuti kegiatan ataupun

program pembinaan di LPKA ini.”

Peneliti tidak banyak mendapatkan informasi mengenai peran LPKA dalam

pembinaan narapidana anak pada inforaman AM, karena ia masih baru di LPKA jadi

belum paham dan belum mengikuti kegiatan ataupun pembinaan di LPKA.

Peneliti menanyakan bagaimana hubungan AM dengan narapidana yang lain

dan petugas di LPKA. AM mengatakan bahwa hubungannya dengan narapidana

yang lain dan petugas selama berada di LPKA cukup baik. Berikut penuturannya:

“Kalau hubungan dengan napi yang lain sih cukup baik kak, petugasnya juga

baik sangat peduli, kalau gak tahu kami di arahkan oleh mereka.”

Peneliti menanyakan bagaimana dukungan keluarga yang di berikan untuk AM

selama berada di LPKA. Saat keluarga mengetahui AM di tahan polisi karena kasus

perampokan dan di masukkan ke LPKA, awalnya keluarga sangat terkejut dan

kecewa dengan AM, namun keluarga tetap memberikan dukunganya kepada AM.

(42)

“Keluarga sih awalnya terkejut dan kecewa saat saya di tahan dan di

masukkan ke LPKA kak, tapi akhirnya kelurga juga tetap mendukung kok kak.

Biasanya hari sabtu kelurga sayang datang untuk menjenguk dengan

membawa makanan atau cemilan.”

Sebelum mengakhiri wawancara peneliti juga menanyakan harapan AM

setelah berada di LPKA, ia mengatakan bahwa harapannya adalah agar bisa cepat

keluar setelah di bina di LPKA, tidak melakukan kesalahan yang sama lagi dan dapat

mengikuti pembinaan dengan baik. Berikut penuturannya:

Ya harapan aku sih kak agar bisa cepat-cepat keluar aja kak setelah dibina di

LPKA ini semoga juga masa hukuman ku tidak terlalu lama ,dan semoga

setelah aku dibina di sini aku sadar dengan perbuatan yang udah aku lakukan

dan tidak mengulanginya lagi kalau udah keluar dari LPKA ini.”

5.2.5. Informan Utama 2

1. Nama : FJ

2. Umur : 17 Tahun

3. Pendidikan : Tamat SD

4. Jenis Kelamin : Laki-Laki

5. Agama : Islam

6. Suku : Jawa

Peneliti pertama kali bertemu dengan informan FJ didampingi dan diarahkan

oleh petugas menuju ruangan wawancara yang berada di kawasan kamar para

(43)

tahun dan memiliki sisa hukuman 1 tahun 9 bulan lagi. FJ berada di LPKA

disebabkan oleh kasus pembunuhan. Berikut penuturannya:

Aku di sini karena kasus pembunuhann kak. Ceritanya kan kak lagi ada

bentrok sesama teman, jadi aku waktu itu bela kawanku kan kak. Kami

keroyoklah dia kak habis itu kutikam dia sampe mati. Setelah itu kawan-kawan

ku kabur kak, jadilah aku ke tangkap sendiri. Aku dijatuhi hukuman 3 tahun

sekarang aku udah 1 tahun 3 bulan di sini, ya kira-kira 1 tahun 9 bulan lagi

lah kak aku baru keluar, tapi aku juga coba ngajuin PB”

Peneliti menanyakan kegiatan atau program pembinaan apa saja yang ada di

LPKA dan yang diikuti FJ. FJ menjelaskan bahwa ada banyak kegiatan ataupun

program pembinaan di LPKA namun ia hanya mengikuti beberapa kegiatan atau

program pembinaan seperti sekolah, pengajian, dan sepak bola. Berikut

penuturannya:

“Kalau program pembinaannya sih ada banyak kak, kalo yang aku ikuti cuma

sekolah, ngaji dan sepak bola sama keterampilan aku ikut pembuatan sabun

cuci piring sih kak, kalo sekolah itu basanya hari kamis dan sabtu, terus kalo

ngaji hampir setiap hari kak, biasanya yang ngajarin di datangkan dari luar,

kalau sepak bola itu pelatihnya juga di datangkan dari luar kak, siapa yang

berbakat nantinya bisa di masukkan ke PSMS Junior kak, makanya aku sangat

bersemangat dengan kegiatan sepak bola ini, siapa tahu nanti bisa masuk

PSMS Junior. Kalau pembuatan sabun itu kan nanti di ajari sama petugas di

sini kak terus hasil nya di jual kak di lingkungan LPKA ini biasanya sih satu

botol di jual Rp.5000.”

