PELAKSANAAN PEMBINAAN ANAK DIDIK
PEMASYARAKASAN DI LEMBAGA PEMBINAAN
KHUSUS ANAK KELAS I-A SANJUNG GUSSA, MEDAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Rosalika F. Simanungkalit
NIM. 3123111072
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULSAS ILMU SOSIAL
ABSTRAK
Rosalika F. Simanungkalit. NIM .3123111072. Pelaksanaan Pembinaan Anak Didik Pemasyarakatan Oleh Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I-A Tanjung Gusta, Medan. Jurusan Pendidikan Pancasiladan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur, hormat dan kemuliaan penulis sampaikan ke hadirat
Tuhan Yang Maha Kuasa atas setiap berkat,pertolongan, pimpinan bahkan
kemampuan serta kesehatan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini tepat pada waktunya dengan judul “Pelaksanaan Pembinaan Anak
Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I-A Tanjung Gusta,Medan” yang disusun untuk melengkapi syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan bagi mahasiswa S-1 di Jurusan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Dalam penulisan dan penyusunan Skripsi ini banyak dukungan, doa serta
arahan yang penulis terima,maka pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri
Medan.
2. Ibu Dr.Nurmala Berutu,M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan.
3. Bapak Dr.Deny Setiawan, MSi selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Sosial
Unimed.
4. Ibu Dr.Reh Bungana P.A.SH.,M.Hum selaku Ketua Jurusan PPKn.
5. Bapak Arief Wahyudi SH selaku Sekretaris Jurusan PPKn.
6. Bapak Majda El Muhtaj M.Hum selaku Pembimbing Skripsi yang telah
7. Ibu Yusna Melianti,M.Hum dan Ibu Sri Hadiningrum, SH.,M.Hum. serta
Bapak M.Fahmi Siregar,SH.,MH selaku dosen penguji yang telah banyak
memberikan saran dan masukan kepada peneliti dalam penulisan skripsi
ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan PPKn yang telah banyak memberikan ilmu,
bimbingan, dukungan, saran, dan motivasi kepada peneliti selama di dalam
maupun di luar perkuliahan dan seluruh staff pegawai Fakultas Ilmu Sosial
Jurusan PPKn
9. Bapak Umo Suratmo ,Bc.IP,SH,MSi selaku Kepala Lembaga Pembinaan
Khusus Anak Kelas I-A Tanjung Gusta.
10.Bapak Sahduriman,Amd,IP,S.Sos,MSi selaku Kasie Binadik, Leonardo
Panjaitan,SH selaku Kasie Bimkemas, Simson Bangun,SH selaku Kasie
Giatja,Andre Silalahi, ibu Adista Simanjuntak serta seluruh staf Pembina,
pegawai dan adik-adik narapidana yang telah memberikan waktu, serta
kerjasama yang baik dengan penulis.
11.Teristimewa buat kedua orangtuaku P.Simanungkalit dan A. Siahaan yang
telah dengan ikhlas berjuang lahir dan batin demi peneliti, sabar
mendengar keluh kesah peneliti, memberikan semangat baik berbentuk
moril dan materi,serta abang Roy Simanungkalit/Edaku Br. Nainggolan,
abangku Efri Darwin Simanungkalit/Edaku Br. Nababan, Adek-adekku
Samson Simanungkalit dan Sondang Simanungkalit yang telah
memberikan doa dan support bagi penulis.
12.Terkhusus buat sahabat-sahabat tercinta Leli Sibagariang, Feri Vanversi
Sianipar, Cristi Parhusip, Mentari Tarigan S.Pd,Nurul Auni S.Pd, Desy
S.Pd, Sukriadi S.Pd yang telah banyak membantu dan memberikan
semangat demi terselesaikannya skripsi ini.
13.Terkhusus buat teman satu Kos penulis yang sudah seperti keluarga sendiri
Meri Sidauruk, Rani Simanungkalit, Rini Simanullang,Minar Simatupang,
Masriani Pakpahan,S.Pd, Tri Uji Damanik,S.Pd yang telah banyak
memberikan semangat, dukungan, saran, dan masukan serta doa demi
terselesaikannya skripsi ini.