Selanjutnya peneliti menanyakan apa manfaat yang diterima oleh FJ selama

(44)

pembinaan di LPKA setidaknya membuat nya sadar akan kesalahannya serta tidak

ingin mengulangi kesalahan yang sama lagi. Berikut penuturannya:

“Menurutku sih kak manfaat nya banyak kak setelah aku dibina di sini, aku

jadi sadar dengan kesalahanku, terus dengan mengikuti pendidikan

keagamaan membuatku lebih rajin lagi beribadah serta membuat ku jadi lebih

bisa mengontrol emosi apabila berhadapan dengan orang banyak. Setelah aku

ikut kegiatan ataupun program pembinaan MTSN aku jadi bisa sekolah lagi

kak, soalnya aku kan cuma tamat SD sebelum masuk ke LPKA ini. Kata

tamping kan kan nnti kita bisa di ikutkan ujian paket B, terus karena aku hobi

bermain sepak bola jadi aku sangat senang dengan adanya kegiatan sepak

bola biar ga bosan dan membuat fisik sehat juga kan kak. Terus aku kan ikut

juga sama pembinaan keterampilan pembuatan sabun cuci miring kak, itu

sangat bermanfaat kak siapa tau keluar dari sini aku bisa bikin usaha kan

kak.”

Peneliti menanyakan bagaimana hubungan FJ dengan narapidana yang lain dan

petugas di LPKA. FJ mengatakan bahwa hubungannya dengan narapidana yang lain

dan petugas selama berada di LPKA cukup baik karena tidak pernah terlibat konflik.

Sikap petugas di LPKA juga baik mau mengarahkan dan peduli dengan FJ. Apabila

terjadi konflik antara sesama warga binaan petugas mendamaikan, lalu megasingkan

mereka. Berikut penuturannya:

“Hubunganku di sini baik kak, sama petugas maupun sama kawan yang lain

karena aku ga pernah berkonflik di sini jadi ya baik-baik aja sih kak. Kalau

misalnya ada yang berantam kak dan ketahuan sama petugas mereka

dipisahkan dibawa keruangan petugas untuk di damaikan, habis itu kak

(45)

mau membimbing dan mengarahkan kami apabila kami kurang paham dengan

program pembinaan di LPKA.”

FJ merupakan anak bungsu dari 6 besaudara. Orangtuanya bekerja sebagai

tukang becak dan ibunya telah meninggal dunia. Keluarga sudah mengetahui

masalah dan kasus FJ hingga ia masuk di LPKA. Awalnya keluarga sedih dan

kecewa dengan FJ namun keluarga tetap kalau mendukung FJ. Keluarga

mengunjungi FJ setiap 3 minggu sekali dengan membawa keperlusn FJ. Keluarga

juga mengusahakan PB untuk FJ. PB adalah Pembebasan bersyarat atau cuti

menjelang bebas, yaitu proses pembinaan narapidan dan anak pidana diluar lembaga

pemasyarakatan setelah menjalani sekurang-kurangnya 2/3 masa pidananya minimal

9 bulan. Berikut penuturan FJ:

“Kalau Ayah aku kan kak kerjanya tukang becak, mamaku udah meninggal

kak. Aku anak ke 6 kak dari 6 bersaudara, keluarga ku jenguk biasanya 3

minggu sekali kak, kalau jenguk biasanya keluargaku bawa makanan untuk

aku kak. Dari awal keluargaku kan kak udah tahu tentang kasus ku ini yang

aku nikam orang karena kan kak aku berantamnya memang di daerahku kak.

Inilah kak keluargaku lagi ngusahain ngurus PB supaya cepat keluar aku dari

sini kak.”

Peneliti juga menanyakan bagaimana harapan FJ mengenai pembinaan di

LPKA dan harapannya setelah keluar dan dibina di LPKA. FJ megatakan bahwa

harapannya untuk pembinaan di LPKA agar tetap berjalan dengan baik serta makin

banyak lagi LSM-LSM yang mau bekerja sama. Mengenai harapan FJ setelah keluar

dari LPKA, ia berharap agar dapat kembali bersekolah dan dapat beraktivitas

(46)

“Harapan aku kan kak kalau untuk pembinaan di LPKA ini supaya kegiatan

atau program pembinaannya berjalan dengan lebih baik lagi, terus makin

banyak lagi kak yang mau bekerja sama dengan LPKA, kaya LSM-LSM gitu

kak jadi lebih banyak lagi kegiatan di sini. Kalau harapan aku setelah keluar

dari sini kak supaya aku nanti bisa lanjut sekolah, terus biar aku dapat di

terima lagi sama lingkungan sekitarku.”