14.Terkhusus buat teman seperjuangan Kelas Reg A 2012 dan
teman-teman seposko yaitu posko terkece PPLT SMA N.1 Laguboti serta teman-teman
satu perjuangan/pembimbing skripsi: Dewi Piliang,Hafis, Desi yanti,
Hernita dan Desi Polaria.
15.Bapak Jhoni selaku Tata Usaha jurusan PPKn yang telah membantu
kelancaran dan kelengkapan berkas-berkas peneliti.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya. Dan apabila dalam
penulisan ini terdapat kata-kata yang kurang berkenan maka penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya, semoga kebaikan yang diberikan
mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa, Amin …
Medan, Juni 2016
Rosalika F. Simanungkalit
DAFTAR ISI
B. Identifikasi Masalah……….. 7
C. Pembatasan Masalah ………...… 8
3. Lembaga Pembinaan Khusus Anak……… 21
B. Kerangka Berpikir ………..26
BAB III METODE PENELITIAN……… 29
A. Jenis Penelitian……… 29
B. Lokasi Penelitian………. 29
C. Bentuk Penelitian ………29
D. Teknik Pengumpulan Data ……….30
E. Teknik Pemilihan Informan ………...31
F. Teknik Analisis Data ………...32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………..33
A. Hasil Penelitian ………33
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ………..33
2. Hasil Penelitian……….. 40
B. Pembahasan Hasil Penelitian ……….52
A. Kesimpulan ………..62
B. Saran ……….64
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Berpikir………...28
Gambar 2 Deskripsi pekerjaan di LPKA Kelas I-A Tanjung
Gusta,Medan………..………..…..36
Gambar 3 Struktur Organisasi Pembina Kepribadian…………...44
DAFTAR LAMPIRAN
1. Instrumen Wawancara 2. Dokumentasi Penelitian 3. Nota Tugas
4. Surat Keterangan Penelitian dari Jurusan 5. Surat Keterangan Penelitian dari Fakultas 6. Surat Keterangan dari Tempat Penelitian 7. Surat Keterangan Perpustakaan Jurusan 8. Surat Keterangan Perpustakaan Fakultas 9. Surat Keterangan Perpustakaan Unimed
10.Kartu Mengikuti Seminar Proposal Penelitian Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari dalam
kehidupan masyarakat. Keberadaan anak menjadi bagian penting untuk
memajukan bangsa dan Negara dimasa yang akan datang karena itu Anak adalah
masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa.
Dengan demikian, keadaan bangsa dan negara dimasa mendatang
tergantung kepada keadaan anak masa kini dalam artian bagaimana hal ini
tergantung kepada usaha yang dilakukan suatu bangsa dalam melahirkan dan
membentuk anak-anak/generasi muda sehingga bisa menjadi generasi penerus
yang diharapkan.
Dalam ketentuan UUD NRI Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2) yang
berbunyi bahwa Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas pelindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Dari
pernyataan diatas dapat dilihat bahwa setiap anak memiliki kehidupan yang layak
yang artinya hidup jauh dari perlakuan tidak layak.
Dengan demikian setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh
dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari berbagai
2
tanggungjawab untuk menjaga dan memelihara Hak Asasi Manusia (HAM) Anak.
begitu juga dalam rangka penyelenggaraan perlindungan anak, negara dan
pemerintah bertanggungjawab menyediakan fasilitas dan aksesibilitas bagi anak,
terutama dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangannya secara optimal dan
terarah.
Jika dilihat dari kondisi atau keadaan anak saat ini, seringkali
anak-anak mendapatkan perlakuan yang tidak semestinya yakni: eksploitasi anak-anak,
kekerasan terhadap anak, dijadikan alat pemuas seks, pekerja anak, ditelantarkan
bahkan menjadi anak jalanan dan korban perang serta tanpa disadari anak-anak
sering kehilangan masa anak-anaknya yang tentunya sangat berguna bagi diri
anak. hal inilah yang mengakibatkan anak sangat membutuhkan perlindungan
hukum.
Menurut Triyanto (2013:160), Perlindungan anak adalah:
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup dan tumbuh, berkembang dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, sehingga perlindungan hukum perlu dilakukan sejak usia dini sampai usia 18 (delapan belas tahun). Hal ini bertujuan terwujudnya anak indonesia yang berkualitas, berahlak mulia dan sejahtera. dalam pasal 1 ayat (2) UU No.35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Menyatakan hal yang sama dengan Triyanto bahwa Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi Anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pada saat ini perkembangan anak-anak bangsa sangat mengkwatirkan. hal
itu jelas terlihat dengan banyaknya anak-anak yang melakukan
3
terbukti dengan banyaknya anak-anak yang terjerat kasus-kasus pelanggaran
hukum tanpa mengenal status social dan ekonomi.
Pada tahun 2011 Komisi Nasional Anak menerima 1.851 pengaduan anak yang berhadapan dengan hukum (anak sebagai pelaku) yang diajukan ke pengadilan. Angka ini meningkat dibanding pengaduan pada tahun 2010, yakni 730 kasus. Hampir 52 persen dari angka tersebut adalah kasus pencurian diikuti dengan kasus kekerasan, perkosaan, narkoba, perjudian, serta penganiayaan dan hampir 89,8 persen kasus anak yang berhadapan dengan hukum berakhir pada pemidanaan atau diputus pidana.Meningkatknya data persentasi pemidanaan ini dibuktikan dan diperkuat oleh data Anak yang tersebar di 20 Lapas di Indonesia (data Kementerian Hukum dan HAM 2010) ditemukan 6.505 anak yang berhadapan dengan hukum diajukan ke pengadilan, dan 4.622 anak diantaranya saat ini mendekam dipenjara. Jumlah ini mungkin jauh lebih besar karena angka ini hanya bersumber dari laporan 29 Bapas, sementara di Indonesia terdapat 62 Bapas. Dari laporan tersebut, hanya kurang lebih 10 persen anak yang berhadapan dengan hukum dikenakan hukuman tindakan yakni dikembalikan kepada negara atau orangtua.(https://komnaspa.wordpress.com/2011/12/21/catatan-akhir-tahun-2011-komisi-nasional-perlindungan-anak/).
Dari uraian diatas, maka dapat dilihat bahwa setiap tahun terdapat
peningkatan yang cukup signifikan anak-anak yang berkonflik dengan
hukum.Penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum yang
dilakukan anak pasti dilakukan bukan tanpa alasan atau sebab.
Beberapa faktor yang mendorong anak melakukan tindakan yang
melanggar hukum tersebut yakni: adanya dampak negative dari cepatnya arus
pembangunan, perkembangan arus globalisasi bidang komunikasi dan informasi
juga kemajuan Ilmu Pengetahuan dan teknologi serta perubahan gaya hidup
sebagian masyarakat terkhusus orangtua telah membawa pengaruh social yang
mendasar dan mendalam dan sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak.
Selain hal tersebut faktor kurangnya kasih sayang, asuhan, bimbingan
4
pertumbuhan terkhusus kepribadian dan juga secara mental. dengan keadaan atau
kondisi yang seperti itu maka anak akan semakin mudah terseret ke dalam arus
pergaulan dalam lingkungan masyarakat yang kurang sehat sehingga merugikan
perkembangan pribadinya.
Untuk menghadapi kenakalan anak-anak seperti itu sangat perlu
dipertimbangkan kondisi, ciri maupun sifat anak. Walaupun anak sudah dapat
menentukan langkah sendiri berdasarkan pikiran, perasaan dan kehendaknya,
namun keadaan di sekitarnya dapat memengaruhinya karena pada masa proses
perkembangan dan pertumbuhan anak-anak masih sangat rentan untuk
dipengaruhi. oleh sebab itu, orangtua atau keluarga serta masyarakat di sekitar
anak harus lebih bertanggungjawab terhadap pembinaan, pendidikan dan juga
pengembangan perilaku anak tersebut.