5.2.6. Informan Utama 3

1. Nama : MI

2. Umur : 19 Tahun

3. Pendidikan : Tamat SMP

4. Jenis Kelamin : Laki-Laki

5. Agama : Islam

6. Suku : Melayu

Peneliti pertama kali bertemu dengan informan MI didampingi dan diarahkan

oleh petugas menuju ruangan wawancara yang berada di kawasan kamar para

narapidana. MI sudah berada di LPKA sekitar 3 tahun 4 bulan dengan masa tahanan

5 tahun 1 bulan dan memiliki sisa hukuman 1 tahun 7 bulan lagi. MI berada di

LPKA disebabkan oleh kasus narkoba. Berikut penuturannya:

“Awal aku masuk sini itu karena inilah kak tergiur sama obat-obatan yang

buat candu ini kak, waktu itu kan kak aku lagi mau ambil barang yang udah

aku pesan sama bandarnya, kemaren itu kami janjian di warung dekat

pengkolan rumah. Kondisinya aku ambil barang tunggu orang di rumahku

(47)

aku mulai diam-diam keluar rumah buat ketemuan sama kurir yang

sebelumnya udah nunggu aku di warung pengkolan dekat rumah. Aku keluar

rumah harus diam-diam kali kak, soalnya taulah kakak kalo aku ketauan bisa

bahaya nanti kak soalnya kan orang rumah gatau kalo aku make. Soalnya

sempat mereka tau aku make barang haram kaya gini bisa dihabisin aku ka

sama mamaku, bahkan bisa-bisa diusir kali. Nah pas aku udah selesai

transaksi sialnya hari itu tau-tau aku udah di ikuti sama intel. Apeslah kak aku

ga ada mikir apa-apa, aku pikir yaelah palingan kaya biasanya ga bakal

ketauan,transaksi berjalan kaya biasanya aja gitu ga bakal ketauan. Eh pas

aku baru siap nerima barang pas mau bayar eh pas pula bisa ketauan. Aku

pikir itu orang biasa mau beli makanan di warung pengkolan rumah. Tiba-tiba

aja kejadiannya kak, tangan aku ditarik kebelakang sama juga digituin ke

kurirnya, tangan kami berdua diborgol terus dibawa ke kantor polisi. Gitulah

kak ceritanya kena hukuman 5 tahun lah aku jadinya kak.”

Dengan kasus yang di alami MI, peneliti sempat menanyakan apakah MI

pernah rehab sebelumnya atau tidak. MI mengatakan sebelum masuk dan dibina di

LPKA ia mengaku bahwa belum pernah di rahabilitasi sama sekali dan MI mengaku

memang baru pertama kali masuk ke LPKA. Berikut penuturan MI:

“Awalnya sih aku cuma coba-coba aja kak, makin lama makin kesini aku jadi

terbiasa make shabu, tapi aku ga pala sering kali aku make kak. Aku palingan

make kalo lagi banyak pikiran, itupun aku makenya ngumpet-ngumpet di

kamar. Ini dialah kak, kalo soal rehab aku belom pernah sama sekali, ya ini

baru pertama kalilah ngerasain ditangkap kaya gini. Seumur-umur ga pernah

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian yang diperoleh yaitu respon narapidana terhadap pembinaan sudah dapat dikatakan positif, karena sebagian besar jawaban responden positif dalam

dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pola atau bentuk pembinaan tersebut dilaksanankan tanpa perbedaan atau penggolongan dalam artian setiap anak mendapatkan

Pembinaan narapidana adalah suatu sistem dimana didalam hal tersebut mempunyai yang saling bekerja saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan. Jika dilihat dari tujuan

Yayasan Rumah Singgah Caritas dengan menyelenggarakan Program Awareness Campaign bekerja sama dengan pihak Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas 1 Tanjung Gusta Medan

Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor 18 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pembinaan Khusus

Sumber : Registrasi Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Medan tanggal 18

Dari tabel kegiatan narapidana anak tersebut dapat dilihat bahwa dalam pelaksanaan pemenuhan hak atas pendidikan terhadap narapidana anak sudah dilakukan semaksimal

Sama halnya yang dikatakan narapidana Tri Suardi terkait pelatihan yang diberikan kepada petugas Lembaga Pembinaan Khusus Anak LPKA Kelas II Maros ialah sebagai berikut: “pada saat