Anak yang melakukan pelanggaran hukum membutuhkan perlindungan
khusus. karena anak tersebut banyak menghadapi situasi dan keadaan yang sangat
rentan dengan kekerasan yang baik fisik maupun emosional. Hal ini sangat
berakibat fatal terhadap martabat dan masa depan anak tersebut.
Undang-undang 23 Tahun 2002, yang menyatakan bahwa setiap anak
memiliki hak-hak sebagai berikut:
1.Hak untuk hidup
5
8.Hak memperoleh perlindungan hukum dari segala bentuk berbagai tindakan eksploitasi dan juga bentuk diskriminasi.
9.Hak untuk berpartisipasi.
Berdasarkan isi Undang-undang diatas, anak-anak pada dasarnya memiliki
hak-hak yang tentunya harus dijaga atau dijunjung tinggi sehingga anak tidak
boleh dieksploitasi atau mendapatkan perlakuan yang tidak layak tentunya.
Bertitik tolak dari keadaan tersebut maka pemerintah harus segera
menentukan langkah-langkah yang harus digunakan untuk menyelamatkan
genenerasi penerus bangsa (anak) yang sedang mengalami krisis moral sehingga
melakukan tindakan-tindakan yang melanggar hukum dimana tindakan-tindakan
tersebut sedang mengarah pada perbuatan kriminal yang akan merusak masa
depannya dan juga kehidupan berbangsa dan bernegara. oleh sebab itu,
pemerintah harus mengambil tindakan dengan melakukan pembinaan,
memberikan bimbingan, Pendidikan serta perhatian khusus kepada anak yang
berkonflik dengan hukum.
Anak yang berkonflik dengan hukum dapat didefenisikan anak yang di
sangka, di tuduh, di akui sebagai orang yang telah melanggar Undang-Undang
Hukum Pidana. Oleh karena itu, untuk menyadarkan anak dibutuhkan pembinaan.
pembinaan yang dilakukan pemerintah diarahkan pada usaha untuk membimbing,
mendidik atau memulihkan tingkah laku anak tersebut. sehingga anak dapat
kembali menjalankan kehidupan dengan sewajarnya ditengah-tengah masyarakat
jika telah menyelesaikan masa hukumannya.
6
Departemen Kementerian Hukum dan HAM yang sejak 31 Juli 2014 Lapas Anak
diubah menjadi Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) dengan dasar
hukum UU No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
Menurut Gultom (2014:5) UU SPPA dibentuk berdasarkan pertimbangan
antara lain:
1.Bahwa anak merupakan amanah dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki harkat dan martabat sebagai manusia yang seutuhnya. 2.Bahwa untuk menjaga harkat dan martabatnya, anak berhak
mendapatkan perlindungan khsusus, terutama perlindungan hukum dalam system peradilan.
3.Bahwa Indonesia sebagai Negara pihak dalam konvensi Hak-Hak Anak (Convention on the Right of the Child) yang mengatur prinsip perlindungan hukum terhadap anak mempunyai kewajiban untuk memberikan perlindungan khusus terhadap anak yang berhadapan dengan hukum.
LPKA adalah tempat pendidikan dan pembinaan bagi narapidana anak
atau anak yang berkonflik dengan hukum. Dalam Lembaga Khusus ini anak
dididik dan dibina untuk memperoleh jati diri yang sebenarnya agar ia dapat
menyongsong masa depan yang lebih baik, mandiri dan bertanggungjawab.
Di Indonesia saat ini tersebar 20 LPKA yang menjalankan pembinaan
khusus terhadap anak yang sedang berkonflik dengan hukum. Salah LPKA
diindonesia terdapat di Sumatera Utara yakni, LPKA Tanjung Gusta, Medan.
LPKA ini merupakan salah satu instansi pemerintah dan sebagai pelaksana teknisi
dalam menampung, merawat dan melakukan pembinaan terhadap anak yang
melakukan pelanggaran hukum/ yang sedang berhadapan dengan hukum.
Data awal Februari tahun 2016 penghuni LPKA Tanjung Gusta, Medan
7
yakni sebagai berikut: narapida anak 43 orang dan tahanan anak 18 orang
(Sumber data primer: LPKA Tanjung Gusta, Medan).
Pelaksanaan program pembinaan harus didukung oleh berbagai sarana
prasarana yang memadai, juga partisipasi aktif dari berbagai pihak, substansi
hukum, sosial dan substansi lainnya. dan Pembinaan haruslah disusun sesuai
dengan prinsip-prinsip dasar pemasyarakatan. Pembinaan yang dilakukan juga
mampu menumbuhkan suasana damai, saling pengertian dan rukun antara peserta
didik dan juga Pembina supaya tujuan dari Pembinaan dapat tercapai dengan baik
sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
mengenai Pelaksanaan Pembinaan Anak Didik Pemasyarakatan Lembaga
Pembinaan Khusus Anak Klas I-A Tanjung Gusta, Medan.
B. Identifikasi Masalah
Adapun Identifikasi masalah dalam penelitian yakni, sebagai berikut :
1. Semakin meningkatnya jumlah anak-anak melakukan tindakan
melanggar/berkonflik dengan hukum dan kaitannya dengan LPKA.
2. Pemenuhan hak anak dan kaitannya dengan LPKA.
3. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pembinaan anak didik
pemasyarakatan di LPKA Tanjung Gusta,Medan.
4. Upaya-upaya yang dilakukan LPKA untuk menghadapi
kendala-kendala yang muncul dalam proses pelaksanaan pembinaan
8
C. Pembatasan Masalah
Pebatasan masalah mutlak dilakukan dalam setiap penelitian, agar peneliti
terarah dan juga tidak luas. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
Sudikmadinata (dalam Deny Setiawan 2014:98) bahwa pembatasan masalah
adalah: membatasi variabel atau aspek mana yang diteliti dan mana yang yang
tidak. Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas sehingga membuat
hasilnya mengambang, maka yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Peran pelaksanaan pembinaan anak didik pemasyarakatan oleh LPKA
Tanjung Gusta, Medan.
2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pembinaan anak didik
pemasyarakatan di LPKA Tanjung Gusta,Medan.
3. Upaya-upaya yang dilakukan LPKA untuk menghadapi kendala-kendala
yang muncul dalam proses pelaksanaan pembinaan tersebut.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan pembinaan anak didik pemasyarakatan yang
dilakukan LPKA Tanjung Gusta, Medan?.
2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam pembinaan anak didik
pemasyarakatan di LPKA Tanjung Gusta,Medan?.
3. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan LPKA untuk menghadapi
9
E. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembinaan oleh LPKA
Tanjung Gusta, Medan.
2. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang menghambat proses
pelaksanaan pembinaan anak didik pemasyarakatan oleh LPKA Tanjung
Gusta,Medan.
3. Untuk mengetahui upaya-upaya apa yang dilakukan oleh pihak LPKA
dalam mengatasi kendala-kendala tersebut.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Dari segi praktis kepada LPKA Klas I-A Tanjung Gusta, Medan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan atau
pertimbangan dalam rangka pengembangan konsep-konsep dalam
melakukan misi pelayanan sosial terhadap anak yang berhadapan
dengan hukum.
2. Dari segi Teoretis, bagi akademisi penelitian ini diharapkan
memberi manfaat teoritis berupa sumbangan bagi pengembangan
ilmu pengetahuan hukum, khusunya bidang hukum hukum dan
HAM.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di LPKA Kelas I-A Tanjung Gusta,
Medan mengenai pelaksanaan pembinaan anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak Kelas I-A Tanjung Gusta, Medan.
1. LPKA merupakan sebuah institusi yang berfungsi untuk melaksanakan pembinaan
terhadap anak yang berkonflik dengan hukum. Pembinaan narapidana anak di LPKA
berjalan dengan baik dan sudah dapat dikatakan efektif hal tersebut dapat dilihat dari
pemahaman narapidana terhadap pembinaan yang ada di LPKA, sikap narapidana yang
secara keseluruhan tertarik dan sungguh-sungguh mengikuti kegiatan pembinaan dan
diwujudkan melalui partisipasi dan keterlibatan narapidana terhadap pembinaan yang
diberikan. Selain itu, sebagian besar narapidana merasakan manfaat yang nyata terhadap
pengetahuan, keterampilan dan keimanan narapidana setelah mengikuti pembinaan di
LPKA.
2. Kendala-kendala yang dihadapi oleh LPKA dalam melaksanakan pembinaan yakni:
terbatasnya sarana prasarana yang mendukung kegiatan pembinaan yakni: untuk bidang
pendidikan mengalami kekurangan buku dan alat-alat tulis, buku bacaan untuk
perpustakaan, peralatan menulis, laboratorium bahasa/computer, ruang pendidikan yang
kurang memadai, serta seragam sekolah, untuk bidang pendidikan keterampilan
62
sangat minim dan belum memadai, belum adanya orang tua asuh/pihak ketiga yang
peduli dan berkelanjutan dalam hal pelaksanaan pelatihan keterampilan hidup, minimnya
anggaran menyebabkan perawatan kesehatan dan pimbinaan keterampilan narapidana
tidak mengalami kemajuan, kondisi LKPA yang saat ini sangat memprihatinkan dengan
jumlah populasi yang sudah melebihi kapasitas dari daya tampung yang telah ditetapkan,
kurangnya kuantitas dan kualitas dari staf/pegawai LPKA, kurangnya anggaran/dana,
kurangnya perhatian instansi maupun masyarakat.
3. Upaya-upaya yang dilakukan LPKA dalam mengatasi kendala-kendala yang dihadapi
didalam proses pembinaan yakni: Menggunakan dana/anggaran yang ada seefektif dan
seefesien mungkin sehingga tidak terhambat proses atau kegiatan narapi dana anak yang
berkaitan dengan anggaran misalnya keterampilan dll, Melakukan pembinaan sesuai
dengan kebutuhan dan minat dan bakat anak serta melaksanakan pembinaan secara
terjadwal guna mengurangi penumpukan kegiatan atau aktivitas. Maka dari itu assesmen
kebutuhan memang sangat diperlukan sebelum melaksanakan pembinaan, Melakukan
63
B. Saran
Saran dari penulis yakni sebagai berikut:
1) Dalam memberikan pembinaan terhadap anak-anak yang menjalani pidana hilang
kemerdekaan ini seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah dan perlu diatur dalam
suatu peraturan perundang- undangan khusus agar lebih jelas dan terperinci. Misalnya,
untu kanak-anak yang dilatarbelakangi oleh perbedaan usia, jenis kelamin, lama pidana,
jenis pidana dan kriteria lain yang sesuai dengan kebutuhan dapat dirancang sebuah
konsep pembinaan yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan mereka sebagai
seorang anak. Jadi mereka mempunyai pola pembinaan yang berbeda untuk setiap
perbedaan yang melatarbelakanginya.
2) Kepada Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia agar lebih memperhatikan
meningkatkan kuantitas dan kualitas petugas, meningkatkan sarana dan prasarana serta
menambah alokasi anggaran pembinaan terhadap anakpidana.
3) Bagi pihak LPKA agar lebih meningkatkan mutu pembinaan narapidana agar tujuan dari
pemasyarakatan dapat terwujud dengan lebih baik lagi. Selain itu, pihak lapas agar
kiranya perlu meninjau kembali masalah populasi narapidana agar tidak melebihi
kapasitas yang mengakibatkan tingginya perbandingan antara jumlah narapidana dengan
petugas. Dan diharapkan dapat mengadakan kerjasama yang lebih efektif dengan
lembaga terkait dalam permasalahan anak, seperti penambahan bantuan psikolog,
pendidik, dari instansi yang berada Kota madya Medan dan Provinsi Sumatera Medan
serta perorangan yang mempunyai minat dan dedikasi tinggi dalam masalah
64
4) Bagi narapidana anak: masa anak-anak merupakan sebuah masa yang menyenangkan
bagi setiap manusia karena pada masa tersebu tmanusia menjalani bagian yang paling
indah dari hidup disayangi, diajari, dididik dengan baik oleh orang-orang disekitar
bahkan pada masa tersebut mulai mengenal bagaim anak kehidupan, punya cita-cita atau
impian, bermain. Oleh karena itu nikmatilah masa anak-anak dengan baik jauhi
perbuatan-perbuatan melanggar aturan, moral atau hokum supaya kelak menjadi
anak-anak kebanggaan bangsa yakni dapa tmeneruskan cita-cita perjuangan bangsa.
5) Bagi masyarakat diharapkan agar menerima secara baik kembali dan tidak memandang
rendah terhadap narapidana yang telah selesai menjalani pembinaan LPKA sehingga anak
DAFTAR PUSTAKA Buku:
Djamil, Nasir M . 2013.Anak Bukan Untuk Dihukum , Jakarta: Sinar Grafika.
Emeliana, Krisnawati.2005.Aspek Hukum Perlindungan Anak. Bandung: CV.Utomo.
Gultom, Maidin. 2014.Perlindungan Hukum terhadap Anak dan Perempuan, Bandung: PT.Refika Aditama.
Gultom, Maidin.2015.Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak Indonesia,Bandung: PT.Refika Aditama.
Pamuji. 1989. Pembinaan Perkotaan diIndonesia, Jakarta: PT .Bina Aksara.
Petrus Irawan Panjaitan, Simorangkir.1995. Lembaga Pemasyarakatan dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Printst, Darwan .2001. Sosialisasi dan Diseminasi Penegakan Hak Asasi Manusia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Saraswati.2015.Hukum Perlindungan Anak di Idonesia,Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti.
Setiawan, Deny. 2014. Metodologi Penelitian, Medan: UNIMED PRESS.
Sutejdo , Wagiati .2006.Hukum Pidana Anak, Bandung: PT .Refika Aditama.
Triyanto.2013.Negara Hukum dan HAM, Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Undang-undang:
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan .
Undang-Undang No.3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2014 tentang Perlindungan sAnak.
Undang –Undang RI No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Undang-Undang RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Undang-Undang RI No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
Undang-Undng No.35 Tahun 2014 Peruahan UU No. 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak.
66
Keputusan Presiden No. 3 Tahun 1990 tentang Konvensi Anak .
Keputusan Menteri Kehakiman No.M.02-PK-04 Tahun1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana Tahanan.
Jurnal dan Artikel:
Arief ,D.P. (2012).”Hak Pendidikan Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas II A Blitar” Jurnal Ilmu Hukum ,Mizan, Vol 1 No.2 Desember 2012.
Isnawati.(2014).”Peran Tamping dalam Pembinaan Narapidana di Rumah Tahanan Negara Klas II A Semrang”.Ejournal.sos.fisip.Unmul.org.2014. Pudji Astuti, Catur A.P. (2013).”Pelaksanaan Pembebasan Bersyarat Bagi
Narapidana di Lembaga Pemasayarakatan Klas II B Pati.” Jurnal kajian moral dan kewarganegaraan Vol.2 .No.1 Tahun 2013.Semarang : Jur.PPKn Unesa. Suwarto.(2009). “ Ide Individualisasi Pidana dalam Pembinaan Narapidana
dengan Sistem Pemasyarakatan.” Jurnal Equality. Vol 12. No.2 Agustus 2009.
Internet :